Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Ekstrusi

Proses Ekstrusi yang diperkenalkan sekitar tahun 1700 bermula dengan memperkenalkan ekstrusi bahan
logam, dengan mengekstrusi pipa lead. Dalam prosesnya sebuah billet bulat di tempatkan dalam sebuah
chamber dan didorong melalui sebuah cetakan terbuka dengan menggunakan sebuah ram. Hasil produk,
keluar dari die dengan pengurangan penampang permukaan. Proses ekstrusi sederhana ditunjukkan
pada gambar dibawah ini.

Proses ekstrusi untuk material berbahan polimer mempunyai prinsip yang hampir sama untuk ekstrusi
logam hanya saja dalam mengekstrusi bahan polimer saat ini sudah jarang menggunakan ram seperti
halnya ekstrusi logam, tetapi menggunakan sebuah screw. Hal ini dikarenakan tingkat efektifitas kerja
screw yang berfungsi untuk menekan sekaligus memanasakan material (Melalui kumparan panas yang
dipasang di screw) sehingga bahan selalu dijaga homogen dan terdispersi dengan baik (Frame, 1994).

Bahan baku yang digunakan dalam proses ekstrusi polimer tentu berbeda dengan ekstrusi bahan logam.
Jika pada ekstrusi logam bahan baku yang dimasukkan dalam bentuk batangan, plat ataupun lembaran.
Pada ekstrusi polimer bahan baku yang digunakan adalah dalam bentuk biji plastik (pellet). Berdasarkan
cara kerjanya dapat disimpulkan bahwa ekstrusi adalah proses pencetakan dengan cara pelelehan
secara continue akibat panas dari luar atau panas gesekan yang kemudian dialirkan ke die oleh screw
sehingga membentuk produk yang diinginkan. Proses ini dapat menghasilkan beberapa bentuk produk
seperti, film plastik, tali rafia, pipa, peletan, lembaran plastik, fiber, filamen, selubung kabel dan
beberapa produk lainnya dan hasil keluaran dari mesin ekstrusi ini dapat diolah menjadi berbagai
kegunaan lain seperti kantongan ataupun benang yang digunakan dalam menganyam karung beras.
Mesin ekstrusi untuk termoplastik umumnya terdiri dari sebuah screw tunggal (single screw) namun
pada saat ini telah dikembangkan juga mesin ekstrusi dengan menggunakan double dan multi screw.
Dibawah ini akan dibahas tentang jenis proses ekstrusi bahan polimer.
Klasifikasi dari polymer extruder:

Screw extruder terbagi menjadi dua, yaitu single screw dan multi screw extruder.

Single screw extruder

Single screw extruder adalah salah satu extruder yang penting dalam industry polimer. Ekstruder ini
memiliki kelebihan seperti low cost, desain yang sederhana, kehandalan dan rasio performance/cost
yang dapat diterima.
Gambar diatas merupakan single stage extruder screw, dimana hanya ada satu compression section.
Pada feed section, material berada pada fasa padat, pada metering section, kebanyakan material berada
pada fasa yang mencair.

Proses yang terjadi ketika material bergerak adalah pemanasan, hasil dari pembangkitan panas dan
konduksi dari heater. Ketika temperatur sudah melewati titik leleh, melt film akan terbentuk di
permukaan barrel. Ini adalah titik dimana zona solid transport selesai dan dimulainya zona terbentuknya
polimer plastis. Pada titik ini material tidak selalu berada pada compression section. Batasan zona-zona
tersebut merupakan fungsi dari kondisi operasi dan sifat-sifat polimer tersebut, sedangkan geometri dari
screw ditentukan berdasarkan design dan tidak berubah sesuai dengan kondisi operasi.

Setelah semua polimer padat meleleh, maka zona plastisasi selesai dan zona transport melt dimulai.
Pada zona transport melt, lelehan polimer hanya akan diberi tekanan hingga ke die (cetakan).

Ketika polimer tersebut mengalir melalui die, bentuk pollimer tersebut mengikuti bentuk dari saluran
alir die. Tekanan dibutuhkan supaya polimer dapat melalui die, hal ini sering disebut diehead pressure.
Diehead pressure ditentukan berdasarkan bentuk dari die (saluran alir), temperature melt, flowrate dan
sifat-sifat rheology polimer melt. Diehead pressure ditentukan oleh die, bukan dari tipe ekstrudernya.
Apabila kondisi operasi pada die sama, maka tidak ada perbedaan diehead pressure meskipun alat
ekstrudernya berbeda.

- Vented Extruder
Adalah ekstruder yang memiliki satu atau lebih bukaan (vent ports) pada extruder barrel.
Bukaan ini dimaksudkan untuk memberikan jalan keluar supaya material volatile (monomer,
oligomer, produk samping, solvent, kelembapan, dll.) dapat keluar secara kontinyu.
Penambahan bahan additive juga dapat dilakukan melalui vent ini. Ekstruder ini juga dapat
dioperasikan selayaknya non-vented extruder konvensional dengan cara menutup vent port.
Kekurangan dari extruder ini adalah, adanya sebagian polimer yang dapat keluar. Untuk
mengatasi hal ini digunakan two-stage extruder screw, yang secara khusus di design untuk
menghilangkan material volatile. Apabila banyak material volatile yang perlu dikeluarkan, maka
lebih baik digunakan twin screw extruder.

- Rubber Extruder
Ekstruder untuk elastomer sudah lama digunakan pada industry polimer. Pada awalnya
digunakan hot feed extruder, dimana mesin diumpankan material hangat dari mill atau alat
mixing. Pada tahun 1950 dibuat cold feed extrusion dengan kelebihan : cost yang lebih sedikit,
temperature control yang lebih baik, berkurangnya cost labor, dan kamampuan untuk
memproses lebih banyak macam senyawa.

Multi screw Extruder

- Twin screw extruder


Terdapat berbagai macam twin screw extruder, berbagai variasi design dan proses twin screw
extruder sangat beragam sehingga generalisasi tidak dapat dilakukan. Klasifikasi yang dapat
dilakukan didasarkan pada konfigurasi geometri dari twin screw extruder.
Berikut adalah salah satu contoh modifikasi dari penggabungan single screw dan twin screw
extrusion.

Kelebihan dari twin screw extruder adalah


1. Low temperature extrusion, berkurangnya temperature ekstusi hingga 10-20℃ lebih rendah
dari mesin konvensional.
2. kapasitas yang lebih besar
3. Dapad digunakan pada range polimer yang luas.
4. kemudahan pembersihan
5. lebih hemat energi dan tempat.

- Multiscrew extruder dengan lebih dari dua screw


Salah satu contohnya adalah planetary roller extruder seperti gambar berikut:

Screw utama ( sun screw), saling berhhubungan dengan barrel. Setelah material menjadi plastis,
terjadi mixing pada planetary scewm sun screw dan barrel. Hal ini menambah relative luas area
terhadap panjang barrel. Adanya clearance antara planetary screw dan permukaan lainnya
memberikan efek devolatilisasi, perpindahan panas dan temperature control. Hal ini dapat
meminimisasi degradasi thermal dari produk yang di proses. Alat ini seringkali digunakan untuk
senyawa yang mengandung PVC.
Contoh multiscrew lainnya adalah four screw extruder
Mesin ini dapat mendevolatilisasi kandungan solven dari 40% menjadi 0.3%. Terjadi flash
devolatilisasi pada flash dome yang terdapat pada barrel. Material polimer diproses dibawah
tekanan pada temperature diatas titik didih solven. Larutan kemudian diekspansikan melalui
nozzle ke flash dome. Material berfoam hasil dari flash devolatilization di transport dengan
empat screw.

- Gear pump extruder


Gear pump adalah alat yang dioperasijan pada akhir ekstruder, dapat digunakan pada single
atau twin screw extruder. Memberikan tekanan dan dapat memastikan konstannya tekanan
keluar meskipun pada feed terdapat fluktuasi tekanan. Keterbatasan penggunaan gear pump
pada polimer yang bersifat abrasive dan polimer yang mudah terdegradasi (dapat mengotori
gear pump).

DISK EXTRUDER: steeped disk extruder,drum extruder,spiral disk extruder, disk pack extruder,
elastic melt extruder

RAM extruder: single ram extruder,multi ram extruder

Disk Extruder

Disk Extruder mulai digunakan di industry sejak tahun 1950. Namun, saat inipenggunaan disk extruder
masih jauh lebih sedikit dibandingkan screw extruder. Disk extruder terbagi menjadi :

1. Viscous Drag Disk Extruder


a. Step Disk Extruder

Inti dari alat ini adalah adanya stepped disk yang terletak dekat dari plat yang rata. Saat salh satu dari
plat berputar, dan polimer melelh dalam celah aksial, tekanan akan meningkat pada transisi dari celah
ukuran plat ke yang lainnya,

b. drum extruder

Material diumpankan elalui feed hoper menuju ruang yang berbentuk lingkaran antara rotor dan barrel/.
Dengan perputaran dari rotor, material akan dibawa sepanjang keliling barel.
RAM EXTRUDER
RAM ekstrusi memiliki prinsip kerja, dimana ram akan mendorong material melalui cetakan (die) pada
ujung silinder. Terdapat 2 kekurangan dari ram ekstruder

1. kapasitas lelehnya terbatas

2. Suhu leleh polimer kurang seragam

RAM ekstruder terbagi menjadi dua:

1. Single RAM ekstruder

Salah satu contoh penggunaan single ram ekstruder adalah sintesis Ultrahigh Weight Polyethylene dan
Poly Tetra Fluoro Ethylene (PTFE). Alat ini menggunakan tekanan hingga 300MPa. Frekuensi penekanan
ram bisa disesuaikan secara terus menerus dengan nilai maksimal 250 pukulan/menit. Bahan padat akan
dipaksa untuk melalui saluran panas menuju silinder panas yang kemudian akan dilelehkan dan dicetak.
2. Multi Ram Ekstruder

Salah satu kekurangan dari ram ekstruder adalah prosesnya tidak bersifat continuous. Untuk
mengatasi hal tersebut, maka di desainlah sebuah alat multi ram ekstruder yang akan memproduksi
polimer secara continuous .

Cara kerja

Keluaran alat kedua pemukul menuju barrel yang didalamnya terdapat plasticating shaft. Kemudian
mesin akan mengekstrusi walaupun hasilnya kurang seragam.

Referensi

Rauwendaal, C. Polymer Extrusion. Hanser Publishers, Munich,1986.

Anda mungkin juga menyukai