Makalah Analisa Gas Darah
Makalah Analisa Gas Darah
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Kimia Klinik III
Oleh :
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Analisa Gas Darah Dan Quality
Control (Qc)” ini dapat diselesaikan.
Makalah yang berjudul “Analisa Gas Darah Dan Quality Control (Qc)”
ini membahas mengenai apa itu Analisa Gas Darah, apa tujuan pemeriksaannya,
apa komponen-komponen evaluasi analisa gas darah, apa yang dimaksud
keseimbangan asam basa, apa saja gangguan dan penyebab gangguan
keseimbangan asam basa, kemudian indikasi dan kontraindikasi pemeriksaan dan
cara pemeriksaan analisa gas darah. Selain itu makalah ini juga membahas tentang
quality control BGA dan analisa gas darah.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengukuran gas darah arteri sangat penting dalam menilai pertukaran gas
dalam paru. Pengukuran ini untuk mengukur keasaman darah dan kadar
bikarbonat. Analisa gas darah dilakukan untuk mengevaluasi status oksigen dan
karbondioksida di dalam darah arteri dan mengukur pH-nya.
Hasil dari pemeriksaan gas darah sangat berarti bagi monitoring hasil
tindakan penatalaksanaan oksigenasi klien, therapy oksigen, dan untuk
mengevaluasi respon tubuh klien terhadap tindakan dan therapy misalnya
penggunaan ventilator. Sampel darah yang diambil digunakan untuk mengukur
komponen gas didalam darah arteri dan pH darah. Nilai yang diperoleh
merefleksikan kualitas ventilasi dan perfusi jaringan.
1
kepada jaringan. Darah dalam kapiler terus-menerus berubah susunan dan
warnanya karena terjadinya pertukaran gas.
Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan
diagnosis penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium akurat dan dapat
dipercaya harus dilakukan pengendalian terhadap pra analitik, analitik, dan pasca
analitik. Tahap pra analitik: persiapan pasien, pengambilan sampel darah,
persiapan sampel, penyimpanan sampel, persiapan kertas kerja. Tahap
analitik:persiapan alat, kalibrasi alat, pengolahan sampel, interpretasi hasil. Tahap
pasca analitik: pencatatan hasil dan pelaporan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Analisa Gas Darah
2. Mengetahui tujuan pemeriksaan analisa gas darah
3. Mengetahui komponen-komponen evaluasi analisa gas darah
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan keseimbangan asam basa
5. Mengetahui gangguan dan penyebab gangguan keseimbangan asam
basa
6. Mengetahui indikasi pemeriksaan Analisa Gas Darah
7. Mengetahui kontraindikasi Analisa Gas Darah
8. Mengetahui cara pemeriksaan analisa gas darah
2
1.4 Manfaat
Menambah pengetahuan tentang analisa gas darah, pemeriksaannya
dan QCnya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Analisa Gas Darah (AGD) atau Blood Gas Analisa (BGA) merupakan
pemeriksaan penting penderita sakit kritis atau seseorang yang mempunyai
penyakit komplikasi untuk mengetahui atau mengevaluasi pertukaran
oksigen, karbondiosida, dan status asam-basa dalam darah arteri.
4
ditentukan dengan menghitung perbandingan rasio komponen
turun hingga kurang dari 7,35 dan alkalemia jika pH darah lebih
pH = HCO3- (metabolik)
αPCO2 (respiratorik)
5
pulmonal terjadi (Irizarry dkk, 2009; Martini, 2006).
6
4. Saturasi oksigen (SO2)
Oksigenasi (3 dan 4) harus tetap diperiksa pada pasien
7
yang agresif yang tidak mengandung bikarbonat ataupun prekursor
8
dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit CO2. Jika
lebih banyak basa yang masuk ke aliran darah, maka akan
dihasilkan lebih banyak CO2 dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan CO2. CO2 adalah hasil tambahan penting dari
metabolisme oksigen dan terus menerus dihasilkan oleh sel.
Darah membawa CO2 ke paru-paru dan di paru-paru CO2
tersebut dikeluarkan/dihembuskan. Pusat pernafasan di otak
mengatur jumlah CO2 yang dihembuskan dengan mengendalikan
kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika pernafasan meningkat,
kadar CO2 darah menurun dan darah menjadi lebih basa. Jika
pernafasan menurun, kadar CO2 darah meningkat dan darah
menjadi lebih asam. Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman
pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu
mengatur pH darah menit ke menit.
9
4. Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik, karena adanya perubahan
konsentrasi bikarbonat yang disebabkan gangguan metabolisme, yaitu
ketidakseimbangan dalam pembuangan asam dan basa oleh ginjal.
5. Asidosis respiratorik dan alkalosis respiratorik, karena adanya tekanan
parsial CO2 yang disebabkan gangguan respirasi terutama oleh
penyakit paru-paru atau kelainan pernapasan.
10
mengatasi gangguan asam-basa primer (gangguan utama yang
menyebabkan perubahan pH) oleh gangguan asam-basa sekunder
(normalisasi rasio HCO3-:PCO2) yang bertujuan membawa pH darah
mendekati pH normal. Kompensasi ini dilakukan oleh
penyangga/buffer tubuh, alat respirasi dan organ ginjal.
Yang perlu diketahui dan digaris bawahi dari proses dalam tubuh ini,
kompensasi ini tidak pernah membawa pH ke rentang normal.
11
overkompensasi. Karenanya, pH akan berdeviasi dari netral meski
disebabkan karena:
12
intensif (RTI) harus tetap waspada terhadap manifestasi dini
kronis.
13
ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler
, terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-
akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah
dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam
pembentukan surfaktan, yang mengarah pada kolaps alveolar .
Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi
kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas
residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia ( Brunner &
Suddart 616)
5. Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot
jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan
karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55
tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005).
6. Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana
alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang
bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi
radang dan dengan penimbunan cairan. Pneumonia disebabkan oleh
berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur
atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau
kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari
penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
7. Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi
darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor
utama, yaitu curah jantung, volume darah dan pembuluh darah. Jika
salah satu dari ketiga faktor ini kacau dan faktor lain tidak dapat
melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga
14
terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan
metabolisme sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada
pasien.
8. Post pembedahan coronary arteri baypass
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon
inflamasi sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai
dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan
karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan
beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat
disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena
penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).
9. Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan
oleh beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress
fisik (perdarahan yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen
akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat),
kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup
atau otot jantung) dan obat-obatan. Penyebab lain cardiac arrest
adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat
dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya
peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh.
Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak
adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau
ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan
kesadaran dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak mungkin
terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan
selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest
dapat dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang
serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa
dicegah.
15
1.7 Kontra Indikasi Analisa Gas Darah
1. Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma (Irwin&
Hippe, 2010).
2. Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi tetap
dipaksa untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis,
maka akan terjadi thrombosis dan beresiko mengganggu viabilitas
tangan.
Test Allen’s merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di
tangan, hal ini dilakukan dengan cara yaitu: pasien diminta untuk
mengepalkan tangannya, kemudian berikan tekanan pada arteri
radialis dan arteri ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta
pasien unutk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri,
observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus
memerah dalam 15 detik, warnamerah menunjukkan test allen’s
positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test
allen’s negatif. Jika pemeriksaan negative, hindarkan tangan tersebut
dan periksa tangan yang lain.
3. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah
perifer pada tempat yang akan diperiksa
4. Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan dengan
antikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif
Analisa Gas Darah ( AGD ) atau yang disebut dengan Arterial Blood
Gas (ABG) analysis atau Blood Gas Analisa (BGA) adalah sebuah
pemeriksaan atau tes yang mengukur jumlah oksigen dan karbondioksida
dalam darah, dan keasaman (pH) dalam darah.
1. Pra-analitik
1.1 Alat-Alat :
a) Spuit Disposable 2.5 cc
16
b) Perlak/alas
c) Antikoagulan Heparin / Lithium Heparin
d) Kapas alkohol
e) Bak spuit
f) Bengkok
g) Penutup udara dari karet
h) Wadah berisi es (baskom atau kantong plastik)
i) Beri label untuk menulis status klinis pasien yang meliputi
: nama, tanggal dan waktu, apakah menerima O2, bila ya
berapa liter dan dengan rute apa
17
b. Brachial Artery / Arteri Brachialis
Arteri yang berada pada medial anterior bagian antecubital
fossa, terselip diantara otot bisep. Ukuran arteri besar sehingga
mudah dipalpasi dan ditusuk. Sirkulasi kolateral cukup, tetapi
tidak sebanyak RA. Kesulitannya letak arteri lebih dalam,
letaknya dekat dengan basillic vein dan syaraf median,
kemungkinan terjadi hematoma.
18
d. Pada bayi : Arteri kulit kepala dan arteri tali pusat.
e. Pada orang dewasa : Arteri dorsalis pedis.
19
7. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis, bersihkan tempat tersebut
dengan kapas alkohol
8. Setelah melakukan tindakan sepsis/antisepsis, jarum 5-10 mm
ditusukkan pada daerah distal dari jari pemeriksa dengan
menekan arteri. Jarum ditusukkan dengan membentuk sudut
30o dengan permukaan lengan dengan posisi lubang
jarum/bevel menghadap ke atas
9. Jarum yang masuk ke arteri akan menyebabkan torak semprit
terdorong oleh tekanan darah
10. Pada pasien hipotensi, torak akan ditarik perlahan (jangan
terlalu cepat karena akan menghisap udara), indikasi satu-
satunya bahwa darah tersebut darah arteri adalah adanya
pemompaan darah dalam spuit dengan kekuatan sendiri
11. Sejumlah darah yang diperlukan terpenuhi (minimal 1 ml),
cabut jarum dengan cepat dan di tempat tusukan jarum lakukan
penekanan dengan jari selama 5 menit untuk mencegah
keluarnya darah dari pembuluh arteri (10 menit untuk pasien
yang mendapat antikoagulan)
12. Lepaskan jarum dan tempatkan penutup udara pada spuit, putar
spuit diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin
13. Spuit diberi label dan tempatkan dalam es atau air es/termos
berisi air es dan es batu [semprit dibungkus plastik agar air
tidak masuk dalam semprit, keaadan dingin (4oC) bertujuan
memperkecilterjadinyaperubahanbiokimiawi/proses
metabolisme yang akan meningkatkan CO2 kemudian langsung
dibawa ke laboratorium
20
sampai mencederai nervus medius yang letaknya
berdampingan dengan arteri brakhialis
2. Lengan pasien dalam keadaan ekstensi maksimal, siku
dihiperekstensikan setelah meletakkan handuk di bawah siku
3. Raba denyut arteri brakhialis dengan jari
4. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis
5. Tusukkan jarum dengan sudut 45o dan lubang jarum
menghadap ke atas, 5-10 mm distal dari jari pemeriksa yang
menekan pembuluh darah
6. Setelah pengambilan, tekan daerah tusukan selama 5 menit
atau lebih hingga perdarahan berhenti
Catatan : Penambahan lithium heparin 240-250 unit tiap 1 cc
darah.
2. Analitik
Sampel darah arteri diperiksa dengan menggunakan alat BGA.
3. Pasca Analitik
1. Langkah-Langkah Mengevaluasi Hasil
Langkah-langkah yang dianjurkan untuk mengevaluasi nilai gas
darah arteri adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi pH
pH <7,35 = asidosis
pH >7,45 = alkalosis
pH = 7,4 = normal
pH normal dapat menunjukkan gas darah yang benar-benar
normal atau pH yang normal ini mungkin suatu indikasi
ketidakseimbangan yang terkompensasi. Ketidakseimbangan
yang terkompensasi adalah suatu ketidakseimbang dimana
tubuh mampu memperbiki pH baik dengan perubahan
21
respiratorik maupun metabolik (tergantung pada masalah
utama).
b. Menentukan penyebab primer gangguan dengan mengevaluasi
PaCO2 dan HCO3 yang hubungannya dengan pH
pH >7,4 = alkalosis
- Jika PaCO2< 40 mmHg : gangguan primer adalah
alkalosis respiratorik (situasi ini timbul jika pasien
mengalami hiperventilasi dan lebih banyak CO2 yang
dikeluarkan)
- Jika HCO3 >24 mEq/L : gangguan primer adalah
alkalosismetabolik (situasi ini timbul jika tubuh
memperoleh terlalu banyak bikarbonat, suatu substansi
alkali, bikarbonat adalah basa, atau bagian alkali dari
sistem buffer asam karbonik bikarbonat)
pH <7,4 = asidosis
- Jika PaCO2 >40 mmHg : gangguan utama adalah
asidosis respiratorik (situasi ini timbul jika pasien
mengalami hipovalensi dan karenanya menahan terlalu
banyak CO2, suatu substansi asam)
- Jika HCO3 <24 mEq/L : gangguan primer adalah
asidosis metabolik (situasi ini timbul jika kadar
bikarbonat dalam tubuh turun, baik karena kehilangn
langsung bikarbonat atau karena penambahan asam
seperti asam laktat atau keton
c. Menentukan apakah kompensasi telah terjadi
Hal ini dengan melihat nilai selain gangguan primer. Jika
nilai ini bergerak kearah yang sama dengan nilai primer,
kompensasi sedang berjalan.
22
Nilai normal Analisa Gas Darah :
Arteri Vena
pH 7,35 – 7,45 7,31 – 7,41
PC 4,7 – 6,0 5,5 – 6,8
O2 35 – 45 41 – 51
(kP 22 – 28 23 – 29
a)
PO 10,6 – 13,3 4,0 – 5,3
PC
2 80 – 100 30 – 40
O2
(kP >95 75
BE
(m
a) -2 - +2 -3 - +3
mH
PO
g)
2
Bik
(m
arb
mH
ona
g)
t
Sa
(m
O2
mol
(%)
/L)
23
BAB III
QUALITY CONTROL
Prinsip :
Gas sampel yang diambil melalui probe akan masuk ke setiap sampel sel
secara bergiliran dimana gas sampel akan dibandingkan dengan gas
standar melalui pemencaran system infra-red dimana akan menghasilkan
perbedaan panjang gelombang yang akan dikonversi receiver menjadi
signal analog (420).
Cara Pengoperasian
1. Nyalakan power ON
2. Setiap pertama kali menghidupkan alat, lalu kalibrasi dengan cara
tekan calibrate kemudian enter. alat akan melakukan kalibrasi secara
otomatis.
3. Apabila ada sample pemeriksaan sebelum melakukan pemeriksaan
tekan status untuk mengetahui kondisi apakah PH, PCO2 dan PO2
kondisinya OK. Jika OK sample langsung dapat diperiksa. Apabila
kondisinya UC (Un Caliblasi) lakukan kalibrasi yaitu tekan calibrate
kemudian enter.
24
4. Apabila alat sudah dalam kondisi ready for analysa berarti alat sudah
siap melakukan pemeriksaan, tekan Analyzer. Selang pengisap sample
akan keluar secara otomatis kemudian masukan sample bersamaan
tekan lagi analyzer sampai sample terhisap secara otomatis selang
akan masuk sendiri.
25
1. Kesalahan teknik pengambilan spampel darah pada pasien
2. Pengambilan sampel darah arteri tidak sesuai SOP
3. Spesimen darah tidak homogen dengan antikoagulan heparin
4. Udara masuk kedalam spuit
5. Spesimen terpapar udara
6. Penundaan test
7. Sampel tidak disimpan dalam suhu dingin saat transport
8. Sampel tidak dihomogenkan secara adekuat sebelum analisis
9. Ada gelembung udara pada sampel yang di analisis
10. Ada bekuan pada sampel
11. Menganalisis sampel yang sudah beku
1) Faktor pasien
a) Suhu
26
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi
gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang
berlebihan akan menurunkan tekanan CO2
(kelebihan heparin 20% dari jumlah spesimen:
penurunan palsu PCO2 sebanyak 16%), sedangkan
pH tidak terpengaruh karena efek penurunan
CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
c) Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang
hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan
oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu,
sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah
pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa,
dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa
jam.
d) Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan
tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan
PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
27
analisis. Jika perlu, bersihkan secara manual sampel chamber dan
saluran dengan larutan yang direkomendasikan oleh perusahaan.
2. Sumbatan saluran analizer atau adanya ruang pada aliran sampel
dapat mengakibatkan kerusakan pada temperature control.
3. Fibrin strand dan bekuan kecil may develop dapat menaikkan suhu
chamber. Hal ini mempengaruhi pengukuran elektrode pada darah,
gas dan buffer.
4. Mikroprosessor display analyzer perlu di pemeliharaan secara rutin.
5. Regular maintenance direkomendasikan untuk BGA, dimana waktu
telah terjadwal. Termasuk pemeliharaan secara rutin setiap hari,
setiap minggu atau setiap bulan.
6. Kendali mutu internal yang terjadwal dapat dilakukan untuk melihat
kualitas performa alat sebagai bagian dari QC dan kalibrasi secara
manual, atau dilakukan dengan Electronic QC yang terdapat pada
alat.
7. Pemeliharaan secara hati-hati dan tepat waktu disertai dengan
spesimen yang berkualitas akan menghasilkan hasil yang akurat.
8. Frekuensi maintenance berhubungan langsung dengan performa
kerja alat.
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
29
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Ketut Jayati Utami. Tesis. Korelasi Positif Nilai Analisis Gas Darah Vena
Sentral Dengan Analisis Gas Darah Arteri Pada Pasien Kritis Di Ruang
Terapi Intensif. 2014: Universtas Udayana Denpasar. Diakses dari
www.pps.unud.ac.id/thesis/.../unud-990-2054943610-
tesis%20utami.pdf pada hari Selasa, 27 Oktober 2015.
Delost, Maria. 2014. Blood Gas and Critical Care analyte Analysis Chapter 6.
Diakses dari pada hari Selasa, 27 Oktober 2015.
Edijanto. Analisis Asam Basa : Cara Interpretasi Dan Contoh Kasus. Surabaya : Unair.
Afifah, Efy. Pemeriksaan Astrup/Analisa Gas Darah. Jakarta: UI. Diakses dari
staff.ui.ac.id/system/files/users/afifah/material/agd.pdf pada hari Selasa,
27 Oktober 2015.
http://nurulbutterfly.blogspot.co.id/2013/06/analisa-gas-darah-agd.html
pada hari Senin, 5 Oktober 2015
Pras, A. 2012. 6 Langkah Mudah Membaca Analisa Gas Darah. Diakses dari
http://thisisyourway.blogspot.co.id/2012/12/6-langkah-mudah-membaca-
analisa-gas.html pada hari Senin, 5 Oktober 2012.
30