Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BAHASA INDONESIA

MENINGKATKAN MINAT MASYARAKAT TERHADAP KONSUMSI


SINGKONG

oleh :
Nama : Zeino Heka Widhi Raharjo
NIM : H0818112

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pangan merupakan kebuutuhan utama bagi manusia. Diantara
kebutuhan yang lainnya, pangan merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi agar kelangsungan hidup seseorang dapat terjamin. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang yang dari dulu hingga sekarang
masih terkenal dengan mata pencaharian penduduknya sebagai petani atau
bercocok tanam. Luas lahan pertaniannyapun tidak diragukan lagi. Namun
saat ini Indonesia justru menghadapi masalah yang serius dalam bidang
pangan dimana yang menjadi kebutuhan pokok semua orang.
Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan pangan pokok
setelah beras dan jagung. Singkong banyak tumbuh didaerah kalangan
masyarakat desa. Singkong juga banyak di manfaatkan oleh masyarakat
sebagai sayuran dan umbinya dapat dijadikan sebagai bahan makanan.
Singkong juga merupakan bahan makanan yang cukup penting sebagai
sumber asupan karbohidrat.
Namun saat ini minat masyarakat terhadap singkong sudah mulai
turun. Masyarakat menganggap bahwa singkong merupakan makanan
yang di anggap kurang bergengsi dan cenderung kuno. Hal tersebut
dikarenakan singkong identik dengan makanan masyarakat desa.
Pada zaman dahulu singkong sempat dijadikan makanan pokok
masyarakat Indonesia sebelum nasi. Orang zaman dahulu mengolah
singkong menjadi berbagai macam makanan untuk dikonsumsi sebagai
makanan pokok. Namun saat ini makanan tersebut sudah banyak
ditinggalkan terutama oleh kalangan muda. Bahkan tidak jarang mereka
tidak pernah merasakan makanan tersebut. Hal itu disebabkan karena
semakin berkembangnya zaman dimana semakin banyak makanan –
makanan barat yang masuk ke dalam negara Indonesia. Hal itu
menyebabkan minat kalangan muda untuk mengkonsumsi makanan
tradisional terutama singkong menurun.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas. Dapat diketahui rumusan masalah dari
makalah ini yaitu :
a. Apakah yang membuat minat masyarakat terhadap singkong menurun?
b. Bagaimana cara meningkatkan minat masyarakat terhadap singkong?
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas. Dapat diketahui tujuan dari makalah
ini yaitu :
a. Untuk mengetahui apa yang membuat minat masyarakat terhadap
singkong menurun.
b. Untuk mengetahui cara meningkatkan minat masyarakat terhadap
singkong.

II. PEMBAHASAN
1. Sejarah
Singkong atau cassava (Manihot esculenta) pertama kali dikenal di
Amerika Selatan yang dikembangkan di Brasil dan Paraguay pada masa
prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan
pokok penduduk asli Amerika Selatan bagian utara, selatan Mesoamerika,
dan Karibia sebelum Columbus datang ke Benua Amerika. Ketika bangsa
Spanyol menaklukan daerah-daerah itu, budidaya tanaman singkong pun
dilanjutkan oleh kolonial Portugis dan Spanyol. Di Indonesia, singkong
dari Brasil diperkenalkan oleh orang Portugis pada abad ke-16.
Selanjutnya singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia
sekitar tahun 1810. Kini, saat sejarah tersebut terabaikan, singkong
menjadi bahan makanan yang merakyat dan tersebar di seluruh pelosok
Indonesia.
Sektor pertanian terdir dari bebrapa subsektor. Salah satu subsektor
yang memberi kontribusi penting adalah tanaman pangan karena perannya
mencapai swasembada pangan melalui program diversivikasi pangan.
Nilai tanaman pangan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,
rata – rata peningkatan nilai tanaman pangan setiap tahunnya sebesar
16,08 %. Salah satu komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan
dan mempunyai potensi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah
singkong. Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir utama
singkong di dunia. Indonesia termasuk dalam lima besar negara produsen
singkong selama tahun 2004 Hingga data akhir tahun 2013. Singkong
merupakan slaah satu bahan pangan pengganti neras yang cukup penting
perannya dalam menopang ketahanan pangan suatu wilayah. Selain
sebagai bahan makanan singkong juga dapat digunakan sebagai bahan
baku industri dan pakan ternan. Singkong mengandung air sekitar 60%,
pati 25% - 35% , serta protein mineral serat kalsium fosfat (Pramesti et al,
2017 ).
2. Keunggulan Singkong
Singkong merupakan sumber mineral yang penting bagi tubuh,
antara lain seng, magnesium, tembaga, besi, dan mangan. Selain itu,
singkong memiliki jumlah kalium yang cukup sebagai komponen penting
pembentukan sel tubuh dan mengatur tekanan darah. Sebuah penelitian
seperti dilansir Affleap menunjukkan manfaat singkong sebagai penurun
kadar kolesterol jahat dalam darah. Tidak hanya itu, singkong juga dapat
menurunkan kadar trigliserida dan menjadi sumber serat yang bagus. Tak
heran jika singkong dapat menurunkan risiko penyakit jantung, stroke,
kanker usus besar dan membantu mengendalikan diabetes. Dengan
catatan, singkong diolah dengan cara kukus atau rebus.
Singkong memiliki banyak keunggulan karena semua bagian
tanaman singkong mempunyai manfaat dalam kehidupan sehari – hari.
beberapa manfaat singkong natara lain : pada bagian pucuk serta daunnya
yang masih muda dan lunak mengandung protein lemak karbohidrat
vitamin A dan B1 yang dapat dipergunakan sebagai makanan ternak ( sapi,
kambing, ulat sutra, dan lain-lain ) setelah layu. Jika telah direbus dan
diurap akan menjadi sayuran yang lezat dan nikmat. Daun ketela pohon
atau singkong yang baru dipetik mengandung asam hidrocyan atau HCN
sehingga beracun karena itu sebelum dikonsumsi daun ketela pohon atau
singkong harus dilayukan terlebih dahulu atau direndam untuk mengurangi
kadar racun HCN nya. Batangnya dapat digunakan untuk bibit atau kalau
sudah kering bisa digunakan sebagai kayu bakar. Akarnya dapat tumbuh
menjadi umbi yang dapat diolah menjadi geplek atau berbagai makanan
olahan lainnya ( Muntoha et al, 2015).
Singkong kaya akan vitamin K yang memiliki peran dalam
membangun masa tulang. Sehingga konsumsi singkong dapat menurunkan
risiko osteoporosis. Selain itu, vitamin K akan melindungi dan berperan
penting dalam pengobatan pasien Alzheimer dengan membatasi kerusakan
saraf di otak. Umbi yang lezat ini merupakan sumber dari vitamin B
kompleks dan kelompok vitamin seperti folates, thiamin, piridoksin
(vitamin B-6), riboflavin, dan asam pantotenat. Riboflavin berperan dalam
pertumbuhan tubuh dan memproduksi sel darah merah untuk mengurangi
anemia (Bagurmono, 2013).
3. Minat Masyarakat Terhadap Singkong Menurun
Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya menjadikan
beras sebagai makanan pokok sehari – hari. Hal itu menyebabkan
masyarakat Indonesia memiliki pandangan bahwa mereka merasa belum
makan apabila belum mengkonsumsi nasi. Kebanyakan masyarakat
Indonesia mengkonsumsi nasi sebanyak tiga kali sehari. Padahal
sebenarnya bukan hanya beras yang dapat dijadikan sebagai makanan
pokok sehari – hari seperti singkong, jagung dan masih banyak lagi. Pada
tahun 1950-an singkong dijadikan makanan pokok masyarakat Indonesia.
Namun saat ini minat masyarakat terhadap singkong sangat rendah. Hal itu
dikarenakan anggapan mereka bahwa singkong merupakan makanan yang
kuno dan identik dengan masyarakat desa.
Bahkan di desa pun singkong sudah tidak lagi dikonsumsi sebagai
bahan makanan pokok, masyarakat di desa lama kelamaan beralih
mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok sehari – hari.
Singkong sering disebut-sebut sebagai bahan makanan ndesa atau berasal
dari kampung. Meski saat ini beraneka ragam usaha makanan yang
berbahan dasar singkong mulai menjamur, namun rata-rata usaha tersebut
masih bermotivasi untuk “mengangkat derajat” singkong supaya lebih
bergengsi. Artinya, singkong masih dianggap sebagai bahan makanan
rendahan.
Namun di desa singkong masih di konsumsi meskipun dalam taraf
yang sedikit dan sudah diolah menjadi berbagai inovasi makanan baru.
Meskipun ada juga masyarakat yang menjadikan singkong sebagai bahan
makanan pengganti beras ketika beras mengalami kenaikan harga, namun
dalam taraf yang sangat kecil. Karena daya tarik singkong sebagai bahan
pokok makanan mulai menurun maka masyarakat juga mulai mengurangi
penanaman singkong dan mereka lebih memilih untuk menanam padi
karena hasil penjualannya lebih menjanjikan.
4. Cara meningkatkan minat masyarakat terhadap singkong.
untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap singkong maka
perlu adanya inovasi – inovasi baru terhadap olahan singkong. Terutama
untuk meningkatkan minat generasi muda terhadap makanan berbahan
singkong yang sudah mulai di tinggalkan dan kalah dengan makanan yang
berasal dari luar. Hal itu bisa dilakukan dengan mengolah singkong untuk
di inovasi menjadi makanan makanan modern. Selama ini singkong
umumnya hanya diolah menjadi kripik, ketimus, opak, singkong goreng
ataupun singkong rebus. Untuk meningkatkan nilai tambah singkong,
beberapa inovasi kuliner berbahan singkong mulai di kembangkan.
Diantaranya adalah dengan di olah menjadi gethuk kethek, criping
singkong presto, singkong keju, dan lain – lain. Salah satu makanan olahan
singkong yang cukup dikenal adalah gethuk kethek.
Getuk tradisional yang dikelola Mbah Suwarni ini dikemas dengan
label “Getuk Satu Rasa”, namun lebih dikenal dengan nama getuk kethek
(getuk monyet). Hal itu karena Mbah Suwarni kebetulan memelihara
seekor kethek (monyet) yang dikandangkan di halaman depan rumahnya.
Gethuk kethek yang rasanya gurih dan teksturnya lembut ini merupakan
perpaduan yang pas dari singkong, kelapa parut, gula pasir dan garam.
Getuk ini diproses tanpa menggunakan bahan pengawet, tanpa zat pewarna
maupun zat kimia lainnya. Karena tanpa bahan pengawet getuk ini hanya
tahan sekitar 6 jam.
Olahan singkong yang lain adalah klenyem. Klenyem atau disebut
lempok adalah salah satu jenis makanan tradisonal yang berasal dari
jepara. Klenyem terbuat dari singkong yang diparut kemudian diperas
kemudian dibentuk gepeng dan oval didalamnya diisi gula. Inovasi dari
klenyem adalah rasanya. Agar rasanya lebih menarik klenyem
dikombinasikan dengan rasa lain misalnya dengan keju,coklat, selai atau
dengan ayam suwir. Jadi tidak harus gula jawa yang dijadikan sebagai
bahan di dalam klenyem singkong.
Singkong dapat menjadi sumber bioethanol. Bioethanol dapat
diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung pati atau
karbohidrat, seperti singkong, dengan melalui proses konversi karbohidrat
menjadi gula (glukosa) larut air. Tepung singkong yang diolah melalui
proses liquifikasi, sakarifikasi, fermentasi dan distilasi (penyulingan) akan
menghasilkan cairan yang mengandung alkohol/ethanol berkadar rendah
antara 7-10%. Kemudian alkohol/ethanol tersebut diproses pemurnian
dengan alat dehidrator. Hasil akhirnya berupa ethanol berkadar 99,6-
99,8% sehingga dapat dikategorikan sebagai Full Grade Ethanol (FGE)
yang sesuai standar Pertamina.
Secara umum ethanol biasa digunakan sebagai bahan baku industri
turunan alkohol, campuran untuk minuman keras, bahan dasar industri
farmasi, kosmetika dan kini sebagai campuran bahan bakar untuk
kendaraan bermotor. Di Indonesia inovasi ini telah dilakukan oleh Balai
Besar Teknologi Pati Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lampung
sejak tahun 1980. Sedangkan di luar negeri sejumlah negara pengimpor
minyak mentah mulai sibuk mengembangkan bio energi dari singkong
untuk mengurangi konsumsi minyak bumi yang persediaannya semakin
sedikit.
Di daerah Boyolali juga ada inovasi singkong. Kreativitas pelaku
usaha mikro kecil menengah (UMKM) Kabupaten Boyolali
mengembangkan singkong penghasil tepung atau mocaf mengandung
betakarotin. Pengembangan ini dilakukan dengan kerjasama Balai
Penelitian Teknologi Bahan Alam LIP Gunung Kidul dengan akademisi
serta petani melalui Yayasan Pmeberdayaan Masyarakat dan UMKM
Mekar Sari Boyolali. Untuk bahan mocaf kaya beta karoten saat ini sudah
dikembangkan oleh petani Desa Singosari, Kecamatan Mojosongo dengan
varietas bokor. Produksinya mencapai 15 kg/batang.
Dengan inovasi tersebut akan meningkatkan nilai jual dan minat
masyarakat terhadap singkong. Meskipun bukan menjadikan singkong
sebagai bahan makanan pokok namun setidaknya bisa meningksatkan
minat masyarakat terhadap singkong.
III. PENUTUP

1. Kesimpulan
Minat masyarakat terhadap makanan tradisional sudah mulai menurun
terutama terhadap singkong. Mereka menganggap singkong sebagai makanan
yang kuno dan identik dengan makanan orang desa. Mereka lebih memilih
makanan yang berasal dari luar. Padahal singkong pernah menjadi makanan
pokok masyarakat Indonesia pada tahun 1950 an. Oleh karena itu untuk
meningkatkan minat masyarakat terutama generasi muda terhadap singkong
maka perlu adanya inovasi atau memodernkan makanan yang berbahan dasar
dari singkong. Dengan hal itu maka minat masyarakat terutama generasi
muda akan mulai meningkat terhadap makanan singkong.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk meningkatkan minat masyarakat
dalam mengkonsumsi singkong yaitu dengan kemauan masyarakat untuk
mengusahakan dan mengembangkan inovasi dari bahan pokok singkong
menjadi produk olahan yang lebih digemari oleh semua kalangan masyarakat.
Selain itu, pemerintah sebaiknya memberi bantuan modal dan perhatian
kepada pengusaha makanan terutama yang berbahan dasar singkong supaya
produk yang diolah mampu bervariasi dan bercita rasa tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Pramesti, Surya Fahrisa, dkk. 2017. Analisis Daya Saing Ubi Kayu Indonesia
di Pasar Internasional. Jurnal SEPA. Vol 14 (1) : 1-7
Muntoha dkk. 2015. Pelatihan Pemanfaatan dan Pengolahan Singkong
Menjadi Makanan Ringan Tela Rasa. Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan. Vol 4 (3) : 188-193
Bargumono, Suyadi Wongsowijaya. 2013. 9 Umbi Utama Sebagai Pangan
Alternatif Nasional. Yogyakarta : Leutikaprio

Anda mungkin juga menyukai