Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum ke- 6 Hari/Tanggal : Senin, 10 Nopember 2014

M.K. Mikrobiologi Akuakultur Asisten : Rahman S. Pi, M. Si


: Tim Asisten Mikrobiologi

PENGHITUNGAN BAKTERI DENGAN METODE HITUNGAN


CAWAN

Oleh:
Kurniawan Wahyu Hidayat
C151140311

ILMU AKUAKULTUR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setelah kita mempelajari bagaimana menumbuhkan suatu koloni bakteri,
tentu harus mengatahui kuantitas dan kualitas dari bakteri tersebut. Dalam hal ini
yang akan dibahas adalah bagaimana mengetahui kuantitas dari suatu bakteri. Ada
berbagai cara untuk menghitung jumlah sel bakteri, antara lain hitungan langsung
dengan menggunakan mikroskop, dan hitungan tidak langsung dengan metode
hitung cawan baik dengan metode cawan tuang maupun metode cawan sebar.
Pengukuran kuntitatif populasi mikroba dari suatu sampel dilakukan untuk
mengetahui kualitas bahan atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada
dalam sampel tersebut. Sehingga dengan kita dapat mengetahui apakah mikroba
tersebut berbahaya atau bahkan baik bagi lingkungan maupun bagi organisme
budidaya.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur
jumlah mikroorganisme di dalam suatu suspensi. Cara tersebut dibedakan atas
beberapa kelompok yaitu, perhitungan jumlah sel, terdiri dari hitungan
mikroskopik, hitungan cawan, dan MPN (most probable number); perhitungan
massa sel secara langsung, terdiri dari volumetrik, gravimetrik, dan kekeruhan
(turbidimetri); perhitungan massa sel secara tidak langsung, terdiri dari analisis
komponen sel, analisis produk katabolisme, dan analisis konsumsi nutrien
(Ferdiaz 1993). Sedangkan menurut Irianto (2007), ada beberapa cara
penghitungan jumlah mikroba, yaitu cara penghitungan pada cawan petri, cara
menghitung langsung (metode kaca objek), metode ukur kekeruhan, metode
turbidimetri, nefelometri, serta dengan jumlah perkiraan terdekat (JPT). Cara
penghitungan pada cawan petri disebut juga metode penghitungan bakteri hidup
atau metode penghitungan koloni. Pada penghitungan koloni, dilakukan
penyimpanan pada suhu yang sesuai. Oleh karena itu, suatu bakteri dapat tumbuh
menjadi satu koloni yang terhitung mewakili jumlah bakteri hidup yang terdapat
dalam tiap volume pengenceran yang digunakan
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba
yang masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikroba tersebut akan
berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata
tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua
cara, yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan atau sebar (surface
atau spread plate) (Fardiaz 1993). Untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan
yang dipilih untuk dihitung harus memiliki 30-300 koloni. Oleh karena itu,
dilakukan sederatan pengenceran dan pencawan. Jumlah mikroba dalam sampel
ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada
cawan yang bersangkutan. Satuan yang digunakan untuk menyatakan jumlah
koloni bakteri adalah CFU/mL (CFU = colony forming units) (Waluyo 2008).

1.2 Tujuan
Mempelajari cara melakukan pengenceran serial dan menentukan jumlah
bakteri dalam suatu sampel dengan metode hitungan cawan.
II. METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Paraktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 29 September 2014 pukul
08.00-10.00 WIB, bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan, Depertemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor.

2.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Mikropipet
4. Batang penyebar
5. Bunsen
6. Cawan petri steril
7. Plastic wrap
8. Korek api.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1. Media SWC cair


2. Biakan bakteri MP5
3. Larutan fisiologis
4. Alkohol 95%
5. Alkohol 70%

2.3 Prosedur Kerja


1. pengenceran
a. sterilisasi lat dan bahan.
b. Tabung-tabung berisi sampel diencerken secara serial hingga
didapakan FP 10-5, 10-6, dan 10-7.
2. Metode cawan tuang
a. disiapkan petri petri steril
b. disiapkan dan media agar SWC yang masih dalam keadaan hangat.
c. Suspensi bakteri pada masing-masing pengenceran dimasukkan satu
persatu kedalam cawan petri dengan mikro pipet sebanyak 0,1 ml.
d. Kemudian digoyangkan agar rata diseluruh bagian cawan petri dengan
gerakan membentuk angka “8”.
e. Bakteri kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 18-24 jam.
f. Keesokan harinya, koloni-koloni bakteri yang tumbuh dihitung pada
setiap cewan petri pada masing-masing metode penghitungan.
3. Metode cawan sebar
a. Disiapkan media SWC.
b. Masukan suspensi bakteri yang telah diencerkan dan divortex.
c. Suspensi diambil secara bergantian dengan mikro pipet sebanyak 0,1
ml pada tiap-tiap pengenceran
d. Disebar pada tiap cawan petri dengan batang penyebar yang telah
disterilkan sebelumnya dengan alkohol 96%.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Pengamatan praktikum penghitungan bakteri dengan metode cawan adalah
sebagai berikut :
Total Plate Count (cfu/ml)
Kelompok Isolat Metode
10-5 10-6 10-7
7
Tuang 35,8 x 10 33,6 x 10 18,4 x 109
8
1 1Ub
Sebar - - 58,6 x 109
8
Tuang 1,6 x 10 TBUD TBUD
2 NP5
Sebar TBUD 7,8 x 108 0
Tuang - - -
3 Sta
Sebar - - -
Tuang - - 16,2 x 109
4 1Ub
Sebar TBUD - -
2,34 x
Tuang
5 NP5 TBUD 1011 0
Sebar
TBUD TBUD TBUD
Tuang - - -
6 Sta
Sebar - - -
Tuang 25,8 x 107 - 43,2 x 109
7 1 Ub
Sebar TBUD TBUD TBUD
Tuang - 0 0
8 NP5 8
Sebar - 15 x 10 0
Tuang - - -
9 NP5
Sebar - - -
Tuang TBUD TBUD TBUD
10 Sta
Sebar TBUD TBUD TBUD
Tabel 1 Hasil pengamatan Total Plate Count (TPC) bakteri dengan metode
hitungan cawan tuang dan sebar

3.2 Pembahasan
Sampling untuk mengetahui konsentrasi bakteri dalam lingkungan maupun
inang sangat berguna bagi managemen pencegahan penyakit pada ikan. Kehadiran
suatu mikroorganisme dianggap normal apabila jumlahnya atau konsentrasinya
tidak lebih dari batas minimum, batas ini berbeda-beda pada setiap patogen.
Patogen akan berbahaya apabila sudah memenuhi quorum sensing yaitu jumlah
minimal patogen untuk bisa mengekspresikan faktor virulensinya dan
menyebabkan penyakit.
Penghitungan bakteri menggunakan sistem koloni, hal ini disebabkan
koloni merupakan bagian terkecil yang bisa dihitung secara kasat mata dari
bakteri, selain itu koloni adalah representasi dari bakteri yang melakukan
pembelahan dan berkumpul di suatu tempat. mendapatkan koloni mikroba dapat
dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya dengan menggunakan metode
cawan tuang dan cawan sebar. Setelah didapatkan koloni yang tumbuh pada suatu
media agar, kemudian kita juga dapat mengetahui jumlah koloni bakteri yang
tumbuh setelah proses inkubasi selama 24 jam (Pelczar, 1986).
Metode yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu metode cawan sebar
dan cawan tuang. Metode ini dianggap lebih baik, dan akurat bila dibandingkan
dengan menghitung jumlah bakteri secara langsung menggunakan mikroskop
karena metode hitungan cawan hanya menghitung jumlah bakteri yang hidup dan
yang membentuk koloni saja, sedangkan yang mati tidak ikut terhitung. Selain itu
metode ini lebih mudah dan praktis. Kelemahannya yakni membutuhkan banyak
bahan, media yang digunakan adalah media SWC (Sea Water Complete) yang
digunakan untuk sampel bakteri dengan kode NP5.
Metode cawan sebar (spread plate) sebar, 0.1 ml suspensi bakteri yang telah
diencerkan disebar pada media penyubur steril yang telah disiapkan. Selanjutnya,
suspensi dalam cawan diratakan dengan batang penyebari agar koloni tumbuh
merata pada media dalam cawan tersebut, kemudian diletakkan dalam inkubator
(370 C) selama 24 jam. Metode ini cukup sulit terutama saat meratakan suspensi
dengan batang penyebar. Oleh karena itu, batang penyebar harus benar-benar
steril, yaitu dengan mencelupkannya terlebih dahulu dalam alkohol kemudian
dipanaskan dengan api bunsen. Batang penyebar yang masih panas akibat
pemanasan dengan api bunsen, dapat merusak media agar, sehingga harus
didinginkan terlebih dahulu dengan meletakkannya di sekitar api bunsen
Dengan metode ini, satu sel bakteri akan tumbuh dan berkembang menjadi
satu koloni bakteri. Satu koloni bakteri yang terpisah dengan koloni lainnya dapat
diamati tipe pertumbuhan pada masing-masing media, diantaranya dilakukan
terhadap konsistensi, bentuk koloni, warna koloni dan permukaan koloni
(Riesama, 2010).
Jumlah sel bakteri yang terdapat dalam sampel dapat ditentukan dengan
rumus sebagai berikut.

∑sel = ∑koloni x x

Satuan untuk ∑sel adalah CFU/mL yang mana CFU merupakan colony
forming units per mL. Semakin besar pengenceran, maka jumlah koloni semakin
kecil sehingga jumlah mikroorganisme dapat dihitung. Fp merupakan faktor
pengenceran sedangkan ∑inokulan merupakan larutan pengencer yang diambil
untuk diinokulasikan. Pada percobaan volume inokulan yang digunakan sebesar
0,1 mL. Jumlah bakteri pada percobaan baik cawan sebar maupun cawan tuang
tidak dapat dihitung, karena tidak memenuhi persyaratan statistik
Kelemahan utama metode hitungan cawan adalah keselektifannya. Kondisi
pertumbuhan bakteri, termasuk komposisi media yang digunakan, waktu inkubasi,
suhu, dan pH sangat menentukan jenis bakteri yang dapat tumbuh dari seluruh
populasi yang ada. Tidak ada satu kondisi yang universal untuk membuat seluruh
mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik. Kekurangan tersebut dapat menjadi
suatu keunggulan jika ingin menghitung populasi mikroorganisme spesifik.
(Harmita 2006).
Penggunaan metode hitungan cawan pada dunia akuakultur antara lain
sebagai kontrol dalam evaluasi bakteri patogen dan bakteri probiotik pada
lingkungan budidaya (tambak udang) dengan mengetahui jumlah bakteri patogen
dan bakteri probiotik sebagai pesaing alami untuk bakteri patogen, selaku
managemen budidaya mampu membuat keputusan untuk kelangsungan organisme
inang.
Hal tersebut seperti disebutkan oleh Widanarni et al (2008), bahwa Isolat
probiotik 1Ub, SKT-b, dan Ua efektif menghambat pertumbuhan V. Harveyi serta
secara signifikan dapat meningkatkan kelangsungan hidup larva udang windu.
Peningkatan kelangsungan larva udang tersebut terjadi karena adanya
penghambatan pertumbuhan V. harveyi oleh bakteri probiotik yang kemungkinan
melalui kompetisi tempat pelekatan atau sumber nutrisi.
Hasil pengamatan jumlah koloni bakteri yang ditunjukkan pada tabel diatas
untuk kelompok IX media semua terkontaminasi sehingga tidak dapat dihitung
dan diestimasikan kepadatan bakterinya. Suatu biakan dikatakan kontaminasi
apabila terdapat bakteri lain, selain isolat atau biakan murni yang telah
diidentifikasi. Kontaminasi dapat terjadi karena adanya prosedur yang tidak
aseptis, sehingga masuknya bakteri kontaminan kedalam media.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Penghitungan bakteri yang dilakukan pada praktikum ini adalah metode
hitungan cawan. Kelebihan dari metode ini adalah mudah dan praktis. Dengan
praktikum ini praktikan mampu mengetahui garis besar penghitungan bakteri
dengan metode cawan.

4.2 Saran
Mohon untuk dibiasakan tidak menggunakan kode bakteri. Lebih baik
langsung menggunakan nama bakteri tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Harmita. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati. Jakarta: Kedokteran EGC. Ed. ke-3.
Irianto K. 2007. Mikrobiologi. Bandung: Yrama Widya.
Waluyo Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang:
UMM Press.
_________ 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Widanarni, Ayuzar. E. dan Sukenda. 2008. Mekanisme Penghambatan Bakteri
Probiotik terhadap Pertumbuhan Vibrio harveyi pada larva udang Windu
(Penaeus monodon). Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 179–188 (2008).

Anda mungkin juga menyukai