Anda di halaman 1dari 34

Stevia rebaudiana

http://en.wikipedia.org/wiki/Stevia_rebaudiana

Stevia rebaudiana flowers

Scientific classification

Domain: Eukaryota

Kingdom: Plantae

(unranked): Angiosperms

(unranked): Eudicots

(unranked): Asterids

Order: Asterales

Family: Asteraceae

Tribe: Eupatorieae

Genus: Stevia

Species: S. rebaudiana

Binomial name

Stevia rebaudiana
(Bertoni) Bertoni
Manfaat Gula dari Daun Stevia
November 28, 2014 | Tags: daun stevia, gula stevia, pemanis alami, pemanis stevia, rendah
kalori, stevia

Stevia adalah nama popular dari bahan yang berasal dari tanaman Stevia rebaudiana.
DaunStevia rebaudiana ini sebenarnya sudah banyak digunakan oleh masyarakat di daerah
Paraguay dan Brasil sejak masa lalu. Namun, penggunaannya baru mulai dikenal luas setelah
‘ditemukan’ dan diperkenalkan oleh ahli botani Antonio Bertoni pada tahun 18871,2.

Daun stevia mengandung senyawa-senyawa yang memiliki rasa sangat manis,


sepertistevioside dan rebaudioside. Kemanisannya sangat tinggi, bahkan hingga mencapai 200-
300 kali lipat gula pasir. Rasa daun stevia yang manis ini menyebabkan tanaman stevia dikenal
dengan banyak nama lain seperti honey leaf, sweet leaf of Paraguay, sweet leaf, sweet
herb,candy leaf, dan honey yerba1,3.

Apa fungsi dan manfaat stevia?

Ekstrak senyawa stevioside dan rebaudioside yang berasal dari daun stevia umum digunakan
sebagai pemanis pengganti gula yang berasal dari sumber alami. Penggunaan gula stevia sebagai
pemanis terutama banyak ditemukan di Jepang. Sebagai pemanis, gula stevia memiliki tingkat
kemanisan yang tinggi (sekitar 100-200 kali gula pasir) sehingga penggunaannya cukup sedikit
untuk mendapatkan rasa manis yang diinginkan. Keunggulan lainnya, gula stevia tidak
mengandung kalori dan tidak menyebabkan kenaikan kadar gula darah saat dikonsumsi1,3.

Keunggulan-keunggulan ini menyebabkan gula stevia terutama bermanfaat untuk penderita


diabetes, penderita obesitas, dan mereka yang sedang menjaga asupan kalori atau berdiet.
Meskipun tentu saja, gula stevia dapat dikonsumsi oleh semua orang2,3. Selain itu, gula stevia
juga umum direkomendasikan para dokter sebagai pemanis alami pengganti gula yang diyakini
aman dikonsumsi oleh anak-anak dengan autisme4.

Ekstrak tanaman stevia juga diyakini bermanfaat untuk membantu pengaturan kadar gula darah.
Bahkan, di Amerika Selatan, ekstrak tanaman ini sudah lama digunakan untuk penderita
diabetes. Terdapat hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun stevia
dapat membantu menghambat kenaikan kadar gula darah setelah makan pada penderita
diabetes dan saat uji toleransi glukosa pada orang sehat2,3,5.

Penelitian lain menunjukkan manfaat senyawa stevioside yang diekstrak dari tanaman stevia
dalam pengaturan tekanan darah. Diketahui bahwa konsumsi stevioside dapat membantu
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi6. Namun, masih dibutuhkan uji lebih
lanjut untuk mempelajari manfaat dari ekstrak tanaman stevia ini dalam hal pengaturan kadar
gula darah dan tekanan darah.
Lalu, amankan konsumsi gula dari daun stevia ini? Tentu saja aman, klik disini untuk lihat
buktinya.

References:

1. Overview: The history, technical function and safety of rebaudioside A, a naturally


occurring steviol glycoside, for use in food and beverages. 2008. Food and Chemical
Toxicology 46: S1–S10.
2. Stevioside and related compounds: Therapeutic benefits beyond sweetness.
2009.Pharmacology & Therapeutics 121: 41–54.
3. Stevia (Stevia rebaudiana) a bio-sweetener: a review. 2010. International Journal of Food
Sciences and Nutrition 61(1): 1–10.
4. Biological Treatments for Autism and PDD. 2008. ISBN 0-9661238-1-6.
5. Stevia: It’s Not Just About Calories. 2010. The Open Obesity Journal 2: 101-109.
6. Efficacy and Tolerability of Oral Stevioside in Patients with Mild Essential Hypertension:
A Two-Year, Randomized, Placebo-Controlled Study. 2003. Clinical Therapeutics 25(11):
2797-2808.

Amankah Gula Stevia?


November 28, 2014 | Tags: daun stevia, gula stevia, pemanis alami, pemanis stevia, rendah
kalori, stevia

Stevia adalah nama popular dari bahan yang berasal dari tanaman Stevia rebaudiana. Daun
tanaman Stevia rebaudiana ini sebenarnya sudah banyak digunakan oleh masyarakat di daerah
Paraguay dan Brasil sejak masa lalu. Namun, penggunaan gula stevia baru mulai dikenal luas
setelah ‘ditemukan’ dan diperkenalkan oleh ahli botani Antonio Bertoni pada tahun 18871,2.

Daun stevia mengandung senyawa-senyawa yang memiliki rasa sangat manis,


sepertistevioside dan rebaudioside. Kemanisannya sangat tinggi, bahkan hingga mencapai 200-
300 kali lipat gula pasir. Rasa daunnya yang manis ini menyebabkan tanaman stevia dikenal
dengan banyak nama lain seperti honey leaf, sweet leaf of Paraguay, sweet leaf, sweet
herb,candy leaf, dan honey yerba1,3.

Sebagai pemanis, gula stevia sudah banyak digunakan di berbagai negara termasuk Jepang,
Korea, China, Asia Tenggara, Amerika Selatan. Penggunaan gula stevia ini pun bervariasi di
berbagai macam produk mulai dari minuman, permen, acar sayuran, hingga produk makanan
laut4.

Berbagai penelitian yang mempelajari keamanan senyawa stevioside dan rebaudioside pada gula
stevia menunjukkan tidak adanya efek negatif dari konsumsi senyawa-senyawa tersebut.
Lembaga regulasi pangan dunia JECFA (Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additive) pun
menyatakan bahwa konsumsi senyawa stevioside aman dengan batas konsumsi harian yang
ditetapkan adalah hingga 5 mg/kg berat badan1,2. Bahkan, terdapat sebuah penelitian yang
menunjukkan bahwa konsumsi senyawa stevioside hingga 1500 mg/hari ternyata aman dan
tidak menyebabkan efek samping5.

References:

1. Overview: The history, technical function and safety of rebaudioside A, a naturally


occurring steviol glycoside, for use in food and beverages. 2008. Food and Chemical
Toxicology 46: S1–S10.
2. Stevioside and related compounds: Therapeutic benefits beyond sweetness.
2009.Pharmacology & Therapeutics 121: 41–54.
3. Stevia (Stevia rebaudiana) a bio-sweetener: a review. 2010. International Journal of Food
Sciences and Nutrition 61(1): 1–10.
4. In vitro metabolism of the glycosidic sweeteners, stevia mixture and enzymatically
modified stevia in human intestinal microflora. 2003. Food and Chemical Toxicology 41:
359–374.
5. Efficacy and Tolerability of Oral Stevioside in Patients with Mild Essential Hypertension:
A Two-Year, Randomized, Placebo-Controlled Study. 2003. Clinical Therapeutics 25(11):
2797-2808.

Family: Asteraceae
Genus: Stevia
Species: rebaudiana
Synonyms: Eupatorium rebaudianum
Common Names: Stevia, sweet leaf of Paraguay, caa-he-éé, kaa jheéé,
ca-a-jhei, ca-a-yupi, azucacaa, eira-caa, capim doce, erva doce, sweet-
herb, honey yerba, honeyleaf, yaa waan, candy leaf
Part Used: Leaves

From The Healing Power of Rainforest Herbs:

STEVIA
HERBAL PROPERTIES AND ACTIONS
Main Actions Other Actions Standard Dosage
 naturally sweetens  kills bacteria Leaves
 lowers blood sugar  kills fungi Ground leaves: 1/4 tsp =
 increases urination  kills viruses 1 tsp of sugar
 lowers blood pressure  reduces inflammation Infusion: 1 cup 2-3
 dilates blood vessels times daily

Stevia is a perennial shrub that grows up to 1 m tall and has leaves 2-3 cm long. It
belongs to the Aster family, which is indigenous to the northern regions of South
America. Stevia is still found growing wild in the highlands of the Amambay and
Iguacu districts (a border area between Brazil and Paraguay). It is estimated that as
many as 200 species of Stevia are native to South America; however, no other
Stevia plants have exhibited the same intensity of sweetness as S. rebaudiana. It is
grown commercially in many parts of Brazil, Paraguay, Uruguay, Central America,
Israel, Thailand, and China.

TRIBAL AND HERBAL MEDICINE USES

For hundreds of years, indigenous peoples in Brazil and Paraguay have used the
leaves of stevia as a sweetener. The Guarani Indians of Paraguay call it kaa
jheé and have used it to sweeten their yerba mate tea for centuries. They have also
used stevia to sweeten other teas and foods and have used it medicinally as a
cardiotonic, for obesity, hypertension, and heartburn, and to help lower uric acid
levels.

In addition to being a sweetener, stevia is considered (in Brazilian herbal medicine)


to be hypoglycemic, hypotensive, diuretic, cardiotonic, and tonic. The leaf is used for
diabetes, obesity, cavities, hypertension, fatigue, depression, sweet cravings, and
infections. The leaf is employed in traditional medical systems in Paraguay for the
same purposes as in Brazil.

Europeans first learned about stevia in the sixteenth century, when conquistadores
sent word to Spain that the natives of South America were using the plant to
sweeten herbal tea. Since then stevia has been used widely throughout Europe and
Asia. In the United States, herbalists use the leaf for diabetes, high blood pressure,
infections, and as a sweetening agent. In Japan and Brazil, stevia is approved as a
food additive and sugar substitute.

PLANT CHEMICALS

Western interest in stevia began around the turn of the nineteenth century, when
researchers in Brazil started hearing about a plant with leaves so sweet that just one
leaf would sweeten a whole gourd full of bitter yerba mate tea. It was first studied in
1899 by Paraguayan botanist Moises S. Bertoni, who wrote some of the earliest
articles on stevia (in the early 1900s).

Over 100 phytochemicals have been discovered in stevia since. It is rich in terpenes
and flavonoids. The constituents responsible for stevia's sweetness were
documented in 1931, when eight novel plant chemicals called glycosides were
discovered and named. Of these eight glycosides, one called stevioside is
considered the sweetest - and has been tested to be approximately 300 times
sweeter than sugar. Stevioside, comprising 6-18% of the stevia leaf, is also the most
prevalent glycoside in the leaf. Other sweet constituents include steviolbioside,
rebausiosides A-E, and dulcoside A.

The main plant chemicals in stevia include: apigenin, austroinulin, avicularin, beta-
sitosterol, caffeic acid, campesterol, caryophyllene, centaureidin, chlorogenic acid,
chlorophyll, cosmosiin, cynaroside, daucosterol, diterpene glycosides, dulcosides A-
B, foeniculin, formic acid, gibberellic acid, gibberellin, indole-3-acetonitrile,
isoquercitrin, isosteviol, jhanol, kaempferol, kaurene, lupeol, luteolin, polystachoside,
quercetin, quercitrin, rebaudioside A-F, scopoletin, sterebin A-H, steviol,
steviolbioside, steviolmonoside, stevioside, stevioside a-3, stigmasterol,
umbelliferone, and xanthophylls.

BIOLOGICAL ACTIVITIES AND CLINICAL RESEARCH

The great interest in stevia as a non-caloric, natural sweetener has fueled many
studies on it - including toxicological ones. The main sweet chemical, stevioside, has
been found to be nontoxic in acute toxicity studies with rats, rabbits, guinea pigs, and
birds. It also has been shown not to cause cellular changes (mutagenic) or to have
any effect on fertility. The natural stevia leaf also has been found to be nontoxic and
has no mutagenic activity. Studies conflict as to the effect of stevia leaf on fertility.
The majority of clinical studies show stevia leaf to have no effect on fertility in both
males and females. In one study, however, a water extract of the leaf was shown to
reduce testosterone levels and sperm count in male rats.

Brazilian scientists recorded stevioside's ability to lower systemic blood pressure in


rats in 1991. Then in 2000, a double-blind, placebo-controlled study was undertaken
with 106 Chinese hypertensive men and women. Sixty subjects were given capsules
containing stevioside (250 mg) or placebo thrice daily and followed up at monthly
intervals for one year. After three months, the systolic and diastolic blood pressure of
the stevioside group decreased significantly and the effect persisted over the whole
year. The researchers concluded, "This study shows that oral stevioside is a well
tolerated and effective modality that may be considered as an alternative or
supplementary therapy for patients with hypertension." Another team of scientists
tested the hypoglycemic effects of the individual glycoside chemicals in stevia and
attributed the effect on glucose production to the glycosides steviol, isosteviol, and
glucosilsteviol. The main sweetening glycoside, stevioside, did not produce this
effect. Researchers in Denmark published a study (in 2000) which demonstrated that
the in vitrohypoglycemic actions of stevioside and steviol are a result of their ability to
stimulate insulin secretion via a direct action on beta cells. They concluded, "Results
indicate that the compounds may have a potential role as antihyperglycemic agents
in the treatment of type 2 diabetes mellitus."

Stevia's effects and uses as a heart tonic to normalize blood pressure levels, to
regulate heartbeat, and for other cardiopulmonary indications first were reported in
rat studies (in 1978). Following these studies, a crude extract of stevia demonstrated
hypotensive activity in a 1996 clinical study with rats, showing that ". . . at dosages
higher than used for sweetening purposes, [stevia extract] is a vasodilator agent in
normo- and hypertensive animals." In humans, a hot water extract of the leaf has
been shown to lower both systolic and diastolic blood pressure. Several earlier
studies on both stevia extracts, as well as its isolated glycosides, demonstrated this
hypotensive action (as well as a diuretic action). In hypertensive rats the leaf extract
increased renal plasma flow, urinary flow, sodium excretion and filtration rate. In
addition to its studied hypotensive effects, a Brazilian research group demonstrated
that water extracts of stevia leaves had a hypoglycemic effect and increased glucose
tolerance in humans, reporting that it "significantly decreased plasma glucose levels
during the test and after overnight fasting in all volunteers." In another human study,
blood sugar was reduced by 35% 6-8 hours after oral ingestion of a hot water extract
of the leaf.

In other research, stevia has demonstrated antimicrobial, antibacterial, antiviral, and


antiyeast activity. A water extract was shown to help prevent dental cavities by
inhibiting the bacteria Streptococcus mutansthat stimulates plaque formation.
Additionally, a U.S. patent was filed in 1993 on a extract of stevia that claimed it to
have vasodilatory activity and deemed it effective for various skin diseases (acne,
heat rash, pruritis) and diseases caused by blood circulation insufficiency.

CURRENT PRACTICAL USES

For nearly 20 years, millions of consumers in Japan and Brazil, where stevia is
approved as a food additive, have been using stevia extracts as safe, natural, non-
caloric sweeteners. Japan is the largest consumer of stevia leaves and extracts in
the world, and there it is used to sweeten everything from soy sauce to pickles,
confections, and soft drinks. Even multinational giants like Coca-Cola and Beatrice
Foods use stevia extracts to sweeten foods (as a replacement for NutraSweet and
saccharin) for sale in Japan, Brazil, and other countries where it is approved as a
food additive. Not so in the United States, however, where stevia is specifically
prohibited from use as a sweetener or as a food additive. Why? Many people believe
that the national non-caloric sweetener giants have been successful in preventing
this all-natural, inexpensive, and non-patentable sweetener from being used to
replace their patented, synthetic, more expensive sweetener products.

Today, stevia leaves and leaf extracts are commonly found in most health food
stores, however; they may only be sold in the United States as dietary/herbal
supplements, not as food additives or sweeteners. In fact, in 1991 the Food and
Drug Administration (FDA) even banned all imports of stevia into the country.33 This
political move was viewed by many to have monetary ties to the sweetener industry,
which stood to lose a lot - and it created a huge public outcry in the natural products
industry. The import ban was lifted in 1995 after much lobbying led by the American
Herbal Products Association and other industry leaders. This allowed stevia to be
sold as a dietary supplement under new legislation called the Dietary Supplement
Health and Education Act of 1994. The FDA, in one of its more politically incorrect
debacles of this century, has ruled that stevia is presumed safe as a dietary
supplement but is considered unsafe as a food additive. This incongruity openly
protects the profit margins of the "sweetener giants." In the words of Rob McCaleb,
president of the Herb Research Foundation and member of the President's
Commission on Dietary Supplements, "The FDA may have painted itself into a
corner on this one. Its policy simply makes no sense."
STEVIA PLANT SUMMARY

Main Preparation Method: infusion or dry powder extract

Main Actions (in order):


sweetener, hypoglycemic, hypotensive (lowers blood pressure), cardiotonic (tones,
balances, strengthens the heart), antimicrobial

Main Uses:

1. as a natural sweetener
2. for diabetes
3. for high blood pressure
4. for cavity prevention
5. as a weight loss aid

Properties/Actions Documented by Research:


antibacterial, anticandidal, antifungal, antiviral, cardiotonic (tones, balances, strengthens
the heart), diuretic, hypoglycemic, vasodilator

Other Properties/Actions Documented by Traditional Use:


tonic, wound healer

Cautions: none

Traditional Preparation: In the U.S. stevia is mostly employed as a sugar


substitute. About 1/4 teaspoon of the natural ground leaves (or one whole leaf) is the
equivalent to about 1 teaspoon of sugar. In South America, a standard infusion is
sometimes used as a natural aid for diabetes and hypertension; 1 cup is taken 2-3
times daily.

Contraindications:

 Stevia leaf (at dosages higher than used for sweetening purposes) has been
documented to have a hypoglycemic effect. Those with diabetes should use
high amounts of stevia with caution and monitor their blood sugar levels as
medications may need adjusting.
 Stevia leaf has been documented to have a hypotensive, or blood pressure
lowering effect (at dosages higher than used for sweetening purposes) .
Persons with low blood pressure and those taking antihypertensive drugs
should avoid using large amounts of stevia and monitor their blood pressure
levels accordingly for these possible effects.

Drug Interactions: In large amounts, it may potentiate antihypertensive and


antidiabetic medications.

WORLDWIDE ETHNOMEDICAL USES


for cavities, depression, diabetes, fatigue, heart support, hypertension,
Brazil hyperglycemia, infections, obesity, sweet cravings, tonic, urinary insufficiency,
wounds, and as a sweetener

Paraguay for diabetes, and as a sweetener

South
for diabetes, hypertension, infections, obesity, and as a sweetener
America

United for candida, diabetes, hypertension, hyperglycemia, infections, and as a


States vasodilator and sweetener

The above text has been printed from The Healing Power of Rainforest Herbs by Leslie Taylor,
copyrighted © 2005
All rights reserved. No part of this document may be reproduced or transmitted in any form or by any
means, electronic or mechanical, including photocopying, recording, or by any information storage or
retrieval system, including websites, without written permission

† The statements contained herein have not been evaluated by the Food and Drug
Administration. The information contained in this plant database file is intended for education,
entertainment and information purposes only. This information is not intended to be used to
diagnose, prescribe or replace proper medical care. The plant described herein is not intended
to treat, cure, diagnose, mitigate or prevent any disease. Please refer to our Conditions of
Use for using this plant database file and web site.

Referenced Quotes on Stevia


1. "The dried leaf of Stevia was described as having sweet properties as early as 1899. It contains
Stevisoid, a natural sweetener, which is 300 times as sweet as sugar, yet is not absorbed by the body
and contains practically no calories. These properties make it useful in weight loss programs. Despite
Stevia's sweetness, it does not produce tooth cavities. This may be due to its high fluoride or other
high mineral content. It is frequently used by Rainforest Indians to sweeten foods and herbal teas.
They also speak of the wonders of Stevia to treat diabetes, hypertension, and infections. It has been
frequently reported that Stevia exhibits a hypoglycemic (lowers blood sugar) action. In one double
blind study of 25 hospitalized patients, mean blood sugar dropped 35.2% six to eight hours after
ingestion of Stevia. Other research reports suggest that it has hypotensive (lowers blood pressure)
activity. One study found that a single oral dose of aqueous extract resulted in a decrease in systolic
blood pressure of 9.5 %. Another study found that the use of Stevia for 30 days resulted in a decrease
of both systolic and diastolic pressures. Stevia may also be effective against Candida albicans (yeast
infection)."

2. "Stevia has been used by South American Indians as a sweetening agent. It is helpful for weight
loss programs because it can satisfy sugar cravings and is low in calories. It is supportive to the
pancreas and has been used in treatment of diabetes, hypertension and infections."

3. "ACTIONS: Sweetening agent, Satisfies sweet cravings, Adjunct for diabetes and hypertension
treatment. TRADITIONAL USE: Long used by the Guarani Indian tribe to sweeten many foods.
Recognized for its incredible sweetening power, helpful when used as auxiliary to weight loss
programs because it is low in calories. Stevia, a well know sweetener to Brazil, is believed to produce
positive results in the treatment of diabetes and hypertension. Has been used in the treatment of
diabetes, hypertension and infections. MERIDIAN INDICATIONS: Benefits digestion, Increases
Stomach Yang. EAV POINTS: Pancreas, Circulation, Triple Warmer"

8. "Stevia is a small bush which grows near Brazil's southern border, on the frontier with Paraguay, It
contains Stevisoid, a natural sweetener. It is 300 times as sweet as sugar, yet is not absorbed by the
body and contains hardly any calories. Brazilian uses and folklore: Stevia has long been used by the
Guarani Indian tribe to sweeten other herbal teas and foods. The plant was first studied scientifically
in 1899 by Paraguayan botanist Moises S. Bertoni, who recognized the plants incredible sweetening
power. He suggested that Stevisoid might substitute saccarhine as a sweetening agent being
completely non-toxic. In Rio de Janeiro studies on Stevia are continuing and it is considered to be the
sweetener of the future. Stevia is grown in the interior of Sao Paulo. In the city of Birigui the plant is so
popular that the tea made from it is sold at almost all bars and restaurants. Milkshakes, juices and
coffee are sweetened with Stevia. The inhabitants in this little town speak of the wonders of Stevia
and the positive results it has given in cases of diabetes, hypertension and infections. Stevia is
considered to be a great help in weight loss programs because it is very low in calories and its
sweetness is so concentrated. Chewing a few leaves of Stevia will satisfy anyone's sweet tooth, and
the shredded leaves are an excellent substitute for sugar in cooking. Uses: Natural herbal sweetener;
useful in treating the symptoms of diabetes, high blood pressure, infections."

Third-Party Published Research on Stevia


All available third-party research on stevia be found at PubMed. A partial listing of the third-party
published research on stevia is shown below:
Hypotensive & Heart Tonic Actions:
Ferri, L. A., et al. "Investigation of the antihypertensive effect of oral crude stevioside in patients with
mild essential hypertension." Phytother. Res. 2006 Sep; 20(9): 732-6.
Shiozaki, K., et al. "Inhibitory effects of hot water extract of the Stevia stem on the contractile
response of the smooth muscle of the guinea pig ileum." Biosci. Biotechnol. Biochem. 2006 Feb;
70(2): 489-94.
Wong, K. L., et al.”Antiproliferative effect of isosteviol on angiotensin-II-treated rat aortic smooth
muscle cells.” Pharmacology. 2006 Feb; 76(4): 163-169.
Wong, K. L., et al. “Isosteviol acts on potassium channels to relax isolated aortic strips of Wistar
rat.” Life Sci. 2004 Mar; 74(19): 2379-87.
Wong, K. L., et al. “Isosteviol as a potassium channel opener to lower intracellular calcium
concentrations in cultured aortic smooth muscle cells.” Planta Med. 2004; 70(2): 108-12.
Hsieh, M. H., et al. “Efficacy and tolerability of oral stevioside in patients with mild essential
hypertension: a two-year, randomized, placebo-controlled study.” Clin. Ther. 2003; 25(11): 2797-808.
Chan, P., et al. “A double-blind placebo-controlled study of the effectiveness and tolerability of oral
stevioside in human hypertension.” Br. J. Clin. Pharmacol. 2000; 50(3): 215–20.
Melis, M. S. “A crude extract of Stevia rebaudiana increase the renal plasma flow of normal and
hypertensive rats." Braz. J. Med. Biol. Res. 1996; 29(5): 669–75.
Melis, M. S. “Chronic administration of aqueous extract of Stevia rebaudiana in rats: renal effects.” J.
Ethnopharmacol. 1995; 47(3): 129–34.
Melis, M. S. “Stevioside effect on renal function of normal and hypertensive rats.” J. Ethnopharmacol.
1992; 36(3): 213–17.
Melis, M. S., et al. “Effect of calcium and verapamil on renal function of rats during treatment with
stevioside.” J. Ethnopharmacol. 1991; 33(3): 257–62.
Boeckh, E. M., et al. “Stevia rebaudiana bertoni: Cardio-circulatory effects of total water extract in
normal persons and of stevioside in rats and frogs." First Brazilian Seminar on Stevia rebaudiana,
Inst. Technol. Aliment. Campinas, Brazil, June 25-26, 1981.
Humbolt, G., et al. “Steviosideo: Efeitos Cardio-circulatorios em Ratos.” V Simposio de Plantas
Medicinais do Brasil. 1978; (4–6): 208.

Hypoglycemic & Anti-diabetic Actions:


Shivanna, N., et al. "Antioxidant, anti-diabetic and renal protective properties of Stevia rebaudiana." J
Diabetes Complications. 2012 Nov 6.
Saravanan, R., et al. "Effect of Rebaudioside A, a diterpenoid on glucose homeostasis in STZ-
induced diabetic rats." J Physiol Biochem. 2012 Sep;68(3):421-31
Kujur, R., et al. "Antidiabetic activity and phytochemical screening of crude extract of Stevia
rebaudiana in alloxan-induced diabetic rats." Pharmacognosy Res. 2010 Jul;2(4):258-63.
Misra, H., et al. "Antidiabetic activity of medium-polar extract from the leaves of Stevia rebaudiana
Bert. (Bertoni) on alloxan-induced diabetic rats." J Pharm Bioallied Sci. 2011 Apr;3(2):242-8.
Ozbayer, C., et al. "Effects of Stevia rebaudiana (Bertoni) extract and N-nitro-L-arginine on renal
function and ultrastructure of kidney cells in experimental type 2 Diabetes." J Med Food. 2011
Oct;14(10):1215-22.
Dyrskog, S., et al. "The diterpene glycoside, rebaudioside A, does not improve glycemic control or
affect blood pressure after eight weeks treatment in the Goto-Kakizaki rat." Rev Diabet Stud. 2005
Summer;2(2):84-91.
Chen, J., et al. "Stevioside counteracts the glyburide-induced desensitization of the pancreatic beta-
cell function in mice: studies in vitro." Metabolism. 2006 Dec; 55(12): 1674-80.
Ferreira, E. B., et al. "Comparative effects of Stevia rebaudiana leaves and stevioside on glycaemia
and hepatic gluconeogenesis." Planta Med. 2006 Jun; 72(8): 691-6.
Chang, J. C., et al. “Increase of insulin sensitivity by stevioside in fructose-rich chow-fed rats.” Horm.
Metab. Res. 2005; 37(10): 610-6.
Chen, T. H., et al. “Mechanism of the hypoglycemic effect of stevioside, a glycoside of Stevia
rebaudiana.” Planta Med. 2005; 71(2): 108-13.
Dyrskog, S. E., et al. “Preventive effects of a soy-based diet supplemented with stevioside on the
development of the metabolic syndrome and type 2 diabetes in Zucker diabetic fatty
rats.” Metabolism. 2005; 54(9): 1181-8
Abudula, R., et al. “Rebaudioside A potently stimulates insulin secretion from isolated mouse islets:
studies on the dose-, glucose-, and calcium-dependency.” Metabolism. 2004; 53(10): 1378-81.
Lailerd, N., et al. “Effects of stevioside on glucose transport activity in insulin-sensitive and insulin-
resistant rat skeletal muscle.” Metabolism. 2004; 53(1): 101-7.
Gregersen, S., et al. “Antihyperglycemic effects of stevioside in type 2 diabetic subjects.” Metabolism.
2004; 53(1):73-6.
Raskovic, A., et al. “Joint effect of commercial preparations of Stevia rebaudianaBertoni and sodium
monoketocholate on glycemia in mice.” Eur. J. Drug Metab. Pharmacokinet. 2004 Apr-Jun; 29(2): 83-
6.
Raskovic, A., et al. “Glucose concentration in the blood of intact and alloxan-treated mice after
pretreatment with commercial preparations of Stevia rebaudiana (Bertoni).”Eur. J. Drug Metab.
Pharmacokinet. 2004 Apr-Jun; 29(2):87
Gardana, C., et al. “Metabolism of stevioside and rebaudioside A from Stevia rebaudiana extracts by
human microflora.” J. Agric. Food Chem. 2003 Oct; 51(22): 6618-22.
Koyama, E., et al. “Absorption and metabolism of glycosidic sweeteners of stevia mixture and their
aglycone, steviol, in rats and humans.” Food Chem.Toxicol. 2003; 41(6): 875-83.
Jeppesen, P. B., et al. “Stevioside acts directly on pancreatic beta cells to secrete insulin: actions
independent of cyclic adenosine monophosphate and adenosine triphosphate-sensitive K+-channel
activity.” Metabolism. 2000; 49(2): 208–14.
Yamamoto, N. S., et al. “Effect of steviol and its structural analogues on glucose production and
oxygen uptake in rat renal tubules.” Experientia. 1985; 41(1): 55–7.
Curi, R., et al. “Effect of Stevia rebaudiana on glucose tolerance in normal adult humans." Braz. J.
Med. Biol. Res. 1986; 19(6): 771–74.
Suzuki, H., et al. “Influence of the oral administration of stevioside on the levels of blood glucose and
liver glycogen in intact rats.” Nogyo Kagaku Zasshi 1977; 51(3): 45
Oviedo, C. A., et al. “Hypoglycemic action of Stevia rebaudiana.” Excerpta Medica.1970; 209: 92.

Antimicrobial & Larvacidal Actions:


Gamboa, F., et al. "Antimicrobial potential of extracts from Stevia rebaudiana leaves against bacteria
of importance in dental caries." Acta Odontol Latinoam.2012;25(2):171-5.
Khaybullin, R., et al. "Synthesis and antituberculosis activity of novel unfolded and macrocyclic
derivatives of ent-kaurane steviol." Bioorg Med Chem Lett. 2012 Nov 15;22(22):6909-13.
Garcia, D., et al. "Effect of Equisetum arvense and Stevia rebaudiana extracts on growth and
mycotoxin production by Aspergillus flavus and Fusarium verticillioides in maize seeds as affected by
water activity." Int J Food Microbiol. 2012 Feb 1; 153(1-2): 21-7.
Kataev, V., et al. "[Synthesis and antituberculosis activity of the derivatives of glycoside steviolbioside
from the plant Stevia rebaudiana and diterpenoid isosteviol containing hydrazone, hydrazide and
pyridinoyl moieties]." Bioorg Khim. 2011 Jul-Aug;37(4):542-51.
Ahmad, N., et al. "In vitro larvicidal potential against Anopheles stephensi and antioxidative enzyme
activities of Ginkgo biloba, Stevia rebaudiana and Parthenium hysterophorous." Asian Pac J Trop
Med. 2011 Mar;4(3):169-75.
Matsukubo, T., et al. "Sucrose substitutes and their role in caries prevention." Int. Dent. J. 2006 Jun;
56(3): 119-30.
Pinheiro, C. E., et al. “Effect of guarana and Stevia rebaudiana bertoni (leaves) extracts, and
stevioside, on the fermentation and synthesis of extracellular insoluble polysaccharides of dental
plaque.” Rev. Odont. Usp. 1987; 1(4): 9–13.
Takahashi, K., et al. “Analysis of anti-rotavirus activity of extract from Stevia rebaudiana.” Antiviral
Res. 2001; 49(1): 15–24.
Takaki, M., et al. “Antimicrobial activity in leaves extracts of Stevia rebaudiana Bert.”Rev. Inst.
Antibiot. Univ. Fed. Pernambuco.1985; 22(1/2): 33–9.
Tomita, T., et al. “Bactericidal activity of a fermented hot-water extract from Stevia rebaudiana Bertoni
towards enterohemorrhagic Escherichia coli 0157:h7 and other food-borne pathogenic
bacteria." Microbiol. Immunol. 1997; 41(12): 1005–9.

Anti-inflammatory & Immune Modulation Actions:


Yingkun, N., et al. "Stevioside Protects LPS-Induced Acute Lung Injury in Mice."Inflammation. 2012
Sep 12.
Fengyang, L., et al. "Stevioside suppressed inflammatory cytokine secretion by downregulation of NF-
?B and MAPK signaling pathways in LPS-stimulated RAW264.7 cells." Inflammation. 2012
Oct;35(5):1669-75.
Bunprajun, T., et al. "Stevioside enhances satellite cell activation by inhibiting of NF-kB signaling
pathway in regenerating muscle after cardiotoxin-induced injury." J Agric Food Chem. 2012 Mar
21;60(11):2844-51.
Boonkaewwan, C., et al. "Specific immunomodulatory and secretory activities of stevioside and steviol
in intestinal cells." J Agric Food Chem. 2008 May 28;56(10):3777-84.
Sehar, I., et al. "Immune up regulatory response of a non-caloric natural sweetener,
stevioside." Chem Biol Interact. 2008 May 28;173(2):115-21.
Boonkaewwan, C., et al. “Anti-Inflammatory and immunomodulatory activities of stevioside and its
metabolite steviol on THP-1 cells.” J. Agric. Food Chem. 2006 Feb; 54(3): 785-9.
Mizushina, Y., et al. “Structural analysis of isosteviol and related compounds as DNA polymerase and
DNA topoisomerase inhibitors.” Life Sci. 2005 Sep; 77(17): 2127-40.

Celllular Protective & Antioxidant Actions:


Shivanna, N., et al. "Antioxidant, anti-diabetic and renal protective properties of Stevia rebaudiana." J
Diabetes Complications. 2012 Nov 6.
Yingkun, N., et al. "Stevioside Protects LPS-Induced Acute Lung Injury in Mice."Inflammation. 2012
Sep 12.
Wölwer-Rieck U. "The leaves of Stevia rebaudiana (Bertoni), their constituents and the analyses
thereof: a review." J Agric Food Chem. 2012 Feb 1;60(4):886-95.
Shukla, S., et al. "Antioxidant ability and total phenolic content of aqueous leaf extract of Stevia
rebaudiana Bert." Exp Toxicol Pathol. 2012 Nov;64(7-8):807-11.
Stoyanova, S., et al. "The food additives inulin and stevioside counteract oxidative stress." Int J Food
Sci Nutr. 2011 May;62(3):207-14.
Shukla, S., et al. "In vitro antioxidant activity and total phenolic content of ethanolic leaf extract of
Stevia rebaudiana Bert." Food Chem Toxicol. 2009 Sep;47(9):2338-43.
Xu, D., et al. "The neuroprotective effects of isosteviol against focal cerebral ischemia injury induced
by middle cerebral artery occlusion in rats." Planta Med. 2008 Jun;74(8):816-21.
Ghanta, S., et al. "Oxidative DNA damage preventive activity and antioxidant potential of Stevia
rebaudiana (Bertoni) Bertoni, a natural sweetener." J Agric Food Chem. 2007 Dec 26;55(26):10962-
7.

Anti-lipid & Anti-Obesity Actions:


Park, J., et al. "Stevia rebaudiana Bertoni extract supplementation improves lipid and carnitine profiles
in C57BL/6J mice fed a high-fat diet." J Sci Food Agric. 2010 May;90(7):1099-105.
Meuller, M., et al. "PPARa activation by culinary herbs and spices." Planta Med. 2011 Mar;77(5):497-
504.

Anticancerous Actions:
Paul, S., et al. "Stevioside induced ROS-mediated apoptosis through mitochondrial pathway in human
breast cancer cell line MCF-7." Nutr Cancer. 2012;64(7):1087-94.
Takahashi, K., et al. "Stevioside enhances apoptosis induced by serum deprivation in PC12
cells." Toxicol Mech Methods. 2012 May;22(4):243-9.

Toxicity / Safety Studies:


Puri, M. "Extraction and safety of stevioside"; response to the article "Stevia rebaudiana Bertoni,
source of a high potency natural sweetener: a comprehensive review on the biochemical, nutritional
and functional aspects". Food Chem. 2012 Dec 1;135(3):1861-2;
Yadav, S., et al. "Steviol glycosides from Stevia: biosynthesis pathway review and their application in
foods and medicine." Crit Rev Food Sci Nutr. 2012;52(11):988-98.
Abdel-Rahman, A., et al. "The safety and regulation of natural products used as foods and food
ingredients." Toxicol Sci. 2011 Oct;123(2):333-48.
Williams, L., et al. "Genotoxicity studies on a high-purity rebaudioside A preparation."Food Chem
Toxicol. 2009 Aug;47(8):1831-6.
Curry, L., et al. "Subchronic toxicity of rebaudioside A." Food Chem Toxicol. 2008 Jul;46 Suppl 7:S11-
20.
Brusick, D. "A critical review of the genetic toxicity of steviol and steviol glycosides."Food Chem
Toxicol. 2008 Jul;46 Suppl 7:S83-91.
Carakostas, M., et al. "Overview: the history, technical function and safety of rebaudioside A, a
naturally occurring steviol glycoside, for use in food and beverages." Food Chem Toxicol. 2008 Jul;46
Suppl 7:S1-S10.
Nikiforov, A., et al. "A 90-day oral (dietary) toxicity study of rebaudioside A in Sprague-Dawley
rats." Int J Toxicol. 2008 Jan-Feb;27(1):65-80
Saenphet, K., et al. "Safety evaluation of aqueous extracts from Aegle marmelos and Stevia
rebaudiana on reproduction of female rats." Southeast Asian J Trop Med Public Health. 2006;37
Suppl 3:203-5.

* The statements contained herein have not been evaluated by the Food and Drug
Administration. The information contained in this plant database file is intended for education,
entertainment and information purposes only. This information is not intended to be used to
diagnose, prescribe or replace proper medical care. The plant described herein is not intended
to treat, cure, diagnose, mitigate or prevent any disease. Please refer to our Conditions of
Use for using this plant database file and web site.

© Copyrighted 1996 to present by Leslie Taylor, Milam County, TX 77857.


All rights reserved. Please read the Conditions of Use, and Copyright Statement for this web page
and web site.
Last updated 12-28-2012
http://www.rain-tree.com/stevia.htm#.VVAoWY6qqko

Pemanis yang tidak menyebabkan gigi berlubang


Selama masa balita diketahui bahwa makanan dengan pemanis seperti permen, es krim, soda
dan kue menyebabkan gigi berlubang. Banyak terdapat bakteri dimulut, pada umumnya
Strepcocci mutans, yang memfermentasikan gula menjadi asam. Asam ini menempel pada email
gigi yang menyebabkan gigi berlubang. Steviosida dan Rebaudiosida A dari penelitiannya Das,
1992 disimpulkan bahwa keduanya tidak menyebabkan gangguan pada gigi karena keduanya
tidak dapat difermentasikan oleh bakteri.
Stevia dapat menurunkan berat badan dan mengatur berat badan karena dapat mereduksi
makanan bergula dan berlemak. Dari penelitian juga disebutkan bahwa stevia mengatur
mekanisme rasa lapar seseorang yang membuat kontraksi pada perut agar rasa lapar datang
lebih lambat. Keuntungan lain dari penggunaan stevia adalah dapat meningkatkan kemampuan
lambung dan daya cerna pencernaan untuk mengurangi resiko pada perokok dan peminum.

Pada tahun 1986 peneliti dari Brazil di Universitas Maringa dan Sao Paolo mengevaluasi
kandungan gula darah seseorang (Curi, 1986). Enam puluh sukarelawan diberi stevia sebanyak
5 g selama 3 hari setiap 6 jam. Ekstrak ini direbus selama 20 menit. Tes Toleransi Glukosa
(TTG) didemokan dengan membandingkan antara para sukarelawan ini dengan orang yang tidak
mengkonsumsi stevia. Pemeriksaan pada sukarelawan menunjukkan penurunan kadar gula
darah yang signifikan. Ini mengindikasikan bahwa stevia merupakan substitusi pemanis yang
potensial dan aman bagi penderita diabetes.

Sampai saat ini belum ada komplain pada pengguna stevia, selama penggunaannya hampir
1500 tahun di Paraguay dan 20 tahun di Jepang. Peneliti menemukan studi bahwa stevia aman
dikonsumsi melalui penelitian yang intensif seperti dilaporkan oleh Dr. Daniel Mowrey.

Kandungan Stevia
Daun Stevia klon BPP 72 mempunyai kandungan steviosida 10-12 % dan rebaudiosida 2-3 %.
Selain mengandung glikosida, juga mengandung protein, serat, karbohidrat, mineral, vitamin A,
vitamin C dan 53 komponen lainnya. Produknya berupa steviosida, Rebaudiosida, ekstrak, dan
konsentrat. Ekstraknya dalam bentuk steviosida dapat mencapai kemanisan 70 – 400 kali dari
gula biasa.

Kegunaan produk
Sangat dianjurkan bagi penderita diabetes atau masalah kelebihan berat badan/obesitas. Boleh
dikonsumsi bagi orang sehat untuk minuman sehari-hari. Gula stevia adalah gula herba alami
sehingga tidak mempunyai efek samping serta aman.

Berbagai manfaat daun stevia menjadikan budidaya tanaman dari Paraguay ini menjanjikan
untung nan manis.

Bagi para penderitanya, penyakit diabetes atau gula tentu menjadi momok yang menakutkan.
Padahal, tanpa gula, makanan dan minuman terasa kurang mantap, bahkan hambar. Maka,
pemanis rendah kalori kini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Kini, mulai banyak petani
membudidayakan tanaman asli Paraguay dan Brazil ini.

Salah satunya adalah Widhi Hartanto, pembudidaya tanaman stevia di Karanganyar, Jawa
Tengah. Widhi bilang, daun stevia adalah pemanis yang rendah kalori sehingga baik buat
penderita diabetes.
Konon, rasa daun stevia segar 10-15 kali lebih manis ketimbang gula. Adapun ekstrak kualitas
bagus diklaim bisa 200-300 kali lebih manis daripada gula.

Rasa manis daun stevia berasal dari kandungan di dalam daun yang disebut steviosida. Zat ini
sendiri sebenarnya merupakan molekul glikosida yang disusun dari glukosa, sophorose dan
steviol. "Ini yang membuat rasa manis daun stevia berbeda dengan rasa manis gula biasa,"
katanya.

Widhi membudidayakan stevia di atas lahan seluas 2.000-3.000 meter persegi. Dia mengaku,
tiap bulan bisa memproduksi stevia kering sekitar 2-3 ton.

Memang, daun stevia belum cukup poluler di masyarakat kita. Kini, tutur Widhi, permintaan
didominasi oleh pabrik jamu. "Ekstrak daun stevia bisa mengurangi rasa pahit jamu sehingga
rasanya lebih enak," ujarnya.

Widhi mengaku, saat ini ia memasok daun stevia ke pabrik jamu Sido Muncul dan pabrik-pabrik
jamu kecil lainnya. "Pemasaran masih terbatas di beberapa kota, seperti Solo, Semarang dan
Bandung," ujarnya.

Padahal, di luar negeri, stevia biasa dipakai sebagai pemanis kue atau minuman. Bentuknya pun
bervariasi, mulai dari bubuk hingga cairan berasa aneka buah.

Widhi menjual campuran daun dan batang stevia kering seharga Rp 10.000 per kilogram. Dari
bisnis ini, omzet yang bisa dikantongi Widhi mencapai Rp 30 juta per bulan. "Kalau pas harga
bagus, keuntungannya bisa hampir 50%," katanya.

Menurut Widhi, bisnis daun stevia punya prospek cerah. Permintaan dari luar negeri pun cukup
banyak. "Hanya saja, masih kurang ada dukungan pemerintah untuk produk agribisnis stevia ini,"
keluhnya.

Bayu Prabowo mengamini cerita Widhi. Staf di CV Satu Karya Enterprise (SKY), perusahaan
pembudidaya stevia di Solo, ini mengatakan, permintaan daun stevia untuk pasar dalam negeri
memang tidak terlalu besar. Kebanyakan berasal dari pabrik jamu. Sementara konsumen lainnya
belum cukup banyak yang melakukan permintaan produk ini.

Bayu menambahkan, permintaan daun stevia justru mengalir deras dari pasar luar negeri. Dia
mengaku, CV SKY rutin memasok daun stevia ke pasaran Malaysia dan sejumlah negara di
Eropa. "Pernah juga ada permintaan sampel dari Singapura," katanya.

CV SKY bisa memproduksi 50-70 ton daun stevia kering per bulan. Harga jual yang dipatok CV
SKY Rp 23.000-Rp 24.000 per kg untuk daun stevia kering, dan Rp 15.000-Rp 17.000 untuk
daun plus batang stevia kering. Dari bisnis ini, CV SKY bisa meraup omzet Rp 1 miliar per bulan.
(fn/kn/md) .
Sumber : http://www.suaramedia.com
Mengenal Tanaman Stevia Sebagai
Sumber Pemanis

Mengenal Stevia Sebagai Sumber Pemanis

Masyarakat di Indonesia umumnya hanya mengenal tebu dan nira kelapa/aren/siwalan sebagai

tanaman penghasil gula, padahal ada tanaman lain yang dimanfaatkan sebagai pemanis yakni

Stevia.

Stevia memang lebih populer di wilayah asalnya, Amerika Selatan, dan juga di Asia Timur seperti

Jepang, China dan Korea Selatan. Di Paraguay, suku Indian Guarani telah

menggunakan stevia sebagai pemanis sejak ratusan tahun lalu.

Ada sekitar 200 jenis stevia di Amerika Selatan, tetapi hanya Stevia rebaudiana yang digunakan

sebagai pemanis. Tahun 70-an, stevia telah banyak digunakan secara luas sebagai pengganti

gula. Di Jepang, 5,6% gula yang dipasarkan adalahstevia atau yang dikenal dengan

nama sutebia. Stevia digunakan sebagai pengganti pemanis buatan seperti aspartam dan sakarin.

Stevia memiliki beberapa keunggulan antara lain tingkat kemanisannya yang mencapai 200-300

kali kemanisan tebu serta rendah kalori sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes dan

obesitas. Selain itu, stevia juga bersifat non-karsinogenik. Zat pemanis dalam stevia yaitu

steviosida dan rebaudiosida tidak dapat difermentasikan oleh bakteri di dalam mulut menjadi

asam. Asam ini yang apabila menempel pada email gigi dapat menyebabkan gigi berlubang. Oleh

karena itu, stevia tidak menyebabkan gangguan pada gigi.

Stevia adalah tanaman perdu yang tumbuh pada tempat dengan ketinggian 500-1000 m di atas

permukaan laut, di dataran rendah stevia akan cepat berbunga dan mudah mati apabila sering

dipanen. Suhu yang cocok berkisar antara 14-270C dan cukup mendapat sinar matahari sepanjang

hari. Terdapat beberapa cara untuk memperbanyak stevia, yaitu dengan mengecambahkan biji

stevia, stek batang, pemisahan rumpun ataupun dengan kultur jaringan.

Bagian tanaman stevia yang digunakan sebagai pemanis adalah daunnya. Daun stevia dapat

langsung digunakan sebagai pemanis. Cara untuk memanfaatkannya yaitu dengan dikeringkan.

Proses pengeringan tidak memerlukan panas yang tinggi. Untuk skala rumah tangga, cukup

dengan mengeringkannya di bawah sinar matahari selama kurang lebih 12 jam, mengeringkannya

lebih dari itu akan menurunkan kadar steviosidanya. Atau dengan mengeringkan daun stevia di

dalam microwave selama 2 menit, kemudian diserbukkan. Serbuk ini dapat langsung dikonsumsi

sebagai pemanis makanan. Pemanis stevia juga dapat dikonsumsi dalam bentuk cair, yakni
dengan merendamnya selama 24 jam kemudian disimpan di dalam kulkas. Perbandingan air

dengan stevianya 1 : 4.

Yang harus tetap diperhatikan adalah faktor keamanannya. Jangan menggunakan stevia secara

langsung apabila daun terpapar pestisida atau bahan kimia lain yang berbahaya bagi kesehatan.

Stevia atau Stevia rebaudianaBertoni merupakan tanaman dari famili Asteraceae (Compositae)

yang berasal dari Paraguay. Tanaman ini berbentuk perdu dengan tinggi 60 – 90 cm, bercabang

banyak, berdaun tebal dan berbentuk lonjong memanjang, batang kecil ramping dan berbulu,

mempunyai sistem perakaran halus yang berada dekat dengan permukaan tanah dan perakaran

tebal, rapat dan kasar tumbuh menembus ke dalam tanah.

Beberapa hasil studi menyatakan bahwa tingkat kemanisan gula stevia lebih tinggi 300 kali

daripada gula tebu, bersifat tidak karsinogenik dan rendah kalori, sehingga cocok untuk penderita

diabetes melitus dan obesitas. Keunggulan tingkat kemanisan gula stevia tersebut berasal dari

senyawa kimia penyusunnya dan komposisi kandungan penyusun terbesar

adalah steviosida danrebaudiosida-A.

Stevia mendapatkan sertifikat GRAS (Generally Recognized as Safe – “tidak keberatan”) dari

Badan POM Amerika Serikat (Food and Drug Administration – FDA) pada Desember 2008 untuk

digunakan sebagai pemanis alami nol kalori untuk produk makanan dan minuman. Dengan adanya

hal tersebut akan lebih memperluas pasar ekspor bagi para negara produsen stevia, seperti

negara-negara di Amerika Selatan, Jepang, Cina dan Korea Selatan serta negara-negara lain di

Asia.

Di Indonesia sendiri, penelitian untuk kemungkinan pengembangan stevia di Indonesia dilakukan

sejak tahun 1984 oleh BPP (sekarang Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia) dan

menghasilkan antara lain bibit unggul klon BPP 72. Daun Stevia klon BPP 72 mempunyai

kandungan steviosida 10-12 % dan rebaudiosida 2-3 % (Suara Media, 2010). Identifikasi klon

unggul stevia didasarkan pada beberapa kriteria antara lain produksi daun yang tinggi yaitu 3 – 5

ton/ha, pembungaan yang lambat, pertumbuhan yang baik, dan kandungan pemanis yang tinggi

yaitu antara 11,5 – 16,7 % (Rukmana, 2003).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman stevia dipengaruhi olehpanjang hari dan stevia

termasuk longday plant, oleh sebab itu tanaman ini akan cepat berbunga dan berbuah jika

mendapatkan panjang hari < 12 jam. Dalam kondisi hari pendek (optimum 12 jam), tanaman

mulai berbunga pada umur 60 hari setelah tanam. Tanaman keprasan (ratoon) akan berbunga 40

hari setelah dikepras. Dengan demikian periode pertumbuhan vegetatif tanaman keprasan lebih

singkat 20 hari daripada tanaman semaian. Hari panjang mengakibatkan pertambahan ruas, luas

daun, bobot kering daun, dan meningkatkan kandungan gula mudah larut, protein, dan steviosida.
Di Indonesia, stevia ditanam pada ketinggian 700 – 1.500 m dpl dengan suhu lingkungan 20°C –

24°C. Curah hujan setahun rata-rata 1.400 mm dengan 2-3 bulan kering. Stevia tumbuh baik

pada tanah podsol, latosol, dan andosol. Tanaman stevia menghendaki kelembapan tanah cukup

tinggi dan memiliki toleransi tinggi terhadap tanah basah. Di daerah tropis, tanaman ini dapat

ditanam sepanjang tahun. Sehingga jumlah gula stevia setahun akan dapat mengungguli gula

stevia dari daerah-daerah sub-tropis yang hanya ditanam sekali setahun.

Perbanyakan benih stevia dapat dilakukan dengan biji, stek pucuk/batang, atau dengan kultur

jaringan. Biji tanaman stevia berbentuk jarum dan berwarna putih kotor. Perbanyakan

menggunakan biji jarang dilakukan karena tingkat keberhasilannya sangat rendah dan

pertanaman tidak seragam. Stevia yang pernah ditanam di Indonesia berasal dari Jepang, Korea

dan China. Bahan tanaman tersebut berasal dari biji sehingga pertumbuhan tanaman stevia di

lapang sangat beragam.

Perbanyakan stevia dengan stek dapat berupa stek pucuk maupun stek batang. Yang perlu

diperhatikan untuk bahan indukan stek adalah dipilih tanaman yang masih muda dan sudah

berkayu. Stek batang diambil dari bagian tengah cabang primer sedangkan stek pucuk diambil

dari bagian ujung tanaman. Untuk meningkatkan jumlah tunas lateral dan jumlah daun lebih baik

menggunakan stek batang. Teknik perbanyakan dengan stek batang dilakukan dengan cara

pemasangan sungkup plastik kedap udara, sehingga suhu dalam sungkup dan kelembapan udara

mendekati 100%. Dengan suhu dan kelembapan yang tinggi dapat memacu pertumbuhan akar.

Setelah berumur 3 – 4 minggu, stek dapat ditransplanting ke lapang (Sudiatso, 1999).

Perbanyakan stevia menggunakan teknik kultur jaringan belum banyak literatur atau hasil yang

dipublikasikan, namun secara umum perbanyakan dengan teknik ini diperoleh tanaman yang

sifatnya seragam dan jumlah tanaman yang banyak dalam waktu yang relatif singkat serta

tanaman bebas dari hama dan penyakit.

Perkembangan stevia di Indonseia masih sangat terbatas. Dengan potensi yang besar sebagai

bahan pemanis alami, stevia layak dijadikan sebagai komoditas unggulan dalam pengembangan

agribisnis dan agroindustri.

Masruru Kholida

PBT Ahli Pertama – Ditjen Perkebunan

http://ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/index.php?option=com_content&view=article&id=80:tek

nik-perbanyakan-tanaman-stevia&catid=8:inventaris-berita&Itemid=30

.
Daun Stevia: Manis Daunnya, Manis Untungnya

Daun stevia bisa menjadi bahan pemanis pengganti gula. Kandungan kalorinya boleh dibilang nol.

Ini membuat daun stevia banyak diburu industri jamu untuk pengganti gula. Budidaya tanaman

dari Paraguay ini menjanjikan untung nan manis.

Bagi para penderitanya, penyakit diabetes atau gula tentu menjadi momok yang menakutkan.

Padahal, tanpa gula, makanan dan minuman terasa kurang mantap, bahkan hambar. Maka,

pemanis rendah kalori kini semakin banyak diminati oleh masyarakat.

Tapi, tahukah Anda sehelai daun bisa menjadi pemanis alternatif untuk pengganti gula pasir?

Adalah daun stevia yang memiliki zat pemanis tersebut. Kini, mulai banyak petani

membudidayakan tanaman asli Paraguay dan Brazil ini.

Salah satunya adalah Widhi Hartanto, pembudidaya tanaman stevia di Karanganyar, Jawa Tengah.

Widhi bilang, daun stevia adalah pemanis yang rendah kalori sehingga baik buat penderita

diabetes.

Konon, rasa daun stevia segar 10-15 kali lebih manis ketimbang gula. Adapun ekstrak kualitas

bagus diklaim bisa 200-300 kali lebih manis daripada gula.

Rasa manis daun stevia berasal dari kandungan di dalam daun yang disebut steviosida. Zat ini

sendiri sebenarnya merupakan molekul glikosida yang disusun dari glukosa, sophorose dan steviol.

“Ini yang membuat rasa manis daun stevia berbeda dengan rasa manis gula biasa,” katanya.

Widhi membudidayakan stevia di atas lahan seluas 2.000-3.000 meter persegi. Dia mengaku, tiap

bulan bisa memproduksi stevia kering sekitar 2-3 ton.


Memang, daun stevia belum cukup poluler di masyarakat kita. Kini, tutur Widhi, permintaan

didominasi oleh pabrik jamu. “Ekstrak daun stevia bisa mengurangi rasa pahit jamu sehingga

rasanya lebih enak,” ujarnya.

Widhi mengaku, saat ini ia memasok daun stevia ke pabrik jamu Sido Muncul dan pabrik-pabrik

jamu kecil lainnya. “Pemasaran masih terbatas di beberapa kota, seperti Solo, Semarang dan

Bandung,” ujarnya.

Padahal, di luar negeri, stevia biasa dipakai sebagai pemanis kue atau minuman. Bentuknya pun

bervariasi, mulai dari bubuk hingga cairan berasa aneka buah.

Widhi menjual campuran daun dan batang stevia kering seharga Rp 10.000 per kilogram. Dari

bisnis ini, omzet yang bisa dikantongi Widhi mencapai Rp 30 juta per bulan. “Kalau pas harga

bagus, keuntungannya bisa hampir 50%,” katanya.

Menurut Widhi, bisnis daun stevia punya prospek cerah. Permintaan dari luar negeri pun cukup

banyak. “Hanya saja, masih kurang ada dukungan pemerintah untuk produk agribisnis stevia ini,”

keluhnya.

Bayu Prabowo mengamini cerita Widhi. Staf di CV Satu Karya Enterprise (SKY), perusahaan

pembudidaya stevia di Solo, ini mengatakan, permintaan daun stevia untuk pasar dalam negeri

memang tidak terlalu besar. Kebanyakan berasal dari pabrik jamu. Sementara konsumen lainnya

belum cukup banyak yang melakukan permintaan produk ini.

Bayu menambahkan, permintaan daun stevia justru mengalir deras dari pasar luar negeri. Dia

mengaku, CV SKY rutin memasok daun stevia ke pasaran Malaysia dan sejumlah negara di Eropa.

“Pernah juga ada permintaan sampel dari Singapura,” katanya.

CV SKY bisa memproduksi 50-70 ton daun stevia kering per bulan. Harga jual yang dipatok CV

SKY Rp 23.000-Rp 24.000 per kg untuk daun stevia kering, dan Rp 15.000-Rp 17.000 untuk daun

plus batang stevia kering. Dari bisnis ini, CV SKY bisa meraup omzet Rp 1 miliar per bulan.

(Tabloid Kontan)

http://www.ciputraentrepreneurship.com/beranda/2796.html

.
Budidaya Stevia

Dengan hadirnya tanaman stevia dapat dijadikan alternatif yang tepat untuk menggantikan

kedudukan pemanis buatan atau pemanis sintetis karena gula steviaini mempunyai tingkat

kemanisan yang mampu menandingi gula sintetis.

Saat ini pemakaian akan gula sintetis dan pemanis buatan telah berkembang di Indonesia bahkan

hal tersebut telah menjadi suatu kebiasaan dikarenakan harga pemanis sintetis dan pemanis

buatan jauh lebih murah dibanding dengan harga gula yang terus meningkat. Padahal efek yang

akan ditimbulkan dari pemakaian pemanis tersebut apabila terus menerus digunakan akan sangat

membahayakan kesehatan manusia.Untuk itu perlu diadakan suatu penyuluhan kepada petani

tentang budidaya tanaman stevia karena di Indonesia tanaman ini masih tergolong belum banyak

dikenal sehingga apabila petani mampu membudidayakan dan mengembangkannya pasti akan

dapat meningkatkan pendapatan mereka karena tanaman ini akan diminati banyak orang. Berikut

ini adalah langkah-langkah membudidayakanstevia:

Pembibitan stevia

Penyediaan bibit stevia dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan benih, setek,

anakan, dan kultur jaringan. Tetapi kebanyakan menggunakan setek karena lebih cepat dan

praktis. Teknik pembibitan dengan setek dilakukan dengan menggunakan sungkup plastik kedap

udara yang dinaungi sehingga suhu dalam sungkup rendah dan kelembabannya mendekati 100%.

Sekitar 3-4 minggu kemudian setek sudah dapat dipindahkan ke lahan yang telah disediakan

sebelumnya.

Penanaman stevia

Sebelum melakukan penanaman lahan dicangkul atau dibajak sebanyak dua kali sehingga

diperoleh tekstur tanah yang gembur. Selanjutnya dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran

panjang kira-kira 5 m atau disesuaikan dengan keadaan lahan dan lebar antara 100-125 cm.

Ketinggian masing-masing bedengan cukup sekitar 20 cm. Apabila penanaman dilakukan pada

lahan berkontur miring, sebaiknya dibuat teras terlebih dahulu.


Bibit ditanam dengan jarak tanam 25×25 cm atau 30×30 cm, sehingga setiap bedengan berisi 4-5

baris tanaman. Sebaiknya pada setiap lubang tanam diberi sekitar 250 g pupuk organik (pupuk

kandang atau kompos). Waktu yang dianggap terbaik untuk menanam stevia adalah saat musim

hujan agar persediaan air mencukupi dan tanaman cepat segar kembali (biasanya 1-2 hari setelah

penanaman).
Pemeliharaan stevia

Pekerjaan terpenting di dalam pemeliharaan tanaman stevia adalah pemupukan, pemangkasan,

dan pengendalian hama serta penyakit. Satu minggu setelah ditanam, setiap tanaman perlu diberi

pupuk buatan masing-masing 1 g Urea, 1 g TSP dan 1 g KCL. Pemberian pupuk buatan tersebut

diulang lagi setiap kali stevia baru dipanen. Pada saat tanaman stevia berumur 2 minggu,

sebaiknya setiap ujung tanaman dipangkas untuk membentuk percabangan sehingga produksi

daun akan lebih banyak.

Tentu saja bila kita ingin memperoleh daun tanaman organik kita hanya mengganti pupuk kimia

diatas dengan pupuk organik berupa pupuk kompos atau pupuk kandang.

Hama tanaman stevia

Hama yang mungkin menyerang stevia adalah kutu daun dan ulat. Hama yang berupa kutu

diantaranya adalah kutu daun Aphis sp yang dapat merusak pucuk. Sedangkan hama yang berupa

ulat diantaranya adalah ulat grayak Heliothis sp. Kedua jenis hama ini akan menyerang tanaman

stevia terutama bila penanaman dilakukan pada lahan bekas sayuran yang kurang perawatan.

Sedangkan jenis penyakit yang kemungkinan dapat ditemukan pada tanaman pemanis ini ialah

cendawan Poria hypolateria yang menyebabkan timbulnya warna merah bata pada bagian batang

dan akhirnya tanaman menjadi layu. Sumber inokulum dari penyakit tersebut adalah sisa akar dan

sebaiknya perlu dilakukan sanitasi kebun untuk tindakan preventifnya. Jenis penyakit lain

diantaranya adalah Sclerotium rolfsii dan Fusarium sp.


Hendaknya pemakaian insektisida, fungisida atau pestisida tidak dilakukan pada tanaman stevia,

baik dalam rangka mencegah maupun mengendalikan hama serta penyakit. Karenanya perlu

diusahakan agar kebun stevia mendapat perwatan yang khusus dan intensif.

Pemanenan daun stevia

Penentuan waktu dan cara panen bagi tanaman stevia harus dikuasai. Apabila lambat memanen,

maka kandungan gula daun stevia menurun. Sebaliknya, apabila waktu panennya terlalu awal

selain rendemen atau kandungan gula belum maksimal juga jumlah daun yang dihasilkan sedikit.

Untuk pertama kalinya daun stevia dipanen pada umur antara 40-60 hari setelah penanaman dan

untuk pemanenan yang berikutnya bisa menggunakan selang waktu antara 30-60 hari sekali.

Selain menggunakan pedoman tersebut, panen untuk daun stevia dapat juga didasarkan pada

ketinggian tanaman. Biasanya, panen daun dilakukan kalau tanaman ini sudah setinggi 40-60 cm

dengan pertumbuhan daun yang rimbun. Pada ketinggian seperti ini tanaman sudah mulai

memasuki masa berbunga dan pada saat ini pula kandungan gula (steviosida atau zat yang

menjadi penentu kadar kemanisan) tanaman sedang berada pada tingkat yang tertinggi.

Waktu yang terbaik untuk melakukan panen daun yaitu pagi hari, pemanenan dilakukan dengan

memotong batang atau tangkai kira-kira 10-15 cm dari permukaan tanah. Alat yang dipakai untuk

memotong batang atau tangkai dapat berupa gunting besar atau gunting pangkas yang tajam.

Ketika panen, sisakan sebanyak 1-2 tangkai pada setiap tanaman supaya taaman yang baru

dipanen itu dapat tumbuh kembali dengan baik. Selanjutnya batang atau ranting tersebut

dirompes atau dipipil dan yang diambil hanya daun-daunnya saja.

Setelah melakukan pemanenan daun stevia secara tepat: usia / tinggi tanaman, kesuburan

tanaman serta dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit dengan gunting dahan yang

tajam – berikutnya adalah langkah-langkah penanganan paska panen daun.

Paska panen daun

Paska penen daun stevia sangat perlu diperhatikan agar diperoleh kualitas daun yang baik. Daun-

daun stevia hasil panen, harus secepatnya dipipil dari batang atau tangkai dan segera dikeringkan.

Waktu pemipilan yang lambat dikhawatirkan akan dapat mengurangi kadar bahan pemanis di
dalam daun. Sebab jika daun masih melekat pada batang atau tangkai maka proses perombakan

bahan pemanis yang ada di dalamnya akan berlangsung. Jadi dengan lebih cepatnya dilakukan

pemipilan daun setelah panen, maka diharapkan kadar pemanis dapat dipertahankan.

Pengeringan daun stevia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan sinar matagari atau

dengan alat pengering buatan. Apabila pengeringannya dilakukan dengan sinar matahari, maka

daun diletakkan di atas alas plastik, tampi, atau jenis alas lainnya. Bila keadaan cuaca baik, cara

ini hanya membutuhkan waktu pengeringan sekitar 8 jam. Sedang pengeringan dengan

menggunakan pengering buatan seperti oven, waktunya lebih cepat lagi yaitu sekitar 4 jam pada

suhu 70 ºC.

Daun stevia yang telah kering warnanya hijau kekuningan. Daun stevia kering yang bermutu baik

setidaknya harus memiliki kadar air maksimum 10%, kadar steviosida minimum 10% dan kadar

kotoran maksimum 3 %. Apabila pengeringan daun dilakukan di atas suhu 70 ºC maka kadar

steviosida akan sedikit mengalami penurunan. Sedangkan penggunaan suhu sampai 80 ºC selain

akan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar gula dalam daun juga akan timbul warna coklat

kehitaman. Daun stevia yang mengalami keterlambatan pengeringan akan berwarna hitan karena

terjadi proses fermentasi oleh mikroorganisme yang disertai perombakan senyawa steviosida.

Fermentasi juga akan terjadi pada daun stevia yang terkena air yang juga akan menyebabkan

kebusukan.

Daun-daun stevia yang telah dikeringkan selanjutnya dikemas. Biasanya daun dimasukkan ke

dalam karung dengan berat 20 kg/bal. Dengan cara pengemasan yang baik dan tertutup rapat,

daun steviabisa disimpan sampai satu tahun bahkan lebih. Nilai ekonomi daun stevia dari 1 kg

daun stevia basah akan diperoleh 0,20-0,25 kg daun kering (rendemen 20-25%). Sedang

rendemen dari daun kering menjadi kristal gula stevia sekitar 0,8-1%. Dengan kata lain dari setiap

100 kg daun stevia kering akan didapatkan 0,8-1 kg gula.

(Sumber http://eone87.wordpress.com)

7 Langkah Mengeringkan Daun Stevia


Dengan menanam tanaman Stevia di halaman rumah Anda, pemanenan daunStevia dapat

dilakukan setiap saat sepanjang tahun selama tanaman sehat dan terus tumbuh – jadi akan selau

tersedia pemanis sehat alami sepanjang tahun. Dan ini jauh lebih murah

untuk menanam dan mengeringkan sendiri daun Stevia daripada membeli gula pasir yang

relatif mahal dan kurang baik bagi kesehatan Anda.

Anda juga dapat membuat sendiri bubuk Stevia untuk

mempermanisminuman dan menaburkannya pada buah atau makanan apapun yang Anda

pilih. Apakah sulit menyiapkan bubuk daun stevia kering untuk persedian pemanis kita sepanjang

tahun? Tidak !!!! Di negara tropis seperti diIndonesia, cukup mempergunakan berkah sinar

matahari yang melimpah untuk mengeringkannya.

Inilah urutan proses pengeringan dan penyimpanan daun Stevia:

1. Potong dahan stevia setinggi 10-15 cm dari tanah, kemudian petikdaunnya. Jangan

menggunakan daun Stevia yang telah terkontaminasi dengan bahan kimia seperti insektisida,

pestisida ataup pupuk kimia.

2. Cuci dan bilas daun Stevia bawah air yang mengalir sampai bersih.

3. Keringkan daun stevia dengan handuk bersih atau tissue, atau cukup ditiriskan sampai hilang

airnya.

4. Letakkan daun tersebut di bawah terik matahari langsung.

5. Biarkan daun Stevia menjadi kering tetapi warna tetap hijau, renyah dan hancur bila

disentuh. Kira-kira dibutuhkan 2-3 hari untuk mengeringkan daun stevia. Jangan terlalu lama

mengeringkannya karena daun berubah warna menjadi coklat –dan akan menjadi kurang menarik

lagi penampilannya.

6. Hancurkan daun stevia kering dengan menggunakan penggiling kopi (coffee grinder),

atau Anda juga dapat menghancurkannya denganmenggunakan bagian belakang sendok dengan

meletakkan daun kering dalam mangkuk atau menghancurkan daun kering dengan mortir .

7. Simpan bubuk daun Stevia dalam botol kaca bertutup di tempat yang sejuk dan kering.

Sekarang, kapanpun Anda butuh pemanis tinggal mengambilnya dari persediaan dan bila

persediaan hampir habis Anda dengan mudah menyiapkan kembali bubuk daun stevia kering

dengan cara-cara diatas.


Cara Praktis Mengeringkan Stevia

Dalam tulisan terdahulu 7 Langkah Mengeringkan Daun Stevia dengan cara mengeringkan hanya

daun stevia saja, berikut ini cara lain yang lebih praktis dan tidak membutuhkan tempat yang luas

untuk mengeringkan daun stevia yaitu dengan menggantung potongan dahan secara terbalik.

Jadi kalau cara yang pertama adalah dengan melepaskan daun-daun stevia dari tangkainya, cara

yang sekarang adalah dengan mengeringkan daun beserta batangnya – kemudian setelah kering

daun dilepaskan dari batangnya.

Inilah tatacara pengeringannya:

1. Potong bagian tanaman stevia, baik batang utama ataupun cabangnya. Anda memiliki tiga

pilihan ketika melakukan panen

daun stevia Anda: mencabut seluruh tanaman sampai akarnya, memotongbatang utama

atau cabang tanaman. Cara mencabut seluruh tanaman dari tanah dilakukan jika Anda tidak

ingin stevia tumbuh kembali karena ingin menggantinya karena sudah tidak produktif

lagi. Sedangkan memotong cabang utama akan menghasilkan cabang sekunder lebihbanyak dan

akan merubah bentuk tanaman dan memungkinkan matahari menjangkau ke seluruh bagian

tanaman.

2. Stevia yang dicabut seluruh tanamannya dipotong terlebih dahulu bagian akarnya, kemudian

bersama potongan cabang yang lain dicuci dengan air mengalir sampai bersih.

3. Potongan stevia ditata sehingga ujung-ujung batang menyatu di bagian atas. Siapkan tali

yang cukup panjang untuk mengikat kumpulan ujung batang ini. Ikat ujung batang yang

disatukan ini secara erat dengan simpul mati tetapi jangan sampai merusak batang yang diikat

dan buat satu ikatan lagi dibawahnya sebagai cadangan agar bila proses pengeringan terjadi dan

batang mengecil – ikatannya tidak terlepas bila digantung.

4. Gantung kumpulan ikatan tangkai hijau stevia ini terbalik sampai kering.

5. Untuk mendapatkan warna hijau daun kering terbaik letakkan dibawah sinar matahari secara

penuh atau dengan sebagian pelindung untuk menjaga kelembaban.


6. Harap diperhatikan: jika kondisi cuaca lembab di luar karena hujan atau mendung –

daun stevia dapat menjadi berjamur selama proses pengeringan.

7. Setelah beberapa hari, daun Stevia Anda akan kering dengan warna yang masih

hijau. Daun stevia sekarang siap untuk digunakan untuk teh, larutan atau ekstrak ataupun

disimpan dan dapat digunakan kapanpun dibutuhkan.

Sistematika Tanaman Stevia

Tanaman stevia (Stevia rebaudiana Bertonii M.) memiliki sistematika sebagai berikut(Hutapea,

1991):

Division : Spermatophyta

Sub division : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Familia : Composite

Genus : Stevia

Spesies : Stevia rebaudiana Bertonii M.

Stevia adalah tanaman semak yang berasal dari famili Compositae. Tingginya ± 65 cm, berbatang

bulat, berbulu, beruas, bercabang banyak, dan warnanya hijau. Daunnya tunggal berhadapan,
berbentuk bulat telur, berbunga hermaprodit, mahkota ungu berbentuk tabung dan berakar

tunggang.

Tanaman ini memiliki daya regenerasi yang kuat sehingga tahan terhadap pemangkasan. Stevia

sebagai sumber pemanis alami memiliki prospek cerah di masa yang akan datang, mengingat

pemanis sintetik seringkali berpengaruh buruk terhadap kesehatan. Bahan pemanis utama pada

stevia adalah stevioside, suatu glikosida diterpen yang sangat manis namun hampir tidak

mengandung kalori (Tirtoboma,1988).

Produk utama stevia adalah daun yang digunakan sebagai bahan baku pembuat gula atau pemanis

alami. Saat yang tepat untuk panen pertama pada waktu kandungan stevioside maksimal yaitu

tanaman telah berumur 40-60 hari, tinggi tanaman 40-60 cm, berdaun rimbun, dan menjelang

stadium berbunga. Panen dilakukan dengan cara memotong batang tanaman stevia setinggi 10-15

cm dari permukaan tanah dengan menggunaka gunting pangkas yang tajam (Rukmana, 2003).

Agar kadar kemanisan dapat dipertahankan daun harus segera dirempel/ dilepas dari dahannya

dan dikeringkan setelah panen. Pasar ekspor menghendaki daun yang memiliki kadar air maksimal

10% dan kandungan kotoran maksimal 3%. Tanaman stevia sangat potensial dikembangkan

sebagai bahan baku gula (pemanis) alami pendamping gula tebu dan pengganti gula sintetis.

Kelebihan gula stevia antara lain tidak bersifat karsinogen dan rendah kalori (Paimin, 2004).

Stevia adalah suatu sumber bahan pemanis alami yang mempunyai tingkat kemanisan 200-300

kali lebih manis daripada gula tebu. Tanaman ini sudah lama digunakan sebagai bahan pemanis

pada makanan dan minuman (Darmoko dan Oskari, 1984).

Stevia dapat dikembangbiakkan dengan cara generatif dan vegetatif. Secara vegetatif umumnya

diperbanyak dengan stek batang. Perkembangbiakkan secara generatif dilakukan dengan

menggunakan biji. Cara ini jarang dilakukan karena untuk mendapatkan biji cukup sulit, waktu

pertumbuhan juga lebih lama disamping kandungan stevioside tanaman induk lebih rendah

(Lutony, 1993).

Para peneliti berusaha mencari dan menemukan bahan obat baik yang modern maupun

tradisional. Kebijaksanaan Obat Nasional menyebutkan berbagai langkah penanggulangan

diperlukan agar dapat dicapai hasil yang berdaya guna. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mempelajari apakah zat pemanis dari Stevia rebaudiana Bertonii mempunyai sifat hipoglikemik

atau tidak. Stevia rebaudiana Bertonii dapat digunakan sebagai makanan berkalori rendah bagi

penderita diabetes, orang kegemukan dan penderita gigi berlubang (http//:digilib.ti.itb.ac.id).

.
Sejarah Penggunaan Stevia

Genus Stevia terdiri dari 240 spesies adalah merupakan tanaman asli Amerika Selatan, Amerika

Tengah, dan Meksiko, dengan beberapa spesies ditemukan terjauh di Arizona Utara, New Mexico,

dan Texas .

Stevia pertama kali diteliti oleh ahli botani dan dokter Spanyol Petrus Jacobus Stevus (Pedro Jaime

Esteve) yang kemudian nama belakangnya dipergunakan untuk menjadi sebutan tanaman

tersebut yaitu Stevia . Manusia pertama yang menggunakan Stevia rebaudiana berasal dari

Amerika Selatan. Daun tanaman stevia memiliki kemanisan 30-45 kali sukrosa (gula meja biasa).

Stevia dapat dipergunakan dalam keadaan segar, atau dimasukkan ke dalam teh dan makanan.

Tanaman Stevia digunakan secara luas oleh suku Indian Guaraní sejak lebih dari 1.500 tahun yang

lalu. Selama berabad-abad, masyarakat Guaraní Paraguay menggunakan stevia, yang mereka

sebut ka’a he’ê (ramuan manis), sebagai pemanis dalam ranuan minuman yerba mate dan teh

obat kardiotonik. Dan di Paraguay dan Brasil tanaman stevia memiliki sejarah yang panjang untuk

pengobatan tradisional selama ratusan tahun, untuk mempermanis teh lokal, obat-obatan dan

sebagai pemanis.

Pada tahun 1899, ahli botani Swiss Moisés Santiago Bertoni, selama penelitiannya di bagian timur

Paraguay pertama kali menjelaskan deskripsi tanaman dan rasa manis stevia secara rinci.

Kemudian pada 1931, dua kimiawan Perancis mengisolasi glikosida yang memberikan rasa manis

dari daun stevia . Senyawa ini diberi nama stevioside dan rebaudioside, yang memiliki kemanisan

250-300 kali sukrosa (gula pasir), tahan panas, pH yang stabil, dan tidak mengalami fermentasi .

Pada awal 1970-an, Jepang mulai melakukan budidaya stevia sebagai alternatif pengganti untuk

pemanis buatan seperti siklamat dan sakarin, yang dicurigai bersifat karsinogen yaitu
menimbulkan pertumbuhan kanker. Daun tanaman stevia, air dari ekstrak daun, dan steviosides

murni dipergunakan sebagai pemanis. Sejak perusahaan Morita Kagaku Kogyo Co, Ltd

menghasilkan pemanis stevia komersial pertama di Jepang pada tahun 1971. Negara ini telah

menggunakan stevia dalam produk makanan, minuman ringan (termasuk Coca Cola), dan

pengganti gula pasir. Jepang saat ini mengkonsumsi stevia paling besar dibandingkan dengan

negara lain, dan stevia merupakan pemasok 40% dari seluruh pasar pemanis di Jepang

Saat ini, Stevia dibudidayakan dan digunakan dalam makanan di tempat lain seperti di Asia timur,

termasuk di Cina (sejak 1984), Korea, Taiwan, Thailand, dan Malaysia serta di beberapa bagian

Amerika Selatan (Brasil, Kolombia, Peru, Paraguay, dan Uruguay), dan di Israel.

Empat Manfaat Fantastis Stevia

Pemanis alami stevia dibuat dari daun tanaman stevia – daun ini sangat manis dan tidak

mengandung kalori atau gula sehingga stevia adalah pilihan yang paling aman dibandingkan

pemanis buatan/sintetis lainnya.

Webmd.com menyatakan, stevia yang mengandung stevioside telah digunakan dengan aman

dalam penelitian dalam dosis sampai 1500 mg per hari selama 2 tahun. Karena kenyataan

bahwa stevia bisa sampai 300 kali lebih manis dari gula, sehingga kebanyakan orang bahkan

tidak akan dapat mengkonsumsi 1500 mg dalam seminggu penuh. Dibawah ini merupakan empat

manfaat utama stevia:

1. Menurunkan Berat Badan

Jika Anda ingin menurunkan berat badan, Anda perlu membakar kalori lebih dari yang Anda

masukkan. Pernyataan itu masuk akal. Tapi bagaimana bisa seseorang dengan mudah memotong

pemasukan kalori berupa gula? Jawabannya adalah Stevia.

Stevia tidak mengandung kalori dan tidak akan menaikkan gula darah. Menjaga kadar gula darah

yang stabil saja akan membuat banyak orang ke dalam jalur badan yang sehat.
2. Aman untuk Gigi

Jika seseorang mulai menggunakan pemanis tanpa gula untuk menggantikan gula halus dalam

diet mereka, mereka mungkin melihat penurunan kerusakan gigi. Pada tahun 1999, rata-rata

orang mengkonsumsi gula 3 pon gula setiap minggu!

Jangan berpikir bahwa Anda mengkonsumsi banyak gula? Mulailah melacak apa yang Anda

makan. Periksa label makanan untuk tambahan gula, fruktosa, atau sirup jagung dengan tinggi

fruktosa. Berikut ini adalah daftar hanya beberapa dari banyak makanan yang dikemas dengan

tambahan gula tersembunyi: saus tomat, biskuit, minuman ringan bersoda, jus olahan, dll

Kita hanya bisa membayangkan berapa banyak gigi bisa diselamatkan dengan mengganti semua

gula yang di konsumsi dengan pilihan sehat seperti stevia.

3. Menurunkan Tekanan Darah Tinggi

Webmd.com menunjukkan adanya penelitian yang menunjukkan bahwa Stevia dapat menurunkan

tekanan darah tinggi dengan menggunakan antara 750-1500 mg stevioside setiap hari.

Amanda Gardner, di CNN.com, menyatakan bahwa para peneliti telah menghubungkan tingginya

konsumsi fruktosa, gula lain yang tersembunyi, dengan peningkatan risiko tekanan darah tinggi

sebesar 30%. Bahkan Anda hanya perlu minum 2,5 kaleng atau lebih soda teratur setiap hari

untuk meningkatkan risiko Anda.

Jika lebih banyak orang memilih untuk menurunkan resiko mereka dengan menghilangkan soda

dan menggunakan stevia sepanjang hari, mereka mungkin memiliki kesempatan yang lebih baik

untuk menurunkan tekanan darah mereka di masa depan.

4. Penurunan Gula Darah

Selain stevia tidak mengandung kalori sama sekali Webmd.com juga menyoroti penelitian lain

mengungkapkan bahwa 1000 mg stevioside dapat mengurangi gula darah sebesar 18%.

Sumber Pustaka :

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2010

Rukman, H. R. 2003. Budidaya Stevia, Bahan Pembuatan Pemanis Alami. Penerbit Kanisius.

Jogjakarta

Suara Media. 2010. Tergiur Laba Menggoda Bisnis Tanaman Stevia Semanis Rasanya.

http://www.suaramedia.com. 2 Maret 2012.


Sudiatso, S. 1999. Tanaman Bahan Baku Pemanis dan Produksi Pemanis. Fakultas Pertanian, IPB.

Bogor

http://budidayastevia.wordpress.com/

Proses pengeringan dan penyimpanan daun Stevia:


 Potong dahan stevia setinggi 10-15 cm dari tanah, kemudian petik daunnya. Jangan
menggunakan daun Stevia yang telah terkontaminasi dengan bahan kimia seperti insektisida,
pestisida ataup pupuk kimia.
 Cuci dan bilas daun Stevia bawah air yang mengalir sampai bersih.
 Keringkan daun stevia dengan handuk bersih atau tissue, atau cukup ditiriskan sampai hilang
airnya.
 Letakkan daun tersebut di bawah terik matahari langsung.
 Biarkan daun Stevia menjadi kering tetapi warna tetap hijau, renyah dan hancur bila disentuh.
Kira-kira dibutuhkan 2-3 hari untuk mengeringkan daun stevia. Jangan terlalu lama
mengeringkannya karena daun berubah warna menjadi coklat –dan akan menjadi kurang
menarik lagi penampilannya.
 Hancurkan daun stevia kering dengan menggunakan penggiling kopi (coffee grinder), atau Anda
juga dapat menghancurkannya dengan menggunakan bagian belakang sendok dengan
meletakkan daun kering dalam mangkuk atau menghancurkan daun kering dengan mortir .
 Simpan bubuk daun Stevia dalam botol kaca bertutup di tempat yang sejuk dan kering.
UJI VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK PERMEN JELLY HASIL PEMANFAATAN KULIT SEMANGKA
DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA MUDA DAN DAUN STEVIA SEBAGAI PEMANIS Baito Ayu
Novitasari, A 420090082, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, 51 Halaman. ABSTRAK Permen jelly merupakan suatu
produk olahan makanan dari hasil olahan. Penelitian ini menggunakan kulit semangka sebagai bahan
utama dalam pembuatan permen jelly dengan penambahan air kelapa muda dan daun stevia seagai
pemanis. Kandungan gula maksimun 3 gram/100 ml air kelapa. Kandungan glukosa yang cukup tinggi
dalam air kelapa muda dan daun stevia dapat dimanfaatkan untuk pemanis permen jelly. Kandungan
vitamin C pada kulit semangka yaitu 20 mg/ 100 gram daging buah merupakan antioksidan yang
sangat baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui uji organoleptik dan uji vitamin C dalam pembuatan permen jelly kulit semangka dengan
variasi penambahan air kelapa muda dan daun stevia sebagai pemanis. Penelitian dilakukan dengan
metode eksperimen, dengan jumlah 9 perlakuan kombinasi. Hasil uji organoleptik berupa data
angket dan hasil uji vitamin C berupa kadar vitamin C dari setiap perlakuan. Hasil uji organoleptik
yang diperoleh menunjukkan bahwa perbedaan pemanis dan perbedaan konsentrasi pemanis
berpengaruh terhadap hasil uji organoleptik (warna, rasa, tekstur, aroma). Permen jelly yang paling
disukai panelis adalah permen jelly dengan bahan kulit semangka dan penambahan pemanis daun
stevia dan air kelapa muda sebanyak 50 ml dan 100 ml, mempunyai warna kuning, rasa sangat enak,
tekstur kenyal, dan aroma khas permen jelly. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) dan menggunakan dua faktorial yaitu air kelapa muda dan daun stevia dengan jumlah 9
perlakuan dengan konsentrasi gula pasir 0 (kontrol), konsentrasi daun stevia 50 dan 100 ml
sedangkan konsentrasi air kelapa muda 50 dan 100 ml. Kadar vitamin C tertinggi pada penambahan
daun stevia 50 ml (perlakuan K0S1) yaitu sebesar 2.97 mg. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin banyak konsentrasi daun stevia maka semakin tinggi pula kandungan vitamin C yang
dihasilkan dalam permen jelly. Kata kunci: kulit semangka, permen jelly, air kelapa muda, daun
stevia, uji organoleptik, uji vitamin C

Anda mungkin juga menyukai