Disusun oleh:
XII MIPA 1
MAKALAH
Judul
Ditulis oleh :
Mengesahkan
Disetujui
Disahkan,
Kepala Sekolah
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah. Makalah yang berjudul “ Analisis Kebocoran Minyak di Laut
Karawang”. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda tercinta kita Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dibuat dan disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia dari Bapak H.Ucu Jamaluddin, M.Pd. Walaupun makalah ini kami susun dengan
menghadapi beberapa kesulitan dengan penuh kesabaran, ketekunan, dan ketelitian.
Makalah ini juga dapat terselesaikan dengan lancar berkat bantuan dari Allah SWT.
Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapatkan bantuan dan arahan dari berbagai
pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Kami juga berterimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini terutama kepada :
1. Bapak Kepala SMA Negeri 1 Karawang yang telah mengizinkan kami mengambil
data dan sumber dari berbagai fasilitas di sekolah ini;
2. Bapak Widada, M. Pd selaku Wakasek Kurikulum yang telah mengizinkan
menggunakan fasilitas sekolah terhadap kebutuhan dalam penyusunan makalah dan
menyetujui hasil penyelesaian pada makalah ini;
3. Bapak H.Ucu Jamalludin, M.Pd yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
laporan bab ini;
4. Semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir, yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi
yang membuat dan umumnya bagi yang membaca.
Karawang, November 2019
Penulis
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Bahan bakar fosil sudah tidak asing di kehidupan modern, Bahan bakar ini
termasuk salah satu Sumber Daya Alam (SDA) yang paling dibutuhkan oleh
manusia. Pengolahannya sebagai sumber bahan bakar kendaraan bermotor
sangat dibutuhkan karena mampu menunjang berbagai aktivitas manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Pengolahan bahan bakar fosil memiliki berbagai
macam dampak yang dapat dirasakan oleh manusia, apalagi jika cara
pengolahannya salah, terjadi malfungsi pada mesin pengolah, hingga faktor
alam yang tidak bisa dihindari keberadaannya. Pengeksploitasian, pengolahan
yang baik haruslah menjadi taraf ukur utama sebuah perusahaan yang berjalan
dalam bidang pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA), dikarenakan hal-hal
yang disebut di atas maka perlu adanya upaya dalam pencegahan apabila
suatu ketika terjadi sebuah kecelakaan yang menyebabkan kerusakan
lingkungan, hilangnya fauna, hancurnya sumber daya lain dan kejadian lain
yang tidak diinginkan. Bahan bakar fosil selain digunakan sumber 7ias7t
mode transportasi juga digunakan dalam hal lainnya. Bahan bakar fosil masih
digunakan dalam 7ias7try seperti 7ias7try pengolahan pangan menjadi
makanan siap saji dan lainnya.
Bahan bakar fosil memiliki banyak kegunaan tapi ia merupakan sumber daya
yang tidak dapat diperbaharui dan cadangannya di bumi semakin menipis dan
kelak akan habis. Oleh karena jumlah bahan bakar fosil semakin sedikit maka
penggunaannya harus efisien. Hal ini 7ias dicapai dengan menggunakan moda
transportasi umum, mematikan listrik apabila tidak digunakan dan menghemat
penggunaan penghangat ruangan. Selain dengan semakin menipisnya
cadangan bahan bakar fosil dunia dampak lingkungan yang dibawakan oleh
bahan bakar fosil sangatlah besar. Setiap harinya hasil pembakaran bahan
bakar fosil di seluruh dunia menghasilkan banyak sekali CO2 yang
terakumulasi di udara yang akan berpengaruh terhadap lapisan ozone.
Penumpukan CO2 di udara secara terus-menerus tidak hanya akan
mempengaruhi kualitas udara yang kita hirup tetapi juga berpengaruh
terhadap ketebalan lapisan ozone yang akan mengakibatkan efek rumah kaca.
Efek rumah kaca menyebabkan panas matahari yang masuk ke dalam bumi
tidak dapat dipantulkan kembali ke dalam ruang angkasa sehingga panas
tersebut secara perlahan akan meningkatkan suhu bumi dari tahun ke tahun
yang dalam kata lain adalah pemanasan global.
Pemanasan global hanyalah satu dari sekian banyak dampak lingkungan yang
disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil. Penambangan bahan bakar
fosil berpengaruh langsung terhadap lingkungan sekitar tempat penambangan
berlangsung. Dampak yang dapat ditimbulkan 8ias berupa pencemaran air dan
tanah di sekitar daerah penambangan yang ditambah dengan matinya
ekosistem di sekitar tempat penambangan yang menambah daftar buruknya
bahan bakar fosil. Tidak jarang terjadi kebocoran bahan bakar fosil ke lautan
yang dampaknya bahkan lebih buruk dari penambangan bahan bakar fosil.
