Anda di halaman 1dari 103

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh

karena kasih karunianya Penulis telah dapat menyelesaikan makalah mengenai

Teori perencanaan. Tujuan Penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas Teori Perencanaan. Serta untuk memberikan panduan kepada pembaca agar

dapat mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perkembangan

teori perencanaan sebagai praksis, sejak abad ke-19 sampai bentuknya terkini.

Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Joko, yang telah membimbing

Penulis sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan Penulis

ucapkan terima kasih pula kepada teman-teman dan pihak lain, yang telah

membantu Penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

Penulis sadar bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan maka dari itu,

di mohon kritik dan saran yang membangun. Dengan ini diharapkan hasil karya ini

dapat berguna bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat dan dapat diterapkan atau

dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

.
Jayapura, 1 Desember 2014

Ronni M. Suabey

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1


1.2. Tujuan 2
1.3. Sistematika Penulisan 3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Lingkup Teori Perencanaan 4


2.1.1. Definisi Perencanaan 5
2.1.2. Unsur-unsur Perencanaan 6
2.1.3. Aspek-aspek Penting Dalam Perencanaan 9
2.1.4. Tujuan Perencanaan 10
2.1.5. Jenis-jenis Perencanaan 11
2.1.6. Metodelogi Perencanaan 12
2.1.7. Kekuatan Politik Dalam Perencanaan 14
2.1.8. Perencanaan Kota di Indonesia 18
2.1.9. Perencanaan Kota Dan Desa 20

2.2. Teori Perencanaan 21


2.3. Teori,Perencanaan,Dan Pembangunan 26
2.3.1. Pandangan Tentang Teori 26
2.3.2. Teori Pembangunan 27
2.3.3. Teori Perencanaan 29
2.3.4. Perbedaan Antara Perencanaan dan Pembangunan 31

2.4. Teori-Teori Klasik Tentang Perencanaan Pembangunan 32

2.5. Jenis-jenis Teori Perencanaan 43

vii
2.5.1. Diagram Perkembangan Munculnya Aliran Perencanaan dan Konsep Teori
Perencanaan 43
2.5.2. Pekembangan dan Konsep teori Perencanaan 45
2.5.3. Perkembangan Pusat Kota 82
2.5.4. Teori Lokasi 91

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan 99

DAFTAR PUSTAKA

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada hakikatnya, ilmu teori perencanaan berkaitan erat dengan perencanan

kota. Namun dalam perkembangannya perencanaan tidak dikembangkan

berdasarkan teori perencanaan, tetapi sebaliknya teori perencanaan berkembang

sebagai kelanjutan dari pengalaman mengenai usaha manusia mengatasi keadaan

lingkungan kehidupannya. Oleh karena itu, ilmu ini sangat diperlukan dalam

merencanakan sebuah kota, karena daam teori perencanaan membahas definisi,

pemahaman konteks, praktek-praktek, dan proses-proses dalam perencanaan kota,

dan bagaimana pertumbuhannya dari asal-usul sejarah dan kebudayaan masing-

masing.

Teori perencanaan telah berkembang sejak lama dan mengalami banyak

perubahan seiring perkembangan waktu. Perencanaan sendiri telah mengalami

banyak perkembangan sejak Patrick Geddes mencetuskannya untuk pertama kali.

Kebutuhan manusia akan teori tunggal mengenai suatu perencanaan atau biasa

disebut dengan teori perencanaan mengakibatkan pengaruh para ilmuan di bidang

ilmu sosial maupun ilmu pengetahuan alam semakin dilibatkan dalam praktek

perencanaan, riset, dan pendidikan.

Dalam mata kuliah teori perencanaan, kita perlu mengetahui perkembangan dari

teori perencanaan itu sendiri agar mudah dalam mempelajari teori perencanaan.

Kita membutuhkan pengetahuan dasar dalam mempelajari teori perencanaan.

1
Pengetahuan dasar itu dapat kita peroleh dengan mengetahui sejarah

perkembangan teori perencanaan mulai pra revolusi industri sampai dengan masa

Corbusier yang memunculkan banyak aliran.

Teori perencanaan mulai berkembang pesat setelah terjadinya revolusi industri

yang mengakibatkan adanya kemunduran kota. Hal ini merupakan sebuah

perubahan yang sangat besar dalam kehidupan kota. Revolusi industri sendiri telah

menciptakan kota-kota industri dimana kota tersebut kepentingan buruh sangat

besar. Setelah itu, mulai muncul sebuah gagasan dari Patrick Geddes tentang

analisa terperinci dari pola pemukiman dan lingkungan ekonomi lokal yang

merupakan awal dari lebih berkembangnya sebuah teori perencanaan.

Makalah ini merupakan sebuah review tentang perkembangan teori perencanaan

mulai dari masa pra revolusi industri sampai munculnya aliran-aliran perencanaan,

seperti urbanism, anti urbanism, new urbanism, neighborhood unit dan lain

sebagainya. Review ini sangat diperlukan untuk menjadi dasar dalam mempelajari

teori perencanaan dengan mengetahui awal dan keseluruhan dari sejarah

perkembangaan teori perencanaan.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perkembangan

teori perencanaan sebagai praksis sejak dicetuskan oleh Patrick Geddes

pada abad ke 19 sampai bentuknya terkini.

2
2. Mengetahui diagram alur perkembangan dan konsep teori perencanaan.

Mengetahui dan menjelaskan sejarah perkembangan dan konsep teori

perencanaan sesuai dengan diagram.

3. Mengetahui dan menjelaskan perkembangan aliran teori perencanaan yang

lebih dalam tentang teori perencanaan dengan melihat sejarah

perkembangan aliran perencanaan.

4. Menjelaskan berbagai teori perencanaan dan prinsip- prinsipnya.

1.3. Sistematika Penulisan.

Pada makalah ini terdapat tiga bab yang berguna untuk mempermudah pembaca

dalam memahami isi dari makalah ini secara keseluruhan tentang perkembangan

aliran perencanaan.

BAB I merupakan bab pendahuluan dan awal dari makalah ini. Bab ini berisikan

latar belakang, maksud dan tujuan, serta sistematika

BAB II merupakan inti pembahasan dari makalah ini dan berisi pemaparan dari

sejarah pekembangan teori perencanaan. Semua pembahasan dan review dari

perkembangan aliran perencanaan dapat dipelajari dalam bab ini.

BAB III merupakan bab akhir dari makalah ini dan berisi tentang simpulan dari

seluruh pembahasan .

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Lingkup Teori Perencanaan

Menurut Ernest R Alexander, Teori merupakan kerangka yang harus

dipergunakan sehingga dapat membentuk suatu struktur yang baik. Apabila kita

memiliki suatu teori yang benar namun kita hanya menyimpannya saja dan tidak

mempraktekkannya, maka sebaik apapun teori tersebut tidak akan ada manfaatnya,

begitu pula sebaliknya sebuah praktek harus diterangkan dengan teori.

Bagi seorang planner, hubungan antara teori dan praktek adalah sangat penting,

sebab perencanaan tidak seperti ilmu murni pada dasarnya perencanaan adalah

kegiatan preskripif, bukan deskriptif. Tujuan seorang planner bukanlah untuk

menguraikan apa yang ada di dunia ini tetap untuk mengusulkan cara-cara bagaimana

keadaan tersebut bisa diubah.

Perencanaan itu sendiri memerlukan suatu pengakuan rasional dan sosial: ia

“harus dibenarkan sebagai suatu penerapan cara pengambilan keputusan yang rasional

pada masalah-masalah sosial.” Karena perencanaan adalah suatu aktivitas yang

mempengarui masyarakat dan menyangkut nilai-nilai manusia, maka teori perencanaan

tidak dapat mengabaikan ideologi. Dalam kata-kata John Dyckman, teori perencanaan

haruslah mencakup beberapa teori tentang masyarakat di mana perencanaan itu

dilembagakan.

4
2.1.1. Definisi Perencanaan.

Adapun beberapa definisi tentang perencanaan dari para ahli:

1. Menurut Conyers Diana, perencanaan adalah proses yang berjalan terus

menerus yang melibatkan (cyclical process decision-making) berbagai

tahapan skematik dan berurutan untuk menghasilkan sesuatu yang lebih baik

atau dengan kata lain keputusan yang lebih rasional.

2. Menurut Anthony J. Catanese, Perencanaan merupakan suatu aktivitas

universal manusia, suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang berkaitan

dengan pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan di antara

berbagai alternatif yang ada.

3. Menurut Ir. Mulyono Sadyohutomo, Perencanaan merupakan fungsi

manajemen pertama yang harus dilakukan oleh setiap manajer dan staf.

Dari ketiga pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai

tahapan skematik dan berurutan dengan mempertimbangkan berbagai batasan-batasan

sehingga dapat menghasilkan keputusan yang rasional.

Selain itu perencanaan memiliki empat tingkatan definisi yaitu :

1. Tingkatan pertama (tidak ada faktor pembatas), di mana suatu

perencanaan menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah

yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

2. Tingkatan kedua (ada faktor pembatas internal), di mana suatu

perencanaan menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah

5
memperhatikan faktor-faktor pembatas dalam mencapai tujuan

tersebut, memilih dan menetapkan langkah-langkah untuk mencapai

tujuan tersebut.

3. Tingkatan ketiga (ada faktor pembatas internal, eksternal yang

berpengaruh dalam pencapaian tujuan tersebut), di mana suatu

perencanaan menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah

memperlihatkan pembatas internal dan eksternal, memilih serta

menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.

4. Tingkatan keempat (faktor pembatas ketiga internal, eksternal

pengaruhnya cukup besar serta kita tidak bisa mengendalikannya), di

mana perencanaan untuk mengetahui dan menganalisis kondisi saat

ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang

relevan, memperkirakan faktor pembatas, menetapkan tujuan sasaran

yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah untuk

mencapai tujuan tersebut.

2.1.2. Unsur – Unsur Perencanaan

Kata perencanaan (planning) merupakan istilah umum yang sangat luas cakupan

kegiatannya. Para ahli telah mendefinisikan kata perencanaan dengan kalimat-kalimat

berbeda-beda, tergantung aspek apa yang ditekankan. Akan tetapi, dapat disimpulkan

bahwa di dalam perencanaan mencakup pengertian sebagai berikut.

a. Penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan

b. Penentuan serangkaian kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan

6
Rencana (plan) adalah produk dari proses perencanaan yang dimaksudkan

untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui tahap-tahap kegiatan. Setiap rencana

paling tidak memiliki 3 unsur pokok, yaitu:

1. Titik Tolak

Merupakan kondisi awal dari mana kita berpijak di dalam menyusun

rencana dan sekaligus dan sekaligus nantinya menjadi landasan awal

untuk melaksanakan rencana tersebut

2. Tujuan (Goal)

Suatu keadaan yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Tujuan

yang jelas akan mempermudah perencana dalam penyusunan

perencanaan.

3. Arah

Arah rencana merupakan pedoman untuk mencapai rencana dengan

cara yang legal, efisien, dan terjangkau oleh pelaksana. Apabila suatu

rencana tidak dilengkapi pedoman yang jelas maka pencapaian tujuan

tidak efektif dan terjadi pemborosan pemakaian sumber daya dan waktu.

Serta beberapa beberapa unsur pendukung lainnya :

a. Whiseses (keinginan, cita-cita)

Perencanan dibuat oleh perencana untuk mendapatkan hasil yang

diinginkan.

7
Perencana memiliki keinginan dalam hasil yang akan dipacapai dan

memiliki perencanaan yang sesuai keinginan trsebut.

b. Resources (sumber daya alam, manusia, modal, dan informasi)

Sumber daya alam harus dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan

untuk mendukung suatu perencanaan. Perencana harus mampu

mendayagunakan suber daya alam dengan kemampuan sumber daya

manusia yang bagus. Kelengkapan informasi juga dibutuhkan dalam

pentusunan perencanan sebab, informasi yang valid memberikan

masukan dalam pengambilan keputusan dalam perencanaan.

c. Effective and Efficient (hasil guna dan daya guna)

Perencanaan membutuhkan ketepatan dalam pengambilan

keputusan yang sesuai dengan tujuan.

d. Space, location (ruang)

Lokasi merupakan objek yang menjadi sasaran dalam suatu

perencanaan. Lokasi juga dianggap sebagai subjek perencanaan

sebab, dalam merencanakan suatu wilayah perencanan harus

mengetahui kondisi lokasi tersebut dan mengadaptasikan.

e. Time, future oriented

Hasil perencanaan tidak haya bertujuan untuk waktu sekarang tetapi

juga berorientasi untuk masa yang akan datang (sustainable). Tiga

unsur-unsur pokok rencana tersebut sifatnya wajib bagi setiap

rencana. Apabila salah satu unsur rencana tidak ada maka rencana

menjadi tidak bermanfaat atau sulit dilaksanakan.

8
Untuk menuju kondisi yang akan datang yang lebih baik hanya dapat dicapai

melalui perencanaan, hal tersebut disebabkan oleh:

 Secara rasional, perencanaan disusun berdasarkan data yang cukup

dan analisis yang tepat akan memberikan keputusan dan hasil yang

baik.

 Dari segi efisiensi, dengan perencanaan dapat meminimalkan biaya

dan memaksimalkan manfaat.

2.1.3. Aspek-Aspek Penting dalam Perencanaan

Berbagai aspek penting dalam perencanaan:

1. Perencanaan kota terutama berkaitan erat dengan masalah-masalah

kemasyarakatan yang di dalamnya tercakup sekelompok besar klien

yang mempunyai kepentingan berbeda-beda.

2. Perencanaan kota merupakan aktifitas yang benar-benar direncanaan

dengan matang yang biasanya ditangani oleh orang-orang yang

terlatih secara professional sebagai perencana.

3. Tujuan dan sasarannya, serta pranata-pranata untuk mencapainya,

sering teramat tidak pasti.

4. Para perencana kota sendiri jarang membuat keputusan, malahan

sebaliknyamereka membut berbagai alternative dan rekomendasi bagi

pihak-pihak yang dipilih dan ditunjuk untuk mengambil keputusan-

keputusan tertentu.

9
5. Para perencana kota menggunakan berbagai macam alat bantu dan

metode-metode khusus untuk menganalisis dan menyajikan berbagai

alternatif.

6. Hasil dari hampir semua aktivitas perencanan hanya dapat dilihat

setelah 5 sampai 20 tahun setelah keputusan diambil, sehingga

menyulitkan umpan balik dan tindakan perbaikan.

2.1.4. Tujuan Perencanaan

Perencanaan memiliki tujuan sebagai berikut.:

1. meningkatkan efisiensi dan rasionalitas. contoh gampang dari

peningkatan efisiensi adalah pengadaan publik transport. kan jadi lebih

efisien tu dari segi bahan bakar, jumlah kendaraan sampe polusi

udara.

2. membantu/meningkatkan pasar, contoh adanya asuransi kesehatan,

PLN, yang menyediakan hal-hal esensial bagi masyarakat.

3. mengubah/memperlebar pilihan-pilihan, contohnya bisa dari public

transport juga, jadii ada berbagai macam pilihan moda transportasi

yang bisa kita pake kalo mau ke tempat2 tertentu.

4. Sebagai pedoman dalam pembangunan

5. Meminimalisasi ketidakpastian

6. Meminimalisasi inefisiensi sumber daya

7. Penetapan standard dan pengawasan kualitas

10
2.1.5. Jenis-Jenis Perencanaan

Perencanaan terdapat 8 jenis. Jenis-jenis perencanaan diantaranya adalah :

1. Perencanaan bertujuan jelas Vs perencanaan bertujuan laten

 Perencanaan bertujuan jelas menyebutkan tujuan dan sasaran

yang dapat diukur tingkat pencapaiannya.

 Perencanaan bertujuan laten tidak menyebutkan sasaran dan

bahkan tujuannya kurang jelas dan sulit diukur.

2. Perencanaan fisik Vs perencanaan ekonomi

 Perencanaan fisik lebih terfokus pada perencanaan sarana dan

prasarana.

 Perencanaan ekonomi terfokus pada segi dana untuk

pembangunan.

3. Perencanaan alokatif Vs perencanaan inovatif

 Perencanaan alokatif menyukseskan rencana umum yang telah

disusun

 Perencanaan inovatif dimungkinkan adanya kebebasan.

4. Perencanaan bertujuan jamak Vs perencanaan bertujuan tunggal

 Perencanaan jamak bila tujuan dan sasaran bersifat jamak

 Perencanaan tunggal bila tujuan dan sasrannya bersifat tunggal

5. Perencanaan indikatif Vs perencanaan imperative

Perencanaan indikatif mempunyai output indikasi (tidak tegas) sedangkan

imperatif sudah diatur dengan tegas dan jelas dalam pelaksanaan di

lapangan.

11
6. Top Down Vs Bottom up planning

 Top down adalah perencanaan yang langsung dari

atas(pemerintah) ke bawah (masyarakat)

 Bottom up adalah perencanaan yang mendengarkan aspirasi

rakyat dan kemudian menjadi pemikiran dalam perencanaan oleh

pemerintah.

7. Vertical Vs Horizontal planning

 Vertical mengutamakan koordinasi antar berbagai jenjang pada

sektor yang sama.

 Horizontal menekankan keterpaduan program antar berbagai

sektor pada level yang sama.

8. Perencanaan pertisipatif Vs perencanaan non partisipatif

Perencanaan partisipatif menggunakan masyarakat sebagai subjek dan

objek dalam perencanaan.

2.1.6. Metodelogi Perencanaan

Perencana perkotaan mengamabil metode dari berbagai bidang illmu dan

memodifikasikannya dan/atau mengembangkan metode-metode baru untuk

memperoleh dan menyaring berbagai sumber informasi. Jenis-jenis metode :

1. Proses Perencanaan

2. Perencanaan sebagai rekayasa pengetahuan

3. Perencanaan sebagai problem solving

4. Perencanaan sebagai proses produksi

12
Pengaruh Pemikiran Filsafat Dunia terhadap Teori Perencanaan

Pemiikiran filsafat dunia adalah pemikiran untuk mencari kebenaran menurut akal

manusia, di mana pemikiran tersebut selalu berkembang sejalan dengan

perkembangan perdaban manusia. Evolusi pandangan filsafat dunia berpengaruh pula

terhadap perkembangan teori perencanaan, dengan urutan perubahan sebagai berikut.

a. Theosentrisme

 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari kekuatan

monarki dan keagamaan

 Model Perencanaan : Authoritarian Planning

b. Utopianisme

 Pengaruh dalam perencanaan sebagai tujuan ideal manusia

 Model Perencanaan : Romantic Planning

c. Positivisme

 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari rekayasa sosial

melalui dominasi ilmu teknik

 Model Perencanaan : Technocratic Planning

d. Rasionalisme

 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi rekayasa sosial

melalui justifikasi ilmiah

 Model Perencanaan : Rational Comprehensive Planning

e. Fragmatisme

 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari market

 Model Perencanaan : Utilitarian Planning and Pragmatic Planning

13
f. Fenomenologi

 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi peguatan ekstensi

nilai-nilai budaya.

 Model Perencanaan : Organic Planning, Advocacy Planning, Social

Planning.

2.1.7. Kekuatan Politik Dalam Perencanaan

Kondisi politik menentukan arah penyusunan dan aplikasi perencanaan.

Perencanaan. Perencanaan kota dan wilayah erat kaitannya dengan politik. Hal itu

disebabkan oleh:

1. Perencanaan senantiasa melibatkan hal yang menyangkut emosi

masyarakat miskin.

2. Keputusan perencanaan adalah terlihat nyata sehingga kalau terjadi

kesalahan keputusan tidak dapat disembunyikan dan mudah menjadi isu

politik.

3. Proses perencanaan harus melibatkanmayarakatsecara langsung karena

menyangkut kepentingan sehari-hari masyarakat banyak.

4. Masyarakat merasa mempunyai keahlian dan kedudukan yang sejajar

dengan perencana.

5. Keputusan perencana mempunyai dampak yang besar bagi masyarakat

pemilik tanah, terutama dampak ekonomis terhadap nilai tanah dan

pemanfaatannya.

14
Berikut beberapa masalah politik yang menyebabkan perencanaan menjadi

bermasalah.

a. Sistem politik yang yang tidak demokratis

Kondisi politik yang otokratis, sentralistis, atau fanatisme akan

menghasilkan perencanaan yang tidak demokratis.

b. Stabilitas politik

Arah politik yang berubah-ubah akan mengakibatkan perencanaan yang

berubah-ubah pula. Perencanaan yang berubah-ubah mengakibatkan

pemborosan sumber daya dan tidak terjadinya kesinambungan

pembangunan.

c. Dominasi sistem politik

Sistem politik yang terlalu mendominasi perencanaan akan mengalahkan

pertimbangan teknis, ekonomis, maupun legalitas. Hasil keputusan

menjadi kurang objektif, hanya menguntungkan kelompok tertentu dan

kurang berkeadilan.

d. Kesadaran berpolitik masyarakat yang rendah, antara lain:

 Tidak dapat menerima perbedaan pendapat

 Emosional

 Tidak rasional

 Tidak mau mengalah

 Tidak dapat menerima kekalahan dalam persaingan yang sehat

 Fanatik

15
Dengan kesadaran berpolitik yang renndah maka dalam proses negosiasi

di dalam perencanaan akan sulit mencapai consensus. Keputusan yang

telah di ambil tidak dapat dijalankan karena tidak didukung oleh pihak

yang tidak setuju walau telah terlibat dalam proses pengambilan

keputusan tersebut.

e. Dominasi masyarakat awam

Keterlibatan masyarakat awam yang terlalu dominan dapat mengalahkan

pertimbangan teknis perencanaan. Akibatnya, rencana kurang dijamin

keilmuannya.

f. Money politics

Keputusan rencana yang dipengaruhi oleh uang akan bersifat tidak adil

karena hanya akan menguntungkan pihak penyuap. Di samping itu,

keadaan tersebut akan menimbulkan frustasi pihak yang dirugikan atau

yang memegang prinsip-prinsip idealisme.

Peran perencana dalam sebuah proses politik didefinisikan sebagai berikut :

1. Sebagai teknokrat dan engineer

Peran ini dimainkan dengan mengambil posisi sebagai advisor bagi para

pengambil kebijakan dengan berporos kepada rasionalitas dan pertimbangan

ilmiah. Informasi dimanfaatkan sebagai sebuah landasan dalam membangun

kekuasaan dan kepentingan.

2. Sebagai birokrat

16
Perencana sebagai seorang birokrat memiliki fungsi menjaga stabilisasi

organisasi dan jalannya roda pemerintahan. Informasi dimanfaatkan sebagai

sebuah alat dalam menjaga kepentingan dan keberlangsungan organisasi.

Peran ini biasanya disertai oleh kekuasaan yang datang secara formal dan

legal kepada perencana.

3. Sebagai Advokat dan Aktivis

Fungsi ini merupakan sebuah manifestasi dari usaha menjembatani

masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat teknis dari sebuah produk

rencana. Selain itu terdapat peran dalam melakukan mobilisasi kekuatan dan

potensi masyarakat untuk melakukan perlawanan terhadap dominasi

Pemerintah. Informasi dan proses komunikasi diperlakukan sebagai usaha

membangun pemahaman masyarakat dan counter-opinion terhadap

kebijakan yang merugikan masyarakat.

4. Sebagai Politikus

Politikus identik dengan tujuan pragmatis dan komunalis, sehingga

perencana tidak diharapkan untuk bergabung dengan dunia politik. Maksud

dari peran ini adalah seorang perencana tidak bisa lepas dari kepentingan

dan dalam memperjuangkan kepentingannya, perencana dituntut memiliki

perspektif seorang politisi. Seorang politikus memiliki insting dalam

berkomunikasi dengan kelompok yang memiliki kepentingan yang berbeda

lebih baik.

Keempat peran diatas merupakan refleksi dari posisi perencana dalam

proses politik. Proses politik yang terjadi mendesak perubahan paradigma

17
pada dunia perencanaan di Indonesia. Tantangan dan perubahan paradigma

di dunia perencana, menuntut perencana untuk dapat meningkatkan

partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan.

Dominasi pemerintah terhadap masyarakat hanya melahirkan sebuah sikap

apatis dari masyarakat terhadap pemerintah dan produk perencanaan. Sikap

apatis yang melahirkan ketidakefisienan dari pelaksanaan perencanaan

karena tidak ada dukungan dari masyarakat terhadap produk perencanaan.

2.1.8. Perencanaan Kota Di Indonesia

Bila melihat evolusi perencanaan pembangunan kota di Eropa dan Amerika,

industrialisasi merupakan salah satu factor pendorong adanya perencanaan

pembangunan kota. Hal ini berbeda dengan konteks Indonesia. Terdapat

beberapa kondisi yang mempengaruhi factor-faktor dasar kota di Indonesia.

1. Perkembangan kota di Indonesia bukan disebabkan adanya

industrialisasi, melainkan karena kurang menguntungkannya kondisi di

saerah pedesaan. Kondisis ini mempengaruhi factor-faktor dasar kota di

Indonesia, antara lain dalam struktur basis perekonomiannya, di mana

terjadi dualisme perekonomian kota, yakni ekonomi modern dan ekonomi

tradisional. Kondisi ini memperbesar sector informal di kota, yang pada

gilirannya berpengaruh pada struktur fisik kota

2. Keadaan masyarakat khususnya kondisi struktur pemerintah di Indonesia

dan organisasi masyarakat tingkat pengetahuan serta kebutuhan

dasarnya, dan sebagainya.

18
3. Keadaan struktur pemerintah di Indonesia yang menganut system

perangkan pemerintah daerah (desentralisasi) dan perwakilan daerah

(dekonsentrasi)

4. Belum mantapnya bidang dan proses perencanaan kota di Indonesia,

sehingga mekanisme pendukungnya belum berjalan lancer

5. Beragamnya jenis kota di Indonesia, terutama menyangkut besaran serta

kompleksitas permasalahannya. Hal ini bias dilihat dari beragamnya kota-

kota yang ada di Indonesia.

Kelima kondisi di atas berpengaruh terhadap model perencanaan yang

diterapkan di Indonesia, karena dari berbagai kondisi tersebut diupayakan

penerapan model yang sesuai.

Bila kita mengkaji perencanaan pembangunan kota di Indonesia, menurut

Sudjana Rochyat, paling tidak terdapat dua pandangan dasar yang dapat

diterpkan untuk mengupas permasalahan dan mengenali berbagai problematika

perkotaan. Pertama, memandang kota sebagai dimensi fisik dari kehidupan

kegiatan usaha manusia yang memberikan berbagai implikasi pada aspek-aspek

pembangunan. Kedua, kota dipandang sebagai bagian dari suatu sistem yang

menyeluruh dari kehidupan masyarakat yang saling terkait dengan upaya pada

aspek-aspek pembangunan lainnya.

Namun, dilihat dari fungsi dan peranan kota sebagai pusat pemukiman

penduduk, pusat pendidikan, pusat kegiatan ekonomi, dan sebagainya,

menunjukkan bahwa kota tidak hanya dipandang dari dimensi fisik semata, tetapi

19
lebih merupakan bagian dari suatu system yang menyeluruh, yang hal ini akan

dilihat pada perjalanan pembangunan kota di Indonesia.

2.1.9. Perencanaan Kota Dan Desa

Perencanaan atau yang sudah akrab dengan istilah planning adalah satu dari

fungsi management yang sangat penting. Bahkan kegiatan perencanaan ini selalu

melekat pada kegiatan hidup kita sehari-hari, baik disadari maupun tidak. Sebuah

rencana akan sangat mempengaruhi sukses dan tidaknya suatu pekerjaan. Karena itu

pekerjaan yang baik adalah yang direncanakan dan sebaiknya kita melakukan

pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan.

Perencanaan merupakan proses yang berisi kegiatan-kegiatan berupa

pemikiran, perhitungan, pemilihan, penentuan dsb. Yang semuanya itu dilakukan dalam

rangka tercapainya tujuan tertentu. Pada hakekatnya perencanaan merupakan proses

pengambilan keputusan atas sejumlah alternative (pilihan) mengenai sasaran dan cara-

cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang

dikehendaki serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang

dilakukan secara sistematis dan dan berkesinambungan.

Dalam hal perencanaan wilayah, pentingnya perencanaan dikuatkan oleh

berbagai factor, antara lain:

1. Banyak di antara potensi wilayah selain terbatas juga tidak mungkin lagi

diperbanyak atau diperbaharui.

2. Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan dalam kehidupan manusia.

20
3. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi di lapangan sering tidak

dapat diubah atau diperbaiki kembali.

4. Lahan dibutuhkan untuk menopang kehidupan nermasyarakat.

5. Tatanan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadian dari masyarakat

yang berdomisili di wilayah tersebut.

6. Potensi wilayah berupa pemberian alam maupun hasil karya manusia di

masa lalu adalah asset yang harus dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat.

Tujuan perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang efisien,

nyaman serta lestari dan pada tahap akhirnya menghasilkan rencana yang menetapkan

lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan.

Dalam perencanaan kota dan desa kita dapat melihat bagaimana bentuk-bentuk dari

perencanaan itu sendiri. Ada yang melihat dari perbedaan isinya, sudut visi

perencanaan, perbedaan luas pandang bidang yang direncanakan, institusi yang

dilibatkan dan wewenang dari masing-masing institusi yang terlibat, dan koordinasi

antar lembaga. Oleh karena itu, kami selaku pemakalah akan lebih mengkaji

bagaimana bentuk-bentuk dari perencanaan wilayah yakni kota dan desa.

2.2. Teori Perencanaan

Menurut Hudson dalam Tanner (1981) teori perencanaan meliputi, antara lain;

sinoptik, inkremental, transaktif, advokasi, dan radial. Selanjutnya di kembangkan oleh

tanner (1981) dengan nama teori SITAR sebagai penggabungan dari taksonomi

Hudson.

21
a. Teori Sinoptik

Disebut juga system planning, rational system approach, rasional

comprehensive planning. Menggunakan model berfikir system dalam

perencanaan, sehingga objek perencanaan dipandang sebagai suatu

kesatuan yang bulat, dengan satu tujuan yang disbebut visi. Langkah-

langkah dalam perencanaan ini meliputi: pengenalan masalah,

mengestimasi ruang lingkup problem, mengklasifikasi kemungkinan

penyelesaian, menginvestigasi problem, memprediksi alternative,

mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian spesifik.

b. Teori incemental

Didasarkan pada kemampuan institusi dan kinerja personalnya. Bersifat

desentralisasi dan tidak cocok untuk jangka panjang. Jadi perencanaan ini

menekankan perencanaan dalam jangka pendek saja. Yang dimaksud

dengan desentralisasi pada teori ini adalah si perencana dalam

merencanakan objek tertentu selalu mempertimbangkan faktor-faktor

lingkungan.

c. Teori transactive

Menekankan pada harkat individu yang menjunjung tinggi kepentingan

pribadi dan bersifat desentralisasi, suatu desentralisasi yang transactive

yaitu berkembang dari individu ke individu secara keseluruhan. Ini berarti

penganutnya juga menekankan pengembangan individu dalam

kemampuan mengadakan perencanaan.

22
d. Teori advocacy

Menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah

diabaikan. Dasar perencanaan tidak bertitik tolak dari pengamatan secara

empiris, tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis dan bernilai

(advocacy= mempertahankan dengan argumentasi).

Kebaikan teori ini adalah untuk kepentingan umum secara nasional.

Karena ia meningkatkan kerja sama secara nasional, toleransi,

kemanusiaan, perlindungan terhadap minoritas, menekankan hak sama,

dan meningkatkan kesejahteraan umum. Perencanaan yang memakai

teori ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah/ atau badan pusat.

e. Teori radikal

Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi

lokal untuk melakukan perencanaan sendiri, dengan maksud agar dapat

dengan cepat mengubah keadaan lembaga supaya tepat dengan

kebutuhan.

Perencanaan ini bersifat desentralisasi dengan partisipasi maksimum dari

individu dan minimum dari pemerintah pusat / manajer tertinggilah yang

dapat dipandang perencanaan yang benar. Partisipasi disini juga

mengacu kepada pentingnya kerja sama antar personalia. Dengan kata

lain teori radikal menginginkan agar lembaga pendidikan dapat mandiri

menangani lembaganya. Begitu pula pendidikan daerah dapat mandiri

menangani pendidikannya.

23
f. Teori SITAR

Merupakan gabungan kelima teori diatas sehingga disebut juga

complementary planning process. Teori ini menggabungkan kelebihan

dari teori diatas sehingga lebih lengkap. Karena teori ini memperhatikan

situasi dan kondisi masyarakat atau lembaga tempat perencanaan itu

akan diaplikasikan, maka teori ini menjadi SITARS yaitu S terakhir adalah

menunjuk huruf awal dari teori situational. Berarti teori baru ini di samping

mengombinasikan teori-teori yang sudah ada penggabungan itu sendiri

ada dasarnya ialah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lembaga

pendidikan dan masyarakat. Jadi dapat kita simpulkan bahwa teori-teori

diatas mempunyai persamaan dan pebedaannya.

Persamaannya:

1) Mempunyai tujuan yang sama yaitu pemecahan masalah

2) Mempunyai obyek perencanaan yang sama yaitu manusia dan

lingkungan sekitarnya.

3) Mempunyai beberapa persyaratan data, keahlian, metode, dan

mempunyai konsistensi internal walaupun dalam penggunaannya

terdapat perbedaan penitikberatan.

4) Mempertimbangkan dan menggunakan sumberdaya yang ada

dalam pencapaian tujuan

Sedangkan Perbedaannya adalah :

1) Perencanaan sinoptik lebih mempunyai pendekatan komprehensif

dalam pemecahan masalah dibandingkan perencanaan yang lain,

24
dengan lebih mengedepankan aspek-aspek metodologi, data dan

sangat memuja angka atau dapat dikatakan komprehensif rasional.

Hal ini yang sangat minim digunakan dalam 4 pendekatan

perencanaan yang lain.

2) Perencanaan incremental lebih mempertimbangkan peran

lembaga pemerintah dan sangat bertentangan dengan

perencanaan advokasi yang cenderung anti kemapanan dan

perencanaan radikal yang juga cenderung revolusioner.

3) Perencanaan transactive mengedepankan faktor – faktor

perseorangan / individu melalui proses tatap muka dalam salah

satu metode yang digunakan, perencanaan ini kurang

komprehensif dan sangat parsial dan kurang sejalan dengan

perencanaan Sinoptik dan Incremental yang lebih komprehensif.

4) Perencanaan advocacy cenderung menggunakan pendekatan

hukum dan obyek yang mereka ambil dalam perencanaan adalah

golongan yang lemah. Perencanaan ini bersifat sosialis dengan

lebih mengedepankan konsep kesamaan dan hal keadilan social.

5) Perencanaan Radikal seakan-akan tanpa metode dalam

memecahkan masalah dan muncul dengan tiba-tiba (spontan) dan

hal ini sangat kontradiktif dengan pendekatan incremental dan

sinoptik yang memepertimbangkan aturan – aturan yang ada baik

akademis/metodologis dan lembaga pemerintahan yang ada.

25
2.3. Teori , Perencanaan dan Pembangunan

2.3.1. Pandangan Tentang Teori

“Tidak ada gerakan revolusioner tanpa teori revolusioner” demikian slogan yang

sering dikumandangkan oleh para Marxian ketika merencanakan sebuah tindakan atau

menganalisis sebuah fenomena. Pernyataan tersebut sebenarnya lebih menunjukkan

posisi teori dalam ranah ilmu pengetahuan. Teori adalah kompas yang memandu

seseorang dalam melakukan perjalanan intelektual, tanpa teori seseorang akan

kesulitan dalam menentukan sikap atau arah perjalanannya. Meski posisi teori dalam

ranah ilmu pengetahuan sedemikian penting namun seringkali interpretasi seseorang

atau sekelompok orang terhadap sebuah teori bisa berbeda ketika berhadapan dengan

suatu objek, gejala atau fenomena tertentu. Perbedaan tersebut bisa jadi karena

memang terdapat perbedaan dalam mendefinisikan teori sebagai bagian dari proses

penelitian (dalam arti sempit) atau teori sebagai sebuah konsepsi filosofis.

