Mikrobiologi Terapan
Mikrobiologi Terapan
MIKROBIOLOGI TERAPAN
MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
Mikrobiologi lingkungan adalah cabang ilmu biologi yang mempelajari interaksi
antara mikroorganisme, bumi, dan atmosfer. Mikrobiologi lingkungan membahas antara
lain mikrobiologi tanah dan udara, mikrobiologi limbah, dan mikrobiologi akuatik.
Mikrobiologi lingkungan diterapkan pada bidang pertanian, industri, perikanan,
kesehatan, dan lain sebagainya.
Studi tentang mikro organisme di lingkungan alamianya disebut juga ekologi
mikrobe. Ekologi merupakan bagian biologi yang berkenaan dengan studi dengan
hubungan ergonosme atau kelompok organisme dengan lingkungannya. Penghuni suatu
lingkungan tertentu dipandang sebagai bagian suatu sistem ekologi atau ekosistem.
Ekosistem yang paling besar adalah planet bumi atau biosfer. Suatu ekosistem
mempunyai dua komponen utama: (1) komunitas organisme yang terdapat didalam. (2)
komponen tak bernyawa ( keadaan fisik dan kimiawi). Ekosistem merupakan sistem yang
dinamis suatu kenyataan yang menjadi jelas bila kita mengenali adanya populasi yang
sedemikian besar dengan keaneka ragaman organisme yang juga besar. Diantara semua
organisme yang terdapat dalam suatu ekosistem tertentu, mikroorganisme adalah yang
redapat paling banyak dan memiliki kemampuan paling tinggi untuk menyebabkan
perubahan.
Adanya keprihatinan yang besar diantara masyarakat akan kualitas lingkungan
telah membantu dicurahkannya minat yang kian besar untuk mempelajari ekologi
mikrobe. Sebagai contoh, mikroorganisme memegang peranan yang menentukan dalam
menguraikan sampah yang berasal dari manusia dan industri yang di buang ke dalam air
atau tanah, mereka mampu melaksanakan daur ulang terhadap banyak macam bahan.
Kualitas dan produktititas perairan alamia saling berkaitan, terutama dengan populasi
mikrobenya. Udara yang bersih serta bebas debu mengandung relatif sedikit
mikroorganisme. Dengan demikian nyatalah bagi kita bahwa penilaian terhadap kualitas
suatu lingkungan mempunyai kaitan yang rumit dengan peran mikroba yang ada.
Ciri Ekosistem Mikroba
Ekosistem mikroba berperan dalam berbagai macam lingkungan misalnya, suatu
ekosistem mungkin mencakup suatu kolam atau danau. Yang lain dapat berupa komunitas
2
mikrobe tanah di daerah sistem perakar suatu tumbuhan. Walapun demikian, ada
beberapa ciri yang di punyai bersama oleh semua ekosistem.
tanaman. Nitrat merupakan bentuk nitrogen yang dapat diambil oleh tanaman. Melalui
serangkaian reaksi mikrobial, persenyawaan nitrogen organik, juga nitrogen gas dari
atmosfir, diubah menjadi nitrat. Rangkaian perubahan ini, dari nitrogen bebas diatmosfir
menjadi persenyawaan organik yang sederhana dan yang kompleks didalam jaringan
tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, serta pelepasan nitrogen pada akhirnya kembali
menjadi nitrogen atmosfer.
4. Fiksasi (Penambatan) Nitrogen.
Proses ini merupakan salah satu dari banyak proses biokimiawi didalam tanah
yang memainkan salah satu peranan paling penting, yaitu mengubah nitrogen atmosfer
(N2 atau nitrogen bebas) menjadi nitrogen dalam persenyawan (nitrogen tertambat).
Dua kelompok mikroorganisme terlibat dalam proses ini :
i. Mikroorganisme non simbiotik, yaitu yang hidup bebas dan mandiri didalam
tanah.
ii. Mikroorganisme simbiotik, yaitu yang hidup pada akar tanaman kacang-kacangan.
menjadikan polutan tersebut tidak berbahaya lagi sehingga tidak menimbulkan masalah
lingkungan kesehatan. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan secara fisik, kimia dan
biologi. Pengelolaan secara biologi dapat menggunakan biota tingkat tinggi, biota tingkat
rendah maupun mikroorganisme. Penggunaan biota tersebut baik sebagai biomonitoring
maupun terlibat langsung dalam processing pengolahan limbah atau polutan.
Adapun beberapa peranan suatu mikroorganisme di dalam kehidupan maupun cara
pengelolahannya adalah sebagai berikut:
1. Mikroorganisme yang telah direkayasa dapat digunakan menggantikan untuk suatu
proses produksi sehingga hanya menghasilkan polutan sedikit. Beberapa contohnya
adalah produksi enzim,vitamin, karbohidrat, dan lipida yang menggunakan
mikroorganisme akan menghasilkan limbah produksi lebih sedikit jika dibandingkan
dengan produksi enzim, vitamin, karbohidrat, lipida yang menggunakan tumbuhan.
Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai bioinsektisida dan penggunaan Bacillus
subtilis sebagai pupuk bio-fosfor.
2. Miroorganisme yang telah direkayasa dapat digunakan sebagai organisme
pembersihan (biocliner). Mikroorganisme yang telah direkayasa dapat digunakan
sebagai organisme pembersih (bio-cliner) jenis-jenis polutan (limbah) yang
digunakan dapat digunakan dapat menghasilkan bahan yang lebih bernilai ekonomis
seperti:
a. Produksi biogas
Limbah-limbah dari rumah tangga, pertanian, dan industry yang diurai oleh
bakteri kelompok metanogen dapat menghasilkan biogas yang sebagian besar
merupakan metana. Biogas metana dapat terjadi dari penguraian limbah organik
yang mengandung protein dan karbohidrat. Secara lebih ringkas, dapat dinyatakan
bahwa bakteri yang berperan dalam perombakan bahan organik dalam produksi
biogas ada dua macam yaitu: bakteri pembentuk asam dan merombak bahan
organik dan menghasilkan asam lemak. Proses ini dilakukan oleh bakteri-bakteri
Pseudomonas, Flavobacterium, Alkaligenes, Escherichia, Aerobacter. Selanjutnya
asam lemak ini akan dirombak oleh bakteri metan, dan menghasilkan gas bio
(sebagaian besar menghasilkan metan) bakteri-bakteri tersebut adalah
Methanobacterium, Methanosarcina, dan Methanococcus. Di samping itu juga
ada kelompok bakteri lain yang memanfaatkan unsur-unsur sulfur (S) dan
membentuk H2S yaitu bakteri Desulvovibrio.
b. Untuk Mengatasi Limbah Minyak Bumi.
5
MIKROBIOLOGI PANGAN
Latar Belakang
Bahan pangan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Bahan
makanan ini juga merupakan medium yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Dalam
bidang pangan banyak mikroorganisme yang mempunyai peranan, baik peranan positif
(memberikan keuntungan) atau peranan negatif (menimbulkan kerugian). Beberapa
mikroba dapat menyebabkan kerusakan pangan, menimbulkan penyakit dan
menghasilkan racun, namun ada juga mikroorganisme yang bermanfaat dalam pembuatan
beberapa jenis makanan dan minuman misalnya fermentasi seperti tempe, kecap, tauco,
sosis, keju, bier, anggur dan sebagainya. Makanan dan minuman tersebut diolah secara
fermentasi dengan menggunakan kemampuan mikroba.
Menurut Waluyo (2012) beberapa alasan penting mengenai keberadaan mikroba
penting dalam bahan makanan yaitu adanya mikroba terutama jumlah dan macamnya
dapat menentukan tingkat mutu bahan pangan, beberapa mikroba dapat digunakan untuk
membuat produk-produk pangan khusus, mikroba dapat digunakan sebagai makanan atau
makanan tambahan bagi manusia dan hewan, serta dalam jangka waktu tertentu mikroba
juga dapat merusakkan bahan makanan.
Dasar Pemanfaatan Mikroba dalam Bahan Makanan
Peranan mikroba dalam beberapa aspek, diantaranya, bagi lingkungan (tinjaun
ekologis) yaitu mikroba bertanggung jawab atas berlangsungnya siklus materi dan energi
(siklus biogeokimia), seperti siklus karbon, siklus nitrogen, siklus fosfor yang menjadi
bagian penting dari komponen sel setiap organisme limbah yang toksik. Produk makanan
yaitu hampir setiap hari kita mengkonsumsi berbagai produk makanan dan minuman hasil
fermentasi yang dilkukan oleh mikorba, seperti yoghurt, tempe, oncom, “nata de coco”,
anggur, tape, kecap dan lain-lain.
Di Jepang dan Indonesia sudah sejak zaman dahulu kacang kedelai diolah dengan
menggunakan bantuan fungi, ragi, dan bakteri asam laktat. Bahkan sudah sejak zaman
perang dunia pertama fermentasi terarah dengan ragi digunakan untuk membuat gliserin.
Asam laktat dan asam sitrat dalam jumlah besar yang diperlukan oleh industri makanan,
masing-masing dibuat dengan pertolongan bakteri asam laktat dan cendawan Aspergillus
niger.
Fermentasi klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan konversi
menggunakan mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari fungi. Sejak
ditemukan bahwa Corynebacterium glutamicum memproduksi glutamat dengan rendemen
7
tinggi dari gula dan garam amonium, maka telah diisolasi berbagai mutan dan
dikembangkan proses baru yang memungkinkan pembuatan banyak jenis asam amino,
nukleotida, dan senyawa biokimia lain dalam jumlah besar. Mikroorganisme juga
diikutsertakan oleh para ahli kimia pada katalisis sebagian proses dalam rangkaian
sintesis yang panjang; biokonversi oleh mikroba lebih spesifik dengan rendemen lebih
tinggi, mengungguli konversi secara kimia, amilase untuk hidrolisis pati, proteinase pada
pengolahan kulit, pektinase untuk penjernihan sari buah dan enzim-enzim lain yang
digunakan di industri diperoleh dari biakan mikroorganisme (Waluyo, 2004).
Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi dalam Proses Mikrobiologi Industri
Dari segi perindustrian, mikroba merupakan pabrik zat kimia yang mampu
melakukan perubahan yang dikehendaki. Mikroba merombak bahan mentah dan
mengubah bahan mentah menjadi suatu produk baru. Beberapa prasyarat yang harus
dipenuhi dalam proses mikrobiologi industri, antara lain (Waluyo, 2005):
a. Organisme
Organisme yang akan digunakan harus dapat menghasilkan produk dalam jumlah
yang cukup banyak. Karakteristik penting yang harus dimiliki mikroorganisme
industri yaitu harus tumbuh cepat dan menghasilkan produk yang diharapkan dalam
waktu yang relatif singkat, memiliki sifat-sifat genetik yang stabil, mampu
menghasilkan substansi yang menarik, serta dapat dipelihara dalam periode waktu
yang sangat panjang di laboratorium. Mikroba yang digunakan dalam industri adalah
kapang, khamir, bakteri, dan virus.
b. Medium
Substrat yang digunakan oleh organisme untuk membuat produk baru harus murah
dan tersedia dalam jumlah yang banyak. Misalnya, limbah yang banyak mengandung
nutrisi dari industri persusuan dan industri kertas untuk menghasilkan bahan-bahan
yang bernilai tinggi.
c. Hasil
Fermentasi industri dilakukan dalam tangki-tangki yang besar kapasitasnya dapat
mencapai 200.000 liter. Produk metabolisme mikroba biasanya merupakan campuran
heterogen yang terdiri dari sel-sel mikroorganisme dalam jumlah yang sangat banyak,
komponen-komponen medium yang tidak terpakai, dan produk-produk metabolisme
yang tidak dikehendaki. Karena itu, harus dikembangkan metode-metode yang
mudah dilaksanakan dalam skala besar untuk memisahkan dan memurnikan produk
akhir yang diinginkan.
8
d. Tidak berbahaya bagi manusia, dan secara ekonomik penting bagi hewan dan
tumbuhan.
e. Bersifat non-patogen dan bebas toksin, atau jika menghasilkan toksin harus cepat di-
inaktifkan.
f. Mudah dipindahkan dari medium biakan. Di laboratorium, sel mikroorganisme
pertama kali dipindahkan dengan sentrifugasi, tetapi sentrifugasi bersifat sulit dan
mahal untuk industri skala-besar.
g. Mikroorganisme lebih disukai jika berukuran besar, karena sel lebih mudah
dipindahkan dari biakan dengan penyaringan (dengan bahan penyaring yang relatif
murah). Sehingga, fungi, ragi, dan bakteri berfilamen lebih disukai. Bakteri unisel,
berukuran kecil sehingga sulit dipisahkan dari biakan cair.
h. Mikroorganisme industri harus dapat direkayasa secara genetik. Rekayasa genetika
pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut
(misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan
kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak,
mikroba prebiotik untuk makanan olahan), untuk menghasilkan bahan obat-obatan
dan kosmetika, serta Pembuatan insulin manusia dari bakteri (Sel pankreas yang
mempu mensekresi Insulin digunting, potongan DNA itu disisipkan ke dalam
Plasmid bakteri) DNA rekombinan yang terbentuk menyatu dengan Plasmid
diinjeksikan lagi ke vektor, jika hidup segera dikembangbiakkan
Syarat penggunaan mikroba untuk makanan
Mikroba dalam industri fermentasi merupakan faktor utama, sehingga harus
memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu:
a. Murni
Dalam proses-proses tertentu harus menggunakan biakan murni (dari satu strain
tertentu) yang telah diketahui sifat-sifatnya. Untuk menjaga agar biakan tetap murni
dalam proses maka kondisi lingkungan harus dijaga tetap steril. Penggunaan kultur
tunggal mempunyai resiko yang tinggi karena kondisi harus optimum. Untuk
mengurangi kegagalan dapat digunakan biakan campuran. Keuntungan penggunaan
biakan campuran adalah mengurangi resiko apabila mikrobia yang lain tidak aktif
melakukan fermentasi. Dalam bidang pangan penggunaan biakan campuran dapat
menghasilkan aroma yang spesifik.
b. Unggul
9
a. Pengalengan
Pengalengan merupakan metode dasar sterilisasi bahan pangan. Bahan
yang umum dipakai adalah timah
b. Uap bertekanan
Penggunaan uap bertekanan misalnya pada “pressure cooker”
menghasilkan suhu di atas 100 0C. Ini merupakan metode yang paling efektif,
karena dapat mematikan semua sel vegetatif dan spora. Pengawetan pangan
menggunakan panas membutuhkan pengetahuan tentang banyak hal hal seperti
resistensi mikroba dan spora terhadap panas. Juga perlu dipertimbangkan laju
penembusan panas ke dalam bahan makanan yang mempunyai konsistensi yang
berbeda beda dan ukuran wadah tempat bahan pangan itu dikemas. Mikroba
patogen yang sangat berbahaya yang harus dihilangkan pada proses pengalengan
adalah Clostridium botulinum
c. Pasteurisasi
Pasteurisasi merupakan proses pemanasan partikel susu atau produk
olahan susu sampai pada suhu 62,80C dan dipertahankan selama kurang lebih 30
menit atau sampai pada suhu 71.70C dan dipertahankan selama 15 detik. Dua
metode yang sering digunakan adalah metode suhu rendah (low temperature
holding) dan metode suhu tinggi waktu singkat (high temperature short time atau
HTST). Metode suhu rendah merupakan pasteurisasi tong dimana susu dipanaskan
sampai pada suhu 62,80C dan dipertahankan selama kurang lebih 30 menit
didalam peralatan yang dirancang khusus. Metode HTST menggunakan
pemanasan pada suhu 71.70C dan dipertahankan selama 15 detik. Produk yang
telah diproses harus disimpan pada suhu rendah untuk mencegah kontaminasi
mikroba. Contoh bahan pangan yang dapat dipasteurisasi adalah sari buah, cuka
dan bir
d. Sterilisasi susu
Untuk menghasilkan produk susu yang steril dan mampu bertahan lama
makan susu dipanaskan pada suhu ultratinggi dalam waktu yang sangat singkat,
seperti suhu 148,90C selama 1-2 detik
4. Penggunaan suhu rendah
Pada suhu 00 C atau lebih rendah maka pertumbuhan atau aktivitas metabolik
mikroba tidak terjadi dalam jangka waktu yang lama. Adanya peralatan seperti lemari
pendingin dan kamar pendingin memudahkan manusia dalam mengontrol jumlah
11
mikroba. Sebelum dibekukan, pada umumnya hasil bumi dipanaskan terlebih dahulu
menggunakan uap untuk menginaktifkan enzim yang dapat mengubah produk tersebut
sekalipun pada suhu rendah. Beberapa produk yang tidak membutuhkan perlakuan
demikian adalah cabai, bawang dan buah-buahan. Metode yang dianggap paling efektif
adalah pembekuan dibawah 32 0C karena kristal es yang terbentuk berukuran kecil dan
struktur sel dalam makanan tidak rusak.
Jumlah dan tipe mikroba yang hidup atau mati yang terdapat pada makanan beku,
mencerminkan tingkat pencemaran produk mentahnya, sanitasi pabrik pengolahannya
serta kecepatan dan ketelitian pengolahannya. Pada umumnya jumlah mikroba makanan
beku akan berkurang selama penyimpanan, tetapi banyak mikroba patogen seperti spesies
Salmonella dapat bertahan hidup lama pada suhu -90C sampai -170C. Beberapa jenis
mikroba pangan seperti Clostridium botulinum tipe A dan B, Staphylococcus aureus dan
Salmonella dapat dicegah pertumbuhannya pada suhu 5,50C atau lebih rendah
5. Dehidrasi
Dehidrasi berarti penghilangan air. Proses ini dapat dilakukan dengan cara
menggunakan sinar matahari, pemanasan, penggunaan gula atau garam berkonsentrasi
tinggi.
a. Pengawetan dengan cara dehidrasi
Pengawetan dengan cara ini dapat mengawetkan bahan makanan namun tidak
membunuh/menghambat pertumbuhan mikroba. Pertumbuhan mikroba dapat dicegah
dengan mengurangi kelembaban lingkungannya sampai pada titik kritis. Titik kritis
ditentukan oleh ciri mikroba yang bersangkutan dan kapasitas bahan pangan untuk
mengikat air
b. Pengawetan dengan cara meningkatkan tekanan osmotik
Apabila suatu sel dimasukkan ke dalam larutan yang mengandung gula/garam
berkonsentrasi tinggi maka air yang terdapat di dalam sel akan tertarik keluar.
Akibatnya sel mengalami dehidrasi, metabolisme terhambat dan proses pertumbuhan
mikroba terhenti. Bahan pangan yang sering menggunakan cara ini adalah jeli dan
selai, dimana pangan ini diawetkan menggunakan gula sehingga tidak ditemukan
adanya mikroba yang tinggi, begitu juga daging atau makanan lain yang diawetkan
dalam larutan garam. Tekanan osmotik yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan
mikroba, tetapi tidak dapat diandalkan untuk mematikan mikroba.
6. Penggunaan bahan kimia
12
Menurut undang-undang “United States Food Drug and Cosmetic Act” bahwa
bahan makanan dianggap dipalsukan apabila ditambahkan dengan substansi yang sifatnya
beracun atau merusak sehingga menyebabkan makanan tersebut berbahaya bagi
kesehatan. Beberapa jenis bahan kimia yang dapat digunakan dalam pengawetan bahan
pangan yaitu asam benzoat, sorbat, asetat, laktat dan propionat. Asam sorbat dan
propionat digunakan untuk menghambat pertumbuhan kapang pada roti, nitrat dan nitrit
yang digunakan dalam pengawetan daging bersifat menghambat pertumbuhan beberapa
bakteri anaerobik terutama Clostridium botulinum.
Bahan makanan yang difermentasi seperti asinan, acar dan slage (makanan ternak
yang difermentasi) menjadi awet karena adanya asam-asam asetat, laktat dan propionat
yang dihasilkan oleh mikroba selama proses fermentasi
7. Radiasi
Radiasi merupakan cara pengawetan yang membawa perubahan radikal pada
bahan pangan. Sinar yang sering digunakan adalah sinar UV dan sinar gamma. Sinar UV
digunakan untuk menginaktifkan mikroba terutama kapang yang terdapat dalam udara
ruang penyimpanan serta ruang pengemasan perusahaan roti, kue dan daging. Irradiasi
pada daging yang digantung (untuk pemeraman dan supaya empuk) dapat mengurangi
pertumbuhan mikroba pada permukaan daging. Selain itu irradiasi dapat mengurangi
waktu pemeraman dari beberapa minggu pada suhu 2,2 – 330C menjadi 2-3 hari pada
suhu 180C.
Penggunaan sinar gamma yang dipancarkan dari kobalt radioaktif mampu
mensterilkan berbagai macam bahan termasuk makanan yang sudah dikemas. Namun
dibalik kemampuannya ternyata sinar gamma dapat berpengaruh terhadap rasa, bau,
aroma, warna, tekstur dan mutu gizi pangan.
Keuntungan Dan Kerugian Keberadaan Mikroba Dalam Makanan
Kehadiran mikroba di dalam bahan makanan dapat mendatangkan keuntungan dan
juga kerugian. Mikroba mendatangkan keuntungan dalam bahan pangan bila akibat
kehadirannya baik secara langsung atau tidak langsung mendatangkan keuntungan,
keuntungan dari mikroba dalam pangan menurut Waluyo (2005) adalah:
a. Berperan dalam proses pengolahan makanan. Proses pengolahan makanan
menggunakan mikroba adalah proses fermentasi. Proses fermentasi yang
melibatkan kemampuan mikroba sesuai dengan kondisi proses dan hasilnya dibagi
menjadi dua bentuk yaitu fermentasi secara alkoholis dan fermentasi secara non
alkoholis.
13
b. Berperan dalam peningkatan nilai gizi makanan. Peran ini dapat terlihat dalam
pembuatan tempe dari kedelai. Di samping akan menghasilkan zat gizi yang jauh
lebih baik dan lengkap, juga meningkatkan nilai organoleptik makanan hasilnya.
c. Berperan dalam pengadaan bau dan rasa. Proses ini dilalui setelah proses
fermentasi. Produk yang dihasilkan berbeda dari produk yang sebelumnya. Dengan
adanya proses ini maka sebagian orang akan lebih menyukai produk baru yang
dihasilkan.
d. Berperan dalam perubahan warna. Warna, seperti bau dan rasa mempunyai arti
penting untuk bahan makanan. Warna makanan yang menarik, akan lebih banyak
mendatangkan peminat bila dibandingkan makanan yang tidak berwarna.
Penggunaan warna pada bahan makanan sintetis banyak dikeluhkan masyarakat
karena dari penelitian pada batas tertentu dapat bersifat karsinogenik. Karena itu,
orang mulai beralih ke zat warna yang dihasilkan mikroba.
Beberapa Mikroorganisme Yang Dimanfaatkan Untuk Meningkatkan Produk
Pangan adalah:
No Bahan Pangan Mikroorganisme Golongan Produk
1 Susu Lactobacillus bulgaricus Bakteri Yoghurt
Streptococcus termophillus Bakteri Yoghurt
Streptococus lactis Bakteri Menterga
Panicillium requiforti Jamur Keju
Propioni bacterium Bakteri Keju Swiss
Lactobacillus casei Bakteri Susu asam
2 Kedelai Rhizopus oligosporus Jamur Tempe
Rhizopus stoloniferus Jamur Tempe
Rhizopus oryzae Jamur Tempe
Aspergillus oryzae Jamur Kecap
3 Kacang tanah Neurospora Sitophyla Jamur Oncom
4 Beras Saccharomyces cereviseae Jamur Tape ketan
Endomycopsis fibulegera Jamur
5 Singkong Saccharomyces cereviseae Jamur Tape singkong
Endomycopsis fibulegera Jamur
6 Air kelapa Acetobacter xylinium Bakteri Nata de coco
7 Tepung Saccharomyces elipsoides Jamur Roti
Gandum
8 Kubis Enterobacter sp. Bakteri Asinan
9 Padi-padian Saccharomyces cereviseae Jamur Minuman
atau umbi- Saccharomyces beralkohol
umbian caelsbergensis
gizi, merubah bentuk dan susunan senyawa, serta menghasilkan toksik yang
membahayakan. Kerusakan bahan makanan yang paling umum terjadi adalah
pembusukan.
Beberapa Mikroorganisme Yang Berperan Dalam Pembusukan Bahan Makanan:
Jenis Makanan Jenis Mikroba
Asal Genus
Telur Lingkungan (terutama Achromobacter
udaradan air), waktu Pseudomonas
pengolahan, Flavobacterium
pengangkutan, dan Paracolobacterium
penyimpanan.
Sayuran, buah-buahan Lingkungan (terutama Mucor
dan umbi-umbian udara, tanah, dan air), Lactobacillus
waktu pengolahan, Rhizopus
pengangkutan, dan Aspergillus
penyimpanan. Penicillium
Lactobacillus
Daging dan ikan Lingkungan (terutama Serratia
udara, tanah, dan air), Micrococcus
waktu pengolahan, Bacillus
pengangkutan, dan Achromobacter
penyimpanan. Juga Pseudomonas
berasal dari isi perut Staphylococcus
binatang. Flavobacterium
Para sejarawan percaya bahwa keju menjadi bagian dari diet manusia sekitar 800
tahun yang lalu, sehingga merupakan makanan yang pertama difermentasi. Kemungkinan
dihasilkan secara tidak sengaja melalui praktek membawa susu dalam kantong yang
terbuat dari perut hewan. Enzim dalam cairan pencernaan dari perut dan bakteri dalam
susu bekerja sama untuk membentuk dadih (curd) dan kemudian keju mentah. Menurut
FDA, keju adalah produk yang dibuat dengan cara mengkoagulasikan kasein susu, susu
krim atau susu yang kaya dengan krim.
Koagulasi dapat dilakukan dengan koagulasi garam, asam atau enzim, pemekatan
atau kombinasinya. Setelah dikoagulasi, curd (padatan yang sebagian besar
kandungannya protein) yang dihasilkan diperam, ada juga jenis keju yang tidak melalui
pemeraman.
Jenis keju yang dihasilkan tergantung dari bermacam-macam faktor. Faktor
penting dalam pembuatan keju adalah kandungan air dan pemeraman. Berdasarkan pada
kandungan airnya keju dibagi dua kelas yaitu keju lunak yang mengandung 40-75% air
yang mudah busuk dan keju keras yang mengandung 30-40 % air yang dapat disimpan
beberapa tahun di bawah kondisi penyimpanan yang baik.
Keju merupakan salah satu bahan pangan dengan daya simpan yang baik dan kaya
akan protein, lemak, kalsium, fosfor, riboflavin dan vitamin-vitamin lain dalam bentuk
pekat (Volk, 1990).
Proses fermentasi keju:
Keju dadih sejati adalah massa susu fermentasi yang dipadatkan. Susu biasanya
dari sapi, namun susu kambing dan susu domba juga digunakan sebagai bahan baku keju.
Fermentasi dilakukan oleh bakteri yang menghasilkan laktat dengan fermentasi laktosa
(gula susu). Laktat menghambat pertumbuhan organisme lain yang akan merusak
makanan atau menyebabkan penyakit. Dalam pembuatan keju, pada perlakuan awal, 2
spesies yang paling umum digunakan bakteri Lactobacillus casei dan Streptococcus lactis.
Pembuatan keju modern menggunakan susu bebas bakteri yang kultur bakteri murni
ditambahkan sehingga populasi bakteri dalam keju mudah diprediksi dan aman untuk
dimakan (Aguskrisno, 2012).
Proses mengental selama pembuatan keju yang terjadi dalam kondisi asam
disebabkan oleh (asam laktat) laktat yang diekskresikan oleh bakteri. Selama waktu
pematangan keju, bakteri dalam dadih (curd) mati dan dicerna oleh enzim mereka sendiri
(suatu proses yang disebut dengan otolisis). Ini mengeluarkan zat yang rasa keju. Bakteri
17
yang menghasilkan asam propionat bertanggung jawab atas rasa khas tersebut, dan
karbon dioksida bertanggung jawab atas ‘lubang-lubang’ yang terdapat pada keju.
Prinsip pembuatan keju adalah bahwa protein dalam keju mengalami flokulasi dan
mengikutkan 90% lemak susu dalam pengolahan. Keju dapat dibuat dengan
mengendapkan protein menggunakan suatu asam. Asam tersebut dapat dihasilkan oleh
bakteri atau asam yang ditambahkan. Apabila menggunakan asam, dapat digunakan asam
asetat, asam laktat, asam sitrat dan dapat pula digunakan asam alami seperti sari buah
sitrun. Susu dipanaskan 80-90ºC dan asam ditambahkan berupa tetesan sambil dilakukan
pengadukan sampai massa terpisah, setelah curd ditiriskan, dapat diproses lebih lanjut
(Aguskrisno, 2012)
3. Yakult
Yakult adalah minuman susu fermentasi, yang dibuat dengan cara memfermentasi
susu bubuk skim yang mengandung bakteri asam laktat hidup Lactobacillus casei Shirota
strain. Di dalam setiap botol Yakult terdapat lebih dari 6,5 milyar bakteri L. Casei Shirota
Strein yang mampu melewati asam lambung dan cairan empedu sehingga dapat berperan
secara maksimal di dalam usus. Pada tahun 1930, almarhum Dr. Minoru Shirota, pendiri
perusahaan Yakult, telah berhasil mengkulturkan berbagai jenis bakteri asam laktat dan
memilih satu jenis bakteri yang bersifat paling tahan terhadap cairan pencernaan (www.
yakult.co.id).
Di samping itu, Dr. Minoru Shirota juga memperkuatnya sehingga menjadi strain
baru yang unggul. Karena itu, berbeda dengan bakteri lain, bakteri ini dapat menaklukkan
berbagai hambatan fisiologis seperti asam lambung dan cairan empedu sehingga dapat
mencapai dan bertahan hidup dalam usus manusia (www. yakult.co.id).
Dari dalam usus bakteri ini membantu meningkatkan kesehatan kita dengan cara
mengaktifkan sel-sel kekebalan, meningkatkan jumlah bakteri berguna, dan mengurangi
jumlah bakteri yang merugikan (www.yakult.co.id).
Proses fermentasi Yakult:
Proses pembuatan yakult adalah dengan cara memfermentasi campuran susu
bubuk skim dan glukosa menggunakan bakteri Lactobacillus casei Shirota strain. Yakult
dibuat dari bahan-bahan bakteri Lactobacillus casei Shirota strain hidup, susu bubuk
skim, sukrosa dan glukosa, perisa, air, serta yakult ini tidak menggunakan bahan
pengawet.
Yakult dapat bertahan sejak pembuatannya sampai dengan tanggal kadaluwarsa
tanpa menggunakan pengawet adalah dikarenakan asam laktat yang dihasilkan secara
18
mudah dicerna. Proses fermentasi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada
protein, lemak, dan karbohidrat (Sarwono, 1982).
6. Kecap
Kecap terbuat dari kacang kedelai berwarna hitam. Pada proses fermentasi
pembuatan kecap dengan menggunakan jamur aspergillus wentii dan rhizopus sp. Jamur
Aspergillus wentii dibiakkan pada kulit gandum terlebih dahulu. Jamur Aspergillus wentii
bersama-sama dengan bakteri asam laktat yang tumbuh pada kedelai yang telah dimasak
menghancurkan campuran gandum. Kecap terbuat dari kacang kedelai berwarna hitam.
Setelah proses fermentasi karbohidrat berlangsung cukup lama akhirnya akan dihasilkan
produk kecap. Perendaman kedelai dilakukan dalam larutan garam, maka pembuatan
kecap dinamakan fermentasi garam. Ada juga kecap ikan, kecap udang, dan sebagainya.
Itu bisa dilakukan karena selama proses pembuatan ada penambahan sari ikan ataupun
sari udang ke dalamnya (Soedjarwo, 1982).
20
Mikrobiologi Industri
2) Khamir
Khamir ada yang yang bermanfaat dan ada pula yang membahayakan manusia.
Khamir banyak dimanfaatkan dalam bidang industri yaitu proses fermentasi pada
21
pembuatan roti, bir, wine, vinegar dan sebagainya. Khamir yang tidak diinginkan adalah
yang ada pada makanan dan menyebabkan kerusakan pada saurkraut, jus buah, sirup,
molase, madu, jelly, daging dan sebagainya.
Khamir yang memiliki peranan yang menguntungkan diantaranya sebagai berikut
(Black, 2002):
1. Saccharomyces cerevisiae, merupakan khamir yang paling populer dalam
pengolahan makanan. Khamir ini telah lama digunakan dalam industri wine dan bir.
Dalam industri pangan, khamir digunakan dalam pengembang adonan roti dan dikenal
sebagai ragi roti.
2. Saccharomyces roxii, adalah khamir yang digunakan dalam pembuatan
kecap dan berkontribusi pada pembentukan aroma.
3) Jamur
Jamur yang memiliki peranan yang menguntungkan diantaranya sebagai berikut
(Pelczar, 1988):
1. Aspergillus niger. Jamur ini digunakan dalam pembuatan asam sitrat. Asam
sitrat merupakan salah satu asam organik yang banyak digunakan dalam bidang industri
pangan misalnya pada pembuatan permen dan minuman kemasan. Jamur ini sering
mengontaminasi makanan misalnya roti tawar.
2. Rhizopus oryzae. Jamur ini penting pada pembuatan tempe. Aktivitas jamur
Rhizopus oryzae menjadikan nutrisi pada tempe siap dikonsumsi manusia. Aktivitas
enzim yang dihasilkan menjadikan protein terlarut meningkat. Produk tempe kini juga
telah dikembngkan menjadi isoflavon yang penting bagi kesehatan.
3. Neurospora sitophila. Jamur ini merupakan sumber beta karoten pada
fermentasi tradisional. Produk oncom yang dikenal di Jawa Barat adalah hasil fermentasi
yang dilakukan Neurospora sitophila. Produksi spora untuk sumber beta karoten yang
dapat disubstitusikan pada makanan juga telah diteliti. Selain mampu memberikan
asupan, beta karoten juga merupakan sumber warna yang cukup menarik.
4. Monascus purpureus. Jamur ini dikalangan mikrobiolog jarang dikenal karena
produk yang dihasilkan. Mula pertama jamur ini ditemukan di Jawa namun menjadi
produk utama Cina dengan nama angkak. Angkak adalah fermentasi pada beras. Jamur ini
menghasilkan pewarna alami yang umumnya digunakan pada masakan Cina. Saat ini
telah ditemukan adanya zat aktif pada ngkak yang dapat membantu kesehatan dan telah
dikemas dalam bentuk kapsul.
22
Banyak mikroba yang tahan tahan hidup dalam keadaan kering untuk waktu yang lama.
Misalnya mikroba yang membentuk spora dan mentuk-bentuk Krista.
c) pH
Berdasarkan pH yang ada, mikroba dikenal dengan asidofil, neurofil, dan alkalifil.
Asidofil adalah mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0. Mikroba neutrofil
adalah mikroba yang mampu tumbuh pada kisaran pH 5,5-8,0 sedangkan mikroba
alkalifil dapat tumbuh pada kisaran pH 8,4-9,5. Bakteri memerlukan pH 6,5-7,5, khamir
memerlukan pH 4,0-4,5, sedangkan jamur mempunyai kisaran pH yang luas.
d) Ion-ion logam
Ion-ion logam berat seperti Hg, Ag, Cu, Au dan Pb pada kadar yang sangat rendah
dapat bersifat toksik. Daya bunuh logam berat pada kadar rendah disebut oligodinamik.
Ion-ion logam dapat mengganggu sistem enzim sel. Misalnya Hg++ akan bergabung
dengan gugus sulfidril (-SH) dalam enzim sehingga aktivitas enzim dengan gugus aktif
sulfidril akan terhambat aktivitasnya. Ion-ion Li++ dan Zn++ bersifat toksik bagi
Lactobacillus dan Leuconostoc, namun demikian jika Ph diturunkan maka peracunan
Li++ dan Zn++ dapat dikurangi.
e) Iradiasi
Radiasi pengion dicirikan oleh energi yang sangat tinggi dan kemampuan
penetrasi yang besar. Demikian juga sifat letalnya. Penggunaan radiasi pengion terutama
pada bidang farmasi, kedokteran,proses industri, serta digunakan dalam bidang
mikrobiologi, misalnya menggunakan sinar ultraviolet dan sinar gamma.
• Sinar UV yang paling efektif dalam membunuh mikroorganisme adalah yang
memiliki panjang gelombang yang dekat dengan 260 nm, dengan energi kuantum sekitar
4,9 Ev. Sinar dengan panjang gelombang dibawah 200 nm tidak efektif karena mudah
diserap oleh oksigen atmosfir. Sinar dengan panjang gelombang 360-450 nm umumnya
disebut UV gelombang panjang dan biasa digunakan untuk menstimulasi flourisensi,
misalnya untuk menunjukkan adanya pigmen pseudomonas pada telur.
Penggunaan lain UV pada bidang industri bahan makanan adalah pada
ruang pendingin yang dipergunakan untuk menyimpan daging. Tujuannya dalah untuk
menunda pertumbuhan mikroba permukaan. Iradiasi ultraviolet dengan internsitas 2
mW/cm2 terhadap pseudomonas pada daging dapat mengurangi kecepatan
pertumbuhannnya menjadi 85% bila dibandingkan dengan kontrol, dan akan menjadi 75%
bila intensitas pada permukaan 24 mW/cm2.
24
nutrisi dari industri persusuan dan industri kertas untuk menghasilkan bahan-bahan yang
bernilai tinggi.
c. Hasil
Fermentasi industri dilakukan dalam tangki-tangki yang besar kapasitasnya dapat
mencapai 200.000 liter. Produk metabolisme mikroba biasanya merupakan campuran
heterogen yang terdiri dari sel-sel mikroorganisme dalam jumlah yang sangat banyak,
komponen-komponen medium yang tidak terpakai, dan produk-produk metabolisme yang
tidak dikehendaki. Karena itu, harus dikembangkan metode-metode yang mudah
dilaksanakan dalam skala besar untuk memisahkan dan memurnikan produk akhir yang
diinginkan.
d. Tidak berbahaya bagi manusia, dan secara ekonomik penting bagi hewan dan
tumbuhan.
e. Bersifat non-patogen dan bebas toksin, atau jika menghasilkan toksin harus
cepat di-inaktifkan.
f. Mudah dipindahkan dari medium biakan. Di laboratorium, sel
mikroorganisme pertama kali dipindahkan dengan sentrifugasi, tetapi sentrifugasi bersifat
sulit dan mahal untuk industri skala-besar.
g. Mikroorganisme lebih disukai jika berukuran besar, karena sel lebih mudah
dipindahkan dari biakan dengan penyaringan (dengan bahan penyaring yang relatif
murah). Sehingga, fungi, ragi, dan bakteri berfilamen lebih disukai. Bakteri unisel,
berukuran kecil sehingga sulit dipisahkan dari biakan cair.
h. Mikroorganisme industri harus dapat direkayasa secara genetik. Rekayasa
genetika pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut
(misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan
tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba prebiotik
untuk makanan olahan), untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan kosmetika, serta
Pembuatan insulin manusia dari bakteri (Sel pankreas yang mempu mensekresi Insulin
digunting, potongan DNA itu disisipkan ke dalam Plasmid bakteri) DNA rekombinan
yang terbentuk menyatu dengan Plasmid diinjeksikan lagi ke vektor, jika hidup segera
dikembangbiakkan.
Bahan antibiotik yang sudah diketahui, lebih dari 8.000, dan beberapa ratus
antibiotika ditemukan dalam beberapa tahun. Dan sejumlah peneliti mempercayai bahwa
berbagai antibiotika baru dapat ditemukan lagi jika penelitian dilakukan terhadap
kelompok mikroorganisme selain Streptomyces, Penicillium, dan Bacillus. Sekali
diketahui urutan struktur gen mikroorganisme penghasil-antibiotika, dengan teknik
rekayasa genetika memungkinkan pembuatan antibiotika baru.
Cara utama dalam menemukan antibiotika baru yaitu melalui screening. Dengan
pendekatan tersebut, sejumlah isolat yang kemungkinan mikroorganisme penghasil-
antibiotika yang diperoleh dari alam dalam kultur murni, selanjutnya isolat tersebut diuji
untuk produksi antibiotika dengan bahan yang diffusible, yang menghambat pertumbuhan
bakteri uji. Bakteri yang digunakan untuk pengujian, dipilih dari berbagai tipe, dan
mewakili atau berhubungan dengan bakteri patogen.
Prosedur pengujian mikroorganisme untuk produksi antibiotika adalah metode
gores silang, pertamakali digunakan oleh Fleming. Dengan program pemisahan arus, ahli
mikrobiologi dapat dengan cepat mengidentifikasi, apakah antibiotika yang dihasilkan
termasuk baru atau tidak. Sekali ditemukan organisme penghasil antibiotika baru,
antibiotika dihasilkan dalam sejumlah besar, dimurnikan, dan diuji toksisitas dan aktivitas
terapeutiknya kepada hewan yang terinfeksi. Sebagian besar antibiotika baru gagal
menyembuhkan hewan uji, dan sejumlah kecil dapat berhasil dengan baik. Akhirnya,
sejumlah antibiotika baru ini sering digunakan dalam pengobatan dan dihasilkan secara
komersial.
- Naftoquinon Aktinorodin
- Benzoquinon Mitomisin
4. Antibiotika peptida dan asam amino
- Turunan asam amino Sikloserin
- Antibiotik b-laktam Penisilin
- Antibiotik peptida Basitrasin
- Kromopeptida Aktinomisin
- Depsipeptida Valinomisin
- Peptida pembentuk-selat Bleomisin
5. Antibiotika heterosiklik mengandung nitrogen
- Antibiotika nukleosida Polioksin
6. Antibiotika heterosiklik mengandung oksigen
- Antibiotika polieter Monensin
7. Turunan alisiklik
- Turunan sikloalkan Sikloheksimida
- Antibiotika steroid Asam fusidat
8. Antibiotik aromatik
- Turunan benzen Kloramfenikol
- Antibiotika aromatik terkondensasi Griseofulvin
- Eter aromatik Novobiosin
9. Antibiotika alifatik
- Senyawa mengandung fosfor Fosfomisin
ahli mikrobiologi untuk menemukan strain yang tidak menghasilkan senyawa kimia dan
tidak diharapkan.
2. Vitamin
Vitamin merupakan faktor pertumbuhan yang sering digunakan dalam farmasi
atau ditambahkan kepada makanan. Beberapa vitamin yang penting, dihasilkan secara
komersial melalui proses mikrobiologi. Vitamin digunakan sebagai tambahan pada
makanan manusia dan pakan ternak. Produksi vitamin, berada kedua setelah antibiotika
dalam hal penjualan total produk farmasi dengan nilai lebih dari $ 700 juta per tahun.
Sebagian besar vitamin dibuat secara komersial melalui sintesis bahan kimia. Sejumlah
vitamin terlalu sulit disintesis dengan biaya murah tapi keuntungannya vitamin dapat
dibuat dengan fermentasi mikrobial. Vitamin B12 dan riboflavin yang terpenting dalam
kelompok vitamin.
Sianokobalamin (Vitamin B12), disintesis secara khusus di alam oleh
mikroorganisme. Kebutuhan vitamin ini pada hewan dipenuhi melalui ambilan makanan
atau melalui absorpsi vitamin yang dihasilkan mikroorganisme dalam usus hewan. Tetapi
pada manusia vitamin B12 diperoleh melalui makanan atau sebagai tambahan vitamin,
karena seandainya vitamin ini disintesis oleh mikroorganisme dalam jumlah yang besar di
dalam usus besar, tetapi tidak masuk ke dalam saluran darah. Strain mikroorganisme
dipilih dan digunakan untuk menghasilkan banyak vitamin. Anggota bakteri dari genus
Propionibacterium menghasilkan vitamin mulai dari 19-23 mg/liter pada proses dua-
tahap, sedangkan bakteri lain, Pseudomonas denitrificans menghasilkan 60 mg/liter pada
proses satu-tahap yang menggunakan molase gula-bit sebagai sumber karbon. Vitamin
B12 mngandung kobalt sebagai bagian esensial strukturnya, dan untuk meningkatkan
produksi vitamin, dilakukan dengan menambahkan kobalt pada medium biakan.
Riboflavin (B2) disintesis oleh beberapa mikroorganisme, termasuk bakteri, fungi,
dan ragi. Fungi Ashbya gossypii menghasilkan sejumlah besar riboflavin (> 7 gram/liter)
dan oleh karena itu sering digunakan dalam proses produksi mikrobiologi. Hasil
perolehan yang sangat banyak ini menyebabkan persaingan ekonomi tinggi di antara
proses mikrobiologi dengan proses sintesis secara kimia.
3. Asam amino
Asam amino digunakan secara luas dalam industri makanan, tambahan pakan,
dalam obat, dan sebagai bahan pemula pada industri kimia. Sebagian besar asam amino
yang penting secara komersial adalah asam glutamat, yang digunakan untuk
meningkatkan rasa. Dua asam amino yang juga penting, asam aspartat dan fenilalanin,
30
yang menyusun bahan pemanis buatan, aspartat, merupakan unsur penting dalam
minuman ringan diet dan makanan lain yang dijual sebagai produk bebas-gula. Lisin,
merupakan asam amino esensial untuk manusia, dihasilkan oleh Brevibacterium flavum,
juga digunakan sebagai tambahan makanan. Meskipun sebagian besar asam amino dapat
dibuat secara kimia, sintesis bahan kimia menyebabkan pembentukan bentuk DL inaktif.
Jika secara biokimia bentuk L dibutuhkan, maka diperlukan metode enzimatik atau
metode mikrobiologi pada pembuatannya. Produksi asam amino secara mikrobiologi juga
dapat melalui fermentasi langsung, dimana mikroorganisme menghasilkan asam amino
dalam suatu proses fermentasi standar, atau melalui proses enzimatik, dimana
mikroorganisme sebagai sumber enzim dan enzim tersebut digunakan dalam proses
produksi.
Tabel 3: Asam amino yang digunakan pada industri makanan
Tabel 3: Asam amino yang digunakan pada industri makanan
Asam amino Makanan Tujuan
Glutamat (MSG) Berbagai makanan Meningkatkan rasa
Aspartat dan alanin Juice Buah Menyempurnakan rasa
Glisin Pemanis makanan Perbaikan rasa
Sistein Roti Perbaikan kualitas
Juice Buah Antioksidan
Triftofan + histidin Berbagai makanan, susu bubuk Antioksidan, mencegah
tengik
Aspartam (dibuat dari Minuman ringan, dsb. Pemanis rendah-kalori
fenilalanin +
asam aspartat)
Lisin Roti (Jepang) Tambahan nutrisi
Metionin Produk kedelai Tambahan nutrisi
4. Enzim
Setiap organisme menghasilkan berbagai enzim, sebagian besar dihasilkan dalam
jumlah yang kecil dan dilibatkan dalam proses seluler. Bagaimanapun, enzim tertentu
dihasilkan dalam jumlah yang besar oleh beberapa organisme, dan dibutuhkan dalam sel,
dikeluarkan ke dalam medium. Enzim ekstraseluler biasanya dapat menguraikan bahan
nutrien yang tak-larut misalnya selulosa, protein, pati, dan hasil pencernaan selanjutnya
diangkut ke dalam sel, dimana enzim digunakan sebagai nutrien untuk pertumbuhan.
Beberapa enzim ekstraseluler digunakan dalam makanan, perusahaan susu, pabrik obat,
dan industri tekstil dan dihasilkan dalam jumlah yang besar melalui sintesis mikrobiologi.
Enzim tersebut sering digunakan karena spesifisitas dan efisiensi pada reaksi katalisis
yang dibutuhkan, pada suhu dan pH yang wajar. Reaksi yang sama dapat dicapai dengan
31
bahan kimia yang umumnya membutuhkan kondisi suhu dan pH ekstrim, dan kurang
efisien dan kurang spesifik.
Secara komersial enzim dihasilkan dari fungi dan bakteri. Proses produksi
biasanya aerobik, dan medium biakan sama dengan yang digunakan pada fermentasi
antibiotik. Enzim itu sendiri umumnya hanya sedikit dibentuk selama fase pertumbuhan
aktif tetapi akumulasi dalam jumlah besar terjadi selama fase stasioner pertumbuhan.
Enzim mikroorganisme dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak pada suatu
industri dasar adalah protease bakteri, digunakan sebagai tambahan dalam deterjen
pencuci. Sejak tahun 1969, 80% deterjen pencuci mengandung enzim, khususnya
protease, juga amilase, lipase, reduktase, dan enzim lain. Tetapi mulai tahun 1971,
penggunaannya menurun setelah terjadi alergi pada pemakai dan konsumen, sehingga
dikembangkan teknik pemrosesan khusus misalnya ‘microencapsulation’ untuk menjamin
pengolahan bebas-debu.
Enzim penting lain yang dibuat secara komersial adalah amilase dan glukoamilase,
yang digunakan dalam produksi glukosa dari pati. Setelah dihasilkan glukosa, selanjutnya
dengan bantuan glukosa isomerase akan diubah menjadi fruktosa (yang lebih manis dari
glukosa dan sukrosa) dan menghasilkan produk akhir pemanis fruktosa-tinggi dari pati
jagung, gandum, atau kentang. Penggunaan proses tersebut dalam industri makanan
mengalami peningkatan, khususnya dalam produksi minuman ringan.
Tiga reaksi yang terjadi dalam perubahan pati jagung menjadi produk yang disebut
sirup jagung fruktosa-tinggi, masing-masing reaksi dikatalisis oleh enzim mikroba secara
terpisah :
a. Enzim a-amilase menyerbu polisakarida pati, memecah rantai, dan mengurangi
viskositas polimer. Reaksi ini disebut ‘thinning reaction’.
b. Enzim glukoamilase memecah polisakarida rantai pendek menghasilkan monomer
glukosa, proses tersebut dinamakan ‘saccharification’.
c. Enzim glukosa isomerase merubah glukosa menjadi fruktosa, prosesnya disebut
‘isomerization’.
ini akan mengubah gula menjadi alkohol dan CO2. Dalam perombakan ini diperlukan
pula nutrien yang mendukung pertumbuhan khamir, jika tidak tersedia pada bahan baku.
Bahan yang umum dtambahkan adalah amonium fosfat sebagai sumber nitrogen.
Kandungan karbon dioksida merupakan salah satu pertimbangan dalam memilih
wine, peningkatan langsung pada fermentasi akhir oleh ragi dalam botol. Terdapat dua
tipe fermentasi wine yang melibatkan ragi : pertama, yang disebut ‘wild yeasts’, ragi yang
terdapat pada buah anggur yang diambil dari alam dan dipindahkan ke dalam juice, dan
kedua, ragi wine yang dibiakkan, Saccharomyces ellipsoides, yang ditambahkan ke dalam
juice untuk memulai fermentasi. Salah satu perbedaan terpenting di antara dua ragi ini
adalah toleransinya terhadap alkohol. Sebagian besar ragi hanya toleran terhadap kadar
alkohol sekitar 4%, dan ketika kadar alkohol melebihi kadar tersebut maka fermentasi
berhenti. Ragi wine memiliki toleransi lebih dari 12-14% alkohol sebelum menghentikan
pertumbuhannya. Pada ‘unfortified wine’, kandungan akhir alkohol ditentukan oleh
toleransi ragi terhadap alkohol dan oleh jumlah gula yang terdapat dalam juice. Pada
sebagian besar ‘unfortified wine’, kandungan alkoholnya berkisar 8-14%. Pada ‘fortified
wine’, misalnya sherry memiliki kandungan alkohol sebanyak 20%, tetapi hal ini dapat
dicapai melalui penambahan waktu distilasi minuman keras, misalnya brandy. Distilasi
‘malt brews’ (minuman hasil fermentasi ragi dari gandum) menghasilkan whiskey. Pada
produksi minuman berkadar alkohol rendah, ‘wild yeasts’ tidak menghasilkan sejumlah
komponen rasa yang diharapkan pada produk akhir, dan peningkatan pertumbuhan‘wild
yeasts’ tidak dibutuhkan selama fermentasi.
Cara membunuh ‘wild yeasts’ dalam ‘must’ dilakukan dengan penambahan sulfur
dioksida sebanyak 100 ppm. Sedangkan ragi wine biakkan bersifat resisten terhadap
kadar sulfur dioksida tersebut dan ditambahkan sebagai kutur pemula dari pertumbuhan
biakan murni pada sterilisasi dan pasteurisasi jus anggur. Selama tahap awal, terdapat
udara dalam cairan dan terjadi pertumbuhan ragi dengan cepat; selanjutnya udara tersebut
digunakan, berkembang keadaan anaerobik dan mulai terjadi produksi alcohol (Ristiati,
2008).
C. Produksi Vaksin
Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dimatikan atau dimodifikasi
atau bagian spesifik yang diisolasi dan mikroorganisme yang ketika disuntikkan ke dalam
hewan makan hewan tersebut akan menghasilkan imunitas terhadap penyakit tertentu.
Sebagian besar merupakan vaksin virus. Kepentingan vaksin rekombinan, pada
34
disimpan pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air tawar yang tidak asam atau basa
(netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-sel tumbuh tidak terlalu besar
(mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup, tabung, dan sensor yang
terhubung dengannya. Sensor memantau pH dan suhu, dan ada berbagai koneksi
untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen untuk
mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis mikroskopik,
dan pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil
produk setengah jadi ketika siap.
c. Pemisahan Virus
Ketika sudah tercapai jumlah virus yang cukup banyak, virus dipisahkan dari
manik-manik dalam satu atau beberapa cara. Kaldu ini kemudian dialirkan melalui
sebuah filter dengan bukaan yang cukup besar yang memungkinkan virus untuk
melewatinya, namun cukup kecil untuk mencegah manik-manik dapat lewat.
Campuran ini sentrifugasi beberapa kali untuk memisahkan virus dari manik-manik
dalam wadah sehingga virus kemudian dapat dipisahkan. Alternatif lain yaitu
dengan mengaliri campuran manik-manik dengan media lain sehingga mencuci
manik-manik dari virus.
d. Memilih Strain Virus
Vaksin bisa dibuat baik dari virus yang dilemahkan atau virus yang
dimatikan. Pemilihan satu dari yang lain tergantung pada sejumlah faktor termasuk
kemanjuran vaksin yang dihasilkan dan efek sekunder. Virus yang dibuat hampir
setiap tahun sebagai respon terhadap varian baru virus penyebab, biasanya berupa
virus yang dilemahkan. Virulensi virus bisa menentukan pilihan; vaksin rabies,
misalnya, selalu vaksin dari virus yang dimatikan.
Jika vaksin dari virus dilemahkan, virus biasanya dilemahkan sebelum
dimulai proses produksi. Strain yang dipilih secara hati-hati dibudidayakan
(ditumbuhkan) berulang kali di berbagai media. Ada jenis virus yang benar-benar
menjadi kuat saat mereka tumbuh. Strain ini jelas tidak dapat digunakan untuk
vaksin ‘attenuated’. Strain lainnya menjadi terlalu lemah karena dibudidayakan
berulang-ulang, dan ini juga tidak dapat diterima untuk penggunaan vaksin.
Virus ini kemudian dipisahkan dari media tempat dimana virus itu tumbuh.
Vaksin yang berasal dari beberapa jenis virus (seperti kebanyakan vaksin)
dikombinasikan sebelum pengemasan. Jumlah aktual dari vaksin yang diberikan
kepada pasien akan relatif kecil dibandingkan dengan jumlah medium yang dengan
36
apa vaksin tersebut diberikan. Keputusan mengenai apakah akan menggunakan air,
alkohol, atau solusi lain untuk injeksi vaksin, misalnya, dibuat setelah tes berulang-
ulang demi keselamatan, steritilitas, dan stabilitas.
e. Pengontrolan Kualitas
Untuk melindungi kemurnian vaksin dan keselamatan pekerja yang membuat
dan mengemas vaksin, kondisi kebersihan laboratorium diamati pada seluruh
prosedur. Semua transfer virus dan media dilakukan dalam kondisi steril, dan semua
instrumen yang digunakan disterilisasi dalam autoklaf sebelum dan sesudah
digunakan.
Sebagai insektisida, jamur ini dahulu dikenal dengan nama Botrytis bassiana.
Jamur entomopatogen (penyebab penyakit serangga) ini menginvasi tubuh serangga
sasaran. Spora (konidia) jamur akan menempel pada kutikula serangga, dan saat
berkecambah, benang jamur (hifa) akan menembus kutikula dan berkembang didalam
tubuh serangga. Diaplikasikan dengan disemprotkan pada kanopi tanaman. Dapat
diaplikasikan bersama insektisida lain, dengan tambahan ajuvant dan sebagainya
- Beauveria bassiana isolat BB 147
Isolat ini digunakan untuk mengendalikan penggerek tongkol jagung (Ostrinia
nubilalis, european corn borer dan Ostrinia furnacalis, asian corn borer), pada tanaman
jagung dan padi.
- Beauveria bassiana isolat stanes
Isolat ini digunakan untuk mengendalikan penggerek buah kopi, lundi (uret),
penngerek buah kapas, ulat potong (cutworm), wereng batang coklat dan ulat kubis, pada
tanaman teh, kopi, kapas, tomat, okra, terung dan
- Beauveria bassiana isolat GHA
Isolat GHA terutama efektif untuk mengendalikan kutu kebul (whitefly),
thrips, aphids, serta kutu dompolan, pada tanaman sayuran dan tanaman hias.
- Beauveria bassiana isolat ATCC 74040
B. bassiana isolat ATCC 74040 efektif untuk mengendalikan Coleoptera
dan Hemiptera pada lapangan rumput dan tanaman hias.
b. Beauveria brongniartii (Saccardo) Petch
Jamur yang dimanfaatkan sebagai insektisida ini pernah dikenal dengan nama
Beauveria tenella. Dewasa ini ada 3 isolat yang dikomersialkan, yakni isolat Bb96 (isolat
Swiss) dan IMBST 95.031 serta 95.041 (isolat Austria). Seperti jamur entomopatogen
lainnya, jamur ini juga menyerang tubuh serangga sasaran. Spora (konidia) jamur akan
menempel pada kutikula serangga, dan saat berkecambah, benang jamur (hifa) akan
menembus kutikula dan berkembang didalam tubuh serangga.
c. Hirsutella thompsonii Fisher
Akarisida biologis komersial berisi jamur Hirsutella thompsonii isolat MF(Ag)S
(ITCC 4962; IMI 385470), digunakan untuk mengendalikan tungau dari famili
Eriophyidae, terutama tungau kelapa Aceria guerreronis. Pertama kali diisolasi dari
tungau Eriophyidae di Tamil Nadu, India.
d. Lagenidium giganteum Couch
38
1. Granulosis Virus
Insektisida berbahan aktif granulosis virus bersifat sebagai racun lambung.
Serangga harus memakan virus agar virus efektif membunuhnya. Sesudah termakan,
dinding pembungkus protein virus akan terlarutkan dalam usus serangga yang bersifat
alkalis, dan partikel virus akan dilepaskan kedalam usus serangga. Virus kemudian akan
menginvasi inti sel (nukleus) dan berkembang biak di dalamnya, menyebabkan serangga
yang terpapar sakit, dan berakhir dengan kematian.
a. Adoxophyes orana granulosis virus (AoGV)
Adoxophyaes orana granulosis virus (AoGV) adalah virus yang terdapat luas
secara alami sebagai penyakit (patogen) pada fruit tortrix moth (Adoxophyes orana).
Produk insektisida biologi komersial diisolasi dari A. orana yang terinfeksi. AoGV
digunakan hanya untuk mengendalikan fruit tortrix moth (Adoxopyes orana) pada
beberapa tanaman buah.
b. Cydia pomonella granulosis virus (CpGV)
Virus ini merupakan penyakit alami dari codling moth (Cydia pomonella),
semacam hama yang umum menyerang buah apel dan pir.
c. Plodia interpunctella granulosis virus (IMMGV)
41
Virus ini merupakan penyaki sejenis hama gudang yang merusak buah-buahan
kering dan kacang-kacangan. Virus ini dibiakkan dan diproduksi secara komersial sebagai
insektisida biologi untuk mengendalikan hama ini.
d. Autographa californica nucleopolyhedrovirus (AcNVP)
Virus ini diisolasi dari Autographa californica yang terinfeksi. AcNVP sebagai
insektisida biologi memiliki spektrum pengendaliannya cukup luas (lebih dari 30 spesies
Lepidoptera) untuk mengendalikan larva Lepidoptera, pada jagung, sayuran, tanaman
buah-buahan, dan tanaman hias.
e. Mamestra brassicae nucleopolyhedrovirus (MbNPV)
Mamestra brassicae nucleopolyhedrovirus (MbNPV) merupakan penyakit alami
dari ngengat kubis (Mamestra brassicae). Diiolasi pertama kali dari larva yang terinfeksi
di Prancis oleh peneliti dari INRA, dan dikembangkan sebagai insektisida biologi oleh
NPP (Natural Plant Protection). MbNPV digunakan untuk mengendalikan Mamestra
brassicae, Helicoverpa armigera, Phthorimaea operculella dan Plutella xylostella pada
tanaman sayuran, kentang, Cruciferae dan tanaman hias. Diaplikasikan dengan cara
disemprotkan pada kanopi daun.
f. Spodoptera exigua nucleopolyhedro virus (SeNPV)
Virus ini merupakan penyakit bagi Spodoptera exigua yang luas terdapat di alam
(juga di Indonesia). Sebagai insektisida biologi, SeNPV khusus digunakan untuk
mengendalikan larva Spodoptera exigua (ulat bawang) pada berbagai tanaman, seperti
sayuran, kapas, tanaman hias, anggur dsb.
Tricliplusia, pada berbagai tanaman, termasuk jagung, kedelai, kapas, dan tanaman
sayuran.
43
PENDAHULUAN
Dalam Undang-undang RI No. 7 tahun 1996 tentang Pangan (UU Pangan)
disebutkan bahwa pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi
hak azasi setiap rakyat Indonesia. Pangan tersebut dapat berasal dari bahan nabati atau
hewani dengan fungsi utama sebagai sumber zat gizi. Berdasarkan evaluasi Susenas 2003,
tingkat konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia baru sekitar 58% dari kebutuhan
(Dirjen Bina Produksi Peternakan, 2004).
Rendahnya konsumsi pangan telah memberi kontribusi terhadap munculnya kasus
gizi buruk di Indonesia beberapa tahun terakhir ini. Laporan WHO (World Health
Organization) menyebutkan bahwa dalam kurun tahun 1999-2001 sekitar 12,6 juta jiwa
penduduk Indonesia menderita kurang pangan (SCN, 2004). Jumlah tersebut mungkin
menjadi bagian dari masyarakat yang mengalami defisit energi protein. Dalam
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 terungkap bahwa sekitar 81,5 juta
jiwa masyarakat Indonesia mengalami defisit energi protein (Pambudy, 2004).
Oleh sebab itu, peranan teknologi pangan (pengembangan produk olahan) harus
ditingkatkan untuk antisipasi kompetisi global saat ini dan di masa depan. Salah satunya
dengan memanfaatkan mikroorganisme dalam proses pengolahan produk pangan tersebut.
Untuk upaya pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Mikroorganisme adalah sebuah organisme kehidupan yang terlalu kecil untuk
dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan dimana mana dan sangat
berperan dalam semua kehidupan di muka bumi. Kaitannya dengan makanan, mereka
dapat menyebabkan atau mencegah pembusukan, atau bahkan menyebabkan kita
sakit. Kehidupan manusia pada dasarnya tidak dapat terlepas oleh keberadaan
mikroorganisme. Dala kehidupan yang nyata mikroorganisme selalu berada
bersama manusia sebagai flora normal yang tak pernah lepas dari tubuh manusia. Dalam
eksistensinya mikroorganisme dapat membawa pengaruh yang besar terhadap kehidupan
manusia.
Mikroorganisme dapat menjadi bahan pangan ataupun mengubah bahan pangan
menjadi bentuk lain. Proses pembuatan pangan yang dibantu oleh mikroorganisme
44
misalnya melalui fermentasi, seperti keju, yoghurt, dan berbagai makanan lain termasuk
kecap dan tempe. Pada masa mendatang diharapkan peranan mikroorganisme dalam
penciptaan makanan baru seperti mikroprotein dan protein sel tunggal. Mengenal sifat
dan cara hidup mikroorganisme juga akan sangat bermanfaat dalam perbaikan teknologi
pembuatan makanan.
Pembuatan tempe dan tape (baik tape ketan maupun tape singkong atau peuyeum)
adalah proses fermentasi yang sangat dikenal di Indonesia. Proses fermentasi
menghasilkan senyawa-senyawa yang sangat berguna, mulai dari makanan sampai obat-
obatan. Proses fermentasi pada makanan yang sering dilakukan adalah proses pembuatan
tape, tempe, yoghurt, dan tahu.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik
(tanpa oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik,
akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai
respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal. Gula
adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah
etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga
dihasilkan dari fermentasi seperti asam butirat dan aseton.
PEMBAHASAN
Pangan merupakan komoditas penting dan strategis, karena pangan merupakan
kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya menjadi hak azasi setiap rakyat Indonesia,
sebagaimana yang di jelaskan dalam UU No. 7 Tahun 1996 tentang pangan.
Indonesia kaya beraneka ragam sumber bahan pangan baik nabati maupun hewani
guna pemenuhan kebutuhan gizi untuk kesehatan masyarakat. Umumnya masyarakat
Indonesia mengkonsumsi beras sebagai pangan pokok, yaitu sebagai sumber karbohidrat,
sehingga ketergantungan pada beras semakin besar.
Permasalahan pangan di masyarakat, sebenarnya adalah permasalahan lokal, yaitu
bagaimana sebenarnya kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan
rumah tangga di daerahnya sesuai dengan preferensi dan kemampuan sumber daya yang
dimiliki.
Manusia (individu maupun kelompok) merupakan penggerak berbagai aset dan
sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk kebutuhan
pangannya. Manusia dalam hal ini memiliki akses terhadap berbagai aset dan
sumberdaya produktif yang dapat dikelola untuk memenuhi kebutuhan pangan dan
45
Tabel 2. Perbandingan Antara Kadar Protein Kedelai Dengan Beberapa Bahan Makanan
Lain
Tempe adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan
yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein nabati yang
cukup tinggi. Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini
akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein
sederhana yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahan kimia pada protein,
lemak, dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan
antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.
Pembuatan Tempe :
Bahan
1) Kedelai : 10 kg
2) Ragi tempe : 20 gram (10 lempeng)
3) Air : secukupnya
48
Alat
1) Tampah besar 6) Pengaduk kayu
2) Ember 7) Dandang
3) Keranjang 8) Karung goni
4) Rak bamboo 9) Tungku atau kompor
5) Cetakan 10) Daun pisang atau plastik
Cara Pembuatan
1) Bersihkan kedelai kemudian rendam satu malam supaya kulitnya mudah lepas;
2) Kupas kulit arinya dengan cara diinjak-injak. Bila ada, dapat menggunakan
mesin pengupas kedelai;
3) Setelah dikupas dan dicuci bersih, kukus dalam dandang selama 1 jam.
Kemudian angkaat dan dinginkan dalam tampah besar;
4) Setelah dingin, dicampur dengan ragi tempe sebanyak 20 gram;
5) Masukkan campuran tersebut dalam cetakan yang dialasi plastik atau dibungkus
dengan daun pisang. Daun atau plastik dilubangi agar jamur tempe mendapat udara dan
dapat tumbuh dengan baik;
6) Tumpuk cetakan dan tutup dengan karung goni supaya menjadi hangat. Setelah 1
malam jamur mulai tumbuh dan keluar panas;
49
7) Ambil cetakan-cetakan tersebut dan letakkan diatas rak, berjajar satu lapis dan
biarkan selama 1 malam;
8) Keluarkan tempe dari cetakannya.
2. Pembuatan Tape
Tape merupakan makanan hasil fermentasi yang mengandung alkohol.Makanan ini
dibuat dari beras ketan ataupun singkong dengan jamur Endomycopsis fibuligera,
Rhizopus oryzae, ataupun Saccharomyces cereviceae sebagai ragi. Ragi tersebut tersusun
oleh tepung beras, air tebu, bawang merah dan putih, kayu manis. Sebelum membuat tape
perlu diperhatikan untuk menghasilkan kualitas yang bagus, warnanya menarik, rasanya
manis dan strukturnya lembut.
Cara Membuat Tape
a. bahan dasar singkong atau beras ketan memiliki kualitas baik
b. memperhitungkan macam dan banyak ragi yang digunakan
c. memilih cara pemasakan bahan dasar (ditanak atau direbus)
d. memilih cara menyimpan tape (dengan plastik atau daun)
e memperhatikan keadaan lingkungan pada saat menyimpannya.
Adakalanya pembuatan tape ketan dilanjutkan yang akhirnya akan menghasilan
brem, baik untuk diminum atau untuk kue.
3. Pembuatan Kecap
Kecap terbuat dari kacang kedelai berwarna hitam.Untuk mempercepat fermentasi
biasanya dicampurkan sumber karbohidrat atau energi yang berbentuk tepung beras atau
nasi, sedangkan warna larutan kecap yang terjadi, tergantung pada waktu. Perendaman
kedelai dilakukan dalam larutan garam, maka pembuatan kecap dinamakan fermentasi
garam. Fermentasi pada proses pembuatan kecap dengan menggunakan jamur Aspergillus
wentii dan Rhizopus sp. Coba Anda perhatikan beberapa kecap di pasaran, ada yang
kental, ada pula yang encer. Kecap yang kental karena banyak ditambahkan gula merah,
gula aren, atau gula kelapa, sedangkan kecap yang encer dikarenakan mengandung lebih
banyak garam.Ada juga kecap ikan, kecap udang, dan sebagainya. Itu bisa dilakukan
karena selama proses pembuatan ada penambahan sari ikan ataupun sari udang ke
dalamnya.
Bahan
1) Kedelai (putih atau hitam) 1 kg
2) Jamur tempe 3 gram
3) atau daun usar 1 lembar
50
1) Pasteurisasi susu: dilakukan pada susu 70°C, untuk membunuh seluruh bakteri
pathogen.
2) Pengasaman susu. Tujuannya adalah agar enzim rennet dapat bekerja optimal.
Pengasaman dapat dilakukan dengan penambahan lemon jus, asam tartrat, cuka,
atau bakteri Streptococcus lactis. Proses fementasi oleh streptococcus lactis akan
mengubah laktosa (gula susu) menjadi asam laktat sehingga derajat keasaman
(pH) susu menjadi rendah dan rennet efektif bekerja.
3) Penambahan enzim rennet. Rennet memiliki daya kerja yang kuat, dapat
digunakan dalam konsentrasi yang kecil. Perbandingan antara rennet dan susu
adalah 1:5.000. Kurang lebih 30 menit setelah penambahan rennet ke dalam susu
yang asam, maka terbentuklah curd. Bila temperatur sistem dipertahankan 40
derajat celcius, akan terbentuk curd yang padat. Kemudian dilakukan pemisahan
curd dari whey.
4) Pematangan keju (ripening). Untuk menghasilkan keju yang berkualitas,
dilakukan proses pematangan dengan cara menyimpan keju ini selama periode
tertentu. Dalam proses ini, mikroba mengubah komposisi curd, sehingga
menghasilkan keju dengan rasa, aroma, dan tekstur yang spesifik. Hal ini
dipengaruhi oleh kondisi penyimpangan seperti temperatur dan kelembaban udara
di ruang tempat pematangan. Dalam beberapa jenis keju, bakteri dapat
mengeluarkan gelembung udara sehingga dihasilkan keju yang berlubang-lubang
2. Pembuatan Yoghurt
Yoghurt merupakan minuman yang terbuat dari air susu. Apabila dibandingkan
dengan susu biasa, yoghurt dapat memberikan efek pengobatan terhadap lambung dan
usus yang terluka. Selain itu, yoghurt dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah
sehingga mencegah penyumbatan di pembuluh darah.
Dalam proses pembuatannya, air susu dipanaskan terlebih dahulu agar tidak
terkontaminasi bakteri yang lain. Setelah dingin, ke dalam air susu dimasukkan bakteri
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus termophillus. Susu dibiarkan selama 4-6 jam
pada suhu 38 C – 44 C atau selama 12 jam pada suhu 32 C. Pada masa inkubasi akan
dihasilkan asam laktat, asam inilah yang membuat yoghurt berasa asam, dapat juga
ditambahkan dengan buah, kacang, atau rasa lain yang diinginkan.
3. Pembuatan Terasi
Terasi adalah bumbu masak yang dibuat dari ikan dan atau udang yang di
fermentasikan, berbentuk seperti pasta dan berwarna hitam-coklat, kadang ditambahi
53
bahan pewarna sehingga menjadi kemerahan. Terasi memiliki bau yang tajam dan
biasanya digunakan untuk membuat sambal terasi, tapi juga ditemukan dalam berbagai
resep tradisional Indonesia.
Unsur gizi yang terkandung di dalam terasi cukup lengkap dan cukup tinggi. Di
samping itu dalam terasi udang terkandung yodium dalam jumlah tinggi yang berasal dari
bahan bakunya.yakni udang yang segar.
Cara pembuatan terasi
Pada pembuatan terasi,ada dua macam bahan dasar yang basa digunakan dalam
pembuatanya yaitu iakan dan udang.
1. Alat
– Timbangan
– Alat penghancur
– Tempat fermentasi
– Perangkat penjemuran
– Wadah plastic
– Kain saring
2. Bahan
Bahan Baku
a.Terasi Ikan
Beberapa jenis ikan yang sering digunakan sebagai bahan baku pembuatan
terasi ikan adalah ikan Selar gatel (Rembang), Badar/Teri (Krawang) dan sebagainya.
Kepala ikan harus dibuang terlebih dahulu sebelum diproses lebih lanjut
b.Terasi Udang
Adapun bahan baku yang digunakan dalam pembuatan terasi udang adalah berupa
rebon atau udang kecil dengan ukuran panjang berkisar antara 1 cm – 2,1 cm (membujur),
lebar 0,3 cm dengan warna keputihan.
Bahan pembantu
a. Garam
Pada pembuatan terasi garam memiliki fungsi ganda,yaitu seabagai berikut:
-Untuk memantapkan cita rasa terasi yang dihasilkan
-Pada konsentrai 20% (200 g/kg bahan baku), garam mampu berperan sebagai
bahan pengawet, namun dalam konsentrasi lebih dari 20% justru akan menggangu proses
fermentasi
b. Pewarna
54
oncom hitam dibuat dari bungkil kacang tanah sehingga mempunyai tekstur yang lebih
lunak.
Walaupun sering dipandang sebelah mata bila dibanding dengan tempe dan tahu,
sebenarnya oncom memiliki nilai dan mutu gizi yang tidak kalah dengan tahu dan tempe.
Oncom yang terbuat dari bungkil kacang tanah memiliki protein dan lemak yang bagus
untuk kita konsumsi.
Bahan
1. 1 kg Kacang tanah
2. 100 gr Ragi oncom
Proses membuat oncom:
1. Bersihkan kacang tanah, kemudian giling kasar kacang tanah tersebut hingga
berbentuk bungkil kacang tanah.
2. Press / tekan bungkil kacang tanah tersebut untuk menghilangkan kandungan
minyak dalam kacang tanah.
3. cetak bungkil kacang tanah ini menjadi bentuk lempengan bulat
4. Rendam bungkil kacang tanah ini kedalam air matang selama kurang lebih 7 jam
sampai berubah menjadi serbuk oncom
5. Simpan serbuk oncom di dalam keranjang bambu supaya airnya meresap ke bawah
dan diamkan semalaman
6. Kukus serbuk oncom tersebut sampai lunak, kemudian cetak menjadi bentuk
persegi panjang
7. Diamkan cetakan oncom tersebut selama 12 jam
8. Taburi oncom tersebut dengan ragi oncom dan alasi serta tutup potongan oncom
tersebut dengan menggunakan karung rapat-rapat.
9. Tunggu sampai tumbuh jamur neurospora sithopila di permukaan oncom, yg
memberi warna merah atau orange.
10. Setelah berjamur, potong-potong oncom sesuai selera dan letakkan diatas anyaman
bambu sampai agak kering
5. Pembuatan Nata De Coco
Nata de coco merupakan makanan hasil fermentasi air kelapa oleh bakteri
Acetobacter xylium. Bakteri inilah yang merubah air kelapa menjadi serat selulosa.
Bahan yang diperlukan :
Air kelapa 2 ½ liter
Gula pasir 200 gr
56
C. Bioteknologi
58
Adanya asam laktat memberikan rasa asam pada yoghurt. Hasil fermentasi susu ini
merubah tekstur susu menjadi kental. Hal ini dikarenakan protein susu terkoagulasi pada
suasana asam, sehingga terbentuk gumpalan. Proses ini memakan waktu 1-3 hari yang
merupakan waktu tumbuh kedua bakteri, dan bekerja menjadi 2 fasa, kental dan bening
encer dan rasanya asam.
Setelah diketemukannya jenis bakteri Lactobacillus yang sifat-sifatnya dapat
bermanfaat bagi manusia dan dapat dibuat menjadi yoghurt, maka berkembanglah industri
pembuatan yoghurt. Yoghurt ini dibuat dari susu yang difermentasikan dengan
menggunakan bakteri Lactobacillus, pada suhu 40 derajat celcius selama 2,5 jam sampai
3,5 jam. Asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri tersebut dapat mengubah susu menjadi
yogurt yang melalui proses fermentasi.
61
Keju
Pada pembuatan keju, kelompok bakteri yang dipergunakan adalah bakteri asam
laktat. Bakteri asam laktat yang bisa digunakan adalah Lactobacillus dan Sterptococcus.
Ada 4 macam jenis keju, yaitu :
63
1. Pengasaman
Susu dipanaskan agar bakteri asam laktat, yaitu Streptococcus and Lactobacillus
dapat tumbuh. Bakteri-bakteri ini memakan laktosa pada susu dan merubahnya menjadi
asam laktat. Saat tingkat keasaman meningkat, zat-zat padat dalam susu (protein kasein,
lemak, beberapa vitamin dan mineral) menggumpal dan membentuk dadih.
2. Pengentalan
Bakteri rennet ditambahkan ke dalam susu yang dipanaskan yang membuat protein
menggumpal dan membagi susu menjadi bagian cair (air dadih) dan padat (dadih).
Setelah dipisahkan, air dadih kadang dipakai untuk membuat keju seperti Ricotta dan
Cypriot hallumi namun biasanya air dadih tersebut dibuang. Rennet mengubah gula
dalam susu menjadi asam dan protein yang ada menjadi dadih. Jumlah bakteri yang
dimasukkan dan suhunya sangatlah penting bagi tingkat kepadatan keju. Proses ini
memakan waktu antara 10 menit hingga 2 jam, tergantung kepada banyaknya susu dan
juga suhu dari susu tersebut.
3. Pengolahan dadih
Beberapa keju lunak dipindahkan dengan hati-hati ke dalam cetakan. Sebaliknya
pada keju-keju lainnya, dadih diiris dan dicincang menggunakan tangan atau dengan
bantuan mesin supaya mengeluarkan lebih banyak air dadih. Semakin kecil potongan
dadih maka keju yang dihasilkan semakin padat.
Teknologi Tepat Guna yang Digunakan dalam Produksi Keju
a. Proses Produksi Keju Cheddar
65
Keterangan :
1. Susu (dalam gelas takar)
2. Termometer
3. Sendok takar
4. Gelas-gelas
5. Kultur Lactobaccilus bulgaricus
6. Lipase
7. Rennet
8. pH paper
Mentega
– Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus lactis dan
Lectonosto ceremoris.
– Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses pengasaman.
– Selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega dipisahkan.
– Kemudian lemak mentega diaduk untuk menghasilkan mentega yang siap
dimakan.
7. Aduk mentega dengan menggunakan spatula supaya halus dan tidak bergerindil.
Aduk selama 2 menit.
8. Bila ingin membuat jenis mentega yang asin, bisa menambahkan garam saat
proses mengaduk ini berlangsung. Bila sudah halus, simpan mentega dalam
wadah tertutup dan siap digunakan.
Kecap
Teknologi Tepat Guna yang Digunakan dalam Produksi Kecap
69
- Campuran antara kedelai yang telah mengalami fermentasi kapang (koji) dengan
larutan garam inilah yang dinamakan moromi.
- Fermentasi moromi dilanjutkan selama 14-120 hari pada suhu kamar.
- Setelah itu, cairan moromi dimasak dan kemudian disaring.
Roti
- Pada pembuatan roti, biji-bijian serelia dipecah dahulu untuk membuat tepung
terigu. Selanjutnya oleh enzim amilase tepung dirubah menjadi glukosa.
- Selanjutnya khamir Saccharomyces cerevisiae, yang akan memanfaatkan
glukosa sebagai substrat respirasinya sehingga akhirnya membentuk gelembung-
gelembung yang akan terperangkap pada adonan roti. Adanya gelembung ini
menyebebkan roti bertekstur ringan dan mengembang. Sedangkan jika ditambah
protease maka roti yang dihasilkan akan bertekstur lebih halus.
Mixer Oven
75
DAFTAR RUJUKAN
Astawan, M. dan Mita W. 1991. Teknologi pengolahan pangan nabati tepat guna. Jakarta
: Akademika Pressindo,. Hal. 94-96.
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sarwono, B. 1982.Membuat tempe dan oncom. Jakarta : PT. Penebar Swadaya, Hal. 10-
15.
Soedjarwo, E. 1982. Kecap kecipir. Jakarta : PT. Penebar Swadaya
Surono, I. S. 2004. Probiotik, Susu Fermentasi dan Kesehatan. YAPMMI, Jakarta.
Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah, 1993. Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat
Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss
Development Cooperation
Anonymous, 2011. Bioteknologi. http://id.wikipedia.org/wiki/Bioteknologi. Di akses pada
tanggal 2 Desember 2011
Anonymous,2008. Peran-mikroorganisme-dlm-kehidupan http://iqbalali.com/2008/02/18/
peran-mikroorganisme-dlm-kehidupan/. Di akses pada tanggal 2 Desember
2011