ABSTRAK
Seleksi dilaksanakan dengan maksud untuk mendapatkan kemajuan genetik pada generasi selanjutnya
dan memperoleh populasi ternak yang lebih seragam. Sampai saat ini belum pernah dilakukan seleksi secara
sistematis dan terencana baik pada ternak kerbau di Indonesia. Seleksi pada kerbau Indonesia sebenarnya
akan mudah dilakukan karena adanya variasi individu yang sangat besar. Penerapan metode seleksi pada
ternak kerbau dapat dilakukan dengan cara seperti yang biasa dikerjakan pada sapi potong atau sapi perah.
Namun demikian sebagaimana seleksi yang dilakukan pada sapi potong dan sapi perah, sistem rekording data
yang akurat dan pengumpulan data yang teratur dengan jumlah contoh yang mencukupi merupakan hal pokok
yang perlu dibangun dengan baik agar pengolahan dan analisis data yang dilakukan dapat menghasilkan
informasi yang dapat dipercaya. Sifat yang dipilih harus dibuat minimal karena tiap sifat yang disertakan
dalam seleksi akan mengurangi intensitas seleksi yang dimungkinkan untuk sifat lain. Beberapa kriteria
seleksi yang disarankan digunakan untuk kerbau meliputi angka reproduksi, kecepatan pertumbuhan atau
berat pada umur tertentu, kualitas karkas, kekuatan dan daya tahan kerja serta temperamen. True breeding
value dari ternak tidak dapat diketahui, yang dapat dilakukan adalah menghitung estimated breeding value
(EBV) berdasarkan petunjuk performans (nilai fenotipik) yang ada pada ternak itu sendiri, saudara, progeni
atau tetuanya. Kecermatan pendugaan EBV tersebut dipengaruhi oleh (1) jumlah catatan, (2) heritabilitas, (3)
ripitabilitas dan (4) hubungan silsilah/kekerabatan. Metode Best Linear Unbiased Prediction (BLUP) dapat
menghitung EBV dengan menggunakan data dari kelompok ternak yang berasal dari farm atau ranch yang
berbeda atau dari dekade yang berbeda.
79
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi
mutu genetik baik untuk dikembangbiakkan analisis data yang dilakukan dapat
lebih lanjut serta memilih ternak yang menghasilkan informasi yang dapat dipercaya.
dianggap kurang baik untuk disingkirkan dan
tidak dikembangbiakkan lebih lanjut.
Tindakan pemulia untuk menentukan ternak- PENGARUH SELEKSI TERHADAP
ternak mana yang boleh bereproduksi dan KEMAJUAN GENETIK
menghasilkan generasi selanjutnya dikatakan
sebagai seleksi buatan. Di samping seleksi Fungsi seleksi adalah mengubah frekuensi
buatan, secara simultan sebenarnya juga gen, di mana frekuensi gen-gen yang diingin-
bekerja seleksi alam, yaitu seleksi yang kan akan meningkat sedangkan frekuensi gen-
bekerja akibat pengaruh kekuatan-kekuatan gen yang tidak diinginkan akan menurun.
alam untuk menentukan ternak-ternak mana Perubahan frekuensi gen-gen ini tentunya
yang akan dapat bereproduksi selanjutnya. akan mengakibatkan rataan fenotipe dari
Seleksi alam didasarkan kepada daya adaptasi populasi terseleksi akan lebih baik dibanding-
ternak terhadap pengaruh lingkungan dan pada kan dari rataan fenotipe populasi sebelumnya.
