Anda di halaman 1dari 9

BASE EXCESS (KELEBIHAN BASA DALAM TUBUH)

Disusun Oleh :

Deva Yanna PO.71.34.0.17.071


Eva Priyanti PO.71.34.0.17.071
Revi Audiva Nasution PO.71.34.0.17.071
Rizka Mustika Rani PO.71.34.0.17.071
Winarti Junita PO.71.34.0.17.07

DIII Analis Kesehatan

Poltekkes Kemenkes Palembang

Tahun Akademik 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Penyusun ucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga Makalah ini dapat terwujud. Paparan materi yang saya sajikan
dalam Makalah ini mengacu pada “Base Excess”

Makalah ini kami buat dengan sebaik- baiknya agar dapat dimengerti oleh seluruh
pembacanya. Namun saya sadar bahwa Makalah ini masih banyak kekurangannya, sehingga
saran pembaca sangat saya harapkan untuk pembuatan makalah selanjutnya.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu sehinnga
makalah ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan

Harapan penyusun kiranya Makalah ini bermanfaat serta dapat meningkatkan mutu dan
daya saing pendidikan kesehatan.

Palembang, 14 November 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis gas darah merupakan pemeriksaan yang esensial dalam ilmu


kedokteran gawat darurat, yang mampu memberikan informasi berharga mengenai
status asam basa, ventilasi maupun oksigenasi dari pasien. Analisis gas darah arteri
merupakan prosedur yang sering dikerjakan dan merupakan standar baku untuk
menentukan status asam basa, ventilasi dan oksigenasi pasien (Dewi, K.J.U. 2014).

Paru-paru dan ginjal merupakan organ penting yang bertanggung jawab


untuk mengatur pH darah tetap normal. Gangguan keseimbangan asam-basa
merupakan hal yang sangat penting, karena setiap gangguannya dapat mempengaruhi
fungsi organ vital. Gangguan keseimbangan asam basa yang berat juga dapat
mengancam kehidupan (Hardjoeno dkk,2003).
Komponen yang dapat diketahui dari pemeriksaan AGD adalah pH,
Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PCO2), Bicarbonat (HCO3-), Base
Excess/kelebihan basa (BE), Tekanan Oksigen (PO2), Kandungan Oksigen (O2) dan
saturasi Oksigen (SO2)(Kee,2007).

Sampel yang paling baik dalam pemeriksaan gas darah adalah


menggunakan darah arteri (karena paling mencerminkan status pertukaran gas di
paru-paru). Darah arteri dan vena berbeda dalam pH, PCO2, dan PO2, pH arteri
biasannya lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan pH vena, saturasi oksigen dan
tekanan oksigen arteri juga lebih tinggi dibandingkan darah vena, sedangkan tekanan
karbondioksida arteri lebih rendah dibandingkan darah vena.
Penundaan pemeriksaan Analisa Gas darah terkadang diperlukan mengingat
jauh nya jarak laboratorium dan ruang ICU, sehingga diperlukan media transport
berupa es dalam pengiriman sampel analisa gas darah. Pemeriksaan cepat sangat
penting karena tidak hanya akan menekan preanalitik error akibat efek metabolisme
sel darah dalam sampel, penyimpanan specimen dalam tempat berisi es akan
menyebabkan suhu yang rendah dan dapat menurunkan metabolisme sel darah yang
dapat merubah nilai pH, PCO2, dan HCO3-.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari base excess
2. Bagaimana proses pemeriksaan base excess
3. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan base excess
4. Apakah ada hubungan dari hasil pemeriksaan base excess dengan
pemeriksaan Analisa Gas Darah

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dari base excess
2. Dapat mengetahui bagaimana proses pemeriksaan base excess
3. Dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan base excess
4. Dapat mengetahui adakah hubungan base excess dengan pemeriksaan AGD
lainnya

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Base Excess

Base Excess Merupakan konsentrasi basa yang dapat tertitrasi pada suatu
larutan untuk mencapai pH 7.40 pada tekanan CO2 (pCO2) 40 mmHg.
Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan
cairan tubuh lainnya. Derajat keasaman adalah pH, dimana pH 7,0 adalah netral,
pH>7,0 adalah basa/alkali dan pH dibawah 7,0 adalah asam.
Darah memiliki pH antara 7,35-7,45. Keseimbangan asam basa darah
dikendalikan secara seksama karena perubahan pH yang sangat kecilpun dapat
memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Standardized Base Excess (SBE) Karena persamaan H-H tidak dapat
menentukan beratnya gangguan keseimbangan asambasa maka beberapa ahli telah
menemukan cara untuk mengukur derajat kelainan asam-basa, yaitu dengan
menghitung buffer base (Singer dan Hasting, 1948), base excess/deficit
(SiggardAnderson, 1958), dan standardized base excess/defisit (SBE).
496 Kation Anion Na+ Kation lain K+ ClHCO3 - Protein Sulfat, Fosfat,
Anion organik, Anion tak terukur Anion Gap Buffer base (BB) adalah jumlah ion
bikarbonat dan ion nonvolatile buffer (terutama albumin, fosfat dan hemoglobin). BB
secara tidak langsung dihitung dari selisih jumlah seluruh kation dan anion kuat di
dalam darah (pada saat itu yang dapat diperiksa hanya ion natrium, kalium dan klor),
karena menurut kaidah elektronetralitas selisih jumlah kation dan anion kuat tersebut
sama dengan jumlah anion lemah (bikarbonat, protein, fosfat).
Peningkatan BB terjadi pada alkalosis metabolik dan penurunan BB terjadi
pada asidosis metabolik. Kadar BB normal sama dengan Na+ + K+ - Cl- . Base
excess/deficit (BE/D) adalah cara praktis untuk mengetahui berapa besar kelainan
asam-basa metabolik, yaitu dengan melakukan titrasi invitro pada sediaan darah
dengan asam/basa kuat untuk mengembalikan pH menjadi normal (pH 7.4) dengan
syarat faktor respiratorik ditiadakan (PCO2 contoh darah dibuat 40 mmHg dan suhu
37oC).

6
Perdefinisi BE/D adalah jumlah asam/basa kuat yang dibutuhkan untuk
menaikkan/menurunkan pH menjadi 7.4 pada PaCO2 40 mmHg dan suhu 37oC.
Dengan perkataan lain BE/D adalah besarnya penyimpangan kadar BB dari nilai
normal. Kadar normal BE antara -2 s/d 2mEq/L. Asidosis terjadi pada BE < -2
mEq/L dan alkalosis BE > 2mEq/L. Karena perhitungan BE/D menggunakan darah
lengkap yang kurang menggambarkan cairan ekstraseluler/interstitial maka dilakukan
standarisasi BE/BD yang sesuai dengan cairan ekstrasel/interstitial yaitu pada Hb 5
g/dL disebut SBE. SBE dapat dihitung dengan persamaan Van Slyke. Perubahan SBE
pada gangguan keseimbangan asam-basa primer dapat dilihat pada Tabel 1.
Kombinasi hasil pemeriksaan PaCO2, bikarbonat dan SBE belum dapat menentukan
penyebab asidosis metabolik. Untuk maksud tersebut diperlukan pemeriksaan
kesenjangan anion (anion gap, AG) yang diperkenalkan oleh Emmett dan Narin pada
tahun 1975.
Pada saat itu tidak semua elektrolit diperiksa secara rutin, oleh karena itu
bila dipadankan antara jumlah hasil pemeriksaan kation akan berbeda dengan anion,
perbedaan tersebut disebut AG (Gambar 1.). Anion gap dapat dihitung dengan rumus:
AG = (Na+ + K+ ) – (Cl - + HCO3 - ) mEq/L, atau bila kalium diabaikan karena
nilainya kecil , menjadi AG = Na+ - (Cl- + HCO3 - ) mEq/L. Nilai normal AG antara
8 – 16 mEq/L. Berdasarkan AG asidosis metabolik dibagi menjadi asidosis metabolik
dengan peningkatan AG dan tanpa peningkatan AG. Meningkatnya AG menandakan
adanya anion (unmeasured anions) sebagai penyebab metabolik asidosis

7
DAFTAR PUSTAKA

http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/PGD0
9_Gangguan-Keseimbangan-Asam-Basa-Q.pdf

8
\

Anda mungkin juga menyukai