(P_Controller)
1.1 Tujuan
1. Memahami konsep pemograman P_controller.
2. Dapat menulis teks program open loop dan P_controller pada M-file matlab.
3. Memahami pengaruh nilai konstanta P_controller pada sistem control.
Paling tidak 2 kendala dalam menganalisa sistem yang akan di buat, yaitu bagaimana
mendapatkan transfer function dari sistem tersebut kemudian menganalisanya secara cepat
dan mudah. Perancang sistem kontrol masih mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan
transfer function suatu sistem. Namun jika persamaan tersebut sudah di dapatkan , maka
proses analisanya tidak terlalu sulit. Sebab saat ini sudah dikembangkan software –
software yang akan memmbantu proses di atas. Salah satu software tersebut adalah matlab
dari mathworks, inc.
PID controller merupakan salah satu jenis pengatur yang banyak digunakan selain
itu sistem ini dengan muda dihubungkan dengan metoda pengaturan yang lain seperti
fuzzy dan robust. Sehingga akan menjadi suatu sistem pengatur seperti pada gambar 1.1
PID controller sebenarnya terdiri dari 3 jenis cara pengaturan yang saling
dikombinasikan, yaitu P (proportional) controller, D (derivaite) controlller, dan I (integral)
controller. Masing – masing memiliki prameter tertentu yang harus di set untuk dapat
beroperasi dengan baik, yang disebut dengan konstanta.
Setiap jenis memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing, hal ini dapat
dilihat pada tabel 1.1
Clossed-loop Rise time Overshoot Setting time SS eror
response
Kp Decrease Increase Small change Decrease
Tabel 1.1
Respon PID controller terhadap perubahaan konstanta [1]
Parameter – parameter tersebut tidak bersifat indenpenden, sehingga pada saat salah
satu nilai konstantanya dirubah, maka mungkin sistem tidak akan bereaksi seperti yang
di inginkan. Tabel di atas hanya dipergunakan sebagai pedoman jika akan melakukan
perubahaan kosntanta. Untuk merancang suatu PID controller, biasanya dipergunakan
metoda trial & error. Sehingga perancang harus mencoba kombinasi pengatur beserta
konstantanya untuk mendapatkan hasil terbaik yang paling sederhana.
Aplikasi matlab dalam bidang pengaturan dilengkapi dengan control tolbox. Tolbox
ini sudah dilengkapi dengan berbagai macam fungsi pendukung yang dipergunakan dalam
analisa sistem kontrol. Beberapa fungsi pendukung yang sering dipergunakan untuk
menganalisa suatu sistem adalah : feedback, step, rlocus, series, dll. Untuk menganalisa
suatu sistem, software hanya memerlukan masukan berupa transfer function yang ditulis
dalam laplace transform (dalam s-domain) atau matriks. Untuk slanjutnya, pemakai
tinggal memilih analisa yang akan dipergunakan. Topik ini akan membahas penggunaanya
secara khusus untuk merancang PID controlller pada suatu sistem.
Dari tabel 1 diketaui bahwa P controller dapat mengurangi rise time menambah
overshoot, dan mengurangi steady state error.
num=1;
den=[1 10 20];
plant=tf(num,den);
step(plant)
grid on;
title('2016310045/Yudi Bagus S respon open loop');
kp=300;
contr=kp;
sys_cl=feedback(contr*plant,1);
t=0:0.01:2;
step(sys_cl,t)
title('2016310045/Yudi Bagus S respon P_Controlter');
Dari praktikum kali ini yang kami lakukan pada job pertama yaitu tentang
Pemograman Propersional kontroler dengan Matlab (P_Controller) dapat di analisa dari
percobaan-percobaan yang kami lakukan yaitumembuat program untuksinyal awal dan kami
mendapatkan hasilnya, kemudian kami membuat prgram dengan merubah nilai KP yang
berubah-ubah dengan melakukan 10 kali percobaan dan kami pun mendapatkan hasil yang
berbeda-beda, baik itu rise time, overhoot,setting time dan ss erornya.
Percobaan pertama kami menggunakan nilai KP yaitu 300, dan mendapatkan datanya
yaitu rise time nya berjumlah 0,0728 detik, overshootnya berjumlah 40 %, setting time
berjumlah 0,772 detik, dan juga ss erornya berjumlah 0,062.
Percobaan kedua kami menggunakan nilai KP yaitu 360, dan mendapatkan datanya
yaitu rise time nya berjumlah 0,0665 detik, overshootnya berjumlah 42,9 %, setting time
berjumlah 0,73 detik, dan juga ss erornya berjumlah 0,054.
Percobaan ketiga kami menggunakan nilai KP yaitu 400, dan mendapatkan datanya
yaitu rise time nya berjumlah 0,0615 detik, overshootnya berjumlah 45,3 %, setting time
berjumlah 0,691 detik, dan juga ss erornya berjumlah 0,048
Percobaan keempat kami menggunakan nilai KP yaitu 450, dan mendapatkan datanya
yaitu rise time nya berjumlah 0,0573 detik, overshootnya berjumlah 47,5 %, setting time
berjumlah 0,773 detik, dan juga ss erornya berjumlah 0,043.
Percobaan kelima kami menggunakan nilai KP yaitu 100, dan mendapatkan datanya
yaitu rise time nya berjumlah 0,142 detik, overshootnya berjumlah 20 %, setting time
berjumlah 0,76 detik, dan juga ss erornya berjumlah 0,167
Percobaan keenam kami menggunakan nilai KP yaitu 200, dan mendapatkan datanya
yaitu rise time nya berjumlah 0,0927 detik, overshootnya berjumlah 32,4 %, setting time
berjumlah 0,747 detik, dan juga ss erornya berjumlah 0,091.
Percobaan ketujuh kami menggunakan nilai KP yaitu 500, dan mendapatkan datanya
yaitu rise time nya berjumlah 0,0539 detik, overshootnya berjumlah 49,3 %, setting time
berjumlah 0,744 detik, dan juga ss erornya berjumlah 0,038.
Percobaan kedelapan kami menggunakan nilai KP yaitu 600, dan mendapatkan
datanya yaitu rise time nya berjumlah 0,0488 detik, overshootnya berjumlah 52,4 %, setting
time berjumlah 0,784 detik, dan juga ss erornya berjumlah 0,032.
Jadi dalam percobaan dapat di simpulkan yaitu apabila nilai KP nya d beri nilai yang
keci maka hasil erornya cenderung besar, sebaliknya apabila nilai KP nya besar maka hasi
erornya akan kecil.
1.7 kesimpulan
Dari praktikum yang kami lakukan dari praktikum kali ini dapat di ambil kesimpulan
yaitu PID controller merupakan salah satu jenis pengatur yang banyak digunakan selain itu
sistem ini dengan muda dihubungkan dengan metoda pengaturan yang lain seperti fuzzy
dan robust. Dari praktikum apabila nilai KP d beri
nilai yang kecil maka nilai erornya besar, sebaliknya apabila nilai KP nya besar maka nilai
erornya akan kecil.
Daftar pustaka
Bourden, Paul R. (1998). “Methods for effective teaching” second edition. Boston: Allyn
and Bacon.
Heinrich, R (1989), “Instructional Media and The New technologies of instruction” 3
edition. New York: Mac Millan Publishing Company.
Ogata, Katsuhiko, (1997), “Teknik Kontrol Automatik Jilid I dan II” Edisi 2. Jakarta:
Erlanggga.
Stanley M. Shinners, (1998), “MATLAB & Simulink Based Books. Modern Control
System Theory and Design, 2ed. New York: John Wiley & Sons, Inc..
JOB 2
(PD_Controller)
2.1 Tujuan
4. Memahami konsep pemograman P_controller.
5. Dapat menulis teks program open loop dan P_controller pada M-file matlab.
6. Memahami pengaruh nilai konstanta P_controller pada sistem control.
2.2 Dasar teori
Peracangan PID controller selama ini menggunakan metoda trial and error dengan
perhitungan yang memakan waktu lama. Matlab yang dilengkapi conttrol tolbox,
membantu perancang untuk melihat respon berbagai kombinasi kosntanta dengan variasi
input yang berbeda. Penggunaan matlab sangat membantu perancang dalam menentukan
kombinasi di antara P, I, dan D controller untuk menghasilkan sistem pengaturan yang
baik dan sederhana.
Kontrol otomatis saat ini memberikan peran yang sangat besar dalam kehidupan
manusia, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan industri. Beberapa di antaranya
adalah robot, pengaturan suhu sebuah tangki, pengaturan kelembapan udara dalam sebuah
ruangan, tekanan udara dalam suatu pipa tertutup yang dijaga tetap, dan lain – lain.
