Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

PELANGGARAN ADAT

ADAT DESA CIGADOG KAB.TASIKMALAYA

Oleh :

NAMA : Faza Fauzan

NIM : E1A015104

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO
Sejarah Desa Cigadog Kab. Tasikmalaya

Awal mula sejarah Desa Cigadog berasal dari sebuah pohon yang bernama Gadog yang
konon adalah salah satu pohon yang memiliki populasi terbanyak di desa Cigadog. Seiring
berjalannya waktu, pohon tersebut tidak lagi terlihat. Versi lain juga ada yang menyebutkan
bahwa nama Desa Cigadog ini diambil dari para pengembara yang kemudian memutuskan
untuk menetap. 'Jedog' yang merupakan kata perintah bahasa Sunda (kasar) dari 'diam' dan kata
awal 'Ci'ataupun 'Cai' memiliki arti air dan dikatakan bahwa banyak sumber air di sini.

Pada tahun 1970, desa ini mengalami pemekaran menjadi dua wilayah yang disebabkan
oleh padatnya penduduk desa. Salah satu desa hasil pemekaran adalah Desa Mandalagiri yang
terletak di sebelah timur Desa Cigadog itu sendiri. Di Desa Cigadog terdapat sebuah tugu
peringatan masa gerakan G30SPKI. Tugu tersebut dibuat untuk mengingatkan bahwa desa ini
pernah menjadi salah satu persinggahan Jendral A.H. Nasution dalam pelariannya. Hal lainnya
mengenai Desa Cigadog adalah desa ini memiliki sebuah kesenian khas yaitu kesenian Rudat
yang berupa tarian seperti pencak silat untuk menyambut tamu penting yang datang ke Desa
Cigadog dan dipertunjukan pada hari-hari besar.

Pembangunan desa Cigadog dari tahun ke tahun terus berkembang. Pembangunan


dapat berupa pembangunan masjid, madrasah, jalan, dll. Surprisingly, terbentuknya
pemukiman di Desa Cigadog terjadi tanpa adanya Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
melainkan hanya berdasarkan keinginan masyarakat itu sendiri. Pembangunan listrik juga baru
di adakan pada tahun 1989.

Desa Cigadog terletak di Kecamatan Leuwisari kabupaten Tasikmalaya provinsi Jawa


Barat. Di sebelah utara berbatasan dengan hutan lindung, di selatan ada Desa Jayamukti, timur
Desa Mandalagir,i dan barat Desa Linggamulya. Luas desa berkisar 189.5 ha/m2. Desa ini
berada di dataran tinggi yang terletak di kaki Gunung Galunggung. Untuk mencapai desa dapat
menggunakan ojeg atau angkutan umum mulai dari Singaparna. Harga ojeg berkisar Rp.
10.000,00 sedangkan untuk angkutan umum Rp. 4.000,-00yang hanya ada sampai pukul 12:00
WIB. Mata pencarian masyarakatnya bermacam-macam seperti petani, peternak, wiraswasta,
dll. Namun petani lebih mendominasi. Desa Cigadog memiliki fasilitas yang cukup minim
dalam beberapa bidang. Misalnya saja hanya ada dua sekolah dasar (SD), tidak ada tempat
sampah di sepanjang jalan umum, tidak ada mobil ambulans, sangat kurangnya fasilitas pada
posyandu, dsb. Desa Cigadog memiliki pola pemukiman yang menyebar di seluruh desa. Ada
tiga dusun yang terdapat pada Desa Cigadog, yaitu Dusun Bebedahan, Dusun Cigadog, dan
Dusun Nyantong. Dari tiga dusun tersebut pemukiman terpecah menjadi 21 RT yang tersebar
di Desa Cigadog.Penyebaran tersebut disebabkan oleh mata air yang menjadi sumber
kehidupan dari warga sehingga pemukiman juga tersebar mengikuti mata air yang ada di
seluruh bagian desa.

Norma Adat Istiadat

• Aspek Norma-norma

Norma-norma adat-istiadat yang ada di Desa Cigadog diantaranya

 Perempuan tidak diperbolehkan keluar dari rumah dan berkeliaran pada malam hari.
 Laki-laki ataupun perempuan tidak boleh duduk dengan memeluk kedua kaki sambil
menekuk kedua kaki keatas sejajar dengan bahu karena dianggap duduknya para setan.
 Ketika menguap, mulut harus ditutup oleh punggung tangan kanan
Pelanggaran Norma Adat

Apabila masyarakat Desa Cigadog Melanggar norma adat yang telah di tetap kan atau
berlaku di Desa Cigadog maka, orang tersebut akan di kucilkan/di keluarkan dari lingkungan
masyarakat. Karena masyarakat Desa Cigadog sangat keras menetapkan norma norma adat
terutama “Perempuan tidak diperbolehkan keluar dari rumah dan berkeliaran pada malam
hari”, karena masyarakat Desa Cigadog meyakini apabila norma adat tersebut di langgar
maka akan ada masalah besar yang akan timbul di di desa mereka .

Anda mungkin juga menyukai