Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

1. LAPORAN PENDAHULUAN
a. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan/tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Arif Mansjoer, dkk,
2000). Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh
trauma tenaga fisik (Sylvia. A. Wilson, 2005)
Fraktur Antebrachii adalah terputusnya continuitas tulang radius
ulna. Pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung
tulang yang patah masih berhubungan satu sama lain. Gambaran klinis
fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena
fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai disiokasi
fragmen tulang.

b. Klasifikasi fraktur
Fraktur dapat diklasifikasikan berdasarkan atas:
1) Fraktur berdasarkan tipe luasnya jaringan yang robek serta lokasi:
a) Complete Fraktur
Adalah patah tulang yang luas tulang terbagi menjadi dua
bagian dengan garis patahnya menyebrangi dari satu sisi ke sisi
yang lain sehingga seluruh korteks terkena.
b) Incomplete Fraktur
Patah tulang yang garis patahnya tidak menyebrang sehingga
tidak mengenai korteks.
2) Fraktur menurut hubungan dengan lingkungan
a) Fraktur terbuka (open)
Adalah patah tulang yang pragmen-pragmennya berhubungan
dengan dunia luar.
b) Fraktur tertutup (closed)
Adalah patah tulang yang pragmen-pragmen tulang tidak
berhubungan dengan dunia luar.
3) Fraktur menurut pola/sudut patah
a) Fraktur transversal
Adalah fraktur yang jenis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tranversal.
b) Fraktur oblique
Adalah fraktur yang sudut patahnya membentuk sudut terhadap
tulang.
c) Fraktur spiral
Adalah fraktur yang timbul akibat torsi pada extremitas
4) Fraktur menurut tipe
a) Fraktur orwsi
Tertariknya fragmen tulang oleh ligamen/terdon pelekatnya
b) Fraktur compresi
Frakturnya terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang
ketiganya yang berada diantaranya.
c) Fraktur cominuted
Fraktur yang terdapat lebih dari dua pragmen tulang (serpihan-
serpihan)
d) Fraktur patologik
Fraktur pada tulang yang berpenyakit
e) Fraktur green stik
Fraktur yang tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak
korteks dan tulangnya diprosteomkan sebagai masih utuh.
5) Fraktur menurut jumlah garis patah
a) Fraktur kominutif
Adalah fraktur yang garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
b) Fraktur segmental
Adalah garis patah lebih dari satu tetapi tidak berhubungan
c) Fraktur multiple
Adalah garis atah lebih dari satu tetapi pada tulang yang
berlainan tempatnya.

c. Etiologi
a) Trauma
b) Kontraksi otot ekstrem
c) Keadaan patilogis, osteoporosis, neoplasma

d. Manifestasi Klinis
1) Nyeri
2) Deformitas : pergeseran fragmen fraktur yang dapat diketahui
dengan membandinglan extremitas yang normal.
3) Pemendekan: karena kontraksi otot yang melesat diatas dan
dibawah tempat fraktur.
4) Pembengkakan dan perubahan warna local: terjadi akibat
perdarahan dan trauma yang mengikuti fraktur, tanda ini muncul
setelah beberapa jam/hari post cedera.
5) Krepetasi : saat diperiksa terasa adanya derik tulang yang timbul
akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lain.
6) Gerakan abnormal
7) Hilangnya fungsi daerah yang cedera.

e. Pemeriksaan penunjang
1) Fhoto Rontgen ( x : Ray) melihat kepadatan tulang, lokasi, tekstur,
erosi pada tulang.
2) CT Scan : melihat rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan
dapar memperlihatkan tumor jaringan lunak/cedera
ligament/tendon.
3) MRI : melihat abnormalitas (tumor, penyempitan jalur jaringan
lunak melalui tulang).
4) Angografi: melihat struktur vaskuler
5) Lab PL dan creatinin

f. Penatalaksanaan Medis
1) Recognisi/pengenalan
Pengenalan mengenai diagnosis pada te,pat kejadian kecelakaan
dan kemudian di RS riwayat kecelakaan parah tidaknya, jenis
kekuatan yang berperanan menentukan kemungkinan tulangnya
patah dan pemeriksaan spesifik untuk fraktur.
2) Reduksi/setting tulang
Mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi
anatomis dibedakan menjadi:
a) Reduksi tertutup : dilakukan dengan mengembalikan fragmen
tulang keposisinya dengan manipulasi dan traksi manual (Gips,
bidai)
b) Traksi : digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi, beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot
yang terjadi.
c) Reduksi terbuka : dengan pendekatan bedah, fragmen tulang
direduksi, alat fixasi interna dengan bentuk pin kawat, sekrup,
plat, paku/batangan logam digunakan sampai penyembuhan
terjadi.
3) Imobilisasi Fraktur
Setelah direduksi fragmen tulang harus diimobilisasi
/dipertahanklan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai
terjadi penyatuan.
4) Rehabilitasi
a) Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
b) Meninggikanuntuk meminimalkan pemperagakan
c) Memantau status neurovaskuler
d) Mengontrol kecemasan dan nyeri
e) Latihan isometric dan setting otot
f) Berpartisipasiu dalam aktifitas hidup sehari-hari
g) Kembali keaktifitas secara bertahap

g. Stadium penyembuhan fraktur


1) Hematum
Terbentuk dari darah yang mengalir dari pembuluh darah yang
robek hematom dibungkus dengan jaringan lunak sekitar
(peristeum dan otot) waktunya biasanya 1-2 hari post trauma.
2) Proliferai cell
Berproliferasi dari lapisan dalam periosteum sekitar lokasi fraktur
dengan sel-sel pembentuk tulang.
3) Callus
Osteoblast membentuk tulang lunas (kallus). Lapisan ini terus
menerus menebal dan meluas bertemu dengan lapiran halus dari
fragmen satunya dan menyatu, waktunya 6-10 post trauma.
4) Consolidation
Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi, fraktur teraba
menyatu secara bertahap menjadi tulang matur, terjadi pada hari ke
3-10 post trauma.
5) Pemodelling
Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi
ekstremitas fraktur, tulang yang berlebihan dibuang oleh
osteoklast, pada anak-anak fase ini dapat sempurna, dewasa masih
ada penebalan tulang.
h. Komplikasi
1) Komplikasi segera
a) Kulit: abrasi, laserasi, penetrasi
b) Pempuluh darah robek
c) Syok
d) Emboli lemak
e) Trombosis vena
2) Komplikasi lama
a) Saraf : kelumpuhan saraf lambat
b) Tulang :
(1) Manunion : tulang bersambung disertai deformitas
(2) Delayed: penyambungan tulang lambat
(3) Nonunion: tulang tidak menyambung kembali

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Pengkajian
a. Data subyektif
1) Pasien mengatakan cemas dengan keadaannya
2) Pasien mengeluh nyeri pada daerah fraktur
3) Pasien mengeluh lemah
b. Data obyektif
1) Pasien tampak meringis
2) Pasien tampak bertanya-tanya
3) Hipotesis
c. Data subyektif intra operasi
Pasien mengatakan lemas, pasien mengeluh pusing
d. Data obyektif intrs operasi
1) Pasien tampak lemah
2) Pendarahan dan bengkak pada area fraktur
e. Data subyektif post operasi
1) Pasien mengeluh nyeri pada daerah fraktur
2) Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktifitasnya
f. Data obyektif
1) Pasien tampak meringis
2) Kehilangan fungsi pada bagian yang fraktur
3) Tampak pergeseran tulang pada x-ray
2. Diagnosa keperawatan
a. Diagnosa keperawatan pre operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
terhadap fraktur/trauma jaringan dan spasme otot sekunder
terhadap pembedahan.
2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan.
3) Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan/kurangnya
pengetahuan tentang penyakitnya.
b. Diagnosa keperawatan intra operasi
1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan
c. Diagnosa keperawatan post operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap
fraktur dan spasme otot sekunder terhadap pembedahan.
2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan
ketahanan sekunder akibat fraktur.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sisi masuk
mikroorganisme sekunder terhadap pembedahan/trauma
2. Perencanaan
Perencanaan keperawatan dibuat berdasarkan diagnosa
Pre operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap
praktus dan spasma otot sekunder terhadap pembedahan
Tujuan : nyeri terkontrol
Kriteria hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang/takontrol, tanda-
tanda vital dalam batas normal, pasien tidak tampak
meringis.
Intervensi
1) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : peningkatan nadi dan tekanan darah menunjukkan
adanya peningkatan rasa nyeri
2) Kaji respon nyeri dengan tehnik PQ RST
Rasional : mempengaruhi pemilihan keefektifan intervensi
3) Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
Rasional : Dapat mengalihkan rasa nyeri dan meningkatkan rasa
kontrol terhadap nyeri
4) Beri lingkungan yang tenang
Rasional : Mengurangi stimulus nyeri
5) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Pemberian analgetik bisa membloks nyeri pada spinal
cord
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan
Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil : perdaharan dapat dihentikan, tanda-tanda syok
hypovolemik tidak ada (hipotensi, akral dingin)
Intervensi :
1) Awasi masukan dan kekurangan cairan dengan cermat
Rasional : memberikan indikator/informasi tentang
keseimbangan cairan
2) Observasi tanda-tanda vital dan turgor kulit
Rasional : Menunjukkan status dehidrasi
3) Kolaborasi tentang pemberian cairan per intra vena, tranfusibila
anemia
Rasional : Untuk mempertahankan perfusi jaringan
c. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan/kurangnya
pengetahuan tentang penyakitnya
Tujuan : lemas terkontrol/teratasi
Kriteria hasil : pasien tenang, pasien tidak bertanya-tanya tentang
penyakitnya
Intervensi :
1) Kaji tingkat cemas pasien
Rasional : agar tidak terjadi ansietas
2) Berikan kit tentang proses penyakitnya
Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan pasien
3) Libatkan keluarga/pasien dalam membuat keputusan
Rasional : meningkatkan kontrol perasaan dan meningkatkan
kemandirian
4) Beri kesempatan untuk mengungkapkan isi pikiran
Rasional : agar pasien merasa puas
Intra Operasi
a. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil : perdarahan dapat dihentikan, tanda-tanda syok tidak
ada, hipotensi, akral dingin
Intervensi :
1) Awasi masukan dan keluaran cairan dengan cermat
Rasional : memberikan indikator/informasi tentang
keseimbangan cairan
2) Observasi tanda-tanda vital dan turgor kulit
Rasional : menunjukkan status dehidrasi
3) Kolaborasi tentang pemberian cairan per intravena, tranfusi bila
anemia
Rasional : untuk mempertahankan perfusi jaringan
4) Beri kesempatan untuk mengungkapkan isi pikiran
Rasional : agar pasien merasa puas
Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap
fraktur dan spasme otot sekender terhadap pembedahan.
Tujuan : nyeri terkontrol
Kriteria hasil : pasien mengatakan nyeri berkurang/terkontrol tanda-
tanda vital dalam batas normal, pasiem tidak tampak
meringis.
Intervensi:
1) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : peningkatan nadi dan tekanan darah menunjukkan
adanya peningkatan rada nyeri.
2) Kaji respon nyeri
Rasional : mempengaruhi pemilihan keefektifan intervensi
3) Beri lingkungan yang tenang
Rasional : mengurangi stimulus nyeri
4) Ajarkan dan anjurkan tehnik distraksi dan relaksasi
Rasional : dapat mengalihkan rasa nyeri dan meningkatkan rasa
kontrol terhadap nyeri
5) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Pemberian analgetik bisa membloks nyeri pada spinal
cord
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan
ketahanan sekunder akibat fraktur
Tujuan: pasien dapat melakukan mobilitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteria hasil : pasien menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam
aktifitas, kebutuhan ADL tidak dibantu/terpenuhi
sendiri.
Intervensi :
1) Kaji tingkat mobilitas pasien
Rasional : untuk mengetahui sejauh mana pasien mampu untuk
bergerak
2) Libatkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan
karena tekanan
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh
3) Bantu pasien dengan program latihan dan penggunaan alat
mobilisasi
Rasional : Melakukan mobilisasi merupakan program pemulihan
yang sangat penting sehingga kontraktur bisa
diminanalkan
4) Bantu sebagian ADL pasien
Rasional : melakukan mobilisasi secara bertahap
5) Berikan perawatan kulit yang cermat dengan pelembab, ganti
pakaian basah
Rasional : mengurangi penekanan dan meningkatkan sirkulasi
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya sisi masuk
mikroorganisme sekunder terhadap pembedahan/trauma
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : tidak adanya tanda-tanda infeksi
Intervensi
1) Berikan perawatan aseptik dan antiseptik
Rasional : cara pertama untuk menghindari infeksi
2) Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan daerah yang
terpasang alat invansif
Rasional : memungkinkan untuk melakukan tindakan pencegahan
komplikasi.
3) Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi
Rasional : mengidentifikasi perkembangan paien
4) Colaborasi pemberian antibiotika
Rasional : untuk menurunkan terjadinya resiko infeksi
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan realisasi dari pengkajian diagnosa
keperawatan, tahap pelaksanaan dinilai setelah rencana tindakan untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan 9Nursalam, 2001)
4. Evaluasi
a. Pre Operasi
1) Nyeri terkontrol/berkurang
2) Volume cairan terpenuhi
3) Ansietas terkontrol
b. Intra operasi
1). Volume cairan terpenuhi
c. Post operasi
1) Nyeri terkontrol/berkurang
2) Pasien dapat melakukan mobilitas fisik dan kemampuannya
3) Infeksi tidak terjadi
WEB OF CAUTION : FRAKTUR

Kecelakaan, Cedera, Osteoporosis, Neoplasma

Kompresi tulang

Diskontinuitas tulang

Fraktur

Pre operatif Intra


] operasi Post operasi

Luka pembedahan Trauma jaringan


Perdarahan Terputusnya
interna Kontinuitan Perdarahan Stimulus nyeri
jaringan
Hypotensi Hipotesis - Pasien mengeluh nyeri
Stimulus nyeri - Tacikardia
Lamanya Syok hypovolemik - Wajah meringis
rangsangan
Resiko kekurangan
volume cairan
Nyeri Akut
Resiko kekurangan
volume cairan - pasien
mengeluh
Syok nyeri
hypovolemik - Tacikardi
- Wajah
meringin
Imobilisasi

Nyeri Akut
Luka pembedahan (traksi/gips)
Kurangnya
informasi Kontak dengan dunia Sindrom kurang
Perawatan diri
Kurang Kotak dengan dunia
pengetahuan luar
Kerusakan
mobilitas fisik
Cemas, gelisah Terkontaminasi

Ansietas
Resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Appley (2005) Fraktur antebrachii. http ; //www. Klikdokter.com. html. Acessed


12 Januari 2010

Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa Keperawatan. Edisi keenam. Jakarta : EGC.

Doeges, M.E. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan edisi ketiga. Jakarta : EGC.

Price, A. (2000). Patofisiologi edisi keempat. Jakarta : EGC

Rasjad (2006) pencegahan komplikasi fraktur. http://id.wikipedia.org/wiki/fraktur.


Acessed 12 Januari 2010

Sylvia L Wilson (2005) Phatofisiologi dan Konsep Dasar penyakit. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai