Anda di halaman 1dari 9

MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA


DALAM MATA PELAJARAN PRODUKTIF

Dadang Hidayat M.
Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung
e-mail: dadongupi@yahoo.co.id

Abstract: The Model of Teaching Factory to Promote Students’ Competence in Productive Sub-
jects. The present article reports on a research project using the model of six-step teaching factory known
as Model TF-6M. This R & D project was aimed at promoting students’ competences regarding productive
subjects at Vocational Schools. The six steps in the teaching factory model include receiving orders, ana-
lyzing orders, stating readiness in executing orders, execution of orders, doing quality control, and handing
over products to customers. Prior to the implementation of the steps, the students and teachers made some
agreements on the setting up of industrial atmosphere in the school, exercising communication skills, and
exercising analysis of orders. The model was developed in the time blocks of six weeks in the fourth semester
and six weeks in the fifth semester, which was subsequently followed with an exam on the competences.
The results indicate that the model was effective in promoting students’ productive competences.

Abstrak: Model Pembelajaran Teaching Factory untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa dalam
Mata Pelajaran Produktif. Model teaching factory enam langkah adalah model pembelajaran hasil
penelitian dengan menggunakan metode R&D. Model ini bertujuan meningkatkan kompetensi produktif
siswa SMK. Enam langkah dari satu siklus model ini, yaitu menerima pemberi order, menganalisis order,
menyatakan kesiapan mengerjakan order, mengerjakan order, melakukan quality control, dan menyerahkan
order. Sebelum siklus model dilaksanakan, siswa dengan guru melakukan kesepakatan menciptakan iklim
industri di sekolah, melakukan latihan berkomunikasi, dan berlatih menganalisis order. Model dilakukan
dalam blok waktu enam minggu pada semester empat, enam minggu pada semester lima dan dilanjutkan
dengan uji kompetensi. Hasil penelitian menunjukkan model ini efektif meningkatkan kompetensi produktif
siswa.

Kata Kunci: model teaching factory, iklim industri, kompetensi produktif, mata pelajaran produktif

Secara umum, kuantitas dan kualitas pendidikan tek- terhadap tuntutan kebutuhan lapangan kerja secara luas
nologi dan kejuruan di Indonesia masih harus diting- dan kurang berorientasi ke pasar kerja; serta pen-
katkan. Berbagai tantangan masih dihadapi dalam didikan keteknikan dan kejuruan di perguruan tinggi
penyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan. mengalami penurunan kualitas dan kuantitas.
Menurut Suranto (2006), permasalahan dan tantangan Salah satu kebijakan pembelajaran program tek-
tersebut adalah masih rendahnya partisipasi masyarakat nologi dan kejuruan yang didengungkan pemerintah
untuk membiayai pendidikan, terutama di bidang ke- dengan kebijakan link and match belum mampu men-
teknikan, vokasi, okupasi, bahkan saat ini terjadi ke- jawab masalah di tingkat bawah. Dari banyaknya
merosotan peminat kuliah di bidang keteknikan atau tantangan dan masalah, link and match diubah dengan
kejuruan. tantangan yang lain adalah tingginya persen- istilah we serve the real world, artinya apa yang di-
tase lulusan bidang keteknikan yang belum mendapat keluarkan oleh lembaga pendidikan dapat dilayani oleh
kerja; penyelenggaraan pendidikan program ketek- dunia kerja. Begitu pula sebaliknya, apa yang diingin-
nikan membutuhkan biaya yang tinggi dibandingkan kan dunia kerja dapat dilayani oleh lulusan lembaga
dengan pendidikan program ilmu sosial; kurikulum pendidikan terutama lulusan perguruan tinggi dan
yang selama ini dipakai kurang mempunyai tingkat sekolah menengah kejuruan (SMK). Oleh karena itu,
keluwesan dan terlalu terstruktur sehingga kurang peka harus dicari model pembelajaran dengan pendekatan

270
Hidayat M., Model Pembelajaran Teaching Factory Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa 271

integrated learning. Dengan menggunakan sarana Proses pendidikan dikembangkan berdasarkan replika
fasilitas yang dimiliki, sekolah menciptakan suasana perkembangan industri manufakatur. Pihak industri,
industri tanpa harus melibatkan industri secara lang- dengan semangat kerjasama sangat mendukung ga-
sung. Namun demikian, siswa merasakan suasana in- gasan tersebut dan memberikan fasilitas sebagai re-
dustri, terbina kecakapan hidup (life skill), dan tercapai kanan. Selain itu, pihak dosen dan mahasiswa siap
kompetensi kerja dalam suasana industri di sekolah. untuk melakukan rekognisi intelektualnya, melalui
Beberapa masukan terhadap kebijakan pemerin- konsep learning factory. Alef dan Berg (1996) mende-
tah maupun penyelenggara program studi agar cepat finisikan learning factory dalam konteks pendidikan
berbenah menurut Suranto (2006) adalah strategi pem- pemasaran produk industri, sebagai bekal pengetahuan
belajaran dari pendekatan supply driven ke demand dan keterampilan bagi para mahasiswa di suatu uni-
driven; pembelajaran dari berbasis kampus (campus versitas.
based programp) ke sistem berbasis industri (industrial Dengan demikian, sangat penting bagi para ma-
based program), pembelajaran model pengajaran ke hasiswa untuk mempunyai pengalaman belajar yang
model kompetensi dan menganut prinsip multy entry mereflikasikan atau mensimulasikan industri manu-
dan multy exit; serta pembelajaran program dasar yang faktur yang relevan. Berdasarkan realita, maka uni-
sempit menuju program dasar yang mendasar, kuat versitas mewujudkan suatu badan yang diberi nama
dan fokus atau focused based education dan pembe- The Manufacturing Engineering Education Partner-
lajaran yang mengakui keahlian yang diperoleh dari ship (MEEP). Tugas badan ini adalah melaksanakan
manapun. Pembelajaran yang dipandang dapat meng- program kerjasama antara universitas khususnya di
akomodasi kebutuhan-kebutuhan tersebut adalah lingkungan laboratorium dengan pihak industri terkait,
pembelajaran berbasis dunia kerja. Pada dasarnya ia baik dalam bentuk kurikulum dan pembalajarannya,
memiliki nilai kebermaknaan lebih tinggi, terutama maupun dalam pengkondisian sistem pelayanannya.
dalam memberikan pengalaman secara langsung kepa- Berdasarkan hasil kajian dari beberapa literatur
da siswa. Namun demikian, strategi ini membutuh- pendidikan Jerman, Austria, Inggris dan Francis; model
kan perancangan dan pelaksanaan pembelajaran lebih pendidikan teknologi dan kejuruan yang disebut de-
rumit karena melibatkan berbagai pihak luar (ekster- ngan dual system sudah lebih dahulu bahkan ratusan
nal), seperti dunia usaha atau dunia industri, para ah- tahun yang silam, dibandingkan dengan di Amereka
li industri/usaha, atau asosiasi profesi. Pendekatan Serikat tahun 1950-an. Namun demikian Jerman, saat
ini dalam implementasinya antara lain dapat berupa ini juga mengembangkan sistem teaching factory,
magang industri/usaha, pembelajaran praktikum di dari sudut pandang sosialisasi dan memberikan bantu-
industri/usaha, guru tamu, serta kerjasama pembe- an ahli pendidikan kepada beberapa negara berkem-
lajaran yang lain. Demikian juga perlu perancangan bang, seperti Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Titik
dan pelaksanaan secara cermat dalam kegiatan pem- beratnya adalah penyesuaian peristilahan dalam kon-
belajaran berbasis dunia kerja tersebut. teks globalisasi pendidikan. Sementara itu Indonesia-
Perkembangan industri manufaktur didukung German Institut mendifinisikan teaching factory seba-
oleh penelitian dan pengembangan, sistem mana- gai suatu konsep pembelajaran dalam suasana sesung-
jemen berbasis ICT, kompetensi sumber daya manusia, guhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan
serta sistem pemasaran global. Hal ini semata-mata kompetensi antara kebutuhan industri dan pengeta-
untuk mempertahankan dan memenangkan persaingan huan sekolah. Teknologi pembelajaran yang inovatif
bisnis kelas dunia. Faktor yang paling strategis bagi dan praktik produktif merupakan konsep metode pendi-
industri adalah tersedianya keahlian sumber daya ma- dikan yang berorientasi pada manajemen pengelolaan
nusia yang mampu mengadaptasi perkembangan tek- siswa dalam pembelajaran agar selaras dengan kebu-
nologi. Sejalan dengan hal tersebut (Lamancusa, dkk., tuhan dunia industri (Yudisman, 2008).
1995) menjelaskan bahwa lahirnya teaching factory Dalam pengertian lain, pembelajaran berbasis
bertolak dari hasil pemikiran para pengajar di ling- produksi adalah suatu proses pembelajaran keahlian
kungan The University of Puerto Rico-Mayagüez dan atau ketrampilan yang dirancang dan dilaksanakan
the University of Washington. Pemikiran dari para berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesung-
ahli di universitas tersebut menyangkut gagasan adanya guhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau
revitalisasi dan rekognisi di lingkungan laboratorium jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.
secara kreatif melalui pengembangan konsep teach- Barang yang diproduksi dapat berupa hasil produksi
ing factory. yang dapat dijual atau yang dapat digunakan oleh ma-
Konsep teaching factory dilandasi oleh pandang- syarakat, sekolah, atau konsumen. Pembelajaran ber-
an praksis pendidikan tinggi di lingkungan universitas. basis produksi dalam paradigma lama hanya meng-
272 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 4, Februari 2011, hlm. 270-278

utamakan kualitas produk barang atau jasa, tetapi efektif dan efisien. Di sinilah titik berat perubahan
hasil dari produksi tersebut tidak akan dipakai atau atau suatu kreativitas pengajar diperlukan rekognisi
dipasarkan, hanya semata-mata untuk menghasilkan intelektual dalam menghadapi perubahan konsep pe-
nilai dalam proses belajar-mengajar. Kasus adopsi ngajaran model learning factory.
dan adaptasi konsep teaching factory di Indonesia, Model pembelajaran teaching factory dilandasi
melalui program Direktorat Pembinaan SMK, Depar- oleh tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
temen Pendidikan Nasional telah dan sedang diu- tahun 2006 (KTSP), model pembelajaran yang ber-
jicobakan di beberapa SMK sebagai tindak lanjut basis produksi dan pembelajaran di dunia kerja, du-
dari program Unit Produksi dan Sistem Ganda. kungan mutu pendidikan dan latihan yang berorien-
Perumusan model mempunyai tiga tujuan utama. tasi hubungan sekolah dengan dunia industri dan
Model memberikan gambaran atau deskripsi kerja dunia usaha dalam menerapkan unit produksi di seko-
sistem untuk periode tertentu, dan di dalamnya secara lah. Landasan lain adalah semakin mahalnya biaya
implisit terdapat seperangkat aturan untuk melaksa- bahan praktik siswa, peralatan yang harus terpelihara
nakan perubahan, atau memprediksi cara sistem ber- dalam kondisi standar, motivasi untuk meningkatkan
operasi di masa depan. Ia memberikan gambaran ten- kesejahteraan bagi warga sekolah; serta menimbulkan
tang fenomena tertentu menurut diferensiasi waktu kepercayaan diri dan juga kebanggaan bagi lulusannya.
atau memproduksi seperangkat aturan yang bernilai Secara umum model pembelajaran teaching fac-
bagi keteraturan sebuah sistem. Memproduk model tory ini bertujuan untuk melatih siswa dalam mencapai
bertujuan untuk mempresentasikan data dan format ketepatan waktu, kualitas yang dituntut oleh industri,
ringkas dengan kompleksitas rendah. mempersiapkan siswa sesuai dengan kompetensi keah-
Pengertian model pembelajaran dalam konteks liannya, menanamkan mental kerja dengan beradap-
learning factory merupakan landasan praktik pem- tasi secara langsung dengan kondisi dan situasi in-
belajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dustri, dan menguasai kemampuan manajerial dan
dan teori belajar, yang dirancang berdasarkan proses mampu menghasilkan produk jadi yang mempunyai
analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum standar mutu industri.
dan implikasinya pada tingkat operasional di depan Memperhatikan hal-hal tersebut, penelitian ini
kelas atau laboratorium. Ditinjau dari konsep model bertujuan mengidentifikasi kondisi pelaksanaan pem-
mengajar era klasik seperti dikemukakan oleh Joyce belajaran mata pelajaran produktif, kompetensi keahli-
dan Well (2000), model mengajar dikelompokkan an teknik permesinan, dilihat dari aspek guru, siswa,
menjadi empat rumpun, yaitu model pemrosesan infor- materi bahan ajar, sumber bahan ajar, sistem evaluasi,
masi (processing information model), model pribadi model pembelajaran, dan sarana/fasilitas pembelajaran.
(personal model), model interaksi sosial (social Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mene-
model), dan model perilaku (behavior model). Ditinjau mukan model pembelajaran alternatif yang dapat me-
dari konsep model era baru yang didorong oleh per- ningkatkan kompetensi siswa dalam mata pelajaran
kembangan teori psikologi belajar yang sebelum ber- produktif tersebut, khususnya dalam hal menemukan
tolak dari asumsi kurva normal bergeser kepada asumsi model pembelajaran teaching factory yang dapat
multi kecerdasan (modalitas) yang dipelopori Gardner mengembangkan kecakapan vokasional, kecakapan
(1992), adanya koreksi dari taksonomi Bloom (An- berpikir rasional, sosial, dan personal; menemukan mo-
derson, 1999), dan kurikulum materi berorientasi pada del pembelajaran teaching factory yang memadukan
kompetensi; model belajar menjadi tiga kelompok, pendidikan sistem ganda, work based learning, lifeskill,
yakni (1) behaviorisme; (2) cognitivisme, dan (3) con- serta pendidikan berbasis luas (broad based learn-
structivisme. ing); serta menemukan model pembelajaran teach-
Bertolak dari kajian tersebut, learning factory ing factory yang dapat mengembangkan kesadaran
cenderung titik beratnya ke arah konstruktivisme, de- dan kemampuan diri siswa yang tinggi dan siap ber-
ngan tidak mengurangi model behaviorisme dan kog- kembang sebagai pekerja industri, berwirausaha, mau-
nitivisme. Apabila ditinjau dari pendekatannya, learn- pun mengembangkan diri di perguruan tinggi.
ing factory merupakan seting yang terkait langsung
dengan lingkungan atau disebut learning contextual. METODE
Implikasinya bagi pengajar dalam melaksanakan tu-
gasnya, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan Pada dasarnya penelitian ini menggunakan meto-
evaluasi, harus benar-benar memahami proses produk- de research and development. Kegiatan studi pendahu-
si sesungguhnya sehingga dalam menyusun rencana luan pengembangan desain pembelajaran mencakup
dan pelaksanaan pengajaran dapat dilakukan secara kegiatan-kegiatan sebagai berikut. Studi lapangan di-
Hidayat M., Model Pembelajaran Teaching Factory Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa 273

tujukan untuk melihat kondisi nyata tentang kesiapan kan pada empat rombongan belajar, yaitu siswa kelas
subjek dan objek untuk penerapan model. Kegiatan XI program keahlian teknik mesin, kompetensi keahli-
ini meliputi survei di SMK Negeri di Kota Bandung an teknik permesinan SMK Negeri di Kota Bandung.
terhadap guru mata pelajaran produktif, kompetensi Dari uji validasi ini didapatkan model program pem-
kejuruan teknik permesinan, berkaitan dengan peren- belajaran yang handal yang siap dilaksanakan pada
canaan, proses, dan evaluasi kegiatan pembelajaran sekolah menengah kejuruan.
yang biasa dilakukan oleh para guru. Survei ini lebih Keempat rombongan belajar dibagi menjadi dua
difokuskan pada kompetensi keahlian teknik permesin- kelompok, yaitu dua rombongan belajar sebagai ke-
an yang meliputi penggunaan sarana dan prasarana, las eksperimen: kelas eksperimen 1 dan kelas ekspe-
sumber belajar, keadaan siswa, serta iklim sekolah rimen 2, sedangkan dua rombongan belajar lainnya
secara umum. Berikutnya, dilakukan kajian dan anali- sebagai kelas kontrol: kelas kontrol 1 dan kelas control
sis tentang konsep atau teori belajar model konstruk- 2. Dari keempat kelas tersebut dilihat dari rata-rata
tivisme, model mengajar, pendekatan dan strategi prestasi kelas dapat dikategorikan bahwa kelas kontrol
pembelajaran, serta hasil-hasil penelitian terdahulu 1 termasuk kategori tinggi, kelas eksperimen 1 terma-
yang berhubungan dengan pengembangan model pem- suk kategori paling rendah, kelas kontrol 2 termasuk
belajaran mata pelajaran produktif. Terakhir, dilakukan kategori sedang, dan kelas eksperimen 2 termasuk
kajian dan analisis terhadap dokumen KTSP 2006, kategori tinggi.
terutama kelompok mata pelajaran produktif dan be- Kegiatan terakhir adalah seminar hasil dan finali-
berapa pedoman pelaksanaan kurikulum. sasi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk lebih memantap-
Kegiatan penyusunan dan pengembangan model kan hasil yang telah dicapai pada kegiatan-kegiatan
pembelajaran mencakup kegiatan penyusunan kon- sebelumnya, serta mensosialisasikan hasil yang telah
struk dan model pembelajaran dalam kompetensi dicapai berupa desain pembelajaran pada kompetensi
keahlian teknik permesinan mata pelajaran produk- keahlian teknik permesinan mata pelajaran produktif
tif. Konstruk dan model yang telah dibuat kemudian untuk KTSP 2006. Sosialisasi dilaksanakan pada se-
didiskusikan bersama para guru mata pelajaran pro- minar internasional yang diselenggarakan pada tanggal
duktif, ahli bidang studi pendidikan teknik pemesinan, 16 Juni 2010 di Universitas Pendidikan Indonesia.
para praktisi industri, ahli kurikulum, kepala dan para
wakil kepala sekolah, serta komite sekolah untuk men- HASIL DAN PEMBAHASAN
dapatkan validasi. Kegiatan ini dilakukan dengan me-
tode focus group discussion. Temuan penelitian menunjukkan hal-hal berikut
Uji coba model dilakukan dalam lingkungan ter- ini. Kompetensi yang dihasilkan dari pembelajaran
batas. Analisis hasil uji coba melalui kegiatan penetap- yang mengunakan model TF-6M maupun yang meng-
an tempat ujicoba terbatas, melaksanakan uji coba gunakan model konvensional tergambarkan pada nilai
terbatas, menganalisis atau mengevaluasi hasil uji kognitif dan kompetensi vokasional. Data menunjuk-
coba terbatas berdasarkan kriteria yang telah ditentu- kan bahwa rata-rata gain kognitif siswa untuk kelom-
kan, menyempurnakan model pembelajaran melalui pok eksperimen relatif lebih tinggi dari rata-rata gain
uji coba pada lingkup yang lebih luas untuk menda- kognitif siswa kelompok kontrol. Ini berarti pening-
patkan model yang memadai dan siap untuk diuji katan kemampuan kognitif siswa yang pembelajar-
tingkat validitasnya. Validasi model pembelajaran di- annya menggunakan model TF-6M lebih tinggi dari
lakukan dengan menentukan kelompok eksperimen pada yang pembelajarannya menggunakan model
dan kelompok kontrol, penelitian ke lapangan, uji va- konvensional. Interval konfiden rata-rata kompetensi
lidasi pada sampel yang telah ditetapkan, menganalisis siswa kelompok eksperimen dari order-order yang di-
atau mengevaluasi hasil uji validasi, dan menyusun kerjakan, sama dengan rata-rata gain-nya. Kompetensi
laporan hasil uji validasi. siswa berbeda signifikan antara kelompok eksperimen
Pada penelitian ini uji validasi dilakukan untuk dengan kelompok kontrol dilihat dari order-order yang
menguji model program pembelajaran teaching fac- dikerjakan. Nilai kompetensi order-order siswa yang
tory enam langkah atau disebut Model TF-6M yang pembelajarannya menggunakan model TF-6M lebih
dihasilkan dari uji coba lebih luas. Uji validasi berkait- tinggi secara signifikan dari siswa yang pembelajaran-
an dengan implementasi maupun berkaitan dengan nya menggunakan model konvensional. Gambaran
kualitas model dilihat dari keberhasilan meningkatkan kompetensi siswa tersebut menunjukan bahwa Model
kompetensi siswa, serta dampak-dampak pengiringnya. TF-6M mempunyai tingkat efektivitas yang tinggi
Dengan uji validasi dapat dilihat efektivitas dari model dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam mata
program pembelajaran tersebut. Uji validasi dilaksana- pelajaran produktif.
274 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 4, Februari 2011, hlm. 270-278

Data-data lain tentang siswa yang didapat dalam jaran di SMK. Belajar kontekstual di SMK dapat di-
uji validasi ini adalah kemampuan soft skill, hard lakukan melalui learning by doing dengan real job.
skill, persepsi siswa tentang model pembelajaran dan Suasana atau iklim industri tidak hanya bisa didapat-
data kehadiran siswa, yang secara rinci digambarkan kan di industri, tetapi iklim industri dapat diciptakan
sebagai berikut. Rata-rata gain soft skill siswa kelom- di sekolah. Untuk membantah anggapan bahwa “se-
pok eksperimen secara keseluruhan setelah pembela- baik-baiknya praktik di sekolah hanya merupakan
jaran dengan model TF-6M menunjukan peningkatan. simulasi” harus diciptakan iklim industri di sekolah
Soft skill mereka dalam kategori cukup setelah mengi- dengan cara memanfaatkan site plan workshop sebagai
kuti pembelajaran dengan model TF-6M. Kemam- site plan industry, hubungan guru-siswa diubah, dari
puan soft skill total siswa setelah pembelajaran dengan guru sebagai sumber belajar menjadi hubungan guru
menggunakan model TF-6M lebih tinggi dari nilai yang berperan sebagai konsultan/asesor dengan siswa
rata-ratanya. berperan sebagai pekerja industri. Dalam hubungan
Rata-rata gain hard skill siswa kelompok ekspe- guru-siswa seperti di atas, penilaian hasil belajar tidak
rimen secara keseluruhan setelah pembelajaran meng- lagi skala nilai nominal 0-10 atau 0-100 dengan pen-
gunakan model TF-6M menunjukkan peningkatan. dekatan PAN, tetapi pendekatan PAP dengan go no
Hard skill siswa termasuk kategori tinggi setelah go, karena siswa dihadapkan pada tuntutan pasar, yaitu
mengikuti pembelajaran dengan model TF-6M. Jadi dunia kerja dan dunia industri.
model TF-6M dapat meningkatkan kemampuan hard Kondisi industri yang ada pada umumnya kurang
skill total siswa secara sinifikan. mendukung terlaksananya pendidikan sistem ganda
Persepsi siswa kelompok eksperimen tentang (PSG), bahkan pelaksanaan praktik kerja industri (Pra-
model pembelajaran konvensional mengalami penu- kerin) di industri pun kurang berjalan dengan baik.
runan setelah siswa mengikuti pembelajaran dengan Dari hasil penelitian ternyata keterlaksanaan dan hasil
model TF-6M. Dari pembahasan diketahui bahwa per- prakerin yang dilakukan di sekolah lebih baik diban-
sepsi siswa tentang model pembelajaran konvensio- dingkan dengan keterlaksanaan dan hasil prakerin yang
nal lebih rendah dibandingkan persepsi siswa tentang dilaksanakan di industri (Martawijaya, 2010:27). Oleh
model TF-6M. Persepsi siswa tentang model TF-6M karena itu, harus dicari pola atau model belajar dan
sangat positif. Dengan demikian, model TF-6M sudah pembelajaran yang dapat menghidarkan mismatch an-
memenuhi nilai ideal yang diinginkan siswa. Ini berarti tara dunia pendidikan dengan dunia kerja, dan men-
bahwa model TF-6M lebih disukai oleh siswa dari dukung terlaksananya kurikulum kompetensi yang
pada model pembelajaran konvensional. diharapkan menghasilkan lulusan SMK yang kom-
Data kehadiran siswa kelas eksperimen rata-rata peten dan diakui pasar kerja.
pukul 6.50 (rentang waktu rata-rata antara pukul 6.33 Model TF-6M dalam satu siklus kerja terdiri atas
sampai dengan pukul 7.17). Jadi, siswa yang mengikuti enam langkah, yakni menerima pemberi order, meng-
pembelajaran dengan model TF-6M ternyata datang analisis order, menyatakan kesiapan mengerjakan or-
di bengkel rata-rata sebelum pukul 7.00, sedangkan der, mengerjakan order, melakukan quality control;
kepulangan rata-rata adalah pada pukul 14.03 (dalam dan menyerahkan order. Karakteristik model TF-6M
rentang waktu rata-rata pukul 13.33 sampai dengan seperti pada Gambar 1 terdiri dari dua kelompok ke-
pukul 14.32). Rata-rata siswa bekerja di bengkel 7.08 giatan yang terdiri dari soft skill yang meliputi lang-
pukul. Kehadiran siswa kelas kontrol secara normal kah menerima pemberi order, menyatakan kesiapan
adalah 6 jam. Pada umumnya, mereka hadir kurang mengerjakan order, dan menyerahkan order. Kelom-
dari 6 jam. Waktu normal siswa berada di bengkel ber- pok kegiatan hard skill meliputi langkah mengana-
dasarkan jadwal, adalah 8 x 45 menit, yaitu 6 jam. lisis order, mengerjakan order, dan melakukan quality
Pada hakikatnya Model TF-6M didasari oleh control. Dengan dua kelompok kegiatan tersebut diha-
beberapa asumsi dan rasional sebagai berikut. Pen- rapkan secara holistik terkembangkan potensi siswa,
didikan di SMK harus dilaksanakan secara holistik dalam bentuk kecakapan personal, sosial, akademik
agar seluruh aspek potensi siswa dapat terkembangkan. dan vokasional yang terpadu pada siklus pembela-
Siswa harus dilatih mengonstruksi pengetahuannya jaran Model TF-6M. Pada Model TF-6M ada tiga
agar sekaligus dapat mengonstruksi berpikir. Pendidik- unsur yang terlibat dalam proses pembelajaran, yaitu
an di SMK bukan semata-mata menitikberatkan pada siswa yang memerankan sebagai pekerja; guru yang
kecakapan vokasional, tetapi juga meliputi kecakapan berperan sebagai asesor, konsultan, fasilitator, dan se-
akademik, personal, dan sosial. kaligus sebagai penanggungjawab keseluruhan pro-
Belajar kontekstual merupakan pendekatan pem- gram pembelajaran; dan pemberi/pemilik order baik
belajaran yang tepat dilakukan pada proses pembela- dari industri, perseorangan atau sekolah sendiri.
Hidayat M., Model Pembelajaran Teaching Factory Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa 275

Gambar 1. Skema Model TF-6M

Langkah menerima pemberi order berbentuk ke- ditepati. Dengan demikian, dibutuhkan komitmen, dan
giatan berkomunikasi. Hal ini mengandung makna kemampuan atau kompetensi kerja, sehingga diharap-
bahwa siswa berperan sebagai pekerja menerima se- kan akan membangkitkan motivasi, tanggungjawab,
orang tamu yang memiliki order. Dalam proses ber- dan etos kerja.
komunikasi bagaimana terjalin raport antara pekerja Langkah mengerjakan order menyangkut kegi-
dengan pemberi order yang harus berujung kepada atan untuk melakukan pekerjaan sesuai tuntutan spesi-
saling menguntungkan. fikasi kerja yang sudah dihasilkan dari proses analisis
Langkah menganalisis order berupa kegiatan ana- order. Siswa sebagai pekerja harus menaati prosedur
lisis order yang oleh pemberi order diharapkan dapat kerja yang sudah ditentukan. Dia harus menaati ke-
dikerjakan menjadi barang jadi sesuai tuntutan gambar. selamatan kerja dan langkah kerja dengan sungguh-
Siswa sebagai pekerja dihadapkan pada tuntutan bah- sunguh untuk menghasilkan benda kerja yang sesuai
wa dalam waktu yang tidak terlalu lama harus mampu spesifikasi yang ditentukan pemesan.
memberi jawaban kesanggupan untuk mengerjakan Langkah melakukan quality control adalah siswa
order tersebut sesuai spesifikasi dan dalam waktu ter- yang berperan sebagai pekerja melakukan penilaian
tentu, sehingga memerlukan keyakinan yang tinggi terhadap benda kerja yang dikerjakannya. Penilaian
untuk memberi jawaban tersebut. Untuk itu, siswa terhadap benda kerja yang dihasilkan sendiri dengan
harus mempunyai pengetahuan yang memadai se- cara membandingkan parameter benda kerja yang di-
hingga mampu melakukan analisis order secara tepat. hasilkan dengan data parameter pada spesifikasi order
Untuk memperkuat keyakinannya, siswa boleh me- pesanan. Langkah ini menuntut kejujuran, kehati-hati-
lakukan konsultasi kepada guru. an, dan ketelitian. Ketidakjujuran akan mencederai
Langkah menyatakan kesiapan mengerjakan or- kepercayaan pemberi order, yang harus dimaknai oleh
der adalah pernyataan kesiapan untuk mengerjakan siswa sebagai kehilangan kepercayaan. Hal ini berarti
order sesuai spesifikasi. Pernyataan itu tidak mung- kehilangan modal hidup. Melalui quality control, siswa
kin terjadi manakala siswa tidak yakin bahwa dia bisa mendapat keyakinan bahwa benda kerja yang dihasilkan
melakukan sesuai permintaan. Begitu siswa menyata- telah memenuhi spesifikasi, karena dia harus mende-
kan kesiapannya, berarti dia membuat janji yang harus monstrasikan hasil kerjanya dihadapan pemberi order.
276 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 4, Februari 2011, hlm. 270-278

Langkah menyerahkan order berupa kegiatan nanggungjawab seluruh program pembelajaran meng-
berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi, siswa amati, mengevaluasi hasil belajar, serta mengevaluasi
harus mempunyai kayakinan bahwa benda kerja yang di- proses dan program pembelajaran.
hasilkannya akan dapat diterima oleh pemberi order, Kesamaan hasil penelitian dengan mengembang-
karena telah memenuhi spesifikasi. Dengan modal kan model TF-6M dibandingkan dengan hasil pene-
itu, pekerja akan dapat berkomunikasi tanpa ada pe- litian sebelumnya yang relevan adalah sebagai berikut.
rasaan tertekan sehingga memungkinkan terjadi ko- (1) Model TF-6M juga sama dengan model teaching
munikasi yang produktif. factory yang dilakukan terlebih dahulu, baik yang dila-
Kegiatan Model TF-6M dimulai dengan persi- kukan di perguruan tinggi (di Pennsylvania State Uni-
apan yang meliputi persiapan administrasi, materi versity, University of Puerto Roco-Mayaguez, dan
pelatihan, persiapan bahan, persiapan mesin dan alat, University of Washington) maupun di SMK (SMK
serta RPP. Kegiatan persiapan implementasi dilakukan Kridawisata maupun SMKN 1 Kendal) yaitu sama-
dengan cara mengajak siswa mengubah manajemen sama memadukan teori dengan praktek dalam manu-
sekolah menjadi manajemen industri. Guru dan siswa facturing,agar tidak terjadi missmatch antar dunia pen-
berdiskusi dengan berbagai argumentasi, dan menye- didikan dengan dunia industri dengan berlatih kemam-
pakati model alternatif. Guru menjelaskan tentang cara puan profesional selain belajar teori dan mendesain.
berkomunikasi, contoh kasus, memberi contoh ber- (2) Model TF-6M juga memerlukan penjadualan me-
komunikasi yang baik, melatih siswa berkomunikasi sin, kontrol inventaris dan perencanaan produk. (3)
untuk menerima pemberi order, menyatakan kesang- Siswa mendapat pengalaman langsung kerja praktek
gupan mengerjakan order dan bagaimana menyerah- industri dalam suasana belajar dimana sekolah dan
kan hasil kerja kepada pemberi order. Siswa juga dila- unit produksi dikemas dalam satu atap. (4) Proses pem-
tih berkomunikasi. Guru memandu siswa membaca belajaran keahlian dan keterampilan yang dirancang
gambar, menentukan bahan, mesin, alat potong, ke- dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar
cepatan mesin, menghitung waktu, harga, dan mem- kerja real job untuk menghasilkan barang sesuai tun-
perhitungkan keselamatan kerja. Siswa berlatih untuk tutan pasar dan konsumen.
Sementara perbedaan hasil penelitian dalam me-
menganalisis order.
ngembangkan model TF-6M dibandingkan dengan
Implementasi Model TF-6M dilakukan dengan
hasil penelitian atau temuan penelitian-penelitian yang
tiga tahap kegiatan pokok, yakni tahap pendahuluan,
relevan sebelumnya adalah sebagai berikut. (1) Model
tahap inti, dan tahap evaluasi. Tahap pendahuluan ter-
TF-6M dilaksanakan pada tingkat pendidikan mene-
diri dari tiga langkah. Langkah pertama; siswa berpe-
ngah (SMK) bukan di perguruan tinggi, sehingga hal
ran sebagai pekerja, menerima pemberi order dengan yang berkaitan dengan teori terbatas pada teori praktis,
berkomunikasi yang baik, dengan memperhatikan into- sedangkan desain produk dilakukan oleh guru atau
nasi, mimik muka dan body language. Langkah kedua; oleh konsumen. (2) Peran siswa pada TF-6M sesuai
siswa menganalisis order dengan membaca gambar dengan peran teknisi yunior sebagai pelaksana atau
kerja, menentukan bahan order, mesin, alat potong, operator terampil. Peran-peran manajemen perlu diajar-
putaran mesin, waktu kerja, harga dan tentang kese- kan pada siswa tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
lamatan kerja. Pekerja berkonsultasi dengan konsul- (3) Dengan model TF-6M kemampuan soft skill siswa
tan. Dan langkah ketiga; dengan bekal hasil analisis sekaligus tergali disamping kemampuan hard skill-nya.
order, dengan penuh keyakinan pekerja menyatakan (4) Model TF-6M mengembangkan secara holistik po-
kesiapan mengerjakan order dengan tutur kata yang tensi-potensi siswa baik kecerdasan personal, kecerdas-
baik. an sosial, kecerdasan akademik dan kecerdasan voka-
Tahap inti sebagai berikut. Siswa mengerjakan sional sesuai tingkat pendidikannya. (5) Model TF-6M
order dengan menerapkan keselamatan kerja, melaku- secara lebih spesifik mampu mengembangkan moti-
kan persiapan kerja, langkah kerja sesuai SOP, menilai vasi siswa yang tinggi ditandai etos kerja dan bermuara
hasil kerja dan menghitung waktu kerja, dan berkon- pada tingkat ketercapaian kompetensi yang tinggi.
sultasi dengan konsultan. Berikutnya, siswa melakukan Pengembangan model TF-6M salah satunya ber-
quality control, mencocokkan ukuran-ukuran, tingkat awal dari pemikiran bahwa dengan pengembangan
presisi dan fungsi benda kerja sesuai dengan gambar SMK manufaktur akan ada puluhan SMK program
kerja, dan berkonsultasi dengan konsultan. Langkah keahlian teknik permesinan di Indonesia yang akan
terakhir, siswa bertutur kata dengan baik dalam menye- memiliki sarana praktik yang lengkap. SMK Negeri
rahkan hasil kerja, meminta tanggapan pemberi order 6 Kota Bandung sebagai sekolah kejuruan bertaraf
tentang hasil kerja, berusaha membina komunikasi internasional didukung oleh sumber daya, saran prasa-
yang baik dengan pemberi order. Pada tahap evaluasi rana dan fasilitas praktik yang baik. Secara umum fa-
atau penutup, guru sebagai konsultan, asesor, dan pe- silitas praktik untuk mata pelajaran teknik pemesinan
Hidayat M., Model Pembelajaran Teaching Factory Untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa 277

yang dimiliki SMKN 6 sangat baik dan terstandar Dukungan lain yang sangat penting adalah antu-
yang ditandai dengan workshop teknik pemesinan siasme siswa dalam mengikuti pembelajaran model
tersebut dijadikan Tempat Uji Kompetensi, sehingga TF-6M baik pada uji coba terbatas, ujicoba luas, mau-
dilihat dari sisi sarana, prasarana dan fasilitas sangat pun uji validasi. Secara statistik dukungan diperlihatkan
mendukung apabila SMK Negeri 6 Kota Bandung oleh siswa. Dari pembahasan diketahui bahwa persepsi
mengimplementasikan Model TF-6M. siswa tentang pembelajaran konvensional setelah meng-
Sebagian besar guru telah tersertifikasi, baik ser- ikuti pembelajaran model TR-6M, hanya berkategori
tifikasi sebagai guru profesional, asessor, dan serti- sedang, sedangkan persepsi siswa tentang model pem-
fikat keahlian teknis yang dikeluarkan oleh BNSP. belajaran model TF-6M adalah berkategori tinggi. Ini
Hal tersebut merupakan persyaratan normatif formal berarti bahwa model TF-6M lebih disukai oleh siswa
yang telah dimiliki. Hal yang lebih positif adalah sikap dibandingkan dengan model pembelajaran konven-
progresif yang dimiliki para guru mata pelajaran pro- sional.
duktif teknik permesinan, misalnya mereka menyebut Hambatan diperlihatkan oleh gejala berikut. Ke-
dirinya sebagai guru PNS industri. PNS industri yang bijakan sekolah dan guru pada umumnya masih sangat
dimaksud adalah guru-guru mata pelajaran produktif tergantung pada kebijakan yang bersifat sentral. Mes-
teknik permesinan yang setiap harinya tetap berada kipun dengan KTSP memungkinkan melakukan ino-
di bengkel, ada atau tidak ada tugas mengajar dari vasi, tetapi mereka belum terbiasa terjadi perbedaan-
pukul 7.00 pagi sampai pukul 17.00 sore. Perbedaan perbedaan dengan kebijakan yang bersifat sentral.
lain dengan guru PNS adalah PNS industri hanya libur Hambatan lain yang dirasakan adalah penyiapan
bersama-sama dengan libur resmi pekerja di indutri. bahan. Dana dari pemerintah dan masyarakat untuk
Ini merupakan komitmen yang luar biasa dalam upaya penyediaan bahan sangat terbatas. Persoalannya apa-
memupuk kepercayaan konsumen, baik itu dari in- kah hal tersebut hanya merupakan masalah atau tan-
dustri maupun perorangan. Ada jaminan bahwa guru tangan.
produktif teknik permesinan selalu siap menerima Kesulitan dalam menjalin hubungan dan meyakin-
pemesan atau pemberi order pada setiap hari kerja kan industri atau konsumen dalam rangka menda-
dari pukul 7.00 s.d.pukul 17.00, bahkan pada saat patkan order merupakan hambatan tersendiri yang
sekolah libur. tidak mudah mengatasinya. Namun dengan kualifi-
Dari focus group discusion terungkap secara kasi dan mental guru PNS industri yang dimiliki se-
gamblang bahwa praktisi pendidikan (guru produktif kolah, cukup memberi harapan baik dalam menjalin
teknik permesinan) menyatakan keyakinannya dan men- hubungan maupun dalam meyakinkan industri akan
dukung bahwa model ini dapat dikembangkan dan di- dapat dilakukan dengan baik.
aplikasikan. Para praktisi berkeyakinan bahwa jalinan Seperti sudah diprediksi pada FGD bahwa faktor
hubungan dengan konsumen dan kepercayaan industri jumlah siswa akan menjadi salah satu hambatan yang
selama ini sudah mereka rintis dan berkembang secara besar. Hal tersebut menjadi kenyataan pada proses
positif. pelaksanaan uji coba terbatas. Perbandingan guru-
Dukungan juga muncul dari para praktisi industri siswa yang besar sangat dirasakan pada setiap langkah
yang meyakini bahwa model ini sebagai terobosan implementasi model TF-6M. Perlu keberanian sekolah
yang dapat mengimbangi arus perkembangan kema- untuk memperbaiki perbandingan guru dengan siswa.
juan industri. Para praktisi industri memandang bahwa Perbandingan guru dengan siswa yang ideal menurut
apabila sekolah hanya terkungkung dengan kuriku- ILO adalah 1 banding 6. Kasus di sebuah SMK ma-
lum yang ada dan dilaksanakan secara rutinitas, maka nufaktur ada yang menerapkan 1 banding 5. Untuk
pendidikan kejuruan tidak akan ada kemajuan. mengarah pada perbaikan proses pembelajaran, sekali-
Dukungan dari sisi pengambil kebijakan sangat gus memperbaiki pencapaian kompetensi siswa, per-
diharapkan tidak hanya mendukung implementasi bandingan guru siswa maksimum 1 banding 9 sudah
ujicoba model ini, tetapi termasuk meyakini dan ter- cukup bagus.
dorong untuk mengimplementasikan Model TF-6M. Hambatan pada sisi guru adalah mereka menga-
Bila kepala sekolah melakukan rekognisi untuk me- lami kesulitan dalam pelaksanaan model. Kesulitan
lakukan perubahan, maka Model TF-6M akan dapat yang terjadi adalah pengembangan RPP yang ber-
berjalan dengan baik, karena didukung oleh fasilitas dasarkan order, perubahan iklim atau suasana sekolah
dan sumberdaya manusia yang mumpuni. Dengan kata menjadi iklim atau suasana industri, dan terutama da-
lain, dilihat dari sisi kebijakan Model TF-6M tidak lam melatih siswa berkomunikasi. Dua hal terakhir
memerlukan tingkat kebijakan yang tinggi. Dengan merupakan hambatan serius, karena merupakan hal
kebijakan kepala sekolah, Model TF-6M sudah dapat baru bagi guru. Selama ini dua hal tersebut tidak ada
dilaksanakan. dalam kurikulum.
278 Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 4, Februari 2011, hlm. 270-278

SMK yang memiliki fasilitas praktik terstandar, del TF-6M memberi pengalaman langsung suasana
apalagi sekolah kejuruan bertaraf internasional dan di- industri di sekolah dalam blok waktu, dengan mengu-
dukung oleh sumber daya manusia, sarana prasarana bah hubungan guru-siswa, dari guru sebagai sumber
yang baik, dengan pengembangan KTSP dimungkin- dan sentral dalam pembelajaran di ubah perannya
kan mengambil langkah-langkah inovasi yang terbaik. menjadi asesor, konsultan dan fasilitator dalam proses
Sekolah dapat memanfaatkan potensi yang dimilikinya pembelajaran. Sementara itu, siswa berperan sebagai
agar proses pendidikan dapat dilakukan secara optimal perkerja industri. Model tersebut ternyata dapat dilak-
dalam mencapai kompetensi-kompetensi yang harus sanakan dengan baik dan efektif untuk meningkatkan
dimiliki siswa. Untuk mencapai harapan tersebut, Mo- kompetensi siswa dalam mata pelajaran produktif.

DAFTAR RUJUKAN

Alef, E.R. & Berg, D. 1996. The Learning Factory. Lan- la. Proceedings of the 1995 ASEE Annual Meet-
ham MD: University Press of America. ing, Anaheim, CA.
Anderson, L. W. & Krathwohl, D.R. 1999. A Taxonomy Martawijaya, D.H. 2010. Keberhasilan Uji Kompetensi Sis-
for Learning, Teaching and Assessing: A Revision wa Dilihat Dari Pelaksanaan Praktek Kerja Industri
of Bloom’s Educational Objectives. New York: (Prakerin). Laporan Penelitian. Bandung. Universitas
Longman. Pendidikan Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Suranto. 2006. Strategi Pembelajaran dengan Focused
Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Departemen Based Education. Jurnal Ilmiah Teknik Industri
Pendidikan Nasional. Universitas Muhammadiyah Solo, Vol. 4. No. 3.
Gardner.W.B. 1992. Multiple Modalities of Learning (Multi- April 2006.
ple Intelligences). USA: CORD Communications, Inc. Yudisman. 2008. Teaching Factory Sebagai Pendekatan Pem-
Joice, B. & Weil, M. 2000. Model of Teaching. New belajaran di SMK Jurusan Perabot Kayu. [online]
York: Englewood Cliffs Prentice Hall. (http://kaliboyo01.blogspot.com/2008/01/teaching-
Lamancusa, J., Zayas-Castro, & Ratner. 1995. The Learn- factory-sebagai-pendekatan.html, diakses 23 Sep-
ing Factory -- A New Approach to Integrating De- tember 2010).
sign and Manufacturing into Engineering Curricu-

Anda mungkin juga menyukai