Anda di halaman 1dari 7

SWOT ANALYSIS DEVELOPMENT OF BATIK BANTUL

Sri Suryaningsum, Raden Hendri Gusaptono, Sri Luna Murdianingrum, Ini


Putu Ayu Mas Sri, Rakyan Widhowati Tanjung

Abstrak. Penelitian ini berfokus pada pengembangan Batik Bantul menggunakan analisis SWOT.
Analisis SWOT adalah tinjauan komprehensif tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman perusahaan. Analisis ini diperlukan untuk menentukan beberapa strategi yang harus
diterapkan pada suatu perusahaan. Melihat perkembangan batik yang semakin baik dan semakin
diminati oleh para wisatawan, analisis untuk menentukan strategi bisnis menjadi perhatian
khusus bagi perusahaan. Bukan hanya kualitas produk yang menjadi sorotan, tetapi promosi dan
penempatan (lokasi) penjualan produk. Dengan peluang untuk meningkatkan penjualan di tempat
wisata yang ada, disertai dengan ancaman dari perusahaan eksternal. Ancaman tersebut datang
dari perusahaan lain yang menghadirkan produk yang sama dengan harga di bawah harga yang
ditawarkan oleh pengrajin Batik Bantul. Analisis SWOT ini diharapkan mampu mengatasi
ancaman yang ada. Selain ancaman dan peluang, perusahaan juga harus menganalisis kekuatan
dan kelemahan. Keunggulan yang dimiliki digunakan sebagai senjata untuk bersaing dalam
pangsa pasar. Sedangkan kekurangannya dapat dijadikan pedoman untuk meningkatkan dari segi
kualitas, baik dari sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang ada di perusahaan.
Kata Kunci : Perkembangan Batik Bantul, Analisis SWOT, Strategi Bisnis.

INTRODUCTION
Sejak dahulu batik memiliki nilai seni yang tinggi dan merupakan bagian dari budaya
Indonesia. Batik Indonesia memiliki beragam pola yang bervariasi di setiap daerah dan
merupakan ciri khas daerah tersebut. Sebagai generasi penerus bangsa, kita harus bisa
memahami, melestarikan dan mengembangkan budaya batik (Sri Suryaningsum, 2017).
Kerajinan batik sudah dikenal sejak lama di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Batik
Indonesia, secara keseluruhan teknik, teknologi, dan pengembangan motif dan budaya terkait,
Sejak Oktober 2009 UNESCO telah mengumumkan bahwa batik ditetapkan sebagai salah satu
warisan budaya dunia Indonesia. Oleh karena itu, sudah sewajarnya bahwa orang Indonesia
sekarang mulai memperhatikan batik, terutama saat ini model pakaian batik sangat beragam dan
modern, sehingga dapat digunakan pada berbagai kesempatan (Sri Suryaningsum, 2017).
Kota Yogyakarta adalah salah satu tempat belanja kain batik terkenal di Indonesia yang
memproduksi kain batik berkualitas ekspor, salah satunya di Bantul. Bantul adalah sebuah
kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak di selatan Yogyakarta.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di utara, Kabupaten
Gunung Kidul di timur, Samudra Hindia di selatan, dan Kabupaten Kulon Progo di barat.
Ada begitu banyak bisnis batik di Bantul, bisnis batik yang menggunakan berbagai cara
untuk menarik banyak wisatawan. Selain mendapat untung, itu juga dimaksudkan untuk menjaga
dan mengembangkan bisnis mereka. Beberapa daerah di Bantul yang sampai sekarang telah
menjadi pusat batik antara lain Imogiri, Pandak, Jetis dan Pajangan (Sri Suryaningsum, 2019).
Sebagai salah satu mata pencaharian bagi masyarakat sekitar, pengembangan Batik
Bantul harus terus dilakukan dan dipromosikan, mengingat banyak peluang dan tantangan yang
dihadapi di zaman modern, seperti kedatangan batik yang diproduksi dari Cina yang jauh lebih
murah, karena menggunakan teknologi canggih. Meskipun ada perbedaan mencolok antara
keduanya, tantangan-tantangan ini harus diatasi dengan hati-hati mengingat perkembangan pesat
teknologi saat ini.
Penelitian ini menganalisis strategi yang sesuai untuk mengembangkan Batik khas
Bantul. Analisis yang digunakan adalah analisis SWOT dengan penilaian komprehensif tentang
kekuatan (kelemahan), kelemahan (kelemahan), peluang (peluang) dan ancaman (ancaman) pada
perusahaan.

LITERATURE REVIEW

Definisi Analisis SWOT. Analisis SWOT adalah penilaian komprehensif tentang kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan. Analisis ini diperlukan untuk menentukan
beberapa strategi yang ada di perusahaan. Salah satu hal yang kami diskusikan adalah strategi
promosi dan penempatan produk (Kotler & Armstrong, 2008: 64). SWOT digunakan untuk
menilai kekuatan dan kelemahan sumber daya perusahaan dan peluang dan tantangan eksternal
yang dihadapi (Jogiyanto, 2005: 46)
Fred R. David, menyatakan bahwa semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan di bidang
fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sekuat atau lemah di semua bidang bisnis. Berikut
ini adalah penjelasan tentang SWOT, yaitu:
1. Kekuatan
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keuntungan lain yang berhubungan
dengan pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan
yang diharapkan dilayani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang memberikan
keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar.
2. Kelemahan
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan
kemampuan yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan. Keterbatasan ini berupa
fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen, dan keterampilan pemasaran
yang dapat menjadi sumber kelemahan perusahaan.
3. Peluang
Peluang adalah situasi penting yang bermanfaat dalam lingkungan perusahaan. Tren -
tren penting adalah salah satu sumber peluang, seperti mengubah teknologi dan
meningkatkan hubungan antara perusahaan dan pembeli atau pemasok adalah gambaran
peluang bagi perusahaan.
4. Ancaman
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan di lingkungan perusahaan.
Ancaman adalah pengganggu utama untuk posisi saat ini atau yang diinginkan oleh
perusahaan. Adanya peraturan pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat menjadi
ancaman bagi keberhasilan perusahaan.
Function of SWOT Analysis. Menurut Ferrel dan Harline (2005) fungsi analisis Swot adalah
untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dari masalah internal
(kekuatan dan kelemahan) dan masalah eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT akan
menjelaskan apakah informasi menunjukkan sesuatu yang akan membantu perusahaan mencapai
tujuannya atau memberikan indikasi bahwa ada hambatan yang harus dihadapi atau
diminimalkan untuk memenuhi pendapatan yang diinginkan.

METHOD

Data Type. Lokasi penelitian ini adalah kabupaten di wilayah Bantul. Data ini dikumpulkan dari
Januari hingga Juni 2019. Dalam penelitian ini, variabel yang akan diperiksa adalah kondisi
perusahaan termasuk kondisi lingkungan eksternal dan internal perusahaan, serta variabel
perusahaan.
Sumber data primer adalah sumber data yang secara langsung menyediakan data kepada
pengumpul data. Sedangkan data sekunder adalah sumber data yang tidak secara langsung
menyediakan data kepada pengumpul data, tetapi melihat orang lain atau dengan dokumen
(Sugiono, 2013: 225). Data yang diperoleh dari sumber data primer adalah respons langsung
yang diterima dari subjek yang dimaksud. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh
dari masyarakat sekitar yang tidak terkait atau memiliki hubungan dengan pusat batik ini.
Method of collecting data. Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang tidak
hanya mengukur sikap responden (wawancara dan kuesioner) tetapi juga dapat digunakan untuk
merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Metode Observasi ini dikatakan
paling tepat untuk diamati secara langsung, sesuai dengan Sri Suryaningsum, 2016). Penelitian
ini melakukan pengamatan atau pengamatan langsung pada objek yang diteliti, yaitu
menganalisis kelebihan dan kekurangan perusahaan serta mengambil ancaman dan peluang yang
ada.

Discussion

Development of Batik Bantul. Dekorasi batik adalah ekspresi yang menyatakan keadaan diri
dan lingkungan penciptanya. Dekorasi dapat menjadi imajinasi pribadi atau kelompok, sehingga
dapat menggambarkan cita-cita seseorang atau kelompok sebelumnya. Jika varietas hias
digunakan secara terus menerus dan menjadi kebiasaan masyarakat, itu akan menjadi tradisi.
Seperti budaya, dekorasi dapat berubah. Perubahan ini dipengaruhi oleh lingkungan dan norma
yang berkembang. Sehubungan dengan itu, ornamen batik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
batik keraton dan batik pesisir. Batik keratin adalah batik yang tumbuh dan berkembang atas
dasar filosofi pemurnian diri, dan memandang manusia dalam konteks keselarasan alam semesta
yang tertib, harmonis dan seimbang.
Sesuai dengan Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) Bantul, pemerintah Bantul
sangat terlibat dalam pengembangan batik di Bantul. Pusat Kerajinan dan Batik (BBKB) dan
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul sepakat untuk menandatangani Perjanjian Kerjasama
dalam rangka pengembangan IKM Kerajinan dan Batik di Bantul, Yogyakarta. Perjanjian
tersebut ditandatangani oleh Kepala BBKB Yogyakarta Ir.Isananto Winursito, M.Eng, Ph.D. dan
Bupati Bantul Drs. H. Suharsono.
Dalam sambutannya Bupati Bantul Drs. H. Suharsono mengatakan penandatanganan itu adalah
bentuk kepedulian dan keberpihakan Pusat Kerajinan dan Batik (BBKB) yang benar-benar
mencerminkan semangat untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa.
Hal ini sejalan dengan pemerintah Kabupaten Bantul untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat melalui daya saing daerah, pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan optimalisasi
pengelolaan sumber daya berkelanjutan. Oleh karena itu penandatanganan ini sebagai payung
hukum dalam membuka jalan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas kerajinan di Bantul
dan pada gilirannya akan membawa dampak ekonomi langsung kepada UMKM dan pengrajin.
Pada kesempatan yang sama Kepala BBKB Ir. Isananto Winursito, M.Eng, Ph.D.
menyampaikan tugas BBKB adalah melakukan penelitian, pengembangan, kerja sama,
standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri kerajinan
dan batik sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri, Kementerian Perindustrian. Jadi penandatanganan ini merupakan tindak
lanjut dari tugas penelitian dan pengembangan, khususnya IKM Crafts dan Batik.
Munculnya pengrajin Kabupaten Bantul setelah gempa 2006 termasuk melalui
pemberdayaan masyarakat untuk industri kreatif; mengekstraksi dan memanfaatkan potensi
sumber daya alam; dan peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan di industri kreatif.
Untuk alasan ini, BBKB menyambut baik adanya perjanjian bersama dan perjanjian kerja sama,
sehingga BBKB dapat berperan dalam meningkatkan kemandirian ekonomi baik melalui
penggunaan sumber daya alam dan peningkatan kompetensi SDM melalui penelitian dan
pelatihan.
Sebagai perwujudan implementasi di masa depan sekaligus Surat Perintah Kerja (SPK)
ditandatangani antara Kepala BBKB, Bp. Ir. Iwananto Winursito, M.Eng, Ph.D. dan Kepala
Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan Industri Pemerintah Kabupaten Bantul Drs.
Sulistiyanto, M.Pd. Untuk alasan ini, pada tahun 2018 IKM kegiatan bantuan / transfer teknologi
dilakukan dalam bentuk pelatihan bagi masyarakat untuk mengembangkan UMKM dan
pengrajin batik dan kerajinan di Bantul.
Analytical Framework Strategy Formulation. Strategi bisnis diperlukan oleh setiap jenis
bisnis, baik besar maupun kecil. Menurut Fred R. David dalam bukunya yang berjudul Konsep
Manajemen Strategis, kerangka kerja analitis untuk merumuskan strategi dapat diterapkan untuk
semua ukuran dan jenis organisasi dan dapat membantu para ahli strategi mengidentifikasi,
mengevaluasi dan memilih strategi. Kerangka perumusan analitis analitis menurut Fred R. David
terdiri dari 3 tahap, yaitu:
1. STAGE 1: INPUT STAGE
Tahap ini berisi informasi masukan dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Teknik-
teknik dari tahap input terdiri dari:
a. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
b. Matriks Profil Kompetitif (CPM)
c. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
2. STAGE 2: MATCHING STAGE
Tahap ini berfokus pada penciptaan strategi alternatif yang berkaitan dengan faktor-faktor
eksternal dan internal utama. Teknik-teknik dari tahap pencocokan terdiri dari:
a. Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Peluang (SWOT)
b. Matriks Posisi Strategis dan Evaluasi Tindakan (SPACE)
c. Matriks Grup C Boston C onsulting (BCG)
d. Matriks Internal-Eksternal (IE)
e. Matriks Strategi Besar
3. STAGE 3: DECISION STAGE
Tahap ini menggunakan informasi input dari Fase 1 untuk secara objektif mengevaluasi strategi
alternatif yang diidentifikasi dari Fase 2. Teknik-teknik dari tahap pengambilan keputusan
adalah: Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM).

RESULTS AND DISCUSSION

Input Stage
Ife Matrics
Faktor Evaluasi Internal
Matriks IFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor internal untuk melihat kekuatan dan
kelemahan utama perusahaan dalam fungsi bisnisnya, matriks IFE untuk Kabupaten Bantul
adalah sebagai berikut:
Efe Matrics
External Evaluation Factor. Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor
eksternal untuk melihat Peluang dan Ancaman utama perusahaan terhadap fungsi bisnisnya,
matriks EFE untuk Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut:

Matching Stage

Swot Matrics. Matriks SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam sebuah proyek atau spekulasi
bisnis. Empat faktor yang membentuk akronim SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman). SWOT akan lebih baik didiskusikan menggunakan tabel yang dibuat di kertas besar,
sehingga hubungan dapat dianalisis dengan benar dari setiap aspek.
Matriks SWOT yang dikembangkan oleh Wheelen dan Hunger disusun seperti terlihat dengan 9
sel di bagian atas. Garis horizontal berisi Ringkasan Analisis Faktor Internal (IFAS), dan kolom
vertikal berisi Ringkasan Analisis Faktor Eksternal (EFAS). Dan menghasilkan 4 pilihan strategi,
yaitu:
1. Strengths-Oppurtunities (SO) diprogram menggunakan strategi untuk mengembangkan
peluang menggunakan kekuatan yang ada.
2. Weakness-Oppurtunities (WO) diprogram menggunakan strategi untuk mengembangkan
peluang dengan mengatasi kelemahan internal.
3. Strengths-Threats (ST) disusun dengan menggunakan strategi untuk menghindari
ancaman.
4. Weakness-Threats (WT) dibangun strategi untuk meminimalkan kelemahan dan pada
saat yang sama menghindari ancaman eksternal.
Berikut ini adalah hasil analisis Matriks SWOT di Kabupaten Bantul

Anda mungkin juga menyukai