Anda di halaman 1dari 4

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara

alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke

dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. Dalam

kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara umum oleh masyarakat.

Kenyataannya masih banyak produsen makanan yang menggunakan bahan

tambahan yang berbahaya bagi kesehatan. Efek dari bahan tambahan beracun

tidak dapat langsung dirasakan, tetapi secara perlahan dan pasti dapat

menyebabkan sakit (Adah, 2011).

Salah satu bahan tambahan yang dilarang penggunaannya tetapi masih sering

disalahgunakan untuk makanan adalah boraks. Boraks merupakan suatu senyawa

yang berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau, larut dalam air dan stabil pada

suhu dan tekanan normal. Boraks biasanya digunakan untuk mematri logam,

sebagai bahan pembuatan gelas dan enamel, pengawet dan anti jamur kayu,

sebagai antiseptik, dan pembasmi kecoa (DinKes Jombang, 2005).

Pelarangan penggunaan boraks sebagai bahan tambahan sudah diatur melalui

Permenkes No.722/Menkes/Per/IX/188. Ketika boraks masuk ke dalam tubuh,

dapat menyebabkan mual, muntah, diare, sakit perut, penyakit kulit, kerusakan

ginjal, kegagalan sistem sirkulasi akut, dan bahkan kematian. Jika tertelan 5-10 g

boraks oleh anak-anak bisa menyebabkan shock dan kematian (BPOM, 2004).

1
2

Berdasarkan hasil penelitian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

pada 10 propinsi, dari 163 sampel jajanan anak yang diuji, sebanyak 80 sampel

tidak memenuhi baku mutu keamanan karena kebanyakan mengandung boraks,

formalin, zat pengawet, zat pewarna, zat pemanis, dan garam tidak beryodium

(Selly, 2009). Hasil survei menunjukkan bahwa senyawa boraks sebagai BTP

masih digunakan, dan ditemukan boraks pada sampel mie sebesar 0,052 - 0,367

mg/g berat kering dan pada bakso sebesar 0,0075 – 0,139 mg/g berat kering.

Penurunan kadar setelah direbus sekitar 18 - 20% (larut dalam air perebus). Selain

itu dilakukan juga perhitungan asupan (intake) boraks yang mungkin didapat oleh

konsumen yang berasal dari mie bakso dengan responden mahasiswa sebesar

0,047 mg /kg-hari (IPB, 2012).

Pengaruh boraks terhadap kesehatan dibagi menjadi tanda gejala akut dan

kronis. Tanda dan gejala akut meliputi nyeri perut, muntah, diare, merah dilendir,

konvulsi dan depresi Sistem Saraf Pusat (SSP). Tanda dan gejala kronis meliputi

penurunan nafsu makan, gangguan pencernaan, gangguan SSP seperti bingung

dan bodoh, anemia, rambut rontok dan kanker (BPOM, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Heindel dkk (1992) serta Weir dan Fisher

(1972) mengenai pengaruh pemberian boraks terhadap anjing dengan pemaparan

selama 90 hari didapatkan efek samping selain pengaruh terhadap testis. Boraks

ternyata juga menimbulkan kelainan hematologi berupa penurunan kadar

hemoglobin dan hematokrit pada dosis tertinggi (ECHA, 2008).

Kelainan hematologi ditemukan pada penelitian yang memasukkan boraks

secara peroral pada hewan coba, karena absorbsi boraks per inhalasi ataupun per

kutan tidak terlalu baik (SERA, 2006). Kasus-kasus intoksikasi boraks yang
3

ditemukan pada manusia hampir seluruhnya masuk ke tubuh pasien secara peroral

(ECHA, 2008).

Banyaknya penyalahgunaan boraks sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP)

yang ternyata bisa mengakibatkan anemia pada manusia, dan belum adanya

penelitian yang secara spesifik meneliti pengaruh boraks terhadap penurunan

kadar hemoglobin mendorong peneliti untuk membuktikan adanya pengaruh

pemberian boraks peroral terhadap penurunan kadar hemoglobin, dan pada

penelitian ini digunakan hewan coba tikus putih jantan (Rattus novergicus) strain

wistar.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah pemberian boraks peroral berpengaruh terhadap penurunan kadar

hemoglobin tikus putih jantan (Rattus novergicus) strain wistar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian boraks peroral terhadap penurunan kadar

hemoglobin tikus putih jantan (Rattus novergicus) strain wistar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengukur tingkat penurunan kadar hemoglobin pada kelompok tikus putih

jantan (Rattus novergicus) strain wistar yang dipapar boraks dengan

beberapa dosis yang berbeda.

2. Mendapatkan dosis minimal pemberian boraks yang bisa memberikan

pengaruh terhadap penurunan kadar hemoglobin tikus putih jantan (Rattus

novergicus) strain wistar.


4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Akademik

Menjadi dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan toksisitas pemberian boraks peroral.

1.4.2 Masyarakat

Untuk memberikan informasi lebih lanjut kepada masyarakat mengenai

akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks terhadap kesehatan,

seperti terjadinya penurunan kadar hemoglobin yang bisa menyebabkan

anemia.

Anda mungkin juga menyukai