JObsheet

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 29

0

PETUNJUK PRAKTIKUM
OPERASI TEKNIK KIMIA 1

OLEH :

TIM LAB OTK-1

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2019
SEDIMENTASI

A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mengerti dan memahami proses sedimentasi.
2. Mahasiswa dapat melakukan percobaan sedimentasi dengan benar dan aman.
3. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan-perhitungan kecepatan pengendapan,
konsentrasi endapan, dll. dan membandingkan antara perhitungan teoritis dengan hasil
praktikum.

B. Teori
Proses pemisahan padatan dalam lumpur (slurry) dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain dengan cara filtrasi, sentrifugasi dan settling dan sedimentasi. Pada settling dan
sedimentasi, partikel padat dipisahkan dari fluida/cairannya dengan bantuan gaya gravitasi yang
dikenakan pada pertikel padatnya, tanpa adanya saringan pemisah, baik berupa filter ataupun
screen.
Settling dan sedimentasi merupakan metode pemisahan partikel yang mengandalkan
gaya gravitasi sebagai gaya dorong partike agar dapat mengendap. Settling adalah
istilah/terminology umum untuk proses pengendapan, dimana partikel yang diendapkan dapat
berubah padatan ataupun cairan, sedangkan fluidanya dapat berupa cairan ataupun gas.
Sedangkan sedimentasi merujuk pada proses pengendapan, dimana partikel yang diendapkan
berupa padatan.
Beberapa proses settling dan sedimentasi ditujukan untuk mengambil cairannya
(partikel yang mengendap dianggap sebagai kontaminan atau bahan yang kurang berharga),
namun pada beberapa proses yang lain, yang diinginkan justru partikel yang mengendap atau
padatannya.
Bila suatu partikel berada pada jarak tertentu dari dinding wadah dan partikel yang lain,
dimana dinding dan partikel yang lain tersebut (dianggap) tidak berpengaruh terhadap proses
jatuhnya partikel dalam fluida, disebut pengendapan bebas (free settling). Sedangkan bila jarak
antar partikel relative dekat dan kacau (crowded), yang menyebabkan proses pengendapan
menjadi terhambat, disebut pengendapan terhambat (hindered Settling). Dan proses
pemisahan lumpur encer atau suspense dengan pengendapan secara gravitasi disebut
sedimentasi, dimana hasilnya berupa fluida bersih (jernih) dan lumpur(slurry) dengan
konsentrasi tinggi atau lumpur dengan kandungan padatan tinggi.
Beberapa aplikasi dari proses settling dan sedimentasi, antara lain meliputi
penghilangan padatan dari cairan buangan air, pengendapan Kristal dari cairan induknya
(mother liquor), pemisahan campuran cair-cair dari hasil proses ekstraksi,
pemisahan/pengendapan minyak kedelai dari proses leaching.dll.
1. Pengendapan bebas (free settling)
Bila partikel bergerak dalam fluida, beberapa gaya bekerja pada partikel tsb. yaitu gaya
gravitasi yang bekerja menekan ke bawah, gaya apung yang bekerja menekan ke atas, dan
gaya gesek yang bekerja berlawanan arah dengan arah gerakan.
Gaya gravitasi yang bekerja kebawah besarnya :
Fg = m g (1)
Dimana ; Fg : gaya gravitasi
m : massa partikel
g : percepatan gravitasi (m/det2)
Gaya apung yang bekerja keatas besarnya :
Fb = m ρ g (2)
ρp
Dimana ; Fb : gaya apung (N)
m : massa partikel
ρ : percepatan gravitasi (m/det2)
ρp : density partikel padat (kg/m3)
Sedangkan gaya gesek yang bekerja besarnya :
FD = CD V2 ρ A (3)
2
Dimana ; FD : gaya gesek (N)
CD : koefisien gesek (yang besarnya tergantung NRe)
v : kecepatan perpindahan/ gerak (m/det)
ρ : density fluida (kg/m3)
A : luas penampang proyeksi partikel (m2)
Resultan dari ketiga gaya yang bekerja pada partikel tersebut menentukan arah gerak dari
partikel, apakah gerak keatas atau kebawah, dengan percepatan sebesar ;
dv
m = Fg - Fb - FD (4)
dt
atau ;
dv v2
m = m g –m ρ g- CD ρA (5)
dt ρp 2

Dari posisi diam pada awal pengendapan, sebenarnya terjadi 2 periode proses jatuh pada
partikel, yaitu periode jatuh dengan percepatan (yang berlangsung sangat singkat) dan
periode jatuh dengan kecepatan konstan, yang disebut dengan kecepatan pengendapan
bebas (free settling velocity) atau kecepatan terminal (terminal velocity), kemudian diikuti
dengan kecepatan pengendapan terhambat (hindered settling velocity) sampai
pengendapan berlangsung sempurna.

Besarnya kecepatan terminal diturunkan dari persamaan (5) dengan harga dv/dt = 0,
sehingga ;

vt= 2 g (ρp – ρ) m (6)


A ρp CD ρ
dimana ; vt : kecepatan terminal (m/det)

Untuk partikel berbentuk bola, m = π Dp3 ρ /6


p dan A= ¼ π D p, maka kecepatan terminalnya
2

menjadi ;

vt= 4 (ρp – ρ) g Dp (7)


3 CD ρ
Dimana ; Dp : diameter partikel (m)
Untuk mendapatkan harga koefisien gesek, biar alirannya laminar (NRe < 1), maka besarnya
koefisien gesek adalah ;
CD = = (8)
/
Dimana : µ : viskositas fluida (Pa.det)
Sehingga persamaan (7) menjadi ;
( )
= (9)

Untuk aliran turbulen (NRe > 1), digunakan persamaan (7) dengan koefisien gesek didapat
secara empiris, seperti tercantum pada grafik sebagai berikut :

Gambar 1 : Koefisien gerak untuk bola padat

2. Pengendapan terhambat (hindered settling)


Pengendapan dimana jumlah partikelnya cukup besar dan saling berpengaruh dalam
pengendapan disebut pengendapan terhambat (hindered settling). Pada kasus ini gradien
kecepatan pengendapan partikel dipengaruhi oleh kecepatan partikel lainnya, sehingga
kecepatan pengendapan keseluruhan menjadi lebih lambat. Disamping itu karena jumlah
partikel yang bergerak (turun) lebih banyak, maka cairan yang terangkat (terdesak) keatas
juga cukup banyak, dan ini juga menghambat kecepatan turun partikel.
Pada hindered settling gaya gesek yang terjadi lebih besar karena interferensi antar partikel,
maka viskositas efektif campuran dan bulk density slurry perlu diberi faktor koreksi,
sehingga untuk aliran laminar berlaku ;
( )
= (10)

Dimana : : Fraksi volume slurry

Ψp : faktor koreksi empiris, yang besarnya ;

Ψp = , ( )
(11)

Sedangkan untuk aliran turbulen, tetap digunakan persamaan (7) dan harga koefisien gesek
seperti pada grafik diatas, tetapi perhitungan NRe nya seperti rumus dibawah ;

NRe = = (12)

Dimana : ρm : bulk density campuran (kg/m3)

µm : viskositas efektif campuran (Pa.det), yang besarnya ;

µm = µ / ψp (13)

3. Mekanisme dan pengukuran kecepatan sedimentasi


Bila lumpur(slurry) encer diendapkan secara gravitasi menjadi cairan jernih dan lumpur
dengan konsentrasi padatan tinggi, proses ini disebut sedimentasi padatan tinggi, proses ini
disebut thickening. Untuk menggambarkan mekanisme dan metode pengukuran kecepatan
pengendapan secara praktek, dibuat percobaan seperti ditunjukkan pada gambar berikut ;

Gambar 2 : Skema proses sedimentasi secara batch vs. waktu


Pada awalnya semua partikel jatuh secara bebas (free settling) dalam zona suspensi B.
Beberapa saat kemudian partikel-partikel di zona suspensi B akan terbagi menjadi zona A
yang merupakan cairan jernih, zona B yang masih merupakan suspensi, zona C yang
merupakan zona transisi anatar suspensi B dengan zona D, dan zona D sendiri yang
merupakan zona endapan partikel dibagian bawah bejana. Pada akhir proses, yang tinggal
hanya cairan jernih (zona A) yang terpisah secara nyata dengan lumpur dengan konsentrasi
padatan tinggi (zona D).
Dari plot antara ketinggian interface (z) versus waktu (t) pada gambar diatas, maka dapat
dihitung kecepatan pengendapan pada waktu t= t1, sbb :

zi  z1
v1 =
t1  0
(14)
dan konsentrasi rata-rata suspensi :
z0
c1 = c0 (15)
zi
dengan : c0 : konsentrasi awal suspense.
Pada waktu awal proses pengendapan sedang berlangsung, secara visual agak sulit
mengamati interface antara zona satu dengan zona lainnya. Sedangkan pada akhir proses,
interface antara zona A dan Zona D mudah diamati. Padahal yang sangat penting diamati
dan nantinya dipakai untuk perhitungan kecepatan pengendapan dan perhitungan
konsentrasi suspensi adalah interface antara cairan jernih (zona A) dan suspensi (zona B).
untuk itu didalam pengamatan perlu dicari kiat-kiat tertentu sehingga interface zona A dan
zona B dapat teramati.

C. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Gelas ukur 1000 ml
b. Stopwatch
c. Ayakan
d. Timbangan
e. Kaca Pengaduk
2. Bahan :
a. Kapur
b. Air
c. Tawas
D. Prosedur Percobaan
1. Ayak kapur kering secukupnya dan catat diameter rata-ratanya.
2. Buat suspense campuran kapur dan air dengan proporsi (konsentrasi);
a. 10 % berat tanpa tawas
b. 20% berat tanpa tawas
c. 10 % berat dengan tawas 2% berat
d. 20% berat dengan tawas 2% berat
3. Masing- masing campuran masukkan dalam gelas ukur, aduk sebentar dan diamkan. Catat
ketinggian awal suspensi.
4. Amati dan catat ketinggian interface antar cairan jernih dan suspense tiap selang waktu
tertentu. (awalnya cukup singkat, misalnya tiap 1 menit, lama kelamaan lebih lambat,
misalnya 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 30 menit).
5. Amati terus sampai proses sedimentasi selesai, yaitu ketinggian interface tidak berubah dan
batas antara cairan jernih dan lumpur padat sangat nyata (kira-kira 2-3 jam).

E. Keselamatan Kerja
1. Hati- hati pada waktu mengayak kapur, banyak debu kapur bertebangan, hindari mengenai
mata.
2. Hati- hati dalam menuang dan mengaduk suspensi, peralatan dari gelas mudah pecah.

F. Gambar Alat
G. Tugas
1. Buat grafik plot ketinggian interface versus waktu.
2. Hitung kecepatan terminal pada free settling secara teoritis dan bandingkan dengan
perhitungan dari hasil percobaan.
3. Hitung kecepatan terminal pada hindered settling secara teoritis dan praktek, dan
bandingkan hasilnya.
4. Buat kurva plot konsentrasi rata-rata suspense versus waktu dan hitung konsentrasi lumpur
akhir proses.

H. Pustaka
 Badger dan Banchero, Introduction to chemical engineering, McGraw-Hill Book Co.,
Singapore, 1985.
 Brown, Unit Operations, John Wiley & Sons, Inc., New York, 1975.
 Coulson & Richardson, Chemical Engineering, Vol. 2,4th edition, Pergamon Press,
Oxford, 1991.
 Geankoplis, Christie, Transport Processes and Unit Operation, 3rd edition, Allyn &
Bacon, London, 1985.

I. Lampiran
 Grafik hubungan antara ketinggian interface dan konsentrasi suspense terhadap waktu
sedimentasi.
FILTRASI
(Vacuum filter)

A. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mengerti dan memahami proses filtrasi dengan menggunakan Vacuum Filter.
2. Mahasiswa dapat melakukan percobaan filtrasi menggunakan Vacuum Filter dengan benar
dan aman.
3. Mahasiswa dapat menghitung kecepatan filtrasi, waktu proses dan volume filtrate yang
didapatkan pada filtrasi dengan Vacuum Filter.

B. Teori
Berbagai permasalahan pemisahan partikel padat dari cairannya dapat diselesaikan dengan
beberapa metode pemisahan, tergantung pada jenis padatannya, proporsi padatan yang
terkandung terhadap cairannya dalam campuran, viskositas campuran, dan lain sebagainya.
Pada filtrasi, beda tekanan dibuat agar fluida dapat mengalir melewati lubang-lubang kecil pada
kertas/kain penyaring, dimana partikel padatnya tertahan padanya, yang kemudian dapat
membentuk lapisan porous, yang selanjutnya juga berfungsi sebagai medium penyaring,
sehingga medium penyaringnya merupakan gabungan antara filter dan lapisan lumpur porous
tersebut.

Gambar 1 : Prinsip Penyaringan


Secara komersial, filtrasi dapat digunakan pada banyak aplikasi/pemakaian. Partikel padat yang
tersuspensi dapat berukuran mulai kecil sekali sampai cukup besar, sangat padat/keras atau
plastic/lunak, berbentuk bola atau tak beraturan, padatan campuran (agregat) maupun murni
(individual), dll. Sedangkan produk yang diinginkan bias cairannya, ataupun padatannya.
Jadi faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan ketika memilih jenis peralatan dan kondisi operasi
filtrasi adalah :
 Sifat dari fluidanya, terutama viskositas densitas dan sifat korosifnya terhadapa
peralatan.
 Keadaan partikel padatnya, seperti ukuran dan bentuknya, distribusi ukuran dan
karakteristiknya.
 Konsentrasi partikel padat yang tersuspensi.
 Jumlah dari seluruh bahan yang akan diproses dan harga/nilainya.
 Bagiamana yang lebih penting ; padatan, cairan atau keduanya.
 Apakah perlu untuk mencuci padatan yang telah tersaring.
 Apakah peralatan akan menyebabkan kontaminasi terhadap produk yang dihasilkan.
 Apakah umpannya perlu dipanaskan terlebih dahulu.
 Apakah perlu pengerjaan awal sebelum proses filtrasi yang akan membantu proses
filtrasi.

Untuk keperluan skala laboratorium biasanya proses filtrasi cukup menggunakan kertas
saring yang diletakkan dalam corong biasa ataupun dalan Buchner funnel, baik hanya dengan
mengandalkan gaya gravitasi maupun dengan bantuan tekanan vakum.

1. Beberapa Type peralatan filtrasi.


a. Bed filter
Bed filter merupakan alat penyaring yang paling sederhana dan murah. Biasanya berupa
kolom atau bejana vertical yang dibagian bawahnya diberi pelat berlubang yang diisi filter
(penyaring) berupa bahan dan ukuran. Contohnya adalah sand filter yang biasa digunakan
untuk proses penjernihan air (lihat gambar L-1 pada lampiran).
Bed filter biasanya digunakan untuk menyaring partikel berukuran kecil yang tersuspensi
dalam cairan dengan konsentrasi relatif kecil. Kapasitas alatnya bisa cukup besar, tetapi
kecepatan penyaringannya relative lambat. Pengoperasiannya bisa secara gravitasi ataupun
dengan penambahan tekanan.
b. Bag filter
Bag filter biasanya digunakan untuk menyaring partikel-partikel padat yang tersuspensi
dalam udara atau gas. Berupa tas atau karung dari kain, dimana udara yang disaring
dihembusakn ke dalam tas/karung tertutup tersebut sehingga partikel padatnya
tersaring/tertahan dalam tas, sedangkan udara bersihnya lolos dari saringan menjadi
udara bersih.
c. Filter press
i. Chamber filter press.
Merupakan jenis filter press yang sederhana. Berupa susunan piringan-piringan
berlubang yang dilapis dengan kain filter. Suspensi masuk melalui bagian tengah
piringan didistribusikan ke filter – filter, dimana padatannya tertahan pada filter,
sedang filtratnya keluar dari bagian tepi piringan (lihat gambar L-2 pada lampiran).
ii. Plate and Frame filter press.
Plate and Frame filter press dibagi menjadi beberapa jenis lagi, yaitu ;
 Yang filternya dapat dicuci (washing) tanpa dikeluarkan dari plate dan frame
dengan keluaran terbuka (open delivery).
 Yang filternya dapat dicuci (washing) tanpa dkeluarkan dari plate dan frame
dengan keluaran tertutup (closed delivery).
 Yang filternya tidak dapat dicuci (non-washing) tanpa dikeluarkan dari plate dan
frame dengan keluaran terbuka (open delivery).
 Yang filternya tidak dapat dicuci (non-washing) tanpa dikeluarkan dari plate dan
frame dengan keluaran tertutup (closed delivery).
Prinsip kerja penyaringannya adalah suspense dimasukkan/dialirkan melalui saluran
masuk (feed channel), didistribusikan ke ruang-ruang pada bagian frame, dan
tersaring oleh filter pada bagian plate. Lumpur yang tersaring (cake) menempel
pada filter. Sedang filtratnya keluar dari bagian bawah plate.
Untuk jenis filter dengan keluaran terbuka, filtrate ini keluar langsung dari sela-sela
plate, ditampung dengan pinggan (pan) yang diletakkan dibagian bawah peralatan.
Sedangkan untuk jenis dengan keluaran tertutup, pada bagian dasar/bawah plate,
disediakan saluran (channel) khusus untuk menampung seluruh filtrate dari tiap-tiap
plate, sehingga keluarannya menjadi satu, yaitu pada pipa keluaran (lihat gambar L-
3) pada lampiran).
Beda antara jenis yang dapat dicuci (washing) dan yang tidak dapat dicuci (non-
washing) terletak pada tersedianya saluran untuk pencucian/backwash (didalam
plate dan frame). Untuk jenis yang dapat dicuci, maka didalam masing-masing plate
maupun frame disebabkan disediakan lubang/saluran untuk keperluan pencucian
tsb. Sebaliknya untuk jenis yang tidak dapat dicuci (non-washing), tidak terdapat
saluran (channel) untuk pencucian (lihat gambar L-4 s/d L-6 pada lampiran).
Kelebihan dari filter press, antara lain ;
 Sederhana, mudah dioperasikan, bisa untuk berbagai macam bahan dengan
kondisi operasi beragam.
 Ongkos perawatan murah.
 Luas permukaan filtrasi cukup besar.
 Dapat digunakan pada tekanan tinggi.
 Kebocoran mudah terlihat.
Sedangkan kekurangannya, antara lain ;
 Pengoperasian yang terputus-putus (bacth).
 Pembongkaran dan pemasangan yang berulang-ulang.
 Ongkos operasi tinggi.
 Tidak cocok untuk penyaringan dengan laju tinggi dan jumlah yang besar.

d. Leaf filter
Adalah jenis alat penyaring yang terbuat dari kolom-kolom berlubang atau kasa baja
berbentuk silinder tegak yang dilapis dengan kain filter, yang disusun berderet cukup
banyak (lihat gambar L-7 pada lampiran). Cara kerjanya merupakan dari bag- filter.

e. Continuous rotary filter


Terdiri atas beberapa jenis, antara lain :
i. Continuous rotary vacuum-drum filter (lihat gambar L-8 pada lampiran).
ii. Continuous rotary disk filter.
iii. Continuous rotary horizontal filter.
Penjelasan tentang Continuous rotary filter akan diberikan pada job sheet
tersendiri.

2. Persamaan kecepatan filtrasi


Proses filtrasi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor/variable penting, antara lain ;
a. Beda tekanan antara bagian masuk atau suspense terhadap bagian pengeluaran
filtrate atau bagian sisi luar filter.
b. Luas penampang permukaan filter.
c. Viskositas dari filtrate.
d. Tahanan dari lumpur yang menempel pada filter (filter cake).
e. Tahanan medium filter dan lapisan awal lumpur pada filter.
Persamaan kecepatan linier filtrasi yang didasarkan pada luas penampang filter, adalah ;

= (1)

Dimana : dV/A dt : kecepatan linier (m/det)


-Δp : pressure drop karena filter dan lumpur yang menempel (cake) (m/kg)
µ : viskositas fluida (Pa.det)
α : tahanan spesifik lumpur (cake) (m/kg)
cs :jumlah padatan dalam fitrat (kg/m³)
V : volume fitrat (m³)
A : luas penampang permukaan filter (m²)
Rm : tahanan medium filter terhadap aliran filtrat (m¯¹)
Pada filtrasi dengan tekanan konstan, persamaan (1) diatas dibalik dan disusun kembali menjadi:

= V+ Rm = K p V + B (2)

Dimana :

= (det/m6) (3)

Dan :

(det/m3) (4)
Untuk tekanan konstan, dengan α konstan dan lumpur yang terbentuk inkompresibel, maka
integrasi dari persamaan (2), didapat :

t = ½ Kp V2 + B V (5)
Atau ;
= (6)

Untuk mendapatkan harga α dan Rm, berdasarkan persamaan (2), dibuat plot antara Δt / ΔV (≈
dt / dV) lawan Va ( yang merupakan garis lurus, gambar 2 dibawah), dimana Δt = t2- t1, ΔV = V2 –
V1 dan Va = ½ (V1 + V2).

Gambar 2 : Kurva pengukuran konstanta α dan Rm

Dari gambar yang didapatkan, maka slope-nya merupakan harga Kp dan intersep ordinat-nya
merupakan harga B. dengan menggunakan persamaan (3) dan (4), maka harga α dan Rm dapat
dihitung, dan dengan persamaan (5) atau (6) dapat diperkirakan waktu filtrasi yang dibutuhkan
untuk mendapatkan volume filtrat tertentu, atau sebaliknya dapat dihitung filtrat yang
dihasilkan pada filtrasi dengan selang waktu tertentu.

C. Alat dan Bahan


1. Alat :
a.Vacuum Filter.
b. Kertas Saring.
c. Stopwatch
2. Bahan :
a. Kapur
b. Air

D. Prosedur Percobaan
1. Penyiapan alat :
a. Timbang kertas saring kering sebanyak 2 buah, masing-masing beri tanda.
b. Pasang kertas saring tersebut pada alat secara benar dan kencangkan dengan pemutar
manual.
c. Sambungkan pipa-pipa dari tangkai umpan, pompa dan pipa pembuangan, pastikan tidak
ada yang bocor.
2. Pembuatan suspensi:
a. Buatlah suspensi yang terdiri atas campuran kapur dan air dengan konsentrasi 1,5, 10 dan
15 % berat dari 5 liter air dalam tangki umpan, aduk secara merata.
b. Ukur diameter pertikel rata-rata dan density dari partikel kapur yang dipakai.
3. Pelaksanaan percobaan :
Tutup rapat semua katup (valve).
a. Hidupkan pompa.
b. Biarkan proses berjalan dan ambil data kecepatan feed, filtrat dan tekanan masuk serta
keluar tiap interval waktu tertentu ( ditentukan pembimbing).
c. Setelah proses penyaringan berlangsung sempurna, hentikan pompa.
d. Buka alat secara hati-hati, ambil kertas saring pelan-pelan agar cake tidak terkelupas/jatuh.
e. Ukur ketebalan cake masing-masing, kemudian keringkan.
f. Setelah kering, timbang jumlah cake masing-masing.
g. Bila bahan dan filter masih ada, ulangi percobaan dengan tekanan berbeda.

E. Keselamatan Kerja
1. Hati-hati dalam mengoperasikan tangki umpan, jangan memasukkan tangan atau peralatan
lainnya ketika pengaduk berputar.
2. Pada saat pengadukan. kadang-kadang ada suspensi yang memercik atau tumpah. Hindarkan
mata dari percikan dan tumpahan suspensi.
3. Pada saat percobaan banyak filtrat yang tumpah. Hati-hati terpeleset.

F. Pustaka
Badger & Banchero, Introduction to Chemical Engineering , McGraw-Hill Book Co., Singapore,
1985.
Coulson & Richardson, Chemical Engineering, Vol. 2,4 th edition, Pergamon Press, Oxford, 1991.
Geankoplis, Christie, Transport Processes and Unit Operations, 3 rd edition, Allyn & Bacon,
London. 1985.
PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA

A. Tujuan percobaan
1. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti prinsip pengukuran aliran fluida.
2. Mahasiswa mengenal beberapa jenis alat ukur kecepatan alir fluida.
3. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kecepatan aliran fluida dengan menggunakan
masing-masing alat ukur kecepatan alir fluida.
4. Mahasiswa data menentuan koefisien masing-masing alat ukur kecepatan alir fluida.

B. Teori
Didalam teknik kimia, aliran fluida adalah suatu masalah yang penting untuk dikuasai, karena
hamper semua proses dalam pabrik kimia maupun pabrik pemrosesan yang lain selalu
melibatkan fluida baik sebagai bahan baku, bahan setengah jadi, bahan jadi ataupun sebagai
bahan pembantu yang lain (utilitas). Salah satu hal yang juga sangat penting dikuasai dalam
aliran fluida ini adalah mengukur dan mengontrol/mengendalikan jumlah bahan yang masuk
dan keluar dari masing-masing alat pada pabrik tersebut. Ada beberapa alat ukur fluida yang
dikenal. Yang paling sederhana didalam pemakaiannya adalah “water-meter” yang banyak
dipakai untuk mengukur kecepatan alir air PDAM dirumah tangga. Disamping itu ada pitot tube,
Venturi-meter, Orifice-meter, Elbow-meter, dan lainnya. Dimana pada penggunaannya harus
dikalibrasi terlebiih dahulu untuk mendapatkan “rate aktual’-nya.
1. Water-meter
Water-meter adalah alat ukur kecepatan alir air seperti dipakai pada saluran PDAM.
Biasanya alat ini hanya mencatat volume air yang telah lewat alat ini pada selang waktu
tertentu. Namun ada juga yang dilengkapi dengan jarum penunjuk kecepatan alir air yang
sedang lewat.
Untuk mengitung kecepatan alir air yang sebenarnya (rate actual), maka perlu dilakukan
pengukuran dan perhitungan denga rumus-rumus sbb :

Qa = Cw x Qw (1)
Dimana : Qa : “rate actual” (m /sec)
3

Qw : “water-meter” volumetric rate (m3/sec)


Cw : koefisien/faktor koreksi untuk “water-meter”
Rate actual dicari dengan mengukur volume fluida yang masuk tangki pengukur untuk
selang waktu tertentu.
Qa = (V2-V1) / t (2)
3
Dimana : V1 : volume awal pengukuran (m )
V2 : volume akhir pengukuran (m3)
t : waktu pengukuran
2. Pitot Tube
Pitot tube merupakan salah satu alat ukur kecepatan fluida yang mendasarkan
pengukurannya pada beda tekanan yang terjadi pada dua titik yang dilewati fluida dalam
tube (Differential Pressure Flow-meter).

Dari gambar diatas, fluida mengalir ke dalam titik 2, timbul tekanan yang kemudian menjadi
stasioner pada titik tersebut sehingga disebut sabagai titik stagnan. Perbedaan tekanan
stagnan pada titik 2 ini dengan “static pressure” yang timbul pada “static tube”
menunjukkan peningkatan/kenaikan tekanan yang berhubungan dengan kecepatan alir
fluida, dimana besarnya perbedaan tekanan ini diukur/ditunjukkan oleh beda ketinggian
fluida pengukur pada manometer.
Bila fluida yang diukur inkompressibel, maka dari persamaan Bernoulli dapat dihitung
kecepatan fluidanya.

+ =0 (3)

dimana : v1 : kecepatan pada titik 1 (m/det)


v2 : kecepatan pada titik 2 (m/det)
P1 : tekanan pada titik 1 (Pa)
P2 : tekanan pada titik 2 (Pa)
ρ : density fluida (kg/m³)
bila v1 = v dan v2 = 0, maka :
v = [ 2 ( P2 - P1) /ρ]1/2 (4)

Pada kenyataannya harga v diatas tidak sama dengan hasil pengukuran yang sebenarnya
(biasanya lebih besar), sehingga perlu diberi koefisien / factor koreksi yang disebut Koefisien
Pitot Tube (Cp), sehingga:
v = Cp [ 2 ( P2 - P1) /ρ]1/2 (5)
Perbedaan tekanan (P2-P1) didapat dari pembacaan pada manometer, dimana:
( P2 - P1) = (h2-h1) (ρm – ρ ) g (6)
dimana : (h2-h1) : beda ketinggian cairan manometer (m)
ρm : density cairan manometer (kg/m³)
g : percepatan gravitasi (9,8 m/det²)
Pada Pitot tube, pengukuran yang terbaca / terhitung menunjukkan kecepatan local (local
velocity) dari aliran fluida dalam pipa. Untuk mendapatkan kecepatan rata-ratanya ada 2
cara / metode, yaitu :
a. Dengan melakukan pengukuran kecepatan alir pada setiap titik/posisi dalam pipa, lalu
dirata-ratakan.
b. Dengan metode perhitungan, yakni dengan menghitung kecepatan maksimumnya (pada
posisi tengah-tengah pipa), lalu dengan bantuan grafik NRe vs. vave/vmax akan dapat
dihitung kecepatan rata-ratanya (vave).
3. Venturi-meter
Venturi meter dipakai untuk mengukur kecepatan rata-rata aliran fluida dalam pipa. Prinsip
pengukurannya hampir sama dengan pitot tube, bedanya v1 dan v2 pada Venturi-meter
dapat diukur /dihitung berdasarkan diameter pipa dan leher Venturi-meter tersebut.