Sebagai bagian dari proses penelitian, teori membantu seseorang dalam

penarikan suatu hipotesis, ia juga berguna dalam menjelaskan berbagai aspek yang

terkait dengan pengertian-pengertian dan konsep-konsep penelitian secara

keseluruhan. Seperti yang disampaikan oleh Kerlinger (1973) teori dinyatakan sebagai

sebuah set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari

fenomena. Lebih jauh ia menjelaskan bahwa Teori adalah sebuah set proposisi yang

terdiri dari konstrak yang sudah didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-

unsur dalam set tersebut secara jelas Teori menjelaskan hubungan antar variable atau

antar konstrak sehingga pandangan yang sistematik dari fenomena fenomena yang

26
diterangkan oleh variable dengan jelas kelihatan Teori juga menerangkan fenomena

dengan cara menspesifikasi variable satu berhubungan dengan variable yang lain.

Dengan demikian pandangan Kerlinger tentang teori lebih bersifat praktis dan

operasional. Karena sifatnya yang praksis dan operational ini, tidak jarang teori

kemudian mengalami degradasi pegertian yakni semata-mata hanya sebagai alat untuk

menjustifikasi suatu tindakan, tanpa usaha untuk memahami kontekstualisasi sebuah

teori maka teori justru menyebabkan keangkuhan ilmu pengetahuan, ia kemudian,

terjebak dalam positivisme ilmu pengetahun dan menjadi sebuah pengertian yang

kering dan kaku. Pandangan tentang teori ini pada akhirnya melahirkan satu persoalan

yakni bagaimana membumikan sebuah teori kedalam sebuah realitas yang kontekstual.

Dunia yang kita hadapi saat ini adalah dunia yang absurd, terdapat banyak sekali

hal-hal yang tidak jelas. Fenomena kemiskinan misalnya, bisa dilihat dari berbagai

sudut pandang yang berbeda yang tidak jarang masing-masing sudut pandang tersebut

justru saling bertentangan. Perbedaan sudut pandang dalam melihat persoalan

kemiskinan tersebut pada akhirnya juga berakibat pada perbedaan dalam merumuskan

persoalan, ukuran, maupun strategi atau model pembangunan.

2.3.2. Teori Pembangunan

Pembangunan (development) dan perubahan (change) tidak dapat dipisahkan.

Myrdal (1968): mengatakan bahwa Pembangunan merupakan pergerakan keatas dari

seluruh sistem sosial. Pengertian lain dalam Tjokroamijoyo, Bintoro 1988

mendefinisikan Pembangunan adalah upaya suatu masyarakat bangsa yang

27
merupakan suatu perubahan sosial yang besar dalam berbagai bidang kehidupan ke

arah masyarakat yang lebih maju dan baik, sesuai dengan pandangan masyarakat

bangsa itu. Definisi lain menyebutkan bahwa pembangunan adalah transformasi social

dari masyarakat tradisional agraris menuju ke masyarakat industrial modern (Fakih,

2000 ). Meski terdapat perbedaan dalam mendefinisikan pembangunan namun secara

umum pembangunan dapat didefinisikan sebagai perubahan (change).

Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya

pemikiran yang mengidentikan pembangunan dengan perkembangan, pembangunan

dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan pembangunan dengan westernisasi.

Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, di mana

pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara kese-

luruhan mengandung unsur perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut

mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-masing mempunyai latar

belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda

pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan.

Teori pembangunan mengerucut pada dua buah teori besar, yaitu teori

modernisasi dan teori dependensi. Teori Modernisasi berasal dari dua teori dasar yaitu

teori pendekatan psikologis dan teori pendekatan budaya. Teori pendekatan psikologis

menekankan bahwa pembangunan ekonomi yang gagal pada negara berkembang

disebabkan oleh mentalitas masyarakatnya. Menurut teori ini, keberhasilan

pambangunan mensyaratkan adalah dengan adanya perubahan sikap mental

penduduk negara berkembang. Sedangkan teori pendekatan kebudayaan lebih melihat

kegagalan pembangunan pada negara berkembang disebabkan oleh ketidaksiapan tata

28
nilai yang ada dalam masyarakatnya. Secara garis besar teori modernisasi merupakan

perpaduan antara sosiologi, psikologi dan ekonomi. Teori dasar yang menjadi landasan

teori modernisasi adalah ide Durkheim dan Weber.

Teori dependensi bertitik tolak dari pemikiran Marx tentang kapitalisme dan

konflik kelas. Marx mengungkapkan kegagalan kapitalisme dalam membawa

kesejahteraan bagi masyarakat namun sebaliknya membawa kesengsaraan. Penyebab

kegagalan kapitalisme adalah penguasaan akses terhadap sumberdaya dan faktor

produksi menyebabkan eksploitasi terhadap kaum buruh yang tidak memiliki akses.

Eksploitasi ini harus dihentikan melalui proses kesadaran kelas dan perjuangan

merebut akses sumberdaya dan faktor produksi untuk menuju tatanan masyarakat

tanpa kelas.

2.3.3. Teori Perencanaan

Perencanaan adalah bentuk pendefinisian masalah ke dalam cara-cara yang

dapat diterima untuk melakukan tindakan atau mengintervensi suatu kebijakan

(Friedmann, 1987). Dalam perkembangannya, ternyata teori perencanaan tidak dapat

berdiri sendiri untuk merespon kejadian-kejadian tak terduga tersebut. Teori

perencanaan membutuhkan kontribusi disiplin ilmu lain sebagai modal observing

sekaligus media penjelas, seperti; ilmu sosial, matematika, lingkungan, civil

engineering, arsitektur dan lain-lain. Penyerapan substansi metode dari disiplin ilmu lain

sering disebut sebagai substantive theory atau dalam teori perencanaan dikenal

dengan theory in planning. Sementara teori perencanaan disebut sebagai teori

prosedural atau theory of planning.

29
Teori-teori yang mendasari ilmu perencanaan terus dibangun dan mengalami

proses panjang untuk mengenali wujud aslinya. Meskipun dijumpai kategorisasi teori

perencanaan ke dalam 2 (dua) kategori besar (Minett, 1972 dalam Faludi, 1973), yakni:

theory of planning dan theory in planning, kategori tersebut sama sekali belum

menjawab positioning dari theory planning sendiri. Kalaupun theory in planning

mencoba mendudukan posisi planning dalam kesetaraan dengan ilmu lain, lalu berapa

besarkah produktivitas theory in planning dibandingkan kontribusinya dengan kategori

theory of planning ?.

Dalam praktek, seharusnya tidak dipisahkan antara theory of planning dan theory

in planning. Justru diharapkan keduanya akan membentuk suatu kolaborasi yang oleh

Faludi (1973) disebut sebagai perencanaan efektif. Posisi teori perencanaan yang

berada pada domain publik memaksa adanya kolaborasi ini. Walau bagaimanapun

seorang ahli perencana tidak mungkin menguasai berbagai disiplin ilmu secara detail, ia

harus didukung oleh ahli disiplin ilmu lain.

Ruang lingkup teori perencanaan berkaitan dengan gagasan dan argumentasi

yang berkaitan dengan bagaimana melakukan perencanaan. Perencanaan umum

merupakan penerapan moda ‘Comprehensive Planning’ sebagai upaya untuk meninjau

secara menyeluruh terhadap keseluruhan aspek yang perlu diatur didalam tata ruang.

Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang arahan akhir

yang hendak dituju, dan untuk menterpadukan berbagai hal yang terkait dengan

perencanaan tata ruang. Berdasar pada pendekatan ‘Social Learning’, tindakan

perencanaan yang dilakukan adalah dengan memperkuat keberdayaan masyarakat,

melalui pemberdayaan dan pelibatan masyarakat dalam tindakan perencanaan.

30
Mengingat pendekatan yang digunakan bersifat sektoral, atau inkremental, khususnya

hanya melihat masalah hanya dari pendekatan perencanaan fisik, maka dapat

diprediksikan bahwa hasil dari perencanaan akan tidak tercapai secara maksimal.

Karena untuk masalah tersebut, dibutuhkan pendekatan menyeluruh.

2.3.4. Perbedaan Antara Perencanaan dengan Pembangunan

Berdasarkan pengertian dari proses perencanaan dan proses pembangunan di

atas, dapat dirumuskan beberapa perbedaan, yaitu:

Variabel Pembeda Perencanaan Pembangunan

Pengertian Proses untuk mencapai tujuan Merupakan action dari

dan sasaran tertentu dengan perencanaan

memanfaatkan sumberdaya

Dasar tujuan Didasari tujuan dan sasaran Didasari suatu

tertentu perencanaan

Sifat Biasanya bersifat Non Fisik Biasanya bersifat Fisik

Alat yang digunakan Penggunaan berbagai metode Rangkaian kegiatan dan

sebagai alat analisis aktifitas yang dilakukan.

Jadi dapat disimpulkan bahwaTeori bersifat abstrak, yang melandasi, menjadi

pedoman dan digunakan sebagai pendekatan untuk melakukan tindakan-tindakan yang

bersifat praktis. Manfaat teori dalam tindakan perencanaan, adalah untuk menjelaskan

fenomena, menjadi landasan berpikir, dan meramalkan perencanaan.

Pembangunan adalah hasil atau output dari adanya suatu perencanaan,

sehingga pembangunan terjadi setelah adanya perencanaan. Namun jika kita lihat di

31
lapangan, banyak sekali pembangunan yang tidak sesuai dengan perencanaannya.

Apa yang terjadi dalam kenyataannya bukan hasil dari perencanaan, namun karena

suatu mekanisme pasar, dalam hal ini perencanaan mempunyai fungsi mengarahkan

pembangunan agar sesuai dengan tujuan utamanya. Kegiatan perencanaan perlu

dilakukan sebagai jaminan bagi terlaksananya proses transformasi tersebut melalui

kegiatan pengendalian arah pembangunan sesuai tujuan yang diharapkan.

2.4. Teori – Teori Klasik Tentang Perencanaan Pembangunan

Aliran klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permulaan abad ke 19 yaitu

dimasa revolusi industri dimana suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya

perkembangan ekonomi.Pada waktu itu sistem liberal sedang merajalela dan menurut

alairan klasik ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan antara kemajuan

teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula kemajuan teknologi lebih

cepat dari pertambahan jumlah penduduk, tetapi akhirnya terjadi sebaliknya dan

perekonomian akan mengalami kemacetan.

Menurut aliran ini bahwa meningkatnya tingkat keuntungan akan mendorong

perkembangan investasi dan investasi (pembentukan capital ) akan menambah volume

persediaan capital (capital stock). Keadaan ini akan memajukan tingkat teknologi dan

memperbesar jumlah barang yang beredar sehingga tingkat upah naik, yang berarti

meningkatnya tingkat kemakmuran penduduk. Tingkat kemakmuran akan mendorong

bertambahnya jumlah penduduk sehingga mengakibatkan berlakunya hukum

pertambahan hasil yang semakin berkurang ( law of diminishingreturn ).

32
Pendapat para tokoh teori aliran klasik antara lain :

1. ADAM SMITH (Teori Pembangunan Adam Smith)

Adam Smith (1723-1790) bapak dari ilmu eknomi modern yang terkenal dengan

teori nilainya yaitu teori yang menyelidiki faktor-faktor yang menentukan nilai atau harga

suatu barang. Bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations

(1776) yang terkenal dengan bukuWealth of Nations yang tema pokoknya mengenai

bagaimana perekonomian itu tumbuh.

Adam Smith melihat proses pertumbuhan ekonomi itu dari dua segi yaitu pertumbuhan

output (GNP) total, dan pertumbuhan penduduk. Pembagian kerja merupakan titik

permulaan dari teori pembangunan ekonomi Adam Smith yang meningkatkan daya

produktivitas tenaga kerja. Ia menghubungkan kenaikan itu dengan:

1. Meningkatnya keterampilan pekerja;

2. Penghematan waktu dalam memproduksi barang; dan

3. Penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga

Pertumbuhan Output Total

Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut Smith ada tiga yaitu:

 Sumberdaya alam yang tersedia (atau faktor produksi “tanah”)

 Sumberdaya insani (atau jumlah penduduk)

 Stok barang modal yang ada.

Menurut Smith, sumberdaya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling

mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumberdaya alam yang

tersedia merupakan “batas maksimum” bagi pertumbuhan suatu


33
perekonomian.Maksudnya, jika sumberdaya ini belum digunakan sepenuhnya, maka

jumlah penduduk dan stok modal yang ada yang memegang peranan dalam

pertumbuhan output. Tetapi pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika semua

sumberdaya alam tersebut telah digunakan secara penuh.

Sumberdaya insani jumlah penduduk) mempunyai peranan yang pasif dalam proses

pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah penduduk akan menyesuaikan diri dengan

kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat.

Stok modal, menurut Smith, merupakan unsur produksi yang secara aktif

menentukan tingkat output. Peranannya sangat sentral dalam proses pertumbuhan

output. Jumlah dan fingkat pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok

modal (sampai “batas maksimum” dari sumber alam).

Pengaruh stok modal terhadap tingkat output total bisa secara langsung dan tak

langsung. Pengaruh langsung ini maksudnya adalah karena pertambahan modal

(sebagai input) akan langsung meningkatkan output. Sedangkan pengaruh talk

langsung maksudnya adalah pening¬katan produktivitas per kapita yang dimungkinkan

oleh karena adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang lebih tinggi. Semakin besar

stok modal, menurut Smith, semakin besar kemungkinan dilakukannya spesialisasi dan

pembagian kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas per kapita.

Spesialisasi dan pembagian kerja ini bisa menghasilkan pertumbuhan output,

menurut Smith, karena spesialisasi tersebut bisa meningkatkan ketrampilan setiap

pekerja dalam bidangnya dan pembagian kerja bisa mengurangi waktu yang hilang

pada saat peralihan macam pekerjaan. Namun demikian, sebenarnya ada 2 faktor

34
penunjang penting dibalik proses akumulasi modal bagi terciptanya pertumbuhan output

yaitu:

 Makin meluasnya pasar, dan

 Adanya tingkat keuntungan di atas tingkat keuntungan minimal.

Menurut Smith, potensi pasar akan bisa dicapai secara maksimal jika, dan hanya

jika, setiap warga masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya untuk melakukan

pertukaran dan melakukan kegiatan ekonominya. Untuk mendorong pertumbuhan

ekonomi perlu dilakukan pembenahan dan penghilangan peraturan-peraturan, undang-

undang yang menjadi penghambat kebebasan berusaha dan kegiatan ekonomi, baik

antara warga masyarakat di suatu negara maupun antara warga masyarakat

antarnegara.Hal ini menunjukkan bahwa Adam Smith merupakan penganjur laissez-

faire dan free trade.

Faktor penunjang yang kedua yaitu tingkat keuntungan yang memadai.Tingkat

keuntungan ini erat hubungannya dengan luas pasar. Jika pasar tidak tumbuh secepat

pertumbuhan modal, maka tingkat keuntungan akan segera merosot, dan akhirnya

akan mengurangi gairah para pemilik modal untuk melakukan akumulasi modal.

Menurut Adam Smith, dalam jangka panjang tingkat keuntungan tersebut akan

menurunkan dan pada akhirnya akan mencapai tingkat keuntungan minimal pada posisi

stasioner perekonomian tersebut.

Pertumbuhan Penduduk

Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkatjika tingkat upah yang

berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk

hidup. Jika tingkat upah di atas tingkat subsisten, maka orang-orang akan kawin pada

35
umur muda, tingkat kematian menurun, dan jumlah kelahiran meningkat. Sebaliknya

jika tingkat upah yang berlaku lebih rendah dari tingkat upah subsisten, maka jumlah

penduduk akan menurun.

Tingkat upah yang berlaku, menurut Adam Smith, ditentukan oleh tarik-menarik

antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Tingkat upah yang tinggi dan

meningkat jika permintaan akan tenaga kerja (D) tumbuh lebih cepat daripada

penawaran tenaga kerja (S).

Sementara itu permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh stok modal dan

tingkat output masyarakat. Oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan akan tenaga

kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju

pertumbuhan output.

Kritik terhadap Teori Adam Smith

Seperti digambarkan di muka, teori Adam Smith ini telah memberikan

sumbangan yang besar dalam menunjukkan bagaimana pertumbuhan ekonomi terjadi

dan faktor-faktor apa yang dapat menghambatnya.Namun demikian, ada beberapa

kritik terhadap teori Adam Smith antara lain:

 Pembagian Kelas dalam Masyarakat

Teori Smith ini didasarkan pada lingkungan sosial ekonomi yang berlaku di

Inggris dan di beberapa negara Eropa. Teori ini mengasumsikan adanya

pembagian masyarakat secara tegas yaitu antara golongan kapitalis

(termasuk tuan tanah) dan para buruh. Padahal dalam kenyataan¬nya,

seringkali kelas menengah mempunyai peran yang sangat penting dalam

36
masyarakat modern. Dengan kata lain, teori Smith mengabaikan peranan

kelas menengah dalam mendorong pembangunan ekonomi.

 Alasan Menabung

Menurut Smith orang yang dapat menabung adalah para kapitalis, tuan

tanah, dan lintah darat. Namun ini adalah alasan yang tidak adil, sebab tidak

terpikir olehnya bahwa sumber utama tabungan di dalam masyarakat yang

maju adalah para penerima pendapatan, dan bukan kapitalis serta tuan

tanah.

 Asumsi Persaingan Sempurna

Asumsi utama teori Adam Smith ini adalah persaingan sempurna.Kebijakan

pasar bebas dari persaingan sempurna ini tidak ditemukan di dalam

perekonomian manapun.Sejumlah kendala batasan malahan dikenakan pada

sektor perorangan (misalnya larangan monopoli) dan perdagangan

internasional (misalnya adanya proteksi) pada setiap negara di dunia.

 Pengabaian Peranan Entrepreneur

Smith agak mengambaikan peranan entrepreneur dalam

pembangunan.Padahal para entrepreneur ini mempunyai peranan yang

sentral dalam pembangunan.Mereka inilah yang menciptakan inovasi dan

pada akhirnya menghasilkan akumulasi modal.