umumnya mengakibatkan perubahan yang Perbedaan antara rataan performans dari
sangat lambat. ternak yang terseleksi dengan rataan
Seleksi buatan dilakukan pemulia performans populasi sebelum diadakannya
berdasarkan keunggulan yang dimiliki ternak seleksi disebut sebagai diferensial seleksi,
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang dinyatakan dengan rumus (BECKER,
manusia/pasar. Hal ini dilakukan untuk 1985; HARDJOSUBROTO,1994):
mempercepat perubahan mutu genetik ternak. S = XS - X
Ukuran mutu genetik ternak yang diperguna- di mana :
kan sebagai pegangan dalam melakukan S = diferensial seleksi
seleksi, salah satunya adalah Nilai Pemuliaan X = rataan fenotipe populasi
(Breeding Value) ternak yang bersangkutan. XS = rataan fenotipe sesudah adanya
Nilai Pemuliaan adalah penilaian dari mutu seleksi
genetik ternak untuk suatu sifat tertentu, yang
diberikan secara relatif atas dasar kedudukan- Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
nya di dalam populasinya (HARDJOSUBROTO, nilai diferensial seleksi, yaitu (1) pada seleksi
1994). untuk satu sifat, semakin sedikit ternak yang
Sampai saat ini belum pernah dilakukan dipilih semakin besar diferensial seleksinya;
seleksi secara sistematis dan terencana baik (2) diferensial seleksi dapat lebih besar pada
pada ternak kerbau di Indonesia. Seleksi pada kelompok ternak dengan jumlah yang besar,
kerbau Indonesia sebenarnya akan mudah sebab pada populasi yang besar akan semakin
dilakukan karena variasi individu kerbau di besar pula kemungkinan dijumpai ternak-
Indonesia sangat besar dalam hal konformasi ternak yang performansnya di atas atau di
bentuk tubuh, produksi daging, pertumbuhan, bawah rataan; (3) diferensial seleksi pada
temperamen dan produksi susu ternak jantan lebih tinggi daripada ternak
(HARDJOSUBROTO, 1994). Penerapan metode betina, karena ternak jantan memiliki potensi
seleksi pada ternak kerbau dapat dilakukan untuk menghasilkan lebih banyak keturunan
dengan cara seperti yang biasa dikerjakan dibandingkan ternak betina (NOOR, 1996).
pada sapi potong atau sapi perah. Dalam Tidak seluruhnya perbedaan performans
makalah ini akan dibahas metode seleksi diturunkan ke generasi selanjutnya, proporsi
berdasarkan nilai pemuliaan yang dapat dari diferensial seleksi yang dapat diwariskan
diterapkan pada kerbau seperti yang kepada generasi berikutnya adalah hanya yang
diterapkan pada sapi potong dan sapi perah. bersifat genetik saja, yaitu sebesar angka
Namun demikian sebagaimana seleksi yang pewarisannya (heritabilitas). Dengan demi-
dilakukan pada sapi potong dan sapi perah, kian besarnya diferensial seleksi yang
rekording data yang akurat dan pengumpulan diwariskan yang merupakan tanggapan seleksi
data yang teratur dengan jumlah contoh yang yang akan muncul pada generasi berikutnya
mencukupi merupakan hal pokok yang perlu adalah sebesar (HARDJOSUBROTO, 1994;
dibangun dengan baik agar pengolahan dan FALCONER dan MACKAY, 1996):
80
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi
81
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi
individu-individu yang mencapai tingkat dari semua sifat dari suatu individu ke dalam
minimal yang ditentukan untuk masing- suatu skor atau penilaian keseluruhan untuk
masing sifat dan semua individu di bawah digunakan sebagai dasar untuk memilih atau
tingkat yang ditentukan untuk setiap sifat akan menyisihkan ternak (Index Selection)
disisihkan dengan tidak memandang kelebihan (WARWICK et al., 1990; HARDJOSUBROTO,
pada sifat yang lain (Independent Culling 1994).
Levels); (3) menggabungkan semua informasi
82
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi
ternak itu sendiri atau pada saudaranya. adalah ramalan perbedaan antara performans
Dengan menggunakan petunjuk-petunjuk di kelak kemudian hari dari anak seekor
tersebut dapat diperkirakan true breeding pejantan bila dibandingkan dengan
value dari setiap ternak dan kemudian ternak- performans populasinya. Most Probable
ternak tersebut dapat diranking menurut Producing Ability (MPPA) atau Penduga
estimated breeding value (EBV). Dengan Kemampuan Berproduksi adalah suatu
meranking ternak menurut EBV maka pendugaan dari produksi ternak di masa
sebenarnya telah cenderung meranking ternak- mendatang yang didasarkan atas produksi
ternak tersebut menurut true breeding value. sekarang dan di masa yang lalu.
Lebih akurat perkiraan true breeding value
tersebut maka lebih akurat ranking yang telah
dibuat tersebut (NICHOLAS, 1987). Sumber informasi untuk menghitung Nilai
Rumus umum untuk menghitung perkiraan Pemuliaan
Nilai Pemuliaan dari sumber informasi tunggal
menurut BOURDON (1997) adalah : Dalam menduga Nilai Pemuliaan seekor
I = b.x ternak, ada empat macam sumber informasi
di mana : yang dapat dipergunakan, yaitu (1) fenotipe
I = nilai indeks (predicted individu itu sendiri; (2) fenotipe saudara
value) kolateral; (3) fenotipe anak keturunannya;
b = koefisien regresi dan (4) fenotipe tetuanya (HARDJOSUBROTO,
x = (PI - P) = deviasi dari 1994). Dengan rumus umum I = b.x,
rataan contemporary BOURDON (1997) memberikan contoh rumus
koefisien regresi yang dipakai untuk
Nilai indeks (I) adalah Nilai Pemuliaan menghitung Nilai Pemuliaan dari sumber
dugaan yang terdiri dari beberapa bentuk, informasi tunggal (catatan individu, catatan
biasanya berupa Estimated Breeding Value saudara kolateral dan catatan progeni) seperti
(EBV), Expected Progeny Difference (EPD) terlihat pada Tabel 2.
atau Most Probable Producing Ability Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat
(MPPA). Koefisien regresi (b) merupakan diambil contoh jika akan dihitung EBV
regresi dari true value (BV, PD atau PA) atas seekor induk sapi perah dari n catatan dirinya
evidence (fakta) yang mengukur perubahan sendiri, maka rumusnya adalah :
(expected) true value per unit perubahan
evidence. Nilai koefisien regresi tergantung I = b.x
pada sumber informasi catatan produksi dan nh 2
metode prediksi Nilai Pemuliaan. EBV = . (PI - P)
HARDJOSUBROTO (1994) memberikan 1 + (n − 1)r
pengertian dari istilah EBV, EPD dan MPPA. di mana :
Estimated Breeding Value (EBV) atau Nilai h2 = heritabilitas
Pemuliaan dugaan adalah hasil pendugaan dari r = ripitabilitas
Nilai Pemuliaan yang sesungguhnya yang PI = rataan catatan produksi ternak
dihitung berdasarkan atas performans individu yang sedang diduga
dan keluarga dekatnya dibandingkan dengan P = rataan produksi populasi
performans populasinya. Expected Progeny Demikian juga untuk pendugaan yang lain
Difference (EPD) atau Ramalan Beda Produksi
berlaku aturan seperti contoh di atas.
83
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi
Tabel 2. Contoh rumus koefisien regresi yang dipakai untuk menghitung nilai pemuliaan dari
sumber informasi tunggal dan kecermatannya
Pendugaan Sumber Koefisien regresi (b) Kecermatan
(I) informasi (x)
EBV Catatan tunggal h2 h
individu
EBV Rataan n catatan nh 2
dari individu nh 2
1 + (n − 1)r 1 + (n − 1)r
MPPA Rataan n catatan nr
dari individu
nr
1 + (n − 1)r 1 + (n − 1)r
EBV Rataan catatan mh 2
tunggal dari m
1 2
mh
half sib 4 + (m − 1)h 2 4
4 + (m − 1)h 2
EPD Rataan catatan 1
tunggal dari m mh 2
half sib 2
4 + (m − 1)h 2
EBV Rataan catatan
tunggal dari m
1 2
mh
full sib 2
2 + (m − 1)( h 2 + 2c FS
2
)
EBV Rataan catatan 2 ph 2
tunggal dari p
progeni 4 + ( p − 1)h 2
EPD Rataan catatan ph 2
tunggal dari p ph 2
progeni 4 + ( p − 1) h 2 4 + ( p − 1) h 2
EBV Rataan catatan
progeni tunggal
2lkh2 lkh2
dari l litter dari 4+(k −1)(2h2 +4cFS
2
) +(l −1)kh2 4 + (k − 1)(2h2 + 4cFS
2
) + (l − 1)kh2
sebanyak k anak
EBV Rataan n catatan 1 1
masing-masing ph 2 ph 2
dari p progeni 2 4
1 + ( n − 1) r h2 1 + ( n − 1) r h2
+ ( p − 1) + ( p − 1)
n 4 n 4
Sumber: BOURDON (1997)
84
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi
dengan kakek dan neneknya (grandparent) tersebut (KINGHORN, 1992). Sebagai contoh,
adalah 1/4, dengan buyut (grade seandainya dua ekor ternak mempunyai
grandparent) adalah 1/8 demikian EBV yang sama tetapi kecermatan EBV satu
seterusnya makin jauh makin rendah, yang ekor ternak lebih tinggi dibandingkan yang
mencerminkan sumbangan darah dari lain maka masih dianggap bahwa dua ekor
moyangnya tersebut. Dengan demikian ternak tersebut mempunyai genetik yang
contoh rumus Nilai Pemuliaan seekor ternak sama. Walaupun demikian, ada resiko yang
dengan menggunakan informasi dari induk lebih besar bahwa true breeding value dari
dan neneknya adalah (HARDJOSUBROTO, ternak dengan kecermatan EBV lebih rendah
1994): secara signifikan lebih rendah daripada yang
diharapkan/diperkirakan dibandingkan
NP = 1/2 h2 (PD - P) + 1/4 h2 (PN - P)
ternak satunya.
di mana :
Banyak faktor yang mempengaruhi
PN = performans neneknya
kecermatan pendugaan seperti terlihat pada
Kedua rumus pendugaan Nilai rumus dalam Tabel 2. Faktor-faktor tersebut
Pemuliaan dari informasi silsilah di atas sama dengan faktor yang mempengaruhi
ditulis dalam bentuk yang telah koefisien regresi yaitu (1) jumlah catatan,
disederhanakan. (2) heritabilitas, (3) ripitabilitas dan (4)
Kecermatan pendugaan nilai pemuliaan hubungan silsilah/kekerabatan. Pengaruh
(accuracy prediction) menunjukkan keempat faktor tersebut terhadap kecermatan
keterandalan (reliability) dari pendugaan pendugaan Nilai Pemuliaan dapat dilihat
tersebut, kecermatan tidak dapat dipakai dengan jelas pada Tabel 3.
untuk memperbaiki kebenaran pendugaan
Dari Tabel 3 terlihat bahwa makin tinggi kecermatan terlihat semakin lebih baik. Dapat
nilai heritabilitas maka kecermatan pendugaan dilihat pula bahwa jika heritabilitas tinggi,
makin meningkat, hal ini dikarenakan maka catatan performans individu merupakan
heritabilitas mengukur kekuatan hubungan di petunjuk yang baik dari Nilai Pemuliaannya
antara Nilai Pemuliaan dengan nilai fenotipe. karena memiliki kecermatan yang tinggi
Kecermatan pendugaan paling tinggi diperoleh (0,84). Catatan progeni merupakan sumber
dari penggunaan catatan individu, selanjutnya informasi yang sangat berharga karena
catatan progeni dan kemudian catatan half sib. dengan jumlah catatan yang cukup,
Hal ini berhubungan dengan proporsi gen yang kecermatan pendugaan Nilai Pemuliaan
dikandung dari sumber informasi untuk mampu melebihi kecermatan pendugaan
pendugaan. Semakin banyak jumlah catatan, dengan sumber informasi catatan performans
85
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi
86
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi
BLUP telah membuktikan sebagai metode umumnya lebih rumit model, lebih banyak
yang sangat berguna untuk menduga Nilai persamaan yang terlibat, dan lebih banyak
Pemuliaan (SCHNEEBERGER, 1992), dan lebih fasilitas komputer yang diperlukan
andal daripada pendekatan seleksi indeks (BOURDON, 1997). BLUP animal model saat
konvensional (NICHOLAS, 1987), dengan ini dipergunakan pada banyak negara untuk
kesalahan pendugaan sangat diminimalkan sejumlah spesies, termasuk sapi perah, sapi
(tidak bias) dengan korelasi antara yang potong, babi, kuda, domba dan ikan
diduga dengan penduganya maksimal (SCHNEEBERGER, 1992).