Dampak yang paling parah ialah pencemaran air. Perairan yang terkena
dampak tidak hanya di sekitar tempat terjadinya kebocoran melainkan ke
pemukiman sekitar juga. Air di sekitar tempat terjadinya kebocoran tidak
dapat lagi dikonsumsi, kematian satwa di perairan tersebut dikarenakan airnya
yang tercemar bahan bakar fosil. Kebocoran bahan bakar fosil ke perairan
sekitar tidak hanya menyebabkan pencemaran air. Udara di sekitar tempat
terjadinya kebocoran akan menimbulkan aroma tidak sedap dan oksigen di
udara akan tercampur dengan berbagai jenis kimia karbon. Hal ini apabila
tidak ditangani maka dalam jangka waktu panjang akan menyebabkan
penyakit untuk warga di sekitar perairan. Selain mencemari udara dan
perairan, bahan bakar fosil yang bocor juga mencemari tanah.Bahan bakar
fosil yang merembes ke dalam tanah akan mempengaruhi tanaman di daerah
tersebut. Gagal panen dikarenakan tanah yang seharusnya mengandung garam
mineral yang penting untuk tanaman telah tercampur dengan bahan bakar fosil
sehingga tanaman kekurangan nutrisi kemudian mati kekeringan. Gagal panen
yang terjadi akibat kebocoran bahan bakar fosil ke daerah sipil bukanlah hal
baru lagi.
Dalam hal ini maka sudah sepantasnya kita mempelajari cara untuk
menanggulangi dan mencegah kebocoran bahan bakar fosil di perairan
maupun di daratan. Penanggulangan dan pencegahan kebocoran bahan bakar
fosil tidak hanya meringankan dampak pencemaran yang ditimbulkan tetapi
juga menjaga cadangan bahan bakar fosil yang masih dapat dimanfaatkan.
Dalam kejadian kebocoran bahan bakar fosil ratusan bahkan ribuan barel
bahan bakar fosil tumpah ke perairan dan apabila tidak ditanggulangi maka
hal tersebut akan berlangsung secara terus-menerus sampai cadangan minyak
di tambang tersebut lenyap.
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Landasan Teori
5. Manfaat penelitian
6. Sistematika Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Jawa, diakses pada tanggal 26 September 2019 pada pukul 13.00
WIB
2.2 Komposisi Minyak sehingga dapat Merusak Ekosistem Laut
Minyak bumi adalah suatu campuran kompleks yang sebagaian besar terdiri
atas hidrokarbon. Hidrokarbon yang tergantung dalam minyak bumi adalah
alkana. Kemudian sikloalkana. Komponen lainnya adalah hidrokarbon
aromatik, sedikit alkena, dan berbagai senyawa karbon yang mengandung
oksigen, nitrogen, dan belerang.Minyak mentah (petroleum) adalah campuran
yang kompleks, terutama terdiri dari hidrokarbon bersama-sama dengan
sejumlah kecil komponen yangmengandung sulfur, oksigendan nitrogen dan
sangat sedikit komponen yang mengandung logam.Minyak bumi dan gas alam
diduga berasal dari jasad renik lautan, baik tumbuhan maupun hewan. Sisa-
sisa rganisme itu mengendap didasar lautan, kemudian tertutup oleh lumpur.
Lapisan lumpur tersebut lambat laun berubah menjadi batuan karena pengaruh
tekanan lapisan di atasnya. Sementara itu dengan meningkatnya tekanan dan
suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa jasad renik itu dan mengubahnya
menjadi miyak dan gas. Proses terbentuknya minyak dan gas ini memakan
waktu jutaan tahun.2
3. Titik didih dan titik nyala, titik didih adalah titik dimana minyak bumi
mulai mendidih. Semakin besar berat jenis, titik didih semakin tinggi.
Titik nyala adalah kemampuan materi untuk bisa terbakar. Semakin
ringan berat jenis, titik nyala semakin tinggi.
3
Jontor Apo, “Makalah Pengolahan Limbah Minyak Bumi” (Kendari, Universitas Haluoleo, 2011), Hal.3 dikutip
dari https://www.academia.edu/26871029/MAKALAH_PENGOLAHAN_LIMBAH_MINYAK_BUMI, diakses pada
tanggal 27 September 2019 pada pukul 14.00 WIB
5. Nilai kalori minyak bumi cukup tinggi antara 11.700- 11.750 kal/ gram
untuk minyak BJ= 0,75 dan antara 10000- 10.500 kal/ gram untuk minyak
BJ= 0,9- 0,95.4
2. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal
yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses
sel ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya
kematian. Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan
perilaku namun tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu
karang akan mengalami efek letal dan subletal dimana pemulihannya
memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya.
4
Ibid.
4. Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick
(lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-
burung laut. Hal ini dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih
tenang dan menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam
mencari makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak
ke dalam bulu dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga
burung akan kedinginan yang pada akhirnya mati.5
5
Ibid., Hal. 8
baru yang biasa dilakukan oleh KimiaDasar.Namun kita akan lebih
difokuskan untuk mengaplikasikan dan mengembangkan zat-zat yang sudah
diketemukan sebelumnya. Memang secara tidak langsung teknik kimia
tidak menemukan hal baru dalam dunia zat, namun dalam konteks produksi
bahan-bahan jadi, teknik kimialah yang berperan penting dalam menguasai
bidang produksi di dalam kehidupan sehari-hari. Seper ti halnya membuat
sebuah sabun, mungkin banyak orang yang beranggapan bahwa sabun
diketemukan oleh orang Kimia Dasar, namun sebenarnya orang yang
mengolah bahan menjadi sabun dengan harga ekonomis itu hanya
dilakukan oleh orang Teknik Kimia. Kemajuan kehidupan manusia
menuntut kehidupan hidup yang semakin banyakdanberagam,sepertipakaian,
makanan, obat-obatan, rumah tinggal, alat-alat rumah tangga, kendaraan dan
informasi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut perlu disediakan dalam jumlah
yang cukup dan waktu yang singkat serta harga yang relatif murah. Untuk
menjawab tantangan tersebut diperlukan teknologi proses yang memadai,
sehingga tujuan penyediaan kebutuhan tersebutdapattercapai. Dalam
teknologi proses inilah peran pendidikan teknik kimiadiperlukan. Bidang
teknik kimia mempelajari cara mengubah secara ekonomis suatu bahan
melalui proses kimia ataupun fisika menjadi bahan lain yang bermanfaat dan
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.6
6
Ucup Surucup, “Makalah Perkenalan Teknik Kimia” (Bandar Lampung, Universitas Negeri Lampung,
2007), Hal. 4 dikutip dari file:///C:/Users/user/Downloads/96917693-Makalah-Perkenalan-Teknik-
Kimia.pdf, diakses pada tanggal 27 September 2019 pada pukul 14.30 WIB
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini kami selaku penulis akan mengkaji suatu topik mengenai
“Tragedi Tumpahnya Minyak Pertamina di Laut Karawang” yang akan
ditinjau berdasarkan sebab dan akibat dari terjadinya topik tersebut.
Tragedi lingkungan kembali terjadi pada 12 Juli 2019. Tumpahan minyak dan
gelembung gas Pertamina menyebar di laut utara Jawa, di lokasi pengeboran
lepas laut milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java
(ONWJ), Karawang, Jawa Barat. Bencana tumpahan minyak Pertamina,
bukan kali pertama.Hingga kini, dampak kebocoran terjadi di Karawang,
meluas sampai Bekasi, bahkan sudah ke Kepulauan Seribu. Berdasarkan data
Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) mengatakan, ada sembilan
desa yang dekat tumpahan minyak, yakni, Desa Camara, Kecamatan Cibuaya;
Desa Sungai Buntu, Kecamatan Pedes; Desa Petok Mati, Kecamatan Cilebar.
Hingga Minggu (28/7/19), ada delapan desa terdampak cemaran minyak, dua
desa di Kabupaten Bekasi dan enam desa di Kabupaten Karawang. Hingga
kini, pembersihan masih berlangsung. ”Kami mengawal mereka untuk
percepatan penghentian semburan dan pengendalian dampak kepada
masyarakat,” katanya.
Tim KLHK pun telah survei ke titik kebocoran minyak dan sudah penanganan
dengan penyedotan melalui teknik wellboom, kemudian diangkut ke wilayah
lain.
“Tim KLHK bersama tim Pertamina mengambil sampel kualitas air laut,
membantu memberi arahan bagaimana pendataan masyarakat pemilik
keramba, tambak serta arahan pembersihan tumpahan minyak di pantai desa-
desa yang terdampak,” katanya.
Pertamina hingga kini, telah memobilisasi 29 kapal, 3.500 meter oil boom
offshore, 3.000 meter oil boom shoreline, dan 700 meter fishnet di pesisir
pantai terdampak.
Pada 12 Juli 2019, pukul 01.30, muncul gelembung gas dan tumpahan minyak
di sumur YYA-1 area ONWJ, pada saat reperforasi. Gelembung gas muncul
di Anjungan YY dan Rig Ensco-67.
PHE ONWJ, juga berkomunikasi dan koordinasi intensif dengan SKK Migas,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), KLHK, pemerintah
daerah, Dinas Lingkungan Hidup. Juga TNI, kepolisian, Kementerian
Perhubungan Ditjen Perhubungan Laut, KSOP, Kelautan dan Perikanan,
Pushidros AL, dan instansi lain.
Ohiongyi Marino, Kepala Divisi Pesisir dan Maritim Indonesian Center for
Environmental Law (ICEL) menilai Pertamina lalai dalam memberikan
informasi peringatan dini kepada masyarakat di Pesisir Karawang.
b). Lapisan minyak yang tebal dapat menghambat proses respirasi dan
fotosintesa alamiah
https://www.kompasiana.com/a.ryadi/55a022dd0f9373620d8b4567/dampak-
buruk-tumpahan-minyak-dilaut?page=all
Hasil analisis
Upaya
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran