Anda di halaman 1dari 11

PAPER

SISWA IPS YANG DI CAP NAKAL

Paper ini bertujuan untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Metode Penelitian Sosial

NAMA KELOMPOK :

Bergita Elnisa Sule (1912511010)

Arti Dewi Sri Maharani Adityari (1912511013)

Retno Asti Wulandari (1912511016)

M Hasan Fadhil (1912511023)

I Gede Ari Juliarsana (1912511045)

Ryan Januar Stefano (1912511048)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS UDAYANA
BALI
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

A. Permasalahan 1 “Siswa IPS yang dicap nakal”


Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan lembaga pendidikan formal yang
memiliki tingkatatan menengah, yaitu maksudnya di dalam level pendidikannya
tersebut terdapat program penjurusan antara lain jurusan Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Bahasa. Program penjurusan itu sendiri
memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa sesuai dengan minat
dan bakat. Jika merujuk pada sejarah, dulu doi Indonesia pada pemerintahan
Hindia Belanda, sekolah yang ada saat itu adalah HBS (Hogere Burgerschool)
atau sekolah menengah atas untuk anak-anak eropa dan AMS (Algemeene
Middelbarescschool) atau sekolah menegah atas untuk masyarakat pribumi.
Sekolah membagi penjurusan keilmua menjadi 2 kategori yaitui Budaya dan
Sains.
Selanjutnya dalam masa kemerdekaan penjurusan diterapkan sejaktingkatan
SMP yang akhirnya dihapus pada 1962. Pada akhirnya penjurusan hanya
diberlakukan di tingkat SMA yaitu 3 jurusan A (Sains), B(Bahasa dan Budaya),
dan C(Sosial). Penjurusan tersebut kemudian mengalami perubahan lagi tepatnya
pada awal tahun 1970 yakni menjadi Paspal, Sosial, Budaya. Sesudah itu pada
awal 1980 penjurusan mengalami perubahan dan spesifikasi menjadi A1, A2,A3,
dan A4. Pada akhirnya tahun 1994 penjurusan yang ada di SMA mengalami
perubahan menjadi IPA,IPS, dan Bahasa dan berlaku sampai sekarang.

B. Permasalahan 2 “Kenakalan remaja(junevile delinquency)”


Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar
norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja
atau transisi masa anak-anak ke dewasa. Kenakalan Remaja merupakan gejala
patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian
sosial yang pada akhirnya menyebabkan perilaku menyimpang.

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-


norma dalam masyarakat, pelanggaran status, maupun pelanggaran terhadap
hukum pidana. Pelanggaran status seperti halnya kabur dari rumah, membolos
sekolah, merokok, minum minuman keras, balapan liar, dan lain sebagainya.
Pelanggaran status ini biasanya tidak tercatat secara kuantitas karena bukan
termasuk pelanggaran hukum. Sedangkan yang disebut perilaku menyimpang
terhadap norma antara lain seks pranikah di kalangan remaja, aborsi, dan lain
sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


A. Permasalahan 1 “Anak IPS Yang dicap nakal”
1. Apa itu Labelling ?
2. Mengapa anak IPS dianggap lebih nakal dibandingkan anak IPA ?
3. Apa akibat dari pengecapan terhadap anak IPS tersebut ?

B. Permasalahan 2 “Kenakalan remaja(junevile delinquency)”


1. Apa saja penyebab kenakalan remaja ?
2. Apa saja jenis jenis kenakalan remaja?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Kasus pertama

Teori labeling

Menurut Durkheim dalam bukunya yang berjudul The Rules of Sociological Method ,
Labelling merupakan pemberian label terhadapo seseorang yang menjadi bagian dari
konsep seseorang. Labelling yang diberikan kepada seseorang cenderung melanjutkan
penyimpangan tersebut. Labelling mampu membentuk suatu prasangka atau persepsi
terhadap prilaku ysng terbentuk. Seseorang yang diberi label biasanya akan mengikuti
label yang ditetapkan pada diri orang tersebut dan juga menjadi dasar untuk
melakukan sesuatu dalam kehidupannya. Dua konsep penting dalam teori labelling
yaitu Primary Deviace dan Secondary Deviace. Priamary Deviace ditujukan pada
perbuatan penyimpangan tingkah laku awal sedangkan Secondary Deviace adalah
berkaitan dengan reorganisasi psikologis dari pengalaman seseorang sebagai akibat
dari penangkapan dan cap sebagai penjahat. Sekali cap atau label diberikan pada
orang maka sulit bagi orang tersebut melespaskan cap yang diberikan. Ini yang
dialami oleh siswa IPS yang susah keluar dari label nakal oleh masyarakat.

