BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
B. Deskripsi Singkat
Halaman 1 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
E. Pokok Bahasan
Halaman 2 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
BAB II
SEJARAH DAN PENTINGNYA TRANSPORTASI TAMBANG
BATUBARA BAWAH TANAH
Halaman 3 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Halaman 4 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
GAMBAR 1
PENGANGKUTAN DENGAN TENAGA MANUSIA
Dalam pengembangan baik pertambangan maupun pemanfaatan
ditemui banyak kendala-kendala yang tertentunya perlu diatasi agar
rencana pengembangan batubara dapat berjalan lancar sehingga dapat
mencapai sasaran sudah ditetapkan . Salah satu kendala yang penting
dalam pengembangan sumberdaya batubara adalah masalah
infrastruktur. Masalah ini meliputi transportasi batubara dari dalam
tambang bawah tanah atau dari dalam terowongan dengan menggunakan
berbagai perlatan seperti Chain conveyor , Belt Conveyor, Rope Haulage,
dan Lokomotif untuk mengangkut Batubara, material dan manusia.
Dengan fasilitas pengangkutan dengan menggunakan bermacam-macam
peralatan seperti lokomotif dan Belt Conveyor sampai stock pile.
Keperluan transportasi batubara hanya dapat dipenuhi dengan suatu
sistem yang meliputi penggunaan peralatan dalam tambang dalam
maupun pengangkutan lainnya. Perubahan transportasi akan memerlukan
suatu investasi yang besar untuk peralatan dalam memenuhi permintaan.
Mengembangkan suatu sistem dengan keterpaduan dengan sistem
transportasi dan komunikasi tambang batubara diharapkan penggunaan
trasportasi dalam tambang bawah tanah akan memerlukan suatu
pekerjaan yang besar dan banyak, peralatan untuk mengangkut batubara
dan material dengan peralatan yang akan digunakan akan memberikan
banyak kesulitan dalam transportasi, khususnya dalam pemuatan,
penuangan (discharge) dan penyimpanan (storage) dapat tercapai dengan
baik dan aman.
Keterpaduan ini merupakan dasar untuk mencapai keberhasilan
sektor pengangkutan batubara dam material dari lokasi tambang dalam
sampai Stock pile. Bila kita lihat dari macam angkutan yang diperlukan
dengan menggunakan peralatan seperti alat angkutan Chain Conveyor
dan Belt Conveyor, Hosting Haulage, Lokomotif dan pengangkutan
manusia serta banyaknya alat lainnya dapat dipergunakan untuk
kelancaran penambangan batubara secara efektif dan efisien.
Halaman 5 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
GAMBAR 2
PENGANGKUTAN DENGAN TENAGA KUDA
B. Pentingnya Trasnportasi Tambang Batubara Bawah Tanah.
Halaman 6 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
C. Latihan
1. Mengapa transportasi dalam tambang bawah tanah sangat
penting?
BAB III
METODE TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Halaman 7 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Halaman 8 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
1. Kondisi Alams
- jumlah cadangan batubara
- kondisi lapisan batubara
- kondisi geologis
2. Rencana Penambangan
- metode penambangan
- metode penggalian
- jarak pentransportasian
Halaman 9 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
3. Penyediaan Modal
- penganggaran biaya
- modal tahunan
- besar total investasi
4. Teknologi
- teknologi baru
- teknologi yang telah diaktualisasikan
- resiko
C. Latihan
BAB IV
Halaman 10 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
A. Conveyor
Chain Conveyor;
Belt Conveyor.
1. Chain Conveyor.
Pada dasarnya cara kerja dari keempat jenis chain conveyor ini
adalah sama, sedangkan perbedaannya hanya pada kapasitas, bentuk
dan penggunaannya.
Secara umum dari masing-masing jenis chain conveyor tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Halaman 11 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Halaman 12 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 3
b. Stage Loader
Halaman 13 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Sprocket wheel
Speed Kopling Motor
reducer fluida listrik
Halaman 14 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 4
Panzer Conveyor
2. Belt Conveyor
Halaman 15 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 5
Belt Conveyor
Halaman 16 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Halaman 17 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Lebar belt;
Kecepatan belt;
Sudut roller/idler terhadap bidang datar;
“angle of surcharge” material,
kerapatan material ( density)
kemiringan belt.
AxSxD
C = --------------
2.000
Halaman 18 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Halaman 19 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 6
Luas Penampang Melintang Muatan pada Belt-Conveyor
Kemiringan Konstanta
10………………………………0.98
15………………………………0.96
20………………………………0.94
25………………………………0.91
Tabel I
Halaman 20 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Semen
22° Kerikil 15° Batu remuk
(curah) 20°
(serbuk)
Kapur tohor 18°
Batu bara 23° (campur)
(serbuk) 16°
(wantah) 16~18° (bongkah)
(bongkah) 16° Kayu (serpihan) 25°
Garam
(pulverized) 22° (bulat) 10° 20°
(serbuk, halit)
Belerang
Biji-bijian 20° Bungkus kertas 16° 21°
(serbuk)
1. Jalur Rel
a. Pemilihan rel
Ancar-ancar ukuran rel yang digunakan di dalam tambang
bawah tanah ditentukan oleh berat lori tambang dan lokomotif,
serta kecepatan operasinya. Rel yang digunakan saat ini di Jepang,
di butt level adalah rel 15kg dan di lorong pengangkutan utama
Halaman 21 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Rel
Sistem gantung
Sistem berhadapan
Sistem topang
Sistem selang seling
Gambar 7
Metode penggelaran rel
Halaman 22 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Tabel II
Radius tikungan minimum jalur rel di lorong
Pengangkutan lokomotif 10 m
Selain itu 7m
Kasus khusus 5m
Halaman 23 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
50L
e
R
e : Slack (mm)
R : Radius tikungan jalur rel (m)
L : Jarak poros roda lori tambang atau lokomotif (m)
Selain itu, pada waktu lori tambang melewati tikungan, ada
kecenderungan lepas keluar dari rel akibat gaya sentrifugal. Untuk
mencegah hal ini, rel sebelah luar sedikit ditinggikan dari pada rel
sebelah dalam. Besarnya peninggian ini disebut cant jalur rel. Cant
dapat dihitung dengan rumus berikut.
Gv 2
h
gR
Halaman 24 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
DC
M A
B
Halaman 25 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
d. Tahanan gesek
Pada waktu benda bergerak di atas suatu permukaan, di
antara keduanya akan bekerja gaya yang berusaha menghalangi
gerakan tersebut. Inilah yang disebut tahanan gesek. Tahanan
gesek terdiri dari tahanan gesek luncur dan tahanan gesek
gelinding. Tahanan gesek luncur jauh lebih besar dari pada
tahanan gesek gelinding. Selain itu, ada gesekan yang timbul pada
waktu benda diam mulai digerakkan, dan gesekan yang diterima
selama bergerak. Yang pertama disebut gesekan statis dan yang
kedua disebut gesekan dinamis.
Tahanan gesek pada lori tambang antara lain timbul dari
gesekan antara roda dan bantalan (bearing), antara rel dan roda,
antara bantalan dan poros roda. Tahanan gesek di level dapat
dihitung dengan rumus berikut.
F = n (W + L) f
Halaman 26 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
e. Tahanan tanjakan
Tahanan yang diterima lori pada
waktu bergerak di atas suatu
permukaan miring disebut tahanan
tanjakan.
Apabila lori berada di atas
permukaan dengan sudut
kemiringan seperti gambar 8,
maka gaya yang bekerja ke arah
vertikal karena gravitasi akan
terurai menjadi gaya yang
Gambar 8
berusaha meluncur turun di atas
permukaan miring dan gaya yang Lori
bekerja tegak lurus terhadap permukaan miring. Yang pertama
merupakan gaya yang berusaha meluncur turun permukaan miring,
dan ini disebut tahanan tanjakan. Besar tahanan tanjakan dapat
ditunjukkan dengan G = n(W+L)sin. Sedangkan yang kedua selalu
menjadi tahanan gesek, tidak peduli apakah lori naik atau turun
tanjakan, dan besarnya F = n (W+L) fcos. Jadi, apabila tahanan
total pada waktu menarik naik atau menarik turun lori kita sebut P,
maka
Halaman 27 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Lf
tan
2W L
f. Tahanan tikungan
Di bagian tikungan jalur rel timbul gesekan antara daun roda
dan rel. Selain itu, karena panjang rel sisi dalam tidak sama dengan
Halaman 28 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
panjang rel sisi luar, maka pada roda tetap, roda akan slip di atas
permukaan rel, dan lori cenderung roboh ke sebelah luar karena
gaya sentrifugal. Oleh karena itu, pada waktu lori tambang melewati
bagian tikungan jalur rel, akan menerima satu jenis tahanan.