Penguasaan sistem kontrol baik dalam hal teori maupun praktek akan menghasilkan suatu
sistem dengan respon yang sesuai dengan kebutuhan. Sebuah sistem kontrol yang
dirancang perlu di analisa terlebih dahulu untut mendapatkan gambaran respon sistemnya.
Gambaran tersebut meliputi :
4. Respon sistem terhadap berbagai macam input (step function , dan impulse
function, dll), termasuk jika adanya gangguan dari luar.
5. Kestabilan sistem (metode : root locus, frekuensi respon, state space).
6. Respon sistem terhadap bebrbagai macam jenis kontroler (P,I, D, dan /atau
kombinasinya).
Paling tidak 2 kendala dalam menganalisa sistem yang akan di buat, yaitu bagaimana
mendapatkan transfer function dari sistem tersebut kemudian menganalisanya secara cepat
dan mudah. Perancang sistem kontrol masih mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan
transfer function suatu sistem. Namun jika persamaan tersebut sudah di dapatkan , maka
proses analisanya tidak terlalu sulit. Sebab saat ini sudah dikembangkan software –
software yang akan memmbantu proses di atas. Salah satu software tersebut adalah matlab
dari mathworks, inc.
PID controller merupakan salah satu jenis pengatur yang banyak digunakan selain
itu sistem ini dengan muda dihubungkan dengan metoda pengaturan yang lain seperti
fuzzy dan robust. Sehingga akan menjadi suatu sistem pengatur seperti pada gambar 1.1
PID controller sebenarnya terdiri dari 3 jenis cara pengaturan yang saling
dikombinasikan, yaitu P (proportional) controller, D (derivaite) controlller, dan I (integral)
controller. Masing – masing memiliki prameter tertentu yang harus di set untuk dapat
beroperasi dengan baik, yang disebut dengan konstanta.
Setiap jenis memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing, hal ini dapat
dilihat pada tabel 1.1
Clossed-loop Rise time Overshoot Setting time SS eror
response
Kp Decrease Increase Small change Decrease
Tabel 1.1
Respon PID controller terhadap perubahaan konstanta [1]
Parameter – parameter tersebut tidak bersifat indenpenden, sehingga pada saat salah
satu nilai konstantanya dirubah, maka mungkin sistem tidak akan bereaksi seperti yang
di inginkan. Tabel di atas hanya dipergunakan sebagai pedoman jika akan melakukan
perubahaan kosntanta. Untuk merancang suatu PID controller, biasanya dipergunakan
metoda trial & error. Sehingga perancang harus mencoba kombinasi pengatur beserta
konstantanya untuk mendapatkan hasil terbaik yang paling sederhana.
Aplikasi matlab dalam bidang pengaturan dilengkapi dengan control tolbox. Tolbox
ini sudah dilengkapi dengan berbagai macam fungsi pendukung yang dipergunakan dalam
analisa sistem kontrol. Beberapa fungsi pendukung yang sering dipergunakan untuk
menganalisa suatu sistem adalah : feedback, step, rlocus, series, dll. Untuk menganalisa
suatu sistem, software hanya memerlukan masukan berupa transfer function yang ditulis
dalam laplace transform (dalam s-domain) atau matriks. Untuk slanjutnya, pemakai
tinggal memilih analisa yang akan dipergunakan. Topik ini akan membahas penggunaanya
secara khusus untuk merancang PID controlller pada suatu sistem.
Dari tabel 1 diketaui bahwa P controller dapat mengurangi rise time menambah
overshoot, dan mengurangi steady state error.
Kontrol Derivatif
Keluaran pengontrol diferensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi derivatif.
Perubahan yang mendadak pada masukan pengontrol akan mengakibatkan perubahan
yang sangat besar dan cepat. Ketika masukannya tidak mengalami perubahan, keluaran
pengontrol juga tidak mengalami perubahan, sedangkan apabila sinyal masukan berubah
mendadak dan menaik (berbentuk fungsi step), keluaran menghasilkan sinyal berbentuk
impuls. Jika sinyal masukan berubah naik secara perlahan (fungsi ramp), keluarannya
justru merupakan fungsi step yang besar magnitudenya sangat dipengaruhi oleh kecepatan
naik dari fungsi ramp dan factor konstanta Kd.
Sinyal kontrol u yang dihasilkan oleh kontrol D dapat dinyatakan sebagai G(s)=s.Kd
Dari persamaan di atas, nampak bahwa sifat dari kontrol D ini dalam konteks “kecepatan”
atau rate dari error. Dengan sifat ini ia dapat digunakan untuk memperbaiki respon transien
dengan memprediksi error yang akan terjadi. Kontrol Derivative hanya berubah saat ada
perubahan error sehingga saat error statis kontrol ini tidak akan bereaksi, hal ini pula yang
menyebabkan kontroler Derivative tidak dapat dipakai sendiri
Efek dari setiap pengontrol Proporsional, Integral dan Derivatif pada sistem lup
tertutup disimpulkan pada table berikut ini :
Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pengontrol P, I dan D dapat
saling menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi pengontrol
proporsional plus integral plus diferensial (pengontrol PID). Elemen-elemen pengontrol
P, I dan D masing-masing secara keseluruhan bertujuan :
Kita coba ambil contoh dari pengukuran temperatur, setelah terjadinya pengukuran
dan pengukuran kesalahan maka kontroler akan memustuskan seberapa banyak posisi tap
akan bergeser atau berubah. Ketika kontroler membiarkan valve dalam keadaan terbuka,
dan bisa saja kontroler membuka sebagian dari valve jika hanya dibutuhkan air yang
hangat, akan tetapi jika yang dibutuhkan adalah air panas, maka valve akan terbuka secara
penuh. Ini adalah contoh dari proportional control. Dan jika ternyata dalam prosesnya air
panas yang diharapkan ada datangnya kurang cepat maka controler bisa mempercepat
proses pengiriman air panas dengan membuka valve lebih besar atau menguatkan pompa,
inilah yang disebut dengan intergral kontrol.
Karakteristik pengontrol PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari ketiga
parameter P, I dan D. Penyetelan konstanta Kp, Ki dan Kd akan mengakibatkan
penonjolan sifat dari masing-masing elemen. Satu atau dua dari ketiga konstanta tersebut
dapat disetel lebih menonjol disbanding yang lain. Konstanta yang menonjol itulah akan
memberikan kontribusi pengaruh pada respon sistem secara keseluruhan.
Adapun beberapa grafik dapat menunjukkan bagaimana respon dari sitem terhadap
perubahan Kp, Ki dan Kd sebagai berikut :
PID Controler adalah controler yang penting yang sering digunakan dalam
industri. Sistem pengendalian menjadi bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam proses
kehidupan ini khususnya dalam bidang rekayasa industri, karena dengan bantuan
sistem pengendalian maka hasil yang diinginkan dapat terwujud. Sistem pengendalian
dibutuhkan untuk memperbaiki tanggapan sistem dinamik agar didapat sinyal keluaran
seperti yang diinginkan. Sistem kendali yang baik mempunyai tanggapan yang baik
terhadap sinyal masukan yang beragam.
Besarnya sinyal kontrol sebanding dengan perubahan error (e)Semakin cepat error
berubah, semakin besar aksi kontrol yang ditimbulkan. Lebih jelasnya maka lihat gambar
berikut.
Kp=300;
Kd=10;
num=[Kd Kp];
den=[1 10+Kd 20+Kp];
t=0 : 0.01 : 2;
step(num,den)
title('fajri rahmad trisyandi / 2016310005/ closed-loop step Kp=300
Kd=10');
Kd=10
Kd=100
3 Kp=50 0,0299 24,6 2,1 0,4
Kd=50
Kd=100
Kd=100
Kd=100
7 Kp=150 0,148 1,33 0,22 0,167
Kd=10
Kd=100
Kp=10
Kd=10
2.6 Analis data
Dari praktikum kali ini yang kami lakukan pada kali ini dapat di analisa dari 11 kali
percobaan kami mendapatkan hasil yang mendekati sempurna yaitu pada percobaan ke 5
yaitu dimana kami menggunakan nilai KP yaitu 40 dan Kd yaitu 100, dan mendapatkan
datanya yaitu rise time nya berjumlah 0,00649 detik, overshootnya berjumlah 80,7 %,
setting time berjumlah 10,2 detik, dan juga ss erornya berjumlah 0,5. Dimana dalam
gambar gelombangnya yaitu overshootnya tidak terlalu tinggi dari batas yang dinginkan.
Dan nilai rise timenya tidak terlalukecil dan ss eror yang d iniginkan tidak terlalu banyak
eroornya.
2.7 kesimpulan
Dari praktikum yang kami lakukan dari praktikum kali ini dapat di ambil kesimpulan
yaitu PID controller merupakan salah satu jenis pengatur yang banyak digunakan selain
itu sistem ini dengan muda dihubungkan dengan metoda pengaturan yang lain seperti
fuzzy dan robust. pengontrol diferensial umumnya dipakai untuk mempercepat respon
awal suatu sistem, tetapi tidak memperkecil kesalahan pada keadaan tunaknya.
Dari praktikum apabila nilai KP d beri nilai yang kecil maka nilai erornya besar,
sebaliknya apabila nilai KP nya besar maka nilai erornya akan kecil.
Daftar pustaka
(PI_Controller)
3.1 Tujuan
7. Memahami konsep pemograman P_controller.
8. Dapat menulis teks program open loop dan P_controller pada M-file matlab.
9. Memahami pengaruh nilai konstanta P_controller pada sistem control.
2.2 Dasar teori
Peracangan PID controller selama ini menggunakan metoda trial and error dengan
perhitungan yang memakan waktu lama. Matlab yang dilengkapi conttrol tolbox,
membantu perancang untuk melihat respon berbagai kombinasi kosntanta dengan variasi
input yang berbeda. Penggunaan matlab sangat membantu perancang dalam menentukan
kombinasi di antara P, I, dan D controller untuk menghasilkan sistem pengaturan yang
baik dan sederhana.
Kontrol otomatis saat ini memberikan peran yang sangat besar dalam kehidupan
manusia, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan industri. Beberapa di antaranya
adalah robot, pengaturan suhu sebuah tangki, pengaturan kelembapan udara dalam sebuah
ruangan, tekanan udara dalam suatu pipa tertutup yang dijaga tetap, dan lain – lain.
Penguasaan sistem kontrol baik dalam hal teori maupun praktek akan menghasilkan suatu
sistem dengan respon yang sesuai dengan kebutuhan. Sebuah sistem kontrol yang
dirancang perlu di analisa terlebih dahulu untut mendapatkan gambaran respon sistemnya.
Gambaran tersebut meliputi :
7. Respon sistem terhadap berbagai macam input (step function , dan impulse
function, dll), termasuk jika adanya gangguan dari luar.
8. Kestabilan sistem (metode : root locus, frekuensi respon, state space).
9. Respon sistem terhadap bebrbagai macam jenis kontroler (P,I, D, dan /atau
kombinasinya).
Paling tidak 2 kendala dalam menganalisa sistem yang akan di buat, yaitu bagaimana
mendapatkan transfer function dari sistem tersebut kemudian menganalisanya secara cepat
dan mudah. Perancang sistem kontrol masih mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan
transfer function suatu sistem. Namun jika persamaan tersebut sudah di dapatkan , maka
proses analisanya tidak terlalu sulit. Sebab saat ini sudah dikembangkan software –
software yang akan memmbantu proses di atas. Salah satu software tersebut adalah matlab
dari mathworks, inc.
PID controller merupakan salah satu jenis pengatur yang banyak digunakan selain
itu sistem ini dengan muda dihubungkan dengan metoda pengaturan yang lain seperti
fuzzy dan robust. Sehingga akan menjadi suatu sistem pengatur seperti pada gambar 3.1
Gambar 3.1 diagram unity feedback system
PID controller sebenarnya terdiri dari 3 jenis cara pengaturan yang saling
dikombinasikan, yaitu P (proportional) controller, D (derivaite) controlller, dan I (integral)
controller. Masing – masing memiliki prameter tertentu yang harus di set untuk dapat
beroperasi dengan baik, yang disebut dengan konstanta.
Setiap jenis memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing, hal ini dapat
dilihat pada tabel 3.1
Parameter – parameter tersebut tidak bersifat indenpenden, sehingga pada saat salah
satu nilai konstantanya dirubah, maka mungkin sistem tidak akan bereaksi seperti yang
di inginkan. Tabel di atas hanya dipergunakan sebagai pedoman jika akan melakukan
perubahaan kosntanta. Untuk merancang suatu PID controller, biasanya dipergunakan
metoda trial & error. Sehingga perancang harus mencoba kombinasi pengatur beserta
konstantanya untuk mendapatkan hasil terbaik yang paling sederhana.
Aplikasi matlab dalam bidang pengaturan dilengkapi dengan control tolbox. Tolbox
ini sudah dilengkapi dengan berbagai macam fungsi pendukung yang dipergunakan dalam
analisa sistem kontrol. Beberapa fungsi pendukung yang sering dipergunakan untuk
menganalisa suatu sistem adalah : feedback, step, rlocus, series, dll. Untuk menganalisa
suatu sistem, software hanya memerlukan masukan berupa transfer function yang ditulis
dalam laplace transform (dalam s-domain) atau matriks. Untuk slanjutnya, pemakai
tinggal memilih analisa yang akan dipergunakan. Topik ini akan membahas penggunaanya
secara khusus untuk merancang PID controlller pada suatu sistem.
Dari tabel 1 diketaui bahwa P controller dapat mengurangi rise time menambah
overshoot, dan mengurangi steady state error.
num=1;
den=[1 10 20];
plant=tf(num,den);
step(plant)
grid on;
kp=300;
ki=70;
num=[kp ki];
den=[1 10 20 + kp ki];
t=0:0.01:2;
step(num,den)
title('fajri rahmad trisyandi / 2016310005/ closed-loop step ');
Ki=70
Ki=100
Ki=200
Ki=300
Ki=300
Ki=100
Ki=500
Ki=100
3.6 Analis data
Dari praktikum yang kami lakukan pada kali ini yaitu tentang pemograman propersional
integral kontroler dengan matlab (PI-Controller) dapat di analisa dari beberapa percobaan yang
kami lakukan yang hampir mendekati kesempurnaan yaitu pada percobaan ke 8 yaitu dimana
kami menggunakan nilai kp = 150 dan ki = 100, dan kami mendapatkan datanya yaitu rise time
nya berjumlah 0,121 detik, overshootnya berjumlah 1,19 volt, setting time berjumlah 1,47
detik, dan juga ss erornya tidak ada karena nilai dari ss erornya d eliminasi. Dimana dapat
di lihat bahwasannya tinggi overshoottnya tdk terlalu tinggi dan dari gelombang dpat di
lihat juga hasilnya.
3.7 kesimpulan
Dari praktikum yang kami lakukan dari praktikum kali ini dapat di ambil kesimpulan
yaitu PID controller merupakan salah satu jenis pengatur yang banyak digunakan selain
itu sistem ini dengan muda dihubungkan dengan metoda pengaturan yang lain seperti
fuzzy dan robust. Dari praktikum apabila nilai KP d beri nilai yang kecil maka nilai
erornya besar, sebaliknya apabila nilai KP nya besar maka nilai erornya akan kecil.
Daftar pustaka
.
JOB 4
(PID_Controller)
4.1 Tujuan
10. Memahami konsep pemograman PID_controller.
11. Dapat menulis teks program PID_controller pada M-file matlab.
12. Memahami pengaruh nilai konstanta P_controller pada sistem control
Paling tidak 2 kendala dalam menganalisa sistem yang akan di buat, yaitu bagaimana
mendapatkan transfer function dari sistem tersebut kemudian menganalisanya secara cepat
dan mudah. Perancang sistem kontrol masih mendapatkan kesulitan untuk mendapatkan
transfer function suatu sistem. Namun jika persamaan tersebut sudah di dapatkan , maka
proses analisanya tidak terlalu sulit. Sebab saat ini sudah dikembangkan software –
software yang akan memmbantu proses di atas. Salah satu software tersebut adalah matlab
dari mathworks, inc.
PID controller merupakan salah satu jenis pengatur yang banyak digunakan selain
itu sistem ini dengan muda dihubungkan dengan metoda pengaturan yang lain seperti
fuzzy dan robust. Sehingga akan menjadi suatu sistem pengatur seperti pada gambar 4.1
𝐾𝑝𝑠2+𝐾𝑝𝑠+𝐾𝑖
H(s) = 𝑠3 +𝐾𝑝𝑠2+𝐾𝑝𝑠+𝐾𝑖
PID controller sebenarnya terdiri dari 3 jenis cara pengaturan yang saling
dikombinasikan, yaitu P (proportional) controller, D (derivaite) controlller, dan I (integral)
controller. Masing – masing memiliki prameter tertentu yang harus di set untuk dapat
beroperasi dengan baik, yang disebut dengan konstanta.
Setiap jenis memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing, hal ini dapat
dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1 Respon PID controller terhadap perubahaan konstanta
Clossed-loop Rise time Overshoot Setting time SS eror
response
Kp Decrease Increase Small change Decrease
Ki Decrease Increase Increase Eliminate
Parameter – parameter tersebut tidak bersifat indenpenden, sehingga pada saat salah
satu nilai konstantanya dirubah, maka mungkin sistem tidak akan bereaksi seperti yang
di inginkan. Tabel di atas hanya dipergunakan sebagai pedoman jika akan melakukan
perubahaan kosntanta. Untuk merancang suatu PID controller, biasanya dipergunakan
metoda trial & error. Sehingga perancang harus mencoba kombinasi pengatur beserta
konstantanya untuk mendapatkan hasil terbaik yang paling sederhana.
Aplikasi matlab dalam bidang pengaturan dilengkapi dengan control tolbox. Tolbox
ini sudah dilengkapi dengan berbagai macam fungsi pendukung yang dipergunakan dalam
analisa sistem kontrol. Beberapa fungsi pendukung yang sering dipergunakan untuk
menganalisa suatu sistem adalah : feedback, step, rlocus, series, dll. Untuk menganalisa
suatu sistem, software hanya memerlukan masukan berupa transfer function yang ditulis
dalam laplace transform (dalam s-domain) atau matriks. Untuk slanjutnya, pemakai
tinggal memilih analisa yang akan dipergunakan. Topik ini akan membahas penggunaanya
secara khusus untuk merancang PID controlller pada suatu sistem.
Kontrol Proporsional
Kontrol P jika G(s) = kp, dengan k adalah konstanta. Jika u = G(s) • e maka u = Kp •
e dengan Kp adalah Konstanta Proporsional. Kp berlaku sebagai Gain (penguat) saja tanpa
memberikan efek dinamik kepada kinerja kontroler. Penggunaan kontrol P memiliki
berbagai keterbatasan karena sifat kontrol yang tidak dinamik ini. Walaupun demikian
dalam aplikasi-aplikasi dasar yang sederhana kontrol P ini cukup mampu untuk
memperbaiki respon transien khususnya rise time dan settling time. Pengontrol
proporsional memiliki keluaran yang sebanding/proporsional dengan besarnya sinyal
kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan harga aktualnya).
kp=350;
ki=300;
kd=50;
contr=tf([kd kp ki],[1 0]);
sys_cl=feedback(contr*plant,1);
t=0:0.01:2;
step(sys_cl,t)
title('fajri rahmad trisyandi / 2016310005/ ');
-
3.6 Analis data
Dari praktikum yang kami lakukan pada kali ini yaitu tentang pemograman propersional
integral kontroler dengan matlab (PI-Controller) dapat di analisa dari beberapa percobaan yang
kami lakukan yang hampir mendekati kesempurnaan yaitu pada percobaan ke 6 yaitu dimana kami
menggunakan nilai kp = 1000 dan ki = 200 dan kd = 500, dan kami mendapatkan datanya
yaitu rise time nya berjumlah 0,00818 detik, overshootnya berjumlah 0,986 volt, setting time
berjumlah 0,0132 detik, dan juga ss erornya tidak ada karena nilai dari ss erornya d eliminasi.
Dimana dapat di lihat bahwasannya tinggi overshoottnya tdk terlalu tinggi dan dari gelombang
dpat di lihat juga hasilnya.
4.7 kesimpulan
Dari praktikum yang kami lakukan dari praktikum kali ini dapat di ambil kesimpulan yaitu
PID controller merupakan salah satu jenis pengatur yang banyak digunakan selain itu sistem ini
dengan muda dihubungkan dengan metoda pengaturan yang lain seperti fuzzy dan robust.
Daftar pustaka
5.1 Tujuan
1. Memahami bagian-bagian dan fungsi dari arduino mikrokontroller
2. Memahami konsep dasar pemrograman arduino
3. Mampu membuat program sederhana arduino 12 LED berjalan
Arduino Uno
Arduino adalah sebuah kit elektronik open source yang dirancang khusus untuk
memudahkan bagi para seniman, desainer, dan siapapun yang tertarik dalam menciptakan
objek atau mengembangkan perangkat elektronik yang dapat berinteraksi dengan bermacam-
macam sensor dan pengendali.
Arduino UNO merupakan sebuah board mikrokontroler yang dikontrol penuh oleh
ATmega328. Seperti yang ditunjukan pada gambar 1 dibawah, Arduino UNO mempunyai 14
pin digital input/output (6 di antaranya dapat digunakan sebagai output PWM), 6 input
analog, sebuah osilator Kristal 16 MHz, sebuah koneksi USB, sebuah power jack, sebuah
ICSP header, dan sebuat tombol reset. Arduino UNO memuat semua yang dibutuhkan untuk
menunjang mikrokontroler, mudah menghubungkannya ke sebuah computer dengan sebuah
kabel USB atau mensuplainya dengan sebuah adaptor AC ke DC atau menggunakan baterai
untuk memulainya.
B. Skematik Arduino
Skematik arduino board yang telah disederhanakan seperti pada gambar 2 Shield
merupakan sebuah papan yang dapat dipasang diatas arduino board untuk menambah
kemampuan dari arduino board. Bahasa pemograman yang dipakai dalam Arduino bukan
bahasa assembler yang relatif sulit, melainkan bahasa pemograman mirip dengan bahasa
pemrograman C++ yang disederhanakan dengan bantuan pustaka-pustaka (libraries)
Arduino.
Gambar 5.4 Arduino yang digunakan untuk membaca sensor yang ditampilkan ke LCD [3]
digitalWrite(2,HIGH);
delay(200);
digitalWrite(2,LOW);
delay(200);
digitalWrite(3,HIGH);
delay(200);
digitalWrite(3,LOW);
delay(200);
digitalWrite(4,HIGH);
delay(200);
digitalWrite(4,LOW);
delay(200);
digitalWrite(5,HIGH);
delay(200);
digitalWrite(5,LOW);
delay(200);
digitalWrite(6,HIGH);
delay(200);
digitalWrite(6,LOW);
delay(200);
digitalWrite(7,HIGH);
delay(200);
digitalWrite(7,LOW);
delay(200);
digitalWrite(8,HIGH);
delay(200);
digitalWrite(8,LOW);
delay(200);
digitalWrite(9,HIGH);
delay(200);
digitalWrite(9,LOW);
delay(200);
digitalWrite(10,HIGH);
delay(200);
digitalWrite(10,LOW);
delay(200);
digitalWrite(11,HIGH);
delay(200);
digitalWrite(11,LOW);
delay(200);
digitalWrite(12,HIGH);
delay(200);
digitalWrite(12,LOW);
delay(200);
digitalWrite(13,HIGH);
delay(200);
digitalWrite(13,LOW);
delay(200);
}
2. Running LED
int led1 = 6 ;
int led2 = 7 ;
int led3 = 8 ;
int led4 = 9 ;
int led5 = 10 ;
int led6 = 11 ;
int led7 = 12 ;
int led8 = 13 ;
void setup() {
// put your setup code here, to run once:
pinMode (led1, OUTPUT);
pinMode (led2, OUTPUT);
pinMode (led3, OUTPUT);
pinMode (led4, OUTPUT);
pinMode (led5, OUTPUT);
pinMode (led6, OUTPUT);
pinMode (led7, OUTPUT);
pinMode (led8, OUTPUT);
}
void loop() {
void loop() {
Sebelum memahami cara kerja dari rangkaian running led, ada baiknya dibahas
dulu mengenai IC 555 dan IC 4017.1. IC 555IC (Integrated Circuit) ini biasa
disebut IC pewaktu. Karena fungsinya memang digunakan untuk sebuah rangkaian
pewaktu dan multivibrator. Dengan IC 555 ini ada dua jenis rangkaian yang di hasilkan,
Rangkaian Monostable dan 9 Astable. Dan yang akan di pakai untuk membuat knight
rider adalah yang Astable. Rangkaian Astable, IC 555 berfungsi sebagai penghasil
sinyal kotak (pulsa) dengan frekuensi tertentu secara terus menerus.2. IC 4017IC 4017
ini adalah IC counter decoder jenis CMOS yang biasa di pakai untuk membuat running
LED (LED berjalan). IC ini akan menghasilkan output dengan tegangan bernilai HIGH
secara bergantian. Dan cepat lambatnya output yang bergantian dari satu pin
ke pin yang lain tergantung dari input pulsa yang diberikan. Jika frekuensinya
tinggi maka outputnya juga akan bergantian dengan cepat, begitupun sebaliknya. Input
pulsa yang diterima berasal dari hasil IC 555 yang dirangkai Astable sehingga bisa
menghasilkan sinyal kotak dengan frekuensi tertentu secara terus menerus.Sebagai
komponen utama, IC 555 dan IC 4017 akan memberikan pulsa lisrik yang dihasilkan
terus menerus secara bergantian akan menghidupkan LED yang ada. LED akan terus
menerus hidup dan mati dengan pola yang sama tergantung dari penyusunan
dari LED itu sendiri. Telah kita ketahui bahwa komponen-komponen elektronika
yang dibutuhkan untuk merangkai running led mempuyai cara kerja tersendiri yaitu :
1. Resistor berfungsi sebagai tahanan listrik yang mempunyai besar tahanan sesuai
dengan warna-warna yang ditunjukkan pada transistor.10
5.7 Kesimpulan
Prinsip kerja dari running led ini adalah dengan menggunakan IC yang
dapat secara konstan mengirimkan pulsa listrik untuk menghidupkan LED yang ada
dengan waktu tertentu. Dengan menerapkan cara kerja running led ini, maka dapat
dibuat tulisan berjalan dengan menggunakan rangkaian ini. Untuk membentu suatu
tulisan berjalan yang ingin dibuat, diperlukan pemahaman lebih lanjut mengenai
rangkaian ini, dikarenakan makalah ini hanya menjelaskan bagaimana dasar-
dasarnya dalam membuat tulisan berjalan ataupun yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
6.1 Tujuan
1. Memahami bagian-bagian dan fungsi mikrokontroller arduino
2. Memahami konsep dasar pemrogramana arduino untuk traffic light
3. Mampu membuat program arduino untuk traffic light
Traffic light adalah lampu yang digunakan untuk mengatur kelancaran lalu lintas di
suatu persimpangan jalan dengan cara member i kesempatan pengguna jalan dari masing -
masing arah untuk berjalan secara bergantian. Karena fungsinya yang begitu penting maka
lampu lalu lintas harus dapat dikendalikan atau dikontrol semudah dan seefisien mungkin
guna memperlancar arus lalu lintas di suatu persimpangan jalan. Seiring dengan
perkembangan zaman yang juga disertai dengan perkembangan teknologi, jumlah
kendaraan yang ada terus bertambah banyak sehingga lalu lintas di jalan juga semakin
bertambah padat, akan tetapi hal tesebut tidak diikuti dengan perkembanagn infrastruktur
yang ada. Perkembangan tersebut membawa dampak terhadap sist em lalu lintas yang ada
yaitu dalam sistem pengaturan waktu penyalaan traffic light. Sebagian besar pengendalian
pewaktuan sistem traffic light yang ada pada saat ini masih menggunakan pewaktu yang
sudah terpasang pada sistemnya dan tidak memiliki fitur pengaturan pewaktuan penyalaan.
Hal itu menyebabkan operator tidak dapat mengubah-ubah waktu nyala lampu lalu lintas
pada tiap-tiap arah setiap saat, untuk menyesuaikan kondisi jalan dan kepadatan kendaraan
yang ada pada tiap 2 ruas jalan. Hal itu adalah sebagian kekurangan dari pengendalian
traffic light pada saat ini. Contoh pengendalian lampu dengan Program Logic Control
(PLC), pengaturan traffic light dengan PLC memiliki kekurangan dalam pengaturan
pewaktuanya karena sulit diatur secara real time. Kekurangan tersebut timbul karena untuk
pemrogramannya harus terhubung dengan komputer. Dalam perkembangan yang lebih lajut
dibuatlah sistem taffic light yang dikendalikan dengan Radio Frekuensi (RF), akan tetapi
komunikasi dengan radio kurang aman baik ad anya gangguan dari sinyal noise maupun
gangguan dari unsur manusia yang jail. Hal tersebut coba diperbaiki dengan pembuatan
sistem taffic light yang berbasis Personal Computer (PC). Pengendalian dengan PC
memiliki kelebihan pada memori yang besar dan memiliki sistem pewaktuan yang mudah
diatur, disamping itu pula untuk pengawasanya pun akan lebih mudah. Namun sistem
pengendalian taffic light yang berbasis PC memiliki kendala dalam hal pemasangannya, hal
ini terkait dengan sistem transfer data serial yang terbatas jaraknya. Disamping itu juga
pengendalian mengunakan PC memiliki kelemahan dalam sistem pengkabelanya yang lebih
rumit dan pembiayaan yang cenderung lebih mahal . Berdasarkan penelitian yang telah ada
penyusun mencoba untuk mengembangkan penelitian sebelumnya yaitu pengendalian blok
taffic light yang dilengkapi dengan pengaturan jam sibuk (rush hour) yang berbeda-beda 3
dan pewaktuannya dapat diatur dengan tombol sehingga dapat dipilih dan disesuikan
dengan tingkat kepadatan yang ada. Pengkondisian kapan jam sibuk yaitu ketika memasuki
jam-jam dimana jumlah kendaraan yang menuju ke arah tertentu akan lebih banyak, sebagai
contoh pada saat jam akan memasuki waktu kerja dan masuk sekolah maka jumlah
kendaraan yang menuju kearah kota akan meningkat dan menjadi padat, sebaliknya jalan
yang keluar pusat keramaian cenderung akan lebih sepi. Pengkondisian jam sibuk tersebut
diharapkan dapat membantu mengurangi waktu tunggu ketika berada di perempatan saat
menunggu traffic light. Sekarang ini yang banyak digunakan adalah sistem traffic light
berbasis mikrokontroler yang dapat digunakan sebagai sarana pemproses logika dan
perintah untuk me ngatur penyalaan lampu traffic. Sistem traffic light berbasis
mikrokontroler juga sering dijadikan pilihan karena pembiayaanya yang relative lebih
murah.
Traffic Light System adalah alat inspeksi paling efektif untuk mengurangi kerusakan bawaan
langsung dari sumbernya.
Ini adalah system inspeksi yang dilakukan secara random. Karena system ini memiliki
komunikasi visual maka Traffic Light System lebih efektif untuk mengontrol kualitas lantai
belanja di banding tools kualitas lainnya. Pada waktu besamaan ia juga dapat mengukur
tingkat performa operator dalam soal kualitas. Tak ada operator yang mau tampil sebagai
pembuat kualitas rendahan. Selama penjahitan garmen, mereka ini berkonsentrasi pada aspek
kualitas.
- Perancangan Hardware
digunakan untuk mengirimkan data informasi dalam bentuk sinyal digital kerangkaian
penerima.
Traffic Light System adalah sebuah kontrol visual untuk menyoroti masalah kualitas di jalur
penjahitan (sewing line). Tiga kartu berwarna berbeda diletakan di setiap tempat operator.
Warna hijau menandakan kalau kualitas sesuai dengan standar kostumer, kuning
menunjukkan bahwa kesalahan kecil telah ditemukan dan diperlukan kehati-hatian dan yang
terakhir warna merah, menunjukkan bahwa standar kualitas tidak sesuai persyaratan standar
yang diingini pelanggan.
Perkembangan teknologi saat ini semakin pesat dalam kehidupan manusia. Banyaknya
aktifitas manusia menyebabkan banyaknya sarana yang digunakan untuk mempermudah
kegiatan manusia. Salah satunya adalah sarana transportasi darat, seperti mobil, sepeda
motor,serta angkutan darat lainnya. Kondisi ini kadang menyebabkan kemacetan terutama di
daerah perkotaan yang banyak aktifitasnya. Lampu lalulintas sangat berperan mencegah
terjadinya kemacetan, karena pemakai jalan menjadi tertibuntuk mengikuti hidup matinya
lampu tersebut.Lampu lalu lintas adalah adalah lampu yang mengendalikan arus lalu lintas
yangterpasang di persimpangan jalan, tempat penyeberangan pejalan kaki (
zebra cross), dan tempat arus lalu lintas lainnya. Lampu ini yang menandakan kapan harus
berjalan dan berhenti secara bergantian dari berbagai arah
. Pengaturan lalu lintas di persimpangan jalan dimaksudkan untuk mengatur pergerakan
kendaraan pada masing-masing kelompok pergerakankendaraan agar dapat bergerak secara
bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar-arus yang ada. Lampu lalu lintas telah
diadopsi di hampir semua kota di dunia ini. Lampu ini menggunakan warna yang diakui
secara universal.
