Anda di halaman 1dari 10

Nama : Naida Rahma Almira

Nim : 12118070
Kelas : 2.2
Mata Kuliah : Kimia Organik
Materi : Aldehid, Keton, Karbonil lanjutan (Slide 2-6)

1. Reaktivitas Relatis Aldehid dan Keton (Slide 2)


Aldehida dan keton sangat reaktif, tetapi biasanya aldehida lebih reaktif
dibanding keton. Reaksi yang menyebabkan penjenuhan pada ikatan rangkap disebut
reaksi adisi (reaksi penjenuhan). Pada reaksi adisi, satu ikatan rangkap menjadi terbuka.
Sementara itu pereaksi yang mengadisi terputus menjadi dua gugus yang kemudian
terikat pada ikatan rangkap yang terbuka tersebut. Apabila pereaksi yang mengadisi
bersifat polar gugus yang lebih positif terikat pada oksigen, sedangkan gugus yang lebih
negative terikat pada karbon.
Titik pusat reaktivitas dalam aldehida dan keton ialah ikatan pi dari gugus
karbonilnya. Seperti alkena, aldehid dan keton mengalami adisi reagensia kepada ikatan
pi-nya. Reaktivitas relatif aldehida dan keton dalam reaksi adisi sebagian dapat
disebabkan oleh banyaknya muatan positif pada karbon karbonilnya, makin besar
muatan itu akan makin reaktif. Bila muatan positif parsial ini tersebar ke seluruh
molekul, maka senyawaan karbonil itu kurang reaktif dan lebih stabil. Gugus karbonil
distabilkan oleh gugus alkil di dekatnya yang bersifat melepaskan elektron. Keton lebih
stabil dibandingkan aldehida (Dian, 2007).

Reaktivitas kekanan semakin tinggi namun senyawa tidak stabil, Reaktivitas


kekiri menurun namun senyawa lebih stabil.

Sumber : Suwandi, Andi. 2019. Aldehid dan Keton.


https://www.scribd.com/doc/76456897. (19 Oktober 2019)

2. Reaksi Adisi Nukleofilik (Slide 3)


Reaksi yang paling karateristik senyawa karbonil adalah adisi terhadap ikatan
rangkap karbon-oksigen. Reaksi ini melibatkan serangan suatu nukleofil pada karbon
karbonil menghasilkan intermediatel (spesies antara) tetrahedral adalah nama oksigen
mengemban muatan negative. Spesies ini kemudian terprotonasi atau berkaitan dengan
suatu asam Lewis menghasilkan produk.
Jika dikatalis dengan asam, mula-mula elektrofil terikat pada oksigen kemudian
diikuti dengan serangan nukleofil terhadap karbon karbonil yang telah teraktifkan.

Aldehida dan keton dapat bereaksi dengan air menghasilkan 1,1-diol, atau
geminal (gem) diol. Reaksi ini adalah reversible (dapat balik), gem diol dapat
melepaskan air menjadi keton atau aldehida kembali.

Posisi kesetimbangan dioengaruhi oleh besarnya dan sifat kelistrikan gugus R.


Contoh:

Formaldehida terhidrasi secara sempurna, sedangkan hidrat aseton pada


kesetimbangan dapat diabaikan. Hal ini terjadi karena gugus metil pada aseton
menstabilkan ikatan rangkap karbonilnya melalui pengaruh mendorong elektron dan
juga dipengaruhi rintangan steriknya.
Faktor kelistrikan dan rintangan sterik bukan hanya mempengaruhi posisi
kesetimbangan tapi juga terhadap kecepatan reaksi adisi. Keadaan transisi untuk
pembentukan produk harus berkarakter sebagian tetrahedral dan sebaian ikatan
nukleofil dengan karbon.
Faktor-faktor yang menstabilkan atau mengdestabilkan produk adisi relatif
terhadap starting materials diharapkan mempunyai pengaruh serupa terhadap keadaan
transisi.

Sebagai contoh, reaksi adisi terhadap formaldehid, siklopropanon, dan


heksaflouroaseton berjalan lebih cepat (lebih reaktif) dari pada aseton, sedangkan
senyawa-senyawa seperti di-t-butil keton dan asetofenon bereaksi jauh lebih lambat.
Kecepatan reaksi adisi terhadap senyawa karbonil tidak hanya dipengaruhi oleh
struktur senyawa karbonil juga tapi juga dipengaruhi oleh kondisi dimana reaksi itu
dijalankan. Dalam hal hidrasi asetaldehida, reaksi hanya berjalan lambat pada pH ,
tetapi bila pH dinaikkan atau diturunkan maka reaksi berjalan lebih cepat. Adapun
mekanisme reaksinya masing-masing adalah sebagai berikut.
Mekanisme reaksi pada kondisi asam

Mekanisme reaksi pada kondisi basa (alkalis)

Sumber : Chuzayana. 2014. Adisi Nukleofilik.


https://id.sribd.com/doc/223685852/Adisi-Nukleofilik. (19 Oktober
2019).

