Anda di halaman 1dari 17

Tugas

ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

“Manusia, Moral, Nilai dan Hukum”

IKM B 2012
Kelompok 6
1. Rizqi Riyani Putri F (101211131053)
2. Ria Asti S (101211131223)
3. Nurvita Tri K (101211132025)
4. Nuke Amalia (101211132088)
5. Lailatul Latifah (101211133051)
6. Anggi Kumalasari (101211133054)
7. Tino Oktario Y. (101211133069)

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Universitas Airlangga
Surabaya
2012
1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia semakin banyak terjadi pelanggaran nilai-nilai moral yang dilakukan oleh

masyarakat. Pelanggaran nilai moral yang banyak dilakukan salah satunya adalah kasus

perkosaan. Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan)

mencatat ada peningkatan kekerasan terhadap perempuan di ranah komunitas atau publik

pada 2012, yaitu sebesar 4,35% atau menjadi 4.293 kasus dengan kasus pemerkosaan

sebanyak 840 kasus (VoA Indonesia, 2013). Sedangkan pada awal tahun 2013 kekerasan

seksual yang terjadi di Indonesia sangat mencengangkan. Berdasarkan catatan Indonesian

Police Watch (IPW) hingga Januari 2013 telah terjadi perkosaan sebanyak 29 kasus dengan

sebanyak 23 orang korban berusia dibawah 17 tahun (Republika, 2013).

Semakin maraknya kasus perkosaan ini tidak hanya menimpa perempuan dewasa, namun

juga perempuan yang tergolong dibawah umur (anak-anak). Kejahatan seksual ini juga tidak

hanya berlangsung di lingkungan perusahaan, perkantoran atau tempat-tempat tertentu,

namun juga dapat terjadi di lingkungan keluarga.

Perkosaan tidak termasuk sebagai kejahatan luar biasa, pemerkosa menerima ancaman

hukuman maksimal 12 tahun penjara, serta tetap mendapat remisi setiap tahunnya dan

pembebasan bersyarat dari Menkumham, karena menurut kemenkumham kejahatan luar

biasa itu hanya Korupsi, Narkotika dan Terorisme (Kompasiana, 2013). Ironis jika harus

dibandingkan dengan dampak yang diderita korban seperti rusak masa depannya, trauma,

2
cerita aib pemerkosaan akan menjadi warisan turun temurun walaupun korban pemerkosaan

telah mati.

Oleh karena itu, untuk menurunkan kasus perkosaan maka dapat dilihat melalui

pendekatan dari segi nilai, moral, hukum dan manusia dalam rangka sebagai upaya untuk

mencegah kasus perkosaan semakin berkembang luas.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa hubungan antara manusia, nilai, moral dan hukum?

b. Bagaimana peranan moral dan hukum dalam upaya mengurangi maraknya masalah

pemerkosaan di Indonesia?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui hubungan antara manusia, nilai, moral dan hukum

b. Untuk mengetahui upaya apa yang harus dilakukan mengenai maraknya pemerkosaan

yang terjadi di Indonesia.

c. Untuk memberikan informasi kepada pembaca dan menambah pengetahuan.

1.4 Manfaat

Makalah ini diharapkan agar semua orang khususnya mahasiswa dapat lebih bersikap

kritis dalam menghadapi kasus-kasus penyimpangan nilai moral dan hukum.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Manusia

Secara bahasa, manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang

berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi. Secara istilah manusia dapat

diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok

atau seorang individu.

Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi dan bertahan hidup. Segala sesuatu yang

terdapat di dalam masyarakat ditentukan oleh adanya kebudayaan yang dimiliki masyarakat

itu sendiri.

2.2 Nilai

Nilai adalah sesuatu yg berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna bagi

manusia dan berkaitan dengan cita-cita, harapan, keyakinan dan hal-hal lain yg bersifat

batiniah sebagai pedoman manusia bertingkah laku.