6.3 Alat dan Bahan
1. Led
2. Resistor 220 Ω
3. Pin head 13 pin
4. Modul arduino
5. Laptop/PC
6. Software arduino
void loop() {
// put your main code here, to run repeatedly:
digitalWrite (2, HIGH);
digitalWrite (3, HIGH);
digitalWrite (4, HIGH);
delay (50);
digitalWrite (2, LOW);
digitalWrite (3, LOW);
digitalWrite (4, LOW);
delay (50);
digitalWrite (11, HIGH);
digitalWrite (12, HIGH);
digitalWrite (13, HIGH);
delay (50);
digitalWrite (11, LOW);
digitalWrite (12, LOW);
digitalWrite (13, LOW);
delay (50);
digitalWrite (8, HIGH);
digitalWrite (9, HIGH);
digitalWrite (10, HIGH);
delay (50);
digitalWrite (8, LOW);
digitalWrite (9, LOW);
digitalWrite (10, LOW);
delay (50);
digitalWrite (5, HIGH);
digitalWrite (6, HIGH);
digitalWrite (7, HIGH);
delay (50);
digitalWrite (5, LOW);
digitalWrite (6, LOW);
digitalWrite (7, LOW);
delay (50);
}
void loop() {
// put your main code here, to run repeatedly:
digitalWrite (13, LOW);
digitalWrite (6, LOW);
delay (50);
digitalWrite (12, HIGH);
digitalWrite (11, HIGH);
delay (50);
digitalWrite (12, LOW);
digitalWrite (11, LOW);
delay (50);
digitalWrite (10, LOW);
digitalWrite (9, LOW);
delay (50);
digitalWrite (8, HIGH);
digitalWrite (7, HIGH);
delay (50);
digitalWrite (8, LOW);
digitalWrite (7, LOW);
delay (50);
}
6.6 Analisa
a. Start Stop Circuit
Merupakan rangkaian yang berfungsi sebagai pintu utama yang mengatur
supply tegangan ke seluruh jalur pengawatan pada rangkaian pengendali traffic
light. Disebut juga dengan self holding circuit. Pada bagian ini terdapat dua
tombol yang masing-masing berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan
rangkaian.
b. Rangkaian pengendali traffic light.
Berfungsi mengendalikan lampu hijau, merah dan kuning pada masing-
masing jalur. Rangkaian pengendali terbagi menjadi empat bagian sesuai dengan
jumlah jalur lalu lintas yang akan diatur. Bagian pengendali pada jalur 1
merupakan bagian yang akan pertama kali bekerja ketika mendapat supply
tegangan dari rangkaian start stop. Bagian ini juga akan memberikan trigger
kepada bagian rangkaian yang akan mengendalikan lampu di jalur berikutnya.
Selain itu, bagian pengendali pada jalur 1 juga terhubung dengan bagian
pengendali lampu pada jalur 4 untuk membentuk fungsi looping. Sehingga siklus
nyala lampu dapat berlangsung secara terus menerus. Bagian lainnya, yaitu
bagian pengendali pada jalur 2, 3 dan 4 memiliki susunan rangkaian dan cara
kerja yang sama dengan bagian 1. Setiap bagian akan mendapatkan trigger dari
bagian diatasnya untuk dapat beroperasi mengatur nyala lampu, setelah itu
trigger akan diberikan kepada bagian pengendali pada jalur berikutnya.
c. Timer
Timer terintegrasi pada masing-masing jalur pengendali. Fungsi timer adalah
mengatur lama waktu penyalaan lampu berdasarkan warna pada masing-masing
jalur.
6.7 Kesimpulan
Alaydrus, Mudrik. 2011. Antena (Prinsip dan Aplikasi). Yogjakarta: Graha Ilmu.
Budiharto, Widodo. 2011. Aneka Proyek Mikrokontroler,Edisi-1. Yogjakarta: Graha
Ilmu.Bustoni,Rofiq.
JURNAL (Elektro et al., n.d.)
JOB 7
Pemrograman mikrokontroller arduino untuk arah putaran
7.1 Tujuan
1.) Memahami bagian-bagian dan fungsi dari mikrokontroller arduino
2.) Memahami konsep pemrograman arduino untk arah putaran motor
3.) Mampu membuat program arduino unutk arah putaran motor
Motor Listrik DC atau DC Motor adalah suatu perangkat yang mengubah energi
listrik menjadi energi kinetik atau gerakan (motion). Motor DC ini juga dapat disebut
sebagai Motor Arus Searah. Seperti namanya, DC Motor memiliki dua terminal dan
memerlukan tegangan arus searah atau DC (Direct Current) untuk dapat
menggerakannya. Motor Listrik DC ini biasanya digunakan pada perangkat-perangkat
Elektronik dan listrik yang menggunakan sumber listrik DC seperti Vibrator Ponsel,
Kipas DC dan Bor Listrik DC. Motor Listrik DC atau DC Motor ini menghasilkan
sejumlah putaran per menit atau biasanya dikenal dengan istilah RPM (Revolutions per
minute) dan dapat dibuat berputar searah jarum jam maupun berlawanan arah jarum jam
apabila polaritas listrik yang diberikan pada Motor DC tersebut dibalikan. Motor Listrik
DC tersedia dalam berbagai ukuran rpm dan bentuk. Kebanyakan Motor Listrik DC
memberikan kecepatan rotasi sekitar 3000 rpm hingga 8000 rpm dengan tegangan
operasional dari 1,5V hingga 24V. Apabile tegangan yang diberikan ke Motor Listrik DC
lebih rendah dari tegangan operasionalnya maka akan dapat memperlambat rotasi motor
DC tersebut sedangkan tegangan yang lebih tinggi dari tegangan operasional akan
membuat rotasi motor DC menjadi lebih cepat. Namun ketika tegangan yang diberikan ke
Motor DC tersebut turun menjadi dibawah 50% dari tegangan operasional yang
ditentukan maka Motor DC tersebut tidak dapat berputar atau terhenti. Sebaliknya, jika
tegangan yang diberikan ke Motor DC tersebut lebih tinggi sekitar 30% dari tegangan
operasional yang ditentukan, maka motor DC tersebut akan menjadi sangat panas dan
akhirnya akan menjadi rusak.
Pada saat Motor listrik DC berputar tanpa beban, hanya sedikit arus listrik atau daya
yang digunakannya, namun pada saat diberikan beban, jumlah arus yang digunakan akan
meningkat hingga ratusan persen bahkan hingga 1000% atau lebih (tergantung jenis beban
yang diberikan). Oleh karena itu, produsen Motor DC biasanya akan mencantumkan Stall
Current pada Motor DC. Stall Current adalah arus pada saat poros motor berhenti karena
mengalami beban maksimal.
-elevator atau lif tiga lantai ini mengacu pada lift-lift yang telah ada secara umum dengan
tujuan agar hasil perancangan bisa menyerupai lift yang sebenarnya. Namun demikian ada
beberapa fungsi yang tidak diterapkan karena keterbatasan dalam segala hal mengenai sistem
ini.
Untuk menggerakannya lagi, tepat pada saat kutub kumparan berhadapan dengan
kutub magnet, arah arus pada kumparan dibalik. Dengan demikian, kutub utara kumparan
akan berubah menjadi kutub selatan dan kutub selatannya akan berubah menjadi kutub
utara. Pada saat perubahan kutub tersebut terjadi, kutub selatan kumparan akan berhadap
dengan kutub selatan magnet dan kutub utara kumparan akan berhadapan dengan kutub
utara magnet. Karena kutubnya sama, maka akan terjadi tolak menolak sehingga
kumparan bergerak memutar hingga utara kumparan berhadapan dengan selatan magnet
dan selatan kumparan berhadapan dengan utara magnet. Pada saat ini, arus yang mengalir
ke kumparan dibalik lagi dan kumparan akan berputar lagi karena adanya perubahan
kutub. Siklus ini akan berulang-ulang hingga arus listrik pada kumparan diputuskan.
Motor DC memerlukan suplai tegangan yang searah pada kumparan medan untuk diubah
menjadi energi mekanik. Bagian utama motor DC adalah statos dan rotor dimana
kumparan medan pada motor dc disebut stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan
jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Bentuk motor paling sederhana memiliki
kumparan satu lilitan yang bisa berputar bebas di antara kutub-kutub magnet permanen.
Rancangan Software Bagian software
merupakan bagian yangberfungsi untuk mengatur kerja dan gerakan robot mulai dari
gerakan secara otomatis sampai gerakan yang dikendalikan melalui joystick/stick PS.
Dalam perakitan robot, bagian software biasanya adalah program untuk membuat
gerakan-gerakan robot. Jika program telah selesai dibuat, program tersebut akan diisikan
ke dalam chip dari robot yang kemudian robot akan dilihat pergerakannya. Jika
pergerakannya sudah sesuai dengan yang diinginkan maka program dikatakan telah
berhasil, tetapi jika per-gerakannya belum sesuai atau masih ada error maka program akan
diperbaiki sampai pergerakan robotnya telah sesuai dengan yang diinginkan. Bahasa
pemrograman yang dipakai untuk
yang berfungsi sebagai catu daya motor, rangkaian pengendali putaran motor (driver
motor), rangkaian pengendali gerakan robot, dan berbagai macam fungsi lain. Komponen-
komponen dan rangkaian penyusun bagian hardware robot tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Transistor Fungsi transistor yaitu untuk menguatkan arus pada rangkaian dan
sebagai switching secara otomatis. Transistor dibagi menjadi dua jenis, yaitu jenis NPN
dan PNP. Untuk transistor berjenis NPN, kaki basis harus dipicu tegangan dibawah 5 V
untuk membuatnya bekerja, sedangkan jenis PNP kaki basis harus dipicu tegangan 0 V
untuk dapat membuatnya bekerja.
