Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Analisis Pengaruh Kebocoran Minyak terhadap Lingkungan Sekitar di Laut


Karawang
Diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia
Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018
Dibimbing oleh Bapak H. Ucu Jamaludin A, M.Pd

Disusun oleh:

1. Agung Rahmat Hadia (171810002)


2. Kevin Mardiansyah Bayu Ardana (171810018)
3. Muhammad Sultan Zalfa Al-Fahd (171810024)

XII MIPA 1

Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Karawang

TAHUN AJARAN 2019


LEMBAR PENGESAHAN

MAKALAH

Judul

Ditulis oleh :

No Nama NIS Tanda Tangan

1 Agung Rahmat Hadia 171810002

2 Kevin Mardiansyah Bayu Ardana 171810018

3 Muhammad Sultan Zalfa Al Fahd 1718100

Karawang, November 2019

Mengesahkan

Disetujui

Wakasek Kurikulum Guru Bahasa Indonesia

Widada, S.Pd H. Ucu Jamaludin A, M.Pd

NIP 19650909 198901 002 NIP 19650618 199802 10

Disahkan,

Kepala Sekolah

Drs. Dewi Setyono Agus., HS, MPd

NIP 19600815 1984121 003


Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah. Makalah yang berjudul “ Analisis Kebocoran Minyak di Laut
Karawang”. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini dibuat dan disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia dari Bapak H.Ucu Jamaluddin, M.Pd. Walaupun makalah ini kami susun dengan
menghadapi beberapa kesulitan dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan ketelitian.
Makalah ini juga dapat terselesaikan dengan lancar berkat bantuan dari Allah SWT.

Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dan arahan dari berbagai
pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Kami juga berterimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini terutama kepada :

1. Bapak Kepala SMA Negeri 1 Karawang yang telah mengizinkan kami mengambil
data dan sumber dari berbagai fasilitas di sekolah ini;
2. Bapak Widada, M. Pd selaku Wakasek Kurikulum yang telah mengizinkan
menggunakan fasilitas sekolah terhadap kebutuhan dalam penyusunan makalah dan
menyetujui hasil penyelesaian pada makalah ini;
3. Bapak H.Ucu Jamalludin, M.Pd yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
laporan bab ini;
4. Semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir, yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi
yang membuat dan umumnya bagi yang membaca.
Karawang, November 2019

Penulis
ABSTRAK

Bahan bakar fosil sudah tidak asing di kehidupan


modern, Bahan bakar ini termasuk salah satu
Sumber Daya Alam (SDA) yang paling
dibutuhkan oleh manusia. Pengolahannya
sebagai sumber kendaraan bermotor sangat
dibutuhkan karena mampu menunjang berbagai
aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Pengolahan bahan bakar fosil memiliki berbagai
macam dampak yang dapat dirasakan oleh
manusia, apalagi jika cara pengolahannya salah,
terjadi malfungsi pada mesin pengolah, hingga
faktor alam yang tidak bisa dihindari
keberadaannya. Pengeksploitasian, pengolahan
yang baik haruslah menjadi taraf ukur utama
sebuah perusahaan yang berjalan dalam bidang
pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA),
dikarenakan hal-hal yang disebut di atas maka
perlu adanya upaya dalam pencegahan apabila
suatu ketika terjadi sebuah kecelakaan yang
menyebabkan kerusakan lingkungan, hilangnya
fauna, hancurnya sumber daya lain dan kejadian
lain yang tidak diinginkan.
Merurut Pertamina, Indikasi sementara menunjukan
bahwa permasalahan ini disebabkan oleh adanya
anomali tekanan pada anjungan yang menyebabkan
gelembung gas muncul diikuti tumpahan minyak
(oilspill).

Secara umum, dampak tumpahan atau pencemaran


minyak dilaut dapat mengakibatkan terganggu atau
rusaknya ekosistem laut. Selain itu, peristiwa in
juga menyebakan kerugian kepada masyarakat
sekitar pesisir Laut Karawang.

Berdasarkan hasil penelitian, Minyak bumi yang


tumpah ke lautan menyebabkan organisme baik
yang ada di laut maupun di sekitar pantai
mengalami kerusakan biologis baik berupa
kematian maupun penyakit.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan bakar fosil sudah tidak asing di kehidupan modern, Bahan bakar ini
termasuk salah satu Sumber Daya Alam (SDA) yang paling dibutuhkan oleh
manusia. Pengolahannya sebagai sumber bahan bakar kendaraan bermotor
sangat dibutuhkan karena mampu menunjang berbagai aktivitas manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Pengolahan bahan bakar fosil memiliki berbagai
macam dampak yang dapat dirasakan oleh manusia, apalagi jika cara
pengolahannya salah, terjadi malfungsi pada mesin pengolah, hingga faktor
alam yang tidak bisa dihindari keberadaannya. Pengeksploitasian, pengolahan
yang baik haruslah menjadi taraf ukur utama sebuah perusahaan yang berjalan
dalam bidang pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA), dikarenakan hal-hal
yang disebut di atas maka perlu adanya upaya dalam pencegahan apabila
suatu ketika terjadi sebuah kecelakaan yang menyebabkan kerusakan
lingkungan, hilangnya fauna, hancurnya sumber daya lain dan kejadian lain
yang tidak diinginkan. Bahan bakar fosil selain digunakan sumber 7ias7t
mode transportasi juga digunakan dalam hal lainnya. Bahan bakar fosil masih
digunakan dalam 7ias7try seperti 7ias7try pengolahan pangan menjadi
makanan siap saji dan lainnya.