3. Reaksi Adisi Nukleofilik pada Aldehid dan Keton (Slide 4)


a. Reaksi Adisi Nukleofilik pada Aldehid
Suatu perekasi dapat masuk kedalam ikatan rangkap karbonil. Pada senyawa
karbonil dapat terjadi hidrogenasi yang menyebabkan aldehida direduksi menjadi
alcohol primer.
Reaksi adisi nukleofilik merupakan reaksi yang paling banyak terjadi pada
senyawa aldehida. Serangan nukleofil pada atom karbon dari ikatan rangkap
karbon=oksigen terjadi karena karbon mempunyai muatan posistif parsial. Adisi
nukleofilik (H-Nu) mengarah pada ikatan rangkap dua karbon-oksigen.
Gugus karbonil bersifat polar. Gugus ini dapat dimasuki suatu nukleofil pada
karbon karbonil, dan dapat dimasuki suatu elektrofil pada oksigen karbonil.

Arah serangan reaksi nukleofil terhadap elektrofil muatan C gugus karbonil


adalah tegak lurus terhadap bidang gugus karbonil. Pada reaksi ini terjadi
rehibridasi karbon karbonil dari sp2 yang terbentuk ikatan trigonal menjadi sp3 yang
membentuk suatu intermediet ion alkohol tetrahedral.

Suatu nukleofil dapat bermuatan negatif (Nu:-) atau netral (:Nu-H). Jika tidak
bermuatan atau netral, biasanya mempunyai atom hidrogen dan dapat terjadi reaksi
eliminasi. Nukleofil yang bermuatan negatif biasanya lebih reaktif dari nukleofil
yang netral.

b. Reaksi Adisi Nukleofilik pada Keton


Pada senyawa karbonil dapat terjadi reaksi hidrogenasi yang menyebabkan
katon direduksi menjadi alkohol sekunder. Reaksi umum yang bterjadi yaitu :
Selain pada senyawa aldehida, reaksi adisi nukleofilik juga banyak banyak
terjadi pada senyawa keton. Serangan nukelofil pada atom karbon dari ikatan
rangkap karbon-oksigen terjadi karena karbon mempunyai muatan positif parsial.
Adisi nukleofilik (H-Nu) mengarah pada ikatan rangkap daua karbon-oksigen.
Gugus karbonil bersifat polar, gugus ini dapat dimasuki suatu nukleofil pada
karbon karbonil dan suatu elektrofil pada oksigen karbonil.

Pada reaksi ini, karbon karbonil pada aldehida dan keton yang awalnya
berbentuk trigonal dan terhibridasi sp2 berupa menjadi tetrahedral dan terhibridasi
sp3 pada produk reaksinya.

Suatu nukleofilik dapat bermuatan negatif (Nu:-) atau netral (:Nu-H). Jika tidak
bermuatan atau netral, biasannya mempunyai atom hidrogen dan dapat terjadi
reaksi eliminasi. Nukleofilik yang bermuatan listrik negatif biasanya lebih reaktif
dari nukleofil yang netral.

Sumber : Latifah dan Jaslin. 2016. Augmented Chemistry Aldehida dan Keton
(buku pengayaan berbasis augmented reality dengan sistem operasi
android). Yogyakarta.

4. Dua Variasi Adisi Nukleofilik pada Aldehida dan Keton (Slide 5)


Adisi nukleofilik pada aldehida maupun keton, terdapat dua kemungkinan hasil
reaksi :
1. Intermediet tetrahedral yang dapat diprotonasi dengan asam atau air
menghasilkan alkohol.
2. Atom oksigen karbonil dapat dieliminasi sebagai OH atau H2O menghasilkan
ikatan rangkap C=Nu.

Pada reaksi ini, aldehid bereaksi lebih cepat dan lebih sempurna dibandingkan
keton. Perbedaan kereaktifan disebabkan karena keton lebih stabil dari pada
aldehida. Stabilitas keton yang lebih besar disebabkan oleh adanya delokasi muatan
positif karbon karbonil secara induksi.