2 .Kasus kedua

SOCIAL CONTROL THEORY

Social Control Theory lahir pada peradaban dua puluhan, e.A.ros salah seorang Bapak
sosialog amirika berpendapat bahwa system keyakinan lah yang membimbing apa yang
dilakukan oleh orang-orang dan yang secara universal mengontrol tingkah laku, tidak peduli
apapun bentuk keyakinan yang dipilih. Salah satu Social Control Theory sebagaimana
disebutkan oleh Travis Hirschi dalam “Social Bond Theory”, sebagai berikut:

1. Attachment, adalah kemampuan manusia untuk melibatkan dirinya terhadap orang lain.
Kaitan attachment dengan penyimpangan adalah sejauh mana orang tersebut peka terhadap
pikuran , perasaan dan kehendak orang lain sehingga ia dapat dengan bebas melakukan
penyimpangan. Attachment dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

a. Attachment total, adalah keadaan dimana seorang individu melepas rasa yang
terdapat dalam dirinya dan diganti dengan rasa kebersamaan. Rasa kebersamaan inilah yang
mendorong seseorang utk selalu mentaati aturan aturan, karena pelanggaran terhadap aturan
tersebut berarti menyakiti perasaan orang lain.

b. Attachment partial, adalah suatu bubungan antara seorang individu dengan lainnya,
dimana hubungan tersebut tidak didasarkan pada peleburan ego dengan ego yang lain tetapi
karena hadirnya orang lain yang mengawasi. Berdasarkan hal tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa attachment total akan mencegah hasrat seseorang untuk melakukan
deviasi. Sedangkan attachment partial hanya akan menimbulkan kepatuhan bila terdapat
orang lain yang mengawasi , karena apabila tdk terdapat pengawasan makan orang tersebut
akan melakukan deviasi.

BAB III
METODE DAN HASIL DISKUSI

A. Permasalahan 1 “Anak IPS yang dicap nakal ”


Programm Penjurusan yang dilakukan di SMA pada kenyataanya menimbulkan tindakan
diskrimainasi. Tindakan diskriminasi tersebut berupa pemberian cap (label) pada jurusan IPS.
Label yang diberikan bukanlah positif melainkan label yang negative. Posisi IPS mulai
tersudutkan dalam aktifitas pendidikan. Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa
jurusan IPS ditempati oleh siswa-siswa yang memiliki nilai akademis yang rendah , memiliki
sifat tidak bisa diatur dan suka melanggar aturan sekolah. Sebab itulah masyarakat
memberikan label negatif pada jurusan IPS. Menurut data yang diambil dari BK (Bimbingan
Konseling)di SMA Negeri 1 Sekaran ditemukan 48 % kasus pelanggaran dilakukan oleh
siswa IPS, kemudian pelanggaran yang dilakukan siswa IPA 36% dan pelanggaran yang
dilakukan siswa Bahasa yakni 16%. Pelanggaran yang dilakukan berupa terlambat dataang
ke sekolah, sering tidak masuk, meninggalkan pelajaran tanpa izin, meludahi teman atau
bertengkar, dan tidak sopan terhadap Guru. Data ini diambil dari jumlah surat pernyataan
siswa ketahuan melanggar dalam satu semester terakhir. Pemberian cap (label) pada siswa
IPS tanpa disadari akan melekat pada siswa IPS. Cap tersebut tentu akan memberikan
pengaruh terhadap siswa , sehingga hal tersebut memberikan akan menghantarkan siswa itu
untuk melakukan penyimpangan atau perbuatan yang melanggar norma.

1. Teori Labelling

Menurut Durkheim dalam bukunya yang berjudul The Rules of Sociological Method ,
Labelling merupakan pemberian label terhadapo seseorang yang menjadi bagian dari
konsep seseorang. Labelling yang diberikan kepada seseorang cenderung melanjutkan
penyimpangan tersebut. Labelling mampu membentuk suatu prasangka atau persepsi
terhadap prilaku ysng terbentuk. Seseorang yang diberi label biasanya akan mengikuti
label yang ditetapkan pada diri orang tersebut dan juga menjadi dasar untuk
melakukan sesuatu dalam kehidupannya. Dua konsep penting dalam teori labelling
yaitu Primary Deviace dan Secondary Deviace. Priamary Deviace ditujukan pada
perbuatan penyimpangan tingkah laku awal sedangkan Secondary Deviace adalah
berkaitan dengan reorganisasi psikologis dari pengalaman seseorang sebagai akibat
dari penangkapan dan cap sebagai penjahat. Sekali cap atau label diberikan pada
orang maka sulit bagi orang tersebut melespaskan cap yang diberikan. Ini yang
dialami oleh siswa IPS yang susah keluar dari label nakal oleh masyarakat.

B. Permasalahan 2 “Kenakalan remaja (junevile delinquency)”

Tumbuh kembang remaja pada zaman sekarang sudah tidak bisa lagi dibanggakan.
Perilaku kenakalan remaja saat ini sulit diatasi. Baru-baru ini sering kita dengar berita
ditelevisi maupun di radio yang disebabkan oleh kenakalan remaja diantaranya tawuran,
pemerkosaan yang dilakukan oleh pelajar SMA, pemakain narkoba dan lain-lain. Kehidupan
remaja pada masa kini mulai memprihatinkan. Remaja yang seharusnya menjadi kader-kader
penerus bangsa kini tidak bisa lagi menjadi jaminan untuk kemajuan Bangsa dan Negara.
Bahkan perilaku mereka cenderung merosot.
Jenis-jenis kenakalan remaja

A. Kenakalan remaja di sekolah:


1. Tidak masuk sekolah tanpa keterangan.
2. .Meninggalkan sekolah pada saat jam pelajaran.
3. Membawa senjata tajam ketika sekolah.
B. Kenakalan remaja di luar sekolah (masyarakat):
1. Ikut balapan tiar antar geng.
2. Ikut tawuran antar geng
3. Minum minuman keras.
4. Mengkonsumsi obat-obatan terlarang seperti narkoba dan lain sebagainya.
C. Kenakalan remaja di lingkungan keluarga:
1. Tidak mendengarkan nasehat orang tua.
2. Tidak mentaati perintah orang tua.
3. Melanggar norma yang telah di sepakati bersama keluarga.

Bentuk kenakalan remaja:

1) Penyalahgunaan Narkotika
2) Perilaku Seksual Sebelum Menikah
3) Perkelahian Pelajar
4) Kebut-kebutan
5) Peredaran pornografi
6) Berpakaian yang tidak sopan
Penyimpangan sosial merupakan bentuk prilaku yang dilakukan oleh seseorang yang tidak
sesuai dengan norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. menurut Bruce J.
Cohen, ukuran yang menjadi dasar adanya penyimpangan bukan baik atau buruk, benar atau
salah menurut pengertian umum, melainkan berdasarkan ukuran norma dan nilai sosial suatu
masyarakat. suatu prilaku dianggap menyimpang apabila tidak sesuai dengan nilai-nilai dan
norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat atau dengan kata lain penyimpangan
(deviation) adalah segala macam pola prilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri
(contronity) terhadap kehendak rakyat. Jadi kenakalan remaja termasuk penyimpangan sosial
karena merupakan penyimpangan norma. Contohnya antara lain: pemerkosaan, perjudian,
pencurian, dan pemakaian narkotika.
Teori Re-Integrative Shaming

Re-Integrative Shaming Theory yang diungkapkan oleh Braithwaite (Barlow)


menjelaskan bahwa pemberian rasa, malu (shaming) adalah semua proses-proses
sosial yang menunjukan ketidaksetujuan yang bertujuan agar orang yang
melakukan penyimpangan atau pelanggaran hukum merasa menyesal dan malu.
Penghukuman semacam inl -yang biasanya dilakukan oleh anggota masyarakat-
membuat orang menjadl waspada akan adanya shaming. Braithwaite (1996: 2)
meyakini bahwa pemberian rasa malu sebagai suatu bentuk hukuman kepada
pelaku ini, memiliki dua kemungkinan: Reintegrative Shaming atau stigmatisasi
(stigmatization). Reintegrative Shaming (Braithwaite, 1989: 84-97) adalah proses
mempermalukan yang diikuti dengan upaya-upaya mengintegrasikan kembali
pelaku penyimpangan atau pelanggaran hukum ke dalam masyarakat yang patuh
hukum.