Bahan bakar fosil memiliki banyak kegunaan tapi ia merupakan sumber daya
yang tidak dapat diperbaharui dan cadangannya di bumi semakin menipis dan
kelak akan habis. Oleh karena jumlah bahan bakar fosil semakin sedikit maka
penggunaannya harus efisien. Hal ini 7ias dicapai dengan menggunakan moda
transportasi umum, mematikan listrik apabila tidak digunakan dan menghemat
penggunaan penghangat ruangan. Selain dengan semakin menipisnya
cadangan bahan bakar fosil dunia dampak lingkungan yang dibawakan oleh
bahan bakar fosil sangatlah besar. Setiap harinya hasil pembakaran bahan
bakar fosil di seluruh dunia menghasilkan banyak sekali CO2 yang
terakumulasi di udara yang akan berpengaruh terhadap lapisan ozone.
Penumpukan CO2 di udara secara terus-menerus tidak hanya akan
mempengaruhi kualitas udara yang kita hirup tetapi juga berpengaruh
terhadap ketebalan lapisan ozone yang akan mengakibatkan efek rumah kaca.
Efek rumah kaca menyebabkan panas matahari yang masuk ke dalam bumi
tidak dapat dipantulkan kembali ke dalam ruang angkasa sehingga panas
tersebut secara perlahan akan meningkatkan suhu bumi dari tahun ke tahun
yang dalam kata lain adalah pemanasan global.

Pemanasan global hanyalah satu dari sekian banyak dampak lingkungan yang
disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil. Penambangan bahan bakar
fosil berpengaruh langsung terhadap lingkungan sekitar tempat penambangan
berlangsung. Dampak yang dapat ditimbulkan 8ias berupa pencemaran air dan
tanah di sekitar daerah penambangan yang ditambah dengan matinya
ekosistem di sekitar tempat penambangan yang menambah daftar buruknya
bahan bakar fosil. Tidak jarang terjadi kebocoran bahan bakar fosil ke lautan
yang dampaknya bahkan lebih buruk dari penambangan bahan bakar fosil.
Dampak yang paling parah ialah pencemaran air. Perairan yang terkena
dampak tidak hanya di sekitar tempat terjadinya kebocoran melainkan ke
pemukiman sekitar juga. Air di sekitar tempat terjadinya kebocoran tidak
dapat lagi dikonsumsi, kematian satwa di perairan tersebut dikarenakan airnya
yang tercemar bahan bakar fosil. Kebocoran bahan bakar fosil ke perairan
sekitar tidak hanya menyebabkan pencemaran air. Udara di sekitar tempat
terjadinya kebocoran akan menimbulkan aroma tidak sedap dan oksigen di
udara akan tercampur dengan berbagai jenis kimia karbon. Hal ini apabila
tidak ditangani maka dalam jangka waktu panjang akan menyebabkan
penyakit untuk warga di sekitar perairan. Selain mencemari udara dan
perairan, bahan bakar fosil yang bocor juga mencemari tanah.Bahan bakar
fosil yang merembes ke dalam tanah akan mempengaruhi tanaman di daerah
tersebut. Gagal panen dikarenakan tanah yang seharusnya mengandung garam
mineral yang penting untuk tanaman telah tercampur dengan bahan bakar fosil
sehingga tanaman kekurangan nutrisi kemudian mati kekeringan. Gagal panen
yang terjadi akibat kebocoran bahan bakar fosil ke daerah sipil bukanlah hal
baru lagi.

Dalam hal ini maka sudah sepantasnya kita mempelajari cara untuk
menanggulangi dan mencegah kebocoran bahan bakar fosil di perairan
maupun di daratan. Penanggulangan dan pencegahan kebocoran bahan bakar
fosil tidak hanya meringankan dampak pencemaran yang ditimbulkan tetapi
juga menjaga cadangan bahan bakar fosil yang masih dapat dimanfaatkan.
Dalam kejadian kebocoran bahan bakar fosil ratusan bahkan ribuan barel
bahan bakar fosil tumpah ke perairan dan apabila tidak ditanggulangi maka
hal tersebut akan berlangsung secara terus-menerus sampai cadangan minyak
di tambang tersebut lenyap.

Berdasarkan dari peristiwa tersebut, penulis akan mengkaji tentang peristiwa


bocornya tanki minyak di laut Karawang pada tanggal 12 Juli 2019 yang
menyebabkan flora dan fauna yang terdapat di dalam laut tersebut mati dan
kebocoran tersebut juga berdampak pada daerah sekitarnya. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk menganalisa peristiwa ini lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.


Bagaimana hasil analisis para ahli dari PT Pertamina terhadap kebocoran
tanki minyak di laut Karawang pada tanggal 12 Juli 2019 yang terbukti
disebabkan oleh adanya anomali tekanan pada anjungan yang menyebabkan
gelembung gas muncul diikuti tumpahan minyak ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hasil analisis di atas, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan


hasil analisis para ahli dari PT Pertamina terhadap kebocoran tanki minyak di
laut Karawang pada tanggal 12 Juli 2019 yang terbukti disebabkan oleh
adanya anomali tekanan pada anjungan yang menyebabkan gelembung gas
muncul diikuti tumpahan minyak.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian di atas, manfaat yang dapat kami peroleh yaitu
mengetahui dengan jelas penyebab kebocoran minyak yang terjadi di laut
Karawang pada tanggal 12 Juli 2019.

