Anda di halaman 1dari 11

221

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERTANAHAN NASIONAL


Oleh:
Supriyanto
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Abstract

Policy of land which formulated in Law Number 5 Year 1960 more knowledgeable with title of UUPA
which based article 33 sentence (3) UUD 1945 occupying very strategic position in our law system.
Tahunis matter for example because caused by UUPA of nationality values and commendation to
carry out life which wiTahun justice social. As policy of public in land area, UUPA have applied
more or less 48 years and have experienced of Tahunree important era Tahunat is Old Order era,
New Order era and Reform order. During Tahune era confessed Tahunat UUPA various change as
influence of difference of mission and vision and policy of governance each order. Implementation
policy of public in land area from Tahunree Tahune regime very determine by importance of
politics. Tahunerefore in Tahune policy implementation of require to be performed by renewal
which wiTahun justice and have prosperity wiTahun decentralization principles, governance good in
management of land resource. All Tahunis it is of course for Tahune agenda of reaching Tahune
target of nations Tahunat is reaching prosperous and fair society pursuant to Five Principles.

Kata kunci : kebijakan tanah

A. Pendahuluan orang terhadap masalah hak-hak rakyat atas


Tanah bagi masyarakat Indonesia memili- tanah.2
ki makna yang multi dimensial. Pertama, dari Kebijakan pertanahan di Indonesia se-
sisi ekonomi tanah merupakan sarana produksi benarnya sudah lama diformulasikan dalam
yang dapat mendatangkan kesejahteraan. Undang Undang No 5 Tahun 1960 tentang
Kedua, secara politis tanah dapat menentukan Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria atau yang
posisi seseorang dalam pengambilan keputusan lebih dikenal dengan sebutan UUPA (Undang
masyarakat. Ketiga, sebagai budaya, dapat Undang Pokok Agraria) yang melandaskan diri
menentukan tinggi rendahnya status sosial pada pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar
pemiliknya. Keempat, tanah bermakna sakral 1945. UUPA mengandung nilai-nilai kerakyatan
karena berurusan dengan waris dan masalah- dan amanat untuk menyelenggarakan hidup dan
masalah transendental.1 kehidupan yang berperi kemanusiaan dan
Konflik sosial yang berkaitan dengan berkeadilan sosial. Perwujudan keadilan sosial
tanah sesungguhnya sudah ada sejak jaman dapat dilihat pada prinsip-prinsip dasar UUPA
feodal. Namun intensitas konflik tidak seperti yakni prinsip negara menguasai dan digunakan
yang terjadi pada masa rezim Orde Baru. untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
Institusi sosial patron client yang mengatur prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah
hubungan antara petani pemilik lahan luas masyarakat hukum adat, asas fungsi sosial
dengan petani gurem atau buruh tani berfungsi semua hak atas tanah, prinsip landreform,
sebagai peredam gejolak masalah konflik tanah prinsip perencanaan dalam penggunaan tanah
yang muncul. Pada masa pemerintahan rezim dan upaya pelestariannya dan prinsip nasio-
Orde Lama politik kerakyatan dan politik nation nalitas. Prinsip dasar ini kemudian dijabarkan
building cenderung mengalihkan perhatian dalam berbagai produk berupa peraturan
perundang-undangan dan kebijakan lainnya. Di
dalam praktek dapat dijumpai berbagai
peraturan yang bias terhadap kepentingan
1 Heru Nugroho, 2005, Reformasi Politik Agraria, Makalah
2
Seminar di BPN Ibid
222 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 3 September 2008

sekelompok kecil masyarakat dan belum merintah, keputusan peradilan, perintah


memberikan perhatian serupa kepada eksekutif atau dekrit presiden.7
kelompok masyarakat yang lebih besar.3 Semua kebijakan yang telah ditetapkan
Kebijakan pertanahan sebagai salah satu diharapkan sukses dilaksanakan. Tapi dalam
kebijakan publik dalam bentuk peraturan kenyataannya banyak yang gagal dilaksanakan.
perundang-undangan sudah berlaku kurang Menurut Hanif Nurcholis, agar kebijakan dapat
lebih selama 48 tahun. Dalam kurun waktu dilaksanakan dengan baik maka kebijakan
tersebut telah mengalami tiga era penting hendaknya:8
yaitu rezim Orde Lama, rezim Orde Baru dan a. Dirancang sesuai dengan kerangka acuan
rezim Orde Reformasi. Walaupun demikian dan teori yang kuat.
UUPA secara substitusi tidak mengalami b. Disusun korelasi yang jelas antara
perubahan. Akan tetapi diakui selama tiga era
kebijakan dan implementasinya.
tersebut implementasi UUPA mengalami
c. Ditetapkan adanya organisasi yang meng-
berbagai pe-rubahan sebagai pengaruh dari
koordinir pelaksanaan kebijakan sehingga
perbedaan visi dan misi, strategi,
proses implementasi kebijakan dapat ber-
kebijaksanaan dan program pemerintah pada
jalan dengan baik.
suatu orde.4 d. Dilakukan sosialisasi kebijakan yang akan
Kebijakan publik bukanlah sesuatu yang diterapkan sampai organisasi pelaksana
bisa dimain-mainkan, dibuat secara sembarang- tingkat terbawah (street level
an, dilaksanakan secara serampangan dan tidak bureaucracy).
pernah dikontrol atau dievaluasi. Dikatakan e. Dilakukan pemantauan secara terus-
bahwa hari ini, di masa depan, tugas satu- menerus (monitoring).
satunya yang terpenting dari pemerintah adalah f. Diberi bobot yang sama penting antara
merumuskan kebijakan publik.5 Terdapat tiga kebijakan dan implementasinya. Maksudnya
kegiatan pokok yang berkenaan dengan pembuat kebijakan harus menilai sama
kebijakan publik, yaitu perumusan (formulasi) penting antara kebijakan dan implemen-
kebijakan, implementasi kebijakan dan evaluasi tasinya. Karena itu, pembuat kerangka ker-
kebijakan. Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini janya dan tindakan lanjutnya mendapatkan
dimaksudkan untuk menjelaskan tentang perhatian dan fokus yang sama pula,
implementasi kebijakan pertanahan nasional. sehing-ga antara kebijakan dan
implementasinya tidak terjadi kesenjangan
B. Pembahasan yang menyulitkan dalam pelaksanaan.
1. Tinjauan Umum Implementasi Kebijakan Di samping itu, sukses tidaknya
Pertanahan imple-
Implementasi kebijakan pada prinsipnya mentasi kebijakan juga dipengaruhi oleh
adalah cara agar sebuah kebijakan dapat kondisi-kondisi sebagai berikut: 9
mencapai tujuannya.6 Implementasi kebijakan a. Dukungan dan penolakan dari lembaga eks-
dapat dipandang sebagai suatu proses melak- ternal. Jika lembaga eksternal mendukung
sanakan keputusan kebijakan yang biasanya maka pelaksanaan kebijakan akan berhasil.
dalam bentuk undang-undang, peraturan pe- Sebaliknya jika menolak maka pelaksanaan
kebijakan akan gagal. Oleh karena itu agar
sukses pengambil kebijakan dan para
pelaksananya harus melakukan penyamaan
3
Maria SW Sumardjono, 2006, Reorientasi Kebijakan visi dan persepsi dalam kebijakan yang
Pertanahan, Jakarta: Penerbit Kompas
4 diambil.
Lufti Ibrahim Nasution, 2005, Evaluasi Pelaksanaan
UUPA, Program Masa Kini dan Mendatang, Makalah
Seminar Nasional, BPN 7 Solichin Abdul Wahab, 2006, Analisis Kebijaksanaan,
5
Riant Nugroho D, 2005, Kebijakan Publik, Dari
Formulasi,
Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara,
Implementasi dan Evaluasi, Jakarta: Elex Jakarta: Bumi Aksara
Media 8 Hanif Nurcholis, 2005, Teori dan Praktik Pemerintahan
Komputindo Dan Otonomi Daerah, Jakarta: Grasindo
6 Ibid, hlm. 158 9 Ibid. hlm. 165
Implementasi Kebijakan Pertanahan Nasional 223

b. Ketersediaan waktu dan sumber daya yang di bidang pertanahan yang dirangkum dalam
cukup. Panca Program Agraria Reform Indonesia,
c. Dukungan dari berbagai macam sumber daya yang meliputi :
yang ada. Makin banyak yang mendukung 1) Pembaharuan Hukum Tanah, melalui pen-
makin tinggi tingkat kesuksesannya. ciptaan unifikasi hukum yang berkonsepsi
d. Kemampuan pelaksana kebijakan menganali- nasional, dengan menyediakan hak-hak
sis kausalitas persoalan yang timbul dari atas tanah untuk berbagai keperluan
pelaksanaan kebijakan. Makin mampu para pemerintah, perseorangan serta badan-
pelaksana kebijakan menganalisis kausalitas badan usaha, sosial dan keagamaan
antara satu kegiatan dengan kegiatan lain disertai pemberian jaminan kepastian
atau antara satu kegiatan dengan dampak- hukum dengan penyelenggaraan pendaf-
nya akan makin tinggi tingkat keberhasilan- taran tanah;
nya. 2) Penghapusan hak-hak asing dan konsesi-
e. Kepatuhan para pelaksana kebijakan ter- konsesi kolonial atas tanah yang dialihkan
hadap kesepakatan dan tujuan yang telah kepada penguasa-penguasa nasional;
ditetapkan dalam tingkat koordinasi. 3) Mengakhiri penghisapan feodal secara
Dalam rangka mengkaji implementasi berangsur-angsur;
kebijakan pertanahan nasional maka akan lebih 4) Perombakan pemilikan dan penguasaan
jelas jika untuk itu dibagi dalam 3 era, yaitu tanah serta hubungan-hubungan hukum
era Rezim Orde Lama, Era Rezim Orde Baru dan yang bersdangkutan dengan penguasaan
Era Orde Reformasi. tanah, dalam mewujudkan pemerataan
a. Era Rezim Orde Lama kemakmuran dan keadilan yang kemudian
Sebagaimana halnya peraturan perun- dikenal sebagai program landreform;
dang-undangan yang lain, UUPA pun sebagai 5) Perencanaan, persediaan dan peruntukan
produk hukum penguasa, berisikan dan tanah serta penggunaannya secara teren-
merupakan cermin kebijakan penguasa pada cana, sesuai dengan daya dukung dan
waktu dibuatnya yaitu pada awal era rezim kemampuannya yang kemudian dikenal
Orde Lama. Pada waktu itu sebagai orde sebagai kegiatan penata-gunaan tanah.
yang bertujuan mengadakan perombakan Ketentuan-ketentuan UUPA tersebut
pada kebijakan penguasa selama masa terlihat bahwa kebijakan yang berpihak
sebelumnya, berketetapan akan dengan kepada rakyat banyak terutama golongan
sungguh-sungguh melaksanakan pembangun- ekonomi lemah. Pembangunan Nasional di
an berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mulai dengan mengutamakan pembangunan
sebagai kepribadian bangsa. Seperti di di bidang pertanian, melalui usaha mem-
ketahui UUD 1945 baru dinyatakan berlaku berdayakan rakyat petani. Antara lain
kembali sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959. dengan memberikan tanah garapan yang
Segala sesuatu akan didasarkan pada ke- luasnya memadai kepada para petani me-
pribadian nasional. Demikianlah dalam rang- lalui pelaksanaan landreform dan penye-
ka mewujudkan, merumuskan, memberikan lenggaraan transmigrasi, disertai pemberian
landasan hukum dan pelaksanaan kebijakan hak atas tanah yang tertulis peraturannya
pembangunan yang baru di bidang per- dan terjamin penguasaannya melalui pen-
tanahan, dalam UUPA tampak sekali per- daftaran atas tanah. Petani Indonesia yang
wujudan Sila-sila Pancasila dan penjabaran pada kenyataannya merupakan golongan
Kebijakan Pokok Pertanahan Nasional se- rakyat yang besar dan lemah perlu diber-
bagai yang dirumuskan dalam pasal 33 ayat dayakan karena pembangunan di bidang-
(3) UUD 1945. Untuk melaksanakan kebijak- bidang lain hanya akan berhasil, bilamana
an baru rezim Orde Lama tersebut, dalam dapat ditopang oleh bidang pertanian yang
UUPA ditetapkan garis-garis besar reformasi
224 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 3 September 2008

kokoh, dengan rakyat petani yang kuat kanan oleh pihak manapun juga. Bilamana
kedudukan ekonomi dan sosialnya. tidak diperoleh kesepakatan, maka haruslah
Dalam pelaksanaan landreform yang dicari tanah yang lain. Tetapi dalam hal
telah diatur dalam Undang Undang No 56 tanah yang bersangkutan diperlukan untuk
Prp Tahun 1960, diperhatikan benar Sila proyek yang tergolong untuk kepentingan
kedua Pancasila yaitu Sila Kemanusiaan Yang umum dan tidak dapat diperoleh tanah yang
Adil Dan Beradab dan asas-asas negara lain maka kepentingan umumlah yang harus
hukum. Untuk itu tanah-tanah pertanian didahulukan daripada kepentingan pribadi.
yang pe-nguasaannya melampui batas yang Untuk keperluan ini memang sudah di
ditetap-kan akan diambil dan kemudian sediakan dasar hukumnya dalam pasal 18
akan di distribusikan kepada petani yang UUPA yang memungkinkan pengambilan ta-
memerlu-kan. Pengambilan tanah-tanah nah tersebut secara paksa, tetapi dengan
pertanian yang melampui batas inipun tata cara yang diatur dalam undang-undang
disertai dengan ganti kerugian. (Undang Undang No 20 Tahun 1961) dan
Bidang perkebunan, industri, pariwisa-ta, harus disertai dengan ganti kerugian yang
perdagangan, jasa dan lain-lainnya tidak layak. Satu-satunya pejabat yang berwenang
diabaikan, dapat dilihat dari ketentuan- mengadakan pencabutan hak adalah
ketentuan mengenai penyediaan tanah dan Presiden Republik Indonesia yang sekaligus
penata gunaan tanah serta disediakannya hak- wajib menetapkan bentuk dan jumlah ganti
hak atas tanah khusus untuk keperluan- kerugiannya sebagai imbalan yang merupa-
keperluan yang bersangkutan. Bahkan bagi kan hak pemilik tanah yang bersangkutan.
badan-badan hukum yang untuk sebagian atau Biarpun Presiden yang menetapkan bentuk
seluruhnya bermodal asingpun tetap dibuka dan jumlah ganti kerugian itu. Walaupun
kemungkinan menguasai dan meng-gunakan demikian masih dibuka kemungkinan bagi
tanah untuk keperluan usahanya. Maka bekas pemilik untuk menolaknya dan meng-
sungguhpun yang diutamakan usaha ajukan banding ke Pengadilan Tinggi. Peng-
memberdayakan rakyat tani tetapi kebijakan adilan inilah yang diharapkan akan menetap-
pembangunan pada waktu itu bukanlah anti kan secara bijak dan layak bentuk dan
modal besar baik nasional maupun asing. 10 jumlah imbalan yang tentunya mengikat
Bahkan diantisipasi kemungkinan kesulitan semua pihak.
dalam memperoleh tanah yang sudah dihaki Mengenai bentuk dan jumlah imbalan
oleh rakyat untuk usaha-usaha non pertanian itu ada suatu asas umum yang bersifat
tersebut yaitu dengan cara pencabutan hak universal. Bentuk dan jumlah imbalan yang
menurut Undang Undang No 20 Tahun 1961. ditetapkan harus sedemikian rupa, hingga
Undang Undang ini disusun dengan penyerahan tanah yang bersangkutan, untuk
pertimbangan, bahwa untuk keperluan apa pun kepentingan umum sekalipun tidak akan
dan diperlukan oleh siapapun, tanah yang menyebabkan keadaan ekonomi dan sosial
bersangkutan harus diusahakan untuk bekas pemiliknya menjadi mundur. Asas
diperoleh melalui musyawarah untuk men- umum ini disebut dalam Peraturan Pemerin-
capai kesepakatan. Baik mengenai penyerah- tah No 39 Tahun 1973, yang mengatur tata
an tanahnya oleh pemilik tanah kepada pihak cara banding pada Pengadilan Tinggi yang di
yang memerlukan maupun mengenai maksudkan. Dalam hal ini maka imbalan
imbalannya. Dalam rangka melindungi hak yang menjadi hak pemilik tanah tidak hanya
pemilik tanah, yang dijamin oleh hukum suatu terbatas pada pemberian ganti kerugian me-
negara hukum, dalam musyawarah itu tidak ngenai tanah, bangunan dan tumbuh-tum-
dibenarkan adanya paksaan atau te- buhan yang ada di atas tanah yang dilepas-
10
kan, melainkan meliputi juga kerugian-
Budi Harsono, 2005, Reformasi Hukum Tanah Yang
Berpihak Kepada rakyat, Makalah Seminar Nasional, BPN kerugian yang lain.
Implementasi Kebijakan Pertanahan Nasional 225

b. Era Rezim Orde Baru Undang Penanaman Dalam Negeri Tahun


Sebelum sampai terlaksana sepenuhnya 1967. Meski seakan-akan kelahiran kedua
diprogramkan dalam reformasi agraria se- undang-undang yang berkaitan dengan
perti tersebut di atas terjadilah tragedi penanaman modal ini tidak berkaitan
nasional dalam tahun 1965, maka kemudian langsung, perlu dicatat bahwa orientasi
lahirlah era Orde Baru. penguasaan dan eksploitasi kekayaan alam
Rezim Orde Baru mewarisi situasi nasio- Indonesia pada saat itu diperuntukkan bagi
nal dalam keadaan ekonomi negara yang modal-modal tersebut. Undang Undang No
menyedihkan dan konstelasi politik yang 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan Pokok
saat itu dinilai sebagai penyimpangan besar Pertambangan, Undang- undang No 5 Tahun
dari Pancasila dan UUD 1945. Langkah per- 1967 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan
tama rezim Orde Baru dalam usaha untuk yang diperbaharui dengan Undang Undang
menyelamatkan bangsa dan negara dalam No 41 Tahun 1999, Undang Undang No 7
bidang ekonomi adalah mengubah kebijakan Tahun 1970 tentang Penghapusan Pengadilan
pembangunan nasional dan dalam bidang Landreform serta Undang Undang No 8
politik mengadakan koreksi total pada kebi- Tahun 1971 tentang Perusahaan Minyak Dan
jakan rezim Orde Lama dan kembali pada Gas Bumi Negara yang kesemuanya bukan
pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara saja tidak mengacu bahkan bertentangan
murni dan konsekuen. Seperti kemudian dengan UUPA yang mengakibatkan tumpang
terjadi di era Orde Reformasi rezim Orde tindihnya peraturan tentang agraria. Dengan
demikian, apa yang dialami dari dulu hingga
Barupun dalam perkembangan kebijakan
sekarang adalah terancamnya kehidupan
politik dan ekonominya dinilai menyimpang
petani, menurunnya produktivitas petani,
dari Pancasila dan UUD 1945.
Jika rezim Orde Lama mengutamakan meluasnya jumlah orang miskin.11
pembangunan bidang pertanian dengan ber- Dalam praktek pelaksanaan UUPA selama
usaha memberdayakan rakyat petani, maka masa Orde Baru telah dijumpai kelemahan-
rezim Orde Baru mengutamakan partum- kelemahan dan mungkin penyimpangan yang
buhan melalui pembangunan industri pe- tidak sesuai dengan cita-cita luhur UUPA
ngolahan bahan-bahan baku yang berasal untuk mewujudkan demokrasi ekonomi
dari impor. Pertumbuhan melalui pem- seperti uyang diamanatkan pasal 33 ayat (3)
bangunan industri itu memerlukan jumlah UUD 1945. Lebih spesifik dalam kaitan
modal yang besar yang hanya dipunyai dengan pelaksanaan Hukum Tanah Nasional,
golongan ekonomi kuat dan asing. Baik Budi Harsono, mengakui ada kelemahan-
dalam Tap-Tap MPR Orde Baru maupun dari kelemahan tersebut dengan menyatakan
kebijakan penguasa selalu dinyatakan bahwa sebagai berikut:12
modal asing merupakan pelengkap. Tetapi a. Tetapi karena adanya kelemahan dalam
kemudian ternyata justru modal asing itulah kelengkapan isi dan rumusan sebagai pe-
yang dominan, baik dalam bentuk investasi raturannya, Hakum Tanah Nasional sela-
langsung maupun sebagai pinjaman untuk ma masa Orde Baru, yang menyeleng-
membiayai proyek-proyek pembangunan garakan pembangunan berdasarkan kebi-
pemerintah dan swasta. jakan yang mengutamakan pertumbuhan,
Dengan alasan yang sangat pragmatis dalam pelaksanaannya memungkinkan
yaitu untuk menerapkan dan mencapai per- penafsiran yang menyimpang dari se-
tumbuhan ekonomi, pada awal kekuasaan-
nya Orde Baru mengeluarkan kebijakan-
11
Achmad Ya’kub, Agenda Neo Liberal Masuk Melalui
kebijakan yang mencakup lingkup agraria, Kebijakan Agraria Di Indonesia, Jurnal Analis Sosial, Vol.
yang antara lain: Undang Undang Penanam- 9 No 1, April 2005.
12
Budi Harsono, 2005, Menuju Penyempurnaan Hukum
an Modal Asing Tahun 1967 dan Undang Tanah Nasional, Jakarta: Universitas Trisakti
226 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 3 September 2008

mangat dan tujuan diadakannya peratur- Tap MPR NO XVI/MPR/1998 antara lain
an yang bersangkutan; merimuskan bahwa Kebijakan ekonomi baru
b. Sehubungan dengan itu, pelaksanaan Hu- mencakup kebijakan, strategi, dan pelak-
kum Tanah Nasional selama masa Orde sanaan pembangunan yang mengutamakan
Baru seringkali dirasakan sebagai tidak kepentingan rakyat banyak sebagai wujud
menjamin perlindungan, bahkan menim- keberpihakan pada kelompok usaha kecil,
bulkan rasa diperlakukan tidak adil bagi menengah, dan koperasi, serta berfungsi
rakyat yang tanahnya diperlukan untuk sebagai pilar utama pembangunan ekonomi
kegiatan pembangunan. Padahal Hukum nasional tanpa mengabaikan peranan per-
Tanah Nasional jelas memuat rumusan usahaan-perusahaan besar. Pengelolaan dan
asas dan ketentuan-ketentuan hukum pemanfaatan tanah serta sumber daya alam
yang memberikan perlindungan bagi lainnya dilaksanakan secara adil dengan
siapapun yang menguasai tanah secara menghilangkan segala bentuk pemusatan
sah terhadap gangguan dari pihak pengusahaan dan kepemilikan dalam rangka
penguasa sekalipun, bilamana gangguan pengembangan kemampuan ekonomi usaha
itu tidak ada dasar hukumnya. kecil, menengah dan koperasi serta masya-
Ketentuan-ketentuan landreform biar rakat luas. Tanah sebagai basis usaha
pun secara formal tidak dicabut, namun se- pertanian diutamakan penggunaannya bagi
lama Orde Baru tidak tampak dilaksanakan, pertumbuhan pertanian rakyat.
dengan segala akibatnya dalam penguasaan Tap MPR tersebut ditetapkan atas dasar
tanah-tanah pertanian baik yang mengenai pertimbangan bahwa pelaksanaan demokrasi
batas luas maupun lokasinya. Biarpun ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal
kebijakan pembangunan dan pelaksanaannya 33 UUD 1945 belum terwujud. Sejalan de-ngan
berbeda dengan semangat yang melandasi perkembangan kebutuhan dan tantang-an
UUPA, tetapi undang-undang tersebut dan pembangunan nasional, diperlukan keber-
peraturan pelaksanaannya selama Orde Baru pihakan politik ekonomi, yang memberi
masih dapat memberikan dukungan legal kesempatan dukungan dan pengembangan
yang diperlukan tanpa mengalami perubahan ekonomi rakyat, yang mencakup koperasi,
formal substansinya.13 usaha kecil dan menengah sebagai pilar utama
c. Era Orde Reformasi pembangunan nasional tanpa meng-abaikan
Orde Reformasi tampak membawa pe- peranan usaha besar dan Badan Usaha Milik
rombakan yang mendasar dalam kebijakan Negara. Usaha besar dan Badan Usaha Milik
pembangunan nasioanal di bidang ekonomi Negara mempunyai hak untuk berusaha dan
sebagai yang ditetapkan dalam Tap MPR No mengelola sumber daya alam, dengan cara
XVI/MPR/1998 tentang politik ekonomi da- yang sehat dan bermitra dengan pengusaha
lam rangka demokrasi ekonomi. Tap MPR ini kecil, menengah dan koperasi. Pengelolaan
merupakan titik tolak tonggak baru demo- dan pemanfaatan tanah dan sumber daya alam
krasi ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa lainnya, harus dilaksanakan secara adil dengan
saat itu sudah terdapat kebijakan baru yang menghilang-kan segala bentuk penguasaan dan
artinya kita tidak akan kembali kepada ke-pemilikan dalam rangka pengembangan ke-
kebijakan pembangunan ekonomi Orde Baru mampuan ekonomi usaha kecil, menengah dan
yang lalu yang hanya berorientasi pada koperasi serta masyarakat luas.
pertumbuhan ekonomi.14
Kemudian dengan terbitnya Tap MPR No
13
Budi Harsono, 2007, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah IX/MPR/2001 disusul dengan diterbitkannya
Pembentukan UUPA, Isi Dan Pelaksanaannya, Jambatan Keppres No 34 Tahun 2003 maka semakin jelas
Jakarta
14
Arie S Hutagalung, Konsistensi Dan Korelasi Antara UUD arah kebijakan pembaharuan agraria dan
1945 Dan UUPA 1960, Jurnal Analis Sosial, Vol 9 No 1 pengelolaan sumber daya alam. Pe-
April 2005
Implementasi Kebijakan Pertanahan Nasional 227

merintah disini menegaskan tidak akan me- b. Perkembangan masyarakat di mana undang-
marginalkan UUPA akan tetapi akan melaku- undang tersebut diimplementasikan;
kan penyempurnaan. Untuk itu Badan Per- c. Strategi dan kebijakan pembangunan;
tanahan Nasional ditugaskan untuk melaku- d. Keberadaan undang–undang tersebut dalam
kan langkah-langkah percepatan, antara konteks peraturan perundangan lainnya;
lain: e. Motivasi, dedikasi dan kemampuan aparat
1) Mengajukan rancangan Undang Undang pelaksana undang-undang tersebut;
tentang Hak atas Tanah; f. Image sosial dari undang-undang dan aparat
2) Menyusun peraturan perundang-undangan pelaksananya.16
lainnya di bidang pertanahan. Upaya untuk mengevaluasi implementasi
Demikianlah garis kebijakan pembangun- hukum pertanahan nasional yang berlandaskan
an Orde Reformasi yang berbeda benar dengan pada UUPA merupakan sesuatu yang sulit
kebijakan rezim Orde Baru, tetapi sejalan mengingat keterbatasan waktu dan juga
dengan semangat yang terkandung dalam banyaknya faktor yang berpengaruh. Untuk
UUPA. Kebijakan Orde Reformasi lebih me- itulah nanti hanya akan dievaluasi implemen-
mihak pada rakyat banyak, khususnya usaha tasi UUPA dari era rezim Orde Lama sampai
kecil, menengah dan koperasi. Dalam rangka dengan era rezim Orde Baru untuk dijadikan
mewujudkan tujuan kebijakannya maka telah landasan kebijakan di era Reformasi dengan
dikeluarkan Keppres No 34 Tahun 2003 yang pisau analisis antara lain dengan memperhati-
telah menugaskan kepada Badan Pertanahan kan akan adanya 6 hal yang harus diperhatikan
Nasional untuk membuat rancangan penyem- dalam mengevaluasi implementasi kebijakan
purnaan UUPA, undang-undang tentang hak mi- publik yang berbentuk suatu peraturan per-
lik dan peraturan perundang-undangan lainnya. undang-undangan.
Formulasi kebijakan pertanahan yang
2. Evaluasi Implementasi Kebijakan Pertanah- terkandung dalam UUPA di era rezim Orde
an Lama banyak mengalami pasang surut. UUPA
Evaluasi dilakukan baik terhadap proses telah dicoba diimplementasikan dengan orien-
maupun hasil implementasi kebijakan. Pe- tasi tanah untuk rakyat penggarap (land to
nilaian terhadap proses kebijakan difokuskan Tahune tiller). Jiwa kerakyatan yang begitu
pada tahapan perumusan kebijakan, terutama kental tentu saja sangat laku dijual untuk para
untuk melihat keterpaduan antar tahapan, ser- petani yang melarat. Eksistensi UUPA telah
ta sejauh mana program dan pelayanan masya- menjadi dasar bagi penyediaan tanah untuk
rakat mengikuti garis kebijakan yang telah petani kusussnya petani penggarap dan buruh
ditetapkan. Penilaian terhadap hasil dilakukan petani. Terbukti pada waktu itu banyak petani
untuk melihat pengaruh atau dampak kebijak- diantero tanah air yang melakukan okupasi atas
an, sejauh mana kebijakan mampu mengurangi tanah-tanah yang dijadikan obyek landreform.
atau mengatasi masalah. Berdasarkan evaluasi Aksi okupasi ini tentu saja disebabkan karena
ini, dirumuskanlah kelebihan dan kekurangan eng-gannya para tuan tanah atau penguasa
kebijakan yang akan dijadikan masukan bagi tanah yang sangat luas untuk melepaskan
penyempurnaan kebijakan berikutnya atau pe- tanahnya dijadikan obyek landreform.
rumusan kebijakan yang baru.15 Puncak dari peristiwa ini adalah terjadi-
Pada hakekatnya evaluasi implementasi nya gejolak politik di tanah air yang pada
kebijakan yang berbentuk suatu undang-undang akhirnya pada tahun 1965 tergulinglah rezim
tergantung kepada beberapa hal yang antara Orde Lama. Sejak saat itu program landreform
lain: otomatis terhenti, UUPA dibekukan. Terjadilah
a. Substansi undang-undang tersebut;

15 16
Edi Suharto, 2005, Analisis kebijakan Publik, Bandung: Lutfi Ibrahim Nasution, loc.cit, hlm. 77
Alfabeta
228 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 3 September 2008

tragedi nasional yang dikenal sebagai G 30 S Berkaitan dengan hal ini maka pada 31
PKI. Mei 2003 Presiden Megawati Soekarnoputri
Di era rezim Orde Baru, pengebirian telah mengeluarkan Keppres No 34 Tahun 2003
UUPA mulai berlangsung. Hal ini tercermin dari ten-tang Kebijakan Nasional Di Bidang
orientasi dan praktek politik agraria yang Pertanahan yang memberikan mandat kepada
ditopang oleh berbabagai produk peraturan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk
perundang-undangan yang bersifat sektoral menyempur-nakan UUPA.
yang berkaitan dengan pengerukan kekayaan Menurut beberapa pakar ada banyak
alam. Seperti misalnya, perundang-undangan kelemahan yang perlu diperbarui, yang antara
yang mengatur sektor kehutanan, pertambang- lain adalah:
an, baik minyak maupun gas bumi, pengairan, a. Terlalu dominannya konsep hak menguasai
perikanan dan sebagainya. Keseluruhan undang- negara atas tanah dan kekayaan alam. Pada
undang yang sektoral ini mengandung semangat kenyataannya konsep ini telah banyak
dan isi yang arahnya untuk memfasilitasi para dimanipulasi penguasa untuk menyingkirkan
pemilik modal besar atau konglomerat diban- dan menegasikan hak-hak rakyat atas tanah
ding memenuhi hak-hak rakyat seperti yang dan kekayaan alam lainnya;
diamanatkan UUD 1945. b. Pengakuan hak-hak masyarakat adat oleh
Akibat dari proses pengkhianatan yang UUPA sangat lemah. Sekalipun hak-hak ula-
berkepanjangan tentu saja posisi UUPA dengan yat berulang kali disebut dalam klausulnya,
sendirinya termarginalkan. Bahkan timbul hampir semuanya memakai syarat yang
kesan bahwa UUPA seakan-akan hanya justru melemahkan hak-hak adat itu sendiri;
mengatur soal administrasi pertanahan saja. c. UUPA menyempitkan pengaturan agraria
Hal-hal lain yang bersangkut paut dengan bumi, hanya pada sektor pertanahan karena
air dan kekayaan alam diatur oleh peraturan sebagian besar klausul dalam undang-undang
perundang-undang-an sektoral seperti tersebut ini hanya mengatur mengenai administrasi
di atas. pertanahan.17
Jatuhnya rezim Orde Baru melahirkan era Berkaitan dengan mandat penyempurna-
Reformasi. Sejumlah peluang perubahan khu- an UUPA berdasarkan Keppres No 34 Tahun
susnya di bidang kebijakan pertanahan telah 2003, Usep Setiawan mencatat sejumlah hal
terbuka. Kelahiran Tap MPR No IX Tahun 2001 yang patut diperhatikan:18
telah membuka wacana untuk pembaharuan a. Penyempurnaan UUPA mestilah bermakna
peratur-an perundang-undangan agraria. menguatkan semangat kerakyatan yang ter-
Pembaharuan ini mutlak harus dilakukan untuk kandung di dalamnya. Penyempurnaan mes-
memberikan dasar hukum bagi pelaksanaan tilah memperbaiki isi UUPAnya, bukannya
pembaharuan agraria nasional. Untuk itu menghapus atau menggantikannya dengan
diperlukan semangat dari para penyelenggara undang-undang lain yang semangat dan
negara untuk me-nyusun kebijakan agraria yang isinya sama sekali baru. Menyempurnakan
adil dalam mengelola sumber daya agraria berarti pula keharusan memperkuat orien-
secara ber-kelanjutan. Mandat untuk tasi pemenuhan hajat hidup rakyat, bukan
memperbarui ke-bijakan agraria secara tegas sebaliknya.
tertuang dalam Tap MPR No IX Tahun 2001 yang b. Menyempurnakan UUPA mestilah dilakukan
dalam pasal 6 nya menetapkan bahwa : secara hati-hati, agar tidak terseret kepen-
“ Menugaskan DPR RI bersama Presiden tingan globalisasi, kapitalisme yang hendak
RI untuk segera mengatur lebih lanjut mengukuhkan kepentingan ekonomi politik-
pe-laksanaan pembaruan agraria dan pe- nya di lapangan agraria. Oleh sebab itu,
ngelolaan sumber daya alam serta men-
cabut, mengubah dan/atau mengganti 17
Usep Setiawan, Menemukan Pintu Masuk Untuk Keluar,
semua undang-undang dan peraturan Jurnal Analis Sosial, Vol.9, No 1 April 2005
pelaksanaannya yang tidak sejalan 18Usep Setiawan, op.cit, hlm. 75
dengan ketetapan ini”.
Implementasi Kebijakan Pertanahan Nasional 229

kandungan esensial penyempurnaan UUPA ngelolaan sumber daya alam, penghormatan


mestilah memastikan kebijakan politik agra- terhadap hak azasi manusia (HAM), trans-
ria tetap berada di jalur populistik sebagai- paransi, akuntabilitas publik dan efisiensi da-
mana watak asli dari UUPA. lam pengelolaan sumber daya tanah merupakan
c. Penyempurnaan UUPA hendaknya meneguh- isu-isu pokok good governance yang akan
kan posisinya sebagai payung bagi peraturan dijalankan oleh pemerintahan saat ini, dapat
perundang-undangan agraria. UUPA yang juga dijadikan landasan atau dijadikan sebagai
diperbarui mestilah menjadi payung pelak- pokok pikiran untuk menyususn kebijakan tanah
sanaan pembaruan agraria yang berkeadilan. yang baru. Upaya untuk melakukan penyesuaian
Pengaturan atas sektor kehutanan, per- UUPA dengan kecenderungan pemerintahan
kebunan, pertambangan, perairan, pertain- modern di era reformasi perlu dilakukan de-
an, pesisir dan laut dan sebagainya mestilah ngan hati-hati, transparan dengan pendekatan
mengacu secara konsekuen kepada UUPA. yang partisipatif. Hal ini dilakukan dengan
d. Proses penyempurnaan UUPA hendaknya melakukan revisi terhadap UUPA sekaligus
dijalankan secara demokratis dan partisi- mengkaji ulang peraturan yang bersangkut paut
patif. Departemen dan lembaga negara dengan sumber daya agraria sekaligus beserta
lainnya yang terkait dengan agraria mesti peraturan pelaksana lainnya, tentunya ke-
terlibat aktif. Pakar dan organisasi non semuanya ini harus dilandasi semangat dan
pemerintah (LSM) yang integritasnya teruji tujuan negara tersebut dalam UUD 1945.
juga harus dilibatkan. Dan yang terpenting Hal yang tidak kalah menarik dalam ma-
untuk diajak bicara adalah rakyat yang salah kebijakan pertanahan adalah tentang
paling berkepentingan atas agraria, serikat kelembagaan BPN. Hal ini sehubungan dengan
petani, nelayan, masyarakat adat, dan pelaksanaan otonomi daerah menurut UU No 32
rakyat kecil pada umumnya. Tahun 2004 dimana telah timbul persoalan
e. Penyempurnaan UUPA harus diikuti dengan dengan terjadinya perbedaan penafsiran antara
penyiapan basis sosial bagi pelaksanaan Pusat dengan daerah. Perbedaan ini sebenarnya
pembaharuan agraria. Gerakan penyadaran, telah muncul sejak keluarnya Keppres No 10
pendidikan politik dan pengorganisasian Tahun 2001 tentang kedudukan BPN dan
rakyat atau petani, serta sosialisasi gagasan Keppres No 34 Tahun 2003 tentang
kepada publik secara luas mutlak dilakukan Kebijaksanaan Nasional di Bidang Pertanahan
untuk memastikan agenda pembaruan agra- yang pada intinya menjelaskan bahwa urusan
ria menjadi agenda bersama bangsa. Dengan pertanahan masih menjadi ke-wenangan Pusat.
demikian konflik horisontal sesama anak Hal ini dipertegas lagi dengan Peraturan
bangsa akibat dijalankannya pembaruan Presiden No 10 Tahun 2006.
agraria dapat dihindari sejak dini. Sengketa kewenangan ini kemudian di
Dalam pada itu seiring dengan adanya akhiri dengaan keluarnya Peraturan Pemerintah
reformasi yang menyeluruh dalam tatanan No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
kehidupan bernegara yang diawali pada tahun Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah
1997, maka menurut Maria SW Sumardjono 19 an Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
timbul paradigma baru yang mestinya harus Kabupaten/Kota. Kewenangan dari Pusat meli-
diakomodasi dalam menyusun kebijakan per- puti hukum, kebijakan, pedoman mengenai
tanahan yang baru. Penyelenggaraan pemerin- pemberian hak-hak atas tanah, pendaftaran,
tahan yang sentralistis telah berubah ke arah landreform dalam bentuk undang-undang, PP
desentralisasi (Undang Undang No 22 Tahun maupun Keppres. Sementara itu kewenangan
1999 yang diubah dengan Undang Undang No 32 daerah cukup pada pelayanan masyarakat dan
Tahun 2004). Peran serta masyarakat dalam pe- pelaksanaan kebijakan dalam bentuk perda
ataupun keputusan kepala daerah.
19 Maria SW Sumardjono, loc.cit, hlm. 201
230 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 3 September 2008

Hal tersebut di atas menurut Arie S -----------. 2005. Reformasi Hukum Tanah yang
Hutagalung adalah dalam rangka menjaga ne- Berpihak kepada Rakyat, Makalah
gara kesatuan maka kebebasan untuk mengatur Seminar Nasional, Jakarta;
dan mengurus bidang pertanahan akan tetap -----------. 2007. Hukum Agraria Indonesia, Se-
dilakukan dalam rangka kebijakan dasar dan jarah Pembentukan, Isi dan Pelaksana-
pokok-pokok ketentuan hukum pertanahan annya, Jakarta: Jambatan;
nasional. Jadi, otonomi jelas tidak diartikan Hutagalung, Arie S. Konsistensi dan Korelasi
sebagai penyerahan pengaturan dan pengurusan Antara UUD 1945 dan UUPA 1960. Jurnal
segala masalah pertanahan sepenuhnya kepada Analis Sosial, Vol 29 No 21, April 2005;
daerah tetapi ada kewenangan yang bersifat ----------------. 2007. Kewenangan Pemerintah
pokok dan umum serta pembinaan Pusat ter- di Bidang Pertanahan. Jakarta: Rajawali
hadap pelaksanaan otonomi oleh daerah.20 Pers;
Demikianlah sekelumit evaluasi imple- Ibrahim, Lufti. 2005. Evaluasi Pelaksanaan
mentasi kebijakan pertanahan nasional di mana UUPA, Program Masa Kini dan Men-
datang. Makalah Seminar Nasional, BPN;
esensi yang penting di sini adalah memper-
siapkan potensi untuk menstimulasi ke arah Nurcholis, Hanif. 2005. Teori dan Praktek
Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
perubahan kebijakan pembaruan agraria yang
Jakarta: Grasindo;
lebih berkeadilan dengan prinsip-prinsip desen-
tralisasi, good governance dalam pengelolaan Setiawan, Usep. 2005. Menemukan Pintu Masuk
Untuk Keluar. Jurnal Analis Sosial, Vol.9,
sumber daya tanah atau agraria atau ada juga
No 1 April 2005;
yang menyebut sumber daya alam.
Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik.
Bandung : Alfabeta;
C. Penutup
Dari hasil pembahasan tersebut di atas Wahab, Solichin Abdul. 2006, Analisis Kebijak-
sanaan, Dari Formulasi Ke Implementasi
maka dapat diambil kesimpulan sebagai beri-
Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Ak-
kut. Implementasi kebijakan publik di bidang sara;
pertanahan nasional dari berbagai rezim yang
Ya’kub, Achmad. Agenda Neo Liberal Masuk
ada sangat determinan oleh faktor kepentingan Melalui Kebjakan Agraria Di Indonesia.
politik. Oleh karena itu dalam evaluasi imple- Jurnal Analis Sosial,
mentasi kebijakannya perlu diadakan pembaru- Volume 29 No21,
an yang berkeadilan, kesejahteraan, dengan April 2005.
prinsip-prinsip desentralisasi, good governance
dalam pengelolaan sumber daya tanah. Semua
ini tentunya dalam rangka mencapai tujuan
bersama yaitu mencapai masyarakat yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.

Daftar Pustaka

D, Riant Nugroho. 2005. Kebijakan Publik,


Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.
Jakarta: Elex Media Komputindo;
Harsono, Budi. 2005. Menuju Penyempurnaan
Hukum Tanah Nasional. Jakarta: Univer-
sitas Trisakti;

20
Arie S Hutagalung, Markus Gunawan, 2007, Kewenangan
Pemerintah di Bidang Pertanahan, Jakarta: Rajawali Pers
Implementasi Kebijakan Pertanahan Nasional 231

Anda mungkin juga menyukai