3. Relai Relai merupakan komponen switching tegangan tinggi secara otomatis. Relai
biasanya terdiri dari 5 kaki yang masing- masingnya terdiri dari 2 buah kaki coil, kaki
common, kaki NO, dan kaki NC. Prinsip kerjanya, apabila coil pada relai mendapat
tegangan, maka switch yang tadinya berada di kaki NC akan berubah ke kaki NO,
sehingga semua jalur rangkaian yang berada di kaki NO akan hidup dan mendapat
tegangan.
4. Switch Push Button dan Switch Toggle Switch push button dan switch toggle memiliki
fungsi yang sama, yaitu sebagai switch penghubung jalur sementara yang dihubungkan
secara manual. Selain penghubung jalur sementara, push button dan switch toggle juga
berfungsi sebagai pengaman rangkaian jika ada arus yang terlalu besar akan masuk.
Perbedaan keduanya yaitu pada push button, arus listrik.
Int transistorPin = 9;
Int transistorPin2= 11;
Int relayPin = 7;
Int relayPin2= 5;
Void setup(){
pinMode(transistorPin,OUTPUT);
pinMode(transistorPin2,OUTPUT);
pinMode(relayPin,OUTPUT);
pinMode(relayPin2,OUTPUT);
}
Void loop()
{
digitalWrite(7,LOW);
digitalWrite(5,LOW);
analogWrite(9,255);
analogWrite(11,255);
delay(3000);
analogWrite(9,0);
analogWrite(11,0);
delay(3000);
digitalWrite(7,HIGH);
digitalWrite(5,HIGH);
analogWrite(9,125);
analogWrite(11,125);
delay(3000);
analogWrite(9,0);
analogWrite(11,0);
delay(3000);
7.6 Analisa
c. Untuk mengatur arah putaran dari motor stepper dc dilakukan dengan cara
mengatur pemberian pulsa logik sistem TTL compatible pada ke empat
(4) input driver lilitan motor stepper dc tersebut menggunakan kontrol digital
atau mikrokontroller 8535. Arah gerakan kekanan (cw: clockwise) diperlukan
pulsa kontrol logik dari mikrokontroller 8535 secara berurutan dari bit ke 4,3,2,1
dengan berturut-turut dari step ke 1,2,3 sampai step ke 4 seperti matriks data
adalah: 1000; 0100; 0010; dan 0001. Sedangkan Arah gerakan kekiri (ccw:
counter clockwise)diperlukan pulsa kontrol logik dari mikrokontroller 8535 secara
berurutan dari bit ke 4,3,2,1 dengan berturut-turut dari step ke 1,2,3 sampai step
ke 4 seperti matriks data: 0001; 0010; 0100; dan 1000.
DAFTAR PUSTAKA
Pemrograman Mikrokontroller Arduino Untuk Kendali Cepat Motor Dengan Sistem PWM
Arduino
8.1 Tujuan
PWM ( Pulse Width Modulation) adalah salah satu teknik modulasi dengan mengubah
lebar pulsa (duty cylce) dengan nilai amplitudo dan frekuensi yang tetap. Satu siklus pulsa
merupakan kondisi high kemudian berada di zona transisi ke kondisi low. Lebar pulsa PWM
berbanding lurus dengan amplitudo sinyal asli yang belum termodulasi. Duty Cycle
merupakan representasi dari kondisi logika high dalam suatu periode sinyal dan di nyatakan
dalam bentuk (%) dengan range 0% sampai 100%, sebagai contoh jika sinyal berada dalam
kondisi high terus menerus artinya memiliki duty cycle sebesar 100%. Jika waktu sinyal
keadaan high sama dengan keadaan low maka sinyal mempunyai duty cycle sebesar 50%.
Aplikasi penggunaan PWM biasanya ditemui untuk pengaturan kecepatan motor dc,
pengaturan cerah/redup LED, dan pengendalian sudut pada motor servo. Contoh penggunaan
PWM pada pengaturan kecepatan motor dc semakin besar nilai duty cycle yang diberikan
maka akan berpengaruh terhadap cepatnya putaran motor. Apabila nilai duty cylce-nya kecil
maka motor akan bergerak lambat.
1.Inverted Mode
Pada mode inverted ini jika nilai sinyal lebih besar dari pada titik pembanding
(compare level) maka output akan di set high (5v) dan sebaliknya jika nilai sinyal lebih kecil
maka output akan di set low (0v) seperti pada gelombang A pada gambar di atas.
3.Toggle Mode
Pada mode toggle output akan beralih dari nilai high (5v) ke nilai low (0v) jika titik
pembanding sesuai dan sebaliknya beralih dari nilai low ke high.
Pulse Width Modulation (PWM) secara umum adalah sebuah cara memanipulasi lebar
sinyal yang dinyatakan dengan pulsa dalam satu periode, untuk mendapatkan tegangan rata-
rata yang berbeda. Bebarapa contoh aplikasi PWM adalah pemodulasian data untuk
telekomunikasi, pengontrolan daya atau tegangan yang masuk ke beban, regulator tegangan,
audio effect dan penguatan, serta aplikasi-aplikasi lainnya.
Gambar 8.1
Gambar 8.2
Dari persamaan diatas, diketahui bahwa perubahan duty cycle akan merubah tegangan
output atau tegangan rata-rata seperti gambar dibawah ini.
Gambar 8.3
PWM merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan sinyal analog dari sebuah
piranti digital. Sebenarnya sinyal PWM dapat dibangkitkan dengan banyak cara, secara
analog menggunakan IC op-amp atau secara digital.
Secara analog setiap perubahan PWM-nya sangat halus, sedangkan secara digital setiap
perubahan PWM dipengaruhi oleh resolusi PWM itu sendiri. Resolusi adalah jumlah variasi
perubahan nilai dalam PWM tersebut. Misalkan suatu PWM memiliki resolusi 8 bit, berarti
PWM ini memiliki variasi perubahan nilai sebanyak 256 variasi mulai dari 0 – 225 perubahan
nilai yang mewakili duty cycle 0% – 100% dari keluaran PWM tersebut.
Gambar 8.4
Driver Motor
Di pengendalian ini perlu menggunakan mosfet, dimana mosfet yang digunakan yaitu IRFP460
seperti ditunjukkan gambar 4.Metal Oxide Semiconductor FET atau MOSFET, memiliki sebuah
sumber, gerbang dan saluran. Fungsinya adalah untuk menaikkan tegangan atau menurunkan
tegangan dan digunakan pada rangkaian power supply jenis switching untuk menghasilkan
tegangan tinggi agar memproses trafo.
int transistorPin = 9;
int transistorPin = 8;
void setup() {
pinMode(transistorPin, OUTPUT);
pinMode(transistorPin2, OUTPUT);
}
Void loop ()
digitalWrite(9,HIGH);
digitalWrite(8,LOW);
delay(300);
void setup() {
pinMode(6,OUTPUT);
pinMode(7,OUTPUT);
pinMode(9,OUTPUT);
pinMode(8,OUTPUT);
void loop() {
digitalWrite(7,HIGH);
digitalWrite(6,LOW);
digitalWrite(9,HIGH);
digitalWrite(8,LOW);
delay(1000);
digitalWrite(6,LOW);
digitalWrite(7,LOW);
digitalWrite(8,LOW);
digitalWrite(9,LOW);
delay(500);
digitalWrite(6,HIGH);
digitalWrite(7,LOW);
digitalWrite(8,HIGH);
digitalWrite(9,LOW);
delay(1000);
8.6 Analisa
Adapun perencanaan sistem kerja dari analisa sistem pengaturan dengan menggunakan
mikrokontroler dalam Perancangan ini dapat digambarkan secara blok diagram pada
Gambar 4.1. Diagram blok sistem kerja dari analisa sistem pengaturan dengan
mikrokontroler, sebagai berikut :
Start
Atur Kecepatan
Mikrokontroller
Motor
Generator
Berhenti
—————————————————————*/
int pushButton = 2;
int motorControl = 9;
void setup() {
pinMode(pushButton, INPUT);
pinMode(motorControl, OUTPUT);
void loop() {
if(digitalRead(pushButton) == HIGH){
analogWrite(motorControl, x);
if(digitalRead(pushButton) == LOW){
delay(3);
Kecepatan motor yang diset adalah nilai kecepatan motor yang diinginkan oleh user
Tabel 1 Hasil kecepatan motor yang diinginkan
NO 612
NC 255
8.7 Kesimpulan
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan:
Model program pengendalian kecepatan motor DC dengan lup terbuka
Sinyal PWM satu fase yang dirancang merupakan jenis PWM sinusoida yang
dibangkitkan menggunakan sebuah sinyal sinus dan dua buah sinyal segitiga.
Frekuensi sinyal PWM yang dirancang mempunyai rentang
frekuensi yang lebar dari 20 sampai 60 hertz dengan kenaikan setiap 1 h.
Frekuensi sinyal PWM yang dihasilkan sama dengan frekuensi masukan yang
diharapkan, dengan mengamati lebarnya pulsa dalam satu perioda yang ditampilkan
dengan grafik
DAFTAR PUSTAKA
9.1 Tujuan
Gambar 9.1
Motor arus searah adalah sebuah motor yang membutuhkan tegangan searah untuk
menjalankannya. Pada umumnya motor jenis ini menggunakan sikat dan mengoperasikannya
sangat mudah tinggal dihubungkan dengan sumber DC sehingga motor langsung bekerja.
Jenis motor ini memerlukan perawatan pada sikatnya serta banyak terjadi rugi tegangan pada
sikat. Sehingga pada era sekarang ini motor DC dikembangkan tanpa menggunakan sikat
Dibandingkan dengan motor DC, BLDC memiliki biaya perawatan yang lebih rendah
Brushless DC Motor termasuk kedalam jenis motor sinkron. Artinya medan magnet yang
dihasilkan oleh stator dan medan magnet yang dihasilkan oleh rotor berputar pada frekuensi
yang sama. Motor BLDC tidak mengalami slip seperti yang terjadi pada motor induksi
biasa. Motor jenis ini mempunyai magnet permanen pada bagian rotor dan elektromagnet
pada bagian stator. Setelah itu, dengan menggunakan sebuah rangkaian sederhana (simple
computer system), maka kita dapat merubah arus di elektromagnet ketika bagian rotornya
berputar.
Walaupun merupakan motor listrik sinkron AC 3 fasa, motor ini tetap disebut dengan BLDC
karena pada implementasinya BLDC menggunakan sumber DC sebagai sumber energi utama
Tujuan dari pemberian tegangan AC 3 fasa pada stator BLDC adalah menciptakan
medan magnet putar stator untuk menarik magnet rotor. Oleh karena tidak adanya brush pada
motor BLDC, untuk menentukan timing komutasi yang tepat pada motor ini sehingga
didapatkan torsi dan kecepatan yang konstan, diperlukan 3 buah sensor hall dan
atau encoder. Pada sensor hall, timing komutasi ditentukan dengan cara mendeteksi medan
kombinasi timing yang berbeda, sedangkan pada encoder, timing komutasi ditentukan
dengan cara menghitung jumlah pola yang ada pada encoder. Pada umumnya encoder lebih
banyak digunakan pada motor BLDC komersial karena encoder cenderung mampu
menentukan timing komutasi lebih presisi dibandingkan dengan menggunakan hall sensor.
Hal ini terjadi karena pada encoder, kode komutasi telah ditetapkan secara fixed
berdasarkan banyak kutub dari motor dan kode inilah yang digunakan untuk
menentukan timing komutasi. Namun karena kode komutasi encoder untuk suatu motor
tidak dapat digunakan untuk motor dengan jumlah kutub yang berbeda. Hal ini berbeda
dengan hall sensor. Apabila terjadi perubahan pole rotor pada motor, posisi sensor hall dapat
diubah dengan mudah. Hanya saja kelemahan dari sensor hall adalah apabila posisi
sensor hall tidak tepat akan terjadi keselahan dalam penentuan timing komutasi atau bahkan
1. PC atau Laptop
2. Motor BLDC
3. LED
1. Cara kerja pada motor BLDC cukup sederhana, yaitu magnet yang berada pada poros
motor akan tertarik dan terdorong oleh gaya elektromagnetik yang diatur
oleh driver pada motor BLDC. Hal ini membedakakn motor BLDC dengan motor DC
yang menggunakan sikat mekanis yang berada pada komutator untuk mengatur waktu
dan memberikan medan magnet pada lilitan. Motor BLDC ini juga berbeda dengan
motor AC yang pada umumnya menggunakan siklus tenaga sendiri untuk mengatur
waktu dan memberi daya pada lilitan. BLDC dapat memberikan rasio daya dan beban
yang lebih tinggi secara signifikan dan memberikan efisiensi yang lebih baik
dibandingkan motor tanpa sikat tradisional.
2. Pada prinsip dasar medan magnet adalah kutub yang sama akan saling tolak menolak
sedangkan apabila berlainan kutub maka akan tarik menarik. Jadi jika kita
mempunyai dua buah magnet dan menandai satu sisi magnet tersebut
dengan north (utara) dan yang lainnya south (selatan), maka bagian sisi northakan
coba menarik south, sebaliknya jika sisi north magnet pertama akan menolak
sisi north yang kedua dan seterusnya apabila kedua sisi magnet mempunyai kutub
yang sama .
3. Prinsip mengenai kutub magnet tersebut dapat diterapkan dalam prinsip kerja motor
BLDC. Secara umum motor BLDC memiliki medan magnet permanen pada rotor dan
magnet yang berasal dari gaya elektromagnet (magnet yang ditimbulkan dari
pemberian input arus listrik) pada bagian kumparan stator.
4. Pada motor BLDC, kontroler berfungsi untuk mengatur arus masukan yang harus
dialirkan ke kumparan stator untuk dapat menimbulkan medan elektromagnet yang
sesuai untuk memutar rotor. Hal inilah yang menjadi pembeda dengan motor DC
konvensional, dan menggantikan kerja komutasi mekanisnya.
5. Magnet permanen pada motor BLDC dilengkapi dengan kumparan tiga fase.
Kumparan-kumparan tersebut terletak di bagian stator. Magnet bergerak terletak di
stator. Fase kumparan diaktifkan dengan penyesuain gerakan rotor. Rotasi berbasis
rotasi medan magnet diilustrasikan pada Gambar dibawah, bagian kiri adalah fase
pergerakan dan bagian kanan adalah fase eksitasi. Fluks stator dihasilkan pada saat
fase eksitasi, dan fluks rotor dihasilkan oleh magnet permanen.
9.5 Hasil Percobaan
1. Tabel Percobaan
Pola K M H Sudut
1 0 1 0 0
2 0 1 1 15
3 0 0 1 30
4 1 0 1 45
5 1 0 0 60
6 1 1 0 75
7 0 1 0 90
8 0 1 1 105
9 0 0 1 120
10 1 0 1 135
11 1 0 0 150
12 1 1 0 165
13 0 1 0 180
14 0 1 1 195
15 0 0 1 210
16 1 0 1 225
17 1 0 0 240
18 1 1 0 255
19 0 1 0 270
20 0 1 1 285
21 0 0 1 300
22 1 0 1 315
23 1 0 0 330
24 1 1 0 345
25 0 1 0 360
2. Gambar Percobaan
9.6 Analisa
Brushless DC Motor termasuk kedalam jenis motor sinkron. Artinya medan magnet
yang dihasilkan oleh stator dan medan magnet yang dihasilkan oleh rotor berputar pada
frekuensi yang sama. Motor BLDC tidak mengalami slip seperti yang terjadi pada
motor induksi biasa. Motor jenis ini mempunyai magnet permanen pada bagian rotor
dan elektromagnet pada bagian stator. Setelah itu, dengan menggunakan sebuah
rangkaian sederhana (simple computer system), maka kita dapat merubah arus di
elektromagnet ketika bagian rotornya berputar.
Walaupun merupakan motor listrik sinkron AC 3 fasa, motor ini tetap disebut dengan
BLDC karena pada implementasinya BLDC menggunakan sumber DC sebagai sumber
energi utama yang kemudian diubah menjadi tegangan AC dengan
menggunakan inverter 3 fasa.
Kesimpulan
Prinsip kerja pada motor listrik, yaitu tenaga listrik diubah menjadi tenaga mekanik.
Perubahan ini dilakukan dengan mengubah tenaga listrik menjadi magnet yang disebut
sebagai elektro magnet. Sebagaimana kita ketahui kutub-kutub dari magnet yang senama
akan tolak-menolak dan kutub-kutub tidak senama akan tarik menarik. Maka kita dapat
memeperoleh gerakan jika kita menempatkan sebuah magnet pada sebuah poros yang dapat
berputar, dan magnet yang lain pada suatu kedudukan yang tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Ogata, Katsuhiko. 2010. Modern Control Engineering. Fifth Edition.. New Jersey.