Anda di halaman 1dari 11

PETVIA - Teh Daun Pepaya, Bunga Telang, dan Daun Stevia: Formulasi,

Identifikasi dan Uji Bioaktivitas

Karin Angelica, Nico Anthony


SMA Katolik Santu Petrus Pontianak, West Kalimantan, Indonesia

ABSTRAK
Teh merupakan minuman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat
Indonesia karena memiliki berbagai manfaat kesehatan. Namun, teh
konvensional yang beredar di pasaran sering mengandung gula,
pewarna, dan pengawet buatan yang dapat merusak kualitas teh dan
menimbulkan efek samping bagi kesehatan. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk membuat teh herbal alami yang terbuat
dari daun pepaya, bunga telang, dan daun stevia yang memiliki
Keywords: kandungan antioksidan dan antidiabetes.. Teh herbal ini diberi nama
Petvia, yang merupakan singkatan dari Pepaya, Telang, dan Stevia.
Daun Pepaya Penelitian ini meliputi tahap formulasi, identifikasi, dan uji
Bunga Telang bioaktivitas. Petvia dapat diminum oleh penderita diabetes dan orang
Daun Stevia yang ingin mencegah diabetes dan obesitas. Metode yang digunakan
Teh Herbal adalah dengan mengeringkan bahan-bahan di oven dan mengolahnya
menjadi bubuk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teh herbal
Petvia memiliki kandungan antioksidan, vitamin C, dan kadar
glukosa yang rendah sehingga teh herbal Petvia dapat menjadi
alternatif minuman sehat yang dapat mengurangi prevalensi diabetes
dan obesitas di Indonesia.

Corresponding Author:
Karin Angelica,
SMA Katolik Santu Petrus,
Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia.
Email: karin.2023065@smapetrus.net

1. PENDAHULUAN
Diabetes dan obesitas adalah dua masalah kesehatan utama yang mempengaruhi jutaan orang di
seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Diabetes adalah kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak
dapat memproduksi atau menggunakan insulin dengan baik, sehingga menyebabkan kadar gula darah
tinggi. Diabetes melitus merupakan penyebab kematian nomor empat di dunia. Sembilan puluh persen
kasus Diabetes melitus dunia didominasi oleh Diabetes melitus tipe 2. International Diabetes Federation
memperkirakan insiden dan angka kematian diabetes akan terus meningkat hingga tahun 2045. Diabetes
menyebabkan komplikasi makrovaskular yang berkontribusi terhadap kematian kardiovaskular, dan juga
mikrovaskular yang merupakan faktor risiko penyebab kebutaan, amputasi ekstremitas bawah, gagal
ginjal, dan kematian, sedangkan di bawahnya ada obesitas. Obesitas adalah kondisi yang terjadi ketika
tubuh menumpuk lemak berlebih, Obesitas diketahui sebagai faktor risiko utama untuk sejumlah penyakit
tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, hipertensi, penyakit jantung koroner, atau
beberapa jenis kanker. Selain itu, obesitas juga menyebabkan berbagai masalah psikologis atau berbagai
cacat fisik. Menurut WHO (World Health Organization), kelebihan berat badan dan obesitas
menyumbang 44% dari kasus diabetes, 23% dari pasien penyakit jantung koroner, dan sekitar 7-41% dari
kanker tertentu. Dari semua penyakit ini, diabetes tipe 2 paling banyak dikaitkan dengan obesitas, dan

National Science Fair for Indonesian Adolescents


prevalensi diabetes terkait obesitas diperkirakan akan meningkat dua kali lipat menjadi 300 juta pada
tahun 2025. Kedua penyakit ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, seperti pola makan dan
gaya hidup.

Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2018) prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 6,2%, sedangkan prevalensi obesitas
mencapai 21,8%. Angka-angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan tahun
2013, yang masing-masing sebesar 2,4% dan 14,8%. Selain itu, angka kelebihan berat badan dan obesitas
di Indonesia meningkat di semua kelompok usia dan pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa diabetes
dan obesitas merupakan masalah kesehatan publik yang serius dan membutuhkan penanganan yang tepat.

Salah satu pengobatan umum untuk diabetes dan obesitas adalah penggunaan obat-obatan sintetis,
seperti suntikan insulin, obat hipoglikemik oral, dan obat anti-obesitas. Namun, obat-obatan ini dapat
memiliki efek samping, seperti kenaikan berat badan, hipoglikemia, kerusakan hati, dan ketergantungan.
Oleh karena itu, diperlukan pengobatan alternatif dan alami yang aman, efektif, dan terjangkau untuk
mengatasi diabetes dan obesitas.

Jadi, solusi yang kami usulkan adalah dengan meminum teh herbal. Teh merupakan salah satu
minuman yang familiar di kehidupan sehari-hari karena berbagai manfaatnya untuk kesehatan. Teh adalah
minuman yang mengandung kafein, sebuah infusi yang dibuat dengan cara menyeduh daun, pucuk daun,
atau tangkai daun yang dikeringkan dari tanaman Camellia sinensis dengan air panas. Teh berasal dari
China sekitar tahun 2700 sebelum Masehi, kemudian menyebar ke India, Jepang, Eropa, Rusia, dan
Indonesia. Terdapat tiga macam teh, yaitu teh hitam, teh oolong, dan teh hijau, yang berbeda dalam cara
pengolahannya. Teh merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang memberikan kontribusi
devisa yang cukup besar bagi negara. Indonesia mengekspor beberapa produk minuman teh dalam
berbagai jenis, seperti teh celup, teh seduh, teh siap minum (teh gelas, teh dalam kemasan botol, maupun
teh celup)

Dalam pembuatan teh, telah banyak sekali bahan-bahan yang digunakan untuk membuat teh,
seperti dengan bunga telang atau daun teh. Tetapi, dalam penelitian ini kami akan memanfaatkan daun
pepaya, bunga telang, dan stevia. Daun pepaya mengandung enzim papain yang dapat membantu
meningkatkan pencernaan dan mengurangi peradangan, dan kandungan lain nya seperti alkaloid
karpainin, karpain, pseudokarpain, vitamin C dan E, kolin, dan karposid. Sedangkan bunga telang
mengandung senyawa antioksidan yang dapat membantu melindungi tubuh dari kerusakan sel dan radikal
bebas, selain itu bunga telang juga diketahui memiliki banyak manfaat seperti manfaat telang untuk
mengobati insomnia, epilepsi, disentri, keputihan, gonorrhea, rematik, bronkitis, asma, maag, tuberkulosis
paru, demam, dan beberapa manfaat lain. Kami menggunakan stevia sebagai pemanis alami yang rendah
kalori dan dapat membantu mengurangi risiko obesitas dan diabetes. Stevia juga dapat ditanam di
Indonesia dengan mudah, karena cocok dengan iklim tropis dan tidak membutuhkan perawatan khusus,
stevia menawarkan banyak keuntungan bagi kesehatan yang telah dibuktikan oleh lebih dari 500
penelitian, diantaranya: Tidak mempengaruhi kadar gula darah, aman bagi penderita diabetes, mencegah
kerusakan gigi dengan menghambat pertumbuhan bakteri di mulut, membantu memperbaiki pencernaan
dan meredakan sakit perut. Baik untuk mengatur berat badan, untuk membatasi makanan manis berkalori
tinggi. Dengan ini, pemanfaatan teh lokal dengan daun pepaya, bunga telang, dan stevia sebagai pemanis
dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, sekaligus mengembangkan
potensi tanaman lokal Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi teh herbal Petivia, mengidentifikasi senyawa
metabolit sekunder polifenol di dalamnya, dan melakukan uji bioaktivitas berupa tingkat toksisitas
formula tersebut.

National Science Fair for Indonesian Adolescents


Metode yang digunakan adalah dengan mengeringkan bahan-bahan di oven dan mengolahnya
menjadi bubuk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teh herbal Petvia memiliki kandungan
antioksidan, vitamin C, dan kadar glukosa yang rendah sehingga dapat membantu menurunkan kadar gula
darah dan berat badan. Dengan demikian, teh herbal Petvia dapat menjadi alternatif minuman sehat yang
dapat mengurangi prevalensi diabetes, kanker dan obesitas di Indonesia.

Kami juga berharap bahwa teh herbal akan aman, ditoleransi dengan baik, dan terjangkau bagi
semua orang. Kami berharap bahwa penelitian kami akan berkontribusi pada pengembangan pengobatan
baru dan alami untuk diabetes dan obesitas, serta mempromosikan penggunaan pengobatan herbal di
Indonesia dan di luar negeri.

2. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan desain post-test only control group.
Variabel bebas yang dilakukan adalah rasio daun pepaya, bunga telang, dan daun stevia. Beberapa rasio
telah dicoba dan melalui serangkaian uji coba terkait warna, aroma, dan rasa, maka ditetapkan dua rasio
uji yaitu 1:1:1 dan 5:1:3. Variabel kontrol dilakukan terhadap bahan baku, air seduhan, dan perlakukan
pengujian. Variabel terikat untuk identifikasinya menggunakan uji kadar glukosa, kestabilan busa saponin,
tingkat keasaman, kadar total polifenol dan kadar vitamin C, sementara bioaktivitasnya menggunakan uji
toksisitas LC50.

B. Sumber Data
Hasil penelitian ini diperoleh melalui pengamatan langsung (primer) yang dilakukan dimulai dari
tanggal 17 November hingga 24 November. Data dapat diartikan sebagai fakta atau
keterangan-keterangan yang akan diolah dalam kegiatan penelitian. Menurut sumber datanya, data
penelitian dapat digolongkan sebagai data primer dan data sekunder. Data primer atau data tangan
pertama, adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat
pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Data
sekunder atau data tangan ke dua, yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh
oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Jadi, yang dipakai dalam penelitian ini adalah sumber data primer
karena data yang diperoleh adalah data yang secara langsung diperoleh dari subjek penelitian ini.

C. Lokasi Penelitian
Penelitian selama 1 minggu ini dilakukan di Laboratorium SMA Katolik Santu Petrus, Jalan Karel
Satsuit Tubun No.3, Akcaya, Kec. Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia
(-0.0378881370652331, 109.33199030186957).

D. Alat dan Bahan Penelitian


Alat:
1. Gunting
2. Tempat Menghaluskan (ulekan)
3. Oven atau Tempat Pengeringan (jika dikeringkan dengan sinar matahari)
4. Wadah atau Toples (Menyimpan bahan bubuk agar awet)
5. Timbangan
6. Wadah Arloji (Wadah menguji berat mg dari bahan bubuk)
7. Tabung Reaksi
8. pH Meter (Mengukur pH dalam cairan)
9. Alat Pengukur Glukosa
10. Erlenmeyer (Wadah bahan kimia cair)
11. Pipet Tetes
12. Gelas Beker (Wadah untuk mengukur mL)
13. Lampu spiritus

National Science Fair for Indonesian Adolescents


14. Ulat Hongkong
15. Spatula Lab (Untuk mengaduk bahan kimia cair)
16. Kaki tiga dan kawat karsa

Bahan:
1. Daun Pepaya (dikeringkan dan dihaluskan menjadi bubuk)
2. Bunga telang (dikeringkan dan dihaluskan menjadi bubuk)
3. Daun Stevia (dikeringkan dan dihaluskan menjadi bubuk)
4. Cairan H₂SO₄ (Asam Sulfat)
5. Cairan KMnO4 (Kalium Permanganat)
6. Cairan Kanji (dari tepung tapioka dan dipanaskan)
7. Cairan Iodine (Yodium)
8. Aquades (air tidak mengandung logam atau anion, serta memiliki pH 7 atau netral)

E. Langkah Pembuatan
Cara preparasi bahan
- Daun Pepaya:
1. Hilangkan getah dari daun pepaya:
1. Cuci bersih daun pepaya
2. Rendam daun pepaya menggunakan air yang telah dicampur dengan garam
selama 5 menit
3. Buang air
4. Cuci bersih kembali daun pepaya
2. Gunting daun pepaya.
3. Keringkan daun di oven selama 8 menit 20 detik di suhu 160 derajat celcius
4. Setelah kering, simpan daun di wadah.
- Bunga Telang:
1. Cuci bunga telang
2. Keringkan dibawah sinar matahari selama 2 hari
3. Simpan bunga telang yang sudah kering di dalam wadah
- Daun Stevia:
1. Cuci bersih daun stevia
2. Jemur daun stevia selama 8 menit di oven dengan suhu 160 derajat celcius
3. Simpan di wadah
- Air Kanji
1. Siapkan tepung kanji/tapioka, lampu spiritus, korek api, air
2. Ambil 1 spatula kanji dan masukkan kedalam gelas beker
3. Masukkan 20 ml air
4. Panaskan larutan hingga larutan berubah dari putih menjadi agak bening keruh
Cara pembuatan teh rasio 5:1:3
1. Siapkan daun pepaya, bunga telang dan daun stevia dalam bentuk bubuk
2. Tuang 5 mg bubuk daun pepaya dan 1 mg bubuk stevia serta 3 mg bubuk bunga telang
kedalam gelas beker
3. Tuangkan air panas
4. Aduk teh hingga merata
Cara pembuatan teh rasio 1:1:1
1. Siapkan daun pepaya, bunga telang dan daun stevia dalam bentuk bubuk
2. Tuang 1 mg bubuk daun pepaya dan 1 mg bubuk bunga telang serta 1 mg bubuk daun
stevia kedalam gelas beker
3. Tuangkan air panas
4. Aduk teh hingga merata
Cara pengujian:

National Science Fair for Indonesian Adolescents


a. Uji kadar glukosa
1. Siapkan teh yang sudah jadi, alat pengukur kadar glukosa
2. Masukkan strip pengukur gula darah kedalam teh rasio 1:1:1 dan juga 5:1:3
3. Tunggu hingga alat selesai menghitung dan hasil akan keluar
b. Uji saponin
1. Siapkan teh yang sudah jadi, 2 buah tabung reaksi serta penutup nya, timer
2. Tuangkan teh dengan rasio 1:1:1 ke tabung reaksi, kemudian tutup tabung reaksi
3. Kocok tabung reaksi selama 2 menit
4. Lihat seberapa banyak busa yang dihasilkan dan kemudian hitung berapa lama
busa menghilang
5. Begitu pula dengan teh dengan rasio 5:1:3
c. Uji tingkat keasaman
1. Siapkan teh yang sudah jadi, alat pengukur pH, air tanpa mineral dan air biasa
2. Masukkan alat pengukur pH kedalam air mineral, kemudian tunggu sampai pH
air terukur dan catat
3. Masukkan alat pengukur pH ke dalam teh berrasio 1:1:1, kemudian tunggu
sampai pH teh terukur dan catat
4. Masukkan alat pengukur pH kedalam air biasa untuk membersihkan alat
pengukur pH
5. Masukkan alat pengukur pH ke dalam teh berrasio 5:1:3, kemudian tunggu
sampai pH teh terukur dan catat
d. Uji kadar total polifenol
1. Siapkan teh yang sudah jadi, 2 buah wadah erlenmeyer, 1 tabung ukur, pipet,
aquades, kmno4, dan asam sulfat
2. Masukkan 1 ml teh rasio 1:1:1 kedalam tabung ukur kemudian tambahkan 9 ml
aquades setelah itu pindahkan ke wadah
3. Ambil 2 tetes asam sulfat menggunakan pipet tetes kemudian teteskan ke teh
yang sudah ditambahkan 9 ml aquades setelah itu diaduk
4. Ambil beberapa tetes kmno4 menggunakan pipet tetes kemudian teteskan secara
perlahan dan aduk setiap menuangkan 1 tetes kmno4, teteskan kmno4 hingga teh
berubah warna
5. begitu pula dengan teh yang berrasio 5:1:3
e. Uji kadar vitamin C
1. Siapkan teh yang sudah jadi, 2 buah wadah erlenmeyer, 1 tabung ukur, pipet,
aquades, Iodine, dan air kanji
2. Masukkan 1 ml teh rasio 1:1:1 kedalam tabung ukur kemudian tambahkan 9 ml
aquades setelah itu pindahkan ke wadah
3. Ambil 2 tetes air kanji menggunakan pipet tetes kemudian teteskan ke teh yang
sudah ditambahkan 9 ml aquades setelah itu diaduk
4. Ambil beberapa tetes iodine menggunakan pipet tetes kemudian teteskan secara
perlahan dan aduk setiap menuangkan 1 tetes iodine, diteteskan kmno4 hingga
teh berubah warna menjadi biru tua/ungu kehitaman
5. begitu pula dengan teh yang berrasio 5:1:3
f. Uji toksisitas
1. Siapkan enam wadah identik yang masing-masing berisi 20 ekor larva ulat
Hongkong (Tenebrio molitor).
2. Masukkan ke dalam masing-masing wadah 1 ml cairan teh untuk
masing-masing konsentrasi awal, pengenceran 10 kali dan 100 kali dari setiap rasio.
3. dihitung dan dibuang sejumlah larva yang mati dalam kurun pengamatan 0,
12, 24, dan 48 jam.
4. Dilakukan analisis LC50
F. Teknik analisis data

National Science Fair for Indonesian Adolescents


Data uji kadar glukosa, uji saponin, uji pH, uji kadar total polifenol, dan uji kadar vitamin C
dilakukan dengan analisis statistik deskriptif perbandingan nilai. Untuk uji toksisitas dilakukan dengan
melakukan analisis regresi linear terhadap nilai logaritma konsentrasi teh dan mortalitas ulat Hongkong
untuk mendapatkan LC50 yaitu kadar dimana 50% ulat mati setelah minum teh selama 24 jam.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Tes Kadar Glukosa Pada Teh

Tes kadar gula adalah tes yang mengukur konsentrasi glukosa pada suatu
produk. Dapat dilihat teh yang memiliki rasio 1:1:1 memiliki konsentrasi 238
mg/dl, sedangkan teh yang memiliki rasio 5:1:3 memiliki konsentrasi
dibawah 60 mg/dl. Kadar gula darah sekitar 238 mg/dL termasuk dalam
kategori diabetes. Kadar gula darah normal untuk orang tanpa diabetes adalah
kurang dari 140 mg/dL atau kurang dari 100 mg/dL saat puasa. Orang
diabetes dianjurkan untuk mengonsumsi tidak lebih dari 50 gram. Ini berarti
teh dengan rasio 5:1:3 cocok bagi orang diabetes.
3.2. Tes Saponin Pada Teh

Saponin merupakan salah satu bahan yang menjadi perhatian penting


dalam gizi dan pangan (Raju dan Metha, 2008; Cheeke, 1971). Senyawa
bioaktif ini mempunyai peranan sebagai antimikroba dan antijamur (Kayce
dkk., 2014), antitumor dan sitotoksik (Feng dkk., 2014; Li dkk., 2014; Noté
dkk., 2015) antikanker (Yuan dkk., 2013; Wang dkk., 2013; Tabopda dkk.,
2014), ajuvan dan vaksin (Bogoyavlenskiy dkk., 2014), antiinflamasi,
immunostimulant, hipokolesterolemik dan antioksidan(Cheeke, 1971; Ng,
2006), fitotoksik (Pérez dkk., 2014) dan memiliki aktivitas hepatoprotektif
(pelindung hati) (Wang dkk., 2015). Antioksidan adalah molekul atau senyawa
yang cukup stabil untuk mendonorkan elektron atau hidrogennya kepada
molekul atau senyawa radikal bebas dan menetralkannya, sehingga mengurangi
kemampuannya untuk melakukan reaksi berantai radikal bebas. Dapat dilihat
setelah teh dengan rasio 1:1:1 (lebih berbusa) dikocok menghasilkan busa
sepanjang 2 cm dan menghilang setelah 34 detik, sedangkan setelah teh dengan
rasio 5:1:3 (busa sedikit) dikocok menghasilkan busa sepanjang 1,4 cm dan
menghilang setelah 49 detik. Dapat disimpulkan bahwa teh dari daun pepaya,
bunga telang dan daun stevia memiliki kandungan saponin dengan kestabilan rasio 5:1:3 yang lebih baik.

3.3. Tes Tingkat Keasaman (pH) Teh

Derajat keasaman atau pH merupakan standar yang digunakan untuk


menyatakan tingkat keasaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau
benda dalam bentuk suatu nilai. pH adalah suatu satuan ukur yang menguraikan
derajat tingkat kadar keasaman atau kadar alkali dari suatu larutan (Noorulil &
Adil, 2010). pH normal memiliki nilai 7, bila nilai pH > 7 menunjukkan zat
tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 memiliki sifat keasaman. pH
awal pada teh dengan rasio 1:1:1 adalah 6.1 dan setelah 24 jam pH turun menjadi
5,3. pH awal pada teh dengan rasio 5:1:3 adalah 6.0 dan dan setelah 24 jam pH
turun menjadi 5,4. Ini berarti teh dari daun pepaya, bunga telang dan daun stevia
masih dalam kisaran normal dan aman untuk dikonsumsi dimana rasio 5:1:3
memiliki kapasitas buffer yang lebih baik.

National Science Fair for Indonesian Adolescents


3.4. Tes Kadar Total Polifenol Pada Teh

Senyawa fenol merupakan suatu senyawa yang mengandung gugus


hidroksil (-OH) yang terikat langsung pada gugus cincin hidrokarbon aromatik
(senyawa hidrokarbon dengan rantai melingkar atau cincin yang mempunyai
ikatan antar atom C tunggal dan rangkap secara
selang-seling/bergantian(konjugasi)). Senyawa ini merupakan senyawa alami
yang terdapat pada beberapa tumbuhan. Jika teh ini dikonsumsi, maka dapat
mengurangi angka penyakit seperti kanker, diabetes, dan lain-lain. Dapat dilihat
warna awal teh dengan rasio 5:1:3 adalah biru tua, namun setelah diberikan 2
tetes H₂SO₄ berubah menjadi pink dan berubah menjadi bening kekuningan
setelah 10 tetes KMnO4. Sedangkan pada teh dengan rasio 1:1:1 memiliki warna
awal biru, namun setelah diberikan 2 tetes H₂SO₄ berubah menjadi pink muda
dan berubah menjadi bening kekuningan setelah 11 tetes KMnO4. Setelah kami
diamkan tehnya, didapatkan hasil 11 tetes KMnO4 pada rasio 1:1:1 dan 10 tetes
KMnO4 pada rasio 5:1:3. Di hari selanjutnya, teh dengan rasio 1:1:1 memiliki
warna awal biru, namun setelah diberikan 2 tetes H₂SO₄ berubah menjadi pink
muda dan berubah menjadi bening setelah 4 tetes KMnO4. Sedangkan, warna
awal teh dengan rasio 5:1:3 adalah biru, namun setelah diberikan 2 tetes H₂SO₄
berubah menjadi pink dan berubah menjadi bening setelah 3 tetes KMnO4.
Setelah kami diamkan tehnya, didapatkan hasil 4 tetes KMnO4 pada rasio 1:1:1 dan 3 tetes KMnO4 pada
rasio 5:1:3. Ini berarti rasio 1:1:1 memiliki kadar total polifenol yang lebih banyak dibandingkan rasio
5:1:3. Ini berarti teh dengan rasio 5:1:3 lebih besar potensinya untuk menyembuhkan penyakit kanker dan
diabetes.
Awal H₂SO₄ KMnO4

3.5. Tes Vitamin C Pada Teh

Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air, fungsi utama
vitamin C adalah sebagai koenzim atau kofaktor(molekul pembantu yang
membantu dalam transformasi biokimia). Vitamin C juga disebut asam askorbat
karena senyawa ini kuat dalam reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan
dalam reaksi - reaksi hidroksilasi (reaksi pembukaan cincin oksiran pada senyawa
epoksida (sangat reaktif, lebih dibandingkan eter lainnya.)). Vitamin C bagi tubuh
adalah sebagai antioksidan yang bekerja menghalangi beberapa kerusakan yang
disebabkan oleh radikal bebas dan menghambat reaksi oksidasi pada tubuh yang
menyebabkan terjadi radikal bebas yang sangat aktif dan dapat merusak struktur
fungsi sel namun reaktivitas radikal bebas dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang melengkapi
sistem kekebalan tubuh (Winarsi, 2007). Dapat dilihat warna teh awal dengan rasio 1:1:1 adalah biru dan
setelah diberi 2 tetes air kanji warna teh berubah menjadi sedikit lebih muda, namun setelah diberi 3 tetes
iodine warna teh berubah menjadi hijau kehitaman. Sedangkan pada teh dengan rasio 5:1:3 memiliki
warna awal biru dan setelah diberi 2 tetes air kanji warna teh menjadi biru muda, namun setelah diberi 4
tetes iodine warna teh berubah menjadi hijau kehitaman. Dapat disimpulkan bahwa kadar vitamin C pada
rasio 5:1:3 lebih banyak dibandingkan rasio 1:1:1.

3.6. Tes Toksisitas Teh Pada Ulat Hongkong

Tes toksisitas adalah suatu pengujian untuk mendeteksi gejala


ketoksikan yang mungkin muncul pada manusia dalam waktu singkat
setelah pemberian sediaan uji secara oral dalam dosis tunggal atau dosis
berulang yang diberikan dalam waktu 24 jam kemudian diamati selama
2 hari. Tes ini dilakukan pada larva ulat Hongkong (Tenebrio molitor)

National Science Fair for Indonesian Adolescents


yang disebut LC50 (Lethal Concentration). Berdasarkan nilai LC50 pada tabel 2, rasio 5:1:3 lebih aman
dikonsumsi dibandingkan rasio 1:1:1.

Tabel 2. Data Mortalitas Ulat Hongkong


Rasio 1:1:1 Rasio 5:1:3

Waktu 5000 ppm 500 ppm 50 ppm 15000 ppm 1500 ppm 150 ppm

0 jam 0 0 0 0 0 0

12 jam 50% 0 50% 0 0 40%

24 jam 100% 0 100% 0 5% 85%

48 jam 100% 0 100% 0 5% 100%

LC 50 (24 jam) y = 66.667 y = -50x + 193.8


LC 50 terlalu kecil (sangat toksik) LC50 = 752 ppm (kurang toksik)

Berdasarkan seluruh data pengujian yang dilakukan terkait formula Petvia ini, rasio 5:1:3
menampilkan karakterisasi yang lebih baik dan aman untuk dikonsumsi. Bubuk daun pepaya yang lebih
mendominasi memiliki peran yang penting dalam mendukung kualitas dari Petvia. Kandungan metabolit
sekunder di dalamnya mampu berperan dalam pengendalian hama [26] tetapi juga berperan untuk
menyembuhkan infeksi bakteri [27]. Di sisi lain, kandungan metabolit dalam daun stevia juga mendukung
aktivitas daun pepaya [28]. Dengan kadar daun stevia yang lebih kecil dibandingkan pada rasio 1:1:1
mampu memberikan kontribusi yang baik dalam mendukung aktivitas antioksidan dan kapasitas buffer
[29]. Proporsi bunga telang yang lebih kecil memperbesar nilai LC 50 dibandingkan bila ekstrak bunga
telang itu sendiri [30].

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil identifikasi dan uji bioaktivitas yang dilakukan formulasi terbaik adalah dengan
rasio bubuk daun pepaya, bunga telang, dan daun stevia 5:1:3. Dapat disimpulkan bahwa, teh dari daun
pepaya, bunga telang, dan daun stevia memiliki potensi sebagai alternatif minuman sehat yang dapat
mengurangi prevalensi diabetes dan obesitas di Indonesia. karena memiliki kandungan vitamin C,
antioksidan, dan kadar glukosa yang rendah sehingga dapat membantu menurunkan kadar gula darah dan
berat badan. Dimana teh dengan rasio 5:1:3 tersebut kadar glukosanya aman untuk orang diabetes,
kestabilan tingkat saponin yang lebih baik sari teh rasio 1:1:1, memiliki kapasitas buffer yang baik,
berpotensi lebih besar dalam menyembuhkan penyakit kanker dan diabetes, serta tes toksisitasnya lebih
tidak toksik dibanding rasio 1:1:1.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada sekolah SMAK Santu Petrus atas fasilitas yang telah disediakan
dalam melakukan analisis pembuatan Formulasi, Identifikasi dan Uji Bioaktivitas teh dari daun pepaya, bunga telang
dan daun stevia, dan penulis juga berterima kasih kepada Pak Benny Yodi, M.Pd atas bimbingannya dalam
melakukan analisis pembuatan Formulasi, Identifikasi dan Uji Bioaktivitas teh dari daun pepaya, bunga telang dan
daun stevia.

REFERENSI
[1] Berin, Anastasia, “Pengaruh Metode dan Suhu Pengeringan Terhadap Kandungan Glycoside
(Stevioside and Rebaudioside A) Pada Stevia (Stevia rebaudiana),” Ulasan Sistematik. Sarjana
thesis, Universitas Brawijaya, 2021.
[2] Garnita D, “Faktor Resiko Diabetes Melitus di Indonesia (Analisis Data Sakerti 2007)”. Skripsi Fak
Kesehatan Masy Program Studi Kesehatan Masy Universitas Indonesia, 2012.

National Science Fair for Indonesian Adolescents


[3] Karina Gustiani, “Perbedaan Formulasi Teh Herbal Daun Pepaya dan Daun Stevia Terhadap
Senyawa Fitokimia dan Aktivitas Antioksidan” FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA Skripsi, Oktober 2021.
[4] Pakendek Fefryani, Nur Masyithah Zamruddin, Niken Indriyanti, “Potensi Seduhan Daun Pepaya
(Carica papaya L.) Kombinasi Madu Terhadap Intensitas Nyeri Haid (Dysmenorrhea) pada Wanita”
Mahasiswa Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman,
Samarinda, Indonesia. KBI Kimia Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman,
Samarinda, Indonesia. KBI Farmakologi, Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda,
Indonesia
[5] Muthmainah Tuldjanah, Ayu Wulandari, Farha D Rumambi, “PEMBUATAN TEH HERBAL DAUN
PEPAYA SEBAGAI MINUMAN ALTERNATIF PENGOBATAN DIABETES MELITUS DI DESA
LAMPO KECAMATAN BANAWA TENGAH KABUPATEN DONGGALA” Program Studi D3
Farmasi,STIFA Pelita Mas Palu
[6] Siska Esperanza Sinulingga, Loraetta Brety Sebayang, Samuel Sihotang, “Inovasi Pembuatan Teh
Herbal dari Jantung Pisang dengan Tambahan Daun Stevia Sebagai Pemanis Alami” Fakultas
Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam, Deli Serdang Sumatera Utara, 2021.
[7] Setyaningrum Ariviani, Dwi Ishartani, “FORMULASI TEH HERBA MANIS (TEH
HIJAU-STEVIA-HERBA): ORGANOLEPTIK, ANTIOKSIDAN DAN TOTAL KALORI” Ilmu dan
Teknologi Pangan,Fakultas Pertanian,Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2009.
[8] Muhammad Hasyim Ibroham, Siti Jamilatun, Ika Dyah Kumalasari, “A REVIEW: POTENSI
TUMBUHAN-TUMBUHAN DI INDONESIA SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI” Department of
Chemical Engineering, Universitas Ahmad Dahlan, Jl. Ringroad Selatan, Kragilan, Tamanan, Kec.
Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55191
[9] Avryan Harvyandha, Mila Kusumawardani, Abdul Rosyid, “TELEMETRI PENGUKURAN
DERAJAT KEASAMAN SECARA REALTIME MENGGUNAKAN RASPBERRY PI” Program Studi
Jaringan Telekomunikasi Digital, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang, 65141
INDONESIA
[10] Rudi Leo, Anny Sartika Daulay, “Penentuan Kadar Vitamin C Pada Minuman Bervitamin Yang
Disimpan Pada Berbagai Waktu Dengan Metode Spektrofotometri UV” Universitas Muslim
Nusantara Al Washliyah, Medan
[11] Fita Dwi Amiria, “Uji Toksisitas Akut bahan obat herbal “X” Ditinjau dari Nilai Ld50 Serta Fungsi
Hati Dan Ginjal Pada Mencit Putih” UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI DEPOK
[12] Zhafirah Salsabila , Amal C Sjaaf, “THE ANALYSIS OF DIABETES SELF-MANAGEMENT
IMPLEMENTATION ON TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENTS: A PROTOCOL FOR
SYSTEMATIC REVIEW AND META-ANALYSIS” Departement of Health Policy and Administration,
Faculty of Public Health, Universitas Indonesia, Indonesia, 16424
[13] Umar Hafidz Asy'ari Hasbullah, “Kandungan Senyawa Saponin pada Daun, Batang dan Umbi
Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten) Steenis)” Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas
Teknik, Universitas PGRI Semarang, Jalan Sidodadi Timur No 24 Semarnag Jawa Tengah
[14] Dumanauw Jovie Mien, Wullur Adeanne Carolin, Poli Anindita Firhani, “PENETAPAN KADAR
SAPONIN PADA EKSTRAK DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Prain varietas S.
Laurentii) SECARA GRAVIMETRI” Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado
[15] Qurrota A’yun, Ainun Nikmati Laily, “Analisis Fitokimia Daun Pepaya (Carica papaya L.) Di Balai
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Kendalpayak, Malang” Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang Jl. Gajayana 50, Malang, Indonesia
[16] Abdullah Muzi Marpaung, “TINJAUAN MANFAAT BUNGA TELANG (CLITORIA TERNATEA L.)
BAGI KESEHATAN MANUSIA” Department of Food Technology, Swiss German University,
Indonesia, 15143
[17] Mariana Raini, Ani Isnawati, “KAJIAN: KHASIAT DAN KEAMANAN STEVIA SEBAGAI PEMANIS
PENGGANTI GULA”
[18] Dra. Ari Marlina, MSi, Dra. Endang Widiastuti, MSi, “ PEMBUATAN GULA CAIR RENDAH
KALORI DARI DAUN STEVIA REBAUDIANA BERTONI SECARA EKSTRAKSI PADAT-CAIR”

National Science Fair for Indonesian Adolescents


Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012, Jurusan Teknik Kimia,
Politeknik Negeri Bandung, Bandung 40012
[19] Meutia Zahara, “Ulasan singkat: Deskripsi Tunga Telang (Clitoria ternatea L.) dan Manfaatnya”
1Magister Kesehatan Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Aceh, Jl. Muhammadiyah No. 91,
Batoh, Lueng Bata. Kota Banda Aceh 23247. Indonesia
[20] Deborah R. Leitner, dkk (2017, Oct 12). Obesity and Type 2 Diabetes: Two Diseases with a Need for
Combined Treatment Strategies - EASO Can Lead the Way
[21] Diah Ayuh Lestari (2021, Oct 14). Batas Kadar Gula Darah yang Normal dalam Tubuh
[22] Katrien Arumsari, Siti Aminah, Nurrahman Nurrahman, “AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN SIFAT
SENSORIS TEH CELUP CAMPURAN BUNGA TELANG (Clitoria ternatea L.) DAN DAUN STEVIA
(Stevia rebaudiana Bertoni)” Program Studi S1 Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah
Semarang, 2019
[23] KARINA, GUSTIANI dan Yuliarti, “PERBEDAAN FORMULASI TEH HERBAL DAUN PEPAYA
DAN DAUN STEVIA TERHADAP SENYAWA FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN”
Universitas Sriwijaya, 2021
[24] Katrien Arumsari, Siti Aminah, Nurrahman Nurrahman, “AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN SIFAT
SENSORIS TEH CELUP CAMPURAN BUNGA KECOMBRANG, DAUN MINT DAN DAUN
STEVIA” Program Studi S1 Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang, 2019
[25] Firman Setiawan, Bambang Kunarto, Elly Yuniarti Sani, “AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN SIFAT
ORGOLEPTIK SEDUHAN TEH CELUP BERBASIS TEH HITAM (Camellia sinensis) DAN TEH
HERBAL BUAH PARIJOTO (Medinilla speciosa)” Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Semarang
[26] Julaily, N., & Mukarlina, T. R. S. (2013). Pengendalian hama pada tanaman Sawi (Brassica
juncea L.) menggunakan ekstrak daun Pepaya (Carica papaya L.). Jurnal Protobiont, 2(3).
[27] Haryani, A., Grandiosa, R., Buwono, I. D., & Santika, A. (2012). Uji efektivitas daun pepaya (Carica
papaya) untuk pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan mas koki (Carassius
auratus). Jurnal Perikanan Kelautan, 3(3).
[28] Putri, A. V. A. A., Widyastuti, N. H., & Megawati, V. (2017). Pengaruh daya antibakteri ekstrak daun
stevia (Stevia rebaudiana bertoni) pada konsentrasi 5%, 10%, 20%, 40% dan 80% terhadap
Streptococcus mutans (in vitro). JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi), 1(1), 9-14.
[29] Siagian, I. D. N., Bintoro, V. P., & Nurwantoro, N. (2020). Karakteristik fisik, kimia dan organoleptik
teh celup daun tin dengan penambahan daun stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) sebagai Pemanis.
Jurnal Teknologi Pangan, 4(1), 23-29.
[30] Andriani, D., & Murtisiwi, L. (2020). Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70% bunga telang
(Clitoria ternatea L) dari daerah sleman dengan metode DPPH. Pharmacon: Jurnal Farmasi
Indonesia, 17(1), 70-76.

BIOGRAFI PENULIS

First author’s Karin Angelica


Photo (3x4cm) SMA Katolik Santu Petrus
Biologi
Juara 1 Biology Month 2022
Kimia

Nico Anthony
SMA Katolik Santu Petrus
Kimia
-
Kimia

National Science Fair for Indonesian Adolescents


National Science Fair for Indonesian Adolescents

Anda mungkin juga menyukai