Anda di halaman 1dari 86

SKRIPSI

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT TEKANAN


DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI DESA SELAT
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEDAU
TAHUN 2019

OLEH

SAIFUL RAHMAN
165 STYC 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S.1
S
MATARAM
2019

ii
SKRIPSI

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT TEKANAN


DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI DESA SELAT
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEDAU
TAHUN 2019

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Jenjang S.1 STIKES Yarsi Mataram

OLEH

SAIFUL RAHMAN
165 STYC 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S.1
S
MATARAM
2019

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan bimbingan-Nya Skripsi yang berjudul : “Hubungan Gaya Hidup

Dengan Tingkat Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Desa Selat Wilayah

Kerja Puskesmas Sedau Tahun 2019” dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Keperawatan (S.Kep)

pada Program Studi Ilmu Keperawatan S.1 STIKES Yarsi Mataram.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orangtua, Ayahanda M.Hijab dan

Ibunda Hasna Zuryatni yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing

penulis dengan penuh kasih sayang serta perhatian dan do’a restu. Penulis juga

ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada saudara satu-satunya dr. Ahmad

Sufyan Hiswandi dan istri yang telah memberikan dukungan moril maupun

materil sehingga penulis bisa menyelesaikan perkuliahan pada Program Studi

Ilmu Keperawatan S.1 STIKES Yarsi Mataram. Semoga Allah SWT selalu

melimpahkan Rahmat Kesehatan, Karunia dan Keberkahan di Dunia maupun di

Akhirat kelak atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

Penghargaan dan terimaksih yang setulus-tulusnya penulis berikan kepada

Bapak Sopian Halid, S.Kep.,Ners.,M.Kes, selaku Pembimbing 1 dan Ibu Zuhratul

Hajri, S.Kep.,Ners.,M.Kep, selaku Pembimbing 2 yang telah banyak memberikan

masukan dan motivasi selama penulisan Skripsi. Bersamaan dengan ini

perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. H. Zulkahfi, S.Kep.,Ners.,M.Kes., selaku Ketua STIKES Yarsi Mataram yang

telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti

dan menyelesaikan Pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Jenjang S.1.

vii
2. Irwan Hadi, S.Kep.,Ners.,M.Kep., selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan Jenjang S.1 STIKES Yarsi Mataram yang telah memberikan

kesempatan dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan Program Studi

Ilmu Keperawatan Jenjang S.1.

3. Ibu dr. Endah Rostianingsih, SE.MM selaku Ketua BLUD Puskesmas Sedau

yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan kegiatan penelitian.

4. Sahabat-sahabat D2L tercinta (Angga, Diny, Hery, Imam, Rian, Yudi) dan

teman-teman mahasiswa khususnya Program Studi Ilmu Keperawatan S1 yang

selalu mendukung dan memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan

perkuliahan.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, tetapi penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi ilmu keperawatan.

Mataram, Agustus 2019

Penulis

viii
ABSTRAK

Hubungan Gaya Hidup dengan Tingkat Tekanan Darah Penderita


Hipertensi di Desa Selat Wilayah Kerja Puskesmas Sedau Tahun 2019

SAIFUL RAHMAN
165 STYC 17

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang didunia yang di ekspresikan dalam
aktifitas. Perubahan gaya hidup yang sehat menjadi tidak sehat akan
mengakibatkan berbagai penyakit salah satunya adalah penyakit hipertensi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gaya hidup
dengan tingkat tekanan darah penderita hipertensi di Desa Selat Wilayah Kerja
Puskesmas Sedau. Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Korelasi
dengan desain Cross Sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik
Purposive Random Sampling dengan populasi penderita hipertensi di Desa Selat
adalah sebanyak 86 orang dengan sampel 46 orang. Teknik analisis data yang
digunakan adalah uji statistik chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Bila p
< 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan), maka ada
hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan dependen sedangkan
jika p > 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel
independen dengan variabel dependen. Setelah dilakukan uji statistik hasil yang
didapatkan adalah nilai ρ= 0,033 < r 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima
yang artinya ada hubungan yang signifikan antara Gaya Hidup dengan Tingkat
Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Desa Selat Wilayah Kerja Puskesmas
Sedau. Disarankan bagi responden atau masyarakat Puskesmas Sedau agar
meningkatkan gaya hidup yang sehat dengan cara menghindari hal-hal yang dapat
menimbulkkan penyakit hipertensi seperti mengkomsumsi makanan yang
mengandung banyak garam, berlemak tinggi, tidak mengkomsumsi minuman
beralkohol, sering berolahraga, dan tidak merokok.

Kata kunci : Gaya Hidup, Tingkat Tekanan Darah

ix
DAFTAR ISI

Halaman Cover................................................................................................. i
Halaman Sampul Depan ................................................................................... ii
Halaman Sampul Dalam .................................................................................. iii
Halaman Pernyataan Keaslian Penelitian......................................................... iv
Lembar Persetujuan .......................................................................................... v
Lembar Pengesahan ......................................................................................... vi
Kata Pengantar ................................................................................................. vii
Abstrak ............................................................................................................. ix
Abstrack ........................................................................................................... x
Daftar Isi .......................................................................................................... xi
Daftar Gambar .................................................................................................. xiii
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 6
1.6 Keaslian Penelitian .......................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Konsep Gaya Hidup ........................................................................ 7
2.2. Konsep Hipertensi ........................................................................... 13
2.2.1. Klasifikasi Hipertensi ........................................................... 14
2.2.2. Pengukuran Tekanan Darah .................................................. 14
2.2.3. Patofisiologi ........................................................................... 16
2.2.4. Etiologi Hipertensi ................................................................ 16
2.2.5. Gejala Hipertensi .................................................................. 17
2.2.6. Komplikasi Hipertensi .......................................................... 18
2.3. Kerangka Teoritis ............................................................................ 21

xi
BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep ............................................................................ 22
3.2 Variabel Penelitian .......................................................................... 23
3.3 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 23
3.4 Defenisi operasional ........................................................................ 25
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ............................................................................. 26
4.2 Lokasi Penelitian ............................................................................. 26
4.3 Populasi dan Sampel ....................................................................... 27
4.4 Etika penelitian ................................................................................ 30
4.5 Instrumen Penelitian ........................................................................ 31
4.6 Pengumpulan Data .......................................................................... 32
4.7 Pengolahan Data .............................................................................. 34
4.8 Analisis Data ................................................................................... 36
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Puskesmas Sedau ................................................ 37
5.2. Analisa Univariat ............................................................................ 42
5.3. Analisa Bivariat............................................................................... 45
5.4. Pembahasan
5.5. Analisis Hubungan Gaya Hidup dengan Tingkat Tekanan Darah
Penderita Hipertensi di Desa Selat ...................................................49
5.6. Keterbatasan Penelitian ....................................................................50
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan.......................................................................................51
6.2. Saran .................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3. Kerangka Teoritis ........................................................................ 21


Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ....................................................... 22

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII ................................. 14


Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................ 25
Tabel 5.1 Jumlah Personalia Puskesmas Sedau ............................................... 40
Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Umur .............................................. 42
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 43
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ................................. 44
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Hidup .............................. 44
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah......................... 45
Tabel 5.7 Analisis Hubungan Gaya Hidup Dengan Tingkat Tekanan Darah .. 45

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden


Lampiran 2. Kuesioner
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
Lampiran 5. Hasil Uji Chi-Square dengan SPSS
Lampiran 3. Lembar Konsultasi

xv
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atatu tekanan darah tinggi masih menjadi salah satu masalah

utama dalam kesehatan masyarakat di Indonesia maupun dunia. Diperkirakan

sekitar 80,0% Kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di Negara

berkembang pada tahun 2025 dari jumlah total 639 juta kasus di tahun 2000.

Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025.

Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan

pertambahan penduduk saat ini (Ardiansyah, 2012).

Menurut Joint National Committee on Prevention, Detectiion,

Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure VII (JNC VII), hampir

satu miliar penduduk dunia atau 1 dari 4 orang dewasa mengidap hipertensi

(Prasetyaningrum, 2014 dalam Azizah 2015). Sedangkan data statistik terbaru

menyatakan bahwa terdapat 24,7% penduduk Asia Tenggara dan 23,3%

penduduk Indonesia berusia 18 tahun ke atas mengalami hipertensi pada tahun

2014 (WHO, 2015).

Data kejadian hipertensi di Indonesia terus mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun. Berdasarkan data Riskesdas (2013), prevalensi tingkat

kejadian hipertensi sebanyak 25,8%, kemudian pada tahun 2018 prevalensi

tingkat kejadian hipertensi meningkat menjadi 34.1%. (Riset Kesehatan Dasar,

2018).

1
2

Di Provinsi NTB sendiri menunjukkan prevalensi hipertensi pada umur

≥18 tahun yakni mencapai 24,9% dengan tingkat kejadian tertinggi di

Kabupaten Bima sebesar 69,2%, diikuti oleh Kota Bima sebesar 62,7%,

Kabupaten Dompu sebesar 50%, Kabupaten Lombok Timur 33,8%,

Kabupaten Sumbawa sebesar 28,2%, Kabupaten Sumbawa Barat sebesar

27,3%, Kabupaten Lombok Tengah 11,5%, dan Kota Mataram sebesar 7,15%.

(Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2017).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat pada

tahun 2017 sebanyak 5.208 kasus, dan terus mengalami peningkatan sebanyak

7.388 kasus pada tahun 2018 (Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat,

2018).

Berdasarkan data yang didapat dari Puskesmas Sedau penyakit hipertensi

mengalami peningkatan dari tahun 2016 sebanyak 119 orang, meningkat

menjadi 126 orang pada tahun 2017 dan pada tahun 2018 sebanyak 201 orang

(Puskesmas Sedau 2016-2018). Desa Selat merupakan desa yang memiliki

penderita hipertensi yang cukup banyak yaitu sebanyak 86 orang.

Gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi

kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat, dapat menyebabkan

terjadinya penyakit hipertensi, misalnya; Makanan, aktifitas fisik, stres, dan

merokok (Puspitorini, 2009). Jenis makanan yang menyebabkan hipertensi

yaitu makanan yang siap saji yang mengandung pengawet, kadar garam yang

terlalu tinggi dalam makanan, kelebihan konsumsi lemak (Susilo, 2011).

2
3

Jenis makanan yang menyebabkan hipertensi yaitu makanan yang siap

saji, yang mengandung pengawet, kadar garam yang terlalu tinggi dalam

makanan, kelebihan mengkonsumsi lemak (Susilo, 2011).

Kebiasan merokok dapat juga menyebabkan penyakit hipertensi. Zat

nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan pelepasan epinefrin

yang dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan dinding arteri. Zat lain

dalam rokok adalah karbon monoksida (Co) yang mengakitbatkan jantung

akan bekerja lebih berat untuk membri cukup oksigen ke sel-sel tubuh. Rokok

berperan membentuk arterosklerosis dengan cara meningkatkan

penggumpalan sel-sel darah (Dalimartha, 2008).

Penyakit hipertensi ini sendiri merupakan salah satu faktor risiko yang

paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah.

Hipertensi sering tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah

menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke.

Tidak jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu

pemeriksaan kesehatan atau datang berobat dengan keluhan lain (Kemenkes

RI, 2012).

Pada saat tekanan darah meningkat, hormon epinefrin atau adrenalin akan

dilepaskan. Adrenalin akan meningkatkan tekanan darah melalui kontraksi

arteri (Vasokonstriksi) dan peningkatan denyut jantung, dengan demikian

orang akan mengalami stress. Jika stres berlanjut, tekanan darah akan tetap

tinggi sehingga orang tersebut mengalami hipertensi (Junaidy, 2010).

Adapun cara penanganan untuk menurunkan hipertensi adalah dengan

beraktifitas secara fisik dan olahraga cukup dan secara teratur. Kegiatan ini
4

secara terbukti dapat membantu menurunkan hipertensi, oleh karena itu

penderita hipertensi dianjurkan untuk berolahraga cukup dan secara teratur

(Wolf, 2008).

Berdasarkan data awal yang didapat dari Puskesmas Sedau Kecamatan

Narmada, pada tanggal 29 Juli 2019 telah diambil data dari pegawai bagian

umum Puskesmas Sedau, jumlah penderita penyakit hipertensi tahun 2016

sebanyak 119 orang, meningkat menjadi 126 orang pada tahun 2017 dan pada

tahun 2018 sebanyak 201 orang (Puskesmas Sedau 2019). Hingga saat ini

belum diketahui apa penyebab meningktanya kejadian hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Sedau.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengambil judul

“Hubungan gaya hidup dengan tingkat tekanan darah penderita hipertensi di

Desa Selat Wilayah Kerja Puskesmas Sedau tahun 2019”.

1.2 Perumusan Masalah

Tingkat kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sedau dari tahun

ke tahun terus meningkat, sampai saat ini belum diketahui pasti penyebab

terjadinya peningkatan kasus kejadian hipertensi. Gaya hidup merupakan

faktor utama penyebab kejadian hipertensi, seperti merokok, pola makan yang

tidak sehat, aktivitas fisik atau olahraga yang kurang dan mengkonsumsi

minuman beralkohol dalam jumlah yang banyak.

Sesuai dengan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah ada hubungan antara

gaya hidup dengan tingkat tekanan darah penderita hipertensi di Desa Selat

Wilayah Kerja Puskesmas Sedau ?.


5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan tingkat tekanan darah

penderita hipertensi di Desa Selat Wilayah Kerja Puskesmas Sedau

Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik responden penderita hipertensi di Desa

Selat Wilayah Kerja Puskesmas Sedau Tahun 2019.

b. Mengidentifikasi gaya hidup penderita hipertensi di Desa Selat

Wilayah Kerja Puskesmas Sedau Tahun 2019.

c. Menganalisis hubungan gaya hidup dengan tingkat tekanan darah

penderita hipertensi di Desa Selat Wilayah Kerja Puskesmas Sedau

Tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan serta

informasi kepada penderita hipertensi dalam menjaga kesehatannya dan

dapat meningkatkan kesadaran terhadap penyakit hipertensi sehingga

dapat dilakukan pencegahan dini.

1.4.2 Bagi Puskesmas

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi

untuk kebijakan dimasa depan, seperti memberikan penyuluhan atau

informasi yang terkait dengan hipertensi dalam rangka meningkatkan

kesehatan masyarakat, dan perhatian khusus bagi Puskesmas Sedau


6

dalam upaya pencegahan penyakit degeneratif, sehingga dapat

menurunkan prevalensi hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sedau.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bacaan

di perpustakaan STIKES YARSI Mataram dan menjadi sumber

informasi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Keperawatan.

1.4.4 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan

informasi dan kepustakaan serta dapat digunakan sebagai referensi bagi

peneliti selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Selat Kecamatan Narmada Wilayah

Kerja Puskesmas Sedau dan dilakukan pada bulan Agustus 2019 dengan

populasi penelitian adalah semua penderita hipertensi di Desa Selat. Penelitian

ini merupakan Deskripsi Korelasi dengan menggunakan pendekatan cross

sectional yang bertujuan untuk melihat hubungan gaya hidup dengan tingkat

tekanan darah penderita hipertensi di Desa Selat. Metode pengumpulan data

dilakukan dengan cara membagikan kuesioner dan melakukan pengukuran

tekanan darah. Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan aplikasi

program SPSS V25 yang disajikan dalam bentuk tabel disertai narasi.

1.6 Keaslian Penelitian

1. Ina Eriana (2017) judul penelitian ”Hubungan Gaya Hidup Dengan

Kejadian Hipertensi pada Pegawai Negeri Sipil di UIN Allauddin

Makassar”. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan


7

responden sebanyak 89 orang yang diambil menggunakan teknik stratified

random sampling. Responden mengisi kuesioner dan dilakukan pengukuran

tekanan darah serta aktifitas fisik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kejadian hipertensi lebih banyak pada pegawai negeri sipil yang tidak

memiliki kebiasaan merokok sebesar 23,6%, jarang minum kopi sebesar

20,2% dan aktifitas fisiknya kurang sebesar 25,8%. Hasil analisis chi-square

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara gaya hidup merokok,

minum kopi dan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada pegawai

negeri sipil UIN Alauddin Makassar dengan nilai p > 0,05. Perlu dilakukan

pemeriksaan tekanan darah setahun sekali untuk mendeteksi dini penyakit

hipertensi dan selalu menerapkan pola hidup sehat.

2. Renianti Panjaitan (2015) judul penelitian “ Hubungan Gaya Hidup Dengan

Kejadian Hipertensi di Wilayah Puskesmas Helvetia Medan”. Jenis

penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Korelasi dengan desain Cross

Sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik Purposive

Sampling dengan populasi pasien yang datang berkunjung adalah sebesar

856 dengan sampel 73 orang. Uji statistik menggunakan Korelasi

Spearman dengan kemaknaan α<0,05. Hasil penelitian menunjukkan ada

hubungan antara makanan tidak sehat dengan kejadian hipertensi dengan

nilai p-value 0,000, nilai R=0,945, ada hubungan minum alkohol dengan

kejadian hipertensi dengan nilai p-value 0,000, nilai R=0,669, ada hubungan

tidak berolahraga dengan kejadian hipertensi dengan nilai p-value 0,000,

nilai R=0,889, dan ada hubungan antara merokok dengan kejadian

hipertensi dengan nilai p-value 0,000, nilai R=0,806. Disarankan bagi


8

responden atau masyarakat Puskesmas Helvetia Medan agar meningkatkan

gaya hidup yang sehat dengan cara menghindari hal-hal yang dapat

menimbulkkan penyakit hipertensi seperti mengkomsumsi makanan yang

mengandung banyak garam, tidak mengkomsumsi minuman beralkohol,

sering berolahraga, dan tidak merokok.


9

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehidupan

masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi penyebab terjadinya

hipertensi misalnya aktivitas fisik, stres,dan Pola makan yang salah

merupakansalah satu faktor resikoyang meningkatkan penyakit hipertensi.

Faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi

Kelebihan asupan lemak mengakibatkan kadar lemak dalam tubuh meningkat,

terutama kolesterol yang menyebabkan kenaikan berat badan sehingga

volume darah mengalami peningkatan tekanan yang lebih besar (Puspitorini.

dkk, 2014 dalam Arini, 2015).

WHO (2015) menyatakan faktor lain yang menyebabkan hipertensi adalah

kurangnya aktivitas fisik. WHO menyatakan bahwa kurangnya aktivitas

merupakan sebuah faktor resiko kunci utama terjadinya penyakit tidak

menular seperti hipertensi, selain itu kurangnya aktifitas fisik juga merupakan

faktor resiko utama ke empat kematian diseluruh dunia. Sekitar 3,2 juta orang

meninggal setiap tahun karena masalah kurangnya aktivitas fisik (Wijaya.

dkk. 2013).

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang di ekspresikan

dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan

diri seorang yang berinteraksi dengan lingkungannya (Sakinah, 2002).

Menurut Lisnawati (2011), gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku

sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan

9
10

sosial berada dalam keadaan positif, meliputi kebiasaan tidur, makan,

pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol,

berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stress yang di alami.

Gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi fisik maupun psikis

seseorang. Perubahan gaya hidup dan rendahnya perilaku hidup sehat seperti

minimnya olah raga, merokok, dan mengonsumsi minuman kafein

merupakan salah satu dari penyebab hipertensi. Menurut Endang (2011),

ada beberapa hal untuk melakukan perubahan gaya hidup yaitu :

2.1.1. Makanan

Pola makan adalah perilaku manusia dalam memenuhi

kebutuhannya akan makanan yang meliputi sikap, kepercayaan,

jenis makanan, frekuensi, cara pengolahan, dan pemilihan makanan

(Hidayat , 2007). Kelebihan asupan lemak mengakibatkan kadar lemak

dalam tubuh meningkat, terutama kolesterol yang menyebabkan

kenaikan berat badan sehingga volume darah mengalami peningkatan

tekanan yang lebih besar (Ramayulis, 2010).

Kelebihan asupan natrium akan meningkatkan ekstraseluler

menyebabkan volume darah yang berdampak pada timbulnya hipertensi

(Sutanto, 2010).

Kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung

kalium mengakibatkan jumlah natrium menumpuk dan akan

meningkatkan resiko hipertensi (Junaedi dkk. 2013).

Dalam mengatur menu makanan dianjurkan bagi penderita

hipertensi untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat


11

meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan

darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.

Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah :

a. Makanan yang berkadar lemak jenuh inggi (otak, ginjal, paru,

minyak kelapa)

b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium

(biscuit, kraker, dan makanan kering yang asin).

c. Makana dan minuman dalam kaleng (sarde, sosis, kornet, dan

minuman kaleng).

d. Makana yang diawetkan (dendeng, ikan asin, udang kering dan

teliur asin).

e. Bumbu-bumbu seperti kecap, magi, terasi, saos tomat, saus sambal,

tauco serta bumbu penyedap lain yang mengandung garam natrium).

f. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian dan

tape (Kemenkes RI, 2014).

2.1.2. Aktifitas Fisik / Olahraga

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang terjadi akibat

kontraksi otot skeletal yang meningkatkan pengeluaran energi.

Aktivitas fisik ini dapat berupa aktivitas di tempat kerja, aktivitas di

perjalanan, aktivitas di rumah, dan aktivitas di waktu luang (Quarino,

2014).

Olahraga merupakan aktivitas untuk melatih tubuh seseorang baik

secara jasmani maupun rohani. Semakin sering kita melakukan

olahraga, maka akan semakin sehat pula tubuh kita. Selain itu juga
12

dapat membuat tubuh kita tidak mudah terserang berbagai penyakit dan

gangguan kesehatan lainnya. Tapi karena kesibukan dan rasa malas

membuat olahraga lebih sering terabaikan dan bahkan terlupakan.

Berikut jenis-jenis olahraga dan manfaatnya :

a. Kardiovaskular

Olahraga kardiovaskular merupakan salah satu bentuk olahraga yang

memiliki fungsi untuk meningkatkan pernapasan dan denyut jantung.

Pada intinya olahraga ini memakas jantung bekerja keras dan lebih

kuat. Selain itu juga berfungsi untuk memperbaiki cara kerja jantung

dalam memompa darah di dalam tubuh. Berikut adalah jenis

olahraga kardiovaskular atau olahraga yang membuat jantung sehat.

b. Jalan cepat

Jenis olahraga ini merupakan cara alami yang dapat membuat

jantung lebih sehat. Selain itu jalan cepat juga sangat baik untuk

membantu proses menurunkan berat badan karena jalan cepat dapat

membantu mengurangi lemak otot pada area dekat sendi.

c. Senam

Selain melakukan jalan cepat Anda juga bisa melakukan berbagai

latihan atau gerakan senam. Segala macam gerakan senam memiliki

dampak positif bagi kesehatan, kebugaran, hingga kecantikan.

Senam merupakan salah satu olahraga untuk kesehatan jantung dan

menjaga stamina dalam tubuh.


13

d. Berenang

Olahraga air ini memang sangat dikenal sekali dengan manfaatnya

untuk meningkatkan kesehatan jantung. (Depkses RI, 2016)

2.1.3. Konsumsi Alkohol

Orang yang gemar mengonsumsi alkohol dengan kadar tinggi akan

memiliki tekanan darah yang cepat berubah dan cenderung meningkat

tinggi. Alkohol juga memiliki efek yang hampir sama dengan karbon

monoksida yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Meminum

alkohol secara berlebihan, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari

merupakan faktor penyebab 7% kasus hipertensi (Anna Palmer, 2007).

Menurut Ali Khomsan (2010) konsumsi alkohol harus diwaspadai

karena survei menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan

dengan konsumsi alcohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah

akibat alkohol masih belum jelas, namun diduga peningkatan kadar

kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah

merah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Diperkirakan

konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari

semua kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman

berakohol per hari meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar

dua kali. Bagaimana dan mengapa alkohol meningkatkan tekanan darah

belum diketahui dengan jelas. Namun sudah menjadi kenyataan bahwa

dalam jangka panjang, minum-minuman beralkohol berlebihan akan

merusak jantung dan organ-organ lain (Sheldon G, 2005).


14

2.1.4. Merokok

Merokok sangat besar perannya meningkatkan tekanan darah, hal

ini disebabkan oleh nikotin yang terdapat didalam rokok yang memicu

hormon adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat.

Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah didalam paru dan

diedarkan keseluruh aliran darah lainnya sehingga terjadi penyempitan

pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kerja jantung semakin

meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh melalui

pembuluh darah yang sempit (Triyanto, 2014).

Menurut Depkes RI Pusat Promkes (2016), telah dibuktikan dalam

penelitian bahwa dalam satu batang rokok terkandung 4000 racun

kimia berbahaya termasuk 43 senyawa. Bahan utama rokok terdiri

dari 3 zat, yaitu:

1) Nikotin, merupakan salah satu jenis obat perangsang yang


dapat merusak jantung dan sirkulasi darah dengan adanya
penyempitan pembuluh darah, peningkatan denyut jantung,
pengerasan pembuluh darah dan penggumpalan darah.
2) Tar, dapat mengakibatkan kerusakan sel paru-paru dan
menyebabkan kanker.
3) Karbon Monoksida (CO) merupakan gas beracun yang dapat
menghasilkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.
2.2. Konsep Hipertensi

Definisi Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari

140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali

pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup

istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014).


15

Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan

di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal

yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan diastolik (angka

bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan

darah baik yang berupa alat cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat

digital lainnya (Pudiastuti, 2013). Nilai normal tekanan darah seseorang

dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktivitas normal dan

kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHg. Dalam aktivitas sehari- hari,

tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi

secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan

meningkat diwaktu beraktifitas atau olahraga (Pudiastuti, 2013).

Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah

dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang di bawah

oleh darah terhambat sampai kejaringan yang membutuhkannya. Tekanan

darah tinggi berarti tekanan tinggi di dalam arteri-arteri. Arteri – arteri adalah

pembuluh - pembuluh yang mengangkut darah dari jantung yang memompa

keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh (Pudiastuti, 2013).

Tekanan darah tinggi sering disebut sebagai pembunuh gelap/silent killer

karena termasuk penyakit yang mematikan hipertensi dapat menyerang siapa

saja baik muda maupun tua. Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling

mematikan di dunia. Hipertensi tidak secara langsung membunuh

penderitanya, akan tetapi hipertensi memicu munculnya penyakit lain yang

mematikan (Pudiastuti, 2013).


16

2.2.1. Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi hipertensi berdasarkan peningkatan tekanan darah sistol

dan diastol. Klasifikasi hipertensi menurut The Sevent Report of The

Joint National

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII

Tekenan Darah Sistol Tekanan Darah


Kategori
(mmHg) Diastol (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
140-159 90-99
Stage I
Hipertensi
160 atau >160 100 atau >100
Stage II
Sumber : Kemenkes RI, 2014

2.2.2. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter atau biasa

disebut dengan sphygmomanometer atau blood pressure monitor.

Hasil pengukuran tekanan darah berupa dua angka yang menunjukkan

tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Contohnya tekanan darah

120/80, angka yang di atas menunjukkan tekanan darah sistolik yaitu

tekanan diarteri ssaat jantung berdenyut atau berkontraksi memompa

darah melalui pembuluh tersebut dan angka yang di bawah

menunjukkan tekanan diastolik yaitu tekanan diarteri saat jantung

berelaksasi diatara dua denyutan (kontraksi). Angka-angka ini memiliki

satuan millimeter merkuri (mmHg, Hg adalah symbol kimia untuk


17

merkuri). Satuan ini menunjukkan cara pengukuran tekanan darah

sejak pertama kali ditemukan (Palmer dan William, 2007).

Saat ini terdapat dua jenis tensimeter yaitu :

a. Tensimeter digital

Tensimeter digital merupakan alat tensimeter yang lebih mudah

digunakan dibandingkan tensimeter manual. Alat ini dapat

memberikan nilai hasil pengukuran tanpa harus mendengarkan bunyi

aliran darah (bunyi korotkrof) dan hasil pengukuran dapat dilihat

pada layar. Beberapa alat tensimeter digital juga dapat mencetak

hasil pengukuran tekanan darah (Medycalogi, 2017).

b. Tensimeter manual

Tensimeter manual dibedakan menjadi dua yaitu tensimeter aneroid

dan tensimeter air raksa. Cara mengoperasikan kedua jenis

tensimeter ini sama. Perbedaan kedua jenis tensimeter ini adalah

pada alat untuk membaca hasil pengukuran di mana pada tensimeter

aneroid, hasil pengukuran dapat dilihat melalui angka yang

ditunjukkan oleh jarum pada cakram angka sedangkan pada

tensimeter raksa hasil pengukuran dapat dilihat melalui nilai yang

ditunjukkan oleh air raksa pada skala yang ada (Medicalogy, 2017).

2.2.3. Patofisiologi

Dimulai dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi

pembuluh darah peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh

darah. Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan

kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan


18

peredaran darah periper. Kekakuan dan kelambanan aliran darah

menyebabkan beban jantung bertambah berat yang akhirnya

dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang

akhirnya memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam

sistem sirkulasi (Bustan, 2007).

2.2.4. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi primer dan

sekunder. Prevalensi hipertensi sekunder hanya sekitar 5-8% dari

seluruh penderita hipertensi.

a. Hipertensi esensial (primer)

Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi yang

belum diketahui penyebabnya walaupun dikaitkan dengan

kombinasi faktor gaya hidup seperti obesitas, alkohol, merokok,

kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Tipe ini terjadi pada

sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar 95%. Hipertensi

primer biasanya timbul pada usia 30-50 tahun (Pudiastuti, 2013).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang

disebabkan/sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Tipe ini lebih

jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah

tinggi. Beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi

sekunder adalah penyakit ginjal, kelainan hormonal, obat – obatan

(Pudiastuti, 2013).
19

2.2.5. Gejala Hipertensi

Penyakit hipertensi ini seringnya datangnya secara diam-diam dan

tidak menunjukkan adanya gejala-gejala tertentu yang terlihat dari luar

sehingga disebut sebagai the silent disease. Pada sebagian besar kasus

hipertensi, penderita tidak mengetahui dan menyadari bahwa dirinya

telah menderita hipertensi hingga diketahui bahwa terjadi komplikasi.

Ketika tekanan darah naik dengan sangat cepat sehingga tekanan

diastolnya ≥140 mmHg, biasanya baru muncul gejala-gejala seperti

sakit kepala atau pusing, muka merah, vertigo (rasa berputar), tinitus

(suara mendenging dalam telinga), keluar darah dari hidung secara tiba-

tiba, tengkuk terasa pegal dan pengelihatan menjadi kabur (Sudarmoko,

2010).

Tetapi, gejala-gejala tersebut bukanlah gejala khusus yang hanya

dimiliki pada`penderita hipertensi, karena juga dapat terjadi pada pasien

dengan tekanan darah normal. Jika hipertensi yang dialami sudah berat

atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sakit kepala,

kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur karena

terjadi kerusakan otak, mata, jantung dan ginjal (Susilo dan Wulandari,

2011).

Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama

bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit

sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat gejala

biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit kepala atau pusing.

Akan tetapi, pada penderita hipertensi berat biasanya akan timbul gejala
20

seperti sakit kepala, kelelahan, mual dan muntah, sesak nafas, gelisah,

pandangan menjadi kabur, mata berkunang-kunang, mudah marah,

telinga berdengung, sulit tidur, rasa berat ditengkuk, nyeri di daerah

bagian belakang, nyeri di dada, otot lemah, pembekakan pada kaki dan

pergelangan kaki, keringat berlebihan, kulit tampak pucat atau

kemerahan, denyut jantung menjadi kuat, cepat atau tidak teratur,

impotensi, darah diurin, dan mimisan (Bujawati, 2012).

2.2.6. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi dari hipertensi dapat merusak organ tubuh seperti

jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi

merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit jantung dan

stroke (Shanty, 2011).

a. Penyakit jantung

Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan

resisten terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri sehingga

beban jantung berkurang. Sebagai akibatnya, terjadi hipertropi

terhadap ventrikel kiri untuk meningkatkan kontraksi. Hipertropi ini

ditandai dengan ketebalan dinding yang bertambah, fungsi ruang

yang memburuk dan dilatasi ruang jantung. Akan tetapi,

kemampuan ventrikel untuk mempertahankan curah jantung dengan

hipertropi kompensasi akhirnya terlampaui dan terjadi dan dilatasi

“(payah jantung)”. Jantung semakin terancam seiring parahnya

aterosklerosis koroner (Shanty, 2011).


21

b. Stroke

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan dua jenis stroke

yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Jenis stroke yang paling

sering sekitar 80% kasus adalah stroke iskemik. Stroke ini terjadi

akibat aliran darah diarteri otak terganggu dengan mekanisme yang

mirip dengan gangguan aliran darah di arteri koroner saat serangan

jantung atau angina. Otak menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi.

Sedangkan stroke hemoragik sekitar 20% kasus timbul pada saat

pembuluh darah diotak atau di dekat otak pecah, penyebab

utamanya adalah tekanan darah tinggi yang parsisten. Hal ini

menyebabkan darah meresap ke ruang diantara sel-sel otak.

Walaupun stroke hemoragik tidak sesering stroke iskemik, namun

komplikasinya dapat menjadi lebih serius (Marliani dan Tantan,

2007).

c. Ginjal

Komplikasi hipertensi timbul karena pembuluh darah dalam

ginjal mengalami atherosclerosis karena tekanan darah terlalu

tinggi sehingga aliran darah keginjal akan menurun dan ginjal tidak

dapat melaksanakan fungsinya. Fungsi ginjal adalah membuang

semua bahan sisa dari dalam darah. Bila ginjal tidak berfungsi,

bahan sisa akan menumpuk dalam darah dan ginjal akan mengecil

dan berhenti berfungsi (Marliani dan Tantan, 2007).


22

d. Aneurisme

Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada

yang terpisah sehingga memungkinkan darah masuk, pelebaran

pembuluh darah bisa timbul karena dinding pembuluh darah aorta

terpisah atau disebut aorta disekans, kejadian ini dapat

menimbulkan penyakit aneurisme dimana gejalanya adalah sakit

kepala yang hebat, sakit di perut sampai di pinggang belakang dan

ginjal. Aneurisme pada perut dan dada penyebab utamanya adalah

pengerasan dinding pembuluh darah karena proses penuaan

(aterosklerosis) dan tekanan darah tinggi memicu timbulnya

aneurisme (Shanty, 2011).


23

2.3. Kerangka Teoritis

Pemeriksaan
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan TD

Etiologi Ht
Gaya Hidup
Tekanan 1. Esensial (Primer)
1. Makanan
- Obesitas
2. Olahraga Darah - Makanan
3. Alkohol
- Olahraga
4. Merokok
- Alkohol
- Merokok
2. Skunder
- Gen
- Usia
- Penyakit lain
- Obat-obatan
Klasifikasi
1. Berdasarkan Penyebab
2. Menurut JNC VII
Komplikasi
1. Penyakit Jantung
2. Stroke
3. Ginjal
4. aneurisme

Gambar 2.3 Skema Kerangka Teori Hubungan Gaya hidup dengan tingkat
tekanan darah penderita hipertensi.
24

BAB 3
KERANGKA KONSEP,
DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel Dependen

Gaya Hidup :
a. Kebiasaan makan

b. Kurang aktivitas/olahraga
Tingkat Tekanan
c. Kebiasaan merokok Darah

d. Kebiasaan minum alkohol

Keterangan : : Diteliti

Gambar 3.1 : Kerangka konsep hubungan gaya hidup dengan tingkat


tekanan darah penderita hipertensi di Desa Selat Wilayah
Kerja Puskesmas Sedau tahun 2019.

24
25

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1. Variabel Independen

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi

oleh peneliti menciptakan suatu dampak pada variabel dependen.

Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya merupakan stimulus

atau intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk

mempengaruhi tingkah laku klien (Nursalam, 2016).

Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini

adalah gaya hidup

3.2.2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain. Variabel ini akan muncul sebagai akibat

dari manipulasi variabel independen (Nursalam, 2016).

Adapun yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini

adalah tingkat tekanan darah penderita hipertensi.

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang

diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris.

(Notoatmodjo, 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Hipotesa Nol (H0)

Tidak ada hubungan gaya hidup dengan tingkat tekanan darah penderita

hipertensi di Desa Selat wilayah kerja Puskesmas Sedau Tahun 2019


26

2. Hipotesa Alternatif (Ha)

Ada hubungan gaya hidup dengan tingkat tekanan darah penderita

hipertensi di Desa Selat wilayah kerja Puskesmas Sedau Tahun 2019.

3.4 Defenisi operasional

Tabel 3.4 Tabel Definisi Operasional


Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel bebas:
1 Karakteristik Karakteristik responden di a. Usia
responden gunakan untuk mengetahui 1) 36-45 tahun
a. Usia keberagaman dari responden 2) 46-55 tahun
b. Jenis Kelamin berdasarkan usia, jenis 3) 56-65 tahun
c. Pekerjaan kelamin, pekerjaan. Hal ini 4) > 66 tahun
diharapkan dapat memberikan (Depkes RI,
gambaran yang cukup jelas 2014)
mengenai kondisi dari Kuesioner b. Jenis kelamin Ordinal
responden dan kaitannya 1) Laki-laki
dengan masalah dan tujuan 2) Perempuan
penelitian. c. Pekerjaan
1) PNS
2) Swasta
3) Buruh
4) IRT/tidak bekerja
2 Gaya Hidup Kebiasaan atau pola hidup
a. Makanan seseorang yang di ekspresikan
b. Olahraga dalam aktifitas, minat dan
c. Konsumsi opininya. Gaya hidup sehat
alkohol menggambarkan pola perilaku
d. Kebiasaan sehari-hari yang mengarah 1. Sehat jika nilai
merokok pada upaya memelihara mean >30,5
Kuesioner Nominal
kondisi fisik, mental dan 2. Tidak sehat jika
sosial yang berada pada nilai mean < 30
keadaan positif seperti
menjaga pola makan, tidak
minum alkohol, melakukan
aktivitas/olahraga dan tidak
merokok.
Variabel terikat
Tingkat Hasil pengukuran 1. Prehipertensi =
Tekanan mengalami peningkatan 120-139/80-89
Darah tekanan darah sistolik lebih mmHg
dari 140 mmHg dan tekanan 2. Hipertensi derajat
darah diastolik lebih dari 90 I = 140-159/90-99
Spignomano
mmHg pada dua kali mmHg
meter dan Ordinal
pengukuran dengan selang 3. Hipertensi derajat
stetoskop
waktu lima menit dan II = 160 atau
responden dalam keadaan >160/100 atau
yang rileks. >100 mmHg
(Kemenkes RI,
2014)
27

BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian descriptive correlation,

merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada

suatu situasi atau sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat antara

gejala satu dengan gejala yang lain, atau variabel satu dengan variabel yang

lain.

Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain

cross sectional, merupakan suatu penelitian untuk mempelajari suatu

dinamika kolerasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dan dengan suatu

pendekatan, observasi ataupun dengan pengumpulan data pada suatu waktu

tertentu (Notoatmodjo, 2012).

4.2 Lokasi Penelitian

Kegiatan penelitian ini di lakukan di Desa Selat Kecamatan Narmada

wilayah kerja Puskesmas Sedau Tahun 2019.

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Selat dengan pertimbangan:

a. Peningkatan pasien hipertensi di Puskesmas Sedau dari tahun 2016

sebanyak 119 orang, tahun 2017 sebanyak 126 orang dan tahun 2018

sebanyak 201 orang.

b. Desa Selat merupakan desa yang memiliki penderita hipertensi yang

cukup banyak yaitu sebanyak 86 orang.

27
28

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20-21 Agustus 2019.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua penderita hipertensi yang berada di Desa Selat sebanyak 86

orang.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012).Sampel dalam

penelitian ini adalah semua penderita hipertensi yang berada di Desa

Selat sebanyak 46 orang

a. Sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cara

proporsional random sampling yaitu teknik pengambilan sampel

proporsi atau sampel seimbang yang dilakukan dengan pengambillan

subjek dari setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding

dengan banyaknya subjek dalam masing-masing wilayah (Arikunto,

2014).
29

b. Kriteria sampel

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,

2016). Kriteria inklusi dari sampel dalam penelitian ini adalah:

a) Tidak menderita dimensia

b) Bersedia menjadi responden

c) Bertempat tinggal di Desa Selat

d) Penderita hipertensi Primer (yang dipengaruhi oleh gaya

hidup)

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai

sebab (Nursalam, 2016). Kriteria eksklusi dari sampel penelitian

ini adalah:

a) Hipertensi dengan komplikasi berat

b) Tidak bisa baca tulis

c) Usia kurang dari 20 tahun

d) Ibu hamil

c. Besar Sampel

Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

. . .
S=
( ) . .
30

. . , . ,
S= = 46,48 dibulatkan menjadi 46
, ( ) . , . ,

Keterangan:

λ2 dengan dk =1

P = Q = 0,5

d = 0,05

s = jumlah sampel (Sugiyono, 2012)

Pengambilan sampel setiap strata menggunakan teknik

pengambilan simple random sampling yaitu bahwa setiap anggota

atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk

diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012) dan dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut:

1
1= ×

Keterangan:

n1 = besar sampel untuk masing-masing wilayah

N1 = total sub populasi

N = total populasi

n = besar sampel (Dharma, 2011)

Dusun Selat Barat = = 46 = 5

Dusun Selat Timur = = 46 = 8

Dusun Merce Barat = = 46 = 7

!
Dusun Merce Timur = = 46 = 10
31

Dusun Salut = = 46 = 7

Dusun Montong Daye = = 46 = 6

Dusun Montong Lauq = = 46 = 3

4.4 Etika penelitian

Setiap penelitian yang menggunakan subjek manusia harus tidak

bertentangan dengan etika. Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan

mempertimbangkan prinsip dalam etika penelitian meliputi beberapa hal

(Polit & Hugler, 2012).

1. Prinsip pertama, peneliti mempertimbangkan hak-hak responden

untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya

penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari

paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Oleh

karena itu, peneliti memperpersiapkan informed consent.

2. Prinsip kedua, (Anonimity)peneliti tidak akan menampilkan informasi

mengenai nama dan alamat responden dalam kuisioner maupun alat ukur

apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subjek. Oleh

karena itu, peneliti menggunakan koding respon.

3. Prinsip ketiga, prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil.

Untuk memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur,

hati-hati, professional, berprikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-

faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologi serta

perasaan religious mahasiswa. Lingkungan penelitian dikondisikan agar

memenuhi prinsip keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian. Agar


32

prosedur penelitian jelas maka peneliti mempertimbangkan aspek

keadilan gender dan hak subjek untuk mendapatkan perlakuan yang sama

baik sebelumnya, selama dan sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

4. Prinsip keempat, peneliti melaksanaakan penelitian sesuai dengan

prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal

mungkin bagi subjek. Peneliti maminimalisasi dampak yang merugikan

bagi sujek (nonmaleficence).

4.5 Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2014), instrumen penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam

pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan

reliabel. (Sugiyono, 2016). Instrument dalam penelitian ini menggunakan alat

bantu kuesioner yang sudah baku (standar) atau teruji validitas dan

reliabilitasnya, sehingga peneliti tidak melakukan uji validitas dan

reliabilitasnya lagi, akan tetapi peneliti harus mampu mengendalikan objek

yang diteliti dan meningkatkan kemampuan dalam menggunakan instrument

untuk mengukur variabel gaya hidup dan tekanan darah penderita hipertensi.

Uji validitas kuesioner pada penelitian ini telah dilakukan oleh

Renianti Panjaitan di Puskesmas Ujung Kubu Tahun 2015 dengan cara

membagikan kuisioner gaya hidup kepada 30 orang pasien yang datang

berkunjung ke Puskesmas Ujung Kubu. Hasil uji validitas dilakukan dengan


33

membandingkan nilai r hitung dengan r tabel yang diperoleh melalui r

product moment pearson dengan df (degree of freedom) = n-2, jadi df = 30-

2 = 28, maka r tabel adalah 0,374. r hitung yang di peroleh dari uji validitas di

dapatkan nilai r hitung sebesar 0,950. Butir pertanyaan dikatakan valid karena

nilai r hitung > r tabel. Dapat dilihat dari corrected item correlation dan dari

30 pernyataan yang telah di uji.

4.6 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012), meliputi:

a. Karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.

b. Gaya hidup penderita hipertensi, meliputi: kebiasaan makan,

kebiasaan minum alkohol, kurang aktivitas/olahraga, kebiasaan

merokok.

c. Tekanan darah pada penderita hipertensi.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini yang

merupakan data sekunder adalah gambaran umum lokasi penelitian dan

data tentang jumlah penderita hipertensi yang di dapat dari Puskesmas

Sedau.
34

4.6.1 Cara Pengumpulan Data

4.6.1.1 Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung

pada saat penelitian berlangsung. Data ini diperoleh secara

langsung dari penderita hipertensi dengan menggunakan

kuisioner.

1. Data tentang karakteristik responden meliputi umur, jenis

kelamin dan pekerjaan diperoleh dengan kuesioner.

2. Data gaya hidup penderita hipertensi seperti kebiasaan makan,

kebiasaan minum alkohol, kurang aktivitas/olahraga, dan

kebiasaan merokok yang diperoleh dengan kuesioner.

3. Data tentang tekanan darah penderita hipertensi yang diperoleh

dengan pengukuran tekanan darah.

4.6.1.2 Data Sekunder

Data sekunder ini digunakan sebagai data penunjang dan data

pelengkap dari data primer yang ada toleransinya dengan

keperluan peneliti. Untuk penelitian ini, data sekunder yang di

butuhkan adalah gambaran umum lokasi penelitian dan data

tentang penderita hipertensi yang di dapat dari Puskesmas Sedau.

4.7 Pengolahan Data

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data

mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan

informasi yang diperlukan (Setiadi, 2007). Pengolahan data pada penelitian ini
35

dilakukan menggunakan alat bantu komputer dengan program olah data SPSS

versi 23.

Adapun cara pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Editing (Penyuntingan Data)

Peneliti melakukan pengecekan kelengkapan pengisian kuisioner dan

kejelasan penulisan jawaban pada saat di lapangan atau dengan kata lain

penyuntingan (editing). Jika ditemukan pengisian kuisioner tidak lengkap,

tidak jelas peneliti akan mengklarifikasi kepada pasien.

2. Coding (Pengkodean)

Memberi kode pada setiap jawaban kuesioner agar pengolahan data lebih

mudah. Untuk umur responden 40-50 tahun diberi kode 1, 51-60 tahun

diberi kode 2, >60 tahun deibri kode 3, jenis kelamin laki-laki diberi kode

1 dan perempuan diberi kode 2, pekerjaan PNS diberi kode 1, pegawai

swasta diberi kode 2, wiraswasta diberi kode 3, dan tidak bekerja/IRT

diberi kode 4. Untuk pernyataan positif pada kuesioner alternatif jawaban

“Selalu” di beri skor 3, “Sering di beri skor 2, ”Kadang-kadang di beri

skor 1, ”Tidak pernah” di beri skor 0. Pada pernyataan negatif, alternatif

jawaban “Tidak pernah” di beri skor 3, “Kadang-kadang” di beri skor 2,

“Sering” di beri skor 1 dan “Selalu” di beri skor 0. Tekanan darah

penderita hipertensi terbagi menjadi 3 yaitu: prehipertesi = 120-139/80-89

mmHg diberi kode 1, hipertensi derajat I = 140-159/90-99 mmHg diberi

kode 2, hipertensi derajat II = 160 atau >160/100 atau >100 mmHg diberi

kode 3.
36

3. Processing

Pemrosesan data atau pengolahan data pada penelitian ini

dimulaidengan tabulating skor atau melakukan entry data kasar

dalam bentuk tabulasi pada lembar kertas data. Tujuannya adalah

memastikan kesiapan data dengan tepat sebelum di entry data kedalam

program komputer.

4. Cleaning data

Cleaning di lakukan pengecekan kembali data yang sudah di entry pada

program komputer dengan maksud untuk mengevaluasi apakah masih

ada kesalahan atau tidak. Tahap selanjutnya adalah dilakukan

analisis data, analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

variabel bebas terhadap variabel terikat.

4.8 Analisis Data

4.8.1 Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan persentase tiap variabel (Notoatmodjo,2010). Data univariat yang

akan disajikan meliputi variabel independen (karakteristik responden

meliputi umur, jenis kelamin dan pekerjaan, gaya hidup responden

meliputi kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, pola makan dan

aktifitas/olahraga) dan variabel dependen (Tingkat tekanan darah).


37

4.8.2 Analisa Bivariat

Analisis data bivariat adalah analisa yang dilakukan untuk

menjelaskan hipotesis hubungan variabel bebas dengan variabel terikat

(Notoadmodjo, 2010). Pada penelitian ini teknik analisis data yang

digunakan adalah uji statistik chi-square dengan tingkat kepercayaan

95%. Bila p < 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna

(signifikan) maka ada hubungan yang bermakna antara variabel

independen dengan dependen sedangkan jika p > 0,05 berarti tidak ada

hubungan yang bermakna antara variabel independen (gaya hidup)

dengan dependen (tingkat tekanan darah).


38

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Puskesmas Sedau

5.1.1 Profil Puskesmas Sedau

1. Keadaan geografis

Puskesmas sedau merupakan puskesmas perawatan yang terletak

di jalan raya Ahmad Yani Keru Kecamatan Narmada Kabupaten

Lombok Barat dengan luas wilayah kerja 58,46 km2 dengan batasan-

batasan wilayah : sebelah timur Kabupaten Lombok Tengah, sebelah

barat: Desa Batu Kumbung dan Desa Lembuak, Sebelah utara :

berbatasan denga hutan lindung sesaot, sebelah selatan : Kabupaten

Lombok Tengah.

Secara adminisratif wilayah kerja puskesmas Sedau terdiri 10

desa dengan 55 dusun. Berikut adalah desa yang berada pada

wilayah kerja Puskesmas Sedau, diantaranya : Desa Keru, Desa

Sedau, Desa Peresak, Desa Selat, Desa Suranadi, Desa Sesaot, Desa

Buwun Jati, Desa Lembah Sempage, Desa Pakuan dan Desa Golong.

2. Keadaan demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Sedau pada tahun

2016 mencapai 26.664 jiwa dengan 7.350 kepala keluarga. Sebagian

besar suku bangsa yang tinggal sangat heterogen, seperti suku Sasak,

Bali, Jawa dan Sumbawa. Begitu pula halnya dengan mata

pencaharian penduduk, ada yang bekerja sebagai pengusaha, buruh

38
39

tani, buruh batu apung, buruh pasir, pekerja lepas harian, pegawai

negri sipil, militer, karyawan swasta dan lain-lain. Tingkat

pendapatan masyarakat pada umumnya adalah menengah kebawah

dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 60,43%. Dalam bidang

pendidikan baru sekitar 43% saja mengenyam pendidikan baik

pendidikan dasar, menengah maupun perguruan tinggi, sedangkan

sisanya adalah tidak atau belum sekolah.

3. Sarana Dan Prasarana

a. Sarana Kesehatan

Untuk menunjang dan mendukung kegiatan operasional

puskesmas dalam melaksanakan beberapa program serta upaya

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Puskesmas Sedau

dilengkapi dan didukung beberapa sarana dan prasarana

diantaranya :

1) Ruang UGD 24 jam yang dilengkapi dengan pelayanan one

day care.

2) Ruang pelayanan rawat jalan yang terdiri dari rawat inap

umum dan rawat inap persalinan

3) Ruang bersalin

4) Ruang konseling

5) Ruang laboratorium

6) Apotik

7) Gudang obat

8) Gudang alat-alat kesehatan


40

9) Aula

10) Ruang program

11) Dapur umum

12) Ruang kepala puskesmas

13) Ruang tata usaha

14) Rumah dinas yang terdiri dari : 1 unit dokter dan 3 unit untuk

rumah dinas perawat.

Selain itu, dalam operasionalnya Puskesmas Sedau ditunjang

oleh 3 puskesmas pembantu, 8 Polindes, 1 Apotek swasta, 1

Praktek Dokter, 27 Dukun terlatih dan 1 Klinik swasta.

b. Sarana Pendidikan

Jumlah sarana pendidikan diwilayah kerja puskesmas yang

juga menjadi sasaran kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas

adalah sebagai berikut:

1) Jumlah Taman Kanak-kanak : 6 TK

2) Jumlah SD sederajat : 27 SD

3) Jumlah Pondok pesantren : 2 Pesantren

4) Jumlah SMP/MTs : 5 SMP/MTs

5) Jumlah SMA/MA : 2 SMA/MA

6) Jumlah Universitas : 1 Universitas Terbuka

c. Sarana Ibadah

1) Jumlah Masjid : 17 Masjid

2) Jumlah Musholla : 31 Musholla

3) Jumlah Pura : 12 Pura


41

5.1.2 Data Jumlah Personalia Puskesmas Sedau

Puskesmas Sedau memiliki tenaga yang terampil dan professional

untuk melakukan program dan kegiatan yang ada. Adapun jumlah

Sumber Daya Manusia (SDM) di Puskesmas Sedau sebanyak 59 orang

tenaga dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 5.1 Jumlah Personalia

Yang Ada Status


NO Jenis Ketenagaan Ket
Sekarang Kepegawaian
I. Puskesmas Induk
1 Dokter Umum 1 PNS
2 Dokter Gigi 1 PNS
3 Sarjana/D3
a. SKM -
3 PNS, 1 Kontrak, 1
b. Akper 5 sukarela
4 PNS, 1 Kontrak, 3
c. Akbid 8 sukarela
d. P2B 3 PNS
e. Akzi 2 PNS
4 Perawat (SPK) 9 8 PNS, 1 kontrak
5 Perawat Gigi 3 PNS
6 Sanitarian
a. SPPH 2 PNS
b. AKL 1 HONDA
7 SPAG
8 Tenaga Laboratorium 2 1 PNS, 1 Kontrak
9 Pengelola Obat/SMF 1 PNS
10 Umum
S1 2 PNS
SMA 6 PNS
SMP 1 PNS
SD 1 PNS
II Puskesmas Pembantu
1 Perawat Kesehatan
a. AKPER 1 PNS
b. SPK 2 PNS
2 Tenaga Lain -
III Polindes
1 Bidan/Akbid 2 PNS
42

5.1.3 Visi Dan Misi Puskesmas Sedau

1. Visi

Sebagaimana diketahui bahwa visi pembangunan

kesehatan dikabupaten Lombok barat adalah ”terwujudnya

masyarakat yang unggul, mandiri, sejahtera, dan martabat yang

dilandasi nilai Patut Patuh Patju” yaitu gambaran mayarakat

Kabupaten Lombok Barat yang hidup dalam lingkungan dan

dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk

menjagkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil serta

memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tinggiya di seluruh

wilayah kabupaten. Sedangkan visi dinas kesehatan Lombok

Barat adalah ”terwujudnya masyarkat Lombok Barat yang

mandiri untuk hidup sehat yag dilandasi nlai – nilai Patut Patuh

Patju“. Untuk memberi kontribusi pada upaya mewujudkan visi

tersebut, Puskesmas Sedau sebagai unit pelaksana sekaligus

pengelola pembangunan kesehatan wilayah, telah berusaha

merumuskan visi dan misi dalam melaksanankan tugas tersebut.

Adapun yang menjadi visi dari Pukesmas Sedau adalah

“terwujudnya masyarakat Narmada yang yang mandiri untuk

hidup sehat”.

2. Misi

Adapun cara untuk mewujudkan visi Puskesmas Sedau

membutuhkan misi atau cara, yaitu : Meningkatkan mutu

pelayanan, Meningkatkan derajat kesehatan keluarga, khususnya


43

ibu, bayi dan balita dan pencegahan penyakit menular,

Meningkatkan kerja sama lintas program dan lintas sektoral

dalam peningkatan upaya kesehatan bersumber daya masyarat.

5.2 Analisa Univariat

5.2.1 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini yang menjadi responden adalah penderita

hipertensi yang yang berada di Desa Selat wilayah kerja Puskesmas

Sedau.

5.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Dari hasil penelitian didapat distribusi responden

berdasarkan umur penderita hipertensi sebagaimana yang

ditunjukkan pada tabel dibawah ini

Tabel 5.2. Distribusi Responden Menurut Umur


di Desa Selat Wilayah Kerja Puskesmas Sedau
No Umur N Presentase (%)
1 36-45 tahun 4 8,70
2 46-55 tahun 21 45,65
3 56-65 tahun 18 39,13
4 > 66 tahun 3 6,52
Jumlah 46 100 %

Dari tabel 5.2. menunjukkan bahwa hampir setengah

responden berada direntan usia 46-55 tahun yaitu sebanyak 21

responden (45,65%) dan hanya sebagian kecil responden pada

usia 56-65 tahun yaitu sebanyak 3 responden (6,52%).


44

5.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian didapatkan distribusi responden

berdasarkan jenis kelamin sebagaimana ditunjukkan pada tabel

dibawah ini

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan


Jenis Kelamin di Desa Selat Wilayah
Kerja Puskesmas Sedau
No Jenis Kelamin N Presentase (%)
1 Laki-laki 22 47,83
2 Perempuan 24 52,17
Jumlah 46 100 %

Dari tabel 5.3. menunjukkan jenis kelamin repsonden

sebagian besar adalah perempuan dengan jumlah sebanyak 24

responden (52,17%) sedangkan hampir setengah responden

berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 22 responden

(47,83%).

5.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Dari hasil penelitian didapatkan distribusi responden

berdasarkan pekerjaan sebagaimana ditunjukkan pada tabel di

halam selanjutnya.

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di


Desa Selat Wilayah Kerja Puskesmas Sedau
No Pekerjaan N Presentase (%)
1 PNS 4 8,70
2 Swasta 15 32,61
3 Wiraswasta 7 15,22
4 IRT/Tidak bekerja 20 43,47
Jumlah 46 100 %
45

Dari tabel 5.4. menunjukkan hampir setengah dari

responden adalah IRT/Tidak bekerja yaitu sebanyak 20

responden (43,47%) dan sebagian kecil pekerjaan responden

adalah PNS yaitu sebanyak 4 responden (8,70%).

5.2.2 Gaya Hidup Responden

Dari hasil penelitian didapatkan distribusi gaya hidup responden

penderita hipertensi di Desa Selat berdasarkan gaya hidup baik dan

tidak baik sebagaimana di tunjukkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Gaya Hidup


penderita Hipertensi di Desa Selat Wilayah
Kerja Puskesmas Sedau
No Gaya Hidup N Presentase (%)
1 Sehat 19 41,30
2 Tidak sehat 27 58,70
Jumlah 46 100 %

Berdasarkan tabel 5.5. dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden menjalani gaya hidup yang tidak sehat yaitu sebanyak 27

responden (58,70%) sedangkan hampir setengahnya yang menjalani

gaya hidup sehat yaitu sebanyak 19 responden (41,30%).

5.2.3 Tingkat Tekanan Darah

Dari hasil penelitian didapatkan distribusi responden berdasarkan

tingkat tekanan darah sebagaimana ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tekanan


Darah penderita Hipertensi di Desa Selat Wilayah Kerja
Puskesmas Sedau
No Tekanan Darah N Presentase (%)
1 Prehipertensi = 120-139/80-89 mmHg 12 26,09
2 Hpertensi derajat I = 140-159/90-99 29 63,04
mmHg
46

No Tekanan Darah N Presentase (%)


3 Hipertensi derajat II = 160 atau >160/100 5 10,87
atau >100 mmHg
Jumlah 46 100 %

Berdasarkan tabel 5.6. dapat diketahui bahwa sebagian besar

tingkat tekanan darah pada responden berada pada tingkat hipertensi

derajat I yaitu sebanyak 29 responden (63,04%) dan sebagian kecil

tingkat tekanan darah responden berada pada tingkat hipertensi derajat

II yaitu sebanyak 5 responden (10,87%).

5.3 Analisa Bivariat

5.3.1 Analisis Hubungan Gaya Hidup dengan Tingkat Tekanan Darah

Tabel 5.7. Analisis Hubungan Gaya Hidup dengan


Tingkat Tekanan Darah Penderita Hipertensi di
Desa Selat Wilayah Kerja Puskesmas Sedau.

Kejadian Hipertensi
Gaya Hidup Hipertensi Hipertensi Total Nilai r p value
Prehipertensi
derajat I derajat II
Sehat 8 11 0 19 0,033 0,05
Tidak sehat 4 18 5 27
Total 12 29 5 46
Setelah dilakukan uji statistik korelasi Chi-Square didapatkan nilai

ρ= 0,033 < r 0,05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada

hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan tingkat tekanan

darah penderita hipertensi di Desa Selat Wilayah Kerja Puskesmas

Sedau.

5.4 Pembahasan

5.4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa hampir setengah responden

berada direntan usia 46-55 tahun yaitu sebanyak 21 responden (45,65%)


47

dan hanya sebagian kecil responden pada usia 56-65 tahun yaitu

sebanyak 3 responden (6,52%).

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Tapan (2014) dengan

bertambahnya umur maka tekanan darah akan meningkat. Setelah umur

45 tahun, akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan

zat kolagen pada lapisan otot sehingga pembuluh darah akan

berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.

5.4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Pada penelitian ini menunjukkan jenis kelamin repsonden sebagian

besar adalah perempuan dengan jumlah sebanyak 24 responden

(52,17%) sedangkan hampir setengah responden berjenis kelamin laki-

laki yaitu sebanyak 22 responden (47,83%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

Rahayu (2012) menunjukkan bahwa persentase kejadian hipertensi

lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki. Tekanan darah wanita,

khususnya sistolik, meningkat lebih tajam sesuai usia. Setelah 55 tahun,

wanita mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi. Salah

satu penyebab terjadinya pola tersebut adalah karena hormon kedua

jenis kelamin. Produksi hormon esterogen menurun saat menopause,

wanita kehilangan efek menguntungkan sehingga tekanan darah

meningkat.

Berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan stefhany (2012)

prevalensi kejadian hipertensi pada laki-laki lebih besar daripada pada

perempuan. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan karena proporsi


48

responden berjenis perempuan lebih banyak dibandingkan dengan

responden laki-laki.

5.4.3 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Hasil penelitian ini menunjukkan hampir setengah dari responden

adalah IRT/Tidak bekerja yaitu sebanyak 20 responden (43,47%) dan

sebagian kecil pekerjaan responden adalah PNS yaitu sebanyak 4

responden (8,70%).

Hasil penelitian ini belum sejalan dengan hasil Riskesdas (2018)

terhadap hipertensi menurut karakteristiknya didapat bahwa status

pekerjaan juga dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi dengan

prevalensi sebesar (24,72%).

5.4.4 Gaya hidup

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden menjalani gaya hidup yang tidak sehat yaitu sebanyak 27

responden (58,70%) sedangkan hampir setengahnya yang menjalani

gaya hidup sehat yaitu sebanyak 19 responden (41,30%).

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Puspitorini (2014)

yang menyatakan bahwa gaya hidup merupakan faktor penting yang

mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat

dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensi misalnya aktivitas fisik

dan stress.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Andalia (2015), hasil

penelitian yang dilakukannya menunjukkan sebanyak 50,50%

responden yang diteliti memiliki gaya hidup yang buruk atau tidak baik
49

yang dikarenakan kurangnya pengetahuan penderita hipertensi akan

pentingnya merubah pola hidup untuk mencegah terjadinya hipertensi.

5.4.5 Tingakat Tekanan Darah

Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar

tingkat tekanan darah pada responden berada pada tingkat hipertensi

derajat I yaitu sebanyak 29 responden (63,04%) dan sebagian kecil

tingkat tekanan darah responden berada pada tingkat hipertensi derajat

II yaitu sebanyak 5 responden (10,87%).. Rata- rata tekanan darah

sistolik responden adalah 140 mmHg sedangkan rata- rata tekanan

darah diastolik responden adalah 90 mmHg. Tekanan sistolik paling

tinggi mencapai 180 mmHg, sedangkan tekanan diastolik paling tinggi

yaitu 110 mmHg. Menurut JNC VII, seseorang dikatakan hipertensi jika

tekanan darah sistoliknya ≥140 mmHg dan tekanan darah diastoliknya

≥ 90 mmHg (Kemenkes.RI, 2014). Perlu diperhatikan agar tidak

berlanjut kearah komplikasi dan berujung kematian. Peningkatan

tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama dapat

menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit

jantung koroner) dan otak (Kemenkes RI, 2014). Hal ini dapat

dilakukan melalui pengendalian faktor risiko hipertensi.

5.5 Analisis Hubungan Gaya Hidup dengan Tingkat Tekanan Darah


Penderita Hipertensi di Desa Selat Wilayah Kerja Puskesmas Sedau
Dari hasil penelitian gaya hidup dengan tingkat tekanan darah

penderita hipertensi di Desa Selat menunjukkan bahwa nilai probabilitas

gaya hidup (ρ= 0,033) < dibandingkan nilai (r 0,05), sehingga gaya hidup

memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat tekanan darah


50

penderita hipertensi. Hasil penelitian ini menunjukkan hipotesa alternatif

(Ha) diterima dan hipotesa nol (H0) ditolak yang artinya terdapat hubungan

antara gaya hidup dengan tingkat tekanan darah penderita hipertensi di

Desa Selat Wilayah Kerja Puskesmas Sedau.

Gaya hidup merupakan faktor penting yang mempengaruhi

kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi

penyebab terjadinya hipertensi misalnya aktivitas fisik, stress dan pola

makan yang salah merupakan salah satu faktor resiko yang meningkatkan

penyakit hipertensi. Faktor makanan modern sebagai penyumbang utama

terjadinya hipertensi, kelebihan asupan lemak mengakibatkan kadar lemak

dalam tubuh meningkat, terutama kolesterol yang menyebabkan kenaikan

berat badan sehingga volume darah mengalami peningkatan tekanan yang

lebih besar (Puspitorini. dkk, 2014 dalam Arini, 2015).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sabour

(2016) yang menyatakan bahwa asupan kolestrol dan lemak jenuh yang

tinggi dapat meningkatkan resiko hipertensi, sehingga diet rendah kolestrol

dan lemak jenuh disertai konsumsi suplemen Docosehaxaenoic Acid

(DHA) dapat membantu mengurangi tekanan darah.Makanan berlemak

seperti gorengan mengandung lemak jenuh. Lemak jenuh yang dikonsumsi

akan dipecah menjadi kolestrol Low Densisty Lipoprotein (LDL). Kadar

kolestrol yang tinggi dapat membentuk plaque pada permukaan dinding

pembuluh darah arteri, sehingga dapat menyebabkan diameter pembuluh

darah mengecil. Penyumbatan dalam pembuluh darah menyebabkan lumen


51

pembuluh darah semakin sempit dan berkurang elasltisitasnya sehingga

dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Solehatul dkk. (2015) dimana

hasilnya menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara

gaya hidup aktivitas fisik, asupan lemak dan asupan natrium dengan

kejadian hipertensi. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Myelen

dkk. (2014) hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan gaya

hidup dalam bentuk konsumsi makan dan kemampuan mengatur stress

dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Kolongan, Kecamatan Kalawat,

Kabupaten Minahasa Utara.

5.6 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam pelaksanaannya yaitu jumlah

responden relatif sedikit, karena lokasi penelitian hanya satu Desa dari 10

Desa yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Sedau. Responden ini tentunya

belum mewakili secara keseluruhan, hal tersebut dikarenakan keterbatasan

waktu peneliti dalam melakukan penelitian. Diharapkan ada peneliti lain yang

melanjutkan penelitian ini.


52

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan

mengenai hubungan gaya hidup dengan tingkat tekanan darah penderita

hipertensi di Desa Selat wilayah kerja Puskesmas Sedau Tahun 2019 dan

berdasarkan hasil yang diperoleh serta pembahasan yang telah peneliti

paparkan pada bab 5 dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Masyarakat penderita hipertensi di Desa Selat kebanyakan berjenis

kelamin perempuan dan rata-rata rentan usianya adalah 45-55 tahun.

2. Gaya hidup masyarakat di Desa Selat menunjukkan bahwa gaya hidup

tidak baik, yaitu paling banyak adalah kebiasan merokok pada laki-laki

dan jarangnya mengkonsumsi sayuran hijau serta menyenangi makanan

yang kolestrolnya tinggi.

3. Tingkat hipertensi yang paling banyak dialami responden di Desa Selat

termasuk kategori hipertensi derajat I.

4. Adanya hubungan antara gaya hidup dengan tingkat tekanan darah

penderita hipertensi di Desa Selat Wilayah Kerja Puskesmas Sedau.

6.2 Saran

1. Bagi Masyarakat

Disarankan bagi penderita hipertensi diharapkan dapat menjaga tekanan

darah normal dengan cara membiasakan mengkonsumsi sayuran hijau di

setiap makan dan mengurangi makanan yang mengandung kolesterol

tinggi dan makanan berlemak serta mengurangi kebiasaan merokok.

52
53

2. Bagi Pelayanan Kesehatan

Disarankan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan di

Puskesmas Sedau dengan cara meningkatkan pendidikan kesehatan

masalah gizi maupun gaya hidup sehat pada pasien hipertensi pada saat

kegiatan senam antihipertensi maupun pada setiap posyandu lansia.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Disarankan bagi Stikes Yarsi Mataram dapat menambah literatur-literatur

bacaan yang dapat memberikan gambaran gaya hidup terhadap pasien

hipertensi di perpustakaan, dan juga mengingatkan mahasiswa tentang

pentingnya menjalani pola hidup sehat agar mahasiswa bisa mengingatkan

kembali kepada orang di sekitarnya agar bisa melakukan pencegahan dini

pada penyakit hipertensi.

4. Bagi Peneliti Lain

Dari hasil penelitian ini diharapkan peneliti selanjutnya melakukan

penelitian lebih lanjut dan mendalam misalnya faktor-faktor lain yang

menjadi penyebab terjadinya hipertensi dan cara mencegah hipertensi

maupun cara menurunkan tekanan darah dengan jus mentimun, jus tomat,

relaksasi nafas dalam dan sebagainya.


54

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva


Press.

Arikunto, S. (2014). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis Edisi Revisi.


Jakarta: Rineka Cipta.

Azizah, M. Lilik. (2015). Keperawaatan Lanjut Usia Edisi 1. Yogyakarta: Graha


Ilmu..

Bustan. M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Depkes RI. (2016). Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga


http://depkes.go.id/index.php/berita/press-rease/810-hipertensi-
penyebabkematian-nomor-tiga.html, Diakses tanggal 7 Agustus 2019.

Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan. Jakarta: Trans Info


Media.

Junedi, Iskandar. (2010). Pengenalan, Pencegahan dan Pengobatan Hipertensi.


Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer

Junaedi, dkk. (2013). Hipertensi Kandas Berkat Herbal. Jakarta: FMedia.

Kemenkes RI. (2018). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Indonesia.

Khomsan, Ali. (2010). Buku Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: Raja
Grapindo Persada.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017.

Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat Tahun 2018.

Laporan Tahunan Puskesmas Sedau Tahun 2016-2018.

Lisnawati. (2001). “Kepribadian, Nilai dan Gaya Hidup”. (diakses 6 Agustus


2019)

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

-----------------. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta.

Nursalam. (2016). Buku Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan


Praktis. Jakarta: Salemba Medika.
55

----------. (2010). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Palmer A dan Williams. (2007). Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga.

Pudiastuti, R.D. (2013). Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Puspitorini, Myra. (2009). Buku Hipertensi: Cara Mudah Mengatasi Tekanan


Darah Tinggi. Yogyakarta: Image Press.

Ramayulis. (2010). Metodelogi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Kalm Mulia.

Renianti, Panjaitan. (2015). Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi


di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2015. Di unduh
pada tanggal 8 Agustus 2019.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Shanty, Meita. (2011). Silent Killer Deseases. Yogyakarta : Javalitera.

Sudarmoko. (2010). Tetap Tersenyum Melawan Hipertensi. Yogyakarta: Atma


Madia Press.

Susilo, Y. dan Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi.


Yogyakarta: Andi Offset.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:


Alfabeta.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Quarino, A. (2014). “Perbandingan Rerata Jumlah Langkah Sebagai Penanda


Aktivitas Fisik antara Pekerja dengan Sindroma Metabolik dan Tanpa
Sindroma Metabolik”. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

World Health Organization. (2015). Hypertension Fact Sheet. WHO: Department


of Sustainable Development and Healthy Environments. Diakses melalui
www.searo.who.int

Wijaya. A. S, Putri. Y. M. (2013), Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI


RESPONDEN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:


Nama/NIM : Saiful Rahman / 165 STYC 17
Alamat : Jl. Cempaka 1 no. 35 Lingkungan Kebon Bawak Timur
Kelurahan Kebun Sari Kecamatan Ampenan Kota Mataram
Institusi Pendidikan : Stikes Yarsi Mataram
Judul Penelitian : Hubungan Gaya Hidup (Makan, Mengkomsumsi
Alkohol, Merokok dan Aktivitas Fisik) dengan Tingkat
Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Desa Selat Wilayah
Kerja Puskesmas Sedau Tahun 2019.
Sehubungan dengan penyusunan laporan penelitian yang akan saya
lakukan dengan judul tersebut diatas yang merupakan syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) di Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes
Yarsi Mataram. Untuk itu saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i
untuk mengisi kuesioner yang saya sediakan dengan kejujuran dan apa adanya.
Jawaban Bapak/Ibu/Saudara/i dijamin kerahasiannya.
Demikian permohonan saya ini, atas kerja samanya saya ucapkan terima
kasih.
Hormat Saya

(Saiful Rahman)
Sehubungan dengan penjelasan diatas, dengan ini saya menyatakan
bahwa saya bersedia untuk berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian
dengan sukarela.
Hormat saya
Responden

(……………………)
Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT TEKANAN
DARAH PENDERITA HIPERTENSI DI DESA SELAT
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEDAU
TAHUN 2019

1. Karakteristik Responden :
No. Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Tekanan Darah :
Gaya Hidup

Berikan tanda centang (√) pada pernyataan dalam kotak yang telah
disediakan
dengan jawaban yang menurut anda anggap benar

SL : Selalu KKD : Kadang-kadang

SR : Sering TP : Tidak Pernah

No Pernyataan SL SR KKD TP

Diet/ Makanan
1. Saya mengkomsumsi sayuran hijau setiap
makan
2. Saya rutin mengkomsumsi buah-buahan
segar sebagi pelengkap
3. Saya mencampurkan garam dapur pada
masakan dan mengkomsumsi sayuran atau
makana yang berasa asin
4. Saya menyenangi makanan yang
mengandung tinggi kolesterol seperti kuning
telur, daging dan goreng-gorengan
5. Saya menyenangi makanan yang
mengandung lemak yang tinggi.
No Pernyataan SL SR KKD TP

Olahraga/ Aktifitas Fisik


1. Saya melakukan kegiatan jalan
santai/jogging/gerak-gerakkan badan sampai
berkeringat
2. Saya masih melakukan jenis olahraga tertentu
(sepak bola, badminton, tenis meja, dll)
3. Saya rutin melakukan olahraga teratur 3 kali
seminggu selama 30 menit.
4. Ditempat kerja saya lebih banyak duduk
dibelakang meja mengerjakan pekerjaan
kantor dari pada bekerja menggunakan fisik
5. Saya berangkat kerja menggunakan sepeda
atau berjalan kaki

No Pernyataan SL SR KKD TP

Alkohol
1. Saya menyukai dan meminum minuman
beralkohol
2. Saya senang minum minuman
berperisa/bergas
3. Saya menyenangi kopi dan rutin minum kopi
4. Saya menyukai minuman yang keras
5. Saya mengkomsumsi alcohol lebih dari 3 kali
dalam sehari

No Pernyataan SL SR KKD TP
Merokok
1. Saya punya kebiasaan merokok
2. Jika mengalami stress pikiran, saya mengisap
rokok, kemudian saya merasa tenang
3. Merokok membuat saya percaya diri
4. Saya mengisap rokok lebih dari 2 batang
dalam sehari
5. Ditempat kerja atau di rumah saya terpapar
dengan asap rokok

Sumber : Kuesioner Penelitian Hubungan Gaya Hidup Dengan Kejadian


Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun
2015.
MASTER TABEL HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI
DI DESA SELAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEDAU

Gaya Hidup
Peker- Tingkat
No Umur JK Makanan Olahraga Alkohol Merokok Total Hasil
jaan Hipertensi
m1 m2 m3 m4 m5 o1 o2 o3 o4 o5 a1 a2 a3 a4 a5 k1 k2 k3 k4 k5 Skor ukur
1 4 1 3 1 0 1 1 2 0 0 0 2 0 3 2 0 3 3 0 0 0 0 0 18 2 2
2 2 1 2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 3 3 0 3 3 1 1 2 0 0 22 2 3
3 3 1 1 2 1 2 2 3 1 0 1 1 0 3 3 1 3 3 0 2 2 0 0 30 2 2
4 3 2 4 1 1 0 1 2 0 0 0 3 0 3 3 0 3 3 3 3 3 3 0 32 1 2
5 3 1 2 2 1 1 2 2 1 0 0 1 0 3 2 1 2 3 3 3 3 3 1 34 1 2
6 2 2 2 2 1 1 2 2 2 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 45 1 1
7 3 1 3 1 0 1 1 3 1 0 0 3 0 3 3 0 3 3 0 1 2 1 3 29 2 2
8 2 1 3 2 1 1 1 2 1 1 0 3 2 3 2 1 3 3 2 2 2 1 3 36 1 1
9 2 2 2 3 1 1 1 3 1 0 0 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 45 1 1
10 3 2 4 3 2 1 2 3 1 0 1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 47 1 2
11 4 1 4 1 1 3 2 2 1 0 0 3 3 3 2 0 3 3 0 1 2 0 0 30 2 2
12 2 2 4 2 1 2 3 3 1 0 0 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 3 1 43 1 1
13 2 1 3 1 1 2 0 1 1 0 0 2 1 3 3 0 3 3 0 0 2 0 0 23 2 2
14 1 1 2 1 2 2 0 0 1 1 1 2 0 3 2 0 3 3 0 0 2 0 0 23 2 2
15 1 2 2 1 1 2 2 1 1 0 0 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 39 1 1
16 3 2 4 1 1 2 1 1 1 0 0 3 3 3 3 0 3 3 3 3 3 3 0 37 1 2
17 2 1 3 1 1 1 1 2 1 0 0 2 0 3 3 0 2 3 0 0 1 0 0 21 2 3
18 1 1 1 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 3 3 0 3 3 0 1 1 0 0 23 2 1
19 3 1 2 1 1 1 1 2 1 0 0 2 0 3 3 0 3 3 3 3 3 3 0 33 1 1
20 3 2 4 2 1 1 1 1 0 0 0 2 0 3 3 1 3 3 3 3 3 3 0 33 1 1
21 2 2 4 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 3 3 0 3 3 3 3 3 3 0 29 2 2
22 2 2 2 2 1 1 2 2 1 0 0 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 2 42 1 2
23 3 2 1 2 1 1 0 1 0 1 1 1 0 3 3 0 3 3 3 3 3 3 2 34 1 2
24 2 1 2 1 1 1 1 2 0 1 0 1 0 3 3 0 3 3 0 2 2 0 1 25 2 3
25 2 1 1 2 1 1 1 2 1 0 0 1 0 3 3 1 2 3 0 2 2 0 0 25 2 2
26 2 2 4 2 0 1 1 1 0 0 0 1 0 3 2 0 2 3 3 3 3 3 1 29 2 2
27 2 2 4 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 3 3 1 1 3 3 3 3 3 0 28 2 1
28 3 1 2 1 1 0 1 1 0 0 0 1 3 3 3 0 3 3 0 1 1 0 0 22 2 2
29 4 2 4 2 0 0 1 1 0 0 0 1 1 3 3 0 3 3 3 3 3 3 0 30 2 3
30 1 2 4 2 1 1 1 1 0 0 0 2 0 3 1 2 3 3 3 3 3 3 1 33 1 2
31 2 1 2 1 0 3 2 1 1 1 0 0 0 3 1 0 2 3 2 2 2 2 1 27 2 2
32 3 2 4 2 1 1 1 1 0 0 0 2 0 3 3 1 3 3 3 3 3 3 0 33 1 2
33 2 2 4 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 3 3 0 3 3 3 3 3 3 0 30 2 2
34 2 2 3 2 1 1 1 2 0 0 0 1 0 3 1 0 2 3 3 3 3 3 0 29 2 3
35 2 1 2 2 2 1 1 1 1 0 0 1 0 3 1 1 1 3 1 1 1 0 0 21 2 2
36 2 1 2 2 1 0 1 1 1 1 0 1 0 3 2 0 1 3 0 2 1 0 1 21 2 2
37 3 2 4 1 0 1 1 1 0 0 0 2 0 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 33 1 2
38 2 2 4 1 1 2 1 1 1 0 0 3 3 3 3 0 3 3 3 3 3 3 0 37 1 2
39 3 1 2 2 0 1 0 1 0 0 0 1 1 3 3 0 3 3 0 2 2 1 0 23 2 1
40 2 2 4 2 0 2 1 1 0 0 0 1 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 37 1 1
41 3 2 4 1 0 1 1 1 0 0 0 2 0 3 3 0 3 3 3 3 3 3 0 30 2 2
42 3 1 4 2 1 1 1 2 1 0 0 1 0 3 3 1 2 3 0 2 2 0 0 25 2 2
43 3 2 4 2 0 1 2 2 1 0 0 2 0 3 3 0 3 3 3 3 3 3 2 36 1 2
44 2 1 2 2 0 1 1 1 0 0 0 2 0 3 3 0 3 3 0 1 2 0 1 23 2 2
45 3 1 3 2 1 2 1 3 1 1 0 1 2 3 3 0 3 3 0 1 1 0 1 29 2 1
46 3 2 4 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 3 3 1 1 3 3 3 3 3 0 28 2 2

Keterangan
Umur JK Pekerjaan Gaya Hidup
1) 36-45 tahun 1) Laki-laki 1) PNS Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
2) 46-55 tahun 2) Perempuan 2) Swasta 0) Tidak Pernah 3) Tidak Pernah
3) 56-65 tahun 3) Buruh 1) Kadang-Kadang 2) Kadang-Kadang
4) > 66 tahun 4) IRT/tidak bekerja 2) Sering 1) Sering
3) Selalu 0) Selalu

Hasil ukur Tingkat Hipertensi


1) Baik jika skor > mean/median 1) Prehipertensi = 120-139/80-89 mmHg
2) Tidak baik jika skor < mean/median 2) Hipertensi derajat I = 140-159/90-99 mmHg
3) Hipertensi derajat II = 160 atau >160/100 atau >100 mmHg
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Gaya Hidup 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Gaya Hidup Mean 30,4783 1,04938
95% Confidence Interval for Lower Bound 28,3647
Mean Upper Bound 32,5918
5% Trimmed Mean 30,2222
Median 30,0000
Variance 50,655
Std. Deviation 7,11724
Minimum 18,00
Maximum 47,00
Range 29,00
Interquartile Range 10,00
Skewness ,496 ,350
Kurtosis -,280 ,688

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Gaya Hidup ,114 46 ,170 ,959 46 ,105

a. Lilliefors Significance Correction


Frequencies

Statistics
Umur Jenis Kelamin Pekerjaan
N Valid 46 46 46
Missing 0 0 0

Frequency Table
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 36-45 tahun 4 8,7 8,7 8,7
46-55 tahun 21 45,7 45,7 54,3
56-65 tahun 18 39,1 39,1 93,5
> 66 tahun 3 6,5 6,5 100,0
Total 46 100,0 100,0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 22 47,8 47,8 47,8
Perempuan 24 52,2 52,2 100,0
Total 46 100,0 100,0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PNS 4 8,7 8,7 8,7
Swasta 15 32,6 32,6 41,3
Buruh 7 15,2 15,2 56,5
IRT/Tidak Bekerja 20 43,5 43,5 100,0
Total 46 100,0 100,0
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Gaya Hidup * Hipertensi 46 100,0% 0 0,0% 46 100,0%

Gaya Hidup * Hipertensi Crosstabulation


Hipertensi
Hipertensi
Hipertensi Derajat II = 160
Prehipertensi = Derajat I = atau >160/100
120-139/80-90 140-159/90-99 atau >100
mmHg mmHg mmHg
Gaya Hidup Sehat >= 30 Expected Count 5,0 12,0 2,1
% within Gaya Hidup 42,1% 57,9% 0,0%
Tidak Sehat <= 30 Expected Count 7,0 17,0 2,9
% within Gaya Hidup 14,8% 66,7% 18,5%
Total Expected Count 12,0 29,0 5,0
% within Gaya Hidup 26,1% 63,0% 10,9%

Gaya Hidup * Hipertensi Crosstabulation

Total
Gaya Hidup Sehat >= 30 Expected Count 19,0
% within Gaya Hidup 100,0%
Tidak Sehat <= 30 Expected Count 27,0
% within Gaya Hidup 100,0%
Total Expected Count 46,0
% within Gaya Hidup 100,0%
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance
Value df (2-sided)
a
Pearson Chi-Square 6,839 2 ,033
Likelihood Ratio 8,599 2 ,014
Linear-by-Linear Association 6,609 1 ,010
N of Valid Cases 46

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 2,07.

Anda mungkin juga menyukai