Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dimana telah
memberikan rahmat dan karuniaNya serta kesehatan kepada saya, sehingga mampu menyelesaikan
tugas Rekaya Ide. Tugas ini dikerjakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah saya yaitu
Matematika Diskrit.
Tugas Rekayasa Ide ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kita semua. Saya menyadari bahwa tugas Rekayasa Ide ini masih jauh dari kesempurnaan, Apabila
dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, saya mohon maaf. Karena itu saya
sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna
menyempurnakan tugas ini. Saya berharap semoga tugas Rekayasa Ide ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan bagi saya khususnya, Atas perhatiannya saya mengucapkan terimakasih.

Medan, September 2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1

DAFTAR ISI....................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ........................................................................................ 3
2. Tujuan ..................................................................................................... 3
3. Rumusan Masalah ................................................................................... 3

BAB II ALTERNATIF YANG SUDAH ADA .................................................. 4

BAB III IDE BARU............................................................................................ 9

BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan .............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Matematika Diskrit adalah sarana yang mutlak diperlukan dalam suatu kegiatan
ilmiah (Suriasumantri, 1999:167).Bahasa merupakan alat komunikasi, logika merupakan
pola berpikir, matematika berperan dalam pola pikir deduktif, dan statistika berperan dalam
pola pikir induktif.Matematika diskrit adalah bahasa yang sangat simbolis (Kline dalam
Suriasumantri, 1983:174-184).Matematika diskrit menjembatani antara manusia dan alam,
antara dunia batin dan dunia lahir. Matematika diskrit adalah alat pikiran, bahasa ilmu, tata
cara pengetahuan, dan penyimpulan deduktif.
Pada tahun-tahun terakhir ini, lebih banyak prosedur matematika yang rumit
digunakan dalam berbagai cabang ilmu, seperti ilmu kimia, ilmu fisika, ilmu ekonomi, ilmu
kedokteran, serta dalam jumlah yang semakin meningkat.Oleh karena itu, topik ini sangat
membantu siswa untuk meningkatkan berpikir secara kreatif dan dapat meningkatkan daya
nalar siswa, serta dapat juga diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan sehari-
hari.Disini guru berperan penting dan harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan
kreativitas, keaktifan, dan keterampilan siswa dalam melakukan penalaran secara logis dan
kritis.

2. Rumusan Masalah
Apakah struktur dasar objek diskrit bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?

3. Tujuan
Mengetahui apa-apa aja struktur dasar objek diskrit yang bias diterapkan dalam sehari-hari

3
BAB II
ALTERNATIF YANG SUDAH ADA

1. Negasi (Ingkaran)
Negasi adalah ingkaran suatu pernyataan yang bernilai benar jika pernyataan yang
semula bernilai salah, dan sebaliknya ingkaran suatu pernyataan yang bernilai salah jika
pernyataan yang semula bernilai benar. Membuat sebuah ingkaran suatu pernyataan dapat
dengan menambahkan kalimat “bukan”, “tidak”, atau “tidak benar bahwa” di depan
pernyataan aslinya, namun tidak untuk pernyataan-pernyataan tertentu.
Contoh:
a. Jika p = Jakarta Ibu Kota RI (B)
Maka, ̴ p = Tidak benar bahwa Jakarta Ibu Kota RI (S)atau
̴ p = Jakarta bukan Ibu Kota RI (S)
b. Jika q = 3 + 4 > 8 (S)
Maka, ̴ q = Tidak benar bahwa 3 + 4 > 8 (B) atau
̴ q = 2 + 3 < 8 (B)
2. Konjungsi (dan)
Konjungsi adalah dua buah pernyataan majemuk yang dihubungkan dengan “dan”
serta diberi symbol “Λ”.Jika suatu pernyataan yang pertama bernilai benar, maka
pernyataan yang kedua juga benar.Dan sebaliknya, jika pernyataan yang pertama bernilai
salah, maka pernyataan yang kedua bernilai salah.
Contoh:
a. Jika r = Sholihuddin mahasiswa STKIP Sidoarjo
s = Sholihuddin mahasiswa Prodi Matematika
Maka, r Λ s = Sholihuddin mahasiswa STKIP Sidoarjo dan Prodi Matematika
b. Jika x = Sholihuddin mahasiswa STKIP Sidoarjo
c. y = Nanang mahasiswa UIN Surabaya

Maka, x Λ y = Sholihuddin mahasiswa STKIP Sidoarjo dan Nanang mahasiswa


UIN Surabaya

Berdasarkan contoh pernyataan diatas, maka dapat dibuat sebuah tabel


kebenaranuntuk konjungsi, yaitu :

4
p q pΛq
B B B
B S S
S B S
S S S

3. Disjungsi (atau)
Disjungsi adalah suatu pernyataan yang dihubungkan dengan “atau” yang akan
bernilai salah hanya jika komponen-komponennya, yaitu baik pernyataan pertama maupun
pernyataan kedua, keduanya bernilai salah, dan yang selain itu akan bernilai benar.
Berdasarkan pengertian diatas, dua buah pernyataan yang dihubungkan dengan
“atau” yang merupakan disjungsi dari kedua pernyataan semula, yaitu
 Disjungsi inklusif yang diberi symbol “V” dan akan bernilai benar jika paling
sedikit komponennya bernilai benar
 Disjungsi eksklusif yang diberi symbol “V” dan akan bernilai benar jika hanya
salah satu komponennya bernilai benar
Contoh:
a. Jika r = Aku tinggal di Indonesia
s = Aku belajar matematika sejak SMP
Maka, r V s = Aku tinggal di Indonesia atau belajar matematika sejak SMP
Pernyataan r V s akan bernilai benar jika “Aku benar-benar tinggal di Indonesia
atau Aku benar-benar belajar matematika sejak SMP.
b. Jika r = Fahmi lahir di Surabaya
s = Fahmi lahir di Bandung
Maka, r V s = Fahmi lahir di Surabaya atau Bandung
Pernyataan r V s akan bernilai benar jika “Fahmi benar-benar lahir di salah satu
kota, yaitu Surabaya atau Bandung, dan tidak di kedua tempat itu”.

Berdasarkan pengertian dan contoh diatas, maka dapat dibuat sebuah tabel
kebenaranuntuk disjungsi, yaitu

 disjungsi inklusif

p q pΛq
B B S
B S B
S B B

5
S S S

 disjungsi eksklusif

p q pΛq
B B B
B S B
S B B
S S S

4. Kondisional (Implikasi atau Pernyataan Bersyarat)


Kondisional (implikasi) adalah pernyataan dalam matematika yang berbentuk “jika
p maka p” dan diberi simbol “=>”. Pernyataan p => q, p disebuthepotesa (anteseden) dan
q disebut konklusi(konsejuen) serta dapat dibaca sebagai:
 Jika p maka p
 p berimplikasi q
 p hanya jika q
 q jika p
 q asal saja p

Implikasi p => q bernilai benar jika anteseden salah atau konsekuen benar

Contoh:

a. Jika p = Burung mempunyai sayap (B)


q = 2 + 3 = 5 (B)
Maka, p => q = Jika burung mempunya sayap, maka 2 + 3 = 5 (B)
b. Jika r = x bilangan cacah (B)
s = x bilangan bulat positif (S)
Maka, r => s = Jika x bilangan cacah, maka x bilangan bulat positif (S)

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dibuat sebuah tabel kebenaranuntuk


implikasi, yaitu:

6
p q p≥q
 B B B
B S S
S B B
S S B

5. Konvers, Invers dan Kontraposisi


Suatu pernyataan bernilai benar “jika hari hujan, Andi memakai jas hujan”, maka
itu tidak berarti bahwa “Andi memakai jas hujan jika hari hujan” juga bernilai benar, sebab
mungkin saja “Andi memakai jas hujan walapun hari tidak hujan”. Demikian pula dengan
pernyataan “jika hari tidak hujan, Andi tidak memakai jas hujan” belum tentu bernilai
benar, sedangkan pernyataan “jika Andi tidak memakai jas hujan, hari tidak hujan” akan
bernilai benar. Maka : a. Konvers dari implikasi p => q adalah q => p
o Invers dari implikasi p => q adalah ̴ p => ̴ q
o Kontraposisi dari implikasi p => q adalah ̴ q => ̴ p

Sehingga, hubungan antara implikasi, konvers, invers, dan kontraposisi dapat


ditunjukkan dengan skema berikut ini:

q => p Konvers q => p

Invers Kontraposisi Kontraposisi Invers

̴q =>̴p Konvers ̴ q =>̴p

6. Bikondisional (Biimplikasi atau Pernyataan Bersyarat Ganda)


Bikondisional (biimplikasi) adalah suatu pernyataan matematika yang berbentuk
“p jika dan hanya jika q” dan diberi simbol “ö” juga disebut sebagai
pernyataan biimplikatif.
“p jika dan hanya jika q” berarti “jika p maka q dan jika q maka p”, sehingga “p
adalah syarat perlu dan cukup bagi q”.
Pernyataan bikondisional bernilai benar hanya jika komponen-komponennya
bernilai benar.
Contoh:
a. Jika p = 2 adalah bilangan genap (B)
q = 3 adalah bilangan ganjil (B)

7
Maka, p ö q = 2 adalah bilangan genap jika dan hanya jika 3 adalah bilangan
ganjil (B)

b. Jika r = 2 + 2 ≠ 5 (B)
s = 4 + 4 < 8 (S)
Maka, r ö s = 2 + 2 ≠ 5 jika dan hanya jika 4 + 4 < 8 (S)

8
BAB III
IDE BARU
1. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan kualitatif merupakan desain yang sangat
alamiah,dalam arti penelitian ini tidak berusaha memanipulasi setting penelitian,melainkan
studi terhadap suatu fenomena.
Alasan menggunakan metode penelitian kualitatif adalah berdasarkan pendapat
Alsa (2003) yaitu penelitian kualitatif umumnya dipakai apabila peneliti tertarik untuk
memahami suatu permasalahan.
Data yang muncul dalam penelitian kualitatif ini berbentuk angka, dan bukan
rangkaian kata-kata. Cara-cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah
dengan memberikan soal kepada mahasiswa dan menjawab soal tersebut.

2. Pembahasan
Setelah melakukan penelitian,maka menerima hasil megenai logika pada
kehidupan sehari-hari yang sering kita temukan. Operasi ini ternyata dapat disajikan dalam
bentuk kita pakai untuk konsep ini. Misalnya untuk menjawab permasalahn berikut yang
merupakan bentuk pengaplikasiannya untuk menyelesaikan dengan mudah dan logis.
Pada kajian pustaka sudah jelas kita dapat melihat dari contoh-contoh yang
diberikan tentang logika matematika dan keterkaitan pernyataan tersebut pada kehidupan
sehari-hari, jadi seluruh pernyataan tentang logika matematika tersebut dapat dibuktikan
dalam pernyataan yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari.Dan bila dihubungkan
dengan table kebenaran pun pernyataan tersebut tetap sesuai dengan ketetapan yang ada
pada logika matematika dan juga keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari.Kelebihan
dari ini adalah dapat membantu kita menyelesaikan soal logika matematika yang
dinyatakan dalam pernyataan biasa dan bukan dengan symbol huruf.Kekurangannya
adalah sulit unuk mengubah soal yang dalam bentuk pernyataan menjadi symbol jika
melibatkan banyak pernyataan.memangg sagat banyak contoh logoika mata matematika
dalam kehideupqan sehari hari akan tetapi di dalam pembahasan ini akan di bahas
bagaimana cara menentukan nilai keb enran itu dengan mudah
1. 1 jika pake dan berarti berarti kita misalakan jelana dan baju maka jika pake
baju dan jelana adalah benar,jikia pake jelana tidak pake baju adalah salah,jika
tidak pake baju dan pake jelana adalah salah,berarti pemakean dan benar jika
keduanya benar atau q dan p benar jika tidak maka salah
2. pemakean atau ini kita misalakan ada 2 barang harus dipilih maka jika hanya
bernilai tidak dipilih duanya adalah salah atau p (s) dan q (s) berarti salah
selain dari pernyataan itu semua benar.

9
3. pemakean maka kita misalkan ini adalah pemberian hadia jika si anak juara
maka si ibu memberi hadiah dari pernyataan ini berarti jika di P salah terlebih
dahulu adalah salah maka selain itu semua benar.

10
BAB IV

PENUTUP

1. Kesimpulan
Matematika diskrit adalah sesuatu yang berhubungan dengan metode berpikir
yang merupakan suatu pernyataan yang tidak dapat dibantah bahwa logika, penalaran dan
argumentasi sering sekali ditemukan bahkan digunakan dalam kehidupan sehari-hari
secara nyata
Tiga teori yang berkaitan dengan kriteria kebenaran ini., yaitu teori korespondensi,
teori koherensi, dan teori pragmatis. Namun, sebagian buku hanya membicarakan dua teori
saja, yaitu yaitu teori korespondensi (suatu kalimat akan bernilai benar jika pernyataan
yang terkandung di kalimat tersebut sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya) dan teori
koherensi (suatu kalimat akan bernilai benar jika pernyataan yang terkandung di dalam
kalimat itu bersifat koheren, konsisten, dan tidak bertentangan dengan pernyataan-
pernyataan sebelumnya yang dianggap benar). Sehingga, jawaban dari pernyataan p dan q
sama-sama bernilai benar, namun dengan alasan yang berbeda.

11
DAFTAR PUSTAKA

Seputro, Theresia M.H. Tirta. 1989. Pengantar Dasar Matematika (Matematika Diskrit). Jakarta:
Ikip Surabaya.

Suyitno, Hadi. 2008. Hubungan Antara Bahasa Dengan Logika dan Matematika Menurut
Pemikiran Wittenstein, (Online), Volume 20, (http://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-
humaniora/article/view/971/764, diakses 26 Januari 2015

12

Anda mungkin juga menyukai