Anda di halaman 1dari 10

Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi

SELEKSI PADA TERNAK KERBAU BERDASARKAN NILAI


PEMULIAAN
EKO HANDIWIRAWAN

Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan


Jl. Raya Pajajaran Kav E-59, Bogor 16151
e-mail : eh_wirawan@yahoo.com

ABSTRAK

Seleksi dilaksanakan dengan maksud untuk mendapatkan kemajuan genetik pada generasi selanjutnya
dan memperoleh populasi ternak yang lebih seragam. Sampai saat ini belum pernah dilakukan seleksi secara
sistematis dan terencana baik pada ternak kerbau di Indonesia. Seleksi pada kerbau Indonesia sebenarnya
akan mudah dilakukan karena adanya variasi individu yang sangat besar. Penerapan metode seleksi pada
ternak kerbau dapat dilakukan dengan cara seperti yang biasa dikerjakan pada sapi potong atau sapi perah.
Namun demikian sebagaimana seleksi yang dilakukan pada sapi potong dan sapi perah, sistem rekording data
yang akurat dan pengumpulan data yang teratur dengan jumlah contoh yang mencukupi merupakan hal pokok
yang perlu dibangun dengan baik agar pengolahan dan analisis data yang dilakukan dapat menghasilkan
informasi yang dapat dipercaya. Sifat yang dipilih harus dibuat minimal karena tiap sifat yang disertakan
dalam seleksi akan mengurangi intensitas seleksi yang dimungkinkan untuk sifat lain. Beberapa kriteria
seleksi yang disarankan digunakan untuk kerbau meliputi angka reproduksi, kecepatan pertumbuhan atau
berat pada umur tertentu, kualitas karkas, kekuatan dan daya tahan kerja serta temperamen. True breeding
value dari ternak tidak dapat diketahui, yang dapat dilakukan adalah menghitung estimated breeding value
(EBV) berdasarkan petunjuk performans (nilai fenotipik) yang ada pada ternak itu sendiri, saudara, progeni
atau tetuanya. Kecermatan pendugaan EBV tersebut dipengaruhi oleh (1) jumlah catatan, (2) heritabilitas, (3)
ripitabilitas dan (4) hubungan silsilah/kekerabatan. Metode Best Linear Unbiased Prediction (BLUP) dapat
menghitung EBV dengan menggunakan data dari kelompok ternak yang berasal dari farm atau ranch yang
berbeda atau dari dekade yang berbeda.

Kata kunci: Kerbau, seleksi, nilai pemuliaan

PENDAHULUAN Perbaikan mutu genetik ternak pada


umumnya dapat dilakukan dengan jalan
Sumbangan sangat besar telah diberikan seleksi dan persilangan. Dengan seleksi
oleh Robert Bakewell (1725-1795) sebagai generasi berikutnya akan memiliki frekuensi
pionir besar dalam penerapan ilmu pemuliaan gen yang lebih seragam sesuai dengan arah
ternak (JOHANSSON dan RENDEL, 1966), yang dikehendaki pemulia, sebaliknya
sehingga saat ini teori tentang pemuliaan persilangan menyebabkan penambahan variasi
ternak telah mengalami banyak sekali gen pada generasi selanjutnya. Walaupun
kemajuan. Sifat-sifat produksi beberapa jenis nampaknya saling bertolak belakang namun
ternak telah mengalami kemajuan yang sangat keduanya dapat diarahkan untuk membentuk
mengesankan dengan aplikasi ilmu pemuliaan populasi yang memiliki mutu genetik lebih
ternak. Pertambahan bobot badan dan efisiensi baik dari sebelumnya yang ditunjukkan
pakan yang telah dicapai saat ini pada ternak dengan penampilan sifat-sifat produksi dari
broiler demikian pula produksi telur pada sebelumnya. Dalam prakteknya seleksi dan
layer merupakan contoh kemajuan yang cukup persilangan dapat berjalan bersama-sama
mengesankan dalam bidang pemuliaan ternak. secara berkesinambungan tidak dilakukan
Kapasitas produksi berbagai komoditas ternak secara terpisah, seperti dilakukan pada
yang ada saat ini jelas sangat jauh mengalami pembentukan bangsa ternak baru misalnya.
perbaikan dibandingkan ketika belum HARDJOSUBROTO (1994) mengemukakan
“tersentuh” ilmu pemuliaan. bahwa seleksi adalah suatu tindakan untuk
memilih ternak yang dianggap mempunyai

