Anda di halaman 1dari 14

Pelestarian & Pengawetan Koleksi

PELESTARIAN NILAI INFORMASI

DI

OLEH

KELOMPOK 5

NAMA :

 HISSYAM SYAHPUTRA (170503051)


 VERA RAHMI (170503063)
 ANGGI SEPTRIANA (160503025)

DOSEN PEMBIMBING :

DRS. SYUKRINUR, M.L.I.S

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

S1 ILMU PERPUSTAKAAN

DARUSSALAM – BANDA ACEH


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 3

I : PENDAHULUAN 4

1. Latar Belakang 4
2. Rumusan Masalah 4
3. Tujuan Penulisan 5

II : PEMBAHASAN 6

1. Nilai Informasi dalam Perpustakaan 6


a. Definisi Nilai Informasi 6
b. Karakteristik Nilai Informasi 7
2. Pelestarian dalam Perpustakaan 9
3. Pelestarian Nilai Informasi dalam Perpustakaan 9
a. Alih Bentuk Informasi 10
b. Perawatan Media Digitalisasi Koleksi Informasi 11

PENUTUP 13

DAFTAR PUSTAKA 14

2
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Pelestarian Nilai Informasi

Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Banda Aceh, 2019

Kelompok 9

3
I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Informasi hadir menyapa kita setiap saat, baik melalui media massa, cetak dan elektronik
maupun lewat sekedar obrolan dengan tetangga. Informasi menjadi salah satu kebutuhan
dasar manusia yang mereka butuhkan sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat, dan
sebagai warga Negara. Informasi sangat berperan aktif dalam kehidupan manusia saat ini,
karena memudahkan manusia dalam melakukan hal yang diinginkan. Maka dari itu,
informasi sangat bernilai dan harus dijaga.

Perpustakaan dan lembaga yang bergerak sebagai pusat informasi bertugas melakukan
kegiatan dalam hal pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan penyebaran informasi
kepada pengguna. Namun demikian, tugas tersebut tidak dapat dilaksanakan dengan baik bila
informasi yang akan disebarkan hilang atau mengalami kerusakan pada media perekamnya.

Oleh karena itu, sebagai pusat informasi, kegiatan melestarikan informasi merupakan
suatu kegiatan yang tidak dapat dielakkan lagi bagi perpustakaan dan lembaga informasi lain.
Bila tidak, maka misi yang dijalankan dan tujuan yang ingin dicapai sebagai pusat informasi
tidak dapat diwujudkan.

Pemahaman akan kesadaran dalam melestarikan informasi terutama harus ditumbuhkan


kepada pekerja informasi termasuk pustakawan sebagai sumber daya manusia yang
diharapkan dapat menjaga kelestarian suatu budaya bangsa, yang dengan itu, warisan ilmu
pengetahuan dapat berlangsung dengan baik kepada generasi penerus.

2. Rumusan Masalah

Apa itu nilai informasi dalam perpustakaan?

Apa definisi dan karakteristik dari nilai informasi?

4
Bagaimana pelestarian dalam perpustakaan?

Bagaimana cara melestarikan nilai informasi?

3. Tujuan Penulisan

Mengetahui maksud dari nilai informasi dalam perpustakaan.

Mengetahui definisi dan karakteristik nilai informasi.

Mengetahui pelestarian dalam perpustakaan.

Mengetahui cara melestarikan nilai informasi.

5
II

PEMBAHASAN

1. Nilai Informasi dalam Perpustakaan

Perpustakaan merupakan salah satu pusat informasi, dan informasi yang ada
diperpustakaan tentunya sudah diseleksi, dihimpun, diolah, dipersiapkan, dan dikemas
dengan baik sehingga semua informasi yang ada diperpustakaan benar-benar telah dikaji dan
dianalisis serta dipertimbangkan kegunaannya. Karena itu, sebuah perpustakaan memiliki
nilai informasi, maksudnya adalah informasi tersebut dapat digunakan oleh orang atau
masyarakat dalam menunjang atau memenuhi kebutuhannya. Jika kita menengok keluar
perpustakaan, misalnya pusat-pusat data bisnis, pusat data saham, pusat harga komoditi
tertentu, akan kita lihat betapa tinggi nya intensitas sirkulasi dan transaksi informasi.
Informasi sudah menjadi komoditi yang perjual-belikan.

Jika selama ini perpustakaan sebagai salah satu sumber dan mengelola informasi masih
bersifat “layanan sosial” namun tetap saja masih sepi pengunjung, maka dimungkinkan
karena masih banyak orang yang kurang menyadari arti pentingnya sebuah perpustakaan,
atau bahkan sebenarnya diperpustakaan kurang tersedia apa yang sesungguhnya dibutuhkan
oleh pemakai, sehingga orang cenderung kurang tertarik untuk datang keperpustakaan. Untuk
menjadikan perpustakaan berkembangan dan mampu mengelola informasi bernilai ekonomis
dan menjadikan komoditi ekonomi bukanlah sebuah mimpi belaka, karena apabila
perpustakaan dapat berkembang dengan baik dan masyarakat telah berkembang menjadi
masyarakat informasi maka hal-hal atau informasi tertentu diperpustakaan mungkin akan
dapat bernilai ekonomis.1

a. Definisi Nilai Informasi

Menurut kamus Merriam-Webster, nilai atau value berarti kemanfaatan atau kepentingan
relatif, sedangkan informasi sering didefinisikan sebagai data dengan arti (data with
meaning). Dari kedua definisi singkat tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai informasi bisa
diartikan sebagai data dengan arti atau makna atau informasi yang memiliki arti penting dan
manfaat yang relatif untuk membuat suatu keputusan untuk melakukan tidakan selanjutnya.
Nilai informasi menjadikan penerima informasi melakukan suatu tindakan atau

1
Wiji Suwarno, Pengetahuan Dasar Kepustakaan, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia), 2010, hlm. 8-9

6
menyelesaikan suatu persoalan. Penerima informasi akan mempertimbangkan nilai informasi
yang diterima untuk melakukan tindakan yang akan dilakukan karena dia sekaligus
merupakan pembuat keputusan. Sementara itu orang yang mengirimkan informasi yang dia
kirimkan kepada orang lain secara terpisah dan bisa berbeda dia bisa memandang informasi
tersebut bermanfaat atau tidak ada nilainya sama sekali. Nilai dari suatu informasi akan
menentukan apakah informasi tersebut layak untuk disimpan, digunakan, atau bahkan
dibuang.

Beberapa pakar seperti McGee & Prusak (1993) dan Walker (1993) menyatakan bahwa
data, baik yang bersifat numerik (angka) maupun tekstual, akan menjadi suatu informasi
apabila telah diorganisasi dan diberi konteks dengan tujuan atau analisis sehingga bisa
menjadi bermakna. Tentu saja informasi tidak selalu dapat dipisahkan dan lenyap begitu saja,
melainkan bisa meningkat nilainya apabila digunakan terus-menerus. Huber (1984)
mengatakan bahwa informasi bersifat self-regenerative atau bisa hidup secara mandiri.

Nilai informasi didefinisikan sebagai suatu istilah yang kadang-kadang disalah-artikan


sebagai kualitas informasi. Padahal nilai informasi berbeda dengan kualitas informasi. Galzer
(1993) mengatakan bahwa nilai informasi bisa implisit (sebagai informasi saja) dan bisa juga
eksplisit (lingkungan informasi) dengan berbagai atribut. Sementara itu kualitas informasi
hanya bisa dipandang dari sisi implisit saja. Kualitas informasi memiliki karakteristik
tersendiri yang lebih sempit dibandingkan dengan nilai informasi. Informasi bisa bernilai dan
berarti apabila seseorang benar-benar sedang membutuhkannya. Secara umum, informasi
dipandang bernilai jika informasi tersebut mempengaruhi penerima untuk membuat
keputusan untuk bertindak. Dengan kata lain, informasi memiliki nilai bila mempengaruhi
pembuatan keputusan.

b. Karakteristik Nilai Informasi

Seperti dijelaskan sebelumnya, nilai dari suatu informasi dilihat dari bermanfaat atau
tidaknya untuk membuat keputusan. Taylor (1986) menekankan bahwa nilai suatu informasi
memiliki arti dalam konteksmanfaat bagi pengguna informasi (“has meaning only in the
context of its usefulness to users”). Pengguna informasi adalah pembuat keputusan. Dia akan
menentukan apa yang akan diputuskan atau dilakukan setelah mendapatkan informasi, dan
karenanya dia membutuhkan informasi yang bernilai.

7
Nilai informasi memiliki karakteristik seperti relevansi, waktu dan keakuratan atau
ketepatan. Feltham (1968) mengatakan bahwa relevansi, waktu dan keakuratan adalah atribut
atas suatu informasi yang bernilai.

American Accounting Association (AAA) menyatakan bahwa relevansi merupakan


karakteristik penting dalam pemilihan informasi. Hal ini dapat dimengerti karena nilai
informasi sangat terkait dengan proses informasi yang di dalamnya termasuk kebutuhan
informasi, pencarian/penelusuran informasi dan seleksi serta penggunaan informasi.

Waktu sangat penting terkait dengan saat suatu informasi yang diterima. Waktu memiliki
peran penting bagi suatu informasi dan mempengaruhi nilai. Transfer informasi
membutuhkan waktu dan sangat terkait dengan beberapa faktor seperti ketrampilan pencarian
informasi, kemudahan akses informasi, lama respon, pemahaman atas informasi, dan
gangguan atau noise. Transfer informasi bisa memiliki keterlambatan penyampaian terutama
apabila hal itu terkait dengan suatu kegiatan atau kejadian. Dalamhal ini informasi hanya bisa
diperoleh secara lengkap apabila kegiatan atau kejadian tersebut telahsepenuhnya selesai.
Adanya interval waktu kegiatan membuat keputusan hanya dapat diambil setelahkegiatan
atau kejadian sepenuhnya selesai.

Namun demikian, dalam nilai informasi, waktu tidak terkait dengan kebaruan informasi.
Informasi yang sudah lama pun bisa bernilai untuk pembuatan sebuah keputusan. Informasi
dari Undang-Undang dasar misalnya, masih akan sangat relevan bagi pembuatan keputusan
saat ini meskipun informasi tersebut sudah lebih dari setengah abad. Pada waktu menuliskan
daftar riwayat hidup, informasi tentang pendidikan masa lalu pun juga masih bermanfaat dan
bernilai. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa waktu dalam nilai informasi hanya terkait
dengan waktu penerimaan informasi. Namun waktu juga berpengaruh terhadap ketersediaan
informasi pada waktu keputusan harus diambil. Informasi yang belum diterima pada waktu
dibutuhkan akan meningkatkan ketidakpastian dan akan menghambat pembuatan keputusan.
Disamping itu, pembuat keputusan mungkin akan mengundurkan keputusannya sampai dia
memperoleh informasi. Ini berarti penerima informasi akan menentukan untuk tidak
membuat keputusan atau tindakan karena adanya interval waktu penerimaan informasi atau
keterlambatan informasi.

Keakuratan informasi terkait dengan kuantifikasi dan kualitas informasi. Jika informasi
tidak akurat, keputusan yang diambil akan menjadi buruk dan akhirnya akan mengantarkan
pada tindakan yang lebih buruk lagi. Ketidak-akuratan informasi bisa diakibatkan oleh

8
gangguan (noise) dalam proses penyampaian (transmisi) dari pengirim ke penerima atau
karena adanya kesalahan dalam pemrosesaninformasi sebelum informasi tersebut
dikirimkan.2

2. Pelestarian dalam Perpustakaan

The American Institute For Conservation ( AIC) menyatakan bahwa pelestarian adalah
aktifitas memperkecil kerusakan secara fisik dan kimiawi dan mencegah hilangnya
kandungan informasi. Dureau dan Clement mengatakan bahwa pelestarian mencakup unsure-
unsur pengolah keuangan, cara penyimpanan, tenaga, teknik dan metode untuk melestarikan
bentuk fisik dan kandungan kandungan informasi bahan pustaka.

Para pustakawan seringkali berupaya keras untuk memberikan akses ke berbagai sumber
informasi dan bagaimana menggunakannya tanpa memedulikan kerusakan fisik yang
disebabkan oleh penggunaan bahan pustaka yang sangat sering. Pengguna yang teledor juga
sering kali mengakibatkan kerusakan yang tidak sedikit. Akibatnya, tidak sedikit bahan
pustaka yang rusak dan tidak dapat diperbaiki.

Berbagai unsur fisik, biologi dan kimiawi lainnya yang terdapat dilingkungan
perpustakaan seperti cahaya, suhu, kelembaban, zat polutan, debu, kotoran, jamur, serangga,
manusia, bencana, dan kondisi fisik materi itu sendiri juga memegang peranan yang besar
dalam hal ini. Oleh sebab itu, diperlukakanlah langkah-langkah strategis dan tepat dalam
usaha melestarikan koleksi perpustakaan.3

3. Pelestarian Nilai Informasi dalam Perpustakaan

Masalah terkait dengan upaya perlindungan nilai informasi koleksi telah menjadi salah
satu pemikiran utama diberbagai perpustakaan. Koleksi perpustakaan yang sebagian besar
adalah buku dan terbuat dari bahan kertas dengan kualitas yang bervariasi, karena faktor
alamiah pasti akan mengalami kerusakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan
koleksi tersebut disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Untuk mengatasi hal

2
Ida F Priyanto, Nilai Informasi, Naskah Untuk Berkala Informasi dan Perpustakaan, 2013, hlm. 1-5
3
Yeni Budi Rachman, Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka, (Depok: Rajawali Pers), 2017, hlm. 11

9
tersebut diperlukan usaha-usaha pelestarian guna menjaga agar kondisi bahan perpustakaan
dan nilai informasi yang terkandung didalamnya tidak mengalami kerusakan.

Pemeliharaan informasi dapat dilakukan dengan cara melestarikan fisik dokumen dan nilai
informasi yang terkandung didalamnya. Selain itu pemeliharaan informasi dapat juga
dilakukan dengan meminimalisir kerusakan (penanganan yang salah) yang terjadi pada bahan
pustaka (kertas & digital). Pelestatarian disini mencakup semua pertimbangan manajerial
termasuk tindakan pencegahan, teknik penyimpanan, kebijakan pelestarian, format ulang,
perbaikan, dan sebagainya.

Berikut akan diuraikan cara melestarikan nilai informasi yang terkandung dalam suatu
koleksi atau dokumen, yaitu:

a. Alih Bentuk Informasi

Pelestarian nilai informasi bisa dilaksanakan dengan cara alih bentuk informasi, misalnya
dalam bentuk mikro dan video disk atau direkam dalam compact disk (CD). Bentuk mikro
dapat berupa gulungan microfilm, microfis, aperature card ultrafis dan mikropaque.
Kelebihan dari bentuk mikro ini diantaranya: menghemat ruangan, keamanan lebih terjamin,
mudah diproduksi jika ada master negatifnya dan tidak menyimpang dari bentuk aslinya.

Disamping itu, dengan bantuan alat baca (scanner) serta teknologi komputer, pemakaian
dan penyimpanannya menjadi lebih mudah. Koleksi perpustakaan yang seharusnya dialihkan
kedalam bentuk mikro adalah jenis koleksi surat kabar atau majalah, karena pada umumnya
kualitas kertasnya bermutu rendah dan cepat rusak, tetapi informasinya kadang diperlukan
sebagai bahan rujukan yang dicari-cari. Beberapa pertimbangan alih bentuk informasi yaitu:

 Bahan perpustakaan sudah rusak, sehingga tak perlu disimpan lagi.


 Bahan perpustakaan masih baru, tetapi nilai fisiknya tidak penting, sehingga demi
penghematan ruangan dan pemeliharaan perlu dialihkan ke bentuk media lain.
 Bahan perpustkaan sangat penting walau dipinjamkan aslinya akan mudah rusak.4

4
Perpustakaan Nasional, Penentuan Skala Prioritas Preservasi Upaya Perlindungan Nilai Informasi
Koleksi Di Perpustakaan Nasional RI, Majalah: Media Pustakawan Vol. 19 No.2, 2012, Di akses melalui
http://www.perpusnas.go.id/magazine-detail.php pada 31 Maret 2019

10
b. Perawatan Media Digitalisasi Koleksi Informasi

Kegiatan mentransfer informasi tercetak kedalam bentuk digital seolah menjadi kesibukan
utama perpustakaan besar indonesia pada dasawarsa terakhir ini. Entah berapa ratus ribu
bahkan gigabyte dokumen yang telah dijadikan digital dibeberapa perpustakaan besar
Indonesia. Tidak itu saja, mereka membuat pangkalan data referensi seperti katalog online,
indeks subyek, dan sarana pencari informasi digital lainnya. Belum lagi jurnal elektronik,
peta digital, data, atau dokumen kelabu (dokumen pemerintah yang tidak diterbitkan untuk
umum) yang mereka koleksi dalam bentuk digital.

Dokumen digital rentan kerusakan dalam arti tidak dapat terbaca atau tak bisa diakses lagi.
Barangkali keadaan ini bakal berubah menjadi bom waktu yang mengancam kelangsungan
hidup perpustakaan digital.

Masalah kedua adalah perkembangan peranti keras diikuti peranti lunak yang berubah
versi dengan cepatnya. Kemudian versi lama tidak bisa membaca informasi pada versi baru.
Dunia digital Indonesia bergeming dengan ancaman tersebut dan kegiatan digitasi sepertinya
mengalir begitu saja. Memang, selain kendala dalam hal mesin, dalam kasus tertentu
dokumen digital terasa lebih mahal jika kita harus mencetaknya.

Preservasi data atau dokumen digital menjadi hal penting karena kondisi berikut :

 akumulasi data yang tak terkendali


 kerusakan data tanpa sengaja
 pengubahan data tanpa hak
 kelangkaan metadata dan sistem dokumentasi
 bentuk data elektronik yang tidak dapat dipreservasi
 kelangkaan mekanisme untuk preservasi

Untuk menyelamatkan nilai informasi agar dapat dimanfaatkan dalam waktu yang relatif
lebih lama lagi dan terhindar dari kerusakan terhadap koleksi digital atau elektronik, ada
beberapa cara preservasi digital, antara lain:

11
 Preservasi teknologi (technology preservation) yaitu perawatan secara seksama
terhadap semua perangkat keras dan lunak yang dipakai untuk membaca dan
menjalankan sebuah materi digital.
 Preservasi dengan cara penyegaran atau pembaruan (refreshing) dengan
memperhatikan usia media (memindahkan data dari media yang satu ke media yang
lain).
 Preservasi dengan cara melakukan migrasi dan format ulang (migration and
reformating) merupakan kegiatan mengubah konfigurasi data digital tanpa mengubah
kandungan isi intelektualnya.
 Preservasi dengan cara emulasi (emulation) yaitu proses “penyegaran” di lingkungan
sistem, Artinya secara teoritis dapat dilakukan pembuatan ulang secara berkala
terhadap program komputer tertentu agar dapat terus membaca data digital yang
terekam dalam berbagai format dari berbagai versi.5

5
Mustofa, Pelestarian Bahan Pustaka Digital, (Surakarta: UPT. Perpustakaan ISI Surakarta), Di akses
melalui http://digilib.isi-ska.ac.id/?p=531 pada 31 Maret 2019

12
PENUTUP

1. Kesimpulan

Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam sebuah sistem perpustakaan,
sehingga harus dilestarikan mengingat nilainya yang mahal. Untuk pelestarian nilai informasi
bahan pustaka perlu dilakukan dengan alih bentuk dokumen (kebentuk mikro atau
mikrofilm).

Selain itu, setelah pengalihan bentuk media informasi tadi, perlu dilakukannya perawatan
pada sistem digitalisasi, sehingga nilai informasi yang telah dialih media tadi dapat
dimanfaatkan dalam waktu yang relatif lama lagi dan terhindar dari kerusakan terhadap
koleksi digital atau elektronik.

2. Saran

Agar pihak perpustakaan lebih memerhatikan nilai informasi yang terkandung dalam
bahan pustaka terutama pada koleksi tercetak untuk diselamatkan dengan mengalih-media
koleksi yang sering dicari oleh pemustaka, sehingga kekurangan akan informasi pada koleksi
tersebut dapat teratasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wiji Suwarno. 2010. Pengetahuan Dasar Kepustakaan. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Ida F Priyanto. 2013. Nilai Informasi, Naskah Untuk Berkala Informasi dan
Perpustakaan.

Yeni Budi Rachman. 2017. Preservasi dan Konservasi Bahan Pustaka. Depok: Rajawali
Pers.

Perpustakaan Nasional RI. 2012. Penentuan Skala Prioritas Preservasi Upaya


Perlindungan Nilai Informasi Koleksi Di Perpustakaan Nasional RI. Majalah: Media
Pustakawan Vol. 19 No.2. Di akses melalui http://www.perpusnas.go.id/magazine-detail.php
pada 31 Maret 2019.

Mustofa. Pelestarian Bahan Pustaka Digital. Surakarta: UPT. Perpustakaan ISI Surakarta.
Di akses melalui http://digilib.isi-ska.ac.id/?p=531 pada 31 Maret 2019.

14

Anda mungkin juga menyukai