JObsheet
JObsheet
JObsheet
PETUNJUK PRAKTIKUM
OPERASI TEKNIK KIMIA 1
OLEH :
2019
SEDIMENTASI
A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mengerti dan memahami proses sedimentasi.
2. Mahasiswa dapat melakukan percobaan sedimentasi dengan benar dan aman.
3. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan-perhitungan kecepatan pengendapan,
konsentrasi endapan, dll. dan membandingkan antara perhitungan teoritis dengan hasil
praktikum.
B. Teori
Proses pemisahan padatan dalam lumpur (slurry) dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain dengan cara filtrasi, sentrifugasi dan settling dan sedimentasi. Pada settling dan
sedimentasi, partikel padat dipisahkan dari fluida/cairannya dengan bantuan gaya gravitasi yang
dikenakan pada pertikel padatnya, tanpa adanya saringan pemisah, baik berupa filter ataupun
screen.
Settling dan sedimentasi merupakan metode pemisahan partikel yang mengandalkan
gaya gravitasi sebagai gaya dorong partike agar dapat mengendap. Settling adalah
istilah/terminology umum untuk proses pengendapan, dimana partikel yang diendapkan dapat
berubah padatan ataupun cairan, sedangkan fluidanya dapat berupa cairan ataupun gas.
Sedangkan sedimentasi merujuk pada proses pengendapan, dimana partikel yang diendapkan
berupa padatan.
Beberapa proses settling dan sedimentasi ditujukan untuk mengambil cairannya
(partikel yang mengendap dianggap sebagai kontaminan atau bahan yang kurang berharga),
namun pada beberapa proses yang lain, yang diinginkan justru partikel yang mengendap atau
padatannya.
Bila suatu partikel berada pada jarak tertentu dari dinding wadah dan partikel yang lain,
dimana dinding dan partikel yang lain tersebut (dianggap) tidak berpengaruh terhadap proses
jatuhnya partikel dalam fluida, disebut pengendapan bebas (free settling). Sedangkan bila jarak
antar partikel relative dekat dan kacau (crowded), yang menyebabkan proses pengendapan
menjadi terhambat, disebut pengendapan terhambat (hindered Settling). Dan proses
pemisahan lumpur encer atau suspense dengan pengendapan secara gravitasi disebut
sedimentasi, dimana hasilnya berupa fluida bersih (jernih) dan lumpur(slurry) dengan
konsentrasi tinggi atau lumpur dengan kandungan padatan tinggi.
Beberapa aplikasi dari proses settling dan sedimentasi, antara lain meliputi
penghilangan padatan dari cairan buangan air, pengendapan Kristal dari cairan induknya
(mother liquor), pemisahan campuran cair-cair dari hasil proses ekstraksi,
pemisahan/pengendapan minyak kedelai dari proses leaching.dll.
1. Pengendapan bebas (free settling)
Bila partikel bergerak dalam fluida, beberapa gaya bekerja pada partikel tsb. yaitu gaya
gravitasi yang bekerja menekan ke bawah, gaya apung yang bekerja menekan ke atas, dan
gaya gesek yang bekerja berlawanan arah dengan arah gerakan.
Gaya gravitasi yang bekerja kebawah besarnya :
Fg = m g (1)
Dimana ; Fg : gaya gravitasi
m : massa partikel
g : percepatan gravitasi (m/det2)
Gaya apung yang bekerja keatas besarnya :
Fb = m ρ g (2)
ρp
Dimana ; Fb : gaya apung (N)
m : massa partikel
ρ : percepatan gravitasi (m/det2)
ρp : density partikel padat (kg/m3)
Sedangkan gaya gesek yang bekerja besarnya :
FD = CD V2 ρ A (3)
2
Dimana ; FD : gaya gesek (N)
CD : koefisien gesek (yang besarnya tergantung NRe)
v : kecepatan perpindahan/ gerak (m/det)
ρ : density fluida (kg/m3)
A : luas penampang proyeksi partikel (m2)
Resultan dari ketiga gaya yang bekerja pada partikel tersebut menentukan arah gerak dari
partikel, apakah gerak keatas atau kebawah, dengan percepatan sebesar ;
dv
m = Fg - Fb - FD (4)
dt
atau ;
dv v2
m = m g –m ρ g- CD ρA (5)
dt ρp 2
Dari posisi diam pada awal pengendapan, sebenarnya terjadi 2 periode proses jatuh pada
partikel, yaitu periode jatuh dengan percepatan (yang berlangsung sangat singkat) dan
periode jatuh dengan kecepatan konstan, yang disebut dengan kecepatan pengendapan
bebas (free settling velocity) atau kecepatan terminal (terminal velocity), kemudian diikuti
dengan kecepatan pengendapan terhambat (hindered settling velocity) sampai
pengendapan berlangsung sempurna.
Besarnya kecepatan terminal diturunkan dari persamaan (5) dengan harga dv/dt = 0,
sehingga ;
menjadi ;
Untuk aliran turbulen (NRe > 1), digunakan persamaan (7) dengan koefisien gesek didapat
secara empiris, seperti tercantum pada grafik sebagai berikut :
Ψp = , ( )
(11)
Sedangkan untuk aliran turbulen, tetap digunakan persamaan (7) dan harga koefisien gesek
seperti pada grafik diatas, tetapi perhitungan NRe nya seperti rumus dibawah ;
NRe = = (12)
µm = µ / ψp (13)
zi z1
v1 =
t1 0
(14)
dan konsentrasi rata-rata suspensi :
z0
c1 = c0 (15)
zi
dengan : c0 : konsentrasi awal suspense.
Pada waktu awal proses pengendapan sedang berlangsung, secara visual agak sulit
mengamati interface antara zona satu dengan zona lainnya. Sedangkan pada akhir proses,
interface antara zona A dan Zona D mudah diamati. Padahal yang sangat penting diamati
dan nantinya dipakai untuk perhitungan kecepatan pengendapan dan perhitungan
konsentrasi suspensi adalah interface antara cairan jernih (zona A) dan suspensi (zona B).
untuk itu didalam pengamatan perlu dicari kiat-kiat tertentu sehingga interface zona A dan
zona B dapat teramati.
E. Keselamatan Kerja
1. Hati- hati pada waktu mengayak kapur, banyak debu kapur bertebangan, hindari mengenai
mata.
2. Hati- hati dalam menuang dan mengaduk suspensi, peralatan dari gelas mudah pecah.
F. Gambar Alat
G. Tugas
1. Buat grafik plot ketinggian interface versus waktu.
2. Hitung kecepatan terminal pada free settling secara teoritis dan bandingkan dengan
perhitungan dari hasil percobaan.
3. Hitung kecepatan terminal pada hindered settling secara teoritis dan praktek, dan
bandingkan hasilnya.
4. Buat kurva plot konsentrasi rata-rata suspense versus waktu dan hitung konsentrasi lumpur
akhir proses.
H. Pustaka
Badger dan Banchero, Introduction to chemical engineering, McGraw-Hill Book Co.,
Singapore, 1985.
Brown, Unit Operations, John Wiley & Sons, Inc., New York, 1975.
Coulson & Richardson, Chemical Engineering, Vol. 2,4th edition, Pergamon Press,
Oxford, 1991.
Geankoplis, Christie, Transport Processes and Unit Operation, 3rd edition, Allyn &
Bacon, London, 1985.
I. Lampiran
Grafik hubungan antara ketinggian interface dan konsentrasi suspense terhadap waktu
sedimentasi.
FILTRASI
(Vacuum filter)
A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mengerti dan memahami proses filtrasi dengan menggunakan Vacuum Filter.
2. Mahasiswa dapat melakukan percobaan filtrasi menggunakan Vacuum Filter dengan benar
dan aman.
3. Mahasiswa dapat menghitung kecepatan filtrasi, waktu proses dan volume filtrate yang
didapatkan pada filtrasi dengan Vacuum Filter.
B. Teori
Berbagai permasalahan pemisahan partikel padat dari cairannya dapat diselesaikan dengan
beberapa metode pemisahan, tergantung pada jenis padatannya, proporsi padatan yang
terkandung terhadap cairannya dalam campuran, viskositas campuran, dan lain sebagainya.
Pada filtrasi, beda tekanan dibuat agar fluida dapat mengalir melewati lubang-lubang kecil pada
kertas/kain penyaring, dimana partikel padatnya tertahan padanya, yang kemudian dapat
membentuk lapisan porous, yang selanjutnya juga berfungsi sebagai medium penyaring,
sehingga medium penyaringnya merupakan gabungan antara filter dan lapisan lumpur porous
tersebut.