Gambar 2 : Diagram Venturi-meter


Dari persamaan (3), bila :
V1 : kecepatan rata-rata pada titik 1 (pipa) yang berdiameter D1
V2 : kecepatan rata-rata pada titik 2 (leher) yang berdiameter D2
Maka persamaan kontinuitasnya pada tekanan konstan adalah :
¼ π D12 v1 = ¼ π D12 v2 (7)
Atau:
v1 = (D22/ D12) v2 (8)
Substistusi pers, (8) ke pers. (3), didapat :
( )½
v2 = [ ] (9)
[ ( ) ]½
Bila koefisien Venturi-meter (Cv) dimasukkan, maka:
( )½
v2 = [ ] (10)
[ ( ) ]½
4. Orifice-meter
Serupa dengan Venturi-meter, tapi diameter orifice-nya, bisa diatur / diganti sesuai
keinginan.

Gambar 3 : Diagram Orifice-meter

( )½
v0 = [ ] (11)
[ ( ) ]½
Dimana : Co : koefisien Orifice meter
Do : diameter Orifice (m)
D1 : diameter pipa (m)
5. Rotameter (Area-meter)
Pada Rotameter, kecepatan alir fluida (yolumetric rate) yang terukur / terbaca pada alat
tersebut biasanya sudah menunjukkan kecepatan alir yang sebenarnya (actual rate). Akan
tetapi dalam pemakaiannya perlu dikalibrasi kembali untuk melihat ketelitian (accuracy) dari
rotameter tsb.
Qa = Cr x Qr (12)
Dimana: Qa : volumetric rate yang sebenarnya (m³/det)
Qr : volumetric rate yang terbaca (m³/det)
Cr : koefisien Rotameter
6. Bendungan atau DAM
Pada beberapa bagian peralatan proses dan saluran untuk keperluan pertanian, cairan/air
mengalir melalui saluran terbuka. Untuk mengukur kecepatan alirnya digunakan bendungan
atau dam. Ada dua jenis bendungan yangs sering dipakai, yaitu bendungan segi empat dan
bendungan segi tiga (gambar 4)
Gambar 4 : Bendungan atau dam : a. segi empat, b. Segi tiga
Untuk menghitung kecepatan alir cairan / air yang melewati bendungan ini, diukur head
(tinggi cairan diatas bendungan) dari dasar bendungan. Lalu dengan menggunakan modified
Francis weir formula yang diturunkan dari persamaan Bernoulli, maka kecepatan alir cairan
dapat dihitung.
Persamaan kecepatan alir pada bendungan bentuk segi empat :
q = 0,415 (L – 0,2ho)ho 1,5 (13)

Dimana : q : kecepatan alir (m³/det)


L : lebar bendungan (m)
ha : head cairan (m)
g : percepatan gravitasi (m/det²)
sedangkan persamaan kecepatan alir untuk bendungan segitiga :
,
,
q= (14)

dimana : Ø : sudut kemiringan segitiga (°)

C. Alat dan Bahan


1. Alat : - Fluid Flow Measurement Bench
- Pitot Tube
- Venturi meter: D1 = 39 mm dan D2 = 18 mm
- Orifice meter : D1 = 39 mm dan Do = 22 mm
- Rotameter
- Stopwatch
2. Bahan : - Air bersih

D. Prosedur percobaan
1. Kalibrasi “Water-meter” :
a. Isi storage tank dengan air bersih sampai hampir penuh.
b. Pasang salah satu alat ukur aliran fluida pada tempatnya.
c. Hubungkan listrik ke stop kontak.
d. Hidupkan pompa.
e. Atur valve pada kedudukan tertentu, catat kecepatan alir (volumetric rate) yang terbaca
pada meter air dan yang diukur dengan stopwatch (actual rate).
f. Ulangi langkah e untuk kedudukan valve yang lain sehingga mewakili pengukuran terkecil
sampai yang terbesar.
g. Buat grafik/ kurva kalibrasi dari water-meter yang dipakai.
2. Pilot Tube
a. Pasang pilot tube pada tempatnya,hubungkan pipa penghubung manometer pada
tempatnya.
b. Hubungkan pompa, buka valve pada kedudukan tertentu.
c. Catat beda ketinggian pada manometer.
d. Catat volumetric rate pada water-meter.
e. Ulangi langkah b s/d untuk kedudukan valve yang lain.
3. Venturi-meter (sama dengan Pitot Tube)
4. Orifice-meter (sama dengan Pitot Tube)
5. Rotameter :
a. Pasang Rotameter pada tempatnya.
b. Hidupkan pompa, buka valve pada kedudukan tertentu.
c. Catat volumetric rate pada water-meter.
d. Catat volumetric rate yang terukur pada rotameter.
e. Ulangi langkah b s/d d untuk kedudukan valve yang lain.
6. Bendungan atau dam
a. Pasang bendungan pada tempatnya.
b. Pasang mistar pengukur diatas bendungan dan set pada titik nol.
c. Hidupkan pompa, buka valve pada kedudukan tertentu.
d. Catat volumetric rate pada water meter.
e. Naikkan mistar pengukur sampai ujung jarum mistar tepat menyentuh permukaan cairan,
catat head cairan.
f. Ulangi langkah c s/d e untuk kedudukan valve yang lain.

E. Keselamatan Kerja
Lihat pada lampiran.

F. Gambar Alat
G. Tugas
1. Pelajari teori tentang manometer dan Rotameter.
2. Buat kurva kalibrasi dan tentukan koefisien / faktor koreksi dari masing-masing alat ukur
kecepatan alir yang digunakan.

H. Pustaka
Badger & Banchero, Introduction to Chemical Engineering , International Student Edition,
McGraw-Hill Book Co., Singapore, 1985.
Coulson & Richardson, Chemical Engineering, Vol. 1,3rd edition, Pergamon Press, Oxford, 1980.
Geankoplis, Christie, Transport Processes and Unit Operations, 3rd edition, Prentice_Hall Inc.,
New Jersey. 1993.
AGITASI MEKANIK DAN PENCAMPURAN CAIRAN

A. TUJUAN PERCOBAAN

1. Menentukan pola pencampuran,


2. Kebutuhan daya,
3. Waktu pencampuran,
4. BilanganReynold, bilangan Power dan bilangan Froud dari fluida yang
bercampur.

B. DASAR TEORI

Pencampuran (mixing) merupakan operasi yang tujuannya untuk mengurangi


ketidaksamaan komposisi, suhu atau sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan.
Pencampuran dapat terjadi karena adanya gerakan dari bahan tersebut. Agar bahan
dapat bergerak diperlukan suatu pengadukan yang merupakan gerakan terinduksi
menurut cara tertentu pada suatu bahan dalam bejana. Gerakan itu biasanya mempunyai
semacam pola sirkulasi, salah satunya adalah proses pencampuran. Istilah pencampuran
dapat diartikan dengan memberikan gerakan yang tidak beraturan atau keadaan yang
turbulen terhadap fluida, dari pemberian kerja mekanik pada fluida yang
bersangkutan. Proses pencampuran memberikan aplikasi yang luas dalam industri
kimia, baik dalam proses ekstraksi pencampuran, adsorpsi, perpindahan panas dan
reaksi kimia. Walaupun proses pencampuran dapat dibahas berserta proses yang
bersangkutan, namun proses ini lebih sering dianggap sebagai suatu proses yang berdiri
sendiri.
Salah satu cara untuk operasi pencampuran adalah pengadukan. Pemilihan
pengaduk sangat ditentukan oleh jenis pencampuran yang diinginkan serta keadaan
bahan yang akan dicampur. Pada bidang teknologi lingkungan misalnya, pengadukan
digunakan untuk proses fisika seperti pelarutan bahan kimia dan proses pengentalan
(thickening), proses kimiawi seperti koagulasi. Dalam proses kimia dikenal adanya
pencampuran fase homogen dan pencampuran fase heterogen. Untuk fase homogen,
umpamanya pencampuran cair dengan cair, gas dengan gas, dan padat dengan padat.
Sedang untuk fase heterogen salah satunya adalah fase cair dengan padat. Pencampuran
ialah peristiwa menyebarnya bahan secara acak, suatu bahan menyebar ke dalam bahan
lain dan sebaliknya, yang sebelumnya dalam dua fase atau lebih. Pengadukan zat cair
dilakukan untuk berbagai tujuan, antara lain:

a. Melarutkan padatan dalam cairan, seperti garam dalam air


b. Untuk mencampur zat cair yang mampu campur (miscible), sebagai contoh
metil alkohol dengan air.
c. Untuk mendispersikan gas dalam zat cair dengan berbentuk gelembung-
gelembung kecil.
d. Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat campur sehingga membentuk
emulsi atau suspensi partikel halus pada kedua zat cair immiscible tersebut.
e. Untuk mempercepat perpindahan kalor antara zat cair baik sesama bahan
dengan menyuplai panas yang ada dalam tangki pencampuran tersebut.
f. Untuk mempercepat perpindahan massa antara fase yang terdispersi.

Zat cair biasanya diaduk di dalam sutu tangki atau bejana, biasanya yang
berbentuk silinder dengan sumbu terpasang vertikal. Di dalam tangki itu dipasang
impeller pada ujung tutup yang ditumpu dari atas dan digerakkan oleh motor. Tangki
itu biasanya dilengkapi dengan lubang masuk dan lubang keluar, kumparan kalor,
mantel, dan sumur untuk menempatkan termometer atau piranti pengukuran suhu
lainnya. Impeller itu akan membangkitkan pola aliran di dalam sistem yang
menyebabkan zat cair bersirkulasi di dalam bejana dan akhirnya kembali ke impeller.
Menurut arus yang dihasilkan, impeller terbagi dua (Suhendrayatna, 2005)
yaitu:

a. Axial-flow impeller; membangkitkan arus sejajar dengan sumbu poros.


b. Radial-flow impeller; membangkitkan arus tangensial atau radial.

Menurut bentuknnya impeller terbagi tiga, yaitu: propeller (baling-baling),


paddle (dayung) dan turbin (Geankoplis, 1983).
Pola aliran di dalam bejana yang sedang diaduk tergantung pada jenis impeller,
karateristik fluida, ukuran serta perbandingan tangki, sekat dan agitator. Kecepatan
fluida pada setiap titik dalam tangki mempunyai tiga komponen yaitu:

1. Komponen radial yang bekerja pada arah tegak lurus terhadap poros impeller.
2. Komponen longitudinal yang bekerja pada arah paralel dengan poros.
3. Komponen tangensial atau rotational yang berkerja pada arah singgung
terhadap lintasan di sekeliling poros.

Pola aliran keseluruhan di dalam tangki itu bergantung pada variasi dari ketiga
komponen itu dari satu lokasi ke lokasi lain. Komponen radial dan komponen
longitudinal sangat aktif dalam memberi aliran pencampuran.
Dalam operasi pencampuran dan penyebaran (dispersi), laju dispersi bukanlah
merupakan satu-satunya faktor dan bukan pula merupakan faktor yang terpenting.
Impeller pada kecepatan tinggi akan membangkitkan turbulensi yang kuat.
Keturbulenan adalah akibat dari arus yang terarah baik dan gradien kecepatan yang
cukup besar di dalam zat cair. Sirkulasi dan pembangkitan keturbulenan, keduanya
memerlukan energi.
Daya sangat dibutuhkan dalam operasi pencampuran untuk menggerakkan
motor pengaduk agar terjadinya proses pencampuran. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan daya ialah: diameter pengaduk (D), viskositas cairan (µ ),
densitas fluida (), medan gravitasi (gc), kecepatan putaran pengaduk (N),
jumlah pengaduk pada poros, bentuk dan jenis pengaduk, perbandingan tinggi
cairan pada tangki dengan diameter tangki. Dalam percobaan, daya yang disuplai
untuk menggerakkan impeller diukur langsung dengan alat ukur multitester
(voltmeter dan amperemeter), dengan menggunakan rumus:

P = V. I

Dimana:
V = tegangan listrik (volt)
I = arus listrik (ampere)

Waktu pencampuran adalah waktu yang dibutuhkan fluida untuk bercampur


merata ke seluruh tangki sehingga campuran bersifat homogen. Waktu pencampuran
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Ada tidaknya baffle


b. Bentuk pengaduk
c. Kecepatan putar
d. Ukuran pengaduk
e. Posisi pengaduk; centrally dan vertikal; off-centered dan vertikal; miring
terhadap sumbu vertikal; horizontal pada sisi tangki dan membentuk sudut
terhadap diameter tangki.
f. Jumlah daun pengaduk
g. Jumlah pengaduk dalam suatu proses
h. Karateristik campuran, densitas, viskositas, dapat bercampur atau tak dapat
bercampur
i. Perbandingan cairan dan diameter tangki
j. Bilangan tak berdimensi

Bilangan Tak Berdimensi

Ada tiga bilangan tak berdimensi yang sangat berpengaruh dalam proses
pencampuran yaitu:

1. Bilangan Reynold (NRe)

Bilangan ini menggambarkan jenis aliran dalam fluida yang disebabkan oleh
putaran batang pengaduk. Secara matematis bilangan Reynold dapat ditulis:

Dimana :
Da = Diameter impeller
n = Kecepatan putaran fluida
 = Densitas
µ = Viskositas

2. Bilangan Power (Np)

Bilangan ini digunakan untuk menggambarkan hubungan dan kaitannya dalam


pengerjaan operasi dan juga untuk menghitung tenaga yang dibutuhkan pada operasi
yang dilaksanakan. Secara matematis bilangan ini dapat ditulis:

Np = P
Da2 n3 

Dimana:
P = Daya keluaran motor
Da = Diameter impeller
n = Kecepatan putaran impeller
 = Densitas
3. Bilangan Froude (NFr)

Bilangan ini untuk menghitung pengaruh gravitasi bumi dalam penentuan


gerakan fluida dan juga mengetahui besarnya vorteks yang terjadi. Secara matematis
bilangan ini dapat ditulis:

Da2 . n
NFr =
gc
Dimana:
Da = Diameter impeller
n = Kecepatan putaran impeller
gc = Gravitasi bumi.

C. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Tachometer
b. Konduktometer
c. Gelas ukur 1000 ml
d. Beaker gelas 200 ml
e. Stopwatch
2. Bahan :
a. Kapur
b. Air
c. Larutan Asam

D. Prosedur Percobaan
1. Hubungkan peratalan tangki berpengaduk ke sumber listrik dan secara otomatis
peralatan akan beroperasi.
2. Atur kecepatan putar pengaduk pada skala kecepatan putar tertentu dan pastikan
kecepatan putarnya dengan menggunakan alat tachometer dan segera matikan
peralatan tangki berpengaduk.
3. Masukkan air sejumlah 10 liter dan kapur sesuai dengan variabel yang diberikan
oleh dosen pembimbing.
4. Tambahkan larutan Asam dengan volume tertentu sesuai dengan variabel yang telah
ditentukan.
5. Hidupkan konduktometer dan pastikan siap digunakan untuk mengukur
konduktifitas larutan dalam tangki berpengaduk selama proses pencampuran.
6. Hubungkan lagi tangki berpengaduk ke sumber listrik dan segera hitung waktu
pencampuran dengan stopwatch.
7. Catat nilai konduktifitas larutan selama proses pencampuran dengan interval waktu
pengamatan 1 menit hingga pencampuran selesai. (padatan terdistribusi sempurna
dilarutan yang ditunjukkan dengan nilai konduktifitas larutan yang tetap).
8. Buang larutan yang ada di tangki dan ulangi percobaan untuk perubahan nilai
kecepatan putar pengaduk yang berbeda.

E. Keselamatan Kerja

1. Hati- hati pada waktu menyalakan peralatan tangki berpengaduk, pada saat
menghubungkan ke sumber listrik pastikan tangan dalam kondisi kering dan
mengggunakan sepatu yang bersifat isolator serta pastikan lantai tidak ada genangan air.
2. Hati- hati dalam menuang dan mengaduk suspensi, peralatan dari gelas mudah pecah.

F. Gambar Alat

G. Pustaka

 Badger dan Banchero, Introduction to chemical engineering, McGraw-Hill Book Co.,


Singapore, 1985.
 Brown, Unit Operations, John Wiley & Sons, Inc., New York, 1975.
 Coulson & Richardson, Chemical Engineering, Vol. 2,4th edition, Pergamon Press, Oxford,
1991.
 Geankoplis, Christie, Transport Processes and Unit Operation, 3rd edition, Allyn & Bacon,
London, 1985.

Anda mungkin juga menyukai