ABSTRACT
PT. X is one of the largest precast concrete industry in Indonesia, where to realize the vision, they continue
to develop products and improve productivity performance by trying to improve quality of service,
production process, and delivery product to customer with minimal cost and on time. To reach that purpose,
needed Lean Construction method to eliminate waste and identify activities that can affect the products
value-added.Research begins with description of the company's condition using Value Stream Mapping.
Waste was identified by questionnaires, then analyzed by selection of mapping tools on Value Stream
Analysis Tools and analyzed the root cause for suggestion of improvement. The results showed that the most
critical waste that affectted productivity were defects (37.50%), unnecessary inventory (25%), and
inappropiate processing (15%). Lead time required for overall of the process was 479.56 minutes and after
improvement was reduced to 463.83 minutes by unification T.III / T.IV (fixing and tightening of the bolt
plate) which reduced non-value added 15.73 minutes.
Keywords : Lean Construction, Value Stream Mapping, Value Stream Analysis Tools, Critical Waste, Lead
Time, Unification Process.
REKASAYA SIPIL / Volume 11, No.3 – 2017 ISSN 1978 - 5658 186
Penelitian ini akan dilakukan identifikasi 2.4 Perangkat Analisa Aliran Nilai
dan eliminasi pemborosan yang terjadi pada (Value Stream Analysis Tools/
proses produksi TP . Beberapa hal VALSAT)
yang perlu dipahami pada penelitian ini adalah VALSAT merupakan suatu metodologi
bagaimana alur proses produksinya, apa saja untuk membuat alur proses menjadi lebih
yang menyebabkan munculnya pemborosan, efektif. Menurut Hines dan Rich (1997), ada 7
dan bagaimana usulan perbaikan yang tepat macam alat pemetaan yang paling umum
untuk meminimalkan atau menghilangkan digunakan yang dapat dilihat pada matriks
pemborosan, sehingga produktivitas VALSAT (Tabel 1). Ketujuh alat ini
perusahaan dapat tercapai. didasarkan atas upaya untuk mempresentasikan
ketujuh jenis pemborosan, yaitu dengan
2. TINJAUAN PUSTAKA
memilih alat yang paling dominan untuk
2.1 Waste (Pemborosan) memetakan pemborosan tersebut.
Menurut Shigeo Shingo (Hines &
Taylor, 2000), ada tujuh macam kategori Tabel 1. Matriks VALSAT
pemborosan, yaitu produksi berlebih, cacat, Mapping Tools
Waste/ Process Supply Chain Production Quality Demand Decision Physical Stucture
persediaan tidak perlu, ketidaktepatan proses, Structure Actvivity Response Variety Filter Amplification Point (a) Volume
ketidakefektifan transportasi, menunggu, dan Mapping Matrix Funnel Mapping Mapping Analysis (b) Value
Overproduction L M L M M
pergerakan tidak perlu. Tipe aktivitas dalam
Time Waiting H H L M M
perusahaan dibagi menjadi tiga, yaitu aktivitas Transport H L
bernilai tambah (VA), aktivitas tidak bernilai Inappropiate
Processing H M L L
tambah (NVA), dan aktivitas tidak berilai Unnecessary
tambah namun diperlukan (NNVA). Inventory M H M H M L
Unnecessary
2.2 Lean Construction Motion H L
Product Defect L H
Lean construction merupakan suatu cara Overall
untuk mendesain sistem produksi yang dapat Structure L L M L H M H
meminimalisasi pemborosan dari pemakaian Industrial
Time
Operation
Efficient
System Consumer
material, waktu, dan usaha dalam rangka Origin of Tool compression/ New Tool New Tool
Engineering Management Dynamics Response/
Logistics
menghasilkan jumlah nilai yang maksimum Logistics
REKASAYA SIPIL / Volume 11, No.3 – 2017 ISSN 1978 - 5658 187
Mulai 1. Penggambaran peta aliran nilai (VSM)
Penggambaran ini dilakukan untuk
Identifikasi Masalah
memahami kondisi pabrik, sehingga
Tujuan Penelitian mempermudah pemahaman aliran proses
dan keseluruhan aktivitas produksi. Data
Pengumpulan Data proses produksi dan waktu proses
didapat melalui observasi lapangan dan
Studi Pustaka Wawancara dan wawancara. Langkah-langkah VSM
- Konsep Lean Construction Observasi Lapangan
- Value Stream Mapping - Kondisi Perusahaan adalah sebagai berikut :
- Value Stream Analysis - Proses Produksi Mengumpulkan data-data yang
Tools - Aliran Informasi
- Root Cause Analysis dan Fisik
dibutuhkan dalam proses produksi.
- Penelitian Terdahulu Mengetahui pencapaian akhir yang
dihasilkan dari sistem produksi.
Membuat Big Picture Mapping Mengetahui tahapan-tahapan dalam
- Identifikasi aliran informasi dan fisik
- Aktivitas proses produksi proses produksi.
- Time process tiap proses produksi 2. Penyebaran kuisioner
- Kebutuhan resources tiap proses
produksi
Penyebaran kuisioner dilakukan untuk
identifikasi pemborosan yang ada di
Identifikasi Waste proses produksi yang diisi oleh para
Pengumpulan Data Waste dengan
Penyebaran Kuisioner
pelaku yang fokus pada produksi TP
, antara lain manajer
Membuat Value Stream Analysis Tools
Analisa Waste
produksi, asisten manajer, dan koordinasi
kepala jalur. Penyebaran kuisioner
Membuat Root Cause Analysis menggunakan sistem Waste Workshop,
Analisa Akar Penyebab Waste Kritis
yaitu aktivitas yang dilakukan untuk
Rekomendasi dan Perumusan Perbaikan memperoleh data/ informasi yang
berkaitan dengan pemborosan melalui
Kesimpulan dan Saran
penyebaran kuisioner sekaligus
Selesai wawancara terhadap responden.
Gambar 1. Bagan alur penelitian 3. Pembobotan tujuh pemborosan dan
analisa VALSAT
3.2 Identifikasi Awal Setelah data pemborosan didapatkan,
Tahap identifikasi awal merupakan tahap selanjutnya dilakukan pembobotan untuk
untuk mengetahui permsalahan yang menjadi mengetahui pemborosan yang paling
objek penelitian. Observasi lapangan (awal) dominan terjadi sepanjang aliran proses.
bertujuan untuk mengetahui kondisi nyata yang Kemudian, dilakukan pemilihan alat
terjadi di pabrik, seperti sistem penjadwalan pemetaan yang dominan untuk analisa
order, kondisi material, sistem kerja karyawan, pemborosan dengan VALSAT.
alur produksi, dan permasalahan yang dihadapi, 4. Perbaikan proses dan eliminasi
sehingga didapatkan rumusan masalah untuk pemborosan
dilakukan penelitian, yaitu : Setelah dilakukan analisa pemborosan,
1. Mengidentifikasi pemborosan selama selanjutnya dilakukan identifikasi dan
proses yang mempengaruhi analisa akar penyebab dari pemborosan
produktivitas. kritis dengan RCA. Kemudian, dilakukan
2. Mengeliminasi pemborosan dengan langkah perbaikan untuk meminimasi
pembuatan usulan perbaikan, sehingga pemborosan guna mencapai perbaikan
produktivitas tercapai. yang sesuai dengan keinginan.
REKASAYA SIPIL / Volume 11, No.3 – 2017 ISSN 1978 - 5658 188
untuk mendapatkan data informasi dan total Berdasarkan grafik diatas, didapatkan 3
kebutuhan waktu pemesanan, serta observasi skor rata-rata tertinggi, yaitu cacat (37,50%),
lapangan dengan mengamati dan mencatat persediaan tidak perlu (25,00%), dan
waktu yang dibutuhkan pada tiap proses ketidaktepatan proses (15,00%).
dengan bantuan stopwatch dan diambil dari
hari yang berbeda-beda selama 14 hari, 4.3 Analisis VALSAT
kemudian diambil rata-rata total dari masing- Setelah mendapatkan skor dari masing-
masing rata-rata per hari. CSVSM proses masing pemborosan, selanjutnya dilakukan
produksi TP dapat dilihat pada pemilihan alat pemetaan yang efektif untuk
Gambar 2. analisis pemborosan secara detail dengan
mengalikan skor rata-rata tiap pemborosan
4.2 Identifikasi Pemborosan dengan matriks VALSAT. Peringkat hasil
Langkah selanjutnya setelah dilakukan VALSAT dapat dilihat pada Tabel 2.
pemetaan adalah identifikasi pemborosan
Tabel 2. Peringkat hasil VALSAT
dengan menyebarkan kuisioner yang diisi oleh
responden yang terlibat langsung dalam proses
produksi TP . Kuisioner ini
diberikan pengertian pemborosan secara umum
dan pengisian didampingi oleh peneliti, agar
responden memahami maksud dari kuisioner
tersebut. Hasil identifikasi pemborosan dapat
dilihat pada Gambar 3.
REKASAYA SIPIL / Volume 11, No.3 – 2017 ISSN 1978 - 5658 189
4.3.1 Peta Proses Aktivitas (Process
Activity Mapping/ PAM)
PAM merupakan alat untuk merekam
seluruh aktivitas dari suatu sistem, serta
mengurangi aktivitas yang tidak memberikan
nilai tambah, kemudian dilakukan
penyederhanaan agar dapat mengurangi
pemborosan. Berdasarkan pemetaan PAM
diketahui jumlah aktivitas secara keseluruhan,
sehingga didapat aktivitas yang bernilai dan
tidak bernilai tambah. Serta, diketahui
kebutuhan waktu yang dibutuhkan tiap aktivitas Gambar 5. Grafik QFM produk cacat
yang dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 4. Berdasarkan grafik QFM didapat cacat
Tabel 3. Jumlah aktivitas dan kebutuhan waktu produk terbesar terjadi pada bulan Januari
Jenis Aktivitas O T I S D dengan persentase sebesar 31,58%. Penyebab
Jumlah Aktivitas 13 12 0 2 2 cacat produk rata-rata terjadi karena kurang
Persentase 44,83 41,38 0,00 6,90 6,90 maksimalnya pemerataan adukan beton dan air
Waktu (menit) 450,09 13,13 0,00 3,52 12,82 semen keluar melalui bibir cetakan yang
Persentase 93,86 2,74 0,00 0,73 2,67
disebabkan oleh kurang ketelitian pekerja dan
VA 44,83
NVA/NNVA 55,17
alat kurang efektif dalam pengoperasiannya,
Ket : sehingga menyebabkan ketika produk sudah
O = Operation T = Transportation I = Inspection jadi, terjadi burik dan keropos di sebagian
S = Storage D = Delay badan beton.
4.3.3 Matriks Rantai Pasokan (Supply
Chain Response Matrix/ SCRM)
SCRM merupakan alat pemetaan yang
digunakan untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi jumlah persediaan yang
dibutuhkan dan kebutuhan waktu yang tersedia.
Data yang digunakan dalam pembuatan SCRM
adalah data kedatangan dan kebutuhan material
bahan baku per hari, data hasil produk jadi per
Gambar 4. Persentase jumlah aktivitas hari, dan data pengiriman produk per hari.
Berikut perhitungan SCRM yang dapat dilihat
Berdasarkan tabel diatas, didapat jumlah pada Tabel 5 dan Gambar 6.
aktivitas bernilai tambah sebanyak 13 dengan
kebutuhan waktu sebesar 450,09 menit, Tabel 5. Perhitungan SCRM
sedangkan jumlah aktivitas tidak bernilai
tambah sebanyak 16 dengan kebutuhan waktu
sebesar 29,47 menit. Ringkasan analisa PAM
dapat dilihat pada Tabel 4.
4.3.2 Peta Cacat Kualitas (Quality Filter
Mapping/ QFM)
QFM merupakan alat untuk
mengidentifikasi adanya masalah cacat kualitas
yang terjadi sepanjang rantai pasokan. Pada
penelitian ini, cacat yang digambarkan hanya
cacat kualitas pada produk yang ditemukan
pada saat proses inspeksi setelah produk jadi.
Berikut grafik QFM produk cacat dapat dilihat
pada Gambar 5.
REKASAYA SIPIL / Volume 11, No.3 – 2017 ISSN 1978 - 5658 190
Tabel 4. Ringkasan analisa PAM
Mesin Material
Manusia Metode
(c)
(a)
Gambar 7. Analisa akar penyebab dengan
fishbone diagram
REKASAYA SIPIL / Volume 11, No.3 – 2017 ISSN 1978 - 5658 191
Pada Gambar 7.a menunjukkan bahwa digunakan supaya pemborosan tidak terjadi lagi
faktor-faktor penyebab cacat antara lain dikemudian hari.
material, manusia, mesin, dan metode, dengan
akar penyebab dominan dari tiap faktor yaitu 4.5.1 Penggabungan Proses T.III dan
(a.1) mutu semen kurang baik, (a.2) kurang T.IV (Pemasangan Plat Sambung
pengawasan di lapangan dan karyawan kurang dan Pengencangan Baut Plat
teliti dalam bekerja, (a.3) mesin rusak/ berhenti Sambung)
dan bekerja kurang maksimal. Dari analisis CSVSM dan PAM,
Pada Gambar 7.b menunjukkan bahwa ditemukan ketidaktepatan proses, yaitu adanya
faktor-faktor penyebab persediaan tidak perlu kegiatan menunggu untuk proses pemasangan
antara lain material, mesin, lingkungan, dan plat sambung dan pengencangan baut plat
inspeksi, dengan akar penyebab dominan dari sambung selama 11 menit (total waktu 2
tiap faktor yaitu (b.1) terdapat beberapa proses). Tujuan penggabungan proses T.III dan
material tidak perlu di sekitar area kerja, (b.2) T.IV adalah untuk efisiensi waktu dan alur
terdapat alat usang/ tidak terpakai di sekitar proses. Berikut alur sebelum dan sesudah
area kerja karena beberapa pesanan produk perbaikan dapat dilihat pada Gambar 8.
tidak menggunakan alat tersebut, (b.3) kapasitas Pada Gambar 8.a, total waktu yang
stockyard tidak mencukupi karena banyaknya dibutuhkan adalah 49,71 menit dengan
produk menumpuk. kebutuhan waktu untuk perpindahan komponen
Pada Gambar 7.c menunjukkan bahwa dari T.I ke T.III, T.III ke T.II, dan T.II ke T.IV
faktor-faktor penyebab ketidaktepatan proses dengan menggunakan hoist selama 3,71 menit,
antara lain metode, mesin, manusia, dan serta aktivitas menunggu untuk pemasangan
material, dengan akar penyebab dominan dari plat sambung dan pengancangan baut plat
tiap faktor yaitu (c.1) terjadi perubahan desain sambung selama 12,82 menit. Pada Gambar
karena permintaan dadakan dari pelanggan dan 8.b, terjadi pengurangan waktu sebanyak 13,62
(c.2) kerja mesin lambat. menit, dengan dilakukan pengurangan proses
(dari T.I ke T.III dan dari T.III ke T.II) dan
4.5 Rekomendasi Perbaikan menghilangkan aktivitas menunggu, serta
Tujuan pembuatan usulan rekomendasi penambahan 1 alat pengencangan Mur Rod
perbaikan adalah untuk mengeleminasi Simultan dan pemerataan sumber daya manusia
pemborosan yang ada dengan memberikan pada lokasi di T.III-T.IV, sehingga didapatkan
beberapa saran. Bisa dikatakan bahwa total waktu menjadi 33,98 menit.
pemberian usulan rekomendasi perbaikan ini
(a)
(b)
Gambar 8. Alur proses sebelum dan sesudah perbaikan
REKASAYA SIPIL / Volume 11, No.3 – 2017 ISSN 1978 - 5658 192
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.2 Saran
5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian, saran yang dapat
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disampaikan oleh peneliti adalah sebagai
disimpulkan hal-hal sebagai berikut : berikut:
1. Aktifitas – aktifitas dominan yang tidak 1. Perlu dilakukan pertimbangan kembali
memberikan nilai tambah yang dapat dalam mengefisiensikan waktu proses selain
mempengaruhi peningkatan produktivitas yaitu penggabungan proses pemasangan plat
cacat (37,50%), persediaan tidak perlu (25%), sambung, seperti perubahan sistem uap pada
dan ketidaktepatan proses (15%). perawatan beton dari suhu rendah menjadi suhu
2. Cara perbaikan untuk mengurangi tinggi atau menggunakan sistem perawatan
pemborosan yang terjadi adalah : hidrotermal, yaitu memanaskan cetakan untuk
a. Penggabungan proses di T.III dan T.IV beton pracetak selama 4 jam pada suhu 65oC,
(pemasangan dan pengencangan baut plat atau menggunakan sinar inframerah selama 2-4
sambung) dapat mengurangi waktu non- jam pada suhu 90oC. Hal ini dilakukan supaya
value added sebesar 15,73 menit, sehingga target produksi per hari dapat tercapai.
total waktu keseluruhan proses dari 479,56 2. Dalam menentukan rekomendasi perbaikan,
menit berkurang menjadi 463,83 menit. perlu diperhatikan tentang dampak, biaya, dan
b. Rekomendasi perbaikan untuk cacat yaitu risiko, sehingga diketahui seberapa besar
dilakukan (a.1) inspeksi dan uji trial material pengaruh perbaikan terhadap eliminasi
terlebih dahulu, (a.2) inspeksi langsung di pemborosan.
lapangan untuk mengetahui proses kerja di 3. Diharapkan untuk kegiatan penelitian
lapangan, apakah sesuai prosedur atau tidak, selanjutnya, perlu dilakukan evaluasi
serta (a.3) perawatan dan kontrol mesin rekomendasi perbaikan setelah dilakukan
secara berkala setiap 1 bulan, jika mesin pembuatan usulan perbaikan. Tujuannya untuk
rusak parah, maka perlu diganti baru. menguji apakah usulan tersebut berhasil atau
c. Rekomendasi perbaikan untuk persediaan perlu dilakukan perbaikan kembali.
tidak perlu yaitu (b.1) limbah material
segera dibuang agar tidak terjadi 6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Anwar, Riyantono. 2014. Belajar Lean. Jakarta:
penumpukan sisa material di area kerja
Manajemen Operation.
karena hal itu akan mengganggu pergerakan [2] Hines, P. and Rich, N. 1997. The Seven Value
proses kerja, (b.2) alat yang tidak terpakai Stream Mapping Tools. International Journal of
harus segera dipindahkan agar tidak Operations & Production Management, Vol. 17
mengganggu pergerakan proses produksi di No.1, pp. 46-64
area kerja, dan (b.3) dilakukan konfirmasi [3] Hines, P. and Taylor, D. 2000. Going Lean. Lean
setelah produk siap untuk didistribusikan Enterprise Research Center Cardiff Bussiness
dan dilakukan toleransi batas tenggang ± 10 School, USA.
hari. Jika produk tidak diambil lebih dari [4] Koskela, L. 1992. Application of The New
batas waktu toleransi, maka produk tetap Production Philosophy to Construction.
Stanford University, CIFE Technical Report
harus dikirim.
#72.
d. Rekomendasi perbaikan untuk [5] Koskela, L., et al. 2002. The Foundation of Lean
ketidaktepatan proses yaitu (c.1) desain Construction. In: Best R., and Valence, G. D.,
dibuat diluar siklus produksi, sehingga tidak eds. Design and Construction: Building in
memengaruhi jalannya produksi desain awal Value, Butterworth-Heinemann. 211-255.
dan (c.2) dilakukan perawatan dan kontrol [6] Vorley, Geoff. 2008. Mini Guide to Root Cause
mesin secara berkala setiap 1 bulan, jika Analysis. Guildford Surrey United Kingdom:
mesin rusak parah, maka perlu diganti baru. Quality Management & Training.
[7] Yudakusumah, Teguh. 2012. Aplikasi Lean
Construction untuk Meningkatkan Efisien
Waktu Pada Proses Produksi di Industri
Precast. Universitas Indonesia: Tesis.
REKASAYA SIPIL / Volume 11, No.3 – 2017 ISSN 1978 - 5658 193