Untuk keperluan skala laboratorium biasanya proses filtrasi cukup menggunakan kertas
saring yang diletakkan dalam corong biasa ataupun dalan Buchner funnel, baik hanya dengan
mengandalkan gaya gravitasi maupun dengan bantuan tekanan vakum.
d. Leaf filter
Adalah jenis alat penyaring yang terbuat dari kolom-kolom berlubang atau kasa baja
berbentuk silinder tegak yang dilapis dengan kain filter, yang disusun berderet cukup
banyak (lihat gambar L-7 pada lampiran). Cara kerjanya merupakan dari bag- filter.
= (1)
= V+ Rm = K p V + B (2)
Dimana :
= (det/m6) (3)
Dan :
(det/m3) (4)
Untuk tekanan konstan, dengan α konstan dan lumpur yang terbentuk inkompresibel, maka
integrasi dari persamaan (2), didapat :
t = ½ Kp V2 + B V (5)
Atau ;
= (6)
Untuk mendapatkan harga α dan Rm, berdasarkan persamaan (2), dibuat plot antara Δt / ΔV (≈
dt / dV) lawan Va ( yang merupakan garis lurus, gambar 2 dibawah), dimana Δt = t2- t1, ΔV = V2 –
V1 dan Va = ½ (V1 + V2).
Dari gambar yang didapatkan, maka slope-nya merupakan harga Kp dan intersep ordinat-nya
merupakan harga B. dengan menggunakan persamaan (3) dan (4), maka harga α dan Rm dapat
dihitung, dan dengan persamaan (5) atau (6) dapat diperkirakan waktu filtrasi yang dibutuhkan
untuk mendapatkan volume filtrat tertentu, atau sebaliknya dapat dihitung filtrat yang
dihasilkan pada filtrasi dengan selang waktu tertentu.
D. Prosedur Percobaan
1. Penyiapan alat :
a. Timbang kertas saring kering sebanyak 2 buah, masing-masing beri tanda.
b. Pasang kertas saring tersebut pada alat secara benar dan kencangkan dengan pemutar
manual.
c. Sambungkan pipa-pipa dari tangkai umpan, pompa dan pipa pembuangan, pastikan tidak
ada yang bocor.
2. Pembuatan suspensi:
a. Buatlah suspensi yang terdiri atas campuran kapur dan air dengan konsentrasi 1,5, 10 dan
15 % berat dari 5 liter air dalam tangki umpan, aduk secara merata.
b. Ukur diameter pertikel rata-rata dan density dari partikel kapur yang dipakai.
3. Pelaksanaan percobaan :
Tutup rapat semua katup (valve).
a. Hidupkan pompa.
b. Biarkan proses berjalan dan ambil data kecepatan feed, filtrat dan tekanan masuk serta
keluar tiap interval waktu tertentu ( ditentukan pembimbing).
c. Setelah proses penyaringan berlangsung sempurna, hentikan pompa.
d. Buka alat secara hati-hati, ambil kertas saring pelan-pelan agar cake tidak terkelupas/jatuh.
e. Ukur ketebalan cake masing-masing, kemudian keringkan.
f. Setelah kering, timbang jumlah cake masing-masing.
g. Bila bahan dan filter masih ada, ulangi percobaan dengan tekanan berbeda.
E. Keselamatan Kerja
1. Hati-hati dalam mengoperasikan tangki umpan, jangan memasukkan tangan atau peralatan
lainnya ketika pengaduk berputar.
2. Pada saat pengadukan. kadang-kadang ada suspensi yang memercik atau tumpah. Hindarkan
mata dari percikan dan tumpahan suspensi.
3. Pada saat percobaan banyak filtrat yang tumpah. Hati-hati terpeleset.
F. Pustaka
Badger & Banchero, Introduction to Chemical Engineering , McGraw-Hill Book Co., Singapore,
1985.
Coulson & Richardson, Chemical Engineering, Vol. 2,4 th edition, Pergamon Press, Oxford, 1991.
Geankoplis, Christie, Transport Processes and Unit Operations, 3 rd edition, Allyn & Bacon,
London. 1985.
PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA
A. Tujuan percobaan
1. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti prinsip pengukuran aliran fluida.
2. Mahasiswa mengenal beberapa jenis alat ukur kecepatan alir fluida.
3. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kecepatan aliran fluida dengan menggunakan
masing-masing alat ukur kecepatan alir fluida.