 Asumsi Stasioner

Menurut Smith, hasil akhir suatu perekonomian kapitalis adalah kead aan

stasioner. Ini berarti bahwa perubahan hanya terjadi di sekitar titik

37
keseimbangan tersebut. Padahal dalam kenyataannya proses pembangunan

itu seringkali terjadi teratur dan tidak seragam. Jadi asumsi ini tidak realistis.

2. DAVID RICARDO

Teori Ricardian, David Ricardo, Garis besar proses pertumbuhan dan

kesimpulan-kesimpulan dari Ricardo tidak jauh berbeda dengan teori Adam Smith.

Tema dari proses pertumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara laju

pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga

menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah (sumberdaya alam) tidak bisa

bertambah, sehingga akhirnya menjadi faktor pembatas dalam proses pertumbuhan

suatu masyarakat.Teori Ricardo ini diungkapkan pertama kali dalam bukunya yang

berjudul The Principles of Political Economy and Taxation yang diterbitkan pada tahun

1917.Proses Pertumbuhan Sebelum membicarakan aspek-aspek pertumbuhan dari

Ricardo, terlebih dulu kita coba untuk mengenai ciri-ciri perekonomian Ricardo sebagai

berikut:

 Jumlah tanah terbatas

 Tenaga kerja (penduduk) meningkat atau menurun tergantung pada apakah

tingkat upah di atas atau di bawah tingkat upah minimal (tingkat upah alamiah

= natural wage)

 Akumulasi modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modal

berada di atas tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarik

mereka melakukan investasi.

 Kemajuan teknologi terjadi sepanjang waktu.

38
 Sektor pertanian dominan.

Dengan terbatasnya luas tanah, maka pertumbuhan.penduduk (tenaga kerja)

akan menurunkan produk marginal (marginal product) yang kita kenal dengan

istilah the law of diminishing returns. Selama buruh yang dipekerjakan pada

tanah tersebut bisa menerima tingkat upah di atas tingkat upah alamiah,

maka penduduk (tenaga kerja) akan terus bertambah, dan hal ini akan

menurunkan lagi produk marginal tenaga kerja dan pada gilirannya akan

menekankan tingkat upah ke bawah.

Proses yang dijelaskan di atas akan berhenti jika tingkat upah turun sampai

tingkat upah alamiah. Jika tingkat upah turun sampai di bawah tingkat upah

alamiah, maka jumlah penduduk (tenaga kerja) menurun. Dan tingkat upah

akan naik lagi sampai tingkat upah alamiah. Pada posisi ini jumlah penduduk

konstan.Jadi dari segi faktor produksi tanah dan tenaga kerja, ada suatu

kekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian ke arah tingkat upah

minimum, yaitu bekerjanya the law of diminishing returns.

Menurut Ricardo, peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi adalah

cenderung meningkatkan produktivitas tenaga kerja, artinya, bisa memperlambat

bekerjanya the law of diminishing returns yang pada gilirannya akan memperlambat

pula penurunan tingkat hidup ke arah tingkat hidup minimal. Inilah inti dari proses

pertumbuhan ekonomi (kapitalis) menurut Ricardo. Proses ini tidak lain adalah proses

tarik menarik antara dua kekuatan dinamis yaitu antara:

 the law of diminishing returns dan

 kemajuan teknologi

39
Sayangnya, proses tarik-menarik tersebut akhirnya dimenangkan oleh the law of

diminishing returns, demikian Ricardo. Keterbatasan faktor produksi tanah

(sumbersdaya alam) akan membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu

negara hanya bisa tumbuh dampai batas yang dimungkinkan oleh sumberdaya

alamnya. Apabila semua potensi sumberdaya alam telah dieksploitir secara penuh

maka perekonomian berhenti tumbuh. Masyarakat mencapai posisi stasionernya,

dengan ciri-ciri sebagai berikut:

 tingkat output konstan

 jumlah penduduk konstan

 pendapatan per kapita juga menjadi konstan

 tingkat upah pada tingkat upah alamiah (minimal)

 tingkat keuntungan pada tingkat yang minimal

 akumulasi modal berhenti (stok modal konstan)

 tingkat sewa tanah yang maksimal.

Kritik terhadap Teori Ricardo

 Pengabaian Pengaruh Kemajuan

Teknologi Ricardo menjelaskan bahwa kemajuan teknologi di sektor industri akan

mengakibatkan penggantian tenaga kerja. Pada awalnya kemajuan teknologi tersebut

dapat menahan laju berlakunya the law of diminishing returns, tetapi akhirnya pengaruh

kemajuan teknologi tersebut habis dan perekonomian menuju ke arah stasioner.

Kenyataannya kenaikan produksi pertanian yang sangat pesat di negara-negara maju

telah membuktikan bahwa Ricardo kurang memperhatikan potensi kemajuan teknologi

40
dalam menahan laju berlakunya the law of diminishing returns dari faktor produksi

tanah.

 Pengertian yang Salah tentang Keadaan Stasioner

Pandangan Ricardo bahwa negara akan mencapai keadaan stasioner secara otomatis

adalah tidak beralasan, karena tidak ada perekonomian yang mencapai keadaan

stasioner dengan laba yang meningkat, produksi yang meningkat, dan akumulasi modal

terjadi.

 Pengabaian Faktor-faktor Kelembagaan

Salah satu kelemahan pokok dari teori Ricardo ini adalah pengabaian peranan faktor-

faktor kelembagaan.Faktor-faktor ini diasumsikan secara tertentu.Meskipun demikian,

faktor tersebut penting sekali dalam pembangunan ekonomi dan tidak dapat diabaikan.

 Teori Ricardo bukan Teori Pertumbuhan

Menurut Schumpeter, teori Ricardo bukanlah teori pertumbuhan ekonomi tetapi teori

distribusi yang menentukan besarnya pangsa tenaga kerja, tuan tanah, dan pemilik

modal. Bahkan dia menganggap bahwa pangsa untuk tanah adalah sangat utama, dan

sisanya sebagai pangsa tenaga kerja dan modal. Ricardo gagal menunjukkan teori

distribusi fungsional karena ia tidak menentukan pangsa dari masing-masing faktor

produksi secara terpisah

 .Pengabaian Suku Bunga

Kelemahan lain dari teori Ricardo ini adalah pengabaian suku bunga dalam

pertumbuhan ekonomi. la tidak menganggap suku bunga sebagai imbalan jasa yang

terpisah dari modal tetapi termasuk dalam laba. Pendapat yang salah ini berasal dari

41
ketidakmampuannya untuk membedakan pemilik modal dari pengusaha (entrepreneur).

3. THOMAS ROBERT MALTHUS

Teori Pembangunan Malthus

Bukunya Principles of Political Economy pada tahun 1820 yang terkenal dengan

teori kependudukan, kemudian di keluarkan teori tentang pembangunan ekonomi

dalam bukunya The Progress of Wealth pada tahun yang sama. Malthus tidak

menganggap proses pembangunan ekonomi terjadi dengan sendirinya.

Malthus lebih menitikkan perhatian kepada perkembangan kesejahteraan suatu

negara yaitu pembangunan ekonomi yang dapat dicapai dengan meningkatkan

kesejahteraan suatu negara. Kesejahteraan itu tergantung kepada kuantitas produk

yang dihasilkan oleh tenaga kerjanya dan sebagian lagi dihasilkan oleh nilai produk itu

sendiri

Saran yang diajukan oleh Malthus untuk meningkatkan pembangunan ekonomi :

 Pertumbuhan yang berimbang.

Di dalam sistem Malthus perekonomian dibagi menjadi sektor:pertanian dan

industri. Kemajuan teknologilah di kedua sektor itu yang dapat mambawa kepada

pembangunan ekonomi

 Menaikkan permintaan efektif.

Selain kemajuan teknologi untuk mendorong pembangunan ekonomi juga harus

diimbangi dengan meningkatnya permintaan efektif:

 Pendistribusian kesejahteraan dan pemilikan tanah secara adil;

42
 Permintaan efektif dapat ditingkatkan melalui perluasan perdagangan internal

dan eksternal.

Hal ini dikarenakan perdagangan akan meningkatkan keinginan, hasrat, dan

selera untuk mengkonsumsi yang sasarannya untuk menjaga harga di pasar

komoditi;

 Mempertahankan konsumen tidak produktif untuk meningkatkan permintaan

efektif

Kelemahan teori Malthus

 Stagnasi sekuler tidak melekat pada akumulasi modal

 Pandangan negatif terhadap akumulasi modal

 Komoditi tidak dipertukarkan dengan komoditi secara langsung

 Konsumen tidak produktif memperlambat kemajuan

 Dasar tabungan bersisi satu

2.5. Jenis jenis teori perencanaan

2.5.1. Diagram Perkembangan Munculnya Aliran Perencanaan dan Konsep Teori

Perencanaan

Teori perencanaan mulai berkembang pesat setelah terjadinya revolusi industri

sebagai akibat adanya respon industrialisasi dan urbanisasi. Degradasi lingkungan

yang terjadi membuat pakar kota menginginkan suatu reformasi Hal ini merupakan

sebuah perubahan yang sangat besar dalam kehidupan kota. Revolusi industri sendiri

telah menciptakan kota-kota industri baru yang sebelumnya tidak ada yaitu terjadi

perpindahan penduduk dari daerah pertanian ke daerah industri. Lalu kota itu sendiri

43
menjadi kepentingan yang sangat besar bagi buruh, karena penduduk yang pindah dari

desa ke kota tidak memiliki pengetahuan tentang industri baru atau kebutuhan sosial

dan teknis untuk hidup di kota. Setelah itu, mulai muncul sebuah gagasan dari Patrick

Geddes tentang analisa terperinci dari pola pemukiman dan lingkungan ekonomi lokal

yang merupakan awal dari lebih berkembangnya sebuah teori perencanaan.

INDUSTRI
DEGRADASI SOSIAL POLITIK,SOSIAL EKONOMI, SOSIAL BUDAYA

REVOLUSI INDUSTRI

REFORMASI POLITIK REVORMASI SOSIAL REVORMASI


LINGKUNGAN

Teori Pengambilan Teori Komunikasi New Urbanism


Keputusan

Teori Pembagian Just The City Regionalism


Kekuasaan

Political Economy Advokasi Teori


Pertumbuhan
Pusat Kota

Sosialime Comunicative Teori lokasi


Ekstreem Model

Development Teori Ksepakatan Perkembangan


Machine Pusat Kota

Sosialisme Historialisme Neightboarhood


Unit

Liberialisme Historialisme

Partisipasi Modernism

Gambar 2.1. Diagram teori-teori perencanaan

44
2.5.2. Perkembangan dan konsep teori perencanaan

Kota merupakan sebatas wilayah yang dihuni sekumpulan orang dan memiliki

pemerintahan sendiri. Massa, wilayah, dan pemerintahan harus ada untuk dapat

mengenali kota. Ketiganya memiliki keterikatan yang sangat kuat sehingga tidak dapat

berdiri sendiri-sendiri. Hal ini terjadi disebabkan oleh terjadinya interaksi antar manusia

dalam memenuhi kebutuhan akan hak dan kewajibannya. Dewasa ini, kota telah

bertransformasi menjadi lebih kompleks seiring dengan perkembangan kehidupan

manusia. Kota tidak hanya sekedar sebuah wilayah tempat berkumpulnya satu

komunitas saja, tetapi sifatnya meluas menjadi pertemuan beberapa area dalam

sebuah kemajemukan yang saling berkait. Oleh karena itu, dibutuhkan seperangkat

aturan yang dapat mengatur kota agar tidak terjadi kekacauan di dalamnya. Sebegitu

pentingnya aturan tersebut sehingga mendorong tumbuhnya satu cabang pengetahuan

baru yang biasa disebut perencanaan kota (urban planning). Dalam dimensi masa,

tahapan perkembangan kota baru dapat dibagi menjadi:

1) Perencanaan Pra Revolusi Industri

Banyak kota di jaman kuno atau abad pertengahan direncanakan oleh penguasa

atau kelompok pedagang; dan di antara kelompok ini, banyak yang memiliki rencana

formal dengan unsur keteraturan geometris yang kuat. Perkembangan terbesar dari

perencanaan kota formal sebelum Revolusi Industri adalah di abad 17 dan 18 yang

menghasilkan karya terbaik rancangan arsitektur seperti rekonstruksi Roma sepanjang

akhir abad 16 dan awal abad 17 dan lain sebagainya. Sejarah perencanaan kota

tersebut penting bagi perencana untuk memahami bagaimana generasi sebelumnya

beradaptasi dengan kesempatan dan keterbatasan wilayah yang ada.

45
Dalam arti yang hakiki, kota baru dikenal sejak masa Mesir, Yunani dan Romawi

kuno dan kemudian pada masa abad pertengahan dan masa peralihan (Renaissance)

di Eropa. Beberapa pemukiman lama yang dapat dicontohkan sebagai kota baru pada

masa Yunani, seperti kota-kota yang terdapat di sepanjang mediterania sampai ke kota-

kota yang didirikan bangsa Romawi di Mesopotamia dan Afrika Utara. Pada abad

pertengahan,misalnya kota-kota wilayah Andalusia (Spanyol) seperti di Granada,

Sevilla, dan wilayah Baghdad. Pada abad peralihan, misalnya kota-kota di sepanjang

Lembah Garonne di Perancis. Masa menjelang revolusi industri di Eropa Barat, seperti :

pembangunan kota baru di wilayah frontier Amerika, seperti Savannah, Georgia,

Washington DC, Pullman, Illinois dan Philadelphia.

Peradaban Mesopotamia, Harappa, dan Mesir kuno merancang kota-kotanya

dengan sangat cermat. Sisa-sisa peninggalan kota kuno dari 3000 tahun sebelum

masehi tersebut telah dipelajari oleh para ilmuwan. Penemuan menunjukkan bahwa

kota-kota tersebut telah direncanakan dengan sangat baik oleh penduduknya. Tata

guna lahan diperhatikan dengan melakukan pembagian-pembagian sesuai zona dan

strata sosial di masyarakat. Jalur-jalur penghubung antar lokasi dibuat dengan pola

terkotak-kotak (grid). Kota-kota tersebut bahkan sudah mengembangkan sistem awal

sanitasi berupa selokan-selokan terstruktur sebagai drainase kota.

Kemudian bangsa Yunani dan Romawi kuno juga menerapkan rancangan kota yang

serupa. Sepetak wilayah dibagi-bagi menjadi blok-blok terukur dengan pembagian

fungsi yang berbeda. Kota-kota tersebut pada umumnya berbentuk persegi dengan

pembagian grid persegi juga. Dibuat pula jalur-jalur diagonal dari keempat sisi kota agar

mempersingkat waktu tempuh dari satu sisi kota ke sisi yang lain. Sistem transportasi

46
seperti ini sengaja dikembangkan untuk kenyamanan publik dan kepentingan militer.

Skema tersebut masih dapat disaksikan di kota Turin dan banyak kota-kota kuno di

eropa lainnya.

Karakteristik kota yang dibangun sejak masa Romawi kuno hingga akhir

Renaisanse adalah digunakannya benteng sebagai alat pertahanan kota. Secara

otomatis, perkembangan kota mengikuti bentuk benteng tersebut. Pusat kota biasanya

berupa pusat pemerintahan, militer, atau sosial yang di kelilingi oleh pemukiman

penduduk yang berada dalam benteng utama. Pemukiman ini biasanya didiami oleh

anggota keluarga para bangsawan ataupun penguasa kala itu yang sangat dijaga

keamanannya. Area di luar benteng utama biasanya digunakan untuk pemukiman

penduduk biasa, area perdagangan, dan lahan persawahan. Skema seperti ini banyak

ditemui di kota-kota lama di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia.

2) Revolusi Industri

Pada abad 18 terjadi industrialisasi di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Dampak

buruk industrialisasi telah mengakibatkan warga Eropa Barat dan Amerika Serikat untuk

peduli dengan lingkungan binaan. Revolusi industri selain menghasilkan penemuan

teknologi baru juga memunculkan fenomena baru yaitu kota industri baru yang

sebelumnya tidak ada. Akibatnya terjadi perpindahan penduduk dari daerah pertanian

ke daerah industri. Penduduk yang pindah tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang

industri baru atau kebutuhan sosial dan teknis untuk hidup di kota. Meski industri di

kota-kota tersebut memberikan banyak kesempatan ekonomi bagi angkatan kerja yang

tidak terampil, namun pengaturan sosial di kota tidak mampu memenuhi kebutuhan

47
mereka akan tempat tinggal, pelayanan publik mendasar seperti air dan pembuangan

limbah, atau pelayanan kesehatan. Situasi ini tidak dapat diterima oleh masyarakat.

Namun upaya reformasi sangat sulit karena tiga hal. Pertama, keinginan untuk

bertindak. Kedua, pengetahuan untuk bertindak. Ketiga, kebutuhan akan perlengkapan

administrasi yang efektif, termasuk keuangan, untuk melembagakan kontrol yang

diperlukan dan menyediakan layanan publik; dan mereformasi pemerintah lokal yang

tidak efektif.

Revolusi Industri telah mengubah paradigma dalam perencanaan kota.

Pertumbuhan penduduk yang meningkat tajam terutama di kota-kota industri di dunia

secara langsung telah mengubah bentuk ruang kota, tidak hanya lebih meluas tetapi

juga mengalami degradasi lingkungan. Timbulnya kesemrawutan dalam perkembangan

ruang yang terjadi merupakan implikasi besar dari pertumbuhan dan perkembangan

kegiatan ekonomi dunia. Ekonomi tidak lagi digerakkan pada kegiatan pertanian dan

juga industri manual yang hanya memiliki ruang lingkup kecil. Tetapi ekonomi telah

digerakkan oleh kegiatan industri massal skala besar yang kemudian menjadikan kota

sebagai pusatnya. Ketika orientasi ekonomi dunia mengarah pada industri-industri

besar yang ada di kota maka kegiatan pertanian yang selama ini masih masih menjadi

mayoritas komoditas ekonomi kemudian beralih. Pekerja industri menjadi sebuah mata

pencaharian baru. Migrasi ke kota atau yang kemudian disebut sebagai urbanisasi

adalah sebuah fenomena besar yang pada akhirnya, sampai saat ini, menjadi sangat

umum terjadi dalam merespon sebuah peluang ekonomi baru yang dirasa banyak

terdapat di kota. Hal tersebut turut pula didukung oleh perkembangan pemikiran-

pemikiran baru baik dalam aspek sosial maupun ekonomi. Ketika kapitalisme sangat

48
mendukung perkembangan pesat ekonomi indutri maka kemudian muncul sosialisme

sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang terjadi. Secara normatif

kemudian banyak bermunculan konsep-konsep perencanaan yang mencoba

mengakomodir dan mengantisipasi kemajuan peradaban manusia tersebut.

Revolusi industri selain menghasilkan penemuan teknologi baru juga memunculkan

fenomena baru yaitu kota industri baru yang sebelumnya tidak ada. Akibatnya terjadi

perpindahan penduduk dari daerah pertanian ke daerah industri. Penduduk yang

pindah tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang industri baru atau kebutuhan sosial

dan teknis untuk hidup di kota. Meski industri di kota-kota tersebut memberikan banyak

kesempatan ekonomi bagi angkatan kerja yang tidak terampil, namun pengaturan sosial

di kota tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka akan tempat tinggal, pelayanan

publik mendasar seperti air dan pembuangan limbah, atau pelayanan kesehatan.

3) Kemunduran Kota

Kemunduran kota ditandai dengan semakin meluasnya persebaran kota tanpa

dsitunjang perkembangan infrastruktur yang memadai. Penyebaran kota dipengaruhi

oleh perkembangan ekonomi, sosial dan teknologi terutama teknologi transportasi.

Depresi ekonomi menyebabkan upah buruh murah. Perubahan sosial yang dipicu oleh

perkembangan ekonomi menambah jumlah kalangan menengah yang dapat membeli

rumah. Sedangkan perkembangan teknologi transportasi meningkatkan jangkauan

perpindahan yang efektif, yang menyebabkan kota melebar lebih luas dibanding

sebelumnya.

Reaksi terhadap penyebaran/perluasan kota

49
Perencana kota prihatin terhadap fakta bahwa pembangunan tidak dikontrol

dengan perencanaan yang efektif yang memberikan dua dampak buruk. Pertama,

pembangunan menggunakan lahan pedesaan (yang mayoritas adalah lahan pertanian)

secara berlebihan. Kedua, pemukiman semakin jauh dari pusat kota, sedangkan

pekerjaan ada di pusat kota. Akibatnya, kemacetan lalu lintas di kota terus bertambah

dan perjalanan ke tempat kerja membutuhkan waktu yang lebih lama. Sehingga muncul

gerakan untuk membatasi pertumbuhan kota melalui perencanaan yang positif.

2.5.2.1. Reformasi Politik

 Teori Pengambilan Keputusan

Para ilmuwan politik dan para ilmuwan sosial pada umumnya telah banyak

mengembangkan model, pendekatan, konsep dan rancangan untuk menganalisis

pembuatan kebijaksanaan negara dan komponennya, yaitu pengambilan/pembuatan

keputusan. Sekalipun demikian, pada umumnya ahli-ahli ilmu politik lebih sering

menunjukkan hasrat yang tebih besar dalam mengembangkan teori mengenai

kebijaksanaan negara daripada mempelajari praktek kebijaksanaan negara itu sendiri.

Walaupun begitu, haruslah diakui bahwa konsep-konsep dan model-model tersebut

amat penting dan bermanfaat guna dijadikan pedoman dalam analisis kebijaksanaan,

karena konsep-tonsep dan model-model tersebut dapat memperjelas dan mengarahan

pemahaman kila tcrhadap pembuatan kebijaksanaan negara’ mempermudah arus

komunikasi dan memberikan penjelasan yang memadai bagi tindakan kebijaksanaan.

Jelasnya, jika kita bermaksud mempelajari atau meneliti kebijaksanaan tertentu maka

kita membutuhkan suatu pedoman dan kriteria yang relevan dengan apa yang sedang

50
menjadi pusat perhatian kita. Sebab, apa yang kita temukan dalam realita sebetulnya

bergantung pada apa yang kita cari, dan dalam hubungan ini konsep-konsep dan teori-

teori kebijaksanaan yang ada dapat memberikan arah pada penelitian yang sedang kita

lakukan.

Pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan

tertentu yang dilakukan oleh seorang aktor atau beberapa aktor berkenaan dengan

suatu masalah. Tindakan para aktor kebijakan dapat berupa pengambilan keputusan

yang biasanya bukan merupakan keputusan tunggal, artinya kebijakan diambil dengan

cara mengambil beberapa keputusan yang saling terkait dengan masalah yang ada.

Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari

beberapa pilihan alternatif yang tersedia.

Ada beberapa teori yang paling sering digunakan dalam mengambil kebijakan

yaitu:

1. Teori Rasional Komprehensif

Barangkali toari pengambilan keputusan yang biasa digunakan dan

diterima oleh banyak kalangan aadalah teori rasional komprehensif yang

mempunyai beberapa unsure

a. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang

dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai

sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain

(dapat diurutkan menurut prioritas masalah)

51
b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat

keputusan sangat jelas dan dapat diurutkan

prioritasnya/kepentingannya.

c. Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti

secara saksama.

d. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan

prioritas.

e. Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk

membandingkan dengan alternatif lain.

f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai

tujuan, nilai, dan sasaran yang ditetapkan.

Ada beberapa ahli antara lain Charles Lindblom , 1965 (Ahli Ekonomi

dan Matematika) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan itu

sebenarnya tidak berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit

akan tetapi mereka seringkali mengambil keputusan yang kurang tepat

terhadap akar permasalahan.

Teori rasional komprehensif ini menuntut hal-hal yang tidak rasional dalam

diri pengambil keputusan. Asumsinya adalah seorang pengambil

keputusan memiliki cukup informasi mengenahi berbagai alternatif

sehingga mampu meramalkan secara tepat akibat-akibat dari pilihan

alternatif yang ada, serta memperhitungkan asas biaya manfaatnya.dan

mempertimbangkan banyak masalah yang saling berkaitan

Pengambil keputusan sering kali memiliki konflik kepentingan antara nilai-

52
nilai sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat. Karena teori

ini mengasumsikan bahwa fakta-2 dan nilai-nilai yang ada dapat

dibedakan dengan mudah, akan tetapi kenyataannya sulit membedakan

antara fakta dilapangan dengan nilai-nilai yang ada.

Ada beberapa masalah diberbagai negara berkembang seperti Indonesia

untuk menerapkan teori rasional komprehensif ini karena beberapa alasan

yaitu:

o Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak

bisa dipakai untuk dasar pengambilan keputusan. Kalau

dipaksakan maka akan terjadi sebuah keputusan yang kurang

tepat.

o Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan

nagara berkembang ekologi budanyanya berbeda.

o Birokrasi dinegara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur

rasional dalam pengambilan keputusan, karena dalam birokrasi

negara berkembang kebanyakan korup sehingga menciptakan hal-

hal yang tidak rasional.

2. Teori Inkremental

Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara menghindari banyak

masalah yang harus dipertimbangkan dan merupakan madel yang seri

ng ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambail

keputusan. Teori ini memiliki pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

53
 Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang

diperlukan untuk mencapanya merupakan hal yang saling terkait.

 Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa

alternatif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan

alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental

atau marjinal

 Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi

mengenahi sebab dan akibatnya.

 Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifinisikan

secara teratur dan memberikan kemungkinan untuk

mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan sarana

sehingga dampak dari masalah lebih dapat ditanggulangi.

 Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat

bagi setiap masalah. Sehingga keputusan yang baik terletak pada

berbagai analisis yang mendasari kesepakatan guna mengambil

keputusan.

 Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya dalah memperbaiki

atau melengkapi keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna

mendapatkan penyempurnaan.

Karena diambil berdasarkan berbagai analisis maka sangat tepat

diterapkan bagi negara-negara yang memiliki struktur mejemuk.

Keputusan dan kebijakan diambil dengan dasar saling percaya diantara

berbagai pihak sehingga secara politis lebih aman. Kondisi yang realistik

54
diberbagi negara bahwa dalam menagmbil keputusan/kebijakan para

pengambil keputusan dihadapkan pada situasi kurang baik seperti

kurang cukup waktu, kurang pengalaman, dan kurangnya sumber-

sumber lain yang dipakai untuk analsis secara komprehensif.

Teori ini dapat dikatakan sebagai model pengambilan keputusan yang

membuahkan hasil terbatas, praktis dan dapat diterima.

Ada beberapa kelemahan dalam teori inkremental ini

- keputusan–keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau

mencerminkan kepentingan dari kelompok yang kuat dan mapan

sehingga kepentingan kelompok lemah terabaikan.

- Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek

dan tidak memperhatikan berbagai macam kebijakan lain

- Dinegara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang

inkremental tidak tepat karena negara berkembang lebih

membutuhkan perubahan yang besar dan mendasar.

- Menutut Yehezkel Dror (1968) gaya inkremental dalam membuat

keputusan cenderung mengahsilkan kelambanan dan terpeliharanya

status quo

3. Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)\

Beberapa kelemahan tersebut menjadi dasar konsep baru yaitu seperti

yang dikemukakan oleh ahli sosiologi organisasi Aitai Etzioni yaitu

pengamatan terpadu (Mixid Scaning) sebagai suatu pendektan untuk

55
mengambil keputusan baik yang bersifat fundamental maupun

inkremental. Keputusan-keputusan inkremental memberikan arahan

dasar dan melapangkan jalan bagi keputusan-keputusan fundamental

sesudah keputusan-keputusan itu tercapai.

Model pengamatan terpadu menurut Etzioni akan memungkinkan para

pembuat keputusan menggunakan teori rasional komprehensif dan teori

inkremental pada situasi yang berbeda-beda.

Model pengamatan terpadu ini pada hakikatnya merupakan pendekatan

kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional

komprehensif dan model inkremental dalam proses pengambilan

keputusan.

 Teori Pembagian Kekuasaan

Teori Pembangunan kekuasaan merupakan istilah yang digunakan secara

longgar untuk menunjukkan hasil-hasil penelitian dan segala macam pengamatan yang

semuanya itu ingin menjelaskan bagaimana sebaiknya pembangunan itu dilaksanakan.

Teori Pembangunan kekuasaan ini lebih berupa kumpulan asumsi atau hasil analisis

yang merupakan sumbangan dari sejumlah disiplin yang tentu tidak tersusun secara

rapi. Berasal dari penalaran induktif maupun deduktif atas aplikasi prinsip dan aturan

prosedur operasional praktek pembangunan. Indikator pembangunan kekuasaan :

- Kemiskinan : sanitasi buruk, kesehatan dan umur rata2 ato harapan hidup

buruk, kecukupan makanan dan gizi, Implikasi politik : miskin ekonomi tak

punyakekuatan politik.

56
- Pekerjaan : kegiatan yang menyediakan upah agar kepribadiannya

berkembang. Terkait kualitas sumberdaya.

- Ketimpangan : Ini problem distribusi pendapatan. Ini sangat susah diatasi

untuk dihilangkan, maksimal dikurangi karena sejak lahir manusia itu

memang berbeda. Tidak bisa kita mengingkari perbedaan itu.

Jika terjadi perbaikan terhadap 3 indikator tersebut maka pastilah

pembangunan sedang berproses.

2.5.2.2. Politikal ekonomi

 Sosialisme

Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu , yang

berhasrat menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi

secara merata . Sosialisme sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan

kepercayaan yang dianggap benar oleh para pengikutnya mengenai tatanan politik

yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat secara merata melalui

jalan evolusi, persuasi , konstitusional –parlementer , dan tanpa kekerasan.

Sosialisme sebagai ideology politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang

sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan

,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan

secara merata.

Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti

sosialisme utopia , sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran

57
sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti

Marxisme-Leninisme ,Febianisme , dan Sosial Demokratis.

Sosialisme dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada masyarakat –

bangsa yang memiliki tradisi demokrasi yang kuat. Unsur-unsur pemikiran yang ada

dalam gerakan sosialis sebagimana tergambar di Inggris mencakup :

a) Agama

b) Idealisme Etis Dan Estetis

c) Empiris Fabian

d) Dan Liberalism

Sosialisme yang ada disetiap negara memiliki ciri khas sesuai dengan kondisi

sejarahnya . Dalam sosialisme tidak ada garis sentralitas dan tidak bersifat

internasional.

Sosialisme di negara-negara berkembang mengandung banyak arti . Sosialisme

berarti cita-cita keadilan sosial ; persaudaraan ; kemanusiaan dan perdamaian dunia

yang berlandaskan hukum ; dan komitmen pada perencanaan.

Di negara-negara Barat ( lebih makmur) sosialisme diartikan sebagai cara

mendistribusikan kekayaan masyarakat secara lebih merata sedangkan di Negara

berkembang sosialisme diartikan sebagai cara mengindustrialisasikan Negara yang

belum maju atau membangun suatu perekonomian industri dengan maksud manaikkan

tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat .

Sosialisme sebagai idiologi politik yang merupakan keyakinan dan kepercayaan

yang dianggap benar mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujudnya

58
kesejahteraan masyarakat secara merata melalui jalan evolusi, persuasi, konstitusional-

parlementer dan tanpa kekerasan. Sosialisme sebagai ideologi politik timbul dari

keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan politik akibat revousi industri .

Adanya kemiskinan , kemelaratan ,kebodohan kaum buruh , maka sosialisme berjuang

untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.

Dalam perkembangan sosialisme terdiri dari pelbagai macam bentuk seperti

sosialisme utopia, sosialisme ilmiah yang kemudian akan melahirkan pelbagai aliran

sesuai dengan nama pendirinya atau kelompok masyarakat pengikutnya seperti

Marxisme-Leninisme, Febianisme , dan Sosial Demokratis. Sosialisme dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik pada masyarakat –bangsa yang memiliki tradisi

demokrasi yang kuat.

 Teori Political Economy

Teori Ekonomi/political economy adalah suatu pemikiran kapitalisme yang

terlebih dahulu yang harus dilacak melalui sejarah perkembangan pemikiran ekonomi

dari era Yunani kuno sampai era sekarang. Aristoteles adalah yang pertama kali

memikirkan tentang transaksi ekonomi dan membedakan di antaranya antara yang

bersifat "natural" atau "unnatural". Transaksi natural terkait dengan pemuasan

kebutuhan dan pengumpulan kekayaan yang terbatasi jumlahnya oleh tujuan yang

dikehendakinya. Transaksi un-natural bertujuan pada pengumpulan kekayaan yang

secara potensial tak terbatas. Dia menjelaskan bahwa kekayaan unnatural tak berbatas

karena dia menjadi akhir dari dirinya sendiri ketimbang sebagai sarana menuju akhir

yang lain yaitu pemenuhan kebutuhan. Contoh dati transaksi ini disebutkan adalah

59
perdagangan moneter dan retail yang dia ejek sebagai "unnatural" dan bahkan tidak

bermoral. Pandangannya ini kelak akan banyak dipuji oleh para penulis Kristen di Abad

Pertengahan.

Aristotles juga membela kepemilikan pribadi yang menurutnya akan dapat

memberi peluang seseorang untuk melakukan kebajikan dan memberikan derma dan

cinta sesama yang merupakan bagian dari “jalan emas” dan “kehidupan yang baik ala

Aristotles.

Chanakya (c. 350-275 BC) adalah tokoh berikutnya. Dia sering mendapat julukan

sebagai IndianMachiavelli. Dia adalah professor ilmu politik pada Takshashila University

dari India kuno dan kemudian menjadi Prime Minister dari kerajaan Mauryan yang

dipimpin oleh Chandragupta Maurya. Dia menulis karya yang berjudul Arthashastra

(Ilmu mendapatkan materi) yang dapat dianggap sebagai pendahulu dari Machiavelli's

The Prince. Banyak masalah yang dibahas dalam karya itu masih relevan sampai

sekarang, termasuk diskusi tentang bagaiamana konsep manajemen yang efisien dan

solid, dan juga masalah etika di bidang ekonomi. Chanakya juga berfokus pada isu

kesejahteraan seperti redistribusi kekayaan pada kaum papa dan etika kolektif yang

dapat mengikat kebersamaan masyarakat.

 Liberalisme

Liberalisme menjadi teori yang paling dominan dalam hubungan internasional

semenjak berakhirnya perang dingin pada 1991. Kekalahan komunisme seakan

menjadi justifikasi kemenangan paham liberal yang sarat dengan kebebasan individu.

Secara singkat Tim Dunne (2001) mendefiniskan liberalisme sebagai suatu ideologi

60
yang perhatiannya terpusat pada kebebsan individual. Image paling kuat melekat dalam

liberalisme adalah kedudukan negara adalah sebagai suatu manifestasi kebutuhan

untuk melindungi kebebasan tersebut. Negara menjadi pelayan dari keinginan kolektif

sekelompok orang yang menyerahkan kekuasaannya pada otoritas tertentu di luar

mereka.

Fokus pemikiran liberal memberikan berbagai penjelasan bagaimana kedamaian

dan korporasi antara aktor hubungan internasional dapat dicapai. Dalam liberal

tersendiri terdapat empat cabang dalam menguraikan bagaimana kedamaian bisa

dicapai (Dunne, 2001). Perspektif kedamaian dalam sudut pandang liberal dibagi

menjadi empat yakni liberal internasionalisme, idealisme, optimisme, dan liberal

institutionalisme.

a) Liberal internasionalisme

Dua pemikir yang muncul dari liberal internasionalisme adalah Immanuel

Kant dan Jeremy Bentham. Pemikiran liberal mereka tentu saja tidak jauh

dari kacamata mereka memandang situasi politik pada masa hidupnya

yakni pada era Enlightenment.

Kant melihat dunia internasional seolah carut marut karena tidak adanya

suatu hukum dan norma yang legitimate mengatur perilaku aktor-aktor

politiknya. Menurut Kant, perdamaian bisa dicapai apabila terdapat

hukum internasional dan kontrak federal antarnegara untuk meninggalkan

perang.

Bentham menambahkan pemikiran liberal Kant dengan menyebut contoh

nyata yang terjadi padaGermany Diet, American Confederation, dan Liga

61
Swiss yang terbukti mampu memfasilitasi konflik yang terjadi akibat

persaingan individu melalui pemerintahan bersama (federasi). Inti dari

pemikiran liberal internasionalisme adalah siginifikasi hukum

international. Menurut Bentham, hukum international tersebut dapat

terbentuk tanpa melalui pemerintahan dunia. Menurut liberal

internasionalisme masyarakat internasional berdasar hukum bisa terjadi

secara natural sebagaimana Adam Smith menjelaskan mekanisme pasar

dengan invisible hands. Ketika suatu negara mengikuti self interest

masing-masing, individu secara tidak sadar mendorong terwujudnya

kebaikan bersama.

b) Idealisme

Era idealisme dimulai sejak awal 1900 hingga akhir 1930 yang dimotivasi

oleh keinginan kuat untuk menghindari perang. Salah satu pencetus

idelalisme terkenal adalah Woodrow wilson yang tertuang dalam empat

belas point Wilson. Kelahiran idealisme ditandai oleh pasca perang dunia

I sebagai kritikan terhadap paham liberal internasionalisme yang

menyatakan bahwa perdamaian bersifat natural dan bisa terjadi dengan

sendirinya. Menurut Wilson, perdamaian tidak terjadi secara natural tapi

mesti dikontruksi. Lebih lanjut Wilson mengatakan bahwa perdamaian itu

bisa dikontruksi dengan membentuk institusi. Konsep utama dalam

pemikiran idealisme adalah keamanan bersama, collective security.

Dikarenakan jika keamanan suatu negara terganggu akan berimbas pada

62
stabilitias keamanan di negara kawasan disebabkan interconnectedness,

oleh karena itu keamanan menjadi konsep bersama keamanan suatu

negara juga menjadi tanggung jawab negara lain.

c) Liberal Institusionalisme

Pandangan liberal institusionalisme muncul sebagai jawaban atas kritik

realisme merespon peristiwa terjadinya perang dunia dua dan gagalnya

Liga Bangsa-bangsa. Ini menjadikan sifat liberal institusionalisme menjadi

cenderung realist dan mengurangi normativeness (Dunne, 2001).

Liberal institusionalime menolak pandangan aktor bersifat state-centric.

Meskipun negara merupakan satu-satunya aktor tunggal hubungan

internasional, mereka menilai organisasi internasiona, perusahaan

multinasional merupakan aktor subordinate dalam sistem. Kehadiran

aktor subordinate menjalankan beberapa peran yang tidak dapat

dilakukan oleh negara.

Fenomena globalisasi tidak membuat paham liberal menjadi outdated,

sebaliknya liberal terus melakukan penyesuaian dengan konsep kini

supaya terus relevan memberikan penjelasan terhadap kejadian dalam

konteks global.

d) Neo-liberal internasionalisme

Neo-liberal internasionalisme cenderung menggunakan istilah globalisasi

dalam berbagai pengertian positif. Globalisasi memicu tumbuh

63
kembangnya ekonomi secara lebih baik dan sepertil tradisis liberal

internasionalime lama, pertumbuhan ekonomi yang maksimal melalui

perdangan (commerce) dan free trade merupakan ladang subur bagi

benih-benih perdamaian diamana akan terjaling mutual understanding.

Mutual understanding inilah yan goleh neo-liberal internasionalisme

menjadi faktor kunci mencegah perang.

e) Neo-idealisme

Neo-idealisme muncul dengan ide bahwa ketergantungan sangat

bermanfaat untuk mendatangkan perdamaian dan menyebarkan

semangat demokrasi. Globalisasi menjadi perangkat efektif untuk

menyebarkan ide demokrasi. Demokrasi yang mengandung nilai-nilai

kebebasan dan perdamaian menjadi indikator paling valuabel untuk

menciptakan kerjasama melalui terbentuknya masyarakat global-global

society.

f) Neo-liberal institusionalisme

Prinsip kunci liberal institusionalisme adalah mengakui keberadaan aktor

non-negara dalam sistem (Keohane, 1989a). Neo-liberal institutionalisme

mengakui sistem cenderung anarki daripada kooperatif, sesuai dengan

pandangan realis, meskipun demikian namun kerjasama antaraktornya

tetap terjalin. Mengapa demikian? Sebab aktor negara bersifat rasional

yakni selalu terdapat kecenderungan mereka menghindari perang dan

64
seminimal mungkin melakukan kerjasama menggunakan asas mutual

gain atau absolute gain ¸bukannya relative gain.

Relative gain mengindikasikan bahwa kerjasama bersifat zero sum game,

state akan bekerjasasama jika ia mendapat keuntungan lebih dari yang

lainnya “who can get more”. Sementara itu, Absolute gain kerjasama

tetap terjadi dalam kondisi positive sum game,manakala menguntungkan

kedua pihak.

 Partisipasi

Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang berkaitan

dengan keadaaan lahiriahnya (Sastropoetro;1995).

Participation becomes, then, people's involvement in reflection and action, a

process of empowerment and active involvement in decision making throughout a

programme, and access and control over resources and institutions(Cristóvão,1990).

Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalam

proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi,

perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan

tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materill.

Hoofsteede (1971) menyatakan bahwa patisipasi adalah the taking part in one

ore more phases of the process sedangkan Keith Davis (1967) menyatakan bahwa

patisipasi “as mental and emotional involment of persons of person in a group situation

which encourages him to contribute to group goals and share responsibility in them”

65
Verhangen (1979) dalam Mardikanto (2003) menyatakan bahwa, partisipasi

merupakan suatu bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan

pembagian: kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat. Theodorson dalam

Mardikanto (1994) mengemukakan bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasi

merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat)

dalam suatu kegiatan tertentu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnya

partisipasi dapat didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Menurut

konsep proses pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau responses

atas rangsangan-rangsangan yang diberikan; yang dalam hal ini, tanggapan

merupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat diharapkan (Berlo, 1961).

Partisipasi masyarakat merutut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah proses ketika

warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran

serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan

kebijakan kebijakan yang langsung mempengaruhi kehiduapan mereka. Conyers (1991)

menyebutkan tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat

penting. Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh

informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakata, tanpa kehadirannya

program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa

masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa

dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan

mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap

poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisiapsi umum di banyak

66
negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila

masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

Tipologi Partisipasi

Penumbuhan dan pengembangan partisipasi masyrakat seringkali terhambat

oleh persepsi yang kurang tepat, yang menilai masyarakat “sulit diajak maju” oleh

sebab itu kesulitan penumbuhan dan pengembangan partisipasi masyarakat juga

disebabkan karena sudah adanya campur tangan dari pihak penguasa. Berikut adalah

macam tipologi partisipasi masyarakat

1) Partisipasi Pasif / manipulative

2) Partisipasi Informatif

3) Partisipasi konsultatif.

4) Partisipasi intensif

5) Partisipasi Fungsional

6) Partisipasi interaktif

7) Self mobilization

2.5.2.3. Reformasi Sosial


2.5.2.3.1. Teori Komunitas

 Advokasi

Perencanaan advokasi adalah perencanaan yang muncul pada konsep

perencanaan plural. Perencanaan ini yang berfungsi sebagai sarana untuk mendukung

pernyataan/ pemikiran yang saling berkompetisi, dalam hal bagaimana masyarakat

67
harus membangun dan dibangun. Konsep advokasi ini muncul dari praktek hukum yang

berimplikasi pada sanggahan/ perlawanan yang muncul dari masing-masing pihak,

yang memiliki dua pandangan yang saling bersaing. Perencanaan advokasi banyak

dilakukan bukan oleh perencana (formal), melainkan oleh pekerja sosial, organisator

kemasyarakatan (LSM) dan mahasiswa. Para perencana advokasi bekerja karena

adanya suatu kelompok masyarakat yang membutuhkan bantuan perencana pada saat

proses pembangunan berlangsung. Kelompok ini umumnya berada dalam kelompok

berpenghasilan rendah dan tidak memiliki bergaining power (posisi tawar).

Perencanaan advokasi muncul akibat adanya perbedaan kepentingan dan posisi tawar

berbagai kelompok di masyarakat. Di dalam proses perencanaan pembangunan yang

bersifat unitary plan (yang dilakukan oleh pemerintah), perbedaan kepentingan dan

posisi tawar antar kelompok masyarakat akan menyebabkan sulitnya melakukan

pencapaian tujuan akhir pembangunan. Untuk itu perencanaan advokasi sangatlah

dibutuhkan di dalam pencapaian tujuan akhir pembangunan.

 Just The City

Model partisipasi yang didasarkan pada pendekatan advocacy oleh kelompok

masyarakat yang lemah posisinya. Termasuk salah satu pendekatan yang bersifat

sosialistis.

 Communicative model

 Model partisipasi yang membutuhkan kemampuan perencana dalam

berbicara, mendengarkan pendapat dan aspirasi masyarakat,

68
menampung keluhan masyarakat; untuk mengadakan konsensus;

mendampingi dalam pencapaian tujuan.

 Disebut juga model collaborative.

 Mengedepankan kesepakatan masyarakat.

 Termasuk salah satu pendekatan yang bersifat sosialistis.

 Waktu yang dibutuhkan tergantung dari kesiapan masyarakat untuk

mencapai kesepakatan.

2.5.2.4. Reformasi lingkungan

 New Urbanism

New Urbanism mendukung perencanaan daerah untuk ruang terbuka, yang

sesuai dengan konteks arsitektur dan perencanaan, serta perkembangan yang

seimbang pekerjaan dan perumahan.

Para tokoh yang membawa aliran New Urbanism percaya bahwa strategi mereka

dapat mengurangi kemacetan lalu lintas, meningkatkan pasokan perumahan yang

terjangkau dan mengekang pemukiman di perkotaan.

Aliran ini menghasilkan suatu piagam yang di buat tahun 1993 di AS yang

menyebutkan:

“Kami (para pendukung new urbanism) menganjurkan restrukturisasi kebijakan publik

dan praktik pengembangan untuk mendukung prinsip-prinsip berikut: beragam

lingkungan harus digunakan dan jumlah penduduk; masyarakat harus dirancang untuk

pejalan kaki dan transit serta mobil; kota-kota harus dibentuk oleh didefinisikan secara

fisik dan diakses secara universal ruang publik dan institusi masyarakat; tempat-tempat

69
perkotaan harus dibingkai oleh arsitektur dan lanskap desain yang merayakan sejarah

lokal, iklim, ekologi, dan membangun praktik”

Berikut ini adalah tokoh-tokoh yang menganut aliran New Urbanism.

1. Andres Duany and Elizabeth Plater-Zyberk

Adalah pasangan suami istri yang merintis terbentuknya aliran

New Urbanism, selain itu mereka juga pendiri dari CIAM

(Congress for the New Urbanism). Karir pertama mereka

dimulai dari pembangunan Seaside di Florida. Pada dasarnya,

kedua orang ini menginginkan sebuah lingkungan perkotaan

yang lebih bersahabat dengan pejalan kaki dan mengurangi

kemacetan lalu lintas, tidak merujuk pada modernisasi yang

cenderung merusak lingkungan yang ada, dalam artian tidak

adanya kesinambungan antara perkembangan teknologi,

lingkungan, dan kualitas kehidupan.

Kedua pasangan ini sudah mengaplikasikan teori mereka di

berbagai tempat, termasuk luar negeri. Pada saat ini, konsep

teori New Urbanism ini banyak diminati oleh masyarakat.

2. James Howard Kunstler (The Geography of Nowhere)

James Howard Kunstler lahir di New York tahun 1948, adalah

seorang penulis, pengkritik sosial, public speaker dan juga

blogger. Mendukung aliran New Urbanism dan mengkritik ide Le

Corbusier. Menurut James Howard K. sebuah kota seharusnya

70
lebih memiliki ruang terbuka dan tidak kaku akan gedung-

gedung pencakar langit. Dalam bukunya yang terkenal “The

Geography of Nowhere” , beliau mengatakan bahwa Amerika

sebagai negara yang perencanaannya sangat buruk, buruk dari

berbagai macam aspek pembangunan. Ia juga mengatakan

bahwa peristiwa 9/11 (pengeboman gedung WTC), merupakan

akhir kejayaan dari gedung-gedung pencakar langit. Tidak akan

ada lagi “megatower” yang akan di bangun dan gedung-gedung

tinggi yang masih tersisa memang seharusnya ditakdirkan untuk

dibongkar.

 Neo Liberalisme

Garden City

Konsep kota taman tersebut dikembangkan sebagai suatu anti-thesis dari

perkembangan kota-kota pada masa revolusi industry yang cenderung kurang tertata

dan tumbuh tanpa konsep. Konsep ini kemudian menyebar ke seluruh dunia dan

berkembang pesat terutama pasca perang dunia ke-2 ketika banyak kota-kota di dunia

harus dibangun kembali untuk memperbaiki kerusakan akibat perang. Termasuk dalam

hal ini adalah upaya rekonstruksi 14 kota utama di Indonesia yaitu Banjarmasin,

Padang, Batavia, Tegal, Pekalongan, Semarang, Salatiga, Surabaya, Malang, Cilacap,

Tangerang , Bekasi, Kebayoran, dan Pasar Minggu, yang rusak akibat perang dunia II

dimana ketentuan pengaturannya dituangkan dalam staad vorming ordonantie

71
(SVV)/staad vorming verordening (SVO) yang kemudian juga menjadi cikal bakal UU

Penataan Ruang. Penemuan Howard memiliki 4 komponen utama, yaitu:

1) Semua tanah sekitar 1000 acre akan dimiliki seluruhnya oleh suatu badan

public,

2) Penduduk dan pertumbuhan akan ditahapkan sampai jumlah maksimum

sebesar 30.000 orang tercapai,

3) Jalur seluas 5.000 acre yang terdiri dari tanah pertanian akan mengelilingi

kota tersebut,

4) Akan terdapat suatu percampuran penggunanaan tanah untuk menjamin

kemandirian ekonomi dan sosial.

5) Pada tahun 1899 dibentuklah Garden City Association. Tahun 1903

lembaga tersebut membentuk PT untuk membangun Garden City yang

pertama yaitu Letchworth. Kota ini tumbuh menjadi suatu masyarakat

sebesar 15.000 orang dengan pertokoan dan industri di tanah seluas

4.500 acre. Setelah itu PT lain membangun Welwyn yang tumbuh cepat

mencapai 10.000 penduduk. Kedua kota ini berada dalam radius 33 mil

dari London tapi tetap bisa mandiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri.

Kedua kota itu malahan dapat mengembalikan deviden terbatas kepada

para pemegang saham dan menginvestasikan lagi keuntungan

tambahannya ke fasilitas umum. Sebelum Howard meninggal pada tahun

1929 ia telah dapat melihat impiannya menjadi kenyataan

72
 Ground Skap

Teori Lingkage

Linkage adalah semacam perekat kota yang sederhana, suatu bentuk upaya

untuk mempersatukan seluruh tingkatan yang menghasilkan bentuk fisik suatu kota.2

Linkage merupakan garis semu yang menghubungkan antara elemen yang satu

dengan yang lain, atau distrik yang satu dengan distrik yang lain. Garis ini bisa

berbentuk jaringan jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yang berbentuk segaris dan

lain sebagainya.

 A City Is Not A Tree

Radiant City

Gagalnya rencana awal dalam membangun suatu gedung pencakar langit, Le

Corbusier menggagas ide baru yang dikenal dengan istilah La Ville radieuse atau The

Radiant City. Perumahan menurut Radiant City, disusun sesuai banyak anggota dalam

keluarga tersebut, bukan berdasar pada tingkatan ekonomi keluarga tersebut. Sekali

lagi, gagasan Le Corbusier ini ditolak oleh petinggi-petinggi Perancis.

Penolakan kedua gagasan tersebut menyebabkan Le Corbusier mengundurkan

diri dari kegiatan politik pada tahun 1942. Sekitar tahun 1950, Le Corbusier

mendapat kesempatan emas dalam mengaplikasikan teori radiant city. Tepatnya

di Chandigarh, ibukota baru propinsi Punjab dan Haryana di India.

73
Gambar 2.4. Konsep kota menurut Le Corbusier

Le Corbusier meninggal pada tanggal 27 agustus 1965. akan tetapi gagasan-

gagasannya tersebut tetap hidup, dan Amerika adalah Negara pertama yang

mengadopsi gagasan gedung-gedung pencakar langit.

 Sattelite Garden Town

1. Teori Estetika Kota

Kota memiliki arti suatu lanskap yang memiliki seluruh elemen yang dibutuhkan

oleh urban yang sebagian besar berpusat pada kebutuhan ekonomi dan hiburan. Kota

sebagai pusat aktivitas harus dapat menjadi identity bagi para penghuninya dan mampu

menjadi pe-navigasi bagi setiap orang yang berada di dalam dan mendatangi kota

tersebut. Oleh karena itu, estetika kota tidak lain adalah estetika tentang perkotaan oleh

keindahan arsitektural bangunan bersejarahnya. Sementara estetika bangunan

bersejarah dari sebuah kota adalah bagian dari kota yang dilestarikan karena mewakili

74
prestasi khusus dalam suatu gaya tertentu. Tolok ukurnya dikaitkan dengan nilai estetis

dan arsitektonis/arsitektural yang tinggi dalam bentuk antara lain struktur, tata ruang,

dan ornamennya.

Kota memiliki kelengkapan dasar yang membantu menerangi dan menjadi ciri

suatu kota untuk memenuhi seluruh kebutuhan penghuni di dalamnya. Kebutuhan atau

kelengkapan dasar tersebut meliputi:

1) Functional safety (keselamatanfungsional)

Setiap orang menginginkankeselamatandankenyamanan.Kota yang

dibentuk sedemikan rupa diharapkan dapat menjadi salah satu

pendukung keselamatan individu dan seluruh elemen di dalamnya.

Keselamatan seluruh fungsi baik fungsi ekonomi, social dan ekologi dapat

terjaga dan tidak malah terdegradasi oleh adanya pembangunan kota.

2) Security (social safety) (keselamatansosial)

Keselamatan sosial di dalam kota sangat dibutuhkan. Setiap orang

menghendaki adanya kenyamanan dan keamanan di dalam tempat yang

mereka singgahi dan tinggali. Kota yang berestetik dapat menyediakan

fungsi social safety dalam setiap elemen mental map penyusunnya.

3) Orientation (orientasi)

Kota dengan estetika yang cukup baik dengan memainkan berbagai peran

dan fungsi dapat menjadi orientasi bagi penghuninya.

4) Promotion

Kota yang di desain sedemikian rupa hendaknya dapat dijadikan sebagai

promosi potensi-potensi yang dimiliki oleh kota tersebut. Selain itu, kota

75
sebagai pusat ekonomi menyediakan elemen-elemen yang dapat

dijadikan sebagai ajang promosi dan periklanan bagi berbagai

perusahaan dan instansi/ lembaga. Kondisi seperti ini di dalam kota

hendaknya dapat diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu

kenyamanan dan keindahan di dalam kota.

5) Identity

Kota yang ber-estetika dapat menjadi identitas bagi kota induk di dalam

suatu wilayah tertentu. Kota-kota seperti ini dapat mencirikan kekhasan

dan keistimewaan yang dimilikinya.Identitas ini ditunjukkan oleh

kelengkapan elemen mental map yang khas dan mampu menavigasi

setiap pandangan dan pikiran orang yang berada di dalamnya.

6) Ambience (surroundings) (suasana

Suasana di dalam kota mencerminkan bagaimana perilaku dan sikap di

dalam kota itu. Estetika kota berperan dalam pembentukan suasana agar

tetap menarik, mampu memainkan dan menarik seluruh panca indera

untuk menikmati keberadaan kota tersebut.

7) Entertainment

Ketersediaan sarana hiburan dapat menjadi pelengkap elemen kota.

Penerapan Estetika kota berperan sebagai salah satu penunjang rekreasi

dan wisata bagi para penghuninya.

76
2. Teori Urbanism

Aliran urbanism adalah aliran yang terfokus pada aspek-aspek geografi,

ekonomi, politik dan karakterstik social yang termasuk pada efek dan disebabkan oleh

penataan lingkungan di kota-kota dan perkotaan.

Aliran ini membahas tentang perbedaan desa dan kota dilihat berdasarkan

tingkat kepadatan penduduknya dan kegiatan industrinya. Sedangkan definisi kota

menurut aliran urbanism adalah wilayah yang tingkat kepadatan penduduknya yang

tinggi serta dianggap memiliki keragaman kegiatan industry sehingga manusia

dianalogikan layaknya robot. Robot yang dimaksud adalah manusia hanya bias bekerja

tanpa didukung lingkungan yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Selain itu

definisi desa menurut aliran urbanism adalah wilayah yang kelestarian lingkungannya

masih terjaga karena jauh dari kegiatan industry sehingga manusia yang hidup di desa

bisa merasa lebih nyaman.Tokoh – tokoh yang menganut aliran Urbanism adalah

sebagai berikut :

a. Jane Jacobs

Jane Jacobs, OC, O. Ont adalah seorang Amerika. Dia terkenal karena

bukunya The Death and Life of Great American Cities (1961) dan kritiknya

yang kuat akan kebijakan-kebijakan pembaruan urban tahun 1950-an di

Amerika Serikat. Bersama dengan karya terkenalnya, Jacobs dikenal

mengatur upaya untuk menghalangi pembaruan proyek perkotaan yang

akan menghancurkan lingkungan setempat. Dia berperan penting dalam

pembatalan Lower Manhattan Expressway, dan setelah pindah ke Kanada

pada tahun 1968, sama besar berpengaruh dalam membatalkan Spadina

77
Expressway dan jaringan terkait di bawah jalan raya construction.

Pada tanggal 25 Maret 1952, Jacobs menanggapi Conrad E. Snow, ketua

Dewan Keamanan Kesetiaan di Amerika Serikat Departemen Luar Negeri.

Pada tahun 1962, dia adalah ketua "Komite Bersama untuk Menghentikan

Lower Manhattan Expressway", ketika rencana tol di pusat kota. Dia

kembali terlibat dalam menghentikan Expressway Lower Manhattan dan

ditahan selama demonstrasi pada 10 April 1968. Karena Jacobs

menentang Robert Moses. Dia segera menjadi tokoh terkemuka di kota

baru dan membantu menghentikan Spadina yang diusulkan Expressway.

Dengan kritiknya apakah kita sedang membangun kota-kota untuk orang

atau untuk mobil. Jane Jacobs menghabiskan hidupnya mempelajari kota.

Buku-buku meliputi :

 The Death and Life of Great American Cities

Kematian dan Kehidupan Kota Besar Amerika adalah satu-satu-

buku yang paling berpengaruh dan mungkin yang paling

berpengaruh buku tentang perencanaan perkotaan dan kota-kota.

Dibaca luas oleh kedua perencanaan profesional dan masyarakat

umum, buku ini adalah kritik yang kuat dari kebijakan pembaruan

urban tahun 1950-an, yang, dia menyatakan, menghancurkan

masyarakat dan menciptakan terisolasi, tidak wajar ruang

perkotaan. Jacobs menganjurkan penghapusan zonasi pemulihan

hukum dan pasar bebas di tanah.

78
 The Economy of Cities

Tesis buku ini adalah bahwa kota-kota adalah pendorong utama

pembangunan ekonomi. Argumen utama Jacobs adalah bahwa

ledakan pertumbuhan ekonomi berasal dari impor perkotaan

pengganti. Impor pengganti adalah ketika sebuah kota mulai

memproduksi barang secara lokal yang sebelumnya diimpor,

misalnya, Tokyo Tokyo menggantikan pabrik-pabrik sepeda sepeda

importir di tahun 1800an. Jacobs mengklaim bahwa penggantian

impor membangun infrastruktur lokal, keterampilan, dan produksi.

Jacobs juga mengklaim bahwa peningkatan produksi diekspor ke

kota-kota lain, kota-kota lain memberi mereka kesempatan baru

untuk terlibat dalam impor pengganti, sehingga menghasilkan siklus

pertumbuhan positif.

3. Teori Figure/ Ground

Berisi tentang lahan terbangun (urban solid) dan lahan terbuka (urban void).

Pendekatan figure ground adalah suatu bentuk usaha untuk memanipulasi atau

mengolah pola existing figure ground dengan cara penambahan, pengurangan, atau

pengubahan pola geometris dan juga merupakan bentuk analisa hubungan antara

massa bangunan dengan ruang terbuka.

79
4. Konsep Broadacre City

Pada tahun 1930an Wright merancang rumah Usonian pertama. Dirancang

dengan sangat praktis, untuk masyarakat kelas menengah, menggunakan bahan yang

ramah lingkungan, atap datar, pencahayaan dari alam lewat jendela, dan berdasarkan

desain sederhana namun elegan geometri,. Wright sangat berperan dalam serangkaian

konsep pembangunan bersatu dengan istilah “kota Broadacre” (seluruh kota). Ia

mengusulkan gagasan dalam bukunya The Disappearing City pada tahun 1932.

Gagasan dalam bukunya ini tentang model masyarakat masa depan, yaitu bawah

hanya orang-orang yang benar-benar menikmati “individualitas” adalah yang holistik

dalam demokratis. Berisi semacam nilai-nilai Deklarasi Kemerdekaan karena alasannya

bawah semua pemimpin (politisi,filosof,seniman,…….) telah gagal sehingga

pembangunan usonian dipimpin oleh seorang arsitek. Pemerintah hanya menerima

tugas. Gagasan ini kemudian muncul dibeberapa tempat di tahun berikutnya. Desain

rumah usonian, menerapkan gaya baru untuk desainnya yaitu memakai fitur yang tidak

terhingga dalam pengembangannya. Fitur-fitur itu adalah fitur modern Amerika,

misalnya perencanaan yang terbuka, konstruksi teknik yang sederhana atau

pengefisiensian dalam membangun.

 Image Of Enviroment

1. Anti Urbanism

Anti-urbanisme intelektual untai saat ini dan menulis ilmu sosial yang kritis

terhadap kota sebagai bentuk sosial. Sikap negatif untuk urbanisasi dan 'pastoral mitos'

dari pedesaan mendahului revolusi industri. Namun, seperti Robert Nisbet telah diamati,

80
'jijik untuk kota, ketakutan itu sebagai kekuatan budaya, dan berfirasat sehubungan

dengan kondisi psikologis sekitarnya' tanggal dari abad kesembilan belas. Sementara

beberapa radikal (terutama Karl Marx dan Friedrich Engels) melihat aspek-aspek sosial

urbanisasi sebagai progresif, untuk liberal dan konservatif itu masalah berpose kontrol

sosial. Sosiologi klasik tercermin keprihatinan ini. Menurut Nisbet, 'kota ... bentuk

konteks proposisi paling sosiologis yang berkaitan dengan disorganisasi, keterasingan,

dan mental isolasi-semua stigmata kehilangan komunitas dan keanggotaan'. (The

Sociological Tradition, 1966).

Rincian dugaan tradisional masyarakat di masyarakat perkotaan adalah tema

yang kuat dalam karya Auguste Comte, Frederic Le Play, dan Emile Durkheim. Lebih

khusus, anti-urbanisme mempengaruhi perkembangan pedesaan dan perkotaan

sosiologi: Ferdinand Tönnies menyarankan bahwa kota-kota utama lokasi untuk

Gesellschaftlich (instrumental dan asosiasi) hubungan sosial yang dikembangkan oleh

Georg Simmel (The Metropolis and Mental Life, 1903), yang bekerja sangat

mempengaruhi sosiolog perkotaan Chicago. Sosiologi kontemporer menolak sebagian

besar anti-urbanisme. Sekarang umumnya diakui bahwa pertumbuhan kota, dan

berbagai bentuk asosiasi sosial yang terjadi di dalam mereka, keduanya adalah

konsekuensi dari munculnya masyarakat industri modern. Kota, dengan kata lain,

adalah cermin dari sejarah, struktur kelas dan budaya (R. Glass, klise Perkotaan Doom,

1989).

81
2.5.3. Perkembangan Pusat Kota

Kawasan ‘pusat kota’, bisa ditafsirkan bermacam-macam. Ada yang menyebut

dengan istilah ‘urban center’ atau ‘urban core’. Ada yang menganggap pusat kota

sebagai ‘central bussines district’’. Ada pula yang menyebut pusat kota sebagai

kawasan komplek pemerintahan atau ‘civic center’.

2.5.3.1. Modernisme

Charles-Édouard Jeanneret-Gris atau yang lebih dikenal Le Corbusier adalah

seorang arsitek Swiss - Perancis terkenal yang lahir pada tanggal 6 Oktober 1887 di

Swiss. Selain arsitek, beliau adalah seorang penulis, pelukis, pemahat, perancang

perabotan modern dan juga perencana kota. Le Corbusier adalah pencetus awal ide

modern architecture. Hal ini bermula disaat Pemerintah Perancis kewalahan

membendung penurunan kualitas hidup Kota Paris untuk meningkatkan mutu

kehidupan. Le Corbusier memiliki gagasan, yaitu:

Gedung Pencakar Langit (Skyscraper), 1925

Membangun sebuah gedung pencakar langit, berbentuk seperti salib, yang memiliki 60

lantai dan seluruh bagian luar dinding terlapisi oleh kaca. Le Corbusier berangan-angan

bahwa di tengah gedung terdapat halte bus dan kereta api. Lebih dalam, Le Corbusier

menginginkan agar dibangun sebuah bandara di atas gedung tersebut. Ia berencana

membangun gedung ini di tengah kota Paris. Akan tetapi, ide ini mendapat kritik dan

cemohan dari petinggi-petinggi politik dan industri di Perancis.

82
2.5.3.2. Neighborhood Unit

Dalam pengertian aslinya, sebuah lingkungan yang terdiri dari tetangga yang

akan saling mengenal dan memiliki hubungan yang baik. Tapi di masa kini digunakan,

sebuah lingkungan dapat juga berarti distrik perumahan, yang terletak di dalam kota

yang lebih besar, kota atau pinggiran kota. Meskipun lingkungan penduduk tertentu

dapat disebut tetangga, dalam praktiknya, mereka mungkin tidak tahu satu sama lain

dengan baik sama sekali. Neighborhood Unit dapat berbentuk Block City. Block City

adalah unsur sentral perencanaan perkotaan dan desain perkotaan. Sebuah kota

terkecil yang dikelilingi oleh jalan-jalan. Block City adalah ruang untuk bangunan dalam

pola jalan kota, mereka membentuk unit dasar kota. Kebanyakan kota-kota yang lebih

besar atau kecil berbagai ukuran dalam bentuk blok perkotaan. Tokoh-tokoh yang

menganut aliran Neighborhood Unit adalah sebagai berikut :

1. Clarence Perry

Clarence Arthur Perry (1872-1944) adalah seorang perencana Amerika

yang mengembangkan konsep Neighbourhood Unit, yang memiliki

dampak besar pada perencanaan kota di seluruh dunia.. Perry adalah

pendiri Perencanaan Daerah Association of America, dan telah menulis

dalam Rencana Regional RPAA New York dan sekitarnya (1929).

Clarence Perry, seorang anggota Asosiasi Perencanaan Daerah, "The

Neighbourhood Unit - Sebuah Skema Pengaturan untuk Family-

Kehidupan Masyarakat". Konsep Perry adalah bagian dari proses panjang

perencanaan daerah untuk wilayah New York dilakukan antara 1922 dan

1929 (Southworth, Eran). Tujuannya adalah untuk menemukan unit urban

83
fraksional yang akan mandiri belum berkaitan dengan keseluruhan yang

lebih besar. Ia mengusulkan prinsip-prinsip perencanaan tata letak yang

komprehensif daerah pemukiman:

o Penduduk sekitar 3.000-10.000, menjadi ukuran yang akan

mempunyai dasar sendiri (primer) sekolah sekitar 1000-1600 anak-

anak.

o Sekolah, bersama dengan fasilitas komunal lain seperti aula,

perpustakaan dan gereja akan menjadi pusat berada

o Daerah itu akan dikelilingi oleh jalan-jalan arteri; jalan arteri

adalah untuk mencegah melalui lalu lintas ke lingkungan

perumahan, tetapi juga untuk memberikan batas yang jelas ke

tetangga.

o Daerah perbelanjaan akan berada di pinggiran tetangga, di

sepanjang jalan arteri.

o Harus ada sistem taman kecil dan daerah rekreasi untuk melayani

anak-anak dan remaja. Dia menyarankan 10% dari total area yang

akan ketentuan yang cukup baik.

o Jalan-jalan di dalam lingkungan akan menjadi jalan lokal kecil di

depan rumah dan jalan kolektor yang menghubungkan jalan lokal

ke jalan-jalan arteri, ukuran jalan yang cukup besar untuk lalu

lintas.

Dengan mengikuti konsep ini memiliki unit lingkungan yang akan

menonjol geografis sebagai entitas yang berbeda.

84
Clarence Perry's Neighborhood Unit konsep adalah ide yang paling

penting dalam perencanaan perkotaan dan pembangunan di abad

kedua puluh. Saat itu diadopsi oleh organisasi besar, termasuk

Perumahan Federal Administrasi dan organisasi profesional utama

bagi kesehatan masyarakat, perencanaan kota, arsitektur, dan

pembangunan real estate.

2. Clarence Stein

Stein, Clarence, 1882-1975, arsitek Amerika, mempelajari arsitektur di

Columbia Univ. dan École des Beaux-Arts. Stein bekerja di kantor

Grosvenor Bertram Goodhue, di mana dia membantu dalam perencanaan

San Diego World's Fair (1915). Stein adalah seorang anggota pendiri

Perencanaan Daerah Association of America, sebuah kelompok

instrumental dalam mengimpor Ebenezer Howard kota taman ide dari

Inggris ke Amerika Serikat. Stein dan Wright berkolaborasi pada desain

Radburn, New Jersey (1928-32), sebuah taman pinggiran kota yang

terkenal dengan tata letak superblock. Menuju Kota Baru Amerika (1951).

Dimulai pada tahun 1923 Stein dan Wright bekerja sama untuk Sunnyside

Gardens plans, sebuah lingkungan di New York City Borough of Queens.

77-acre (310.000 m2) peningkatan pembangunan berorientasi pada

pejalan kaki dibangun antara 1924-1929. Hal ini didanai oleh sesama

perwira RPAA Alexander Bing dan mengambil ide kota taman Sir

Ebenezer Howard sebagai model. Lingkungan ini tetap mempertahankan

85
karakter khusus dan telah terdaftar di National Register of Historical

Places.

Konstruksi untuk Sunnyside mulai April 1, 1924, dua bulan setelah itu

dibeli dari Pennsylvania Railroad Company. Karena biaya tinggi tanah

perkotaan, banyak lingkungan yang sesak dan berjalan ke bawah,

sehingga tidak sehat dan tempat tinggal yang tidak nyaman. Sunnyside ini

berbeda. Stein mempunyai pekerjaan yang sangat penting dengan

Sunnyside. Dia bertanggung jawab untuk membuat lingkungan tidak

hanya terjangkau untuk masyarakat umum, tetapi juga membuatnya

menjadi sehat dan tempat yang menyenangkan untuk hidup. Dia

merancang lebih alami ruang hijau dengan banyak cahaya, yang

mengakibatkan banyaknya lingkungan hidup yang tenang. Di antara

semua gedung-gedung apartemen ada pusat ruang terbuka publik, seperti

taman bermain atau taman mini. Taman itu kemudian dikelilingi oleh

taman-taman pribadi individu. Kebun juga ditempatkan di depan

bangunan apartemen di antara jalan dan bangunan. Hal ini juga

menciptakan suasana yang menarik. Stein memerlukan ruang sebanyak

mungkin untuk memasukkan taman dan daerah terbuka. Karena ini, ia

harus menempatkan garasi sendiri yang terpisah dari bangunan

apartemen. Hasil akhir Sunnyside ini sangat berhasil.

Tahun 1929 Stein dan White berkolaborasi pada rencana untuk

masyarakat di Radburn Fair Lawn, New Jersey, kira-kira dua kali lipat luas

Sunnyside. Visi untuk Radburn adalah terpadunya masyarakat mandiri,

86
dan dikelilingi oleh greenbelts, otomotif khusus thoroughfares (jalan yang

menghubungkan jalan utama, melayani jalur untuk akses langsung ke

gedung-gedung), dan memisakan antara mobil dan pejalan kaki.

Thoroughfares ini disebut superblocks. Ini karena blok sangat besar

dengan jalan yang sangat besar di sekeliling rumah-rumah dengan

maksud Stein tahu bahwa masyarakat tidak dapat bertahan tanpa sistem

jalan tapi ia juga tidak ingin mendominasi jalan tanah. Sebaliknya,

superblocks membuat fokus utama pada halaman dan taman yang

mengelilingi bangunan.

Pada tahun 1930 Stein dan anggota lain dari RPAA melihat metode

perumahan sosial mereka diadopsi oleh pemerintah, setidaknya untuk

sementara.untuk penciptaan yang disponsori pemerintah yang

direncanakan untuk masyarakat dan direncanakan pemukiman kembali

green belt city di seluruh negeri. contoh: Greenbelt, Maryland, Greendale,

Wisconsin dan Greenhills, Ohio. Yang lain berhenti ketika Resettlement

Administrasi dibubarkan pada tahun 1936.

3. Henry Wright

Henry Wright (1878-1936), adalah seorang arsitek dan pendukung utama

taman kota lahir di Lawrence, Kansas, Henry Wright dikenal sebagai

analis karena dia tidak pernah berakhir mempertanyakan dan mengalisa

proyek, Wright dan Clarence Stein merancang Sunnyside Gardens, di

lingkungan Sunnyside. New York City borough of Queens, adalah salah

87
satu dari perkembangan pertama untuk menggabungkan "superblock"

model di Amerika Serikat. Kompleks dibangun 1924-1929. Kawasan

perumahan memiliki deretan rumah bata, dengan taman depan dan

belakang dan sebuah pusat taman bersama. Model ini memungkinkan

untuk pengembangan pemukiman padat, selain itu juga menyediakan

banyak lapangan terbuka / ruang hijau terbuka.

Wright dan Stein kemudian bekerja sama dalam Radburn Fair Lawn, New

Jersey. Radburn, didirikan pada tahun 1929, yang dimaksudkan untuk

menjadi ”kota di mana orang bisa hidup damai dengan mobilitas yang

tinggi”. Radburn telah dirancang sedemikian rupa; jalan-jalan utama yang

menghubungkan lalu lintas di berbagai bagian dan jalur layanan untuk

memungkinkan akses langsung ke gedung-gedung, jalan raya. juga untuk

memiliki pemisahan antara mobil dan pejalan kaki. Radburn ini juga

dimaksudkan untuk menjadi sebuah taman kota yang dicirikan oleh

greenbelts sekitar perumahan, industri dan lahan pertanian. Pemukiman

dirancang menghadap ke arah ke dalam taman-taman dan alam daripada

keluar ke arah lalu lintas.

2.5.3.3. Urban Consolidator


 Regionalism

1. Triddle Down Effect

Trickle Down Effect. Teori ini lahir dari aliran kapitalisme yang dulu sangat

diagung-agungkan oleh pemerintahan orde baru. Teori ini menjelaskan tentang

88
bagaimana sebuah pertumbuhan akan berdampak pada kemakmuran sebuah negara.

Dalam teori ini, kemakmuran akan dapat tercapai dengan pertumbuhan ekonomi yang

tinggi, tanpa perlu memperhitungkan pemerataan ekonomi. Dalam pandangan teori ini,

suatu suntikan ekspansi ekonomi akan berdampak pada multiplier effect terhadap

pelaku ekonomi di bawahnya, sehingga akan berimbas pada kemakmuran. Sebagai

contoh pembangunan sektor konstruksi akan terimbas dampak positif jasa kontraktor

langsung, produsen dan pedagang besi, produsen dan pedagang semen, pasir dan

seterusnya. Bahasa lebih sederhananya lagi, teori ini mengibaratkan bahwa

kemakmuran bagaikan tetesan air yang akan merata jika diteteskan dari atas akan

menetes sampai ke bawah.

Istilah Trickle Down Effect pertama kali dikeluarkan oleh Ronald Reagen dalam

suatu pidato pada Januari 1981 di mana dia mengumumkan pemotongan pajak besar –

besaran bagi orang – orang kaya, suatu keistimewaan yang dia klaim akan “merembes”

ke seluruh rakyat.Dalam ecyclopediaofmarxism.com dijelaskan bahwa “The trickle-

down effect is a now-discredited theory of distribution which holds that the concentration

of wealth in a few hands benefits the poor as the wealth necessarily “trickles down” to

them, mainly through employment generated by the demand for personal services and

as a result of investments made by the wealthy.“Kebijakan Trickle Down Effect

menempatkan orang berpunya sebagai ujung tanduk pembangunan perekonomian.

Kapasitas ekonomi mereka ditingkatkan, dengan memberikan kemudahan pendanaan,

membangun sarana dan infrastruktur untuk mendukung bisnis mereka, memberikan

kemudahan pajak dan perizinan, dll. Seperti yang ditulis di salah satu blog (maaf ya,

lupa nyimpen urlnya, jadi lupa penulisnya,hehe) ” Dengan dibukanya akses dan

89
pendanaan secara menyeluruh terhadap segala aktivistas maka investasi domestik

diharapkan akan berjalan dan berlipat dengan semakin gencarnya fokus pada sektor

bisnis infrastruktur serta pasar keuangan sehingga pada gilirannya skema ini akan

menciptakan sebuah struktur kapasitas produksi yang meningkat. Produksi yang

menggeliat akan menggiring harga-harga pada tingkat yang lebih rendah dan

menciptakan lapangan kerja untuk para kelas menengah dan menengah kebawah.”

2. Teori Forward Lingkage

3. Urban Lingkage

4. Economic Base

Tesis buku ini adalah bahwa kota-kota adalah pendorong utama pembangunan

ekonomi. Argumen utama Jacobs adalah bahwa ledakan pertumbuhan ekonomi berasal

dari impor perkotaan pengganti. Impor pengganti adalah ketika sebuah kota mulai

memproduksi barang secara lokal yang sebelumnya diimpor, misalnya, Tokyo Tokyo

menggantikan pabrik-pabrik sepeda sepeda importir di tahun 1800an. Jacobs

mengklaim bahwa penggantian impor membangun infrastruktur lokal, keterampilan, dan

produksi. Jacobs juga mengklaim bahwa peningkatan produksi diekspor ke kota-kota

lain, kota-kota lain memberi mereka kesempatan baru untuk terlibat dalam impor

pengganti, sehingga menghasilkan siklus pertumbuhan positif.

 Plural Lingkage

90
2.5.4. Teori Lokasi

August Losch menulis sebuah teori lokasi didalam bukunya yang berjudul

Economics of Location pada tahun 1954. Berbeda dengan teori Weber yang

mengungkapkan teori lokasinya berdasarkan letak bahan baku, teori Losch

mengungkapkan teorinya berdasarkan kemampuan sebuah produksi untuk menjaring

konsumen sebanyak-banyaknya. Maksudnya, semakin jauh dari pasar maka konsumen

menjadi enggan membeli karena mahalnya biaya transportasi menuju tempat penjualan

yang jauh. Sehingga produsen harus memilih lokasi industri yang mempunyai tempat

yang cukup dekat dengan konsumen agar dapat memperoleh keuntungan yang

maksimal.

Dalam teorinya, Losch lebih menyarankan agar lokasi industri terletak di pasar

atau mendekati pasar. Ini mempunyai tujuan untuk menemukan pola lokasi industri

sehingga dapat ditemukan keseimbangan spasial antar lokasi. Menurut pendapat

Losch, dalam lokasi industri yang tampak tidak teratur dapat ditemukan pola

keberaturan. Oleh karena itu Losch merupakan pendahulu dalam mengatur kegiatan

ekonomu secara spasial dan merupakan pelopor dalam teori ekonomi regional modern.

Teori Losch berasumsi bahwa suatu daerah yang homogen yang mempunyai distribusi

sumber bahan mentah dan sarana angkutan yang merata serta selera konsumen yang

sama. Contoh kegiatan tersebut merupakan pertanian yang mempunyai skala kecil

yang pada dasarnya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan masing-masing petani.

Akan timbul perdagangan baru apabila terdapat kelebihan produksi.

Untuk memperoleh keseimbangan, maka ekonomi ruang Losch harus memenuhi syarat

sebagai berikut:

91
1. Setiap lokasi industri harus menjamin keuntungan maksimum bagi penjual

maupun pembeli;

2. Terdapat cukup banyak usaha pertanian dengan penyebaran cukup merata

sehinggan seluruh permintaan yang ada dapat dilayani;

3. Terdapat free entry dan tak ada petani yang memperoleh super-normal profit

sehingga tak ada rangsangan bagi petani dari luar untuk masuk dan menjual

barang yang sama di daerah tersebut;

4. Daerah penawaran adalah sedemikian hingga memungkinkan petani yang ada

untuk mencapai keuntungan dengan besar maksimum;

5. Konsumen bersifat indifferent terhadap penjual manapun dan satu-satunya

pertimbangan untuk membeli dengan harga yang rendah.

Pada teori ini, wilayah pasar bisa berubah jika terjadi inflasi (perubahan) harga.

Hal ini disebabkan karena produsen tidak dapat memenuhi permintaan

dikarenakan jarak yang terlalu jauh sehingga mengakibatkan biaya transportasi

naik. Ini akan mengakibatkan harga jualnya juga naik. Karena tingginya harga

jual, maka pembelian juga akan berkurang. Hal ini mendorong petani untuk

melakukan proses produksi yang sama untuk memenuhi permintaan yang belum

terlayani. Dengan banyaknya petani yang menawarkan produk yang sama, maka

akan terjadi keadaan seperti berikut:

a. Permintaan dari seluruh daerah akan terpenuhi;

b. Akan terjadi persaingan antar petani penjual yang semakin

tajam dan berebut pembeli.

92
Menurut pendapat Losch pada akhirnya luas daerah pasar masing-masing petani

penjual akan menyempit dan dalam keseimbangannya akan terbentuk segienam

beraturan. Bentuk ini menggambarkan daerah penjualan terbesar yang masih dapat

dikuasai setiap penjual dan berjarak minimum dari tempat lokasi kegiatan produksi yang

bersangkutan. Keseimbangan yang dicapai dalam teori ini berasumsi bahwa harga

hanya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran, oleh karena apabila penjual

menaikkan harga jualnya maka keseimbangannya akan terganggu. Ini akan berakibat

bukan hanya pada pasar yang semakin menyempit karena konsumen tidak mampu

membeli tetapi sebagian pasar akan hilanh dan direbut oleh prnjual yang berdekatan.

Salah satu cara untuk memperluas jangkauan pasar dapat dilakukan dengan menjual

barang yang berbeda dari yang sudah ditawarkan.

Teori sektor yang dikemukakan olah Losch menyebutkan bahwa jaringan

heksagon tidaklah sama penyebarannya. Tetapi di sekeliling tempat sentralnya masih

ada enam faktor yang memiliki wilayah luas dan ada enam sektor yang memiliki wilayah

sempit. Oleh karena itu Losch menggambarkan teori tersebut dalam bentuk roda.

Menurut Losch, munculnya daerah pasar disekeliling setiap tempat sentral juga

dipengaruhi oleh adanya jaringan daerah-daerah pasar untuk setiap kelompok barang.

Jaringan-jaringan ini terletak secara sistematis di dalam wilayah-wilayah ekonomi yang

terbagi di seluruh dunia menurut hukum tertentu.

2.5.4.1. Teori Lokasi Pertanian

Teori ini menggambarkan bahwa perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas

pertanian dari tempat produksi ke pasar terdekat mempengaruhi jenis penggunaan

93
tanah di daerah tersebut. Teori ini juga memperhatikan jarak tempuh antara daerah

produksi dan pasar, pola tersebut memasukkan variabel keawetan, berat, dan harga

dari berbagai komoditas pertanian. Pada perkembangannya teori ini tidak hanya

berlaku untuk komoditas pertanian, tetapi berlaku juga untuk komoditas lainnya.

Model Von Thunen mengenai tanah pertanian ini dibuat sebelum era

industrialisasi. Dalam teori ini terdapat 7 asumsi yang digunakan oleh Von Thunen

dalam pengujiannya:

1. Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan

dengan daerah pedalamannya dan merupakan satu-satunya daerah

pemasok kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian – isolated

stated

2. Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjualan kelebihan

produksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian

dari daerah lain – single market

3. Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain

kecuali ke daerah perkotaan – single destination

4. Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama (homogenous) dan

cocok untuk tanaman dan peternakan dalam menengah

5. Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh

keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman

dan peternakannya dengan permintaan yang terdapat di daerah perkotaan

– maximum oriented

94
6. Satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan

darat– one moda transportation

7. Biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan

jarak yang ditempuh. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar

– equidistant

Dengan asumsi tersebut maka daerah lokasi berbagai jenis pertanian akan

berkembang dalam bentuk lingkaran tidak beraturan yang mengelilingi daerah

pertanian.

Model Von Thunen membandingkan hubungan antara biaya produksi, harga

pasar dan biaya transportasi. Kewajiban petani adalah memaksimalkan keuntungan

yang didapat dari harga pasar dikurang biaya transportasi dan biaya produksi. Aktivitas

yang paling produktif seperti berkebun dan produksi susu sapi, atau aktivitas yang

memiliki biaya transportasi tinggi seperti kayu bakar, lokasinya dekat dengan pasar.

Dalam teori von Thunen ini, terdapat beberapa asumsi yang sudah tidak relevan lagi,

diantaranya adalah:

1. Jumlah Pasar

Di Indonesia pada umumnya tidak hanya terdapat satu market center,

tetapi dua atau lebih pusat dimana petani dapat menjual komoditinya.

2. Topografis

Kondisi topografi dan kesuburan tanah tidak selalu sama, pada

dasarnya kondisi ini selalu berbeda untuk tiap-tiap wilayah pertanian.

Jadi untuk hasil pertanian yang akan diperoleh juga akan berbeda

pula.

95
3. Biaya Transportas

Keseragaman biaya transportasi ke segala arah dari pusat kota yang

sudah tidak relevan lagi, karena tergantung dengan jarak pemasaran

dan bahan baku, dengan kata lain tergantung dengan biaya

transportasi itu sendiri (baik transportasi bahan baku dan distribusi

barang).

4. Petani tidak semata-mata ‘profit maximization’

Petani yang berdiam dekat dengan daerah perkotaan mempunyai

alternatif komoditas pertanian yang lebih banyak untuk diusahakan.

Sedangkan petani yang jauh dari perkotaan mempunyai pilihan lebih

terbatas.

Teori Von Thunen ini dapat digunakan sebagai dasar pendekatan

pengembangan wilayah kawasan perbatasan, khususnya melalui pengembangan

transportasi. Wilayah kawasan perbatasan di Indonesia umumnya merupakan wilayah

yang memiliki jarak paling jauh dari pusat kota dan berfungsi sebagai penyedia bahan

baku. Berdasarkan teori ini, kegiatan ekonomi/produksi yang paling cocok untuk wilayah

ini adalah kegiatan ekonomi/produksi komoditas yang paling efisien (dihitung menurut

besaran biaya produksi dan biaya transportasi) jika berada di dekat penyedia bahan

baku dan jauh dari market (pusat kota). Contohnya seperti kegiatan produksi komoditas

ekstraktif (barang tambang) dan peternakan. Pengembangan transportasi untuk

mendukung kegiatan ekonomi/produksi ini adalah dengan membangun infrastruktur

transportasi yang menghubungkan antara penyedia bahan baku dengan market (pusat

kota).

96
2.5.4.2. Teori Lokasi Industri

Teori ini dimaksudkan untuk menentukan suatu lokasi industri dengan

mempertimbangkan risiko biaya atau ongkos yang paling minimum, dengan asumsi

sebagai berikut:

1. Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan

penduduknya relatif homogen.

2. Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.

3. Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah Minimum

Regional (UMR).

4. Hanya ada satu jenis alat transportasi.

5. Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.

6. Terdapat persaingan antarkegiatan industri.

7. Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.

Teori lokasi yang dikemukakan oleh Alfred Weber berawal dari tulisannya yang

berjudul Uber den Standort der Industrien pada tahun 1909. Prinsip teori Weber adalah:

“ bahwa penentuan lokasi industri ditempatkan di tempat-tempat yang resiko biaya atau

ongkosnya paling murah atau minimal (least cost location) “.

Asumsi Weber yang bersifat prakondisi antara lain :

1. Wilayah yang akan dijadikan lokasi industri memiliki: topografi, iklim dan

penduduknya relatif homogen.

2. Sumber daya atau bahan mentah yang dibutuhkan cukup memadai.

3. Upah tenaga kerja didasarkan pada ketentuan tertentu, seperti Upah

Minimum Regional (UMR).

97
4. Hanya ada satu jenis alat transportasi.

5. Biaya angkut ditentukan berdasarkan beban dan jarak angkut.

6. Terdapat persaingan antarkegiatan industri.

7. Manusia yang ada di daerah tersebut masih berpikir rasional.

98
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian Pada bab II, maka dapat disimpulkan sebaagai berikut :

1. Teori perencanaan berkembang akibat adanya degradasi lingkungan yang

diakibatkan oleh revolusi industri.

2. Perencanaan sendiri telah banyak berkembang sejak pertama kali dicetuskan

oleh Patrick Geddes. Konsep Kota Industri yang dicetuskan oleh Geddes

menjadi dasar teori-teori perencanaan yang berkembang

3. Reformasi lingkungan dalam perencanaan kota melahirkan konsep-konsep

teori perencanaan yang berasakan lingkungan diantaranya konsep Garden

City ( E. Howard), Boadacre City (F. Loyd) dan Kota Modern (Corbuiser).

4. Munculnya Konsep Kota Modern yang dicetuskan oleh Corbuiser

menyebabkan beberapa aliran yang berkembang diantaranya urbanism, anti

urbanism, new urbanism, urban psicology dan neighborhood unit.

Anda mungkin juga menyukai