Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TATA GUNA LAHAN


Kec.Enggano Kab.Bengkulu Utara
Provinsi Bengkulu

Kelompok 6
Nama Anggota:
1. Nur Wihda
2. Elsa Apriliyanti
3. Fatmawati
4. Herna
5. Mira Arsida
6. Nur Hidayah

Kelas: XII IPS 3


Mata Pelajaran: Geografi
Guru Pengajar: Ibu Siti Nurhamidah S.Pd
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan suatu kota adalah hal yang tak bisa dihindari, dipengaruhi oleh pertumbuhan
ekonomi dan penduduk, menyebabkan meningkatnya aktivitas perkotaan.Dalam mengakomodasi
aktivitas kota tersebut, dibutuhkan lahan sebagai salah satu modal dasar untuk berjalannya
suatu aktivitas. Sebagai modal dasar,penggunaan lahan perlu mendapat perhatian khusus.
Persediaan lahan yang terbatas menyebabkan terjadinya kompetisi antar aktivitas untuk
memperoleh lahan, dan pada suatu saat akan terjadi perubahan penggunaan lahan dari suatu
aktivitas menjadi aktivitas lain yang lebih produktif. Kota dalam perjalanannya selalu tumbuh
dan berkembang. Unsur yang terkait dengan pertumbuhan kota lainnya yaitu unsur
penduduk.
Dalam perkembangannya tiap aktivitas tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-
beda, sehingga mempengaruhi pemilihan ruang dan lokasi aktivitasnya.Di wilayah kami
studi yang ambil yaitu Provinsi Bengkulu penggunaan lahannya banyak dimanfaaatkan
sebagai kawasan . Kondisi yang seperti inilah yang membuat ketertarikan kami menganalisis
wilayah tersebut.

B. Tujuan
1. Memetakan perubahan penggunaan lahan dengan menerapkan tekhnik penginderaan jauh dan
Sistem Informasi Geografis
2. Mengkaji persebaran perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Enggano.
3. Mengetahui Apa yang di maksud dengan Perencanaan Penggunaan Lahan.
4. Mengetahui Bagaimana peran perencanaan dalam Penggunaan lahan.
5. Mengetahui Apa saja faktor yang mempengaruhi dalam perencanaan penggunaan lahan.

C. Manfaat

1.Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah daerah untuk dapat mengambil
kebijakan dalam penyusunan Rencana Detil Tata Ruang (RDTR)
2. Memudahkan seseorang atau instansi untuk mengetahui peta penggunaan lahan yang baru
3. Bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut
4. Penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan penelitian khususnya dibidang
Sistem Informasi Geografi dalam aplikasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Wilayah yang Bersangkutan


1) Aspek fisik
Secara geografis, Pulau Enggano berada di wilayah Samudera Indonesia yang posisi
astronomisnya terletak pada 05°31'13 LS dan 102°16'00 BT. Secara administratif ,Pulau
Enggano termasuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Enggano
merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bengkulu Utara dengan pusat pemerintahan berada
di Desa Apoho. Luas wilayah Pulau Enggano mencapai 400,6 km² yang terdiri dari enam desa
yaitu Desa Banjarsari, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana,dan Kahyapu. Kawasan Enggano
memiliki beberapa pulau-pulau kecil, yaitu Pulau Dua,Merbau, Bangkai yang terletak di
sebelah barat Pulau Enggano, dan Pulau Satu yang berada di sebelah selatan Pulau Enggano.
Jarak Pulau Enggano ke Ibukota Provinsi Bengkulu sekitar 156 km atau 90 mil laut, sedangkan
jarak terdekat adalah ke kota Manna, Bengkulu Selatan sekitar 96 km atau 60 mil laut. Pulau
Enggano tersusun oleh perbukitan bergelombang lemah, perbukitan karst, daratan dan rawa.
Perbukitan bergelombang terdapat di daerah tenggara, ketinggian antara 170-220 meter,
sedangkan perbukitan karst yang mempunyai ketinggian antara100-150 meter terdapat di
bagian barat laut, menunjukkan morfologi yang khas dan didominasi oleh batu gamping. Di
bagian utara terutama daerah pantai merupakan dataran rendah alluvial yang berawa-rawa
dengan ketinggian 0-2 meter.

Bentuk permukaan tanah di Pulau Enggano secara umum dapat dikatakan cukup datar
hingga landai, dengan sedikit daerah yang agak curam. Pada bagian timur pulau lebih datar
daripada bagian barat. Secara proporsional dapat dikatakan 63,39% dari pulau ini mempunyai
kemiringan landai (0-8%), 27,95% agak miring (8-15%) dan sisanya daerah miring sampai
terjal (15-40%).

Berdasarkan klasifikasi tanah, kawasan daratan Pulau Enggano didominasi oleh jenis
tanah kambisol, litosol, dan alluvial. Selain itu, tanah di Pulau Enggano memiliki tekstur
lempeng berliat. Di wilayah Pulau Enggano mengalir beberapa sungai di mana secara umum
airnya dipengaruhi musim. Pada musim hujan debit air sungai tinggi, sebaliknya pada musim
kemarau debit air rendah. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Kikuba, Sungai Kuala Kecil,
Sungai Kuala Besar, Sungai Kahabi, Sungai Kinono, dan Sungai Berhawe. Beberapa sungai kecil
lainnya antara lain Sungai Kaay, Sungai Kamamum, Sungai Maona, dan Sungai Apiko.
Karakteristik pantai yang terdapat di Pulau Enggano dapat dikategorikan dalam 5 (lima) tipe
utama yaitu pasir berlumpur, pasir, pasir berkarang, pasir karang berlumpur, dan pantai karang
berbatu. Karakteristik pantai di Pulau Enggano erat kaitannya dengan keberadaan ekosistem
terumbu karang dan mangrove.

Tipe pantai pasir berlumpur ditemukan di Kahyupu, Tanjung Harapan, dan muara Sungai
Banjarsari sampai Teluk Berhau. Tipe pantai pasir berkarang terdapat di Kaana dan Meok,
sedangkan tipe pantai pasir karang berlumpur ditemui di Malakoni dan Banjarsari. Pantai karang
berbatu dijumpai di bagian timur Pulau Enggano. Pulau Enggano beriklim tropis basah yang
sangat dipengaruhi oleh laut. Curah hujan pada bulan kering masih di atas 100mm. Bulan kering
biasanya terjadi pada bulan Juni dan Juli. Bulan basah kadang mencapai lebih dari 400 mm per
bulannya. Suhu udara rata-rata setiap harinya berkisar antara 27,8 °C dengan suhu terendah
23,2 °C dan tertinggi 34 °C. Kelembaban nisbi umumnya di atas 80% dengan variasi terendah
78% dan tertinggi 96%. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Pulau Enggano kelembaban udara
relatif tinggi sepanjang tahun. Angin dominan terbagi dalam dua musim, yaitu angin musim
barat (terjadi pada Bulan September sampai Januari) dan angin musim tenggara (bulan april).

2) Aspek sosial dan budaya


Secara kultural Enggano berkarakteristik unik. Mereka tinggal di kampung-kampung
mengitari pulau. Penduduk Enggano juga tercatat tidak memiliki budaya busur dan anak panah.
Mereka tidak punya mengenal seni tembikar dan tenun. Hal menarik lainnya mereka tidak
mengenal minuman yang memabukkan sepertihalnya bayak suku bangsa lainya di Indonesia.

Keunikan lain dari Enggano adalah terkait dengan bahasa enggano yang relatif masih
dipegang kuat dan digunakan oleh orang-orang Enggano. Bahasa enggano hampir digunakan di
dalam semua aspek kehidupan orang-orang Enggano sebagai bahasa untuk berkomunikasi. Ada
kesadaran dari tokoh-tokoh adat untuk memelihara bahasanya.Ancaman terbesar dari
kelangsungan bahasa enggano, justru dari jumlah penduduk Enggano yang tidak sebayak dahulu
kala lagi. Jumlah penduduk jauh berkurang membuat penutur bahasa Enggano menjadi jauh
lebih sedikit. Yang agak mengkhawatikan adalah karena jumlah orang Engganonya sendiri yang
kecil sehingga penutur bahasa ini juga sedikit.

Secara adat istiadat, masyarakat Pulau Enggano memiliki hubungan kekeluargaan dengan
sistem yang berakar pada asal keturunan yang disebut dengan suku. Di Pulau Enggano
masyarakat terbagi atas-atas suku-suku yang masing-masing suku dikepalai oleh Ketua Suku.
Adapun penduduk asli pulau Enggano terdiri dari Suku Kauno, Suku Kaahoao, Suku Kaharuba,
Suku Kaitaro, Suku Kaarubi.Meski demikian, secara umum proses pembauran adat istiadat
dengan kaum pendatang telah berjalan dan tidak ada masalah dalam kaitannya dengan
heterogenitas daerah asal. Pembauran dari masing-masing adat istiadat berjalan dengan
sendirinya dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa suku di luar Pulau Enggano yang telah
berbaur dengan masyarakat Enggano adalah suku Sunda, Minang, Bugis, Jawa, Batak, dan yang
lainnya.

Masyarakat Pulau Enggano masih teguh memegang adat istiadat peninggalan nenek
moyang. Tokoh adat dan masyarakat kebayakan masih menggunakan adat sebagai rujukan
perilakukan keseharian masyarakat Enggano. Kondisi ini secara tidak langsung mengundang
potensi konflik terutama dalam hubunganya dengan penguasaan dan pengelolaan lahan. Adanya
dualiasme pemerinatahan atau governance. Yakni secara adat dan pemerintahaan moderen .
Maka benturan-benturan antara kedua elit lokal ini tidak terhindarkan. Dan sampai saat ini
konflik-konflik seperti ini masih terjadi dan malah kecenderunganya semakin meningkat.

3) Aspek ekonomi
Pulau Enggano juga memiliki berbagai potensi ekonomi yang dapat dikembangkan seperti
pariwisata, perikanan, dan pertanian. Kegiatan pariwisata yang dapat dikembangkan seperti
wisata mangrove seluas ±1.414,78 Ha, minawisata, wisata selam dengan luas terumbu karang
±5.097 Ha, dan keindahan pantai dan padang lamun seluas ±103,73 Ha. Sementara, untuk
potensi di bidang perikanan perairan di Pulau Enggano menghasilkan sumber daya perikanan
yang cukup melimpah. Berbagai jenis ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, crustachea, ikan
demersal, ikan karang, teripang dan kerang-kerangan hidup di perairan Pulau Enggano. Adapun
untuk bidang pertanian Pulau Enggano memiliki komoditas unggulan yaitu cokelat dan pisang
(Sumber: Paparan Bupati Kabupaten Bengkulu Utara, 2016).

Pembangunan Pulau Enggano salah satunya dilakukan dengan menguatkan sektor ekonomi
yang diyakini mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, khususnya penguatan
sektor pertanian dan perkebunan dengan komuditas unggulan sawah, kakao, pisang dan melinjo.
Potensi tanaman pisang Pulau Enggano cukup besar, bahkan sudah sampai dikirim ke luar
daerah, Sumatera Barat, sampai Lampung. Kalau makan keripik Lampung itu sebenarnya milik
Enggano. Lampung punya nama, tetapi sebenarnya pisangnya dari Enggano, Ke depan, seiring
dengan percepatan pembangunan infrastruktur, Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara optimis
bahwa produk pertanian dan perkebunan akan menjadi produk unggulan Pulau Enggano. Disisi
lain, sektor kelautan dan perikanan juga menjadi fokus utama pengembangan Pulau Enggano.
Hingga tahun 2018, Pemda telah memanfaatkan produksi 42 ton tuna/tahun, 26 ton
cakalang/tahun. Padahal Potensi perikanan tangkap mencapai 1.741,30 ton.

4) Aspek politik
Pada 2010 Pemerintah mengundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010
tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar dijelaskan bahwa Pulau Kecil adalah pulau
dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta
kesatuan ekosistemnya. Sedangkan Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) adalah pulau-pulau kecil
yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut
kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional.

Pulau Enggano termasuk pulau kecil karena luasnya hanya 402,6 km2. Pulau Enggano pada
urutan ke-23 meskipun tidak ada berbatasan langsung dengan negara tetangga, tetapi menghadap
ke laut lepas Samudera Hindia. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Pulau-Pulau Kecil Terluar, nama pulau Enggano tercantum pada nomor urut 73. Dengan
demikian jelaslah bahwa pulau Enggano merupakan PPKT.

Pada saat kampanye Pemilihan Presiden pada tahun 2014 yang lalu, telah menjelaskan visi,
misi, dan program aksinya jika terpilih menjadi Presiden RI. Pada waktu itu pasangan Calon
Presiden dan Calon Wakil Presiden ini menawarkan 12 agenda strategis dalam mewujudkan
Indonesia yang berdaulat dalam bidang politik, 16 agenda strategis untuk menuju Indonesia yang
berdikari dalam bidang ekonomi dan 3 agenda strategis untuk Indonesia yang berkepribadian
dalam kebudayaan. Dari 31 agenda strategis itu diperas lagi menjadi sembilan agenda prioritas
dalam pemerintahannya.Untuk menunjukan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia
yang berdaulat secara politik, maka dirumuskan sembilan agenda prioritas dalam
pemerintahannya. Kesembilan agenda prioritas itu disebut Nawa Cita.

Nawa Cita adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Lebih lanjut Jokowi menjabarkan bahwa:
Pertama, membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa
dalam kerangka Negara Kesatuan.
Kedua, meletakkan dasar-dasar bagi dimulainya desentralisasi asimetris. Kebijakan desentralisasi
asimetris ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan nasional Indonesia di kawasan-
kawasan perbatasan, memperkuat daya saing ekonomi Indonesia secara global, dan untuk
membantu daerah-daerah yang kapasitas berpemerintahan belum cukup memadai dalam
memberikan pelayanan publik.
Ketiga, mensinergikan tata kelola pemerintahan Indonesia sebagai satu kesatuan sistem yang
tidak terfragmentasi sebagaimana berkembang selama ini.
Keempat, menyelesaikan problem fragmentasi dalam penyelenggaraan politik desentralisasi di
pusat dengan memperlakukan regim desentralisasi sebagai ujung tombak pengelolaan
pemerintahan negara menggantikan dominasi regim sektoral dan keuangan dalam tata
pengelolaan pemerintahan negara selama ini.
Kelima, melakukan reformasi dalam tata hubungan keuangan pusat dan daerah dengan cara
pengaturan kembali sistem distribusi keuangan nasional sehingga proses pembangunan tidak
semata-mata mengikuti logika struktur pemerintahan, tetapi melihat kondisi dan kebutuhan
daerah yang asimetris.
Keenam, melakukan pemerataan pembangunan antar wilayah: antara Jawa dengan luar Jawa,
antara wilayah barat Indonesia dengan wilayah timur Indonesia, antara kota dengan desa.
Ketujuh, menata kembali pembentukan daerah otonom baru yang lebih berorientasi
kesejahteraan dengan perubahan kebijakan DAU yang menjadi salah satu sebab yang mendorong
pembentukan daerah otonom baru dan mengharuskan adanya pentahapan bagi pembentukan
daerah otonom baru.
Kedelapan, mendorong daerah untuk dapat melakukan pengurangan overhead cost (biaya rutin)
dan mengalokasikan lebih banyak untuk pelayanan publik.
Kesembilan, melakukan reformasi pelayanan publik melalui: penguatan desa, kelurahan, dan
kecamatan sebagai ujung tombak pelayanan publik serta mengawal implementasi UU Desa
secara sistematis, konsisten dan berkelanjutan dengan fasilitasi, supervisi, dan pendampingan.
Kesepuluh, meningkatkan kapasitas pemerintah nasional untuk lebih menjalankan fungsi
pembinaan dan pengawasan, termasuk dalam hal pengelolaan keuangan dan pelayanan, bagi
daerah otonom secara lebih maksimal; dan mendorong kemungkinan bagi adanya penggabungan
ataupun penghapusan daerah otonom setelah melalui proses pembinaan, monitoring, dan evaluasi
yang terukur dalam jangka waktu yang memadai.
B. Tataguna Lahan

→Vegetasi

Vegetasi yang tumbuh di dataran rendah Pulau Enggano diantaranya Havea suplantiolata,
Diplospora singularis, Koompasia sp, Pterospermum javanicum. Selain itu ditemukan juga
berbagai jenis aggrek hutan dan salak hutan. Vegetasi rawa yang banyak tumbuh adalah jenis
nibung sedangkan vegetasi pantai yangada seperti Terminalia catappa dan Hibiscus tiliaceus

→Fauna

Fauna di Pulau Enggano dibagi menjadi empat kelompok yaitu jenis hewan hutan dan
gunung, hewan pulau, hewan perkebunan dan sawah dan hewan rawa. Jenis hewan hutan dan
gunung diantaranya ekami (rusa), babi, biawak,ular, kadal, katak, dan 12 jenis burung seperti
hahiu, kabihoa, emiko, deko,mahkowak, korea dan lain-lain. Jenis hewan pulau adalah burung
kupan danular. Jenis hewan perkebunan dan sawah diantaranya kerbau, sapi, ular,beberapa jenis
burung seperti panokeh, emiko, korea dan lain-lain. Jenis hewan rawa antara lain buaya, kura-
kura, biawak, dan beberapa jenis burung yaituburung ubik-ubik, eyakhai, akomah, dan bakdit.
Beberapa fauna air tawar yangterdapat di Pulau Enggano adalah ikan garin, mungkus, pelus,
barau, bentutu,lele, mujair, tawes, ketam, udang, siput sungai, dan lain-lain.

→Mangrove

Pulau Enggano dengan garis pantai yang panjangnya mencapai 112 km mempunyai luas
hutan mangrove yang paling luas di Provinsi Bengkulu. Hutan mangrove di Pulau Enggano
mempunyai ketebalan antara 50-1500m. Tanjung Kaana merupakan daerah yang mempunyai
hutan mangrove paling lebat, Ketebalannya mencapai 1000m.

→Terumbu Karang

Tanjung Kokonahdi dan Tanjung Kaana merupakan satu garis pantai bagian timur Pulau
Enggano dengan pasir putih dan reef flat kurang lebih 100-200 meter dari pantai yang berarus
tenang. Dasar perairan berupa batu karang yang ditutupi terumbu karang. Jenis terumbu karang
yang dijumpai adalah kelompok Acropora tabulat dengan lebar mencapai 2 meter, Acropora
hystrik, Pocillopora, Seryatopora hystrik, Montipora sp. Biota lain yang ditemukan adalah jenis
lili laut dan soft coral. Pada kedalaman 15-20 meter ditemukan pasir denga rubble dengan sedikit
jenis teripang. Di Teluk Enggano, kecerahan perairan kurang bagus pada kedalaman lebih dari 5
meter dengan dasar perairan berpasir dan bercampur lumpur. Pada kedalaman 4 meter ditemukan
beberapa koloni karang hidup yang didominasi jenis coral massif:
Goniopora sp, Porites sp, Acroporadigitete. Biota lain yang ditemukan seperti kelompok soft
coral sponge, kelompok Antipeae