4. Mahasiswa data menentuan koefisien masing-masing alat ukur kecepatan alir fluida.
B. Teori
Didalam teknik kimia, aliran fluida adalah suatu masalah yang penting untuk dikuasai, karena
hamper semua proses dalam pabrik kimia maupun pabrik pemrosesan yang lain selalu
melibatkan fluida baik sebagai bahan baku, bahan setengah jadi, bahan jadi ataupun sebagai
bahan pembantu yang lain (utilitas). Salah satu hal yang juga sangat penting dikuasai dalam
aliran fluida ini adalah mengukur dan mengontrol/mengendalikan jumlah bahan yang masuk
dan keluar dari masing-masing alat pada pabrik tersebut. Ada beberapa alat ukur fluida yang
dikenal. Yang paling sederhana didalam pemakaiannya adalah “water-meter” yang banyak
dipakai untuk mengukur kecepatan alir air PDAM dirumah tangga. Disamping itu ada pitot tube,
Venturi-meter, Orifice-meter, Elbow-meter, dan lainnya. Dimana pada penggunaannya harus
dikalibrasi terlebiih dahulu untuk mendapatkan “rate aktual’-nya.
1. Water-meter
Water-meter adalah alat ukur kecepatan alir air seperti dipakai pada saluran PDAM.
Biasanya alat ini hanya mencatat volume air yang telah lewat alat ini pada selang waktu
tertentu. Namun ada juga yang dilengkapi dengan jarum penunjuk kecepatan alir air yang
sedang lewat.
Untuk mengitung kecepatan alir air yang sebenarnya (rate actual), maka perlu dilakukan
pengukuran dan perhitungan denga rumus-rumus sbb :
Qa = Cw x Qw (1)
Dimana : Qa : “rate actual” (m /sec)
3
Dari gambar diatas, fluida mengalir ke dalam titik 2, timbul tekanan yang kemudian menjadi
stasioner pada titik tersebut sehingga disebut sabagai titik stagnan. Perbedaan tekanan
stagnan pada titik 2 ini dengan “static pressure” yang timbul pada “static tube”
menunjukkan peningkatan/kenaikan tekanan yang berhubungan dengan kecepatan alir
fluida, dimana besarnya perbedaan tekanan ini diukur/ditunjukkan oleh beda ketinggian
fluida pengukur pada manometer.
Bila fluida yang diukur inkompressibel, maka dari persamaan Bernoulli dapat dihitung
kecepatan fluidanya.
+ =0 (3)
Pada kenyataannya harga v diatas tidak sama dengan hasil pengukuran yang sebenarnya
(biasanya lebih besar), sehingga perlu diberi koefisien / factor koreksi yang disebut Koefisien
Pitot Tube (Cp), sehingga:
v = Cp [ 2 ( P2 - P1) /ρ]1/2 (5)
Perbedaan tekanan (P2-P1) didapat dari pembacaan pada manometer, dimana:
( P2 - P1) = (h2-h1) (ρm – ρ ) g (6)
dimana : (h2-h1) : beda ketinggian cairan manometer (m)
ρm : density cairan manometer (kg/m³)
g : percepatan gravitasi (9,8 m/det²)
Pada Pitot tube, pengukuran yang terbaca / terhitung menunjukkan kecepatan local (local
velocity) dari aliran fluida dalam pipa. Untuk mendapatkan kecepatan rata-ratanya ada 2
cara / metode, yaitu :
a. Dengan melakukan pengukuran kecepatan alir pada setiap titik/posisi dalam pipa, lalu
dirata-ratakan.
b. Dengan metode perhitungan, yakni dengan menghitung kecepatan maksimumnya (pada
posisi tengah-tengah pipa), lalu dengan bantuan grafik NRe vs. vave/vmax akan dapat
dihitung kecepatan rata-ratanya (vave).
3. Venturi-meter
Venturi meter dipakai untuk mengukur kecepatan rata-rata aliran fluida dalam pipa. Prinsip
pengukurannya hampir sama dengan pitot tube, bedanya v1 dan v2 pada Venturi-meter
dapat diukur /dihitung berdasarkan diameter pipa dan leher Venturi-meter tersebut.
( )½
v0 = [ ] (11)
[ ( ) ]½
Dimana : Co : koefisien Orifice meter
Do : diameter Orifice (m)
D1 : diameter pipa (m)
5. Rotameter (Area-meter)
Pada Rotameter, kecepatan alir fluida (yolumetric rate) yang terukur / terbaca pada alat
tersebut biasanya sudah menunjukkan kecepatan alir yang sebenarnya (actual rate). Akan
tetapi dalam pemakaiannya perlu dikalibrasi kembali untuk melihat ketelitian (accuracy) dari
rotameter tsb.
Qa = Cr x Qr (12)
Dimana: Qa : volumetric rate yang sebenarnya (m³/det)
Qr : volumetric rate yang terbaca (m³/det)
Cr : koefisien Rotameter
6. Bendungan atau DAM
Pada beberapa bagian peralatan proses dan saluran untuk keperluan pertanian, cairan/air
mengalir melalui saluran terbuka. Untuk mengukur kecepatan alirnya digunakan bendungan
atau dam. Ada dua jenis bendungan yangs sering dipakai, yaitu bendungan segi empat dan
bendungan segi tiga (gambar 4)
Gambar 4 : Bendungan atau dam : a. segi empat, b. Segi tiga
Untuk menghitung kecepatan alir cairan / air yang melewati bendungan ini, diukur head
(tinggi cairan diatas bendungan) dari dasar bendungan. Lalu dengan menggunakan modified
Francis weir formula yang diturunkan dari persamaan Bernoulli, maka kecepatan alir cairan
dapat dihitung.
Persamaan kecepatan alir pada bendungan bentuk segi empat :
q = 0,415 (L – 0,2ho)ho 1,5 (13)
D. Prosedur percobaan
1. Kalibrasi “Water-meter” :
a. Isi storage tank dengan air bersih sampai hampir penuh.
b. Pasang salah satu alat ukur aliran fluida pada tempatnya.
c. Hubungkan listrik ke stop kontak.
d. Hidupkan pompa.
e. Atur valve pada kedudukan tertentu, catat kecepatan alir (volumetric rate) yang terbaca
pada meter air dan yang diukur dengan stopwatch (actual rate).
f. Ulangi langkah e untuk kedudukan valve yang lain sehingga mewakili pengukuran terkecil
sampai yang terbesar.
g. Buat grafik/ kurva kalibrasi dari water-meter yang dipakai.
2. Pilot Tube
a. Pasang pilot tube pada tempatnya,hubungkan pipa penghubung manometer pada
tempatnya.
b. Hubungkan pompa, buka valve pada kedudukan tertentu.
c. Catat beda ketinggian pada manometer.
d. Catat volumetric rate pada water-meter.
e. Ulangi langkah b s/d untuk kedudukan valve yang lain.
3. Venturi-meter (sama dengan Pitot Tube)
4. Orifice-meter (sama dengan Pitot Tube)
5. Rotameter :
a. Pasang Rotameter pada tempatnya.
b. Hidupkan pompa, buka valve pada kedudukan tertentu.
c. Catat volumetric rate pada water-meter.
d. Catat volumetric rate yang terukur pada rotameter.
e. Ulangi langkah b s/d d untuk kedudukan valve yang lain.
6. Bendungan atau dam
a. Pasang bendungan pada tempatnya.
b. Pasang mistar pengukur diatas bendungan dan set pada titik nol.
c. Hidupkan pompa, buka valve pada kedudukan tertentu.
d. Catat volumetric rate pada water meter.
e. Naikkan mistar pengukur sampai ujung jarum mistar tepat menyentuh permukaan cairan,
catat head cairan.
f. Ulangi langkah c s/d e untuk kedudukan valve yang lain.
E. Keselamatan Kerja
Lihat pada lampiran.
F. Gambar Alat
G. Tugas
1. Pelajari teori tentang manometer dan Rotameter.
2. Buat kurva kalibrasi dan tentukan koefisien / faktor koreksi dari masing-masing alat ukur
kecepatan alir yang digunakan.
H. Pustaka
Badger & Banchero, Introduction to Chemical Engineering , International Student Edition,
McGraw-Hill Book Co., Singapore, 1985.
Coulson & Richardson, Chemical Engineering, Vol. 1,3rd edition, Pergamon Press, Oxford, 1980.
Geankoplis, Christie, Transport Processes and Unit Operations, 3rd edition, Prentice_Hall Inc.,
New Jersey. 1993.
AGITASI MEKANIK DAN PENCAMPURAN CAIRAN
A. TUJUAN PERCOBAAN
B. DASAR TEORI
Zat cair biasanya diaduk di dalam sutu tangki atau bejana, biasanya yang
berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Di dalam tangki itu dipasang
impeller pada ujung tutup yang ditumpu dari atas dan digerakkan oleh motor. Tangki
itu biasanya dilengkapi dengan lubang masuk dan lubang keluar, kumparan kalor,
mantel, dan sumur untuk menempatkan termometer atau piranti pengukuran suhu
lainnya. Impeller itu akan membangkitkan pola aliran di dalam sistem yang
menyebabkan zat cair bersirkulasi di dalam bejana dan akhirnya kembali ke impeller.
Menurut arus yang dihasilkan, impeller terbagi dua (Suhendrayatna, 2005)
yaitu:
1. Komponen radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap poros impeller.
2. Komponen longitudinal yang bekerja pada arah paralel dengan poros.
3. Komponen tangensial atau rotational yang berkerja pada arah singgung
terhadap lintasan di sekeliling poros.
Pola aliran keseluruhan di dalam tangki itu bergantung pada variasi dari ketiga
komponen itu dari satu lokasi ke lokasi lain. Komponen radial dan komponen
longitudinal sangat aktif dalam memberi aliran pencampuran.
Dalam operasi pencampuran dan penyebaran (dispersi), laju dispersi bukanlah
merupakan satu-satunya faktor dan bukan pula merupakan faktor yang terpenting.
Impeller pada kecepatan tinggi akan membangkitkan turbulensi yang kuat.
Keturbulenan adalah akibat dari arus yang terarah baik dan gradien kecepatan yang
cukup besar di dalam zat cair. Sirkulasi dan pembangkitan keturbulenan, keduanya
memerlukan energi.
Daya sangat dibutuhkan dalam operasi pencampuran untuk menggerakkan
motor pengaduk agar terjadinya proses pencampuran. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan daya ialah: diameter pengaduk (D), viskositas cairan (µ ),
densitas fluida (), medan gravitasi (gc), kecepatan putaran pengaduk (N),
jumlah pengaduk pada poros, bentuk dan jenis pengaduk, perbandingan tinggi
cairan pada tangki dengan diameter tangki. Dalam percobaan, daya yang disuplai
untuk menggerakkan impeller diukur langsung dengan alat ukur multitester
(voltmeter dan amperemeter), dengan menggunakan rumus:
P = V. I
Dimana:
V = tegangan listrik (volt)
I = arus listrik (ampere)
Ada tiga bilangan tak berdimensi yang sangat berpengaruh dalam proses
pencampuran yaitu:
Bilangan ini menggambarkan jenis aliran dalam fluida yang disebabkan oleh
putaran batang pengaduk. Secara matematis bilangan Reynold dapat ditulis:
Dimana :
Da = Diameter impeller
n = Kecepatan putaran fluida
= Densitas
µ = Viskositas
Np = P
Da2 n3
Dimana:
P = Daya keluaran motor
Da = Diameter impeller
n = Kecepatan putaran impeller
= Densitas
3. Bilangan Froude (NFr)
Da2 . n
NFr =
gc
Dimana:
Da = Diameter impeller
n = Kecepatan putaran impeller
gc = Gravitasi bumi.
D. Prosedur Percobaan
1. Hubungkan peratalan tangki berpengaduk ke sumber listrik dan secara otomatis
peralatan akan beroperasi.
2. Atur kecepatan putar pengaduk pada skala kecepatan putar tertentu dan pastikan
kecepatan putarnya dengan menggunakan alat tachometer dan segera matikan
peralatan tangki berpengaduk.
3. Masukkan air sejumlah 10 liter dan kapur sesuai dengan variabel yang diberikan
oleh dosen pembimbing.
4. Tambahkan larutan Asam dengan volume tertentu sesuai dengan variabel yang telah
ditentukan.
5. Hidupkan konduktometer dan pastikan siap digunakan untuk mengukur
konduktifitas larutan dalam tangki berpengaduk selama proses pencampuran.
6. Hubungkan lagi tangki berpengaduk ke sumber listrik dan segera hitung waktu
pencampuran dengan stopwatch.
7. Catat nilai konduktifitas larutan selama proses pencampuran dengan interval waktu
pengamatan 1 menit hingga pencampuran selesai. (padatan terdistribusi sempurna
dilarutan yang ditunjukkan dengan nilai konduktifitas larutan yang tetap).
8. Buang larutan yang ada di tangki dan ulangi percobaan untuk perubahan nilai
kecepatan putar pengaduk yang berbeda.
E. Keselamatan Kerja
1. Hati- hati pada waktu menyalakan peralatan tangki berpengaduk, pada saat
menghubungkan ke sumber listrik pastikan tangan dalam kondisi kering dan
mengggunakan sepatu yang bersifat isolator serta pastikan lantai tidak ada genangan air.
2. Hati- hati dalam menuang dan mengaduk suspensi, peralatan dari gelas mudah pecah.
F. Gambar Alat
G. Pustaka