1.5 Landasan Teori

1. Kondisi laut utara jawa

2. Komposisi minyak sehingga dapat merusak ekosistem laut

3. Pengenalan Teknik Kimia


1.6 Sistematika Penelitian

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan Penelitian

4. Landasan Teori

5. Manfaat penelitian

6. Sistematika Penulisan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Laut Utara Jawa

Laut utara Jawa adalah perairan dangkal dengan luas kira-kira


310.000 km2 diantara Pulau Kalimantan, Jawa, Sumatra, dan Sulawesi di
gugusan kepulauan Indonesia. Laut ini relatif muda, terbentuk pada Zaman
Es terakhir (sekitar 12.000 tahun Sebelum Masehi) ketika dua sistem sungai
bersatu. Di barat lautnya, Selat Karimata yang menghubungkannya
dengan Laut China Selatan.Di Laut Jawa terdapat beberapa gugusan pulau dan
kepulauan, Kepulauan Seribu di utara Kabupaten Tangerang dan secara
administratif masuk dalam wilayah DKI Jakarta, Kepulauan Karimun
Jawa yang masuk administrasi Jawa Tengah, Pulau Bawean dan pulau-pulau
kecil di sekitarnya, Kepulauan Masalembo, dan Pulau Kangean beserta pulau-
pulau kecil di sekitarnya yang berada di bawah administrasi Provinsi Jawa
Timur.Perikanan adalah kegiatan ekonomi penting di Laut Jawa. Ada 3.000
lebih spesies kehidupan laut di daerah ini. Laut utara Jawa, khususnya di
bagian barat memiliki cadangan minyak bumi dan gas alam yang dapat
dieksploitasi. Laut utara jawa memiliki banyak titik potensi minyak bumi.
Oleh karena itu, banyak sekali perusahaan perminyakan yang mengekspoitasi
minyak bumi di laut utara jawa. Hal itu sangat berpotensi sekali terjadi
tumpahnya minyak bumi.1

1Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Jawa, diakses pada tanggal 26 September 2019 pada pukul 13.00
WIB
2.2 Komposisi Minyak sehingga dapat Merusak Ekosistem Laut

Minyak bumi adalah suatu campuran kompleks yang sebagaian besar terdiri
atas hidrokarbon. Hidrokarbon yang tergantung dalam minyak bumi adalah
alkana. Kemudian sikloalkana. Komponen lainnya adalah hidrokarbon
aromatik, sedikit alkena, dan berbagai senyawa karbon yang mengandung
oksigen, nitrogen, dan belerang.Minyak mentah (petroleum) adalah campuran
yang kompleks, terutama terdiri dari hidrokarbon bersama-sama dengan
sejumlah kecil komponen yangmengandung sulfur, oksigendan nitrogen dan
sangat sedikit komponen yang mengandung logam.Minyak bumi dan gas alam
diduga berasal dari jasad renik lautan, baik tumbuhan maupun hewan. Sisa-
sisa rganisme itu mengendap didasar lautan, kemudian tertutup oleh lumpur.
Lapisan lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi batuan karena pengaruh
tekanan lapisan di atasnya. Sementara itu dengan meningkatnya tekanan dan
suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa jasad renik itu dan mengubahnya
menjadi miyak dan gas. Proses terbentuknya minyak dan gas ini memakan
waktu jutaan tahun.2

2.2.1 Sifat kimia minyak bumi

Minyak bumi merupakan senyawa hidrogen dan Carbon (C dan H) ditambah


beberapa senyawa lain yang tidak dominan seperti: Nitrogen, Oksigen, Sulfur,
Hidrogen Sulfida, Porfirin dan senyawa Logam.Senyawa Hidrocarbon (HC)
dapat digolongkan menjadi tiga:

1. HC padat adalah senyawa HC yang bersifat padat. Contoh : Aspal

2. HC cair adalah senyawa HC yang berbentuk cair. Contoh : minyak bumi


yang merupakan rembesan di permukaan atau di dalam reservoir.

2Eyaung Zaa, “Makalah Minyak Bumi” (2016) dikutip dari


https://www.academia.edu/28557892/MAKALAH_MINYAK_BUMI, diakses pada tanggal 26 September 2019
pada pukul 14.00 WIB
3. HC yang bersifat gas, ini selalu berasosiasi dengan minyak bumi dan
dapat berwujud gas bebas, gas yang terlarut dalam minyak bumi
(gelembung-gelembung gas) dan gas tercairkan, pada kondisi reservoir
dengan tekanan dan temperatur (suhu) yang tinggi maka gas akan
mencair.3

2.2.2 Sifat Fisika Minyak Bumi

Sifat fisika minyak bumi yaitu :

1. Semakin dalam terdapatnya minyak bumi serta semakin tua umurnya


maka berat jenis minyak bumi semakin kecil. Berat jenis minyak bumi
berkisar antara 0,84 sampai 0,89.

2. Viskositas/ kekentalan (satuan centipoise/ cp) adalah daya hambatan


suatu cairan bila kedalam cairan tersebut dimasukkan suatu materi atau
benda yang diputar. Semakin kecil berat jenis minyak, semakin besar
temperatur dan tekanan semakin kecil viskositasnya.

3. Titik didih dan titik nyala, titik didih adalah titik dimana minyak bumi
mulai mendidih. Semakin besar berat jenis, titik didih semakin tinggi.
Titik nyala adalah kemampuan materi untuk bisa terbakar. Semakin
ringan berat jenis, titik nyala semakin tinggi.

4. Warna, senyawa hidrokarbon sebenarnya tidak berwarna, tetapi adanya


impurities dan senyawa- senyawa yang lain akan mempengaruhi warna
dari minyak bumi. Untuk minyak berberat jenis besar maka berwarna
hijau kehitaman, sedang yang berat jenis ringan berwarna coklat
kehitaman.

3
Jontor Apo, “Makalah Pengolahan Limbah Minyak Bumi” (Kendari, Universitas Haluoleo, 2011), Hal.3 dikutip
dari https://www.academia.edu/26871029/MAKALAH_PENGOLAHAN_LIMBAH_MINYAK_BUMI, diakses pada
tanggal 27 September 2019 pada pukul 14.00 WIB
5. Nilai kalori minyak bumi cukup tinggi antara 11.700- 11.750 kal/ gram
untuk minyak BJ= 0,75 dan antara 10000- 10.500 kal/ gram untuk minyak
BJ= 0,9- 0,95.4

2.2.3 Dampak tumpahnya minyak bumi di laut

Akibat yang ditimbulkan dari terjadinya pencemaran minyak bumi di laut


adalah:

1. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu


berwarna gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir,
tumbuhan dan hewan. Gumpalan tar yang terbentuk dalam proses
pelapukan minyak akan hanyut dan terdampar di pantai.

2. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal
yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses
sel ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya
kematian. Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan
perilaku namun tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu
karang akan mengalami efek letal dan subletal dimana pemulihannya
memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya.

3. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa


beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang
terbentuk dari proses biodegradasi. Jika jumlah pitoplankton menurun,
maka populasi ikan, udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal
hewan-hewan tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi
dan kandungan protein yang tinggi.

4
Ibid.
4. Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick
(lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-
burung laut. Hal ini dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih
tenang dan menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam
mencari makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak
ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga
burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati.5

2.3 Pengenalan Teknik Kimia

Menurut Pandangan Umum serta perkuliahan,Teknik kimia atau yang biasa


disebut Chemical Engineering adalah ilmu teknik atau rekayasa
yangmempelajari pemrosesan bahan mentah menjadi barang yang lebih
berguna, dapat berupa barang jadi ataupun barang setengah jadi. Ilmu teknik
kimia diaplikasikan terutama dalam perancangan dan pemeliharaan proses-
proses kimia, baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar seperti
perusahaan-perusahaan yang berbahan dasarkimia.Insinyur teknik kimia yang
peker jaannya bertanggung jawab terhadap perancangan dan perawatan
proses kimia pada skala pabrik dikenal dengan sebutan" insinyur proses"
(process). Engineer Selain itu menurut pandangan penulis sendiri, Teknik
Kimia adalah suatu ilmu tentang rekayasa bahan kimia yang memproses
bahan mentah menjadi bahan jadi dengan mengutamakan unsur ekonomis dan
dapat juga dikatakan ilmu ini adalah induknya semua ilmu yang diketemukan
dalam kehidupan sehari-hari.

Teknik Kimia ini sangat berbeda dengan Kimia Dasar, bukan


hanyadalampengertiannya saja namun juga dalam pelajaran yang
diajarkannya. Contohnya saja dalam hal belajar, di Teknik Kimia kita tidak
akan bertemu dengan pelajaran meneliti suatu zat atau menemukan zat-zat

5
Ibid., Hal. 8
baru yang biasa dilakukan oleh KimiaDasar.Namun kita akan lebih
difokuskan untuk mengaplikasikan dan mengembangkan zat-zat yang sudah
diketemukan sebelumnya. Memang secara tidak langsung teknik kimia
tidak menemukan hal baru dalam dunia zat, namun dalam konteks produksi
bahan-bahan jadi, teknik kimialah yang berperan penting dalam menguasai
bidang produksi di dalam kehidupan sehari-hari. Seper ti halnya membuat
sebuah sabun, mungkin banyak orang yang beranggapan bahwa sabun
diketemukan oleh orang Kimia Dasar, namun sebenarnya orang yang
mengolah bahan menjadi sabun dengan harga ekonomis itu hanya
dilakukan oleh orang Teknik Kimia. Kemajuan kehidupan manusia
menuntut kehidupan hidup yang semakin banyakdanberagam,sepertipakaian,
makanan, obat-obatan, rumah tinggal, alat-alat rumah tangga, kendaraan dan
informasi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu disediakan dalam jumlah
yang cukup dan waktu yang singkat serta harga yang relatif murah. Untuk
menjawab tantangan tersebut diperlukan teknologi proses yang memadai,
sehingga tujuan penyediaan kebutuhan tersebutdapattercapai. Dalam
teknologi proses inilah peran pendidikan teknik kimiadiperlukan. Bidang
teknik kimia mempelajari cara mengubah secara ekonomis suatu bahan
melalui proses kimia ataupun fisika menjadi bahan lain yang bermanfaat dan
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.6

6
Ucup Surucup, “Makalah Perkenalan Teknik Kimia” (Bandar Lampung, Universitas Negeri Lampung,
2007), Hal. 4 dikutip dari file:///C:/Users/user/Downloads/96917693-Makalah-Perkenalan-Teknik-
Kimia.pdf, diakses pada tanggal 27 September 2019 pada pukul 14.30 WIB
BAB III

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini kami selaku penulis akan mengkaji suatu topik mengenai
“Tragedi Tumpahnya Minyak Pertamina di Laut Karawang” yang akan
ditinjau berdasarkan sebab dan akibat dari terjadinya topik tersebut.

3.1 Berita Utama

 Tahun lalu, kilang minyak mentah Pertamina bocor di Teluk


Balikpapan, Kalimantan Timur. Pada 12 Juli lalu, tragedi lingkungan laut
tercemar kebocoran kilang minyak Pertamina, kembali terjadi di Karawang,
Jawa Barat.

 Dampak kebocoran terjadi di Karawang, meluas sampai Bekasi,


bahkan sudah ke Kepulauan Seribu.

 Berbagai organisasi masyarakat sipil mendesak Pertamina audit


internal dan bertanggung jawab penuh atas daya rusak dari tumpahan
minyak mentah ini.
 Kasus tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, sudah putus. Gugatan
kepada para tergugat dan membayar ganti rugi lingkungan secara tanggung
renteng Rp 10.15 triliun antara lain, jasa lingkungan Rp9,96 triliun), biaya
pemulihan atau restorasi Rp184,05 miliar dan biaya penyelesaian sengketa
lingkungan Rp 868, 628 juta.

Tragedi lingkungan kembali terjadi pada 12 Juli 2019. Tumpahan minyak dan
gelembung gas Pertamina menyebar di laut utara Jawa, di lokasi pengeboran
lepas laut milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java
(ONWJ), Karawang, Jawa Barat. Bencana tumpahan minyak Pertamina,
bukan kali pertama.Hingga kini, dampak kebocoran terjadi di Karawang,
meluas sampai Bekasi, bahkan sudah ke Kepulauan Seribu. Berdasarkan data
Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengatakan, ada sembilan
desa yang dekat tumpahan minyak, yakni, Desa Camara, Kecamatan Cibuaya;
Desa Sungai Buntu, Kecamatan Pedes; Desa Petok Mati, Kecamatan Cilebar.

Kemudian, Desa Sedari, Kecamatan Pusaka Jaya; Pantai Pakis, Kecamatan


Batu Jaya; Desa Cimalaya; Pasir Putih, Kecamatan Cikalong; Ciparage,
Kecamatan Tempuran dan Tambak Sumur, Kecamatan Tirtajaya.

MR Karliansyah, Direktur Jenderal Pengendalian dan Pencemaran


Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengatakan, sejak Sabtu tim
KLHK sudah di lapangan.

”Saat ini Pertamina masih fokus penghentian semburan dan pengendalian


dampak pada masyarakat,” katanya.

KLHK, katanya, meminta Pertamina menutup kebocoran gas dan minyak


yang keluar dengan cara memasang sumbatan semen atau gripwell agar
kebocoran tidak merembet.
”Untuk menyumbat disemen itu dengan gripwell agak miring gitu ya. Ini
butuh waktu pengangkutan dengan gripwell, kemudian memasang alatnya.
Jadi, waktu diskusi kemarin mereka menyampaikan ada kemungkinan paling
lambat taksiran paling jelek itu akhir Agustus, bisa tuntas,” katanya

Hingga Minggu (28/7/19), ada delapan desa terdampak cemaran minyak, dua
desa di Kabupaten Bekasi dan enam desa di Kabupaten Karawang. Hingga
kini, pembersihan masih berlangsung. ”Kami mengawal mereka untuk
percepatan penghentian semburan dan pengendalian dampak kepada
masyarakat,” katanya.

Tim KLHK pun telah survei ke titik kebocoran minyak dan sudah penanganan
dengan penyedotan melalui teknik wellboom, kemudian diangkut ke wilayah
lain.

“Tim KLHK bersama tim Pertamina mengambil sampel kualitas air laut,
membantu memberi arahan bagaimana pendataan masyarakat pemilik
keramba, tambak serta arahan pembersihan tumpahan minyak di pantai desa-
desa yang terdampak,” katanya.

Pertamina hingga kini, telah memobilisasi 29 kapal, 3.500 meter oil boom
offshore, 3.000 meter oil boom shoreline, dan 700 meter fishnet di pesisir
pantai terdampak.

Pada 12 Juli 2019, pukul 01.30, muncul gelembung gas dan tumpahan minyak
di sumur YYA-1 area ONWJ, pada saat reperforasi. Gelembung gas muncul
di Anjungan YY dan Rig Ensco-67.

Kemunculan lapisan minyak (oilsheen) di permukaan laut sekitar gelembung


gas terlihat pada 16 Juli 2019. Awal kemunculan gelembung gas diduga hanya
terjadi anomali tekanan saat reaktivasi sumur.
Keesokan hari, 17 Juli 2019, tumpahan minyak terlihat di sekitar anjungan.
Hingga 18 Juli, tumpahan minyak mencapai pantai arah barat.

Dharmawan H. Samsu, Direktur Hulu Pertamina mengatakan, meyetop


sumber gas dan tumpahan minyak dengan mematikan sumur YYA-1,
diperkirakan memerlukan waktu sekitar delapan minggu atau 10 minggu sejak
dinyatakan kondisi darurat.

“Demi memaksimalkan penanganan sumur YYA-1, saat ini Pertamina


melibatkan Boot & Coots, perusahaan dari US yang memiliki proven
experience dalam kasus serupa dengan skala lebih besar, seperti di Gulf di
Mexico,” kata Dharmawan.

Untuk mengendalikan kondisi lapangan, katanya, Pertamina telah


membentuk incident management team (crisis team) di Jakarta dan Karawang.
Tugasnya, untuk penanggulangan tumpahan minyak, penanganan gas
dengan spray, pengeboran untuk mematikan sumur, serta penanganan di
anjungan.

HIngga kini, Pertamina masih menginvestigasi guna mengungkap penyebab


tragedi ini. Indikasi sementara menunjukkan, ada anomali tekanan pada
anjungan yang menyebabkan gelembung gas muncul diikuti tumpahan
minyak (oilspill).

Pertamina memastikan, potensi mata pencaharian masyarakat nelayan


terdampak dengan membuka posko di Pantai Karawang. Posko ini bertugas
sosialisasi kepada masyarakat, penanggulangan tumpahan di pantai bersama
masyarakat, memberikan pelayanan kesehatan, serta berkoordinasi dengan
stakeholder setempat.

Untuk penanganan dampak lingkungan karena tumpahan minyak yang


terbawa arus ke pantai, Pertamina berupaya intensif dengan membersihkan
pantai dengan cepat. Kemudian, mengangkut ke lokasi penampungan yang
bersertifikat.

PHE ONWJ, juga berkomunikasi dan koordinasi intensif dengan SKK Migas,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), KLHK, pemerintah
daerah, Dinas Lingkungan Hidup. Juga TNI, kepolisian, Kementerian
Perhubungan Ditjen Perhubungan Laut, KSOP, Kelautan dan Perikanan,
Pushidros AL, dan instansi lain.

“Pertamina intensif melibatkan seluruh sumber daya termasuk kolaborasi dari


eksternal yang memiliki kapabilitas menangani ini. Kami berterima kasih
pada seluruh masyarakat sekitar yang turut berpartisipasi dan mendukung
kelancaran upaya penanganan”.

Ancaman lingkungan, dan kesehatan warga

Ohiongyi Marino, Kepala Divisi Pesisir dan Maritim Indonesian Center for
Environmental Law (ICEL) menilai Pertamina lalai dalam memberikan
informasi peringatan dini kepada masyarakat di Pesisir Karawang.

Tumpahan minyak Pertamina dimanfaatkan masyarakat dengan menciduk


minyak mentah dan memasukkan ke karung tanpa perlindungan khusus.

”Pertamina tidak memperingatkan masyarakat daerah Pesisir Karawang untuk


menghindari area tumpahan minyak mentah. Ini kewajiban Pertamina
menanggulangi tumpahan minyak berdasarkan Pasal 53 ayat (2) huruf a UU
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.”

Minyak mentah, katanya, memiliki kemungkinan besar mengandung zat


berbahaya dan manusia tak bisa kontak langsung dengan zat berbahaya tanpa
ada perlindungan khusus.
Berdasarkan Pasal 53 UU PPLH, Pertamina wajib menanggulangi dengan
isolasi area, penghentian sumber pencemaran dan cara lain.

“Atas kelalaian ini, kami mendesak Pertamina, bersama-sama pemerintah


untuk pemeriksaan kesehatan masyarakat Pesisir Karawang. Mereka telanjur
terkontaminasi minyak mentah yang berpotensi mengganggu kesehatan
masyarakat.”

Selanjutnya, upaya penanggulangan dan pemulihan, kata Ohingyo, harus


transparan kepada publik dengan target masyarakat Pesisir Karawang.

ICEL mendesak, pemerintah melakukan penegakan hukum kepada Pertamina


untuk memastikan pemberian ganti rugi kepada masyarakat Pesisir Karawang
terutama petani tambak dan ganti rugi kerusakan lingkungan.

Meiki Paendong, Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat menambahkan,


tumpahan minyak di perairan laut dan pantai Karawang mengancam sumber-
sumber kehidupan dan keberlanjutan alam.

“Pertamina, harus tuntas dalam mengupayakan pemulihan ekosistem laut,


pantai, dan mangrove, yang terkena tumpahan minyak,” kata Meiki.

Tubagus Achmad Direktur Walhi Jakarta, menambahkan, kalau tak segera


diatasi, pencemaran ini akan mengganggu kehidupan masyarakat Kepulauan
Seribu, yang selama ini hidup bergantung kondisi laut

3.2 Sebab Terjadinya Tragedi Tumpahnya Minyak di Laut Karawang

Hingga kini, Pertamina masih menginvestigasi guna mengungkap penyebab


tragedi ini. Indikasi sementara menunjukkan, ada anomali tekanan pada
anjungan yang menyebabkan gelembung gas muncul diikuti tumpahan
minyak (oilspill). Pertamina telah menduga, bahwa semburan gas yang telah
merubah kondisi mekanika tanah dasar laut sehingga fondasi anjungan
kehilangan kekuatan dan mengakibatkan kemiringan. Direktur Hulu
Pertamina Dharmawan H. Samsu membenarkan adanya gelembung gas ketika
awal insiden dan diduga menjadi penyebab miringnya anjungan YYA-1.
Akhirnya, tumpahan minyak di laut utara Karawang tak terhindarkan.

3.3 Akibat Tragedi Tumpahnya Minyak di Laut Karawang

Secara umum, dampak tumpahan atau pencemaran minyak dilaut dapat


mengakibatkan terganngu atau rusaknya ekosistem laut. Minyak merupakan
campuran yang kompleks, mengandung hidrokarbon jenuh bertitik didik
rendah dan cepat larut dalam air. Saat minyak tumpah ke perairan, minyak
tersebut dapat terapung, tenggelam larut dan menguap di perairan. Saat
minyaknya terapung, penyebaran akan lebih luas karena dipengaruhi oleh arus
dan angin, sedangkan minyak yang mengendap akan menutupi sedimen dasar
perairan. Kehadiran minyak akan menggangu ekosistem laut karena:

a). Kehadiran minyak dapat menutupi lapisan permukaan air, sehingga


merusak ganggang dan plankton sehingga pembiakannya terhambat.

b). Lapisan minyak yang tebal dapat menghambat proses respirasi dan
fotosintesa alamiah

c). Komponen minyak yang dapat larut memungkinkan timbulnya proses


peracunan secara langsung terhadap organisme yang hidup dilaut

d). Komponen yang mengendap akan menutupi sedimen dasar perairan,


sehingga bisa mengganggu khidupan organisme dasar perairan.

Dampak tumpahan minyak terhadap pantai dan mangrove yaitu menurunnya


kualitas pantai dan mengrove tersebut. pada pantai, pencemaran minyak akan
merusak nilai estetikanya. Residu berwarna gelap yang terdampar di pantai
akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan hewan. Keadaan ini semakin
penting untuk diantisipasi apabila kejadian tumpahan minyak berada dekat
dengan lokasi penduduk yang padat. Seperti kawasan ekowisata, rekreasi,
benda purbakala, cagar alam dan harta karun di dasar laut yang terkena
minyak dapat rusak atau berkurang nilai keindahannya sehingga nilai jualnya
akan berkurang.

Keruskan dari pencemaran minyak terhadap komunitas mangrove


lebih ke gangguan fisik. Biasanya lapisan minyak akan menutupi seluruh
sistem perakaran mangrove, sehingga di mulut-mulut lenti sel akan terputus.
Minyak juga akan menutupi kulit kayu, akar penyangga dan pnheumatophora
yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2. Hal ini dapat menurunkan
kadar oksigen dalama akar mengrove 1-2% dalam waktu 2 hari. Pada bibit
mangrove,minyak akan merusak proses germinasi pada mangrove.

Berdasarkan penelitian, secara umum kehadiran minyak pada


mangrove akan mengganggu proses pertumbuhan (pada anakan),
menyebabkan terjadinya defoliasi (gugur daun) dan berakhir pada kematian,
Dalam pencemaran minyak berat, mangrove dapat mati dalam waktu 48-72
jam.

https://www.kompasiana.com/a.ryadi/55a022dd0f9373620d8b4567/dampak-
buruk-tumpahan-minyak-dilaut?page=all

3.3.1 Dampak Tragedi Tumpahnya Minyak di Laut Karawang

Terdapat ceceran minyak sekitar 1-3 kilometer yang terbentang hingga ke


arah barat. Tumpahan minyak dari Blok ONWJ di tengah Laut Pasir Putih.
Minyak yang tak bisa menyatu dengan air itu mengapung mengikuti arah arus
laut. Dekat dari tumpahan minyak, terlihat seekor ikan mengambang tak
bernyawa. Tak bisa dipastikan sudah berapa ikan yang mati karena tragedi
tumpahan minyak ini. Laut yang berseberangan dengan Desa Pasir Putih ini
merupakan zona tangkap ikan Kabupaten Karawang. Bahkan banyak nelayan
dari desa lain yang mulai berlayar dari Desa Pasir Putih. Sejak tragedi
tumpahan minyak, tak ada satu pun nelayan yang terlihat berlayar. Nelayan
kapok karena hasil tangkapan turun drastis, tak sesuai dengan risiko dan jerih
payah yang dikorbankan. Rajungan yang merupakan salah satu hasil laut
paling banyak di Desa Pasir Putih mendadak menghilang. Padahal biasanya
dalam satu kapal nelayan dapat menangkap 10-50 kilogram rajungan. Setelah
tumpahan minyak, nelayan hanya berhasil menangkap 1-2 ekor saja. Dampak
tumpahan minyak juga terlihat dari kerusakan tambak ikan di Desa Muara
Baru. Di desa itu, kami menemukan ribuan hektare tambak yang terbengkalai.
Tak satu pun ikan terlihat dari tambak yang berair dangkal tersebut. Sebagai
gambaran kerugian para nelayan, pendapatan sektor perikanan di kawasan
Karawang pada 2018 sekitar Rp 179 miliar. Wahana Lingkungan Indonesia
(Walhi) juga melakukan riset yang masih berlangsung mengenai dampak
ekologis tragedi tumpahan minyak Blok ONWJ. Dari hasil penelitian di
lapangan, tumpahan minyak kini sudah sampai ke Selat Sunda. Tumpahan
minyak ini yang dinilai merusak biota laut seperti ikan, rajungan, udang, dan
kerang mati.
BAB IV

Hasil Analisis Data

Hasil analisis

Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H. Samsu membenarkan adanya gelembung


gas ketika awal insiden dan diduga menjadi penyebab miringnya anjungan YYA-1.
Akhirnya, tumpahan minyak di laut utara Karawang tak terhindarkan.

“Tetapi investigasi harus dilakukan untuk pastikan [penyebabnya],” katanya. Setelah


kemiringan anjungan terjadi sebesar 13 derajat, Pertamina lantas menahan agar
kemiringan tidak bertambah. Hal tersebut dilakukan dengan cara memasang dua tali
ke kaki anjungan dan menghubungkannya ke alat pengerek yang ada di tongkang.
Selama menahan tumpahan minyak agar tidak melebar ke darat, Pertamina telah
memasang oil boom di lepas pantai mencapai 9.250 meter yang terbagi dalam
beberapan lapisan. Untuk pemasangan di pantai dan darat, oil boom dipasang
sepanjang 10.790 meter yang ditambahkan waring sepanjang 21.000 meter. Hingga
data per 19 September, tumpahan minyak yang dapat ditangkap sebanyak 39.685
barel, sementara untuk tumpahan minyak yang sampai ke darat telah terkumpul 5,53
juta karung.

Upaya

PT Pertamina Hulu Energi Offshore Northwest Java (PHE ONWJ) berhasil


mempercepat pengeboran sumur baru relief well (RW) YYA-1RW, yang berfungsi
menutup sumur YYA-1. Vice President Relations Pertamina Hulu Energi Ifki
Sukarya mengatakan, hingga saat ini, penanganan masih dilakukan untuk tiga aspek,
yaitu pengendalian sumur, penanganan di laut dan penanganan di darat. PHE terus
berkordinasi dengan pihak-pihak terkait, sehingga proses penanganan saat ini dapat
berjalan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Ifki Sukarya juga menyatakan, hingga
saat ini, PHE ONWJ telah melakukan pengeboran sumur baru YYA-1RW mencapai
kedalaman sekitar 624 meter dari target 2.765 meter. Menurut Ifki, sumur baru dibor
secara miring menuju lokasi lubang sumur YYA-1 hingga mencapai titik kedalaman
tanah tertentu untuk menutup sumur YYA-1. Hal tersebut dilakukan untuk menutup
gelembung gas di sumur YYA-1.
Hukuman

Kerugian ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup mengancam Teluk Karawang.


Karena itu, perlu ada hukuman berat bagi pelakunya agar kejadian serupa tak
terulang. Apalagi, seperti dikatakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
Ignasius Jonan, hal semacam ini bukan yang pertama kali terjadi di blok yang sama.
Mereka yang bertanggung jawab harus dijerat dengan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebab,
tumpahnya minyak ke perairan lepas pantai itu berarti masuknya B3 (bahan
berbahaya dan beracun) yang dapat menyebabkan kematian massal biota laut.
Dalam kasus di Karawang ini, penghasilan para nelayan dari melaut sudah
berkurang setidaknya 50 persen. Saat ini tumpahan minyak sudah menyebabkan
tambak di Karawang dan Bekasi gagal panen. Ini tentu sudah mengganggu
kehidupan nelayan di pesisir Jawa Barat dan DKI Jakarta. Jika tak ada pemulihan
ekosistem, masa depan mereka terancam
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan observasi Analisis Kebocoran Minyak di


Laut Karawang maka dapat disimpulkan:

1. Minyak bumi adalah senyawa kompleks yang tersusun atas molekul


hidrokarbon yang diduga berasal dari sisa jasad renik makhluk hidup
di jaman dahulu yang mengendap dan dipengaruhi tekanan dan suhu
yang tinggi. Penggunaannya sangatlah luas mulai dari industri sampai
ke kehidupan sehari-hari dalam transportasi. Dalam mencegah
terjadinya tragedi seperti ini terjadi lagi perlulah adanya kenaikan
standar keselamatan dan keamanan kerja. Apabila kedepannya terjadi
kasus seperti ini terjadi lagi hendaknya pihak yang bersangkutan
melakukan penanggulangan bencana dan sosialisasi terhadap warga
sekitar untuk meminimalisir kerusakan yang diakibatkan tumpahan
minyak ke lautan.

2. Akibat tumpahan minyak ke lautan, yaitu:

a. Minyak bumi yang tumpah ke lautan menyebabkan organisme


baik yang ada di laut maupun di sekitar pantai mengalami
kerusakan biologis baik berupa kematian maupun penyakit.

b. Minyak bumi yang tumpah ke lautan tidak dapat bercampur


dengan air sehingga mengotori lautan dan menyebabkan bau tak
sedap. Tidak hanya di perairan saja, residu dari tumpahan
minyak juga mengotori daerah pantai dan sungai yang
berhubungan dengan laut tersebut.
c. Tragedi ini juga menyebabkan hilangnya mata pencaharian para
warga sekitar dikarenakan tumpahan minyak merusak habitat
ikan. Tambak dan sawah yang dimiliki warga juga ikut terkena
dampak dari tumpahan minyak sehingga tidak dapat
dimanfaatkan lagi.

5.2 Saran

Keterbatasan informasi mengenai tragedi tumpahnya minyak di laut


Karawang membuat kami sadar bahwa makalah kami jauh dari kata
sempurna. Namun kami berharap, makalah kami dapat dijadikan acuan
bagi pembaca untuk lebih menganal tentang tragedi tumpahnya minyak di
laut Karawang.

Makalah kami diharapkan dapat menjadi ladang informasi bagi siapapun


yang ingin mengetahui tentang masalah-masalah akibat dari tumpahnya
minyak di laut Karawang.

1. Penelitian lebih baik ditambah dengan foto dari tempat kejadian


perkara yang diambil sendiri oleh penulis

2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk melakukan wawancara


kepada warga sekitar dan pihak dari Pertamina serta untuk mengambil
sampel dari lingkungan yang tercemar berupa air, tanah dan hewan-
hewan kecil serta tumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai