NEMATHELMINTHES
BRUGIA MALAYI DAN BRUGIA TIMORI
Disusun oleh :
AUFA IRAH QOONITAH MUHAMMAD DHANY ALFARIZI
DELIA ARISKA KARINDRA REFTI MINI SARI
DEWAN AJIE PRANATA SILFIAN STIFFANY
DIANA NOVITA ULFA SAFITRI
FEMY ADE FRELEA YURINA PUSPITA
INDAH LESTARI ZULFA ANISAH
MELLA OKTASARI
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui apa itu parasit brugia malayi dan brugia timori.
BAB II
PEMBAHASAN
BRUGIA MALAYI
Penyebaran brugiasis
Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan pembuluh limfe, sedangkan mikrofilaria
dijumpai didalam darah tepi hospes definitif. Bentuk cacing dewasa mirip bentuknya dengan W.
bancrofti, sehingga sulit dibedakan. Panjang cacing betina Brugia malayi dapat mencapai 55
mm, dan cacing jantan 23 cm. Brugia timori betina panjang badannya sekitar 39 mm dan yang
jantan panjangnya dapat mencapai 23 mm.
Mikrofilaria Brugia mempunyai mempunyai selubung, panjangnya dapat mencapai 260
mikron pada B.malayi dan 310 mikron pada B.timori. Ciri khas mikrofilaria B. malayi adalah
bentuk ekornya yangn mengecil, dan mempunyai dua inti terminal, sehingga mudah dibedakan
dari mikrofilaria W. bancrofti.
Brugia ada yang zoonotik, tetapi ada yang hanya hidup pada manusia. pada Brugia malayi
bermacam-macam, ada yang nocturnal periodic, nocturnal subperiodic, atau non periodic. Brugia
timori bersifat periodik nokturna.
Nyamuk yang dapat menjadi vektor penularannya adalah Anopheles (vektor brugiasis non
zoonotik) atau mansonia (vektor brugiasis zoonotik).
Siklus hidup Brugia malayi mirip dengan W. Bancrofti , memerlukan 6-8 hari untuk
perkembangan vektor. Siklus hidup parasit ini sama dengan siklus hidup Wuchereria
bancrofti. Mikrofilaria masuk ke dalam tubuh manusia dengan melalui gigitan nyamuk (dari
genus Mansonia, Culex, Aedes, dan Anopheles). Mikrofilaria masuk ke dalam saluran limfa dan
menjadi dewasa → cacing jantan dan betina melakukan kopulasi → cacing gravid mengeluarkan
larva mikrofilaria → mikrofilaria hidup di pembuluh darah dan pembuluh limfa → mikrofilaria
masuk ke dalam tubuh nyamuk saat nyamuk menghisap darah manusia → mikrofilaria
berkembang menjadi larva stadium 1 → larva stadium 2 → larva stadium 3 dan siap ditularkan.
Patofisiologi
Brugia timori / malayi ditularkan oleh An. barbirostris. Didalam tubuh nyamuk betina,
mikrofilaria yang terisap waktu menghisap darah akan melakukan penetrasi pada dinding
lambung dan berkembang dalam otot thorax hingga menjadi larva filariform infektif, kemudian
berpindah ke proboscis. Saat nyamuk menghisap darah, larva filariform infektif akan ikut
terbawa dan masuk melalui lubang bekas tusukan nyamuk di kulit. Larva infektif tersebut akan
bergerak mengikuti saluran limfa dimana kemudian akan mengalami perubahan bentuk sebanyak
dua kali sebelum menjadi cacing dewasa.
Gejala Klinis
Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan gejala peradangan saluran dan
kelenjar limfe, yang hilang timbul berulang kali. Limfadenitis biasanya mengenai kelenjar limfe
inguinal di satu sisi dan peradangan ini sering timbul setelah penderita bekerja berat di ladang
atau di sawah. Limfadenitis biasanya berlangsung 2-5 hari dan dapat sembuh dengan sendirinya.
Kadang perandangan limfe ini dapat menjalar ke bawah, mengenai saluran limfe dan
menimbulkan limfangitis retrograd, yang bersifat khas pada filariasis. Peradangan pada saluran
limfe ini dapat terlihat sebagai garis merah yang menjalar ke bawah dan peradangan ini dapat
pula menjalar ke jaringan sekitarnya, menimbulkan infiltrasi pada seluruh paha atas. Pada
stadium ini tungkai bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala limfedema.
Limfadenitis biasanya berkembang menjadi bisul, pecah menjadi ulkus. Ulkus pada pangkal
paha ini bila sembuh meninggalkan bekas sebagai jaringan parut. Dan tanda ini merupakan salah
satu gejala obyektif filariasis limfatik. Limfadenitis dengan gejala komplikasinya dapat
berlangsung beberapa minggu sampai tiga bulan lamanya.
Pada filariasis brugia, sistem limfe alat kelamin tidak pernah terkena, lambat laun
pembengkakan tungkai tidak menghilang pada saat gejala peradangan sudah sembuh, akhirnya
timbullah elefantiasis. Kecuali kelenjar limfe inguinal, kelenjar limfe lain di bagian medial
tungkai, di ketiak dan di bagian medial lengan juga sering terkena. Pada filariasis brugia,
elefantiasis hanaya mengenai tungkai bawah, di bawah lutut, atau kadang-kadang lengan bawah
di bawah siku. Alat kelamin dan payudara tidak pernah terkena, kecuali di daerah filariasis
brugia yang bersamaan dengan filariasis bankrofti. Kiluria bukan merupakan gejala klinis
filariasis brugia.
Pengobatan brugiasis
Hingga sekarang DEC masih merupakan obat pilihan. Dosis yang dipakai di beberapa
negara Asia berbeda-beda. Di Indonesia dosis yang dianjurkan adalah 5 mg/kg berat badan/hari
selama 10 hari. Efek samping DEC pada pengobatan filariasis brugia jauh lebih berat, bila
dibandingkan dengan yang terdapat pada pengobatan filariasis bankrofti. Untuk pengobatan
masal pemberian dosis standard dan dosis tunggal tidak dianjurkan. Yang dianjurkan adalah
pemberian dosis rendah jangka panjang (100 mg/minggu selama 40 minggu) atau garam DEC
0,2 – 0,4 % selama 9 – 12 bulan. Pengobatan dengan iver mektin sama dengan pada filariasis
bankrofti. Untuk mendapatkan hasil penyembuhan yang sempurna, pengobatan ini perlu diulang
beberapa kali. Stadium mikrofilaremia, gejala peradangan dan limfedema dapat disembuhkan
dengan pengobatan DEC. Kadang elefantiasis dini dan beberapa kasus elefantiasis lanjut dapat
diobati dengan DEC.
Pencegahan brugiasis
Tindakan pencegahan brugiasis sesuai dengan upaya pencegahan pada filariasis bancrofti, yaitu
pengobatan penderita, pengobatan masal penduduk didaerah endemik, pencegahan pada
pendatang dan pemberantasan vektor penular filariasis malayi.
BRUGIA TIMORI
Habitat :
Cacing dewasa : Saluran dan kelenjar limfe
Mikrofilaria : Darah dan limfe
Mikrofilaria : Darah dan limfe
Penyakit : Brugiasis malayi, Filariasis malayi, kaki gajah tipe malayi
Distribusi geografik : Asia, dari India sampai Jepang, termasuk Indonesia (Pulau
Timor, Flores, Rote, Alor dan beberapa pulau kecil di Nusa
Tenggara Timur)
Siklus hidup
Siklus hidupnya mirip dengan W banrofti. Waktu yang diperlukan untuk perkembangan
vector 6,8-8,5 hari. Periodisitas mikrofilaria Brugia timori adalah bersifat periodik
nokturna, dimana mikrofilaria ditemukan dalam darah tepi pada malam hari dengan konsentrasi
maksimal pada pukul 22.00 hingga 02.00.
Daur hidup Brugi timori cukup panjang. Masa pertumbuhannya di dalam nyamuk kurang
lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan. Di dalam tubuh nyamuk, parasit ini juga
mengalami dua kali pergantian kulit, berkembang dari larva stadium I menjadi larva stadium II
dan III.
Brugia timori hanya terdapat pada manusia. Manusia yang mengandung parasit selalu
dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang rentan (suseptibel). Biasanya pendatang baru
ke daerah endemi (transmigran) lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih menderita
daripada penduduk asli. Pada umumnya laki-laki lebih banyak yang terkena infeksi, karena lebih
banyak kesempatan untuk mendapat infeksi (exposure). Juga gejala penyakit lebih nyata pada
laki-laki, karena pekerjaan fisik yang lebih berat. Penyakit yang disebabkan oleh Brugia timori
disebut filariasis timori.
Epidemiologi
Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan pembuluh limfe, sedangkan
microfilaria di jumpai didalam darah tepi hospes definitif. Bentuk cacing dewasa
mirip bentuknya dengan W. bancrofti, sehingga sulit dibedakan. Panjang cacing
betina Brugia malayi dapat mencapai 55 mm, dan cacing jantan 23 cm. Brugia
timori betina panjang badannya sekitar 39 mm dan yang jantan panjangnya dapat
mencapai 23 mm.
Brugia ada yang zoonotik, tetapi ada yang hanya hidup pada manusia.
Pada Brugia malayi bermacam-macam, ada yang nocturnal periodic, nocturnal
subperiodic, atau non periodic. Brugia timori bersifat periodic nokturna.
Patofisiologi
Brugia timori ditularkan oleh An. barbirostris. Didalam tubuh nyamuk betina,
mikrofilaria yang terisap waktu menghisap darah akan melakukan penetrasi pada dinding
lambung dan berkembang dalam otot thorax hingga menjadi larva filariform infektif, kemudian
berpindah ke proboscis. Saat nyamuk menghisap darah, larva filariform infektif akan ikut
terbawa dan masuk melalui lubang bekas tusukan nyamuk di kulit. Larva infektif tersebut akan
bergerak mengikuti saluran limfa dimana kemudian akan mengalami perubahan bentuk sebanyak
dua kali sebelum menjadi cacing dewasa.
Gejala Klinis
Stadium akut ditandai dengan serangan demam dan gejala peradangan saluran dan
kelenjar limfe, yang hilang timbul berulang kali. Limfadenitis biasanya mengenai kelenjar limfe
inguinal di satu sisi dan peradangan ini sering timbul setelah penderita bekerja berat di ladang
atau di sawah. Limfadenitis biasanya berlangsung 2-5 hari dan dapat sembuh dengan sendirinya.
Kadang perandangan limfe ini dapat menjalar ke bawah, mengenai saluran limfe dan
menimbulkan limfangitis retrograd, yang bersifat khas pada filariasis. Peradangan pada saluran
limfe ini dapat terlihat sebagai garis merah yang menjalar ke bawah dan peradangan ini dapat
pula menjalar ke jaringan sekitarnya, menimbulkan infiltrasi pada seluruh paha atas. Pada
stadium ini tungkai bawah biasanya ikut membengkak dan menimbulkan gejala limfedema.
Limfadenitis biasanya berkembang menjadi bisul, pecah menjadi ulkus. Ulkus pada pangkal
paha ini bila sembuh meninggalkan bekas sebagai jaringan parut. Dan tanda ini merupakan salah
satu gejala obyektif filariasis limfatik. Limfadenitis dengan gejala komplikasinya dapat
berlangsung beberapa minggu sampai tiga bulan lamanya.
Pada filariasis brugia, sistem limfe alat kelamin tidak pernah terkena, lambat laun
pembengkakan tungkai tidak menghilang pada saat gejala peradangan sudah sembuh, akhirnya
timbullah elefantiasis. Kecuali kelenjar limfe inguinal, kelenjar limfe lain di bagian medial
tungkai, di ketiak dan di bagian medial lengan juga sering terkena. Pada filariasis brugia,
elefantiasis hanaya mengenai tungkai bawah, di bawah lutut, atau kadang-kadang lengan bawah
di bawah siku. Alat kelamin dan payudara tidak pernah terkena, kecuali di daerah filariasis
brugia yang bersamaan dengan filariasis bankrofti. Kiluria bukan merupakan gejala klinis
filariasis brugia.
Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan gejala klinis dan dibuktikan dengan menemukan
mikrofilaria di dalam darah tepi.
1. Diagnosis parasitologi : sama dengan pada filariasis bankrofti, kecuali sampel berasal dari darah
saja.
2. Radiodiagnosis umumnya tidak dilakukan pada filariasis malayi.
3. Diagnosis imunologi belum dapat dilakukan pada filariasis malayi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Brugia malayi & Brugia timori merupakan dua spesies nematoda jaringan yang
merupakan parasit penyebab filariasis limfatik.
Filariasis limfatik, juga dikenal sebagai kaki gajah, adalah kondisi yang ditandai oleh
pembengkakan pada tungkai bawah.
Secara umum perbedaan Brugia Malayi dan Brugia Timori :
Pada pewarnaan giemsa, sarung pada Pada pewarnaan giemsa, sarung pada
mikrofilaria terlihat (berwarna pink), mikrofilaria tidak terlihat (berwarna pink
mikrofilaria mempunyai ukuran lebih pendek pucat), Mikrofilaria pada brugia malayi lebih
220 µm panjang ukurannya 310 µm
Jumlah inti di ekor mikrofilaria Brugia malayi 2 Jumlah inti di ekor mikrofilaria Brugia timori 5
– 5 buah – 8 buah
Brugia malayi bersifat periodik nocturnal dan Brugia Timori bersifat periodik nocturnal
sub periodik nocturnal
Distribusi geografis : India dan Asia Tenggara Distribusi geografis : Nusa Tenggara Timur,
Timor Leste
DAFTAR PUSTAKA