Anda di halaman 1dari 9

KEAKRABAN GURU DAN PENGAWAS SEKOLAH

Penulis : Giyarsih - Pengawas Dikpora Kulonprogo

Share :

KEAKRABAN GURU DAN PENGAWAS SEKOLAH


Oleh : Giyarsih
Pengawas Dinas Pendidikan kabupaten Kulon Progo DI. Yogyakarta

PENDAHULUAN

A. Kedudukan Pengawas di Mata Pendidik

Terjadi pro dan kontra diantara beberapa guru tentang keinginannya menjadi pengawas, ada
sebagian guru yang benar-benar menginginkan kedudukan pengawas karena suatu panggilan atau
kejenuhan akibat rutinitas tugas keseharian yang monoton. Sebagian besar guru tidak
menginginkan apalagi memimpikan kedudukan pengawas. Mereka merasa bahwa tugas
pengawas itu tidak lain hanya mencari kesalahan guru. Oleh karena itu, umumnya guru tidak
suka jika ada pengawas yang datang ke sekolah hanya memarahi atau mencari kesalahan
adsministratif guru tanpa memberi arahan yang membangun. Menjadi pengawas akan
mendapatkan antipati dari sebagian besar guru. Itulah image sederhana dibenak mereka.

B. Antara Impian, Harapan dan Kenyataan


Pada umumnya guru menginginkan terjadinya kemajuan di bidang pendidikan agar Indonesia
menjadi negara yang maju agar tidak ketinggalan dengan bangsa lain. Demikian pula guru-guru
di Kabupaten Kulon Progo. Sebagai ujung tombak pendidikan mereka menginginkan bahwa
pendidik di kabupaten itu tidak tertinggal oleh kabupaten lain di Daerah Istimewa Yogjakarta
dan setaraf dengan pendidikan di tingkat nasional.
Harapan ini dapat terwujud apabila ada kerja sama yang baik antara guru, orang tua siswa, dan
pemerintah. Harapan tanpa dukungan dari beberapa pihak, kerja keras niscaya tidak akan
menghasilkan apa-apa. Oleh karena itu, saya mengajak Pengawas dan Calon Pengawas untuk
lebih bekerja keras agar pendidikan di Indonesia bisa maju seperti bangsa lain. Pengawas dan
Calon Pengawas di Kabupaten Kulon Progo agar dapat sebagai pioner yang berkualitas dalam
dunia pendidikan.
Kenyataan yang ada, kita masih sulit untuk menyinkronkan persepsi, khususnya daerah pedesaan
yang nota bene orang tua tidak berpendidikan dan tidak mampu. Hal ini menyebabakan
hambatan untuk mencapai apa yang sebenarnya menjadi harapan kita, ibaratnya seperti orang
berjalan yang meniti panjangnya ruas jalan sampai fatamorgana, kita melangkahkan kaki begitu
lemah gemulainya sehingga jalan kita kelihatan begitu santai. Oleh karena itu harus ada kerja
sama yang bagus antara guru dan pengawas, baik dalam hal pembelajaran maupun nasib guru
yaitu tentang kenaikan pangkatnya. Ada satu dua pengawas yang begitu sulitnya untuk dimintai
rekomendasi untuk usul kenaikan pangkat guru. Misal, guru sudah berusaha membuat format
perangkat pembelajaran seperti yang telah dianjurkan oleh pengawas, ternayata setelah
disupervisi oleh pengawas lain format itu tidak diterima dengan alasan yang kadang-kadang
tidak masuk akal atau terkesan dicari-cari. Semoga hal itu hanya terjadi pada guru di sekolah
yang sedang bernasib buruk. Amin.

C . Sebuah Wacana : Idealitas dan Realitas


Dalam proses kegiatan pembelajaran yang berlangsung aktif, komunikatif, dan menyenangkan
anak-anak akan merasa aman, nyaman, dan termotivasi untuk mengembangkan minat, bakat,
keahlian dan kemampuannya. Sehingga hal ini akan lebih mudah dalam mewujudkan tujuan
pendidikan nasional yang sudah ditetapkan. Dalam hal ini guru akan meraja enjoy dengan bidang
tugasnya, apabila para pengawas datang ke sekolah. Pengawas tentu akan mendapat sambutan
yang begitu hangat dan bersahabat seperti slogan salam, senyum, dan sapa yang terpampang di
setiap sudut taman sekolah.
Bagaiman kenyataan di sekolah kita? Sudahkah hal di atas menjadi suatu budaya? Sudahkah para
guru memposisikan dirinya sesuai dengan yang diharapkan? Demikian juga halnya dengan para
pengawas sudahkah mereka mapu memberikan teladan bagi para guru yang menjadi binaannya?
Sudahkah para guru melaksanakan sepuluh kemampuan dasarnya seperti yang tertera di ruang
guru? Sudahkah para pengawas memenuhi tanggung jawabnya seperti yang tertera dalam enam
kompetensi pengawas yang begitu dekat di dalam ruang kerjanya?
Begitu pesimisnya saya selaku guru di daerah pinggiran yang jauh dari pusat informasi, jauh dari
kenyataan yang kami harapkan, padahal begitu tingginya tujuan pendidikan yang harus kita
capai. Begitu beratnya kami meraih tujuan mulia dengan fasilitas, sarana, dan prasarana yang
masih jauh dari sempurna. Aturan bahwa fungsi guru beralih menjadi fasilitator, kiranya cukup
berat dilaksanakan di sekolah kami, karena keterbatasan buku baik buku pelajaran maupun buku-
buku di perpustakaan sudah tidak sesuai lagi dengan kurikulum 2006. Dalam kondisi demikian,
bagaimana mungkin guru dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran seperti yang diharapkan?
Mungkinkah hal ini mampu dilaksanakan bagi siswa, guru, dan pengawas pada sekolah di daerah
pinggiran yang segalanya serba terbatas? Sudahkah dengan sarana dan prasarana minimal, guru,
pengawas, dan aparat pendidikan yang terkait melaksanakan tugasnya secara maksimal? Dalam
teori Ekonomi memang dikatakan bahwa dengan pengorbanan yang seminimal mungkin,
hendaknya diperoleh hasil yang maksimal. Tetapi dunia pendidikan adalah suatu kenyataan,
bukan sebuah teori ekonomi yang hukumnya harus selalu benar.

KAJIAN PUSTAKA
A. Sepuluh Dasar Kemampuan Guru
Sepuluh Dasar Kemampuan Guru seperti yang tertera di setiap ruang guru di sekolah
yaitu:

1. Mengembangkan Kepribadian
2. Menguasai Landasan Kurikulum
3. Menguasai bahan pengajaran
4. Menyusun bahan pengajaran
5. Melaksanakan program pengajaran
6. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
7. Menyelenggarakan program bimbingan
8. Menyelenggarakan adsministrasi sekolah
9. Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat
10. Menyelenggarakan pendidikan sederhana untuk keperluan pengajaran

B. Prinsip Profesionalitas Guru


Menurut pasal 1 UUGD, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, mebimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan pendidikan menengah.
Pengertian profesinal yang dimaksud adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memelukan keahlian, kemahiran
atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi.
Prinsip profesionalitas guru seperti yang tertera dalam yaitu:

1. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme


2. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan
aklhak mulia
3. memilki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas
4. memilki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas
5. memilki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan
6. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
7. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutann
dengan belajar sepanjang hayat
8. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan
9. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

C. Kompetensi Guru
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilku yang harus dimiliki,
dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Dalam UUGD pasal 8 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Dalam Undang-undang Sisdiknas bagian ke-tiga tentang Standar Proses, disebutkan bahwa:

1. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, memotivasi,


menyenangkan, menantang, dan mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian peserta didik
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologisnya.
2. Dalam proses pembelajaran pendidik memberikan ketaladanan
3. Untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efketif dan efisien setiap satuan
pendidikan melakukan perencanaa,, pelaksanaan, penilaian proses pembelajaran dan
pengawasan yang baik

D. Kompetensi Pengawas
Kompetensi pengawas seperti yang tertera pada peraturan menteri pendidikan nasional Republik
Indonesia Nomor 12 tentang standar pengawas sekolah meliputi:

1. Kompetensi kepribadian
2. Kompetensi Supervisi Manajerial
3. Kompetensi Supervisi Akademik
4. Kompetensi Evaluasi Pendidikan
5. Kompetensi Penelitian dan Pengembangan
6. Kompetensi Sosial

ANALISIS
A. KTSP, Guru dan Pengawas
Seiring dengan kebutuhan sumber daya manusia yang kian meningkat, Dinas pendidikan sebagai
lembaga atasan langsung sekolah dituntut untuk mengoptimalkan prestasinya baik di bidang
akademis maupun di bidang non akademis. Pada awalnya, semua berjalan secara wajar, normal
dan alami. Akan tetapi, ketika perkembangan kualitas pendidikan di negeri kita tercinta ini tidak
jua memperlihatkan kemajuan, semua pihak segera berbenah menyusun strategi kurikulum baru
yang diharapkan mampu mencerahkan dunia pendidikan dewasa ini. Hal itu perlu diikuti dengan
kebijakan pemerintah yang mengacu pada peningkatan mutu aparat pendidikan, misalnya dengan
adanya tes seleksi calon guru maupun pengawas yang syaratnya mungkin dirasa cukup berat.
Melihat asumsi di atas, bisa dikatakan bahwa sering bergantinya kurikulum bisa jadi penyebab
keterlambatan pendidikan. Mengambinghitamkan sering bergantinya kurikulum merupakan
pilihan yang paling aman, sehingga tidak menggugat guru, pengawas, dan aparat pemerintah
pada bidang pendidikan.
Pergantian kurikulum yang diterapkan, ternyata membawa konsekunsi yang cukup besar,
misalnya ketidaksiapan yang dialami oleh sebagian besar guru yang jauh dari sumber informasi.
Hal ini sangat wajar, alami, dan manusiawi. Perubahan kurikulum berpengaruh pula pada
pergeseran sarana yang harus dimiliki oleh guru atau siswa. Guru dituntut untuk memiliki materi
yang cukup luas dan harus mampu berperan sebagai fasilitator dan motivator yang baik. Hal di
atas mungkin tidak akan terjadi di sekolah-sekolah yang segala fasilitas tercukupi, misalnya
sekolah-sekolah di lingkungan masyarakat yang tarap kehidupannya cukup tinggi seperti
sekolah-sekolah di kota-kota besar. Kenyataannya, jumlah sekolah yanag ada di tengah
masyarakat menengah ke bawah jauh lebih besar.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang lebih dikenal dengan istilah Kurikulum
2006, adalah kurikulum yang dianggap mampu menghasilkan generasi muda yang berkualitas.
KTSP diharapkan mampu menstimulus guru dalam menciptakan suasana kelas yang mandiri,
aktif dan kondusif. Oleh karena itu, peran pengawas dalam memberikan bimbingan teknis dan
adsministrasi akademis sangat dibutuhkan.
Opini publik yang berkembang saat ini menandaskan bahwa KTSP, guru dan pengawas serta
pejabat terkait merupakan ujung tombak dalam menciptakan generasi yang cerdas dan cendekia
sebagai hasil peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Harapan mulia tersebut adalah
tantangan bagi kita untuk bekerja secara maksimal. Mudah-mudahan Allah swt berkenan untuk
memberikan kekuatan kepada kita agar mampu mengemban amanah mulia di atas. Tentu saja,
hal ini bukan sebuah tuntutan yang mudah untuk dilaksanakan. Dedikasi yang tinggi, kerjasama
yang harmonis dan sinergitas di antara guru, pengawas, dan aparat pendidikan yang terkait
sangat diperlukan.
Perubahan mendasar pada KTSP adalah kebebasan yang diberikan sepenuhnya kepada sekolah
dan guru untuk menentukan sendiri arah dan tujuan pendidikan yang diinginkan. Kurikulum ini
memposisikan siswa sebagai subyek belajar bukan obyek belajar. Sedangkan guru bukan sebagai
pengajar, melainkan sebagai fasilatator, dan pengawas adalah motivator. Siswa dituntut untuk
belajar mandiri dariberbagai sumber dan pihak sekolah harus menfasilitasi sarana dan prasarana
belajar mandiri yang memadai.

B. Hubungan Guru dan Pengawas: Antara Idealitas dan Realitas


Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007, tugas pengawas dalam
kompetensi supervisi manajemen adalah membina guru dalam melaksanakan bimbingan
konseling di sekolah, dan mendorong guru dalam merefleksikan hasil-hasil yang dicapainya
untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya. Dengan
demikian tugas mulia seorang pengawas membina guru agar dapat menindaklanjuti tugasnya
sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Kenyatan di lapangan, sudahkah para pengawas itu
melaksanakan tugasnya seperti yang diamanatkan?
Dalam kompetensi supervisi akademik disebutkan bahwa pengawas bertugas:

1. Membimbing guru dalam menyusun silabus berlandaskan standar isi, standar kompetensi,
kompetensi dasar dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP,
2. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/tehnik
pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa,.
3. Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
4. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di kelas,
laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan berbagai potensi siswa,
5. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan
media pendidikan dan fasilitas pembelajaran/bimbingan,
6. Memotivasi guru untuk memanfaatkan tehnologi informasi untuk
pembelajaran/bimbingan,

tiap bidang pengembangan di TK/RA atau mata pelajaran di SD/MI dan SMA/MA.
Mengingat banyaknya tugas dan jasa yang harus diemban oleh pengawas dalam membina dan
melayani guru, hendaknya mereka segera memperbaiki kinerjanya demi kemajuan pendidikan di
negara kita.
Kompetensi evaluasi pendidikan mengamanatkan bahwa pengawas bertugas :
1. Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan dan pembelajaran/bimbingan di
sekolah,
2. Membimbing guru dalam menentukan aspek yang penting dinilai dalam
pembelajaran/bimbingan.
3. Menilai kinerja guru dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran/bimbingan. Dalam hal ini, penilaian
pengawas terhadap kinerja guru hendaknya adil, obyektif, dan hati-hati. Khususnya hal-
hal yang menyangkut nasib dan perjalanan karier guru. Bila tidak, kefrustasian guru akan
sering terjadi.
4. Memantau pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar siswa serta
menganalisisnya untuk perbaikan mutu pembelajaran/bimbingan.
5. Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan mutu pendidikan
dan pembelajaran/bimbingan.
6. Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja guru. Kenyataan tragis yang
terjadi di sekolah-sekolah guru merasa takut dimarahi, dicari-cari kesalahannya. Sebagian
lain, guru berpura-pura aktif ketika disupervisi. Hal itu terjadi sebab pengawas pun sadar
atau tidak, mencari-cari kekurangan guru. Padahal, pengawas sebenarnya mitra kerja
guru juga. Oleh karena itu diantara kedua belah pihak harus saling berinteraksi positif
sesuai dengan tugas dan peran yang diembannya. Mereka harus bisa menempatkan diri
pada posisi yang semestinya.
7. Memberikan bimbingan kepada guru dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Dari
perencanaan hingga pelaksanaan penelitian di sekolah Guru pada umumnya belum
mengetahui prosedur bimbingan yang dimaksudkan di atas. Sudahkah pengawas
memberikan bimbingan kepada guru secara maksimal didalam pengembangan profesi
hingga guru itu berhasil karyanya? Sudah bisakah karya hasil bimbingan itu diakui dan
dinilai? Kenyataan, banyak karya tulis guru yang mereka susun dengan penuh semangat
dan menguras dana hingga sekarang belum berhasil.

C. Sebuah Renungan: Keakraban Antara Guru dan Pengawas


Ada pepatah yang mengatakan ”tidak kenal maka tak sayang”. Agar pengawas dan guru saling
hormat dan menyayangi, frekuensi kunjungan pengawas ke sekolah-sekolah harus lebih banyak
sehingga guru dapat menyampaikan keluhan yang menyangkut permasalahan yang dihadapi baik
dalam hal materi maupun pengelolaan kelas.
Pengawas hendaknya mampu memberikan solusi yang familiar. Sehingga guru dapat
menyelesaikan tugas-tugas tanpa dibebani rasa takut pada sosok pengawas yang seharusnya
membina.
Begitu mulianya hakikat pendidikan nasional dalam konteks pemersatu bangsa, penyamaan
kesempatan belajar, dan pengembangan profesi. Pendidikan diharapkan dapat memperkuat
keutuhan bangsa, memberi kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi
dalam pembangunan, dan memberi kesempatan setiap warga negara untuk mengembangkan
potensi yang dimilikinya secara optimal.
Guru harus berperan dalam merealisasikan amanat yang terkandung dalam Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional tentang visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional untuk
mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat dan berdaya saing
dalam kehidupan global.
Guru dan pengawas harus berjalan bersama dalam mengemban misi pendidikan nasional, yaitu:

1. Kita mendukung pemerintah dalam mengupayakan perluasan dan pemerataan


kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Kita ikut andil dalam meningkatkan mutu pendidikan yang memilki daya saing di tingkat
nasional, regional dan internasional.
3. Ikut serta meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan
tantangan global.
4. Peran serta dalam membantu dan menfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara
utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar.
5. Membantu meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan utnuk
mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.
6. Berperan serta dalam meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga
pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman,
sikap dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional dan global.
7. Membantu mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan
berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks negara Kesatuan republik Indonesia.

D. Pengawas Idola
Pengawas yang ideal hendaknya berusaha untuk dapat menempatkan dirinya sebagai bapak yang
arif dan bijaksana dalam menyikapi guru dan peraturan yang berlaku. Pengawas seharusnya
selalu memotivasi guru agar mampu membentuk siswa menjadi manusia Indonesia seutuhnya,
yakni manusia yang memiliki karakteristik personal dalam memahami dinamika psikososial dan
lingkungan kulturalnya.
Pengawas idola hendaknya membantu guru dalam melaksanakan proses pembentukan manusia
melalui proses pembentukan yang berlangsung seumur hidup. Pengawas membantu guru agar
berupaya menumbuhkembangkan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.
Pengawas idola juga memotivasi guru agar selalu membantu siswa dalam menguasai ilmu
pengetahuan dan tehnologi. Pengawas membantu guru di dalam memotivasi pengembangan,
penghayatan, apresiasi dan ekspresi seni, serta pembentukan manusia yang sehat jasmani dan
rohani. Disamping itu, pengawas membantu guru dalam mewujudkan komitmen untuk
mendarmabaktikan kerjanya bagi para siswa dalam proses pembelajaran. Pengawas membantu
guru dalam mewujudkan kemampuannya menguasai materi yang diajarkan, penguasaan
metodologi pembelajaran, sehingga proses pembelajaran akan lancar, efektif, dan efisien serta
menyenangkan.
Pengawas idola membantu guru dalam mewujudkan tanggung jawabnya untuk memanejemen,
monitoring, dan memotivasi dalam proses pembelajaran siswa. Pengawas membantu guru dalam
mewujudkan kemauannya untuk selalu belajar dari pengalaman, belajar sepanjang hayat, dan
mampu mempersiapkan generasi baru dengan kemampuan intelektual, sosial dan moral yang
tinggi sehingga mampu bersaing secara positif, dan dapat hidup layak di tengah-tengah
masyarakat. Pengawas membantu guru dalam mewujudkan kemampuan pribadinya untuk
mendarmabaktikan semua kemampuannya demi kemajuan diri pribadi, keluarga, masyarakat
bangsa dan negara.

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keakraban antara guru dan pengawas bisa terjalin dengan cara saling memahami fungsi dan
peran masing-masing. Kesenjangan antara guru dan pengawas sebenarnya terjadi karena kurang
adanya pendekatan humanis yang menyentuh di antara keduanya
Kdua belah pihak harus bisa menempatkan diri sesuai dengan peran masing-masing. Untuk itu,
diperlukan adanya sinkronisasi di dalam mengemban amanat mulia. Pengawas sebagai Pembina
dan guru sebagai binaannya. Kedua belah pihak harus selalu berkomunikasi, saling bekerja sama,
dan saling taat pada komitmen yang telah diamanatkan.
Pengawas yang baik adalah pengawas yang dengan penuh kebapakan selalu mendampingi guru
di dalam menjalankan roda pembelajaran di kelas. Adapun bapak yang baik adalah bapak yang
bias mengakomodasi semua kesulitan yang dihadapi oleh asuhannya. Bukan bapak yang sering
memarahi tetapi kurang bisa memberikan solusi.
B. Saran
Saran untuk guru :

1. Guru yang baik adalah guru yang proaktif terhadap eksistensi seorang pengawas. Guru
jangan hanya menunggu, tetapi selalu berkomounikasi setiap ada temuan atau kesulitan,
kapan saja di mana saja.
2. Guru yang baik adalah guru yang bisa memahami fungsi dan peran pengawas. Tidak
perlu berantipati dan bernegatif thinking terhadap eksistensi seorang pengawas. Binalah
hubungan yang sehat demi kemajuan pendidikan nasional di Indonesia.

Saran untuk pengawas :

1. Seorang pengawas hendaknya menjadi bapak yang bisa diteladani oleh seluruh binaanya.
2. Cobalah untuk memahami perbedaan dan keragaman guru. Pengawas yang baik adalah
pengawas yang bisa menghargai perbedaan individu. Sebab, disamping sebagai roda
pendidikan, guru pun juga memiliki kewajiban sebagai makhluk individu dan sekaligus
makhluk sosial.

Sebagai akhir kata marilah kita berjuang di jalan Alloh dengan penuh tanggungjawab, dedikasi
tinggi dan penuh pengabdian sebagai bekal di masa mendatang. Mudah-mudahan Alloh
memasukkan kita semua ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, amin.

Daftar Pustaka

. 2005. Undang-undang Sistem pendidikan Nasional. Yogyakareta : Pustaka Pelajar.


Bambang Sudibyo, 2005. Undang-undang Guru dan Dosen. Bandung : Citar Umbara.
Bambang Sudibyo, 2007. Standar Pengawas sekolah/madrasah. Jakarta : Depatrtemen
Pendidikan Nasional
Muqodas Rozie, 2007. edaran seleksi pengangkatan PNSD ke dalam JFT. Wates : BKD Kulon
progo.
Zamroni, 2007. Pemantapan Sertifikasi Guru. Yogyakarta : UNY

http://pendidikan-diy.go.id/dinas_v4/?view=v_artikel&id=49

Anda mungkin juga menyukai