Laporan Praktikum Teknologi Benih
Laporan Praktikum Teknologi Benih
A. Latar Belakang
Benih adalah suatu bagian dari tanaman yang merupakan cikal bakal suatu
tumbuhan baru yang memiliki cirri attau sifat seperti induknya. Benih memiliki
beragam jenis, baik bentuk, ukuran, maupun struktur bagiannya. Benih seharusnya
memilki kualitas yang baik agar tanaman baru yang didapat merupakan tanaman
yang sehat.
Pengujian benih ini dilakukan untuk menetapkan nilai setiap contoh benih yang
diuji sehingga akan diketahui bagaimana keadaan faktor kualitas benihnya. Faktor
kualitas benih ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih tanaman lain, biji
herba, kotoran yang tercampur, gaya berkecambah atau daya tumbuh benih.
Ternyata usaha pengujian benih ini telah dilaksanakan sejak zaman nenek moyang
kita, walaupun hasilnya kurang memuaskan tetapi berhasil menyelamatkan usaha
taninya.
Kualitas suatu benih sangat menentukan hasil alam yang akan diperoleh.
Semakin bagus benih , maka semakin menguntungkan pula hasil alam tersebut.
Contohnya , benih yang sesuai standar akan menghasilkan tumbuhan yang baik dari
segi kualitas maupun kuantitasnya.
Untuk mengetahui suatu benih tersebut baik atau tidak juga memerlukan suatu
proses yang sedemikian rupa.Salah satunya adalah dengan mengetahui kadar air
suatu benih. Kadar air adalah jumlah air yang terkandung dalam benih tersebut.
Untuk itu perlu dilakukan pengeringan benih. Pengeringan tersebut juga merupakan
salah satu tahapan produksi benih.
Setiap biji yang dikecambahkan ataupun yang diujikan tidak selalu prosentase
pertumbuhan kecambahnya sama, hal ini dipengaruhi bebagai macam faktor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan perkecambahan. Kecepatan berkecambah benih
adalah kecepatan benih untuk berkecambah normal.
Benih yang memiliki vigor yang tinggi akan lebih cepat berkecambah, karena
memiliki cadangan makanan yang tinggi, sehingga dapat membantu untuk
berkecambah lebih cepat di lingkungan yang optimum maupun yang suboptimum.
Uji benih dalam kondisi lapang biasanya kurang memuaskan karena hasilnya
tidak dapat diulang dengan konsisten. Oleh karena itu, pengujian di laboratorium
dilaksanakan dengan mengendalikan faktor lingkungan agar mencapai
perkecambahan yang teratur, cepat, lengkap bagi kebanyakan contoh benih. Selain
itu kondisi yang terkendali telah distandarisasi untuk memungkinkan hasil
pengujian yang dapat diulang sedekat mungkin kesamaannya.
Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukan oleh
metabolismenya atau pertumbuhanya. Oleh orang benih, viabilitas benih dipandang
tidak sekadar gejala hidup yang dapt diamati tetapi daya hidup itu harus dapat
dijadikan indikasi mutu benih, khususnya mutu fisiologis benih.
Ada beberapa metode yang umum digunakan dalam pengujian kesehatan benih.
Pengujian dapat dilakukan dengan pengamatan visual langsung pada benih atau
menggunakan metode Blotter test (pengujian dengan menggunakan kertas hisap)
dimana benihnya disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin. Selain itu, dapat juga
dilakukan pengujian dengan metode pencucian dan ekstraksi dan metode growing
on test.
B. Tujuan
a. Untuk melihat dan mempelajari struktur benih dan buah tanaman dikotil dan
monokotil secara umum.
b. Untuk mengetahui dan menentukan komposisi contoh benih yang dianalisis
serta mengidentifikasi jenis dari komponen-komponen yang tercampur
dalam contoh benih tersebut.
c. Untuk mempelajari cara penentuan kadar air benih.
d. Menentukan daya berkecambah benih.
e. Untuk menentukan kekuatan tumbuh benih (vigor) melalui
kecepatan/kekuatan berkecambah benih pada hari pertama pengamatan.
f. Untuk menentukan nilai indeks dari perkecambahan benih dan kekuatan
tumbuh benih ; Mahasiswa memahami relevansi metode uji indeks dengan
keragaman pertumbuhan tanaman di lapangan produksi.
g. Untuk mengukur/menentukan kecepatan pertumbuhan dan perpanjangan
akar dan batang kecambah, serta untuk menentukan kekuatan tumbuh benih.