79
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi

mutu genetik baik untuk dikembangbiakkan analisis data yang dilakukan dapat
lebih lanjut serta memilih ternak yang menghasilkan informasi yang dapat dipercaya.
dianggap kurang baik untuk disingkirkan dan
tidak dikembangbiakkan lebih lanjut.
Tindakan pemulia untuk menentukan ternak- PENGARUH SELEKSI TERHADAP
ternak mana yang boleh bereproduksi dan KEMAJUAN GENETIK
menghasilkan generasi selanjutnya dikatakan
sebagai seleksi buatan. Di samping seleksi Fungsi seleksi adalah mengubah frekuensi
buatan, secara simultan sebenarnya juga gen, di mana frekuensi gen-gen yang diingin-
bekerja seleksi alam, yaitu seleksi yang kan akan meningkat sedangkan frekuensi gen-
bekerja akibat pengaruh kekuatan-kekuatan gen yang tidak diinginkan akan menurun.
alam untuk menentukan ternak-ternak mana Perubahan frekuensi gen-gen ini tentunya
yang akan dapat bereproduksi selanjutnya. akan mengakibatkan rataan fenotipe dari
Seleksi alam didasarkan kepada daya adaptasi populasi terseleksi akan lebih baik dibanding-
ternak terhadap pengaruh lingkungan dan pada kan dari rataan fenotipe populasi sebelumnya.
umumnya mengakibatkan perubahan yang Perbedaan antara rataan performans dari
sangat lambat. ternak yang terseleksi dengan rataan
Seleksi buatan dilakukan pemulia performans populasi sebelum diadakannya
berdasarkan keunggulan yang dimiliki ternak seleksi disebut sebagai diferensial seleksi,
sesuai dengan keinginan dan kebutuhan yang dinyatakan dengan rumus (BECKER,
manusia/pasar. Hal ini dilakukan untuk 1985; HARDJOSUBROTO,1994):
mempercepat perubahan mutu genetik ternak. S = XS - X
Ukuran mutu genetik ternak yang diperguna- di mana :
kan sebagai pegangan dalam melakukan S = diferensial seleksi
seleksi, salah satunya adalah Nilai Pemuliaan X = rataan fenotipe populasi
(Breeding Value) ternak yang bersangkutan. XS = rataan fenotipe sesudah adanya
Nilai Pemuliaan adalah penilaian dari mutu seleksi
genetik ternak untuk suatu sifat tertentu, yang
diberikan secara relatif atas dasar kedudukan- Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
nya di dalam populasinya (HARDJOSUBROTO, nilai diferensial seleksi, yaitu (1) pada seleksi
1994). untuk satu sifat, semakin sedikit ternak yang
Sampai saat ini belum pernah dilakukan dipilih semakin besar diferensial seleksinya;
seleksi secara sistematis dan terencana baik (2) diferensial seleksi dapat lebih besar pada
pada ternak kerbau di Indonesia. Seleksi pada kelompok ternak dengan jumlah yang besar,
kerbau Indonesia sebenarnya akan mudah sebab pada populasi yang besar akan semakin
dilakukan karena variasi individu kerbau di besar pula kemungkinan dijumpai ternak-
Indonesia sangat besar dalam hal konformasi ternak yang performansnya di atas atau di
bentuk tubuh, produksi daging, pertumbuhan, bawah rataan; (3) diferensial seleksi pada
temperamen dan produksi susu ternak jantan lebih tinggi daripada ternak
(HARDJOSUBROTO, 1994). Penerapan metode betina, karena ternak jantan memiliki potensi
seleksi pada ternak kerbau dapat dilakukan untuk menghasilkan lebih banyak keturunan
dengan cara seperti yang biasa dikerjakan dibandingkan ternak betina (NOOR, 1996).
pada sapi potong atau sapi perah. Dalam Tidak seluruhnya perbedaan performans
makalah ini akan dibahas metode seleksi diturunkan ke generasi selanjutnya, proporsi
berdasarkan nilai pemuliaan yang dapat dari diferensial seleksi yang dapat diwariskan
diterapkan pada kerbau seperti yang kepada generasi berikutnya adalah hanya yang
diterapkan pada sapi potong dan sapi perah. bersifat genetik saja, yaitu sebesar angka
Namun demikian sebagaimana seleksi yang pewarisannya (heritabilitas). Dengan demi-
dilakukan pada sapi potong dan sapi perah, kian besarnya diferensial seleksi yang
rekording data yang akurat dan pengumpulan diwariskan yang merupakan tanggapan seleksi
data yang teratur dengan jumlah contoh yang yang akan muncul pada generasi berikutnya
mencukupi merupakan hal pokok yang perlu adalah sebesar (HARDJOSUBROTO, 1994;
dibangun dengan baik agar pengolahan dan FALCONER dan MACKAY, 1996):

80
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi

R = h2 . S untuk mempertinggi kemajuan genetik, yaitu


di mana : kecermatan seleksi, intensitas seleksi dan
R = tanggapan seleksi atau tanggapan variasi genetik dimaksimalkan dan interval
seleksi per generasi generasi dibuat minimal. Namun demikian
h2 = heritabilitas sifat yang diseleksi tidak mungkin semua faktor dibuat maksimal
S = diferensial seleksi karena perubahan pada satu faktor terkadang
mempengaruhi faktor yang lain (BOURDON,
Rumus di atas hanya dapat digunakan
1997). Dengan demikian, yang dapat
untuk menghitung tanggapan seleksi sebagai
dilakukan adalah menentukan kombinasi
akibat dari seleksi yang telah atau sedang
terbaik dari keempat faktor tersebut yang
dilakukan sekarang dan tidak dapat digunakan
dapat memperoleh kemajuan genetik yang
untuk keperluan perencanaan, karena sukar
optimal.
untuk menghitung nilai S. Untuk suatu
Saling keterkaitan keempat faktor tersebut
perencanaan maka tanggapan seleksi dapat
dalam menentukan kemajuan genetik telah
dihitung dengan rumus (HARDJOSUBROTO,
dijelaskan oleh BOURDON (1997).
1994; FALCONER dan MACKAY, 1996) :
Pengurangan interval generasi biasanya
R = i.h2.σp menyebabkan pengurangan/penurunan
di mana : kecermatan seleksi. Hal ini disebabkan hanya
i = intensitas seleksi = S/σp sedikit catatan (catatan progeni) tersedia yang
σp = simpangan baku dari fenotipe dapat dipergunakan dalam membuat
prediksi/pendugaan genetik. Intensitas seleksi
Untuk menghitung tanggapan seleksi per yang sangat tinggi bagi ternak pengganti akan
tahun maka rumus di atas harus dibagi dengan menyebabkan banyak ternak yang
interval generasinya (=l). Interval generasi dipertahankan di dalam populasi sehingga
adalah rataan umur tetua pada saat anak interval generasi akan menjadi panjang.
dilahirkan (HARDJOSUBROTO, 1994; Seleksi seharusnya ditujukan kepada sifat-
FALCONER dan MACKAY, 1996). sifat yang betul-betul penting ditinjau dari
i.h2.σp segi ekonomi. Tabel 1 menunjukkan daftar
R= sejumlah sifat dari sapi potong dan sapi perah
l yang dapat dipertimbangkan dalam program
Dari persamaan di atas maka dapat seleksi. Dalam praktek, seleksi sering tidak
diketahui bahwa tanggapan seleksi atau hanya ditujukan kepada satu sifat saja tetapi
kemajuan genetik akibat seleksi dipengaruhi dilakukan terhadap beberapa macam sifat.
oleh (1) akurasi/kecermatan seleksi; (2) Beberapa macam sifat tersebut terkadang
intensitas seleksi; (3) variasi genetik; dan (4) dianggap sama-sama pentingnya dalam segi
interval generasi (BOURDON, 1997). ekonomi sehingga harus dilakukan semuanya.
Kecermatan seleksi sangat berkaitan langsung Walaupun demikian perlu dipahami bahwa
dengan nilai heritabilitas. Menurut WARWICK seleksi secara simultan terhadap beberapa
et al. (1990) beberapa cara yang dapat sifat dapat menurunkan diferensial seleksinya
dilakukan untuk menaikkan kecermatan sehingga sifat mana yang dipilih harus
seleksi adalah (1) membakukan prosedur dipertimbangkan secara seksama. Jumlah sifat
pengelolaan semaksimal mungkin dan yang dipilih harus dibuat minimal karena tiap
membuat penyesuaian terhadap pengelolaan sifat yang disertakan dalam seleksi akan
atau lingkungan yang tidak mungkin mengurangi intensitas seleksi yang
dikendalikan (mengurangi ragam lingkungan); dimungkinkan untuk sifat lain. Ada tiga cara
(2) jika memungkinkan, melakukan peng- untuk melakukan seleksi terhadap beberapa
ukuran berulang terhadap suatu sifat; dan (3) macam sifat yang dapat dijalankan secara
penggunaan informasi performans individu tunggal atau kombinasi dari cara-cara
dan saudara secara optimal. Intensitas seleksi tersebut. Ketiga cara tersebut adalah (1)
yang tinggi, populasi yang sangat bervariasi memilih satu sifat sampai pada tingkat
dan interval generasi yang lebih pendek dapat perbaikan yang diinginkan, kemudian baru
meningkatkan laju kemajuan genetik. Idealnya memilih sifat yang kedua, demikian
keempat faktor tersebut dibuat maksimal seterusnya (Tandem Selection); (2) memilih

81
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi

individu-individu yang mencapai tingkat dari semua sifat dari suatu individu ke dalam
minimal yang ditentukan untuk masing- suatu skor atau penilaian keseluruhan untuk
masing sifat dan semua individu di bawah digunakan sebagai dasar untuk memilih atau
tingkat yang ditentukan untuk setiap sifat akan menyisihkan ternak (Index Selection)
disisihkan dengan tidak memandang kelebihan (WARWICK et al., 1990; HARDJOSUBROTO,
pada sifat yang lain (Independent Culling 1994).
Levels); (3) menggabungkan semua informasi

Tabel 1. Daftar sifat-sifat yang mungkin dipertimbangkan dalam program seleksi


Jenis ternak Sifat-sifat obyektif Sifat-sifat subyektif
Sapi perah Produksi susu per laktasi Bentuk tubuh
Produksi susu selama hidup Ketiadaan cacat
% lemak Mudah diperah (dengan tangan)
% bahan kering tanpa lemak Tabiat
Lama memerah (mesin) Kekuatan (vigor)
Bobot lahir, dan pada umur-umur berbeda sampai Tidak ada kesulitan beranak
dewasa
Besar badan (ukuran tubuh)
Umur saat pubertas
Jarak beranak
Sapi potong Umur saat pubertas Bentuk tubuh
Keteraturan beranak Ketiadaan cacat
Bobot lahir Tidak ada kesulitan beranak
Bobot sapih Libido
Laju pertumbuhan pasca sapih Tabiat
Konversi pakan Bentuk karkas
Bobot dewasa & besar kerangka Kekuatan (vigor)
Kualitas karkas
Kemampuan kerja (kekuatan menarik dan kecepatan)
Sumber: WARWICK et al. (1990)

Untuk kerbau, HARDJOSUBROTO (1994) 1992). Seleksi dilaksanakan biasanya


menyarankan beberapa kriteria seleksi yang bertujuan untuk memilih tetua yang memiliki
dapat digunakan yaitu meliputi angka Nilai Pemuliaan paling tinggi dari semua
reproduksi, kecepatan pertumbuhan atau berat ternak yang tersedia, supaya keturunan dari
pada umur tertentu, kualitas karkas, kekuatan tetua yang terseleksi mencapai rataan
dan daya tahan kerja serta temperamen. performans setinggi mungkin. Seandainya
Apabila kriteria pemilihan berdasarkan dapat diketahui secara pasti Nilai Pemuliaan
kekuatan dan daya tahan kerja sukar dilakukan sebenarnya (true breeding value) dari setiap
maka disarankan berdasarkan berat badan pada ternak maka tujuan tersebut dapat dicapai
umur tertentu, karena ada alasan kuat secara efisien dengan meranking ternak-
mengatakan bahwa kekuatan kerja kerbau ternak menurut true breeding value tersebut
dipengaruhi oleh besarnya tubuh. dan memilih dari daftar teratas.
Namun demikian, dalam praktek true
breeding value dari ternak-ternak tersebut
NILAI PEMULIAAN tidak diketahui, yang ada hanya satu atau
lebih petunjuk untuk true breeding value itu.
Nilai Pemuliaan dari seekor ternak adalah Petunjuk itu terdiri dari satu atau lebih ukuran
sebuah gambaran nilai gen-gen ternak yang performans (nilai fenotipik) yang ada pada
bersangkutan untuk keturunannya (KINGHORN,

82
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi

ternak itu sendiri atau pada saudaranya. adalah ramalan perbedaan antara performans
Dengan menggunakan petunjuk-petunjuk di kelak kemudian hari dari anak seekor
tersebut dapat diperkirakan true breeding pejantan bila dibandingkan dengan
value dari setiap ternak dan kemudian ternak- performans populasinya. Most Probable
ternak tersebut dapat diranking menurut Producing Ability (MPPA) atau Penduga
estimated breeding value (EBV). Dengan Kemampuan Berproduksi adalah suatu
meranking ternak menurut EBV maka pendugaan dari produksi ternak di masa
sebenarnya telah cenderung meranking ternak- mendatang yang didasarkan atas produksi
ternak tersebut menurut true breeding value. sekarang dan di masa yang lalu.
Lebih akurat perkiraan true breeding value
tersebut maka lebih akurat ranking yang telah
dibuat tersebut (NICHOLAS, 1987). Sumber informasi untuk menghitung Nilai
Rumus umum untuk menghitung perkiraan Pemuliaan
Nilai Pemuliaan dari sumber informasi tunggal
menurut BOURDON (1997) adalah : Dalam menduga Nilai Pemuliaan seekor
I = b.x ternak, ada empat macam sumber informasi
di mana : yang dapat dipergunakan, yaitu (1) fenotipe
I = nilai indeks (predicted individu itu sendiri; (2) fenotipe saudara
value) kolateral; (3) fenotipe anak keturunannya;
b = koefisien regresi dan (4) fenotipe tetuanya (HARDJOSUBROTO,
x = (PI - P) = deviasi dari 1994). Dengan rumus umum I = b.x,
rataan contemporary BOURDON (1997) memberikan contoh rumus
koefisien regresi yang dipakai untuk
Nilai indeks (I) adalah Nilai Pemuliaan menghitung Nilai Pemuliaan dari sumber
dugaan yang terdiri dari beberapa bentuk, informasi tunggal (catatan individu, catatan
biasanya berupa Estimated Breeding Value saudara kolateral dan catatan progeni) seperti
(EBV), Expected Progeny Difference (EPD) terlihat pada Tabel 2.
atau Most Probable Producing Ability Berdasarkan Tabel 2 tersebut dapat
(MPPA). Koefisien regresi (b) merupakan diambil contoh jika akan dihitung EBV
regresi dari true value (BV, PD atau PA) atas seekor induk sapi perah dari n catatan dirinya
evidence (fakta) yang mengukur perubahan sendiri, maka rumusnya adalah :
(expected) true value per unit perubahan
evidence. Nilai koefisien regresi tergantung I = b.x
pada sumber informasi catatan produksi dan nh 2
metode prediksi Nilai Pemuliaan. EBV = . (PI - P)
HARDJOSUBROTO (1994) memberikan 1 + (n − 1)r
pengertian dari istilah EBV, EPD dan MPPA. di mana :
Estimated Breeding Value (EBV) atau Nilai h2 = heritabilitas
Pemuliaan dugaan adalah hasil pendugaan dari r = ripitabilitas
Nilai Pemuliaan yang sesungguhnya yang PI = rataan catatan produksi ternak
dihitung berdasarkan atas performans individu yang sedang diduga
dan keluarga dekatnya dibandingkan dengan P = rataan produksi populasi
performans populasinya. Expected Progeny Demikian juga untuk pendugaan yang lain
Difference (EPD) atau Ramalan Beda Produksi
berlaku aturan seperti contoh di atas.

83
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi

Tabel 2. Contoh rumus koefisien regresi yang dipakai untuk menghitung nilai pemuliaan dari
sumber informasi tunggal dan kecermatannya
Pendugaan Sumber Koefisien regresi (b) Kecermatan
(I) informasi (x)
EBV Catatan tunggal h2 h
individu
EBV Rataan n catatan nh 2
dari individu nh 2
1 + (n − 1)r 1 + (n − 1)r
MPPA Rataan n catatan nr
dari individu
nr
1 + (n − 1)r 1 + (n − 1)r
EBV Rataan catatan mh 2
tunggal dari m
1 2
mh
half sib 4 + (m − 1)h 2 4
4 + (m − 1)h 2
EPD Rataan catatan 1
tunggal dari m mh 2
half sib 2
4 + (m − 1)h 2
EBV Rataan catatan
tunggal dari m
1 2
mh
full sib 2
2 + (m − 1)( h 2 + 2c FS
2
)
EBV Rataan catatan 2 ph 2
tunggal dari p
progeni 4 + ( p − 1)h 2
EPD Rataan catatan ph 2
tunggal dari p ph 2
progeni 4 + ( p − 1) h 2 4 + ( p − 1) h 2
EBV Rataan catatan
progeni tunggal
2lkh2 lkh2
dari l litter dari 4+(k −1)(2h2 +4cFS
2
) +(l −1)kh2 4 + (k − 1)(2h2 + 4cFS
2
) + (l − 1)kh2
sebanyak k anak
EBV Rataan n catatan 1 1
masing-masing ph 2 ph 2
dari p progeni 2 4
1 + ( n − 1) r h2 1 + ( n − 1) r h2
+ ( p − 1) + ( p − 1)
n 4 n 4
Sumber: BOURDON (1997)

Pendugaan Nilai Pemuliaan atas dasar P = rataan performans populasi


sumber informasi performans dari tetuanya
Seandainya tidak tersedia informasi dari
(seleksi silsilah) dapat dilakukan dengan
kedua tetuanya maka informasi dari nenek,
rumus berikut (HARDJOSUBROTO, 1994):
kakek, terus ke atas dapat digunakan tetapi
NP = 1/2 h2 (PD - P) + 1/2 h2 (PS - P) dengan merubah koefisien di depan h2 sesuai
di mana : dengan hubungan individu tersebut dengan
PS = performans bapaknya moyangnya tersebut. Hubungan individu
PD = performans induknya dengan kedua tetua (parent) adalah 1/2,

84
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi

dengan kakek dan neneknya (grandparent) tersebut (KINGHORN, 1992). Sebagai contoh,
adalah 1/4, dengan buyut (grade seandainya dua ekor ternak mempunyai
grandparent) adalah 1/8 demikian EBV yang sama tetapi kecermatan EBV satu
seterusnya makin jauh makin rendah, yang ekor ternak lebih tinggi dibandingkan yang
mencerminkan sumbangan darah dari lain maka masih dianggap bahwa dua ekor
moyangnya tersebut. Dengan demikian ternak tersebut mempunyai genetik yang
contoh rumus Nilai Pemuliaan seekor ternak sama. Walaupun demikian, ada resiko yang
dengan menggunakan informasi dari induk lebih besar bahwa true breeding value dari
dan neneknya adalah (HARDJOSUBROTO, ternak dengan kecermatan EBV lebih rendah
1994): secara signifikan lebih rendah daripada yang
diharapkan/diperkirakan dibandingkan
NP = 1/2 h2 (PD - P) + 1/4 h2 (PN - P)
ternak satunya.
di mana :
Banyak faktor yang mempengaruhi
PN = performans neneknya
kecermatan pendugaan seperti terlihat pada
Kedua rumus pendugaan Nilai rumus dalam Tabel 2. Faktor-faktor tersebut
Pemuliaan dari informasi silsilah di atas sama dengan faktor yang mempengaruhi
ditulis dalam bentuk yang telah koefisien regresi yaitu (1) jumlah catatan,
disederhanakan. (2) heritabilitas, (3) ripitabilitas dan (4)
Kecermatan pendugaan nilai pemuliaan hubungan silsilah/kekerabatan. Pengaruh
(accuracy prediction) menunjukkan keempat faktor tersebut terhadap kecermatan
keterandalan (reliability) dari pendugaan pendugaan Nilai Pemuliaan dapat dilihat
tersebut, kecermatan tidak dapat dipakai dengan jelas pada Tabel 3.
untuk memperbaiki kebenaran pendugaan

Tabel 3. Kecermatan pendugaan nilai pemuliaan dari sumber informasi tunggal


Sumber Hubungan Jumlah Heritabilitas
informasi kekerabatan catatan 0,05 0,30 0,70
Individu 1,00 1 0,22 0,55 0,84
Half sib 0,25 1 0,06 0,14 0,21
10 0,17 0,33 0,41
20 0,22 0,39 0,45
100 0,37 0,47 0,49
1.000 0,48 0,49+ 0,49+
Progeni 0,50 1 0,11 0,27 0,42
10 0,34 0,67 0,82
20 0,45 0,79 0,90
100 0,75 0,94 0,98
1.000 0,96 0,99 0,99+
Sumber: BOURDON (1997)

Dari Tabel 3 terlihat bahwa makin tinggi kecermatan terlihat semakin lebih baik. Dapat
nilai heritabilitas maka kecermatan pendugaan dilihat pula bahwa jika heritabilitas tinggi,
makin meningkat, hal ini dikarenakan maka catatan performans individu merupakan
heritabilitas mengukur kekuatan hubungan di petunjuk yang baik dari Nilai Pemuliaannya
antara Nilai Pemuliaan dengan nilai fenotipe. karena memiliki kecermatan yang tinggi
Kecermatan pendugaan paling tinggi diperoleh (0,84). Catatan progeni merupakan sumber
dari penggunaan catatan individu, selanjutnya informasi yang sangat berharga karena
catatan progeni dan kemudian catatan half sib. dengan jumlah catatan yang cukup,
Hal ini berhubungan dengan proporsi gen yang kecermatan pendugaan Nilai Pemuliaan
dikandung dari sumber informasi untuk mampu melebihi kecermatan pendugaan
pendugaan. Semakin banyak jumlah catatan, dengan sumber informasi catatan performans

85
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi

individu itu sendiri walaupun pada sifat W = nilai BLUP


dengan heritabilitas yang rendah. Dapat dicatat HY = pengaruh tahun (herd year effect)
pula bahwa catatan dari saudara hanya dapat BY = block calving effect
meningkat kecermatan pendugaan tidak A = pengaruh umur saat beranak
melebihi 0,5. G = pengaruh kelompok pejantan
(sire group)
Best linear unbiased prediction S = pengaruh pejantan
G’ = maternal grandsire group effect
Pendugaan Nilai Pemuliaan yang dilakukan S’ = maternal grandsire effect
di atas dilakukan dengan asumsi bahwa e = galat (error)
informasi performans yang dipergunakan
Dari model tersebut di atas dapat dilihat
berasal dari kelompok ternak kontemporari
bagaimana kompleksnya cara menghitung
yang mirip secara genetis. Seandainya ingin nilai W. Dimasukkannya bermacam-macam
melakukan pendugaan menggunakan data dari faktor itu dengan maksud untuk mening-
kelompok ternak kontemporari yang berbeda katkan kecermatan dalam menghitung nilai
secara genetis, yaitu misalnya berasal dari
W. Oleh karena itu, perhitungan dengan cara
farm atau ranch yang berbeda atau dari dekade demikian disebut dengan unbiased prediction,
yang berbeda maka metode yang cocok dengan yaitu peramalan yang tanpa penyimpangan
keadaan tersebut adalah dengan menggunakan
(HARDJOSUBROTO, 1994).
Best Linear Unbiased Prediction (BLUP) NICHOLAS (1987) telah mengemukakan
(BOURDON, 1997), suatu metode yang telah empat langkah dasar metode BLUP di dalam
dikembangkan oleh HENDERSON (NICHOLAS,
melakukan pendugaan Nilai Pemuliaan,
1987; SCHNEEBERGER, 1992). BLUP merupa- sekaligus memberikan contoh perhitungan
kan metode analisis uji zuriat yang meng- sederhana dari keempat langkah tersebut,
gunakan berbagai macam informasi dari anak
yang meliputi:
dan lingkungannya, sehingga peramalan mutu
pejantan dapat dikatakan tidak mengalami bias 1. Menuliskan sebuah ekspresi (disebut
(HARDJOSUBROTO, 1994). sebuah model) yang menggambarkan
Metode BLUP tidak lain adalah kombinasi performans individu yang berhubungan
dari seleksi indeks dengan teknik least square dengan semua faktor yang diperlukan
(HARDJOSUBROTO, 1994). Pengaruh lingkung- untuk dimasukkan ke dalam perhitungan.
an dan nilai pemuliaan dari ternak diestimasi 2. Menuliskan persamaan kuadrat terkecil
serentak (simultan) sehingga perbedaan (least squares equations), yang berhu-
genetik di antara herd diperhitungkan dengan bungan dengan model.
Menambahkan σ e σ s ke koefisien
benar (SCHNEEBERGER, 1992). BLUP memer- 2 2
3.
lukan perhitungan yang sangat intensif dengan
diagonal dari sisi kiri setiap persamaan
menggunakan multiple sumber informasi dan
yang menunjukkan pengaruh sire, di
melibatkan solusi (cara penyelesaian) simultan
dari sejumlah persamaan. BLUP menggabung- mana σ 2s adalah ragam pengaruh sire
kan berkali-kali sejumlah persamaan yang (=1/4VA = 1/4h2VP), dan σ 2e adalah
akan dipergunakan untuk indeks seleksi yang
(=VP- σ s = (1-
2
sesuai, hal ini karena sekali analisis, BLUP residual error variance
menyediakan pendugaan untuk keseluruhan 1/4h2)VP), di mana VP adalah ragam
populasi ternak, tidak hanya untuk satu ternak fenotipik. Persamaan tersebut sekarang
pada suatu waktu (BOURDON, 1997). disebut persamaan mixed-model (mixed-
Untuk sedikit menggambarkan bagaimana model equations).
dan pengaruh apa saja yang digunakan dalam 4. Menghasilkan sebuah estimasi dari setiap
analisisnya, berikut ini adalah model statistik pengaruh dengan menyelesaikan per-
yang dipakai dalam menghitung BLUP samaan mixed-model setelah menentukan
(HARDJOSUBROTO, 1994) : beberapa pembatas-pembatas yang perlu,
W = HY + BY + A + G + S + 1/2G’ + 1/2S’ + e seperti μ=0.
di mana:

86
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi

BLUP telah membuktikan sebagai metode umumnya lebih rumit model, lebih banyak
yang sangat berguna untuk menduga Nilai persamaan yang terlibat, dan lebih banyak
Pemuliaan (SCHNEEBERGER, 1992), dan lebih fasilitas komputer yang diperlukan
andal daripada pendekatan seleksi indeks (BOURDON, 1997). BLUP animal model saat
konvensional (NICHOLAS, 1987), dengan ini dipergunakan pada banyak negara untuk
kesalahan pendugaan sangat diminimalkan sejumlah spesies, termasuk sapi perah, sapi
(tidak bias) dengan korelasi antara yang potong, babi, kuda, domba dan ikan
diduga dengan penduganya maksimal (SCHNEEBERGER, 1992).
(HARDJOSUBROTO, 1994). Karena kemam- BOURDON (1997) telah membuat diagram
puannya untuk menghitung perbedaan genetik yang menggambarkan perbedaan pendugaan
di antara kelompok kontemporari dan dapat Nilai Pemuliaan dengan cara BLUP animal
menyediakan pendugaan genetik untuk banyak model dan Selection index sire model
ternak pada suatu waktu, maka BLUP adalah (Gambar 1). Dari diagram tersebut terlihat
metode yang disukai untuk evaluasi genetik bahwa BLUP animal model menggunakan
skala besar yaitu evaluasi genetik dari populasi informasi perfor-mans dari seluruh ternak
yang sangat besar, khususnya segala bangsa yang memiliki hubungan kekerabatan, tidak
(BOURDON, 1997). hanya half sib tetapi juga saudara sepupu
Ada beberapa tipe model BLUP, yaitu sire karena mereka mempunyai nenek bersama
model, sire-maternal grandsire model, animal (common granddam). Sementara itu,
model, repeat measure model, direct-maternal pendugaan Nilai Pemuliaan dengan
model, multiple-trait model. Perbedaan di menggunakan metode Selection index sire
antara model-model tersebut adalah pada model menggunakan kelompok bapak dengan
ternak yang menerima pendugaan genetik mengabaikan hubungan maternalnya.
(misalnya hanya bapak, semua tetua, atau Individu X dan Y terlihat tidak lebih sebagai
semua ternak), jumlah atau macam pendugaan half sib dan Y dan Z terlihat tidak mempunyai
yang dibuat dan kesukaran perhitungan. Pada hubungan.

1. BLUP animal model


Grandsire 1
X

Y Sire 1
Granddam
Dam

Z Sire 2 Grandsire 2
2. Selection index sire model
Grandsire 1
X
Sire 1
Y
Z Sire 2 Grandsire 2

Gambar 1. Diagram yang menggambarkan perbedaan pendugaan nilai pemuliaan dengan cara BLUP animal
model dan selection index sire model

KESIMPULAN generasi selanjutnya, di mana kemajuan yang


dicapai tergantung pada (1)
Seleksi pada ternak kerbau dapat akurasi/kecermatan seleksi; (2) intensitas
dikerjakan dengan metode seleksi yang biasa seleksi; (3) variasi genetik dan (4) interval
digunakan pada sapi potong dan sapi perah. generasi. Seleksi secara simultan terhadap
Seleksi dilaksanakan dengan maksud untuk beberapa sifat dapat menurunkan diferensial
mendapatkan kemajuan genetik pada seleksi sehingga jumlah sifat yang dipilih

87
Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi

harus dibuat minimal karena tiap sifat yang FALCONER, D. S. and T. F. C. MACKAY. 1996.
disertakan dalam seleksi akan mengurangi Introduction to Quantitative Genetics. Fourth
intensitas seleksi yang dimungkinkan untuk Edition. Longman Group Ltd. England.
sifat lain. Beberapa kriteria seleksi yang HARDJOSUBROTO, W. 1994. Aplikasi Pemulia-
disarankan digunakan untuk kerbau meliputi biakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia
angka reproduksi, kecepatan pertumbuhan Widiasarana Indonesia. Jakarta.
atau berat pada umur tertentu, kualitas JOHANSSON, I. and J. RENDEL. 1966. Genetics and
karkas, kekuatan dan daya tahan kerja serta Animal Breeding. Translated by M. TAYLOR.
temperamen. True breeding value dari ternak W. H. FREEMAN and Company. San
tidak dapat diketahui, yang dapat dilakukan Francisco.
adalah menghitung estimated breeding value
KINGHORN, B. 1992. Principles of Estimated
(EBV) berdasarkan petunjuk performans Breeding Values. In: Animal Breeding, The
(nilai fenotipik) yang ada pada ternak itu Modern Approach. Post Graduate Foundation
sendiri, saudara, progeni atau tetuanya. in Veterinary Science, University of Sidney.
Kecermatan pendugaan EBV tersebut New South Wales, Australia.
dipengaruhi oleh (1) jumlah catatan, (2)
NICHOLAS, F. W. 1987. Veterinary Genetics.
heritabilitas, (3) ripitabilitas dan (4) Oxford University Press Inc., New York.
hubungan silsilah/kekerabatan. Metode Best
Linear Unbiased Prediction (BLUP) dapat NOOR, R. R. 1996. Genetika Ternak. PT. Penebar
menghitung EBV dengan menggunakan data Swadaya. Jakarta.
dari kelompok ternak yang berasal dari farm SCHEEBERGER, M. 1992. The Alternative
atau ranch yang berbeda atau dari dekade Evaluation Procedures. In: Animal Breeding,
yang berbeda. The Modern Approach. Post Graduate
DAFTAR PUSTAKA Foundation in Veterinary Science, University
of Sidney. New South Wales, Australia.
BECKER, W. A. 1985. Manual of Quantitative WARWICK, E. J., J. M. ASTUTI, dan W.
Genetics. Fourth Edition. Academic HARDJOSUBROTO. 1990. Pemuliaan Ternak.
Enterprises. Pullman, Washington. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
BOURDON, R. M. 1997. Understanding Animal
Breeding. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.

88

Anda mungkin juga menyukai