→Potensi Pariwisata

Potensi pariwisata di Pulau Enggano antara lain adalah wisata alam dan wisata berburu.
Wisata berburu dapat dilakukan di Taman Buru Gunung Nanua. Wisata alam daratan lebih
banyak berupa kegiatan penjelajahan hutan wisata (hutan suaka alam) yang keasliannya tetap
terjaga. Beberapa objek wisata alam berupa kawasan konservasi antara lain Hutan Suaka Alam
Kioyo I dan Kioyo II,Hutan Suaka Alam Teluk Klowel, Hutan Wisata Alam Tanjung Laksaha,
Hutan Suaka Alam Bahuewo. Bahkan keberadaan suku-suku yang mendiami Pulau Enggano
dengan kekhasan budayanya tidak menutup kemungkinan merupakan potensi wisata budaya.
Kawasan Pulau Enggano juga berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata bahari
seperti selancar, memancing, wisata selam, snorkeling, wisata pantai, berenang, dan wisata desa
binaan. Dalam hal wisata bahari, potensi Enggano sama dengan Mentawai, Simeulue dan Nias.
Lokasi wisata bahari terdapat di perairan Pulau Dua, Pulau Merbau, Kahyapu, Pantai Teluk
Harapan, TelukLabuho, Teluk Berhawe, Tanjung Kioyo, Tanjung Koomang, dan pantai di
Kaana.Potensi wisata bahari lainnya yang belum banyak terungkap adalah wisata sejarah di
perairan Tanjung Laksaha – Teluk Berhau, tempat di mana harta karun berada.

→Berikut Wisata di Pulau Enggano

- Wisata danau Bak Blau di Meok.


- Wisata batu lobang di Banjarsari.
- Wisata Pulau Dua di Kahyapu.
- Pulau Merbau di Kahyapu.
- Kolam Podipo.
- Pantai disepanjang pulau Enggano.

Areal persawahan saat ini terdapat di Desa Kaana dan Desa Banjar Sari,luasnya pun
terbatas hanya 25 Ha dan hanya ada satu buah sungai (SungaiKikuba) yang telah dijadikan
sumber irigasi teknis. Produksi sawah di Enggano sekitar 75 ton beras per tahun. Sedangkan
areal perkebunan tersebar cukup luas mulai dari Desa Kahyapu sampai dengan Desa Banjar Sari.
Perkebunan yang dikembangkan merupakan jenis perkebunan rakyat jenis cokelat,
melinjo,cengkih, kelapa, buah-buahan dan kopi.
Masyarakat Pulau Enggano mengelola peternakan kerbau, sapi, kambing, ayam, dan itik
dalam skala kecil. Hasil peternakan ini biasanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup
sehari-hari.

Dalam bidang kehutanan, Pulau Enggano memiliki beragam jenis vegetasi hutan yang
beraneka ragam dan cukup bernilai ekonomis. Beberapa produk kehutanan antara lain kayu
merbau, kayu jambu, nehek, abihu, rengas, cemara laut, bakau,dan beringin. Berdasarkan potensi
sumber daya alam yang ada, industri yang dapat dikembangkan adalah industri kerajinan tangan
(seperti dari bahan rotan,kerang, mutiara dll), industri pengolahan cokelat, melinjo dan buah-
buahan,industri pengawetan atau pengolahan ikan, industri budidaya seperti rumput laut dan
anggrek hutan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Perencanaan penggunaan Lahan merupakan suatu proses berulang-ulang yang didasarkan


pada dialog antara semua yang mempunyai kepentingan yang bertujuan untuk
menegosiasi dan hasil dari keputusannya digunakan untuk penggunaan lahan secara
berkelanjutan.
2. Perencanaan tata guna lahan dapat memberikan sumbangan/peran yang cukup penting
dengan perencanaan pembangunan daerah, dengan memberikan informasi dan data yang
akurat tentang kondisi lahan, tanah, lingkungan dengan berbagai karakter dan
keragamannya. Hal ini membantu untuk menentukan dan mengembangkan alternatif
pembangunan yang sesuai dengan keadaan lahan maupun kebutuhan masyarakatnya.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas maka kami menyarankan agar segala aktifitas penggunaan lahan
yang ada di Indonesia harus melalui tahap perencanaan yang matang dan penyusunan yang sudah
ditentukan sebelumnya, agar bangunan di daerah tersebut dapat tertata rapi, teratur, dan sesuai
dengan konsep yang telah ditentukan, sehingga potensi lahan tersebut dapat dirasakan untuk
memberikan kemajuan dan kesejahteraan bagi masyarakat.
LAMPIRAN
1. Peta
2. Keterangan Hitungan.

Anda mungkin juga menyukai