PENDAHULUAN
Perkembangan seni tari di sekolah membutuhkan penanganan yang semakin sungguh- sungguh karena upaya untuk
mengetengahkan seni tari sebagai media pendidikan tidak hanya sekedar menampilkan siswa.
Memperhatikan hal diatas, maka sudah selayaknya memberikan masukan-masukan positif bagi guru tari, dan atau
menghimpun informasi tentang pengalaman praktis di lapangan.
Mengingat pentingnya hal tersebut, maka perlu dikemukakan cara-cara yang dapat membantu guru-guru tari dalam
menyiapkan materi. Salah satunya adalah metode penulisan naskah tari. Dengan kemampuan menulis atau mempelajari
naskah tari, maka guru akan mudah membuat rencana pengajaran dan penjabarannya. Disamping itu akan mampu juga
memahami secara mendasar tentang konsep sebuah koreografi.
Kedudukan Dance Scrip yang lebih lazim dikenal dengan catatan tari, ternyata lebih diesensialkan. Sebab yang tertuang
disana tentunya tidak sekedar catatan atau laporan, tetapi juga memuat konsep-konsep dan methode penggarapan
(penyusunan). Untuk itu sudah selayaknya perlu dimasyarakatkan suatu bentuk penulisan yang disebut dengan naskah tari.
Kehadiran naskah tari dipandang dari urgensinya akan tampak keilmiahannya, karena dalam naskah tersebut secara
rasional tertuang maksud dan tujuan yang melatar belakangi penuangan ide serta adanya pendiskripsian berbagai hal secara
sistematis, dengan demikian akan terhindar suatu kerja spekulatif yang lebih mengandalkan kekuatan ituisi (perasaan)
artistik.
Dalam mempelajari pengetahuan penyusunan tari (koreografi) secara bersama-sama telah dikenalkan berbagai unsur-unsur
Koreografis yang sangat menunjang penulisan naskah, hanya saja secara khusus, seorang penulis naskah tari tidak hanya
pelaku teknis yang baik, tetapi juga seorang konseptor yang mampu berbahasa yang baik.
Bagi seorang Koreografer atau pembina seni tari, penguasaan tentang naskah tari sebenarnya mutlak dikuasai, karena
segala sesuatu tentang rencana presentasi karya tari ada di dalamnya. Untuk itu sebuah naskah tari tidak hanya milik
Koreografer (sebagai pedoman kerja), tetapi juga milik semua pendukung akan kehadiran sebuah koreografi.
Maka serba sedikit dan terbatas, tulisan ini akan memberikan gambaran yang duharapkan dapat memberikan petunjuk atau
tuntunan tentang penulisan naskah tari.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuliskanlah dasar pikiran (rasional) dari keinginan saudara mengangkat sebuah obyek, atau apapun yang secara kuat
mendorong perasaan untuk mengetengahkan sebuah ungkapan. Untuk penulisan dapat memakai pedoman atas pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
- Apa yang mendorong keinginan saudara untuk menciptakan sebuah tarian?
- Kapan dorongan itu terjadi dan dimana?
- Mengapa dorongan obyek itu sangat kuat sehingga saudara sangat terkesan ?
- Bagaimana efek atau pengaruh jika obyek itu saudara tarikan?
- Apa harapan saudara jika obyek itu berhasil diangkat menjadi sebuah karya tari?
Setelah saudara mampu menjabarkan latar belakang untuk menciptakan sebuah koreografi, kemudian melangkah pada
pemilihan tema garapan (tari), yaitu sebagai berikut:
1. Pemilihan Tema Tari
Dari obyek yang telah saudara pastikan, coba dicari masalah utamanya (pokok) yaitu yang disebut dengan Premise.
Premise adalah rumusan yang mengetengahkan masalah utama yang hendak diungkapkan, setiap karya tari selalu memiliki
landasan ideal ini, yaitu guna menentukan arah dan tujuan pokok lakon, sedangkan fungsi premise pada aspek teknis
merupakan landasan untuk membentuk pola kontruksi.
Premise dapat dideskripsikan sebagai berikut:
- Cerita Roro Mendut dan Pronocitro: Tragedi Asmara.
- Cerita Menak Jinggo Leno: Dendam dan Asmara.
- Cerita Gatutkaca Gandrung: Asmara yang membara.
Setelah premise dari sebuah obyek ditemukan dan dapat dirumuskan, kemudian baru menentukan tema. Di mana tema itu
berfungsi merumuskan premise dengan cara menguraikan secara mendalam. Maka hal tersebut sangat bergantung sekali
dengan sudut pandang penggarap (koreografer). Tidak mustahil jika sebuah obyek dengan premise yang sama akan
melahirkan ungkapan yang berbeda. Hal ini dikarenakan tekanan dari tema yang akan dibangun. Tema yang baik adalah
suatu pendeskripsian premise yang mampu mendorong terbangunnya sebuah jalinan pemikiran yang konstruktif dan
terarah.
Cerita Menak Jinggo Leno dengan premise: Dendam dan Asmara dapat dirumuskan temanya sebagai berikut: Dendam dan
Asmara yang membinasakan dirinya sendiri.
Setelah dapat merumuskan tema, maka kemudian menentukan judul:
2. Judul Garapan (Tari)
Tuliskan judul garapan yang cukup menarik, dan yang paling penting adalah sesuai dengan tema. Maka pada bagian ini
bila dibutuhkan dirumuskan secara terurai tentang alasan pemilihan judul.
3. C e r i t a (lakon)
Semua bentuk penyajian tari pasti memiliki alur yang saling berkaitan. Jalinan alur tersebut akan dapat ditangkap sebuah
makana rangkaian perjalanan.
Ungkapan yang menekankan sebuah aspek naratifnya akan tampak jelas cerita yang disampaikan, tetapi tidak jarang ada
ungkapan tari yang tidak menampakkan aspek naratifnya. Biasanya ungkapan yang demikian itu disebut penyajian
simbolik. Jika orang mengambil dari beberapa sumber cerita, maka bagian ini dapat dikembangkan penjelasannya. Atau
dapat menambah satu poin, yaitu Pengembangan cerita.
B. Sumber Pendukung
Pada bagian ini bertujuan untuk memperkuat keyakinan koreografer akan obyek, dimana obyek yang ditangkap tidak hanya
atas dasar kesan sesaat. Tetapi
secara mendalam diketahui benar, bahkan dikuasai betul seluk beluknya. Untuk itu perlu merujuk beberapa sumber
pendukung yang tediri dari buku (Literatur), hasil wawancara, pengalaman dan atau apa saja yang dapat memperkuat ide
atau gagasan.
2. Rangsangan Visual
Kadang seorang koreografer tiba-tiba mendapat rangsangan dari penglihatan (visual). Rangsang visual ini salah satu bentuk
pengembangan materi yang cukup populer. Karena penglihatan itu salah satu indera yang cukup tajam dalam menangkap
kesan, bentuk, warna atau kualitas permukaan. Maka pola pengembangan materi gerak lebih difokuskan pada kesan fisik.
3. Rangsang Raba
Rangsang ini berasal dari kesan permukaan rasa bahan (tekstur). Rangsang rabaan ini biasanya tidak langsung mewujudkan
bentuk-bentuk gerak, tetapi melalui proses asosiasi.maka sering kali rabaan sebagai sebuah sarana yang berikutnya
melahirkan gagasan bentuk gerak tertentu.
4. Rangsang Gagasan
Rangsangan ini berawal atas kesan-kesan tertentu yang menarik seperti membaca buku atau mengangan-angankan sesuatu,
menikmati panorama yang indah dan lain-lain.
5. Rangsang Kinestetik
Jika saudara secara sengaja telah berusaha untuk menangkap suatu kesan dari gejala gerak berikut rasa geraknya
(kinestetik). Cara pengembangan materi gerak semacam ini sangat menguntungkan bagi guru-guru di sekolah. Karena akan
muncul berbagai kemungkinan gerak dari berbagai siswa-siswa yang sangat beragam. Hal ini memungkinkan untuk tari di
sekolah, karena ada kendala tertentu yang sering kali menghambat minat anak-anak menari. Tari klasik dan tari-tari tradisi
membuat anak-anak merasa kesulitan.
Beberapa cara pengembangan materi dengan menekankan pada sumber timbulnya rangsangan untuk bergerak. Maka
beberapa rangsangan tersebut dapat dipilih, sudah barang tentu sesuai dengan ide pokoknya.
C. METODE PENYAJIAN
1. Metode penyajian yang reprentasional, yaitu tari yang disajikan seperti ujud ide dari obyek-obyek nyata (realistik).
2. Mode penyajian tari yang simbolis, yaitu tidak menekankan pelukisan obyek seperti kenyataannya, tetapi pengambilan
esensi yang ditawarkan. Pada umumnya tari yang simbolis penampilan ujudnya adalah abstrak.
D. KONSEP IRINGAN TARI
Konsep iringan pada bagian ini bukan menuliskan notasi, tetapi ide atau dasar pemikiran yang sangat mendasar tentang
kehadiran musik sebagai iringan tari.
E. KONSEP TATA TEKNIK PENTAS
1. Dekorasi atau setting (Stage Property)
Jika panggung pertunjukan perlu diberi hiasan untuk menarik perhatian penonton pada suasana tertentu, maka perlu
didiskripsikan maksud dan tujuan serta alasan-alasan yang hanya sebagai pengisi atau pembagi ruangan.
2. Property ( Peralatan untuk menari)
Jika tarian digarap membutuhkan benda-benda yang digunakan untuk menari, maka perlu digambarkan dan dilengkapi
dengan uraian-uraian tertentu. Utamanya untuk memberikan dukungan terhadap karakteristik tokoh-tokoh tertentu.
3. Tata Rias
Penataan rias juga bukan salah satu kelengkapan penataan penari, tetapi dibutuhkan alasa-alasan tertentu untuk
menjelaskan konsep dasar atau pokok pikiran. Selain itu juga perlu direncanakan bentuk dan tekniknya, dengan harapan
tukang rias mampu mengerjakan atau membantu penata tari.
4. Tata Busana
Semua tarian juga bukan suatu kelengkapan penampilan penari, tetapi dibutuhkan busana tertentu untuk menampilkan
penari sesuai dengan karakteristik tokoh ynag dikehendaki, unutk itu perlu diuraikan secara terperinci. Dengan harapan
busana itu memang mampu dipergunakan dan tidak mengganggu penari dalam mengekspresikan gerakan.
5. Tata Sinar
Konsep tata sinar memang perlu diuraikan tersendiri, karena tata sinar untuk pertunjukan ada dua, yaitu:
- Tata sinar sebagai penerangan panggung agar panggung tidak gelap.
- Tata sinar sebagai pembentuk suasana
Disamping itu juga ditinjau dari jenisnya, tata sinar dibagi dua yaitu: Tata Sinar Modern dan Tata Sinar Tradisional.
5. Komposisi
Tahap ini adalah tahap persiapan menuju pementasan. Sebagai sebuah komposisi sudah barang tentu telah mengaplikasikan
berbagai unsur-unsur, seperti rias, kostum property dan perlengkapan lain. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk
melihat secara menyeluruh efek artistik dari perwujudan tari.
BAB IV P E N U T U P
Seperti telah disebutkan di atas, berbagai hal yang meliputi cara, penuntun penulisan naskah tari dapat dikemukakan
sebagai berikut. Maka bukan tidak mungkin ada cara-cara tertentu yang lebih baik, tetapi secara mendasar sebuah naskah
tari adalah suatu konsep yang mampu menuntut koreografer mencapai tujuannya, yaitu membangun sebuah karya, sebagai
sebuah penutup, bagian ini dapat digunakan untuk mengutarakan berbagai hal yang secara umum belum atau tidak
terwadahi pada bab-bab di depan. Dengan demikian masih perlu memungkinkan seorang penulis naskah memberikan
catatan atau menggaris bawahi hal-hal yang sangat penting.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Pada bagian ini dapat disertakan lampiran-lampiran yang meliputi:
1. Notasi gending pengiring tar
2. Diskripsi gerak tari
3. Diskripsi pola lantai
4. Diskripsi tata sinar
5. Gambar desain rias dan busana
6. Album presentasi