(HARDJOSUBROTO, 1994). Karena kemam- BOURDON (1997) telah membuat diagram
puannya untuk menghitung perbedaan genetik yang menggambarkan perbedaan pendugaan
di antara kelompok kontemporari dan dapat Nilai Pemuliaan dengan cara BLUP animal
menyediakan pendugaan genetik untuk banyak model dan Selection index sire model
ternak pada suatu waktu, maka BLUP adalah (Gambar 1). Dari diagram tersebut terlihat
metode yang disukai untuk evaluasi genetik bahwa BLUP animal model menggunakan
skala besar yaitu evaluasi genetik dari populasi informasi perfor-mans dari seluruh ternak
yang sangat besar, khususnya segala bangsa yang memiliki hubungan kekerabatan, tidak
(BOURDON, 1997). hanya half sib tetapi juga saudara sepupu
Ada beberapa tipe model BLUP, yaitu sire karena mereka mempunyai nenek bersama
model, sire-maternal grandsire model, animal (common granddam). Sementara itu,
model, repeat measure model, direct-maternal pendugaan Nilai Pemuliaan dengan
model, multiple-trait model. Perbedaan di menggunakan metode Selection index sire
antara model-model tersebut adalah pada model menggunakan kelompok bapak dengan
ternak yang menerima pendugaan genetik mengabaikan hubungan maternalnya.
(misalnya hanya bapak, semua tetua, atau Individu X dan Y terlihat tidak lebih sebagai
semua ternak), jumlah atau macam pendugaan half sib dan Y dan Z terlihat tidak mempunyai
yang dibuat dan kesukaran perhitungan. Pada hubungan.
Y Sire 1
Granddam
Dam
Z Sire 2 Grandsire 2
2. Selection index sire model
Grandsire 1
X
Sire 1
Y
Z Sire 2 Grandsire 2
Gambar 1. Diagram yang menggambarkan perbedaan pendugaan nilai pemuliaan dengan cara BLUP animal
model dan selection index sire model
87
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi
harus dibuat minimal karena tiap sifat yang FALCONER, D. S. and T. F. C. MACKAY. 1996.
disertakan dalam seleksi akan mengurangi Introduction to Quantitative Genetics. Fourth
intensitas seleksi yang dimungkinkan untuk Edition. Longman Group Ltd. England.
sifat lain. Beberapa kriteria seleksi yang HARDJOSUBROTO, W. 1994. Aplikasi Pemulia-
disarankan digunakan untuk kerbau meliputi biakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia
angka reproduksi, kecepatan pertumbuhan Widiasarana Indonesia. Jakarta.
atau berat pada umur tertentu, kualitas JOHANSSON, I. and J. RENDEL. 1966. Genetics and
karkas, kekuatan dan daya tahan kerja serta Animal Breeding. Translated by M. TAYLOR.
temperamen. True breeding value dari ternak W. H. FREEMAN and Company. San
tidak dapat diketahui, yang dapat dilakukan Francisco.
adalah menghitung estimated breeding value
KINGHORN, B. 1992. Principles of Estimated
(EBV) berdasarkan petunjuk performans Breeding Values. In: Animal Breeding, The
(nilai fenotipik) yang ada pada ternak itu Modern Approach. Post Graduate Foundation
sendiri, saudara, progeni atau tetuanya. in Veterinary Science, University of Sidney.
Kecermatan pendugaan EBV tersebut New South Wales, Australia.
dipengaruhi oleh (1) jumlah catatan, (2)
NICHOLAS, F. W. 1987. Veterinary Genetics.
heritabilitas, (3) ripitabilitas dan (4) Oxford University Press Inc., New York.
hubungan silsilah/kekerabatan. Metode Best
Linear Unbiased Prediction (BLUP) dapat NOOR, R. R. 1996. Genetika Ternak. PT. Penebar
menghitung EBV dengan menggunakan data Swadaya. Jakarta.
dari kelompok ternak yang berasal dari farm SCHEEBERGER, M. 1992. The Alternative
atau ranch yang berbeda atau dari dekade Evaluation Procedures. In: Animal Breeding,
yang berbeda. The Modern Approach. Post Graduate
DAFTAR PUSTAKA Foundation in Veterinary Science, University
of Sidney. New South Wales, Australia.
BECKER, W. A. 1985. Manual of Quantitative WARWICK, E. J., J. M. ASTUTI, dan W.
Genetics. Fourth Edition. Academic HARDJOSUBROTO. 1990. Pemuliaan Ternak.
Enterprises. Pullman, Washington. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
BOURDON, R. M. 1997. Understanding Animal
Breeding. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.
88