Anda di halaman 1dari 27

Kata Pengantar

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas semua limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

makalah yang berjudul Keterkaitan Dislipidemia sebagai Faktor Resiko Pre-

Eklampsia (Kelainan atau Gangguan pada Retikulum Endoplasma) dengan baik

dan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas Ibu Oeke Yunita pada mata kuliah Biologi Sel tentang bab organel sel.

Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang

Retikulum Endoplasma bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Oeke Yunita, selaku dosen

Biologi Sel yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah

pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan

demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 23 September 2019

Penulis

i
Daftar isi
Kata Pengantar ..................................................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Tinjauan Pustaka Umum ..................................................................................... 1
Retikulum endoplasma merupakan perluasan selubung nukleus yang terdiri dari
jaringan (reticulum = 'jaring kecil') saluran bermembran dan vesikel yang saling
terhubung. Terdapat dua bentuk retikulum endoplasma, yaitu retikulum endoplasma
kasar dan retikulum endoplasma halus. Retikulum endoplasma kasar disebut demikian
karena permukaannya ditempeli banyak ribosom. Ribosom yang mulai mensintesis
protein dengan tempat tujuan tertentu, seperti organel tertentu atau membran, akan
menempel pada retikulum endoplasma kasar. Protein yang terbentuk akan terdorong ke
bagian dalam retikulum endoplasma yang disebut lumen. Di dalam lumen, protein
tersebut mengalami pelipatan dan dimodifikasi, misalnya dengan penambahan
karbohidrat untuk membentuk glikoprotein. Protein tersebut lalu dipindahkan ke
bagian lain sel di dalam vesikel kecil yang menyembul keluar dari retikulum
endoplasma, dan bergabung dengan organel yang berperan lebih lanjut dalam
modifikasi dan distribusinya. Kebanyakan protein menuju ke badan Golgi, yang akan
mengemas dan memilahnya untuk diantarkan ke tujuan akhirnya. Retikulum
endoplasma halus tidak memiliki ribosom pada permukaannya..................................... 1
Retikulum endoplasma halus berfungsi, misalnya, dalam sintesis lipid komponen
membran sel. Dalam jenis sel tertentu, misalnya sel hati, membran retikulum
endoplasma halus mengandung enzim yang mengubah obat-obatan, racun, dan produk
sampingan beracun dari metabolisme sel menjadi senyawa-senyawa yang kurang
beracun atau lebih mudah dikeluarkan tubuh. ................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
2.1 Struktur anatomi reticulum endoplasma ............................................................. 3
2.1.1 Retikulum endoplasma kasar ( REK ) ................................................................ 6
2.1.2 Retikulum endoplasma halus ( REH ) ................................................................ 7
2.2 Keterkaitan Struktur Retikulum Endoplasma Dengan Fungsi-Fungsinya Dalam Sel
Enzim .............................................................................................................................. 8
BAB III ............................................................................................................................. 20
KESIMPULAN ................................................................................................................. 20
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 21
Lampiran ........................................................................................................................... 22

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Tinjauan Pustaka Umum

Retikulum endoplasma (RE) merupakan organel berbentuk bangunan yang

saling berhubungan membentuk anyaman. RE dapat dibedakan menjadi RE

kasar (REK) yang pada dindingnya tertempel ribosom dan RE halus (REH).

Selain sebagai tempat sintesis protein, fungsi REK yaitu melakukan

glikosilasi. Fungsi REH tidak berhubungan dengan sintesis protein melainkan

berhubungan dengan metabolisme atau pemisahan zat tertentu.

Retikulum endoplasma merupakan perluasan selubung nukleus yang

terdiri dari jaringan (reticulum = 'jaring kecil') saluran bermembran dan

vesikel yang saling terhubung. Terdapat dua bentuk retikulum endoplasma,

yaitu retikulum endoplasma kasar dan retikulum endoplasma halus. Retikulum

endoplasma kasar disebut demikian karena permukaannya ditempeli banyak

ribosom. Ribosom yang mulai mensintesis protein dengan tempat tujuan

tertentu, seperti organel tertentu atau membran, akan menempel pada

retikulum endoplasma kasar. Protein yang terbentuk akan terdorong ke bagian

dalam retikulum endoplasma yang disebut lumen. Di dalam lumen, protein

tersebut mengalami pelipatan dan dimodifikasi, misalnya dengan penambahan

karbohidrat untuk membentuk glikoprotein. Protein tersebut lalu dipindahkan

ke bagian lain sel di dalam vesikel kecil yang menyembul keluar dari

retikulum endoplasma, dan bergabung dengan organel yang berperan lebih

lanjut dalam modifikasi dan distribusinya. Kebanyakan protein menuju ke

badan Golgi, yang akan mengemas dan memilahnya untuk diantarkan ke

1
tujuan akhirnya. Retikulum endoplasma halus tidak memiliki ribosom pada

permukaannya.

Retikulum endoplasma halus berfungsi, misalnya, dalam sintesis lipid

komponen membran sel. Dalam jenis sel tertentu, misalnya sel hati, membran

retikulum endoplasma halus mengandung enzim yang mengubah obat-obatan,

racun, dan produk sampingan beracun dari metabolisme sel menjadi senyawa-

senyawa yang kurang beracun atau lebih mudah dikeluarkan tubuh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah struktur anatomi reticulum endoplasma?

2. Bagaimanakah keterkaitan struktur anatomi reticulum endoplasma dengan

fungsi – fungsinya dalam sel ?

3. Bagaimanakah keterkaitan dyslipidemia sebagai factor resiko pre eklamsia

( kelainan atau gangguan pada reticulum endoplasma)?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan struktur anatomi reticulum endoplasma

2. Menganalisis keterkaitan struktur anatomi reticulum endoplasma dengan

fungsi – fungsinya dalam sel

3. Menjelaskan identifikasi ekspresi glikokonjugatmpada jaringan

limfonodus sapi Bali yang terinfeksi virus penyakit Jembrana secara

eksperimental (Kelainan fungsi retikulum endoplasma)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Struktur anatomi reticulum endoplasma

Retikulum Endoplasma RE terdiri dari jejaring tubulus dan kantung

bermembran yang disebut sisterna (dari kata Latin cisterna, penampung cairan).

Membran RE sifatnya kontinyu dan tidak terputus serta tertutup sehingga

memisahkan kompartemen internal RE, disebut lumen (rongga) RE atau ruang

sisterna, dari sitosol. Karena membran RE tersambung dengan membran nukleus,

ruang diantara kedua membran pada membran nucleus tersambung dengan lumen

RE. Membran RE memiliki ketebalan 4 nm (10-9 m), lebin tipis dari membrane

sel. Susunan membrane RE terdiri dari lipoprotein, secara umum sama dengan

membran lainnya.

Sebagian besar sel-sel eukariotik mengandung reticulum endoplasma,

tetapi jumlah maupun jenisnya bervariasi. Misalnya pada pancreas lebih banyak

mengandung reticulum endoplasma kasar, sedangkan pada sel-sel epithelial

sebagian besar kandungannya adalah reticulum endoplasma halus. Jumlah total

pada beberapa sel berbeda, pada sel-sel pancreas misalnya sangat rapat dengan

reticulum endoplasma sedang pada sel-sel tumbuhan tingkat tinggi hanya sedikit.

3
Jumlah total dan proporsi antara reticulum endoplasma kasar dan reticulum

endoplasma halus berubah-ubah tergantung pada keadaan metabolisme sel. Sel-sel

yang mensintesis dan mensekresikan protein memiliki reticulum endoplasma

kasar lebih banyak dibandingkan dengan reticulum endoplasma halus.

Berdasarkan bentuknya, terdapat 3 macam reticulum endoplasma yang berbeda;

1. Bentuk pipih (lamelar), yang terdiri atas susunan sejumlah kantung membran

yang pipih. Ribosom pada membran RE yang berbentuk lamelar tidak merata

(asimetri). Membran membentuk kantung pipih disebut sisternae.

2. Bentuk kantung (vesikular), kebanyakan terdapat REH. Dalam penelitian

invitro maupun in vivo (asli) diperkirakan sama.

3. Bentuk tubular (pembuluh). Bentuk ini terutama dimiliki oleh REH,

menunjukkan sifat yang dinamik dari RE dan mempunyai hubungan erat dengan

gerakan membran, pemisahan dan fusi dalam sistem membran (jaringan

cytocavitary).

Pada umumnya membran RE merupakan model mozaik cair yang terdiri dari lipid

dan protein. Perbedaannya dengan membran plasma dari ketebalannya, membrane

RE lebih tipis dari membran plasma. Membran ini berhubungan 4 C langsung

dengan selimut nukleus atau nuclear envelope. Komposisi kimia membran

retikulum endoplasma terdiri atas lipida 30% dan protein 70%. Dengan demikian

rasio protein terhadap lemak lebih tinggi dan konsentrasi kolestrol lebih rendah

4
dari membrane plasma. langsung dengan selimut nukleus atau nuclear envelope.

Komposisi kimia membran retikulum endoplasma terdiri atas lipida 30% dan

protein 70%. Dengan demikian rasio protein terhadap lemak lebih tinggi dan

konsentrasi kolestrol lebih rendah dari membrane plasma. Jumlah protein yang

lebih besar menyebabkan strukturnya lebih stabil dari membrane plasma, oleh

sebab itu RE mempunyai sifat yang kurang cair. Protein membrane reticulum

endoplasma umumnya adalah berupa glikoprotein dengan berat molekul sekitar

10.000 – 20.000 dalton Fosfatidilkolin lebih banyak tetapi sfingomielinnya lebih

sedikit dibandingkan membrane sel atau dengan kata lain rantai asam lemak

fosfolipid membrane reticulum endoplasma lebih pendek dan banyak yang tidak

jenuh.

Hal ini menyebabkan perpindahan kearah lateral menjadi lebih mudah daripada

membrane sel sehingga reticulum endoplasma lebih dinamis dibandingkan dengan

membrane sel.

Hasil analisis kimia membrane reticulum endoplasma dapat diketahui bahwa

beberapa diantara protein tersebut merupakan enzim dan rantai molekul-molekul

5
pembawa electron. Enzim yang terdapat di membrane reticulum endoplasma

sangat bervariasi antara lain glukosa-6-fosfatase atau nukleosidafosfatase dan

glikosiltransferase. glukosa-6-fosfatase atau nukleosidafosfatase yaitu enzim yang

berperan pada metabolisme asam lemak, sintesis fosfolipid dan steroid.

Sedangkan glikosiltransferase yaitu enzim yang berperan dalam sintesis glikolipid

dan glikoprotein sedangkan molekul pembawa electron antara lain sitokrom P450

dan sitokrom b5.

Isi lumen (sisterna) retikulum endoplasma merupakan cairan yang mengandung

sejumlah holoprotein, glikoprotein dan lipoprotein. Kandungan lumen Retikulum

endoplasma ini sangat bervariasi seiring dengan jenis sel dan keadaan fisilogis sel

tersebut. Misalnya retikulum endoplasma plasmosit (sel plasma) berisi

imunoglobulin, Retikulum endoplasma fibroblas berisi rantaian protokolagen dan

enzim-enzim hydrolase. retikulum endoplasma beta pancreas mengandung pro

insulin, retikulum endoplasma sel acini pancreas berisi hydrolase dan protein yang

mengandung unsur fosfat.

2.1.1 Retikulum endoplasma kasar ( REK )

Retikulum endoplasma kasar memiliki banyak ribosom terikat pada

permukaan sitosolnya. Ribosom yang terikat pada membrane reticulum

endoplasma ini akan mensintesis protein terlarut dan protein integral membrane.

Kebanyakan sintesis tersebut diperuntukkan baik sekresi ke eksterior sel atau

untuk organel lain. Di dalam reticulum endoplasma protein tersebut akan

diglikosilasi dengan menambahkan oligosakarida (berisi kurang lebih 14

residugula) kepada protein. Sehingga terbentuk glikoprotein, selanjutnya akan

6
ditranspor ke badan golgi, lisosom, membrane plasma. Jadi peran RE dalam hal

ini sebagai glikosiliasi protein bukan sintesis protein.

Dalam hal molekul transmembran yang sangat panjang, sebagian molekul

mula-mula terjulur ke dalam lumen RE kasar dan kemudian kelaur lagi sebelum

memasukinya lagi, secara bolak-balik melalui lapis (bilaminar) lipid membran

dengan cara yang lebih mejemuk daripada menjahit. Fospolipid 6 membran dan

kolesterol juga tergabung dalam RE kasar. Daerah sitoplasma yang basofil yang

tampak dengan mikroskop cahaya yaitu ergastoplasma atau zat kromofilik,

dengan mikroskop elektron ternyata adalah kelompokan retikulum endoplasma.

Basofilia yang khas ini disebabkan oleh sejumlah besar partikel-partikel kecil dari

ribonukleoprotein (RNP) disebut ribososm, yang melekat keluar permukaan

membran, sesuai dengan istilah retikulum endoplasma kasar. Elemen karakteristik

dari reticulum endoplasma kasar adalah berupa lembaran tipisyang terdiri dari 2

membran bersatu pada bagian tepi masing masing dan dibatasi oleh suatu cavite

berbentuk kantong yang aplatis (sakulus). Letak dan jumlah dari sakulus

bervariasi, tergantung pada jenis sel dan fungsi aktifitasnya.

2.1.2 Retikulum endoplasma halus ( REH )

Merupakan reticulum endoplasma yang membrannya tidak ditempeli

ribosom. REH ini banyak terdapat pada sel yang terutama berfungsi untuk

7
metabolism lemak, misalnya sel-sel yang mensintesis hormon steroid dari

kolesterol yang terjadi pada sel-sel adrenal bagian korteks. RE halus berfungsi

dalam beberapa proses metabolisme yaitu sintesis lipid, metabolisme karbohidrat

dan konsentrasi kalsium, detoksifikasi obat-obatan, dan tempat melekatnya

reseptor pada protein membran sel.

Retikulum endoplasma halus berfungsi dalam berbagai macam proses

metabolisme, termasuk sintesis lipid, metabolisme karbohidrat, dan menawarkan

obat dan racun yang larut dalam air. Didalam reticulum endoplasma halus juga

terdapat reticulum endoplasma sarkoplasmik. RE sarkoplasmik adalah jenis

khusus dari RE halus. RE sarkoplasmik ini ditemukan pada otot licin dan otot

lurik. Yang membedakan RE sarkoplasmik dari RE halus adalah kandungan

proteinnya. RE halus mensintesis molekul, sementara RE sarkoplasmik

menyimpan dan memompa ion kalsium. RE sarkoplasmik berperan dalam

pemicuan kontraksi otot.

2.2 Keterkaitan Struktur Retikulum Endoplasma Dengan Fungsi-Fungsinya


Dalam Sel Enzim

Enzim-enzim pada RE hasil analisis kimia membran retikulum

endoplasma terdapat enzim-enzim dan rantai molekul-molekul pembawa electron.

Enzim-enzim itu antara lain hydrolase terutama glukosa-6-fosfatase dan

nukleosida fosfatase, enzim-enzim yang berperan dalam metabolisme asam

8
lemak, sintesis fosfolipid dan steroid, glikosiltransferase yang berperan sebagai

katalisator dalam sintesis glikolipid dan glikoprotein. Tabel 1 yang menunjukkan

dari jenis enzim secara terperinci.

Tabel Enzim enzim pada membrane RE

Enzim Lokasi Fungsi

Permukaan

Sitokrom B5 Sitoplasma agen pemindah elektron, yang dapat

(sitosol) memindahkan satu elektron (elektron

tunggal).

NADH sitokrom b5 Sitoplasma sebagai donor elektron untuk sitokrom

reduktasa b5, sebagai pembawa elektron maka

ikut berpartisipasi dalam berbagai jalur

metabolic

NADH-sitokrom c Sitoplasma merupakan enzim yang mengkatalisis

reduktasa reaksi kimia: QH 2 + 2 sitokrom c (Fe

III) + 2 H + dalam → Q + 2 sitokrom c

(Fe II) + 4 H + keluar

Sitokron P 450 Sitoplasma merangkai oksidasi substrat dengan

(paling banyak) pembentukan ATP

ATP asa Sitoplasma mengkatalisis penguraian adenosin

trifosfat (ATP) menjadi adenosin

difosfat (ADP) dan ion fosfat bebas

5’ – nukleotidasa Sitoplasma Terlibat dalam fungsi bervariasi seperti

9
komunikasi sel-sel, perbaikan asam

nukleat, penyelamatan jalur purin untuk

sintesis nukleotida, transduksi sinyal,

transportasi membrane

glikosiltransferase Sitoplasma

katalisator dalam sintesis glikolipid dan

glikoprotein

Glikosiltransferase Sitoplasma katalisator dalam sintesis glikolipid dan

glikoprotein

GDP- Sitoplasma

manosiltransferase

Nukleosida Lumen Nukleosida difosfatasa lumen memecah

difosfatasa fosfoglukosa menjadi glukosa dan asam

fosfat

Glukosa-6-fosfatasa Lumen fosfoglukosa menjadi glukosa dan asam

fosfat

Acetanilide- Lumen membagi ester menjadi asam dan

hidrolizing-esterase alkohol dalam reaksi kimia yang disebut

dengan hidrolisis air

Glukuronidasa Lumen Berperan dalam metabolisme obat dan

yang akan menjadikan obat terurai

menjadi senyawa yang kurang toksik

dan lebih mudah larut dalam air

10
Fungsi Retikulum Endoplasma terkait dengan struktur yang dimiliki meliputi:

1. Biosintesis protein

Butir-butir ribosom pada membrane reticulum endoplasma kasar akan

mensintesis polipeptida, yang elongasinya tidak berada di sitosol melainkan

menembus membrane reticulum endoplasma. Protein yang disintesis oleh ribosom

ini berupa protein transmembrane dan protein terlarut air. Protein transmembrane

hanya sebagian diangkut melalui membrane reticulum endoplasma dan akan

tertanam di dalamnya, akan digunakan untuk membrane plasma dan membrane

organel. Sementara itu protein terlarut air secara keseluruhan diangkut melalui

membrane reticulum endoplasma dan dilepas ke dalam lumen reticulum

endoplasma.

Sintesis protein transmembran dan luminal dilakukan oleh polisom yang

menempel pada membrane reticulum endoplasma serta melibatkan dua jenis

reseptor. Reseptor pertama untuk mengenali ribosom subunit besar yang akan

mengikat ribosom pada membrane reticulum endoplasma sehingga

memungkinkan terjadinya pemindahan rantai polipeptida dari sitosol ke lumen

reticulum endoplasma. Sedangkan reseptor kedua mengikat ujung 3’ mRNA yang

akan diterjemahkan. Pemindahan rantai polipeptida ke dalam lumen reticulum

endoplasma ditentukan oleh rantai mRNA yang diterjemahkan. Pada mRNA

terdapat kodon untuk polipeptida isyarat. Penerjemahan ini terjadi di sitosol yang

mempunyai molekul pengenal isyarat (SRP= signal recognition particle). SRP ini

akan mengikat polipeptida isyarat segera setelah terbentuk. Kompleks SRP dan

polipeptida isyarat ini akan segera mengikatkan diri pada reseptornya yang

11
terdapat di membrane reticulum endoplasma. Uraian proses sintesis protein di

reticulum endoplasma adalah sebagai berikut. (1) mRNA menginisiasi sintesis

protein dengan mengikat subunit ribosom, (2) segmen pertama dari polipeptida

yang baru diterjemahkan dari ribosom adalah sinyal N-terminal, (3) akibat

bertubrukan dengan reticulum endoplasma sinyal yang sifatnya hidrofobik

akanmenetrasi ke dalam membrane, (4) sintesis protein berjalan terus,

pertumbuhan rantai polipeptida meluas menembus membrane mengikuti

sinyalnya. Jika protein akan disekresikan seluruh rantai polipeptida mengikuti

sinyalnya akan menembus membrane RE dan masuk ke dalam ruang RE. (5)

sinyal didegradasi oleh enzim peptidase di dalam membrane RE. (6) setelah

disintesis lengkap, subunit ribosom terlepas dari MRNA dan lepas dari RE.

mRNA dibebaskan atau terikat pada membrane RE dengan ribosom lain untuk

menerjemahkan pesan yang sama.

2. Memodifikasi protein yang disintesis oleh ribosom untuk disalurkan ke

kompleks golgi dan akhirnya dikeluarkan dari sel. (RE kasar)

Protein disintesis di ribosom sebagai polipeptida. Bentuk native protein

sangat tidak stabil dan rentan terhadap perubahan panas, garam, deterjen dan

pelarut organic lainnya. Protein yang melewati jalur sekresi pada umumnya

distabilkan oleh satu atau dua ikatan disulfide. Untuk menjadi protein yang

fungsional polipeptida harus difolding dalam struktur tiga dimensi. Folding dan

pembentukan ikatan disulfide protein terjadi dalam lumen reticulum endoplasma.

12
Protein yang terfolding sempurna akan menjadi protein fungsional, sedangkan

protein unfolded akan memicu terjadinya denaturasi protein.

Reaksi pembentukan ikatan disulfide membutuhkan Protein Disulfida

Isomerase (PDI) yang berfungsi mengkatalisis ikatan disulfide yang salah menjadi

tepat dan Peptidil Propil Isomerase (PPI) yang berfungsi mengkatalisis ikatan

peptide. Pembentukan ikatan disulfida natif penting untuk pelipatan banyak

protein. Ikatan disulfida memberikan tambahan kestabilan ekstraselular dari

protein melalui ikatan kovalen silang dua residu cystein. Pembentukan disulfida

kadang- kadang bersifat error-prone, terutama pada tahap awal folding, dan

pemasangan cystein yang benar ke ikatan disulfida membutuhkan yang mana

setiap disulfida yang mispair harus di hancurkan dan dibentuk kembali dengan

konfigurasi yang berbeda untuk memperoleh struktur natif.

Tahapan penentu utama sekresi protein rekombinan dari sel eukariot

terjadi pada pengeluaran protein dari lumen RE ke Golgi. Sehingga protein yang

mengalami kesalahan pelipatan atau kesalahan modifikasi, atau protein yang

dirakit menjadi protein non-natif, serta agregat dengan berat molekul tinggi akan

dihalangi meninggalkan RE dan dihancurkan oleh sistem proteolisis RE. “Protein

sampah” ini akan menjadi masalah bila kita ingin merekayasa sel untuk

mensekresikan protein heterolog dengan level yang tinggi. Protein heterolog

tersebut mungkin akan cenderung mengalami pelipatan yang salah karena jumlah

13
dari faktor pelipatan atau modifikasi pasca translasi terlalu rendah untuk

menanggulangi semua protein yang akan disekresikan.

3. Mensintesis fosfolipid dan kolesterol (RE kasar dan RE halus)

Membran retikulum endoplasma menghasilkan hampir semua macam

lipida yang dibutuhkan untuk pembentukan membran yang meliputi fosfolipida

dan kolesterol. Fosfolipid yang disintesis kebanyakan adalah fosfatidilkolin.

Fosfatidilkolin disintesis dari gliserol-fosfat dan kolin. Fosfolipida yang

dihasilkan akan angkut oleh vesikel transpor ke membran sel, membrane aparatus

golgi, dan membran pada lisosom. Sedangkan fosfolipida untuk membran organel

yang lain dibawa oleh proetin transfer fosfolipida.

Reticulum endoplasma mengandung beberapa enzim penting untuk sintesa

kolestrol. Kolestrol merupakan bahan penting untuk pembentukan hormone-

hormone steroid dan asam empedu. Sintesis kolestrol sangat kompleks yang

melibatkan enzim-enzim yang larut dalam sitoplasma dan enzim-enzim yang

terikat pada membrane. Hormon – hormone steroid disentesis pada kelenjar

adrenal bagian korteks, ovarium,testis dan plasenta. Sintesis kolestrol terjadi

didekat dan pada RE, sedangkan hormone steroid diproduksi dengan enzim-

enzim yang sebagian berada pada mitokondria dan sebagian lagi pada RE. karena

itu metabolit metabolit yang penting dalam proses biosintesa hormonesteroid

harus keluar masuk mitokondria melalui membrane mitokondria.

2.3. Identifikasi ekspresi glikokonjugat pada jaringan limfonodus sapi bali yang

terinfeksi virus penyakit jembrana secara eksperimental (kelainan atau gangguan

pada reticulum endoplasma) dari Winaya dan Adi, 2009

14
Lektin adalah protein non immune yang tersebar luas di alam serta dapat

berikatan dengan residu karbohidrat. Lektin merupakan glikoprotein asal

tumbuhan dan hewan yang dapat berikatan secara spesifik dengan residu

glikokonjugat pada permukaan sel ( Lis dan Sharon, 1993.,vorki, 1993). Semua

molekul lektin memiliki dua atau lebih tempat ikatan dengan karbohidrat, oleh

karenanya sangat memungkinkan lektin untuk mengaglutinasi sel darah merah

dan bereaksi dengan struktur glikoprotein atau glikolipid pada keadaan fisiologo

maupun patologi ( Spicer dan Schulte, 1992., Danguy et aL, 1994). Terganggunya

glikolisasi pada suatu sel mengindikasikan adanya suatu keadaan patologi pada

organ.

Glikolisasi merupakan proses penambahan gula pada rantai oligosakarida

yang terjadi pada reticulum endoplasma dan badan golgi dengan bantuan enzim

glikositransferase, misalnya transfer gula dari suatu nukleotida pembawa gula

seperti UDP – N – asetilglukosamin ke residu manosa. Salah satu penyakit infeksi

yang menyerang sapi bali adalah penyakit jembrana. Virus penyakit jembrana

termasuk family Retrovirus, subfamily lentivirus. Sifat virus penyakit jembrana

hanya menyerang limfosit jenis tertentu, yaitu diduga kuat sebagai limfosit T

bermarker CD 4 (Dharma, 1996). Virus penyakit jembrana tidak sama seperti

lentivirus pada umumnya karena dapat menyebabkan penyakit yang bersifat

kronis. Penyakit tersebut didahului oleh adanya perubahan yang bersifat

limfoproliperatif yang ditandai oleh adanya pembesaran pada jaringan limfonodus

subkutan ( Wilcox1997).

Hasil dan Pembahasan

15
Histokimialektin

Data ekspresi glikokonjugat pada permukaan sel limfosit sapi bali

terinfeksi dan tidak terinfeksi virus penyakit jembrana pada jaringan limfonodus

terlihat pada table di bawah ini.

Perlakuan Lektin
Hewan Coba
Con A PNA WGA UEA-1 SNA

Sapi bali diinfeksi


Lemah Negatif Lemah Negatif Lemah
virus Jembrana

Sapi bali tidak


diinfeksi virus Kuat Negatif Kuat Negatif Kuat

Jembrana

Ditemukan adanya ikatan glikokonjugat dengan lektin canavalia

ensiformis ( Con A), triticumvulgaris (wga) dan sambucunigra (sna) pada

permukaan sel limfosit sapi bali yang terinfeksi dan tidak terinfeksi virus

jembrana. Tidak ditemukan adanya ikatan glikokonjugat dengan lektin arachis

hypogea ( pna ) dan ulexs europaeus (UEA) pada permukaan sel limfosit sapi bali

yang terinfeksi dan tidak terinfeksi virus penyakit jembrana. Reaksi ikatan lektin

dengan glikokonjugat dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

16
Tempat ikatan yang umum antara protein dengan rantai oligosakarida

terjadi pada grup kamida dari asam amino asparagine. Ini dikenal sebagai

kelompok N – glikosilasi dan berhubungan dengan residu gula asetil glukosamin.

Hubungan pada gugus hidroksil asam amino serin atau theorenin menghasilkan O

– glikosilasi, biasanya pada asetilgalaktosamin. Ikatan – ikatan ini tampaknya

memengaruhi ikatan lektin (Agung Priyuno, 2003). Proses glikosilasi adalah

proses yang kompleks yang terjadi pada tiga lokasi yang berbeda di dalam sel

seperti : sitoplasma, membrane reticulum endoplasma, dan komplek golgi. Protein

glikosilasi pada sel eukariotik dapat disamakan dengan N dan O glikosilasi.

Proses ini diawali dengan adanya penyusupan N – asetilglukosamin dan lima

manosa dolisilfosfat yang ada di permukaan reticulum endoplasma.

Dipicu oleh mekanisme yang belum diketahui komplek tersebut kemudian

menembus dinding membran, di dalam lumen selanjutnya empat manosa dan tiga

glukosa disisipkan karena dolisilfosfat dilepaskan, oligosakarida kemudian

ditransfer ke asparagin, suatu residu asam amino rantai polipeptida. Proses

tersebut merupakan proses perakitan untuk menjadi protein komplek. Terjadi

pemotongan terhadap tiga glukosa dan satu manosa pada rangkaian protein oleh

enzim yang berbeda. Glikoprotein kemudian berpindah menuju golgi komplek

untuk mengalami remodifikasi. Di sini terjadi pemotongan terhadap manosa dan

penyisipan tiga N – asetiglukosamin. Terakhir komplek yang terbentuk menjadi

komplek yang terdiri dari satu molekul fukosa, tigal galaktosa dan asamsialat.

Komplek tersebut kemudian siap diekspor ke permukaan sel, ke dalam sitoplasma,

dan matriks ekstraseluler.

17
Kelainan pada biosintesis glikoprotein berhubungan erat pada mekanisme

infeksi ( Spiro, 2003). Deteksi reaksi lektin Canavalia ensiformis (Con A) pada

permukaan sel limfosit jaringan limfonodus sapi bali yang terinfeksi dan tidak

terinfeksi virus penyakit jembrana menunjukkan adanya ikatan. Ikatan antara

lektin Con A dengan glikokonjugat pada permukaan sel limfosit menunjukkan

intensitas kuat pada sapi yang tidak terinfeksi virus jembrana dan intensitas lemah

pada sapi terinveksi virus penyakit jembrana. Adanya ikatan ini juga

menunjukkan bahwa pada sel limfosit sapi bali ditemukan adanya manosa (Man)

dan glukosa (Glc). Deteksi reaksi lektin Triticum vulgaris (PNA) pada permukaan

sel limfosit jaringan limfonodus sapi bali yang terinfeksi dan tidak terinfeksi virus

penyakit jembrana tidak menunjukkan adanya ikatan. Negatifnya reaksi ini

menunjukkan bahwa pada sel limfosit sapi bali tidak ditemukkan adanya N-

asetilgalaktosamin. Dekteksi lektin Arachis hypogea (WGA) pada permukaan sel

limfosit jaringan limfonodus. Sapi bali yang terinfeksi virus jembrana

menunjukkan adanya ikatan.

Ikatan antara lektin WGA dengan glikokonjugat pada permukaan sel

lomfosit menunjukan intensitas kuat pada sapi yang tidak terinfeksi virus penyakit

jembrana dan intensitas lemah pada sel limfosit sapi bali ditemukan adanya N-

asetilglukosamin. Deteksi reaksi lektin Ulex europaeus (UEA-1) pada permukaan

limfotsit jaringan limfonodus sapi bali yang terinfeksi dan tidak terinfeksi dan

tidak terinfeksi virus jembrana tidak menunjukkan adanya ikatan.

Negatifnya reaksi ini mengindikasikan pada permukaan sel limfosit sapi

bali tidak ditemukan adanya L-fukosa. Deteksi reaksi lektin Sambucus nigra

(SNA) pada permukaan sel limfosit jaringan limfonodus sapi bali yang terinfeksi

18
dan tidak terinfeksi virus limfonodus penyakit jembrana menunjukan adanya

ikatan. Ikatan antara lektin SNA dengan glikonjugat pada permukaan sel limfosit

menunjukan intensitas kuat pada sapi yang tidak terinfeksi virus jembrana dan

intensitas lemah pada sapi yang terinfeksi virus penyakit jembrana. Lemahnya

ekpresi ikatan lektin Canavalia ensiformis (Con.A), Arachis hypogea (WGA) dan

Sambucus nigra (SNA) pada permukaan sel limfosit jaringan limfonodus sapi bali

yang terinfeksi virus penyakit jembrana kalau dibandingkan dengan ekspresi

ikatan lektin pada permukaan sel limfosit sapi bali yang tidak terinfeksi virus

jembrana disebabkan oleh adanya gangguan pada proses biosintesis glikoprotein.

Pada penelitian ini tidak diketahui dimana didalam sel proses biosintesis

glikoprotein tersebut mengalami hambatan. Hasil penelitian ini juga juga sesuai

dengan temuan lanteri et al. (2003) yang melaporkan bahwa terjadi perubahan

atau gangguan pada biosintesis glikoprotein pada permukaan sel khususnya asam

sialat pada permukaan sel limfosit yang terinfeksi oleh human immunodeficiensy

virus (HIV tipe 1). Hal yang sama juga ditemukan oleh Gary et al. (1997) yang

melaporkan human immunodeficiency virus dapat mengambil alih biosintesis

glikoprotein dengan cara memanfaatkan glikan permukaan sel limfosit bagi

kepentingan glikoproteinnya. Hal tersebut berakibat pada tumbuhnya respon imun

yang menyimpang. Penurunan daya tahan tubuh juga terjadi pada sapi yang

terinfeksi virus penyakit jembrana yang ditandai oleh tertekannya respon imun

humoral setelah ditantang dengan ovalbumin ayam dan Brucella abortus strain 19

(Wareing et al, 1999).

19
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan Pembahasan yang telah disampaikan, kesimpulan makalah ini adalah:

1) RE terdiri dari jejaring tubulus dan kantung bermembran yang disebut

sisterna (dari kata latin cisterna, penampung cairan). Membran RE sifatnya

kontinu dan tidak terputus serta tertutup sehingga memisahkan kompartemen

internal RE, disebut lumen (rongga) RE atau ruang sisterna, dari

sitosol.Struktur reticulum endoplasma ada 2 macam yaitu reticulum

endoplasma kasar dan reticulum endoplasma halus. Keduanya memiliki

struktur dan fungsi yang berbeda.

2) Fungsi Retikulum endoplasma Meliputi :

a. Biosintesis protein

b. Memodifikasi protein yang disintesis oleh ribosom

c. Mensintesis fosfolipid dan kolesterol

3) Dengan menggunakan histokimia lektin Con A, PNA, WGA, UEA-1 dan

SNA dapat diketahui bahwa pada permukaan sel limfosit sapi terinfeksi dan

tidak terinfeksi virus penyakit jembrana ditemukan adanya manosa atau

glukosa, N-asetil glukosamin dan asam sialat atau karbohidrat dari kelompok

N-oligosakarida. Ekspresi glikokonjugat permukaan sel limfosit sapi bali

mudah terinfeksi virus penyakit jembrana lebih kuat jika dibandingkan

dengan sel limfosit terinfeksi virus jembrana. Terjadi hambatan glikosilasi

pada permukaan limfosit sapi bali yang diinfeksi oleh virus penyakit

jembrana.

20
Daftar Pustaka

1. Yunita,Oeke.2016.Biologi Sel Pendekatan Aplikatif untuk Profesi

Kesehatan. Jakarta :Erlangga

2. Tinjauan Pustaka Sel struktur, Fungsi, dan Regulasi. dr. I Made

Subagiartha,SpAn.KAKV.,SH

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f4ef046ce45021f1

a9cb18b4b5fffc09.pdf

3. Champbell, Reece – michell, 2008, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1

(Terjemahan), Erlangga : Jakarta

4. Winaya, I.B.O & Adi, A.A.M. 2009. “ Identifikasi Ekspresi Glikokonjugat

pada jaringan Limfonodus Sapi Bali yang Terinfeksi Virus Penyakit

Jembrana Secara Eksperimental”. Jurnal Veteriner. Vol. 10 No.1 : 26-30.

21
Lampiran

22
23
24

Anda mungkin juga menyukai