Karbon karbonil aldehida lebih terbuka dan hasil dari reaksi adisinya memiliki
hambatan sterik yang lemah.
Namun, keton kurang reaktif terhadap nukleofilik jika dibandingkan aldehid.
Terdapat dua alasan utama yang menyebabkan perbedaan reaktivitas aldehid dan
keton. Alasan pertama yaitu hambatan sterik.
Atom karbon karbonil pada keton lebih tertutup atau sesak karena adanya dua
gugus organik, sedangkan pada aldehida lebih terbuka karena terdapat satu gugus
organik dan satu atom hidrogen. Pada saat terjadi reaksi adisi nukleofilik, kedua
gugus pada aldehida (satu gugus organik dan satu atom hidrogen) maupun keton
(dua gugus organik) didekatkan karena adanya perubahan hibridasi; dari sp2
menjadi sp3 dan sudut ikatan menurun dari 120° menjadi 109,5°. Dalam keadaan
teregang (strain), waktu yang digunakan untuk reaksi adisi pada aldehida lebih
sedikit dibandingkan keton karena salah satu gugus pada aldehida, atom H,
berukuran kecil.

Alasan kedua yaitu elektronik. Gugus alkil biasanya bersifat pendonor elektron
dibandingkan hidrogen. Sehingga gugus alkil cenderung lebih menetralkan muatan
positif parsial pada karbon karbonil, kemudian menurnkan reaktivitasnya terhadap
nukleofil. Keton mempunyai dua gugus alkil, sedangkan aldehida hanya mepunyai
satu gugus alkil.

Sumber : Latifah dan Jaslin. 2016. Augmented Chemistry Aldehida dan Keton
(buku pengayaan berbasis augmented reality dengan sistem operasi
android). Yogyakarta.

5. Adisi Nukleofolik HCN: Sianohidrin (Slide 6)


a. Adisi Hidrogen Sianida pada Aldehid
Hidrogen sianida (H-C≡N:) merupakan asam lemah, berwujud cairan atau gas
yang beracun pada temperature kamar. Titik didih hydrogen sianida adalah 26°C.
senyawa aldehid dapat bereaksi dengan HCN menghasilkan senyawa sianohidrin,
suatu senyawa dengan -OH dan -CN terikat pada satu atom karbon yang sama.
Reaksi ini biasanya menggunakan katalis basa.

Toksisitas dan titik didih hidrogen sianida relatif rendah, sehingga dalam
pembuatannya biasanya ditambahkan asam H2SO4 atau HCl kedalam NaCN atau
KCN.
Tahap pembuatan HCN :
Pada lipan terdapat sianohidrin mandelonitril pada kelenjar pertahanannya. Jika
lipan diserang, mandelonitril akan terurai secara enzimatik menjadi campuran
aldehida dan hidrogen sianida. Seekor lipan dapat menghasilkan senyawa HCN.

Selain lipan, sianohidrin juga terdapat pada tanaman yang seringkali dijumpai
dalam bentuk derivatnya dimana gugus -OH telah diubah menjadi -OR, R
merupakan karbohidrat. Cyanogenic glycosides ini dijumpai dalam bentuk
amygladin, yang dapat ditemukan dalam buah badam yang pahit dan pada biji buah
persik, prem, aprikot, dan buah-buahan sejenisnya.
Enzim katalis hidrolisis dari amygladin menghasilkan karbohidrat gentiboise
dan bezaldehida sianohidrin, yang memisahkan benzaldehida dan hidrogen sianida.

b. Adisi Hidrogen Sianida pada Keton


Keton mengalami reaksi adisi dengan hidrogen sianida menghasilkan
sianohidrin, yaitu suatu senyawa dengan gugus hidroksil dan gugus siano yang
melekat pada atom karbon yang sama. Reaksi ini berlangsung dengan katalis basa.

Hidrogen sianida tidak mempunyai pasangan electron bebas pada atom


karbonnya, sehingga tidak dapat berfungsi sebagai karbon nukleofil. Basa
mengkonversi sebagian dari hydrogen sianida menjadi ion sianida, yang kemudian
bertindak sebagai karbon nukleofil.

Tahap pembuatan sianohidrin pada keton sama seperti pembuatan sianohidrin


pada aldehida.
Sumber : Latifah dan Jaslin. 2016. Augmented Chemistry Aldehida dan Keton
(buku pengayaan berbasis augmented reality dengan sistem operasi
android). Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai