BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker kolorektal merupakan suatu jenis penyakit keganasan atau tumor ganas yang
tumbuh dan berkembang dalam struktur lapisan epitel kolon atau rektum (Sjamsuhidayat, 2006;
American Cancer Society, 2011; Healtcare Improvment Scotland, 2011). Meningkatnya insiden
kanker kolorektal sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan gaya hidup. Pengaruh lingkungan
khususnya diet mempunyai peranan penting dan dapat menjadikan penyebab terjadinya kanker
kolon dan rektum. Tingginya kosumsi protein hewani, lemak dan rendahnya kosumsi makanan
rendah serat merupakan faktor insiden yang tinggi terjadinya kanker kolon (Desen, 2011). Faktor
keturunan dapat juga berperan sebagai pencetus timbulnya kanker jenis ini. Pengaruh genetik
yang berasal dari sindrom karsinoma poliposis dapat menjadi predisposisi genetik timbulnya
penyakit kanker. Terdapat pengaruh dari sejumlah sidroma genetik menurut hukum mandel dan
kecenderungan terjadi pada tumor jinak dan ganas. Garis keturunan pertama (first degree
relatives) dari pasien yang menderita karsinoma kolorektal mempunyai risiko tiga kali lipat lebih
besar (Kamp, 2004; Sjamsuhidayat, 2006). Perkembangan kanker kolorektal merupakan interaksi
antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor lingkungan multipel beraksi terhadap
predisposisi genetik yang didapat dan berkembang menjadi kanker kolorektal (Robbins, 2005).
Menurut Departemen Kesehatan (2006), kanker kolon dan rektum menempati urutan
ketiga terbanyak di Indonesia. Data yang dikumpulkan dari 13 pusat kanker di Indonesia, kanker
kolorektal merupakan salah satu dari 5 kanker yang paling sering terjadi baik pada pria maupun
wanita. Kasus kanker kolorektal di Indonesia mencapai 1,8 per 100.000 penduduk dan
berdasarkan data rekam medik hanya didapatkan 247 penderita dengan catatan lengkap, terdiri
dari 203 (54,57%) pria dan 169 (43,45%) wanita berusia antara 20-71 tahun (Depkes 2006; RS.
Dharmais). Sejak tahun 1994-2003, terdapat 372 keganasan kolorektal yang datang berobat ke
RS Kanker Dharmais. Berdasarkan survei Jakarta Cancer Regestry yang dilakukan pada 79
rumah sakit di Jakarta menempatkan kanker kolorektal pada urutan ketiga. Insiden kanker
kolorektal pada laki-laki mencapai 12,49% menduduki urutan ketiga setelah kanker paru dan
prostat, sedangkan pada perempuan dengan prosentase kasus 11,68%, menduduki urutan ketiga,
setelah kanker payudara dan servik (Palupi, 2013). Kejadian penyakit kanker kolon cukup tinggi
dan kejadian terus meningkat pada usia 40 tahun (Sjamsuhidayat, 2006).
Adapun Tujuan penulisan ini adalah untuk menggambarkan tentang etiologi,patofisiologi
manifestasi klinis,dan membahas asusan keperawatan kanker Sigmoid.
1
j
2
j
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kanker Sigmoid
Neoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal
akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma
terbagi atas jinak atau ganas. Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker
(cancer). (SylviaA Price,2005).
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling sering ditemukan
daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik;
tanda dan gejala awal biasanya tidak ada.
(Susan Martin Tucker,1998).
Kanker kolorektal atau kanker Sigmoid adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam
permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan
sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang
tumbuh sangat cepat).(www.republika.co.id).
2.2 Etiologi
3
j
Penyebab kanker kolorektal tidak diketahui persis. Terjadi secara sama pada laki- laki dan
perempuan dan pada semua grup etnis tetapi angka prevalensi dan mortalitas tertinggi terjadi
pada keturunan Afrika dan Amerika. Kanker ini mungkin berhubungan dengan residu rendah,
diet tinggi lemak dan makanan yang diproses dengan asupan buah dan sayur yang tidak adekuat.
Terdapak angka kejadian yang lebih tinggi dikota, negara industri,dan pada klien obesitas dan
dengan gaya hidup pasif.
Faktor-faktor yang berperan antara lain; hereditas, diet, penyakit kolon nonkarsinoma, dan
lainnya seperti defisiensi molibdenum, kosumsi aspirin atau NSAID yang terus menerus (Price &
Wilson, 2006; Black & Hawks, 2009; Desen, 2011).Resiko terkena kanker kolon untuk generasi
pertama meningkat menjadi tiga kali. Familial adenomatous polyposis (FAP) adalah kelainan
yang diturunkan secara autosomal dominan yang ditandai oleh ratusan hingga ribuan adenoma
kolorektal pada usia 20-30 tahun (Half, 2009). Hereditary nonpolyposis colorectal cancer
(HNPCC) merupakan kelainan yang dturunkan secara autosomal dominan dan ditandai oleh
gangguan pada DNA mismatch repair. Karakteristik HNPCC adalah onset yang lebih awal pada
usia 50 tahun, lokasi pada kolon proksimal, dan adanya tumor diluar kolon yang bervariasi
lokasinya (Robinson, 2006; Black & Hawks, 2009).Faktor diet umumnya disebabkan karena
kosumsi makanan tinggi protein hewani, lemak dan rendah serat. Makanan menjadi menjadi
faktor insiden yang tinggi terjadinya kanker kolon. Masukan tinggi lemak akan merangsang lebih
banyak sekresi empedu, hasil uraian asam empedu yang banyak dan aktifitas bakteri anaerob
dalam usus meningkat sehingga karsinegen sebagai pemicu karsinogenesis dalam usus
bertambah dan mengarah timbulnya kanker kolon (Price & Wilson, 2006; Black & Hawks, 2009;
Desen, 2011).
2.3 Manifestasi Klinis Kanker Sigmoid
Kanker kolon pada stadium dini tidak menunjukkan gejala yang jelas, namun setelah
penyakit progresi ke tingkat tertentu baru muncul gejala klinis. Gambaran klinis kanker kolon
yang paling sering adalah perubahan kebiasaan defekasi, perdarahan, nyeri, anemia, anoreksia
dan penurunan berat badan. Tanda iritasi usus dan perubahan defekasi diantaranya sering buang
air besar, diare atau konstipasi, kadangkala obstipasi dan diare silih berganti, tenesmus, sering
muncul nyeri samar abdomen. Gejala klinis hematokezia terjadi saat luka ulserasi berdarah,
kadang darah merah atau gelap, biasanya tidak banyak, intermiten. Pada posisi yang tinggi darah
dan feses bercampur akan menjadikan feses seperti selai hitam. Pembesaran massa yang tumbuh
di daerah abdomen dapat diraba adanya massa dan sering ditemukan pada kolon belahan kanan.
Gejala pengurusan, demam, astenia dan gejala toksik sistemik lain dikarenakan oleh
pertumbuhan tumor yang menghabiskan nutrisi tubuh, perdarahan kronis jangka panjang dan
infeksi sekunder tumor yang menyebabkan demam dan gejala toksik (Price & Wilson, 2006;
Black & Hawks, 2009; Desen, 2011).
2.4 Anatomi dan Fisiologi
Kolon dibagi menjadi empat bagian yaitu; asenden, transversum, desenden dan sigmoid.
Secara klinis kolon dibagi menjadi dua yaitu kolon belahan kanan dan kiri. Kolon belahan kanan
terdiri dari sekum, kolon aseden, dan duapertiga kolon transversum sedangkan kolon belahan kiri
terdiri dari kolon transversum, desenden dan sigmoid. Kolon kanan belahan kanan diperdari oleh
mesenterika superior sedangkan yang kiri diperdarahi oleh masenterika inferior. Fungsi utama
belahan kanan untuk menyerap air, glukosa garam anorganik dan sebagaian asam empedu,
4
j
sedangkan kolon belahan kiri untuk storasi dan eksresi feses (Price & Wilson, 2006; Black &
Hawks, 2009). Secara anatomis posisi rektum berada sejajar dengan vertebra sakrum ketiga
sampai dengan garis anorektal. Rektum terbagi menjadi dua bagian yaitu; bagian ampula dan
spincter. Bagian spinter dinamakan annulus hemoroidalis yang dikelilingi oleh muskulus levator
ani dan fascia coli dari fascia supra ani. Bagian ampula terbentang mulai dari vertebra sakrum
ke-3 sampai diagfragma pelvis pada insersio muskuluslevator ani. Panjang rektum sekitar 12-
15cm dengan keliling 15 cm pada bagian rectosigmoid junction, dan 35 cm pada daerah ampula.
Dinding rektum mempunyai 4 lapisan yaitu; mukosa, submukosa, muskularis dan lapisan serosa
(Price & Wilson, 2006; Black & Hawks, 2009).
SIGMOID
Kolon sigmoid.
Sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk lengkungan
huruf S. Terbentang mulai dari apertura pelvis superior (pelvic brim) sampai peralihan menjadi
rektum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini ditandai dengan berakhirnya ketiga teniae
coli dan terletak + 15 cm di atas anus.Kolon sigmoid tergantung oleh mesokolon sigmoideum
pada dinding belakang pelvis sehingga dapat sedikit bergerak bebas (mobile).
FISIOLOGIS
. Kolon sigmoid adalah struktur berbentuk S, yang berisi otot, bahwa kontraksi untuk membuat
tekanan dalam usus besar, untuk mengeluarkan kotoran dan memindahkan kotoran ke rektum.
Fungsi utama usus besar adalah untuk menyerap air, menyimpan limbah, penyerapan beberapa
vitamin (seperti vitamin K), penebalan dan pengeluaran dari tinja. Rumah usus yang besar
sekitar 700 spesies bakteri, yang membantu dalam fermentasi serat dalam bahan makanan.
Bakteri ini juga menghasilkan sejumlah besar vitamin, seperti vitamin K dan biotin (vitamin B),
yang diserap ke dalam darah
2.5 Klasifikasi
5
j
6
j
2.8 Penatalaksanaan
Terapi primer untuk pengobatan kanker kolon adalah dengan pembedahan. Terapi
kemoterapi digunakan sebagai tambahan untuk menjaga tumor tidak tumbuh lagi. Kemoterapi
digunakan untuk menghilangkan atau menekan pertumbuhan tumor yang ada di hepar. Radiasi
dan kemoterapi dapat diberikan sendiri-sendiri atau bersama-sama. Terapi kombinasi dapat
meningkatkan survival pasien kanker kolon (Black & Hawks, 2009).
2.9 Komplikasi
Komplikasi yang berhubungan dengan fistula enterocutaneous yang umum terjadi adalah sepsis,
malnutrisi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Fistula enterocutaneous akibat kegagalan
penyembuhan akibat pembedahan, cidera atau infeksi merupakan salah satu komplikasi yang paling
ditakuti karena menghasilkan tingkat morbiditas dan motalitas secara significant. (William, 2010).
7
j
8
j
C. Pemeriksaan Fisik
Pada survei umum terlihat lemah , TTV biasanya normal tetapi dapat berubah sesuai dengan
kondisi klinik
1. Kepala
Warna Rambut Hitam,Keadaan Rambut Rontok,Kulit Kepala Bersih
2. Mata (kanak/kiri)
Posisi simetris,Alis mata memanjang,kelopak Mata Menutupi pupil,Konjungtiva
Anemis,sclera Putih,Pupil respon cahaya baik.
3. Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada pernapasan cupinghidung, tidak ada
cyanosis, tidak ada secret pada hidung, tidak ada deviasi septum.
4. Mulut
Gigi sisa sisa makanan
5. Telinga
Simetris
6. Leher
Terdapat secret yang kering pada kasa balutan. Terdapat benjolan pada leher sebelah kiri,
pada saat diraba mempunyai ukuran seperti kelereng, benjolan teraba keras dan sulit digerakan.
7. Dada
Inpeksi : pergerakan dada simetris, tidak ada deviasi trakea, tidak ada retraksi
interkostalis, frekuensi nafas 22x/ menit.
Auskultasi :Suara nafasWheezing.
Palpasi : Premitus Sama kiri dan kanan
Perkusi : suara paru terdengar resonan
8. Jantung
9. Abdomen
Ada keluhan pada abdomen,
Inpeksi : Perut kembung
Auskultasi : biasanya normal
Palpasi : nyeri tekan abdomen pada area lesi .
Perkusi :Timpani akibat abdominal mengalami kembung
9
j
11. Rektum
Pemeriksaan rektum feses akan didapatkan adanya perubahan bentuk dan warna feses . sering
didapatkan bentuk feses dengan kaliber kecil seperti pita . gejala yang sering muncul
dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adanya nyeri dangkal abdomen dan melena ( feses hitam
seperti ter ) . gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan
dengan obstruksi ( nyeri abdomen dan kram , penipisan feses , konstipasi , dan distensi ) . serta
adanya darah merah segar dalam feses.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian dianostik yang dapat membantu adalah dengan pemeriksaan abdomen dan rektal .
prosedur pemeriksaan diagnostik paling penting untuk kanker kolonadalah pengujian darah
samar , enema barium ,proktosigmoidoskopi dan kolonoskopi . sebannyak 60% dari kasus
kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan Sigmoidoskopi dengan biopsi atau asupan sitologi.
10
j
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri Akut Berdasarkan kerusakan integritas jaringan , Respons pembedahan " D0077"
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berdasarkan intake makanan yang
kurang adekuat" D0019"
3. Resiko tinggi infeksi berdasarkan adanya port de entree luka pascabedah "0142"
INTERVENSI KEPERAWATAN
11
j
12
j
13
j
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kanker kolon adalah suatu kanker yang berada di colon. Kanker kolon merupakan penyakit
yang bukan sembarangan namun bukan pula penyakit yang tidak bisa disembuhkan.Kanker
kolon adalah penyebab kedua kematian di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru ( ACS
1998). Penyakit ini termasuk penyakit yang mematikan karena penyakit ini sering tidak
14
j
diketahui sampai tingkat yang lebih parah. Kanker usus bila dideteksi dan ditangani dengan cepat
maka peluang untuk sembuh total pun akan semakin besar peluangnya. Pembedahan adalah
satu-satunya cara untuk mengubah kankerkolon. Penyebab dari pada kanker Colon tidak
diketahui. Diet dan pengurangan waktu peredaran pada usus besar (aliran depan feces) yang
meliputi faktor kausatif. Petunjuk pencegahan yang tepat dianjurkan oleh Amerika Cancer
Society (The National Cancer Institute), dan organisasi kanker lainnya.
3.2 SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kita
tentang asuhan keperawatan klien dengan Kanker kolon. Kami selaku penulis sadar bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca agar makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/234761443/Asuhan-Keperawatan-CA-Colon
http://analiskesehatand3.blogspot.com/2016/10/anatomi-fisiologi-usus-besar.html?m=1
http://www.academia.edu/30818609/MAKALAH_TENTANG_CA_COLON_TUGAS_KEPERA
WATAN_MEDIKAL_BEDAH_ASKEP_PADA_PASIEN_CANCER_COLON
http://www.academia.edu/9017144/ASKEP_CA_Kolon_Kanker_Kolon
15