BAB IV
KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian cap atau label kepada siswa IPS terjadi karena siswa jurusan kebanyakan
memiliki nilai akademis yang rendah. Hal ini diperparah dengan sebagian siswa
jurusan IPS adalah siswa yang banyak melanggar aturan. Cap yang diberikan akan
memberikan dampak negatif terhadap siswa tersebut. Siswa ips tanpa disadari akan
cenderung mengikuti cap tersebut. Pada dasarnya kenakalan remaja meliputi semua
prilaku yang menyimpang dari norma norma hukum pidana yang dilakukan oleh
remaja. Prilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang orang disekitarnya.
Kenakalan remajapada zaman sekarang ini disebabkan oleh beberapa faktor. Perilaku
nakal remaja disebabkan oleh faktor remaja itu sendiri maupun dari luar.
Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur dari orang orang dewasa
yang telah melampaui masa remajanya dengan baik.
Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya merupakan hal hal yang bisa
dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja.
B. Penutup
Seharusnya jangan memberi label negatif pada anak IPS, karena dengan label negatif
itu anak IPS akan mengikuti label tersebut. Dan akan merasa sia-sia disaat ingin
menunjukkan kemamampuannya kepada orang lain untuk merubah label tersebut
karena sudah terlanjur di beri label negatif.
Perlu adanya tindakan tindakan dari pemerintah untuk mengawasi tindakan remaja di
Indonesia agar tidak terjerumus pada kenakalan remaja.
Perlunya penanaman moral, pendidikan dan nilai religius pada diri seorangi.
Selain hal hal yang telah disebutkan diatas ada satu hal lagi yang penting adalah
remaja harus dibimbing oleh seseorang yang bisa mempengaruhinya agar dapat
berperilaku positif.

Daftar Pertanyaan
1. Nama : Komang Ardijaya Pratama
NIM : 1912511014
Pertanyaan : Jelaskan bagaimana anda bisamenyimpulkan bahwa anak IPS
dicap sebagai anak yang nakal? Padahal tidak semua anak IPS terkenal nakal
Jawabannya : Pada umumnya anak anak IPS merupakan anak anak yang
berjiwa sosial. Mereka cenderung lebih santai dalam jika dibandingkan dengan
anak IPA. Ini membuat anak IPS lebih bebas atau tidak merasa beban ketika
melakukan suatu perbuatan yang sedikit menyimpang di sekolah. Di samping
itu anak IPS banyak yang berkeinginan untuk menjadi pengusaha, hal ini
membuat mereka lebih suka hal bebas dan tidak suka diatur atur. Di sini anak
IPS akan lebih ringan untuk melawan gurunya jika dibandingkan dengan anak
IPA.

2. Nama : Zhalsa Rose Vista Bidadari


NIM : 1912511067
Pertanyaannya : Bagaimana cara mengatasi labeling anak IPS yang dicap
nakal?
Jawabannya : ada berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengilangkan
cap yang diberikan kepada anak IPS sebagai anak nakal. Yang pertama dari
dalam keluarga. Orangtua sebagai pengasuh dan mendidik tentunya harus
mempunyai cara tersendiri untuk membentuk aklak dan pribadi anak menjadi
lebih baik agar dalam kesehariannya menunjukan nilai dan moral yang baik
pula di mata umum. Yang kedua adalah tanggung jawab seorang guru sebagai
pengajar dan pendidik. Selain orang tua kandung, guru di sekolah sebagai
orangtua kedua mempunyai tugas untuk mendidik anak menjadi lebih baik dan
membina anak agar meninggalkan kebiasaan buruk. Disamping itu kita pasti
sering mendengar kalimat “semuanya berawal dari kita”. Kuncinya ada di
dalam diri anak tersebut yang bersangkutan. Jika orangtua dan guru terus
berupaka keras namun tidak ada kemauan dan kesadaran dalam diri maka
mustahilah anak akan berubah. Begitupun sebaliknya jika anak dalam dirinya
mempunyai kemauan dan semangat untuk berubah maka pembinaan dari guru
dan orangtua akan berhasil menciptakan anak yang berkepribadian baik.

Anda mungkin juga menyukai