Nilai merupakan bagian yang penting untuk manusia. Nilai harus jelas, harus semakin

diyakini oleh individu dan harus diaplikasikan dalam perbuatan. Menilai dapat diartikan

menimbang, yakni suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu

lainnya yang kemudian dilanjutkan dengan memberikan keputusan. Keputusan itu

menyatakan apakah sesuatu itu bernilai positif (berguna, baik, indah) atau sebaliknya bernilai

negatif.

4
2.3 Moral

Moral berasal dari kata bahasa Latin “mores” yang berarti adat kebiasaan. Dalam bahasa

Indonesia, kata moral berarti akhlak (bahasa Arab) atau kesusilaan yang mengandung makna

tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin

dalam hidup. Kata moral ini dalam bahasa Yunani yang sama dengan ethos yang menjadi

etika.

Moral adalah produk dari budaya dan agama. Jadi, moral adalah tata aturan norma-norma

yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan perbuatan tertentu

dan sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.

2.4 Hukum

Menurut Hugo de Grotius “ Law is rule of moral action obligation to that which ir right”.

Hukum adalah peraturan tentang tindakan moral yang menjamin keadilan pada peraturan

hukum tentang kemerdekaan. Plato mengatakan bahwa hukum merupakan peraturan yang

teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat. Sedangkan Aristoteles berpendapat

bahwa hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat

tetapi juga hakim. Jadi, hukum/ ilmu hukum adalah suatu sistem aturan atau adat yang secara

resmi dianggap mengikat dan dikukuhkan oleh penguasa, pemerintah atau otoritas melalui

lembaga atau institusi hukum.

5
2.5 Hubungan antara Hukum dengan Moral

Apa artinya undang-undang jika tidak disertai dengan moralitas? Dengan demikian

hukum tidak akan ada maknanya tanpa adanya jiwa moralitas. Menurut K. Bertens,

perbedaan hukum dan moral ada empat :

a. Hukum lebih dikodifikasikan daripada moralitas, artinya hukum dibukukan secara

sistematis dalam kitab perundang-undangan. Jadi, norma hukum lebih memiliki kepastian

dan objektif dibandingkan dengan norma moral. Norma moral lebih bersifat subjektif dan

akibatnya lebih banyak orang yang mencari kejelasan tentang kebenaran mana yang

harus dianggap etis atau tidak

b. Hukum membatasi diri pada tingkah laku lahiriah saja, sedangkan moral menyangkut

juga sikap batin seseorang

c. Sanksi pada norma hukum dapat dipaksakan, pelanggar pasti akan terkena hukumannya.

Norma etis tidak dapat dipaksakan. Satu-satunya sanksi di bidang moralitas adalah hati

nurani yang tidak tenang

d. Hukum didasarkan atas kehendak masyarakat dan akhirnya atas kehendak negara.

Hukum harus diakui oleh suatu negara supaya berlaku sebagai hukum. Moralitas

didasarkan pada norma-norma moral yang melebihi para individu dan masyarakat.

Dengan cara demokratis, masyarakat dapat mengubah hukum, tetapi tidak pernah bisa

masyarakat dapat mengubah atau membatalkan suatu norma. Moral menilai hukum dan tidak

untuk sebaliknya.

Kualitas hukum harus selalu diukur dengan norma moral. Moral juga membutuhkan

hukum, sebab moral tanpa hukum hanya angan-angan saja jika tidak diundangkan atau

dilembagakan dalam masyarakat. Dengan demikian, hukum bisa meningkatkan dampak

6
sosial dan moralitas. Hukum hanya membatasi diri dengan mengatur hubungan antar manusia

yang relevan.

Hukum sebaiknya sejalan dengan moral, moral idealnya harus ditempatkan di atas hukum

(das sollen). Namun pada kenyataan dalam kehidupan di masyarakat terdapat penyimpangan-

penyimpangan, oleh karena norma-norma moral terlalu tinggi untuk dapat ditaati oleh

sembarang orang. Dalam membentuk suatu aturan hukum harus memperhatikan kondisi

manusia (condition humaine), bahwa manusia ialah suatu makhluk yang lemah dan berdosa.

Agar supaya hukum itu dapat diterapkan dalam masyarakat atau sesuai dengan realitas hidup,

suatu tata hukum harus lebih longgar dari pada moral agama.

2.6 Hubungan antara manusia, nilai, moral, dan hukum

Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.

Masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan nilai, moral, dan

hukum antara lain mengenai kejujuran, keadilan, menjilat, dan perbuatan negatif lainnya,

sehingga perlu dikedepankan pendidikan agama dan moral karena dengan adanya panutan,

nilai, bimbingan, dan moral dalam diri manusia akan sangat menentukan kepribadian

individu atau jati diri manusia, lingkungan sosial dan kehidupan setiap insan. Pendidikan

nilai yang mengarah kepada pembentukan moral yang sesuai dengan norma kebenaran

menjadi sesuatu yang esensial bagi pengembangan manusia yang utuh dalam konteks sosial.

2.7 Kasus

Dalam kehidupan sosial masyarakat dikenal berbagai gejala-gejala sosial seperti norma-

norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan.

7
Tidak semua gejala sosial tersebut berjalan secara normal, kadang-kadang-kadang timbul

gejala sosial yang tidak dikehendaki yang kemudian sering disebut masalah sosial. Masalah

tersebut bersifat sosial karena bersangkut paut dengan hubungan antar manusia dan di dalam

kerangka bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Hal ini dinamakan masalah sosial karena

bersangkut paut dengan dengan gejala-gejala yang mengganggu dalam masyarakat.

Pemerkosaan merupakan salah satu bentuk masalah sosial yang sering terjadi di

masyarakat hingga saat ini. Pemerkosaan merupakan masalah sosial yang cukup mendapat

perhatian di kalangan masyarakat. Sering berita pemerkosaan terpampang di koran atau

majalah.

Kami mengambil contoh kasus dengan tema pemerkosaan. Pelanggaran hukum ini sudah

meluas di masyarakat. Pemerkosaan di Indonesia masih banyak dilakukan oleh

masyarakatnya. Hal ini dikarenakan moralitas yang rendah dari tiap individu dan akibatnya

menyebabkan penyimpangan atau pelanggaran hukum.

Beberapa kasus pemerkosaan yang ada di Indonesia :

1. Jakarta, 23 April 2013. Seorang pria berprofesi sebagai penjaga masjid dilaporkan atas

perbuatan pemerkosaan. Dia memperkosa seorang remaja puteri berusia 13 tahun di

lingkungan masjid perumahan elit di Ciputat. Korban saat itu sedang kerja bakti di

masjid, lalu dipanggil pelaku (MF) dan diajak melakukan hubungan suami istri. Kasus

pemerkosaan itu terungkap saat kakak dari korban membaca buku harian korban. Di buku

harian itu, korban mencurahkan tindakan biadab MF. Kakak korban yang membaca buku

harian itu mengklarifikasi dan korban membenarkan. Perbuatan itu di lakukan tiga kali di

kamar di lingkungan masjid. Pelaku kan merbot masjid, jadi dapat kamar di sana. Korban

8
melaporkan kejadian itu ke Polres Jaksel pada 2 April lalu. Polisi sudah memeriksa 5

saksi dan juga korban.

2. AH, polisi berpangkat Brigadir Kepala bersama dua rekannya, diduga memperkosa

tahanan wanita berinisial FM (24) di dalam penjara. Terkait kasus tersebut, Kapolda

Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana mengatakan aparat Polres Poso sudah

menangkap AH. Jika terbukti bersalah, oknum itu akan berhadapan dengan hukum sesuai

peraturan yang berlaku. Penangkapan dilakukan ssetelah sejumlah aktivis perempuan

mengadukan tindakan asusila tersebut ke polisi. Tiga oknum polisi itu terancam

diberhentikan secara tidak hormat, kalau memang terbukti melakukan tindakan asusila

kepada FM yang dipenjara karena kasus narkoba.

3. Perwira polisi aniaya wanita karena mobilnya tak dikunci.

Hingga kini, polisi masih mengembangkan penyidikan yang diduga dilakukan tiga

anggota Polres Poso pada 23 dan 24 Maret lalu. Terpisah, Direktur Komunitas Peduli

Perempuan dan Anak (KPPA) Sulawesi Tengah Mutmainah Korona mengatakan, kasus

tersebut merupakan pelanggaran hak asasi manusia. "Seseorang seharusnya merasa aman

jika berada di lingkungan kepolisian, bukan malah diperkosa di bawah ancaman senjata,"

kata Mutmainah.

A. Definisi Perkosaan

Pengertian istilah perkosaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia hampir sama

dengan pengertian perkosaan dalam KUHP. Perkosaan berasal dari kata “Perkosa” yang

berarti paksa, gagah, kuat, perkasa. Memperkosa berarti mendudukkan dengan

kekerasan, memaksa dengan kekerasan, mengagahi, melanggar (menyerang, dsb)

9
dengan kekerasan. Sedangkan perkosaan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan

memperkosa, pelanggaran dengan kekerasan.

Definisi lain dari istilah perkosaan terdapat pula dalam pasal 285 KUHP

menyatakan: “Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa

seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar pernikahan, diancam karena melakukan

perkosaan, dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun” (Dwiati, 2007). Jadi

menurut pasal 285 KUHP, dalam kasus perkosaan terdapat beberapa unsur, yaitu :

1. Adanya kekerasan atau ancaman kekerasan

2. Memaksa seorang wanita

3. Bersetubuh di luar perkawinan dengan dia (pelaku)

B. Hukum yang Melindungi Korban

1. Pasal 281 - 296 KUHP tentang kejahatan terhadap kesusilaan.

2. UU no. 26/2000 tentang peradilan HAM yang mengatur perkosaan sebagai salah satu

tindak kejahatan terhadap kemanusisaan.

3. UU no. 23/2003 tentang perlindungan anak yang mengatur tentang perkosaan

terhadap anak.

4. UU no. 23/2004 tentang penghapusan kekeraan dalam rumah tangga (UU Pkdrt) yang

mengatur perkosaan dalam lingkup rumah tangga.

5. UU no. 36/2009 tentang kesehatan yang mengatur pengguguran kandungan korban

tindak pidana perkosaan

6. Pasal 299, 346-349 KUHP (pidana)

7. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia

10
8. Pasal 98-101 KUHAP tentang penggabungan perkara ganti kerugian

9. UU no. 7/1984 tentang ratifikasi konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi

terhadap perempuan

10. UU no. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia

11. UU 13/2006 tentang perlindungan saksi dan korban

C. Masalah Perkosaan Dihubungkan dengan Nilai, Moral, Hukum dan Manusia sebagai

Masyarakat

Di Indonesia, masalah kasus perkosaan masih menjadi salah satu masalah yg

kompleks. Hal ini dikarenakan perkosaan tidak hanya merupakan masalah antar

individu, melainkan sebagai problem sosial yang terkait dengan masalah nilai moral dan

hak-hak asasi, khususnya yang berkaitan dengan perlindungan dari segala bentuk

penyiksaan, kekerasan, dan pengabaian martabat manusia terhadap wanita. Perkosaan

sering terjadi pada wanita karena sifat wanita yang digambarkan lemah dan tidak

memiliki kekuasaan atas dirinya sendiri. Kasus tindak pidana perkosaan selalu

memancing perhatian dan perdebatan publik, karena syarat akan persoalan nilai-nilai

kemanusiaan atau moral.

Akibat semakin maraknya kasus-kasus perkosaan salah satunya adalah semakin

hilangnya nilai-nilai moral pada setiap individu di masyarakat. Pendidikan moral

merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, karena moral

adalah penentu dalam keberhasilan seseorang dalam ekonomi, budaya, pergaulan dan

lainnya. Begitu pula dalam menjaga ketertiban dan kenyamanan bagi masyarakat harus

dibarengi dengan moral yang baik. Setelah adanya pendidikan moral bagi setiap

11
individu masyarakat tentulah harus ada aplikasi atau penerapan dalam bermasyarakat

disetiap lini kehidupan. Dengan semakin banyaknya kasus perkosaan maka hal ini

menunjukkan bahwa pengaplikasian moral pada masyarakat belum berhasil hingga

berujung pada semakin menipisnya moral masyarakat.

Tingkat kontrol masyarakat (social control) yang rendah terhadap berbagai

perilaku yang diduga sebagai penyimpangan dari masyarakat juga menyebabkan

semakin berkembangnya kasus-kasus perkosaan di banyak tempat. Perubahan-

perubahan sosial yang terjadi saat ini adalah akibat dari akulturasi budaya asing yang

bercampur baur dengan budaya bangsa kita. Misalnya, dahulu sikap gotong royong,

tolong menolong dan sikap empati terhadap sesama masyarakat, namun budaya-budaya

tersebut kelihatannya sulit untuk dipertahankan karena gaya hidup yang terus berubah

dan berkembang sesuai perkembangan zaman. Hal ini berakibat fatal pada pandangan

individu dalam bermasyarakat terkadang apatis terhadap masyarakat disekitarnya

apalagi didaerah perkotaan yang notabene adalah masyarakat pendatang dari berbagai

daerah. Sehingga sulit dalam masyarakat untuk terjadinya control social dalam menjaga

ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Dari segi hukum, pelaku perkosaan telah mendapat ancaman hukuman

sebagaimana terdapat pada pasal 285 KUHP yang menyatakan bahwa “Barangsiapa

dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan

dia di luar pernikahan, diancam karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara

paling lama dua belas tahun”. Ancaman bagi pelaku perkosaan itu cukup ringan

dibanding apa yang akan diterima korban perkosaan. Korban perkosaan memang tidak

menerima hukuman secara formal, akan tetapi “hukuman” dari masyarakat lah yang

12
akan ia terima sepanjang hidupnya. Seorang pemerkosa begitu keluar dari penjara

mungkin memang mendapat pandangan negatif dari orang-orang di sekitarnya karena

perilaku penyimpangan nilai moral yang dilakukannya, akan tetapi ia tidak kehilangan

sesuatu yang berharga dari dalam dirinya. Berbeda dengan perempuan, ketika ia

menjadi korban perkosaan otomatis ia akan kehilangan kesuciannya sebagai seorang

wanita, belum lagi jika ia ternyata hamil yang merupakan buah dari hasil perkosaan itu.

Tentunya, kejadian ini membuat orang lain berpikiran negatif terhadapnya mulai dari

“wanita nakal”, “wanita penggoda”, dan lain-lain. Seperti yang telah dijelaskan diatas

dalam akibat atau dampak perkosaan pada si korban, tekanan batin dan stress bahkan

sampai bunuh diri mungkin saja akan terjadi pada korban-korban ini.

D. SOLUSI

1. Memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Selalu waspada terhadap orang-orang yang baru kita kenal

3. Selektif dalam berteman

4. Terapkan kontrol diri yang baik dan memperbanyak wawasan agar tidak mudah tertipu

5. Tidak berdandan dan berpakaian yang mengundang nafsu orang lain

6. Tidak keluyuran di malam hari termasuk tempat clubbing dan hiburan malam lain

7. Berhati-hati saat melewati jalanan sepi dan rawan kejahatan

8. Belajar bela diri untuk menjaga diri

9. Hindari perbuatan yang dapat mengundang perhatian kaum pria seperti tebar pesona

10. Jangan makan dan minum sembarangan untuk menghindari pembiusan

11. Sebaiknya hukuman yang diberikan kepada sang pelaku dapat membuat pelaku jera

12. Tidak mengucilkan korban pemerkosaan agar korban tidak mendapatkan beban mental

13
13. Memberikan pendidikan sex sedini mungkin kepada anak-anak dengan tujuan agar

mereka memahami segala faktor dan risiko sehingga mereka tidak mencoba-coba hal-hal

mengenai sex karena faktor keingin tahuan mereka

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia, nilai, moral, dan hukum merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan.

Ketiganya mempunyai hubungan yang saling terkait satu dengan lainnya. Manusia hidup

dalam suatu lingkungan yang mana dalam setiap lingkungan itu memiliki nilai dan hukum

yang harus dipatuhi dan dengan adanya moral yang baik maka nilai dan hukum dapat

diaplikasikan dengan baik oleh manusia tersebut.

Manusia adalah makhluk sosial yang artinya makhluk yang tidak mampu hidup sendiri

atau selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Dalam kehidupan sosial

masyarakat dikenal berbagai gejala-gejala sosial seperti norma-norma, kelompok sosial,

lapisan masyarakat, proses sosial, perubahan sosial dan kebudayaan. Tidak semua gejala

sosial tersebut berjalan secara normal, kadang-kadang-kadang timbul gejala sosial yang

tidak dikehendaki yang kemudian sering disebut masalah sosial. Masalah tersebut bersifat

sosial karena bersangkut paut dengan hubungan antar manusia dan di dalam kerangka

bagian-bagian kebudayaan yang normatif. Hal ini dinamakan masalah sosial karena

bersangkut paut dengan dengan gejala-gejala yang mengganggu dalam masyarakat.

Masalah-masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan nilai, moral,

dan hukum salah satunya adalah kasus pemerkosaan yang marak terjadi di Indonesia

belakangan ini namun kurang mendapat perhatian karena kalah dengan banyaknya berita-

berita pejabat Negara di negeri ini dengan segala perbuatannya yang melenceng daripada

tanggungjawab mereka. Padahal masalah pemerkosaan adalah masalah yang menyangkut

15
nilai, moral dan hukum yang tak kalah memprihatinkan untuk mendapat perhatian lebih bagi

bangsa Indonesia. Dengan adanya kasus pemerkosaan, perlu dipertanyakan kembali

bagaimana sesungguhnya peran nilai, moralitas, dan hukum yang berlaku di bangsa ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dien, Albert Y. 2011. Hubungan Hukum Dan Moral Menurut Teori Immanuel Kant. Volume 7

dalam Supremasi Hukum. Tangerang : Fakultas Hukum Universitas Islam Syekh Yusuf.

http://hukum-uinsgd.com/2013/03/25/maraknya-kasus-perkosaan-akibat-rendahnya-pendidikan-

dan-penerapan-moral/ diakses pada 27 April 2013 pukul 12.00 WIB

Dwiati, Ira. 2007. Perlindungan Hukum Terhadapa Korban Tindak Pidana Perkosaan Dalam

Peradilan Pidana. Tesis Tidak Diterbitkan (MH), Universitas Diponegoro.

http://news.detik.com/read/2013/04/23/154043/2228256/10/biadab-mf-perkosa-remaja-putri-di-

lingkungan-masjid-di-ciputat

http://hukum.kompasiana.com/2013/04/03/ahli-hukum-berpendapat-pemerkosaan-bukan-

kejahatan-luar-biasa-542456.html diakses 01 Mei pukul 15.00 WIB

http://www.voaindonesia.com/content/komnas-perempuan-kasus-kekerasan-seksual-meningkat-

pada-2012/1616797.html diakses 01 Mei pukul 15.30 WIB

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/04/21/mllkjc-perkosaan-2013-capai-23-

kasus diakses 01 Mei pukul 16.15 WIB

17

Anda mungkin juga menyukai