“Putri”
1. Warna Kebaya:
Merah
2. Bentuk Kebaya:
Kerah berdiri,kutubaru berbentuk segitiga kecil panjang, panjang kebaya
hingga atas lutut.
Nilai filosofi dari kebaya adalah kepatuhan, kehalusan, dan tindak
tanduk wanita yang harus serba lembut. Bentuknya yang sederhana
menunjukkan kesederhanaan masyarakatan Jawa dalam kehidupan sehari-hari.
3. Hiasan Kebaya:
Tepi kebaya dikelilingi hiasan yaitu bordir motif “Temu Gelang”
Motif “Temu Gelang” sendiri diambil dari sejarah kota Magelang.
Menurut Ir. Nessel van Lisa, Magelang berasal dari kepercayaan masyarakat
Jawa yaitu kejadian “Atepung temu gelang”. Ini terjadi pada abad ke 16 atau
tahun 1575 pada zaman Panembahan Senopati raja Mataram. Diceritakan
pada waktu Panembahan Senopati memperluas daerah untuk penghunian di
daerah hutan Kedu [Babad Alas Kedu], Raja Jin yang berkuasa di hutan Kedu
selalu mengadakan gangguan yang banyak menimbulkan banyak korban
manusia. Penangkapan Raja Jin ini dilakukan secara pengepungan rapat atau
pagar betis atau bahasa Jawanya “atepung-temu gelang”. Kata “Atepung
Temu gelang” inilah yang kemudian menjadi sebutan nama Magelang.
Selain itu, ada juga yang berpendapat bahwa motif “Temu Gelang”
berasal dari keadaan geografis kota Magelang yang dikelilingi oleh 5 gunung
besar,yaitu Gunung Merapi,Gunung Merbabu,Gunung Sundoro,Gunung
Sumbing,dan Gunung Menoreh.
4. Kain/Jarit :
Motif Magelangan bercorak gelang-gelang dengan tema putri sekar saleksa.
Motif magelangan yang menunjukkan kembali sejarah Kota Magelang
seperti yang ada pada hiasan kebaya. Digambarkan dengan bentuk gelang-
gelang. Tematik Putri Sekar Saleksa, sekar adalah bunga, saleksa adalah
sejuta. Menggambarkan Kota Magelang yang dikenal sebagai Kota Sejuta
Bunga. Ditandai dengan beberapa hiasan bunga disepanjang jarit.
5. Sanggul
Kesimpulan ;