Anda di halaman 1dari 6

A.

Defisiensi, Hipervitaminosis dan penyakit akibat Vitamin


1. Defisiensi vitamin A
Defisiensi vitamin A dapat terjadi karena jumlah vitamin A dalam diet tidak
mencukupi, suatu penyakit yang mengakibatkan absorpsi vitamin A kurang baik, atau
perubahan karoten menjadi vitamin A terganggu. . Pada defisiensi berat tubuh mudah
terkena infeksi dan infeksi menjalar ke mata dan merusak selaput bening (Astuti dan
Gardjito, 1986). Dalam tubuh vitamin A berperan dalam penglihatan atau mata,
permukaan epitel, serta membantu proses pertumbuhan. Peranan retinol untuk
penglihatan normal sangat penting karena daya penglihatan mata sangat tergantung
oleh adanya rodopsin (Winarno, 1984). Bila kekurangan vitamin A sel epitel akan
mengeluarkan karatin, yaitu protein larut yang tidak larut dalam air dan bukan makus.
Bila sel-sel epitel mengelurakan karatin, sel-sel membrane akan kering dan mengeras.
Defisiensi vitamin A penderita akan mengalami rabun senja dan katarak.
Selain itu, penderita juga dapat mengalami gejala Xerosis yaitu gejala kekurangan
pada konjungtiva (selaput kelompok mata) mata mengalami pengerutan, timbul
pigment, atau kotoran kotoran sehingga kehilangan atau menurunkan sifat transparan
nya. Gejala Noda bitot yaitu timbulnya noda sebagai bercak berwarna perak kelabu
pada kornea. Biasanya dengan permukaan yang berbuih. penderita defisiensi vitamin
A ini juga dapat mengalami infeksi saluran pernafasan, menurunnya daya tahan
tubuh, dan kondisi kulit yang kurang sehat (Ridwan E, 2013). Pada orang dewasa
yang kekurangan vitamin A dalam waktu relatif lama akan terjadi beberapa kelainan
seperti anemia (kurang darah), kesulitan membedakan warna (buta warna),
kemunduran penciuman/rasa terhadap makanan dan akan kehilangan keseimbangan
vestibular (Tarmizi, 2011).
2. Hipervitaminosis A
Kelebihan vitamin A tidak dibuang melalui urine akan tetapi disimpan dalam
sel-sel adiposa jaringan lemak karena vitamin A merupakan salah satu vitamin yang
larut dalam lemak. Beberapa gejala hipervitaminosis A meliputi kulit kering dan
mengelupas, pusing, nausia, apatis. Pada anak-anak gejalanya disertai muntah,
drawaineas, bulging of the frontanelle. Hipervitaminosis A dapat menyebabkan
rontoknya rambut (Astuti dan Gardjito, 1986). Kelebihan asupan vitamin A dapat
menyebabkan keracunan pada tubuh. Bila sudah dalam kondisi akut, kelebihan
vitamin A di dalam tubuh juga dapat menyebabkan kerabunan, terhambatnya
pertumbuhan tubuh, pembengkakan hati, dan iritasi kulit (Ridwan, 2013).
3. Defisiensi Vitamin D
Kekurangan vitamin D ini dapat disebabkan oleh pemaparan sinar matahari
yang tidak mencukupi maupun oleh sedikitnya vitamin D dalam makanan.
Kekurangan vitamin D selama kehamilan dapat menyebabkan osteomalacia pada ibu
hamil dan rakitis pada bayi yang akan dilahirkannya. Karena ASI tidak mengandung
vitamin D dalam jumlah yang besar, bayi yang mendapatkan ASI bisa menderita
rakitis, bahkan meskipun tinggal di daerah tropis jika bayi tidak mendapatkan sinar
matahari yang cukup. Kekurangan vitamin D bisa terjadi pada orang yang lebih tua
karena kulit mereka menghasilkan sedikit vitamin D saat terpapar sinar matahari.
Kejang otot (tetani) yang disebabkan oleh rendahnya kadar kalsium bisa
merupakan pertanda awal terjadinya rakitis pada bayi. Bayi yang lebih besar mungkin
akan terlambat untuk belajar duduk dan merangkak, dan penutupan ubun-ubun
(fontanel) mengalami penundaan. Anak-anak usia 1- 4 tahun bisa memiliki kelainan
lengkung tulang belakang, kaki O (bengkok ke dalam), kaki X (bengkok ke luar) dan
terlambat berjalan. Anak-anak yang lebih tua atau remaja, akan merasakan nyeri bila
berjalan. Tulang panggul yang mendatar pada remaja putri menyebabkan jalan lahir
menjadi sempit. Pada orang dewasa kehilangan kalsium dari tulang, terutama tulang
belakang, panggul dan tungkai, menyebabkan kelemahan dan bisa mengakibatkan
terjadinya patah tulang.
Tiga jenis keaadaan dapat dialami oleh penderita kekurangan vitamin D ialah:
a. Ricketsia, diderita oleh anak-anak yang ditandai oleh bengkoknya kaki sehingga
berbentuk O. bila keadaan belumberlanjuit masih dapat ditolong dengan
pemberian vitamin D dalam jumlah yang besar atas nasihat dokter yang
berwenang.
b. Tetani, ditandai dengan bengkoknya pergelangan tangan dan sendi akibat
rendahnya kalsium dalam serum karena kekuranga vitamin D atau rusaknya
kelenjar parateroid.
c. Osteomalacia, diderita oleh orang dewasa juga dikenal dengan ricetsia orang
deawa. Disebabkan oleh kekurangan vitamin D dan kalsium.
4. Hipervitaminosis D
Vitamin D termasuk vitamin yang larut dalam lemak, dan sangat diperlukan tubuh
untuk menjaga kesehatan secara umum. Tapi karena vitamin ini larut dalam lemak
dan disimpan dalam sel-sel lemak tubuh, vitamin ini bisa menjadi racun jika
dikonsumsi dalam jumlah berlebih. Mengkonsumsi vitamin D sebanyak 10 kali dosis
harian yang dianjurkan, selama beberapa bulan, bisa menyebabkan keracunan, yang
mengakibatkan tingginya kadar kalsium dalam darah. Gejala pertama dari keracunan
vitamin D adalah hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, yang diikuti rasa haus
yang luar biasa, meningkatnya frekuensi berkemih, kelemahan, gelisah dan tekanan
darah tinggi. Kalsium bisa diendapkan di seluruh tubuh, terutama di ginjal, dimana
bisa menyebabkan kerusakan menetap. Fungsi ginjal akan terganggu, menyebabkan
protein dibuang dalam air kemih dan kadar urea dalam darah meningkat.
5. Defisiensi Vitamin E
Gejala kekurangan:
a. Ketika kadar vitamin E dalam darah sangat rendah, sel darah merah rusak dan
terbelah. Proses pembelahan sel darah merah ini disebut hemolisis eritrodit. Kondisi
ini menyebabkan gangguan pada sistem syaraf dan otot. Gejala yang dirasakan adalah
kesulitan berjalan dan nyeri yang menetap pada otot betis.
b. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan sel-sel cepat rusak sehingga mempercepat
proses penuaan kulit, kerusakan saraf penggerak, kelemahan otot, serta melemahnya
kelenjar gondok dan hipofisis.
c. Orang yang menderita penyakit tertentu, misalnya penyakit hati atau celiac disease,
atau yang melakukan diet lemak terlalu rendah bisa jadi akan mengalami kekurangan
vitamin E.
d. Kekurangan vitamin E dapat berkembang menjadi berbagai masalah kesehatan lain
seperti neuropati perifer, masalah penglihatan, malnutrisi karena pencernaan yang
jelek, atau aritmia jantung.
e. Obat-obatan tertentu dan beberapa vitamin lain dapat mengganggu penyerapan
vitamin E. Jika vitamin E diperoleh dari sumber makanan alami, maka risiko
overdosis tidak akan terjadi.
f. Bayi prematur memiliki cadangan vitamin E yang sangat sedikit dan bisa menderita
kekurangan vitamin E bila diberi makanan yang banyak mengandung lemak tak jenuh
dan sedikit mengandung vitamin E. Lemak tak jenuh merupakan prooksidan bahan-
bahan yang mudah teroksidasi menjadi radikal bebas), yang merupakan lawan vitamin
E dan bisa menyebabkan pecahnya sel darah merah (hemolisa).
6. Hipervitaminasis E
Keracunan dapat terjadi jika mengonsumsi vitamin E secara berlebih. Anda
akan merasakan sakit kepala, lemah dan selalu lelah, serta pusing yang disertai
gangguan penglihatan.Wanita hamil, atau bahkan yang baru hamil sebaiknya
memeriksa dosis asupan vitamin E dalam tubuh mereka. Pasalnya asupan vitamin E
yang terlalu tinggi pada awal kehamilan dapat menyebabkan resiko bayi lahir dengan
gangguan hati (demikian yang disampaikan tim peneliti asal Belanda).
Kelebihan vitamin E akan disimpan di dalam hati. Hasil penelitian
menunjukkan, mereka yang mengkonsumsi vitamin E dosis tinggi beresiko hingga 70
persen memiliki bayi dengan kelainan hati, dibandingkan yang mengkonsumsi
vitamin E lebih rendah.Sementara, pola diet dengan asupan vitamin E tinggi disertai
dengan suplemen yang mengandung vitamin E meningkatkan resiko kelainan hati
sejak lahir sebesar 5 hingga 9 kali lipat. Vitamin E dosis tinggi yang diberikan kepada
bayi prematur untuk mengurangi resiko terjadinya retinopati, tampaknya tidak
memperlihatkan efek samping yang berarti. Pada orang dewasa, vitamin E dosis
tinggi hampir tidak menimbulkan efek samping, kecuali meningkatnya kebutuhan
akan vitamin K, yang bisa menyebabkan perdarahan pada orang-orang yang
mengkonsumsi obat antikoagulan.
7. Defisiensi Vitamin K
Gejala Kekurangan vitamin K bisa terjadi pada Bayi yang lahir prematur dan
agak sukar menerima makanan, ada kecenderungan mengalami defisiensi vitamin K.
Beberapa kejadian neonatal hemarrage pada bayi yang baru lahir, dengan memberikan
vitamin K setela lahir dapat mencegah pendarahan tersebut. Defisiensi pada orang
dewasa dapat terjadi karena obat-obatan antibiotik ada yang menghambat sintesa
vitamin K di dalam usus. Diare yang kronis dan intake minyak mineral juga dapat
mengakibatkan defisiensi vitamin K. Kemampuan hati untuk menyimpan vitamin K
sangat terbatas (Astuti dan Gardjito, 1986). Jika vitamin K tidak terdapat dalam
tubuh, darah tidak dapat membeku. Hal ini dapat meyebabkan penyakit hemoragik.
Bagaimanapun, jarang terjadi kekurangan vitamin K, hanya bayi yang mudah
mengalami hal tersebut. Hal ini karena sistem pencernaan bayi yang baru lahir masih
steril dan tidak mengandung bakteri yang dapat mensintesis vitamin K, air susu ibu
mengandung hanya sejumlah kecil vitamin K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin
K saat lahir. Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan darah sukar berhenti jika
terjadi luka, usus cepat rusak, dan rambut mudah rontok.
8. Hipervitaminosis K
Gejala Kelebihan Keracunan vitamin K terjadi hanya pada orang yang menerima
pengganti vitamin K larut air. Gejala-gejalanya adalah hemolisis sel darah merah,
penyakit kuning dan kerusakan otak. Kelebihan vitamin K akan disimpan di dinding
usus besar.
9. Penyakit akibat kekurangan Vitamin B1
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B1 = kulit kering/kusik/busik,
kulit bersisik, daya tahan tubuh berkurang.
10. Penyakit akibat kekurangan Vitamin B2
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B2 = turunnya daya tahan
tubuh, kilit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, sariawan, dan
sebagainya.
11. Penyakit akibat kekurangan Vitamin B3
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B3 = terganggunya sistem
pencernaan, otot mudah keram dan kejang, insomnia, bedan lemas, mudah muntah
dan mual-mual, dan lain-lain
12. Penyakit akibat kekurangan Vitamin B5
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B5 = otot mudah menjadi
kram, sulit tidur, kulit pecah-pecah dan bersisik, dan lain-lain
13. Penyakit akibat kekurangan Vitamin B6
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B6 = pelagra alias kulit pecah-
pecah, keram pada otot, insomnia atau sulit tidur, dan banyak lagi lainnya.
14. Penyakit akibat kekurangan Vitamin B12
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B12 = kurang darah atau
anemia, gampang capek / lelah / lesu / lemes / lemas, penyakit pada kulit, dan
sebagainya.
15. Penyakit Akibat Kekurangan Vitamin C
Kekurangan vitamin C akan menyebabkan penyakit sariawan atau skorbut. Gejala-
gejala penyakit skorbut ialah terjadinya pelembekan tenunan kolagen, infeksi dan
demam. Biasanya jarang diderita bayi, namun pada usia setelah 6 bulan dan dibawah
12 tahun dapat mengalami gejala tersebut (Winarno,1984). Penyakit yang ditimbulkan
akibat kekurangan vitamin C = mudah infeksi pada luka, gusi berdarah, rasa nyeri
pada persendian, dan lain-lain.
B. Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Vitamin
Beberapa senyawa mempunyai sifat dan perananan sepetri vitamin atau dapat
merangsang dan mendorong aktivitas vitamin. Tetapi senyawa-senyawa tersebut tidak
sepenuhnya memenuhi kriteriadan definisi sebuah vitamin sehingga tidak dianggap
sebagai vitamin (Winarno, 1984)
a. Asam lipoat adalah jenis asam jenis asam lemak yang mengandung belerang.
Senyawa ini merupakan komponen yang penting sebagai koenzim yang terlibat
dalam oksidasi biologis dan reduksi sehingga senyawa ini penting untuk
metabolism protein, lemak, karbohidrat. Asam lipoat banyak terdapat pada hati
dan khamir.
b. Kolina, merupakan senyawa yang penting untuk metabolisme lemak, dan mampu
mencegah akumulasi lemak dalam hati. Karena kemampuan inilah kolina juga
dikenal sebagai factor lipotropic. Kolina banyak terdapat pada lesitin dan banyak
terkandung dalam kuning telur, ikan, biji-bijian dan leguminosa.
c. Inositol, banyak terdapat dalam otak, hati dan otot daging. Senyawa tersebut
diperlukan dalam pertumbuhan sel dalam kultur jaringan. Inositol dapat disintesis
dari glukosa.

Daftar pustaka

Almatsier, Sunita. Tanpa Tahun. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Astuti, M dan Gardjito, M. 1986. Pangan dan Gizi. Yogyakarta: UGM Press.
F.G. Winarno. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai