Anda di halaman 1dari 3

.

Pengertian filsafat bahasa


1. Kaelan, 1998:6-7:
 Bahasa sebagai sarana analisis para filsuf dalam memecahkan, memahami, dan menjelaskan konsep-
konsep dan problem-problem filsafat. Dengan perkataan lain, bahasa digunakan sebagai alat analisis konsep-
konsep dan masalah-maslah filsafat.
 Salah satu cabang filsafat yang mengandalkan analisis penggunaan bahasa karena banyak masalah dan
konsep filsafat yang hanya dapat dijelaskan melalui analisis bahasa sebab bahasa merupakan sarana yang vital
dalam filsafat.

2. Verhaar:
Filsafat bahasa mengandung dua makna yaitu:
(1) Filsafat mengenai bahasa
Bahasa dijadikan sebagai objek berfilsafat, seperti ilmu bahasa, psikolinguistik, sejarah asal-usul bahasa.
(2) Filsafat berdasarkan bahasa.
Bahasa dijadikan sebagai landasan atau acuan dalam berfilsafat. Bahasa dianggap sebagai alat yang dapat
mengungkapkan gerak-gerik hati manusia, terutama ia berpikir, bagaimana pandangannya mengenai dunia
dan manusia itu sendiri tanpa terlebih dahulu menyusun sistemnya. Dalam hal ini, menurut Verhaar bahasa
mengandung dua pengertian; bahasa eksklusif yaitu bahasa komunikasi sehari-hari yang dipakai sebagai
pedoman filsafat analitik dan bahasa inklusif yaitu bahasa musik, bahasa cinta, bahasa alam yang dijadikan
arahan dalam hermeneutika.

3. Rizal Mustansyir:
Filsafat bahasa adalah penyelidikan secara mendalam terhadap bahasa yang dipergunakan dalam filsafat,
sehingga dapat dibedakan pernyataan filsafat yang bermakna dan tidak bermakna.

4. Asep A. Hidayat:
Filsafat bahasa dalam pengertian sebagai ilmu adalah kumpulan dari hasil pemikiran filosof tentang
hakikat bahasa yang disusun secara sisitematis untuk dipelajari dengan menggunakan metode tertentu.
Sedangkan pengertian filsafat bahasa sebagai sebuah metode adalah metode berfikir secara mendalam, logis,
dan universal mengenai hakikat bahasa.

Fisafat Bahasa
Hadirnya istilah filsafat bahasa dalam dunia bahasa dapat dikatakan sebagai
suatu hal yang baru. Istilah ini muncul bersamaan dengan kecenderungan filsafat abad
ke-20 yang bersifat logosentris. Oleh karena itu sangat wajar apabila ditemukan sulit
ditemukan pengertian yang pasti mengenai apa sebetulnya yang dimaksud dengan
filsafat bahasa.
Berdasarkan realitas tersebut, maka sebelum kita menyetujui salah satu
definisi atau pengertian, ada baiknya terlebih dahulu dilihat beberapa pandangan para
ahli mengenai filsafat bahasa.
Verhaar telah menunjukkan dua jalan yang terkandung dalam filsafat bahasa,
yaitu : 1) filsafat mengenai bahasa; dan 2) filsafat berdasarkan bahasa. Dalam
hubungannya dengan pengertian nomor satu, seorang filosof sudah tentu mempunyai
sebuah system yang dipakainya untuk dapat mendekati bahasa sebagai suatu objek
khusus, seperti ia dapat mendekati objek-objek lain dengan berpangkal pada system
yang sama. Yaitu objek pengertian filsafat bahasa sebagai “filsafat mengenai bahasa”,
Verhaar memberikan contoh ilmu bahasa, dan psikologi bahasa sebagai objek
kajiannya.[5]
Filsafat bahasa yang diartikan sebagai “filsafat” berdasarkan bahasa
mengandung pengertian bahwa seorang filosof itu ingin berfilsafat dan mencari
sebuah sumber yang dapat dijadikan titik pangkal yang bias menyediakan bahan-
bahan yang diperlukan. Verhaar memberikan dua pengertian “bahasa” yang dijadikan
titik pangkal untuk berfilsafat dalam filsafat berdasarkan bahasa ini, yaitu bahasa yang
diartikan eksklusif dan bahasa yang diartikan inklusif. Bahasa dalam pengertian
eksklusif ialah “bahasa” yang didefinisikan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Jadi,
bahasa tu mencerminkan semacam visi kodrati spontan yang dapat dipakai sebagai
sumber berharga dalam filsafat. Sedangkan yang dimaksud dengan bahasa dalam
pengertian inklusif ialah bahasa yang tidak digunakan dalam arti sehari-hari dalam
komunikasi, seperti bahasa tari, bahasa music, bahasa cinta, bahkan bahasa alam
semesta.[6]
Masih menurut Vehaar, Bahasa dalam arti eksklusif, merupakan suatu
pelukisan yang dapat dipakai sebagai pedoman engantar umum atas aliran “filsafat
analitik” (analisis bahasa) yang lahir di Inggris. Sedangkan untuk bahasa yang
diartikan secara inklusif merupakan arahan yang ditunjukkan oleh aliran
hermeneutika.
Menurut Rizal Mustansyir, sebagaimana dikutip oleh Asep Ahmad Hidayat
bahwa filsafat bahasa adalah suatu penyelidikan secara mendalam terhadap bahasa
yang dipergunakan dalam filsafat, sehingga dapat dibedakan pernyataan filsafat yang
mengandung makna (meaningfull) dan yang tidak bermakna (meaningless).[7]
Menurut Asep Ahmad Hidayat, didalam menemukan pengertian filsafat perlu
adanya pendekatan dari dua pandangan, yaitu filsafat sebagai sebuah ilmu dan filsafat
sebagai sebuah metode. Oleh karena itu, pengertian filsafat bahasa pun bisa didekati
dari dua pandangan tersebut. Jika pengertian filsafat bahasa dilihat sebagai sebuah
ilmu, maka filsafat bahasa ialah kumpulan hasil pemikiran para filosof mengenai
hakikat bahasa yang disusun secara sistematis untuk dipelajari dengan menggunakan
metode tertentu. Namun, jika filsafat bahasa diartikan sebagai metode berfikir, maka
ia bias diartikan sebagai metode berfikir secara mendalam (radikal), logis, dan
universal mengenai hakikat bahasa.[8]
Sama halnya dengan ilmu pengetahuan yang lain, filsafat bahasa memiliki
objek material atau sesuatu yang bisa dijadikan sasaran untuk diteliti ataupun
diperhatikan dan dipelajari. Jika objek material filsafat adalah semua yang ada (al-
maujudah), baik yang dapat dirasakan maupun yang tidak, baik yang konkret maupun
yang abstrak, maka objek material filsafat bahasa adalah bahasa itu sendiri secara
umum. Hal yang membedakannya dengan ilmu bahasa (linguistic) dan yang lainnya
ialah terletak pada objek formalnya yaitu mengenai sudut pandang atau pandangan
umum yang menyeluruh terhadap objek materialnya dilihat dari perspektif falsafi.
Singkatnya, sudut pandang terhadap bahasa dilihar dari aspek ontology, epistemology,
dan aksiologi bahasa.

Anda mungkin juga menyukai