Nim : 12118070
Kelas : 2.2
Mata Kuliah : Kimia Organik
Materi : Aldehid, Keton, Karbonil lanjutan (Slide 2-6)
Aldehida dan keton dapat bereaksi dengan air menghasilkan 1,1-diol, atau
geminal (gem) diol. Reaksi ini adalah reversible (dapat balik), gem diol dapat
melepaskan air menjadi keton atau aldehida kembali.
Suatu nukleofil dapat bermuatan negatif (Nu:-) atau netral (:Nu-H). Jika tidak
bermuatan atau netral, biasanya mempunyai atom hidrogen dan dapat terjadi reaksi
eliminasi. Nukleofil yang bermuatan negatif biasanya lebih reaktif dari nukleofil
yang netral.
Pada reaksi ini, karbon karbonil pada aldehida dan keton yang awalnya
berbentuk trigonal dan terhibridasi sp2 berupa menjadi tetrahedral dan terhibridasi
sp3 pada produk reaksinya.
Suatu nukleofilik dapat bermuatan negatif (Nu:-) atau netral (:Nu-H). Jika tidak
bermuatan atau netral, biasannya mempunyai atom hidrogen dan dapat terjadi
reaksi eliminasi. Nukleofilik yang bermuatan listrik negatif biasanya lebih reaktif
dari nukleofil yang netral.
Sumber : Latifah dan Jaslin. 2016. Augmented Chemistry Aldehida dan Keton
(buku pengayaan berbasis augmented reality dengan sistem operasi
android). Yogyakarta.
Pada reaksi ini, aldehid bereaksi lebih cepat dan lebih sempurna dibandingkan
keton. Perbedaan kereaktifan disebabkan karena keton lebih stabil dari pada
aldehida. Stabilitas keton yang lebih besar disebabkan oleh adanya delokasi muatan
positif karbon karbonil secara induksi.
Karbon karbonil aldehida lebih terbuka dan hasil dari reaksi adisinya memiliki
hambatan sterik yang lemah.
Namun, keton kurang reaktif terhadap nukleofilik jika dibandingkan aldehid.
Terdapat dua alasan utama yang menyebabkan perbedaan reaktivitas aldehid dan
keton. Alasan pertama yaitu hambatan sterik.
Atom karbon karbonil pada keton lebih tertutup atau sesak karena adanya dua
gugus organik, sedangkan pada aldehida lebih terbuka karena terdapat satu gugus
organik dan satu atom hidrogen. Pada saat terjadi reaksi adisi nukleofilik, kedua
gugus pada aldehida (satu gugus organik dan satu atom hidrogen) maupun keton
(dua gugus organik) didekatkan karena adanya perubahan hibridasi; dari sp2
menjadi sp3 dan sudut ikatan menurun dari 120° menjadi 109,5°. Dalam keadaan
teregang (strain), waktu yang digunakan untuk reaksi adisi pada aldehida lebih
sedikit dibandingkan keton karena salah satu gugus pada aldehida, atom H,
berukuran kecil.
Alasan kedua yaitu elektronik. Gugus alkil biasanya bersifat pendonor elektron
dibandingkan hidrogen. Sehingga gugus alkil cenderung lebih menetralkan muatan
positif parsial pada karbon karbonil, kemudian menurnkan reaktivitasnya terhadap
nukleofil. Keton mempunyai dua gugus alkil, sedangkan aldehida hanya mepunyai
satu gugus alkil.
Sumber : Latifah dan Jaslin. 2016. Augmented Chemistry Aldehida dan Keton
(buku pengayaan berbasis augmented reality dengan sistem operasi
android). Yogyakarta.
Toksisitas dan titik didih hidrogen sianida relatif rendah, sehingga dalam
pembuatannya biasanya ditambahkan asam H2SO4 atau HCl kedalam NaCN atau
KCN.
Tahap pembuatan HCN :
Pada lipan terdapat sianohidrin mandelonitril pada kelenjar pertahanannya. Jika
lipan diserang, mandelonitril akan terurai secara enzimatik menjadi campuran
aldehida dan hidrogen sianida. Seekor lipan dapat menghasilkan senyawa HCN.
Selain lipan, sianohidrin juga terdapat pada tanaman yang seringkali dijumpai
dalam bentuk derivatnya dimana gugus -OH telah diubah menjadi -OR, R
merupakan karbohidrat. Cyanogenic glycosides ini dijumpai dalam bentuk
amygladin, yang dapat ditemukan dalam buah badam yang pahit dan pada biji buah
persik, prem, aprikot, dan buah-buahan sejenisnya.
Enzim katalis hidrolisis dari amygladin menghasilkan karbohidrat gentiboise
dan bezaldehida sianohidrin, yang memisahkan benzaldehida dan hidrogen sianida.