Tahanan ini disebut tahanan tikungan.
Pada kenyataannya, besar tahanan tikungan sulit dicari
secara pasti. Oleh karena itu, dalam prakteknya tidak menjadi
masalah dengan melakukan pendekatan melalui penambahan
20~30% terhadap hasil hitungan nilai tahanan gesek.
Selain itu, dapat juga dihitung dengan rumus berikut.
nD(W L)
C
5R
g. Tahanan inersia
Agar lori dalam keadaan diam dapat membangkitkan gerakan
hingga mencapai kecepatan maksimun, harus dapat mengatasi
inersia. Artinya, untuk mencapai kecepatan maksimum dari
keadaan diam, akan menerima suatu tahanan. Tahanan ini disebut
tahanan inersia. Tahanan inersia dapat dihitung dengan rumus
berikut.
Halaman 29 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
h. Tahanan tali
Ini adalah tahanan yang timbul akibat gesekan, karena tali
digerakkan serta tali meluncur di atas lorong, pada waktu lori ditarik
dengan tali. Tahanan tali dapat dinyatakan dengan rumus berikut.
(di mana, tanda + menjadi + pada waktu menarik naik lori dan
menjadi – pada waktu menarik turun lori)
R : Tahanan tali (kg)
G : Berat tali per satuan panjang (kg/m)
: Koefisien gesek antara tali dan lorong (biasanya 0,05
~ 0,1)
L : Panjang tali (m)
: Sudut kemiringan lorong
i. Tahanan udara
Ini adalah tahanan yang diterima lori pada waktu bergerak
menghadapi aliran udara ventilasi di dalam tambang bawah tanah.
Nilai tahanan tersebut dapat dihitung kira-kira dengan rumus
berikut.
T = 0,12Av2
Halaman 30 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
C. Lokomotif
D = n(W+L)( f cos±sin)
D = n(W + L) . f
Halaman 31 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
sendiri. Gaya ini disebut gaya traksi (tractive force) lokomotif. Misalkan
tractive force adalah T, maka besarnya menjadi seperti rumus berikut.
T = D + K( f cos±sin)
= n(W+L)( f cos±sin) + K( f cos±sin)
T = n(W + L)f + Kf
Tv
N
75
Keterangan
N : Daya lokomotif (HP)
v : Kecepatan gerak (m/detik)
T : Tractive force (kg)
: Efisiensi motor lokomotif (0,8 ~ 0,9)
Halaman 32 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 9
Lokomotif Listrik (Batere)
D. Rope Haulage
Halaman 33 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
1. Endless-Rope Haulage
Konstruksi
Konstruksi endless-rope haulage terdiri dari :
- sebuah motor penggerak
- sebuah surge wheel
- sebuah return wheel (dilengkapi dengan tension)
- sebuah spreader wheel (dilengkapi dengan tension)
- sebuah rope
- dua buah track
- rangkaian kereta (tub) kosong
- rangkaian kereta (tub) isi
Halaman 34 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 10
Endless-Rope Haulage
Halaman 35 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 11
Main-and-Tail Rope Haulage
Halaman 36 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Rangkaian lori
drum hoist
Halaman 37 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 12
Main or Direct Rope Haulage
Untuk menggerek turun lori kosong diperlukan gaya turun yang lebih
besar dari dari pada gabungan antara lahanan gesek lori tambang dan
berat serta tahanan gesek rope. Olehn karena itu, batas minimum
kemiringan inclined shaft pada direct haulage adalah sekitar 4 .
Sementara kalau lebih dari 25 , ada kemungkinan bahaya muatan
tumpah dari lori tambang. Batas maksimumnya adalah 30, dan lebih
dari itu sebaiknya menggunakan metoda skip hoisting. Kemiringan
inclined Shaft yang paling sesuai adalah 10-15.
Halaman 38 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 13
Balance Main-Rope Haulage
E. Scraper
Halaman 39 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 13
Sistem Scraper
Halaman 40 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 14
Cage Hoisting
Halaman 41 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Halaman 42 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 15
Skip Hoisting
G. Transportasi Pekerja
Halaman 43 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Halaman 44 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Gambar 14
Kereta Manusia (Man Car)
Halaman 45 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
T
S 10
2.000
Keterangan
S : Faktor keamanan apabila sumuran miring melampaui
1.000m
T : Panjang sumuran miring, kecuali apabila lebih dari
2.600m,
diambil 2.600m
Halaman 46 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Beban statis maksimum (W) lori manusia dan lori darurat pada
sumuran miring dapat dicari dengan rumus berikut.
W = Wt (sin15° + cos15°)
= 30,7 x (0,259 + 0,0121)
= 8,323 ton
Di mana,
Wt : Berat total rangkaian lori
: Koefisien gesek roda
Halaman 47 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
125.000
S 10,3
12.183
W = Wt(sin10° + cos10° )
= 30.700kg x (0,174 + 0,0125 0,985)
= 5.719kg
Beban statis tali dengan panjang 3.800m adalah
Wr = 8,38 x 1.500 x (sin15° + cos15°) + 8,38 x 2.300 x (sin10° +
cos10° )
= 3.860 + 4.300 = 8.160kg
Halaman 48 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
125.000
Sehingga faktor keamanan = = 9,0
13.879
Gambar 15
Tabel III
Perbandingan waktu yang diperlukan pada sistem sumuran tegak
dan sistem sumuran miring lori manusia (Sekali Jalan)
400m/menit
Halaman 50 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Catatan : Selain itu diperlukan sekitar 10 menit sekali jalan, yaitu waktu
dari tempat tiba hingga semua pekerja dapat naik ke cage atau
lori manusia.
Kalau kita lihat tabel III, waktu yang diperlukan lebih pendek
pada sumuran miring lori manusia. Selain itu, sistem ini mempunyai
keuntungan lain, yaitu memungkinkan naik turunnya pekerja di tengah
jalan.
Selain itu, karena alasan keselamatan, pada pengangkutan lori
manusia di sumuran miring sebaiknya diambil tindakan sebagai
berikut :
(1) Lori manusia Faktor keamanan logam-logam penghubung
dibuat lebih dari 10.
(2) Sinyal Lori darurat dan lori terbelakang dilengkapi alat
pemberi sinyal dengan dan tanpa kabel serta
telepon tanpa kabel.
(3) Jalur rel Kalau bisa dibuat trek ganda, dengan gauge lebih
dari 610mm dan digunakan rel dari jenis di atas
30kg, serta bantalan dan landasannya dikerjakan
dengan standar jalur kereta api umum.
(4) Lorong Sebaiknya seluruh permukaan dilapisi beton,
tetapi seandainya memakai penyangga baja (steel
set support), jarak antar penyangga dibikin lebih
kecil dari 0,8m dan seluruh permukaan diberi
plank (kayu lagging). Lebar lorong dan sistem
penyangga dibuat sedemikian rupa agar jarak
antara lori manusia dan dinding lorong lebih dari
0,75m, dan jarak antara lori dan lori menjadi lebih
dari 0,3m.
Halaman 51 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
(5) Dilengkapi alat pencegah lori keluar rel seperti rel pelindung
(guard rail).
H. Latihan
BAB V
A. Manajemen Transportasi.
Halaman 52 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
1) Manajemen fasilitas
2) Manajemen operasi
Halaman 53 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Halaman 54 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Halaman 55 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
C. Latihan
1. Ceritakan tentang manajemen transportasi tambang bawah tanah!
BAB VI
PENUTUP
Halaman 56 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
Halaman 57 - 31
SISTEM TRANSPORTASI TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH
DAFTAR PUSTAKA
Halaman 58 - 31