h. Untuk menentukan kekuatan tumbuh benih pada media tanah.
i. Menguji vigor lot benih secara langsung.
j. Dapat menentukan tingkat kemunduran benih berdasarkan nilai
konduktivitas/daya hantar listrik elektrolit/bocoran benih ; Melihat
hubungan antara nilai konduktivitas benih dengan nilai vigor benih dari
pengujian lainnya.
k. Apakah benih tercampur dengan benih/biji lain ; Apakah benih tercampur
dengan kotoran atau sisa tanaman ; Bercak atau perubahan warna lain pada
benih ; Tubuh buah cendawan atau bakteri pada benih ; Kerusakan mekanis.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya
dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi.
Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap
serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan
tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan
tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada
tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran
hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan
mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada
korelasi antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman.
Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor
genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia (Sutopo, 1984).
Vigor benih di dalam pertanaman akan tercermin dalam kekuatan tumbuh
benih melalui kecepatan tumbuh benih dan keserempakan tumbuh benih.
Kecepatana tumbuh benih adalah jumlah % kecambah normal/etmal.
Keserempakan tumbuh benih adalah % kecambah normal kuat pada periode
perkecambahan tertentu. Keduanya dilakukan dalam kondisi optimum.
(Kartasapoetra, Ance G. 2003)
Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena
terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh
karena itu digunakanlah kaidah korelasi. misal : dengan mengukur kecepatan
berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara
kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman.
F. Index Value Test (IVT)
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik,
gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab
penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002).
G. Root and Shoot Growing Test (RSGT) & Seedling Growth Rate Test
(SGRT)
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui
gejala metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga
merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjat, 1993). Pada
umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh
menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih,
persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Perkecambahan benih
mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang
berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih.
Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai
perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum
tercapainya berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas
maksimum (100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai
dengan keadaan lingkungan .
Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah
presentase perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat
dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh yang dinyatakan sebagai laju
perkecambahan. Penilaiaan dilakukan dengan membandingkan kecambah satu
dengan kecambah lainnya sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati
(Sutopo, 2002).
1. Genetis
2. Fisiologis
Kondisi fisiologis yang berpengaruh adalah”immaturity” atau kekurang
masakan benih saat panen dan kemunduran benih selama penyimpanan
3. Morfologis
Contohnya, benih yang kecil menghasilkan bibit yang kurang memiliki
kekuatan tumbuh dibandingkan dengan benih yang besar
4. Sitologis
Kemunduran benih yang disebabkan oleh antara lain aberasi khromosom
5. Mekanis
Kerusakan mekanis yang terjadi pada benih pada saat panen, prosesing
ataupun penyimpanan
6. Mikrobia
Benih yang memiliki vigor rendah berakibat pada kemunduran benih yang
cepat selama penyimpanan, makin sempitnya keadaan lingkungan di mana benih
dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih menurun, kepekaan akan serangan
hama penyakit meningkat, meningkatnya jumlah kecambah abnormal, dan
rendahnya produksi tanaman
Pengamatan dan penilaian dalam mengidentifiksi vigor benih dapat
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung didasarkan pada potensi
penampilan suatu lot benih baik secara fisiologis maupun fisik. Secara langsung
adalah pengamatan dan penilaian benih pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai
atau kondisi lain yang dapat diciptakan di laboratorium dan dilakukan pencatatan
terhadap tingkat daya tumbuh benih. Secara tidak langsung adalah pengamatan dan
penilaian dengan mengukur sifat lain benih yang terbukti berhubungan dengan
beberapa aspek penampilan kecambah (anonym, 2009)
Arief, R. 2009. Bocoran Kalium sebagai Indikator Vigor Benih Jagung. Prosiding
Seminar.
Harrington, J. F. 1972. Seed Storage and Longevity In : Seed Biology. New York :
Academic Press.
Ismatullah. 2003. Studi penciri mutu benih kedelai (Glycine max L. (Merr)) varietas
Wilis selama masa penyimpanan. Skripsi. Bogor: Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian IPB. 39 hal
Justice, O.L., dan Louis, N.B. 1990. Prinsip Dan Praktek Penyimpanan Benih.
Jakarta: Rajawali.
.
Nasional. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. 313-319. of Arid
Environments 48:35-39.
Watkins, J.T. and D.J. Cantliffc.1983. Mechanical resistance of the seed coat and
endosperm during germination of Capsicum annuum at low temperature. Plant
Physiol. 72: 146-150.