Oleh :
Endang Sri Widiyanti
Pembimbing :
dr. I Gede Mega Putra,SpOG(K)
Sari Pustaka
TELAH DISETUJUI
Pada Tanggal 5 Januari 2012
Pembimbing,
i
PENANGANAN INVERSIO UTERI
Pembimbing,
Penguji :
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG......................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
BAB II INVERSIO UTERI .................................................................................... 2
2.1 Sejarah Inversio Uteri ...................................................................................... 2
2.2 Definisi Inversio Uteri...................................................................................... 2
2.3 Insiden Inversio Uteri....................................................................................... 3
2.4 Klasifikasi Inversio Uteri ................................................................................. 3
2.5 Etiologi dan Faktor Risiko Inversio Uteri ........................................................ 5
2.6 Patofisiologi Inversio Uteri .............................................................................. 6
2.7 Diagnosis Inversio Uteri .................................................................................. 8
2.8 Komplikasi Inversio Uteri .............................................................................. 11
2.9 Risiko Inversio Uteri Pada Kehamilan Berikutnya ........................................ 12
BAB III PENANGANAN INVERSIO UTERI .................................................... 13
3.1 Prinsip Umum Penanganan Inversio Uteri ..................................................... 13
3.2 Penanganan Inversio Uteri Non-Bedah .......................................................... 15
3.2.1 Manuver Johnson atau reposisi manual .................................................. 15
3.2.2 Manuver Henderson dan Alles. ............................................................... 16
3.2.3 Penggunaan tokolitik............................................................................... 17
3.2.4 Reposisi dengan tekanan hidrostatik ....................................................... 18
3.2.5 Penggunaan repositor .............................................................................. 20
3.3 Penanganan Inversio Uteri Melalui Pembedahan .......................................... 22
3.3.1 Prosedur pembedahan B-Lynch. ............................................................. 23
3.3.2 Prosedur pembedahan Huntington .......................................................... 25
3.3.3 Prosedur pembedahan Haultain .............................................................. 27
3.3.4 Prosedur pembedahan Spinelli ................................................................ 29
3.3.5 Prosedur pembedahan Kustner................................................................ 31
iii
3.3.6 Histerektomi vagina cara Junizaf ............................................................ 31
3.3.7 Prosedur Laparoskopi. ............................................................................ 32
3.4 Penanganan Plasenta ...................................................................................... 32
3.5 Pemberian Uterotonik Paska Reposisi Inversio Uteri .................................... 33
3.6 Penanganan Inversio Uteri Ginekologi .......................................................... 33
BAB IV RINGKASAN ......................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 36
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Inversio uteri komplit pada wanita 42 tahun , P 4 -5 tahun dengan
diagnosis awal kanker serviks, durante operasi ditemukan inversio uteri
akibat nodul fibroid 4
2.2 Mioma dan inversio uterus dengan bagian nekrosis pada mioma dan
sebagian endometrium yang terinversi 7
2.3 Gambaran C T scan pelvis dengan kontras pada kasus inversio uteri
obstetrik derajat I yang dialami wanita 26 tahun, P1-0 hari 9
2.4 MRI inversio uteri akibat leiomioma uteri submukosa 10
2.5 Ultrasonogram inversio uteri akut , ditemukan 8 jam setelah prosedur
plasenta manual 10
2.6 Inversio uteri kronis yang terjadi pada kasus gambar 2.5 11
3.1 Penanganan inversio uteri akut 14
3.2 Reposisi manual inversio uteri 16
3.3 Metode O'Sullivan untuk reposisi inversio uteri 19
3.4 Metode Hidrostatik dengan mangkok vakum silastik 20
3.5 Repositor uterus 21
3.6 Gambaran inversio uteri intraoperatif 22
3.7 Skema pendekatan pembedahan melalui vagina pada kasus inversio
uteri 23
3.8 Prosedur B-Lynch 24
3.9 Ilustrasi manuver Huntington 26
3.10 Varian prosedur Huntington 26
3.11 Prosedur pembedahan Haultain 28
3.12 Operasi Spinelli untuk inversio uteri 30
3.13 Jahitan seperti rantai 32
v
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
SINGKATAN
cm : Sentimeter
CT : Computed Tomografi
Dkk : Dan kawan-kawan
IU : Internasional Unit
IV : Intravena
L : Liter
mg : Miligram
MgSO4 : Magnesium Sulfat
O2 : Oksigen
MRI : Magnetic Resonance Imaging
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
SC : Subcutan
SL : Sublingual
SM : Sebelum Masehi
μg : Mikrogram
LAMBANG
< : kurang dari
% : persen
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
INVERSIO UTERI
2
2.3 Insiden Inversio Uteri
Seperti insiden komplikasi obstetri yang lain, kemungkinan terjadinya
inversio uteri akut berbeda di berbagai daerah. Kejadiannya 3 kali lipat lebih
sering di India dibandingkan dengan di Amerika.11 Insiden inversio uteri
bervariasi dari 1/2000 hingga hingga 1/23.000.3-6,12 Penelitian terbaru oleh
Baskett, 2002, dari tahun 1977 hingga 2000 ditemukan 40 kasus, dengan insiden 1
dalam 3737 persalinan pervaginam dan 1 dalam 1860 persalinan seksio sesarea.
Setelah penerapan manajemen aktif kala III pada tahun 1988, kejadian inversio
uteri menurun 4,4 kali lipat.7 Kejadian inversio uteri ginekologi sebesar 1dari 6
kejadian inversio uteri.2
3
2. Inversio uteri subakut
Inversio uteri subakut merupakan inversio uteri yang terdiagnosa lebih
dari 24 jam namun kurang dari 4 minggu setelah persalinan; selalu
disertai dengan penyempitan serviks.
3. Inversio uteri kronis
Inversio uteri kronis merupakan inversio uteri yang telah terjadi selama
4 minggu atau lebih.
2. Inversio uteri bukan paska persalinan atau inversio uteri ginekologi
Merupakan inversio yang terjadi pada uterus non-gravid. Pada
umumnya terjadi akibat proses primer di uterus, seperti fibroid (sering
akibat mioma submukosa)6,18, sarkoma6,19,20 dan kanker endometrium2,6,21
namun bisa juga idiopatik.22 Seperti tampak pada Gambar 2.1, salah satu
kejadian inversio uteri akibat nodul fibroid.23
Gambar 2.1 Inversio uteri komplit pada wanita 42 tahun, P4-5 tahun
dengan diagnosis awal kanker serviks, saat operasi
ditemukan inversio uteri akibat nodul fibroid23
4
1. Inversio uteri akut .
Tanda dan gejala klinis inversio uteri akut lebih jelas, yaitu berupa
nyeri berat dan perdarahan
2. Inversio uteri kronis
Inversio uteri kronis ditandai dengan rasa tidak nyaman di pelvis,
leukorea, perdarahan pervaginam, anemia23 dan nekrosis pada
jaringan uterus.5
5
makrosomia, penggunaan MgSO46, Nitroglycerin34, partus presipitatus6,11,
abnormalitas uterus5, manual plasenta, tali pusat pendek, plasenta previa,
gangguan jaringan ikat (Marfan sindrom, Ehlers-Danlos sindrom)11, keadaan yang
meningkatkan tekanan intraabdominal secara tiba-tiba (seperti bersin, mual
muntah hebat).14
Menurut Bentrand dkk, dari tahun 1887 hingga 2006, telah dilaporkan 150
kasus inversio ginekologi, dimana penyebabnya adalah: leiomioma submukosa
(71,6%), sarkoma (13,6%), kanker endometrium (6,8%) dan penyebab tidak
spesifik (8%).O Tarikan oleh massa intrauterin seperti polip, mioma atau
keganasan pada wanita yang lebih tua dapat menyebabkan terjadinya inversio
uteri.14
Namun lebih dari 50% kejadian inversio uteri, tidak ditemukan faktor
risiko dan tidak ada kesalahan dalam manajemen kala III. Sehingga inversio uteri
merupakan kejadian yang tidak dapat diprediksi.11
6
(ditambah dengan penarikan tali pusat tidak terkendali) menyebabkan fundus
melekuk dengan atau tanpa adanya plasenta yang masih melekat. Hal ini
menyebabkan terjadinya inversio uteri.5
Untuk terjadinya inversio uteri, uterus harus terus berkontraksi pada saat
yang sama untuk mendorong fudus yang terinversi sebelumnya atau massa
fundus-plasenta ke arah bawah, sehingga makin masuk ke arah segmen bawah
uterus. Jika serviks terbuka dan kontraksi cukup kuat, massa myometrium-
plasenta dapat terperas ke dalam serviks, menyebabkan terjadinya inversio
komplit (inversio uteri derajat III). Pada keadaan yang lebih ringan, dinding
fundus uteri yang melekuk kedalam terperangkap secara spontan ke dalam kavum
uteri, menyebabkan terjadinya inversio inkomplit.5
Pada inversio komplit, setelah fundus melewati serviks, jaringan serviks
berfungsi sebagai lingkaran konstriksi dan segera terjadi edema. Massa prolaps
kemudian membesar secara progresif dan menyumbat vena dan akhirnya aliran
darah arteri, menyebabkan terjadinya edema. Sehingga reposisi uterus menjadi
lebih sulit bila inversio terjadi makin lama. Pada kasus kronis, dapat terjadi
nekrosis (Gambar 2.2 ) dan bahkan dapat meninggalkan jaringan parut.5
Gambar 2.2 Mioma dan inversio uterus dengan bagian nekrosis pada
mioma dan sebagian endometrium yang terinversi 36
7
yang lembek, implantasi plasenta di fundus dan tarikan tali pusat merupakan hal
yang terjadi pada hampir setiap persalinan. Harus ada suatu hal yang terjadi secara
bersamaan, sehingga inversio uteri ini dapat terjadi.5
Pengalaman dari penerapan manajemen aktif kala III menekankan
pentingnya tonus uteri segera setelah kelahiran bayi sebagai penyebab inversio
uteri. Hal ini ditunjang dengan adanya penurunan kejadian inversio uteri setelah
penerapan manajemen aktif kala III.5,7 Perbedaan penting manajemen aktif kala III
dibandingkan proses persalinan normal adalah pemberian oksitosin segera setelah
kelahiran bayi, sebelum tampak tanda-tanda pelepasan plasenta. Penggunaan
oksitosin, sepertinya menjaga tonus miometrium dan efek inilah yang mungkin
menurunkan kejadian inversio uteri.5
8
Literatur lama menuliskan bahwa derajat syok yang terjadi tidak sesuai
dengan jumlah perdarahan38, namun penelitian terkini tidak mendukung
pernyataan ini.6,12
Syok neurogenik pada inversio uteri akut terjadi akibat stimulasi vagal
(reflek parasimpastis) akibat penarikan ligamentum penyangga uterus maupun
akibat penekanan ovarium yang masuk ke dalam uterus yang terinversi sehingga
dapat disertai bradikardia.5,6
Diagnosa banding inversio uteri akut adalah :5
1. Prolaps tumor uterus atau polip serviks yang besar
2. Kelahiran bayi kembar kedua yang tidak diprediksi sebelumnya,
lobus suksenturiata
3. Penyakit trofoblas gestasional
4. Laserasi jalan lahir dengan atonia uteri
5. Atonia uteri
6. Ruptur Uteri
Untuk membedakan atonia uteri dengan inversio uteri partial, kadang sulit,
terutama bila pasien datang dalam keadaan syok hemoragik. Dalam hal ini,
pemeriksaan penunjang seperti ultrasonografi, CT scan bahkan MRI akan sangat
membantu.39 (Gambar 2.3 hingga 2.6)
Gambar 2.3 Gambaran CT scan pelvis dengan kontras pada kasus inversio uteri
obstetrik derajat I yang dialami wanita 26 tahun, P1-0 hari.39
9
Gambar 2.4 MRI inversio uteri akibat leiomioma uteri submukosa.18
10
Gambar 2.6 Inversio uteri kronis yang terjadi pada kasus gambar 2.5.
Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan 8 minggu paska persalinan.40
11
2.9 Risiko Inversio Uteri Pada Kehamilan Berikutnya
Risiko inversio uteri berulang pada kehamilan berikutnya belum dapat
disimpulkan. Pada satu penelitian terhadap 40 kasus inversio uteri akut, tidak
terjadi inversio uteri ulangan pada 26 persalinan berikutnya.6,7 Pasien harus
diinformasikan bahwa kejadian ini mungkin berulang dan karena itu persalinan
berikutnya harus dilakukan di rumah sakit.11,41 Fertilitas dan bayi tidak terganggu
setelah dilakukan prosedur pembedahan. 11
12
BAB III
PENANGANAN INVERSIO UTERI
13
Panggil Bantuan
Cara Manual
atau dengan
Tekanan
Hidrostatik
Tidak Berhasil
14
3.2 Penanganan Inversio Uteri Non-Bedah
Terdapat beberapa tehnik non-bedah untuk reposisi inversio uteri, antara
lain: manuver Johnson, manuver Henderson dan Alles, penggunaan tokolitik, dan
reposisi dengan tekanan hidrostatik. Selain itu juga penggunaan repositor yang
saat ini sudah ditinggalkan.
15
Gambar 3.2 Reposisi manual inversio uteri 44
16
3.2.3 Penggunaan tokolitik
Dengan adanya cincin konstriksi, reposisi inversio uteri akan sangat sulit.
Tokolitik berperan untuk merelaksasikan uterus, sebelum reposisi manual maupun
sebelum penggunaan tekanan hidrostatik.11 Namun perlu diperhatikan bahwa efek
samping penggunaan tokolitik adalah perdarahan postpartum akan semakin
banyak, yang tentu sangat tidak diharapkan terjadi pada pasien yang telah syok
sebelumnya. Dengan perkiraan perdarahan postpartum ditemukan pada 94% kasus
inversio uteri, maka peran tokolitik ini masih sangat kontrovesial.3,45
Beberapa tokolitik yang sering dipakai adalah :
1. Nitroglycerin
Dosis awal 150-200 mcg IV, selanjutnya bila relaksasi uterus belum
cukup, dapat ditambahkan 100-150mcg IV selang beberapa menit hingga
tercapai efek yang diinginkan atau hingga tercapai dosis maksimal
500mcg.C Onset relaksasi uterus dicapai dalam 90 detik setelah pemberian
SL. Keunggulan penggunaan nitroglycerin: menimbulkan relaksasi uterus
sesaat.3 Efek samping utama adalah hipotensi sesaat. Pemberiannya harus
lebih hati-hati pada kasus perdarahan hebat, terutama pada kasus yang
disertai dengan preeklampsia atau hipertensi kronis.4
2. Terbutaline.
Dosis yang digunakan adalah 0,125-0,25mg terbutaline IV atau SC. Angka
keberhasilan sebesar 88,9%.3 Onset timbul relaksasi uterus adalah 2
menit.11 Abouleish dkk merekomendasikan terbutaline sebagai lini utama,
karena onset cepat, waktu paruh pendek, mudah digunakan, tersedia di
ruang pesalinan, dan lebih dikenal di kalangan ahli kebidanan.46
3. Magnesium Sulfat (MgSO4)
Dosis yang digunakan adalah 2-6 gram bolus MgSO4 IV dalam 5-20
menit. Onset timbulnya relaksasi 10 menit.11 Pada pasien yang hipotensi
dan syok, sebaiknya digunakan MgSO4 daripada vasodilator seperti β-
agonis dan nitroglycerin.3,4,11
17
4. Amyl Nitrate
Amyl nitrate diberikan dengan membuka ampul dan dihirup melalui
pernapasan.3
5. Ritrodine
Dosis yang direkomendasikan adalah 0,15mg ritrodine IV. 3
6. General anesthesi.
Keunggulan penggunaan general anestesia adalah selain sebagai
penghilang nyeri, juga menimbulkan relaksasi uterus. Dahulu, penggunaan
halothane dengan konsentrasi 2% atau lebih direkomendasikan.H,N Namun
dengan tersedianya obat-obat anestesi yang lebih aman dan risiko
terjadinya hipotensi berat akibat penggunaan halothane, kini
penggunaannya sudah tidak direkomendasikan lagi.11
18
Kesulitan yang mungkin dialami dalam penerapan metode ini adalah saat
menjaga agar tidak terjadi kebocoran setelah cairan dialirkan ke vagina. Hal ini
dapat diatasi dengan penggunaan mangkok vakum silastik, walaupun tetap
diperlukan tangan untuk mencegah kebocoran. Mangkok harus diarahkan ke
forniks posterior agar terjadi distensi vagina.11 Bila menggunakan vakum dan
masih keluar cairan dari vagina, mangkok vakum dapat dikeluarkan sedikit,
mendekati introitus vagina hingga cekungan mangkok vakum menempel pada
bagian dalam introitus vagina.51
19
Gambar 3.4 Metode Hidrostatik dengan mangkok vakum silastik 11
20
B
A
E D
21
Kelemahan alat ini adalah setelah berhasil reposisi uterus, kadang
mangkok repositor terjebak dalam cavum uteri dengan serviks yang sudah
mengecil, sehingga operator mengalami kesulitan untuk mengeluarkan alat ini
dari cavum uteri.55
Kini penggunaan alat ini sudah ditinggalkan, karena keberhasilan untuk
mereposisi inversio uteri diragukan.52
22
melalui kolpotomi anterior (Prosedur Spinelli) maupun kolpotomi posterior
(Prosedur Kustner), seperti tampak pada Gambar 3.7.57
Gambar 3.7 Skema pendekatan pembedahan melalui vagina pada kasus inversio
uteri. Kavum abdomen dibuka melalui kolpotomi anterior maupun
posterior.57
23
A B
C D
Gambar 3.8 Prosedur B-Lynch. A. Inversio uteri akut. B. Ujung jari operator
diletakkan dibawah fundus uteri untuk membatu reposisi. C.
Reposisi berhasil secara progresif dengan beberapa bagian iskemia.
D. Vaskularisasi mulai kembali. E. Reposisi berhasil.16
24
3.3.2 Prosedur pembedahan Huntington
Prosedur Huntington pertama kali diperkenalkan pada tahun 1921.
Pertama dilakukan general anestesia dalam dengan obat yang membuat uterus
rileks. Insisi kulit dilakukan secara midline5 atau pfanensteil.4
Pada inversio uteri, adneksa (ovarium, tuba fallopii, ligamentum
rotundum) pada umumnya tertarik ke dalam fundus uteri yang terinversi. Dengan
menggunakan klem Allis atau Babcock, kedua ligamentum rotundum yang masuk
ke dalam inversio uteri diklem sedalam 2 cm dari lekukan inversio.30 Kemudian
secara lembut dilakukan tarikan berlawanan arah dengan inversi fundus. Klem dan
tarikan dilakukan berulang-ulang hingga inversio terkoreksi (Gambar 3.9.).6 Bila
mengalami kesulitan dalam reposisi, dapat dibuat jahitan figure of eight dengan
benang vicryl atau chromic 1.0 pada bagian tengah fundus, jika bagian ini masih
terlihat.4 Bila memungkinkan, operator kedua dengan tangan di vagina,
memberikan dorongan ke atas pada fundus, sehingga membantu prosedur
reposisi.5,6
Varian dari prosedur ini adalah dengan memasang vakum pada fundus
yang terinversi.6,47 Prosedur ini merupakan modifikasi oleh Antonelli dkk (2006).
Mangkok silastik vakum dipasang pada fundus uteri yang terinversi melalui
abdomen, kemudian sambungkan dengan selang suction sehingga terbentuk
tekanan negatif. Tarikan dilakukan secara perlahan dan lembut hingga reposisi
uterus berhasil (Gambar 3.10.) Keuntungan dari tehnik ini adalah menghindari
perlu dilakukannya insisi uterus dan memudahkan tarikan pada fundus, daripada
menarik ligamentum rotundum yang memiliki tendensi robek. Mangkok silastik
bersifat lunak, sehingga mudah melewati cincin konstriksi, untuk dipasang pada
fundus uteri yang terinversi.47
25
Gambar 3.9 Ilustrasi Manuver Huntington.3
26
3.3.3 Prosedur pembedahan Haultain
Tehnik ini diperkenalkan pertama kali oleh Haultain pada tahun 1901.
Pada tehnik operasi ini, dilakukan insisi cincin serviks secara longitudinal pada
bagian posterior uterus, sekitar 4-6 cm.14,41 Langkah berikutnya sama dengan
metode Huntington, dilakukan tarikan ke atas pada ligamentum rotundum hingga
uterus berhasil dilakukan reposisi (Gambar 3.11.) Kemudian seluruh bekas insisi
di serviks, uterus dan vagina dijahit dengan jahitan interuptus, lapis demi lapis (2-
3 lapis). Kemudian diberikan uterotonik untuk membuat uterus berkontraksi.11
Keuntungan Tehnik Haultain adalah insisi posterior mencegah trauma
terhadap kandung kencing yang mungkin ikut tertarik pada saat terjadi inversio
uteri pada bagian anterior. Kedua, insisi dapat dilihat dengan jelas dan bila terjadi
perluasan lebih mudah diperbaiki, karena tarikan pada fundus yang kongesti
memudahkan terjadinya robekan.6
Jika reposisi dilakukan dengan metode ini, pasien harus diberikan
konseling mengenai risiko ruptur uteri pada kehamilan berikutnya. Secara teori,
insisi miometrium ada segmen bawah uterus memiliki risiko ruptur yang sama
dengan insisi histerotomi anterior vertikal pada seksio sesarea. Risiko ruptur yang
sebenarnya tidak diketahui karena belum ada data.5,41
27
Gambar 3.11 Prosedur pembedahan Haultain. A. Uterus mengalami inversio uteri
komplit dengan kedua tuba dan ligamentum rotundum tertarik ke bawah
melalui lingkaran konstriksi. Retraktor fleksibel diletakkan pada vagina
posterior, dimana bagian ujungnya berada diantara bibir serviks
posterior dan dinding uterus yang terinversi, di tempat dimana
pemotongan akan dilakukan. B. Rektosigmoid terlindungi saat
dilakukan insisi dinding uterus, pada titik dimana konstriksi paling
hebat. Panjang insisi bervariasi, namun harus cukup agar dapat dilalui
fundus. Jika insisi dilakukan di atas retraktor fleksibel yang telah
dipasang sebelumnya, hanya uterus yang akan terpotong dan struktur
vagina tidak akan terluka. C. Reposisi fundus dilakukan dengan tarikan
kombinasi pada dinding uterus dari atas oleh operator dan dari bawah
oleh asisten. Setelah berhasil direposisi, bekas insisi dijahit dengan
benang chromic secara interuptus.3
28
3.3.4 Prosedur pembedahan Spinelli
29
A B C
D E F
Gambar 3.12 Operasi Spinelli untuk inversio uteri. A.Insisi transversal vagina di atas
serviks. B.Insisi berbentuk T untuk memperluas. C.Mulai dilakukan insisi
cincin serviks. D. Jika diperlukan dilakukan pemotongan dinding uterus. E.
Uterus telah direposisi dan luka dijahit. F. Membran mukosa telah
disatukan.58
30
3.3.5 Prosedur pembedahan Kustner
31
Gambar 3.13 Jahitan seperti rantai.10
32
Penggunaan antibiotika profilaksis diharuskan oleh beberapa peneliti,
sebelum prosedur reposisi uterus.17,26,48
33
Terapi definitif inversio uteri ginekologi sangat bervariasi, tergantung hasil
biopsi tumor penyebab inversio.62 Jika memungkinkan, dilakukan eksisi tumor
dan uterus direposisi sambil menunggu hasil pemeriksaan histologis tumor
tersebut. Antibiotika diberikan untuk mengurangi proses inflamasi dan prosedur
definitif dilakukan kemudian. Bila ditemukan nekrosis, edema dan tanda-tanda
infeksi, tindakan definitif harus segera dilakukan, meliputi vaginal histerektomi5,64
dan kombinasi prosedur abdomino-vaginal.59 Karena diagnosis jaringan sangat
bervariasi, maka pada kasus ini diperlukan penanganan khusus secara individual.
Emboli paru berhubungan dengan kasus kronis, kemungkinan akibat edema dan
infeksi sekunder. Jadi pada kasus tersebut perlu dipertimbangkan pemberian obat
profilaksis trombosis.6
34
BAB IV
RINGKASAN
35
DAFTAR PUSTAKA
36
13. Chen YL, Chen CA, Cheng WF, Huang CY, Chang CY, Lee CN, et all.
Submucous Myoma Induces Uterine Inversion. Taiwanese Journal Obstetrics
and Gynecology 2006;45(2):159-61.
14. Irani S, Jordan J. Management Of Uterine Inversion Operative Techniques.
Current Obstetrics & Gynaecology 1997;7:232-5.
15. Marshall NB, Catling S. Cardiac Arrest Due To Uterine Inversion During
Cesarean Section. International Journal Of Obstetric Anesthesia 2009;
10:231-4.
16. Evans DG, Lynch CB. Obstetric Trauma. In : Lynch CB, Keynes M, Keith
LG, Lalonde AB, Karoshi M, editors. A Textbook of Postpartum Hemorrhage,
A comprehensive guide to evaluation, management and surgical intervention.
UK: Sapiens Publishing; 2006.
17. DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM, Laufer N. Current Diagnosis and
Treatments in Obstetrics & Gynecology. 10th ed. USA: McGraw-Hill
Companies; 2007.
18. Bertrand S, Randriamarolahy A, Cucchi JM, Brunner P, Bruneton JN. Uterine
Inversion Caused By A Submucous Leiomyoma. Clinical Imaging
2011;35:478-9.
19. Case AS, Kirby TO, Conner MG, Huh WK. A Case Report Of
Rhabdomyosarcoma Of The Uterus Associated With Uterine Inversion.
Gynecologic Oncology 2005;96:850-3.
20. Gemer O, Anteby E, Lavie O. Uterine Inversion Associated With Uterine
Sarcoma. JIJGO 2007:195-6.
21. Gowri V. Uterine inversion and corpus malignancies: a historical review.
Obstet Gynecol Surv. 2000 Nov;55(11):703-7.
22. Adaji SE, Randawa AJ, Shittu OS. Idiopathic Chronic Uterine Inversion In A
Nulligravida. International Journal Of Gynecology and Obstetrics 2005;89:
61-2.
23. Fofie CO, Baffoe P. Non-puerperal Uterine Inversion : A Case Report. Ghana
Medical Journal 2010;44(2):79-81.
37
24. Lago JD. Presentation Of Acute Uterine Inversion In The Emergency
Department. American Journal Of Emergency Medicine 1991;9(3):239-42.
25. Turrentine, J.E. Clinical Protocols in Obstetrics and Gynecology. 3rd ed.
India: Informa Health Care; 2008.
26. Guidelines for the Management of Acute Inversion of the Uterus. The Queen
Mothers Hospital. 2007.
27. Francois K. Postpartum Hemorrhage. In : Foley MR, Strong TH, Garite TJ,
editors. Obstetric Intensive Care Manual. 3rd ed. USA: McGraw- Hill
Companies; 2011.
28. Dim CC. Acute Uterine Inversion In A Rural African Woman: A Rare
Consequence Of Child Birth. Woman and Birth 2009;22:25-7.
29. Ripley DL. Uterine emergencies. Atony, inversion, and rupture. Obstet
Gynecol Clin North Am. 1999 Sep;26(3):419-34.
30. Francois KE, Foley MR. Antepartum and Postpartum Hemorrhage. In : Gabbe
SG, Niebyl JR, Simpson JL, Galan H, Goetzl L, Jauniaux ERM, editors.
Obstetrics Normal and Problem Pregnancies. 5th ed. China: Churchill
Livingstone; 2007.
31. Obstetrical Hemorrhage. In: Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth
JC, Rouse DJ, Spong CY, et al, editors. Williams Obstetrics. 23rd ed. USA:
The McGraw-Hill Companies; 2010.
32. Stafford I, Belfort MA, Dildy GA. Etiology and Management of Hemorrhage.
In : Belfort MA, Saade G, Foley M, Phelan J and Dildy G, editors. Critical
Care Obstetrics. 5th ed. Singapore: Blackwell Publishing; 2010.
33. Sarna MC, Hess P, Takoudes TC, and Chaudhury AK. Postpartum
Hemorrhage. In: Datta S, Hepner DL, editors. Anesthetic and Obstetric
Management of High-Risk Pregnancy. 3rd ed. USA: Springer-Verlag, 2004.
34. Weiss H, Diaz FR. Uterine Inversion After Nitroglycerin Use During
Cesarean Delivery. International Journal Of Obstetric Anesthesia 1996;5:269-
71.
38
35. Thorp JM. Clinical Aspects of Normal and Abnormal Labor. In : Creasy RK,
Resnick R, Iams JD, Lockwood CJ, Moore TR, editors. Creasy & Resnik's
Maternal Fetal Medicine Principles And Practices. 6th ed. China: Saunders
Elsevier; 2009.
36. Kilpatrick CC, Chohan L, Maier RC. Chronic Nonpuerperal Uterine Inversion
and Necrosis : A Case Report. Journal Of Medical Case Report 2010; 4:381.
37. Silver DF, Heyl PS, Linfert JB. Delayed Uterine Re-Inversion : A Unique
Symptom Complex. American Journal Of Obstetrics and Gynecology
2004;191:378-9.
38. Pitkin J, Peattle AB, Magowan BA. Obstetrics and Gynaecology An
Illustrated Colour Text. China: Elsevier Science Limited; 2003.
39. Goshima S, Kanematsu M, Kondo H, Watanabe H, Tsuge Y, Furui T, et all.
CT Angiography Of Postpartum Uterine Inversion : Intra-Uterine thread and
Streak Sign. European Journal Of Radiology Extra 2009;72:e21-3.
40. Momin AA, Shenaz GA, Pethani NR, Mitha SH. Sonography Of Postpartum
Uterine Inversion From Acute to Chronic State. Journal Of Clinical
Ultrasound 2009;37(1):53-56.
41. Oboro VO, Akinola SE, Apantaku BD. Surgical Management Of Subacute
Puerperal Uterine Inversion. International Journal Of Gynecology and
Obstetrics 2006;94:126-7.
42. Beringer RM, Patteril M. Puerperal Uterine Inversion and Shock. British
Journal Of Anesthesia 2004;92(3):439-41.
43. Brown SP. Obstetric Emergencies. In : Edmonds DK, editor. Dewhurst's
Textbook of Obstetrics & Gynaecology. 7th ed. India: Blackwell Publishing;
2007.
44. Anderson JM, Etches D. Prevention and Management of Postpartum
Hemorrhage. the American Academy of Family Physicians 2007;75(6):875-82
45. Cugini U, Duri D, Olivuzzi M, Frate GD. Acute Postpartum Uterine
Inversion: Report Of Two Cases. International Journal Of Obstetrics
Anesthesia 2008;17:83-5.
39
46. Abouleish E, Ali V, Joumaa B, Lopez M, Gupta D. Anaesthetic Management
Of Acute Puerperal Uterine Inversion. British Journal Of Anaesthesia
1995;75:486-7.
47. Antonelli E, Irion O, Tolck P, Morales M. Subacute Uterine Inversion :
Description of A Novel Replacement Technique Using the Obstetric
Ventouse. British Journal Of Obstetrics and Gynaecology 2006;113:846-7.
48. Department of Reproductive Health and Research (RHR), World Health
Organization. Managing Complication in Pregnancy and Childbirth A Guide
for midwives and doctors. 2011. Ahttp://hetv.org/resources/reproductive-
health/impac/ Procedures/Correcting_P91_P94.html. (5 Desember 2011).
49. Obstetrics and Gynaecology Clinical Care Unit. King Edward Memorial
Hospital Obstetrics & Gynaecology Clinical Guidelines. Avaulable at
http://www.kemh.health.wa.gov.au/development/manuals/O&G_guidelines/se
ctionb/9/5292.pdf. Accessed : February 26, 2012.
50. Hanretty KP. Obstetrics Illustrated. 6th ed. China: Churchill Livingstone;
2004.
51. Tan KH, Luddin NSY. Hydrostatic Reduction of Acute Uterine Inversion.
International Journal Of Gynecology and Obstetrics 2005;91:63-4.
52. Plaut GS. Chronic Puerperal Inversion Of The Uterus. Postgraduate Medical
Journal 1961;37:164-6.
53. Aveling JH. A Lecture On Inversion Of The Uterus. The British Medical
Journal 1866:475-81.
54. Accoucheur's Antique Obstetrical and Gynecological Instrument. Available at:
http://www.fcgapultoscollection.com/midbooks.html. Accessed : December
29,2011.
55. Edis AW. Reposition Of Complete Inversion Of Uterus After Five Years
Duration. The British Medical Journal 1883:561-2.
56. Atthill L. Remark on Inversion of the Uterus. The British Medical Journal.
1879:357-8.
57. Hirsch HA, Kaser O, Ilke FA. Atlas Of Gynecologic Surgery. 3rd edition.
Germany: Thieme; 1997.
40
58. Hirst BC. Atlas Of Operative Gynaecology. USA: J.B.Lippincott Company;
1919.
59. Auber M, Darwish B, Lefebure A, Ness J, Roman H. Management Of
Nonpuerperal Uterine Inversion Using A Combined Laparoscopic And
Vaginal Approach. American Journal Of Obstetrics & Gynecology June
2011:e7-9.
60. Cumming DC, Taylor PJ. Puerperal Uterine Inversion : report of nine cases .
CMA Journal 1978;118:1268-1270.
61. Majd HS, Pilsniak A, Reginald PW. Recurrent Uterine Inversion : A Novel
Treatment Approach Using SOS Bakri Balloon. British Journal Of Obstetrics
and Gynaecology 2009;116:999-1001.
62. Mwinyoglee J, Simelela N, Marivate M. Non-puerperal uterine inversions. A
two case report and review of literature. Cent Afr J Med. 1997;43(9):268-71.
63. Adesiyun AG. Septic Postpartum Uterine Inversion. Singapore Medical
Journal 2007;48(10):943-5.
41