Anda di halaman 1dari 34

LABORATORIUM FIBER OPTIK

PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL


POLITEKNIK NEGERI MALANG

PENDAHULUAN

Sejarah Fiber Optik


Penggunaan cahaya untuk mengirimkan informasi telah digunakankan sejak jaman
Lord Nelson, yaitu dengan menggunakan kedipan atau kilatan api yang digunakan untuk
berkomunikasi antar kapal perang. Gagasan menggunakan kaca fiber optik untuk membawa
sinyal komunikasi dimulai oleh Alexander Graham Bell, namun gagasan ini harus menunggu
80 tahun untuk mendapatkan hasil yang memadai dengan perangkat elektronik yang lebih
murah. Pengembangan serat dan perangkat komunikasi fiber optik dimulai pada awal 1960
dan terus berlanjut hingga saat ini. Tetapi perubahan nyata terjadi sekitar tahun 1980, selama
dekade ini komunikasi optik dalam jaringan komunikasi publik berkembang dari status
keingintahuan menjadi kepastian teknologi yang sangat dominan. Empat tonggak sejarah yang
berkontribusi terhadap penemuan dan pengembangan komunikasi fiber optik, antara lain :
a. Penemuan sinal laser sekitar akhir tahun 1950
b. Pengembangan loss daya fiber optik yang rendah sekitar tahun 1970
c. Penemuan penguat fiber optik sekitar tahun 1980
d. Penemuan Fiber Brag Grating sekitar tahun 1990
Perubahan yang sangat nyata pada media sistem pertelekomunikasi adalah penggantian kabel
tembaga dengan kabel fiber optik, dengan perubahan service kecepatan yang jauh lebih besar,
teknologi ATM dan SDH adalah contoh yang nyata untuk jenis sistem yang baru.
Penting untuk diketahui bahwa sistem komunikasi fiber optik tidak sama persis dengan sistem
komunikasi elektronik, meskipun secara sekilas tampak mirip, bahwa cahaya bergerak dalam
fiber optik seperti halnya listrik bergerak dalam dalam kawat. Cahaya adalah gelombang
elektromagnetik dan fiber optik adalah media rambat cahaya. Dua bidang (elektronik dan
optik) yang terkait erat menggunakan prinsip yang berbeda dengan cara yang berbeda. Secara
prinsip sistem komunikasi fiber optik diawali oleh sinyal listrik yang dikonversikan ke sinyal
cahaya kemudian informasi dikirimkan melalui media kabel fiber optik pada sisi penerima
sinyal cahaya dikonversikan ke sinyal listrik untuk diolah sesuai dengan kebutuhan,
sedangkan pengiriman informasi melalui kabel tembaga sinyal listrik tidak dikonversikan ke
dalam sinyal cahaya.
Pada tahun 1998 muncul sebuah metode multiplex baru yaitu WDM (wavelength
Devision Multiplexing), yang mempunyai kemampuan kirim informasi mungkin hingga 1000
chanel dalam sebuah core fiber optik.
Konsep Sistem Komunikasi Fiber Optik
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

Gambar 1. Skema Transmisi Fiber Optik


Konsep dasar dari sistem komunikasi fiber optik ditunjukkan oleh gambar 1 diatas, adapun
penjelasan gambar tersebut adalah :
- Sebuah stream bit serial elektrik di masukkan dari modulator, dan data dikodekan
disiapkan untuk ditransmisikan ke fiber optik.
- Sebuah sumber cahaya (bisa laser atau LED) yang dikendalikan oleh modulator dan
cahaya difokuskan untuk dimasukkan ke dalam fiber optik
- Perjalanan cahaya yang terjerembab di dalam fiber optik mengalami dispersi dan loss
daya.
- Sesampainya pada ujung receiver cahaya diumpankan pada detektor dan
dikonversikan ke sinyal elektrik kembali
- Kemudian sinyal dikuatkan dan diumpankan pada detektor lain, yang mengisolasi
perubahan keadaan individu dan waktu mereka. Dan kemudian mendekodekan urutan
perubahan keadaan dan merekonstruksi stream bit originalnya.
- Stream bit yang diwaktukan kemudian diterima dan kemudian diumpankan ke
perangkat pengguna.
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

PRAKTIKUM 1
PENGUPASAN KABEL FIBER OPTIK OUTDOOR

1.1 Pokok Bahasan


 Pengenalan Kabel Fiber Optik
 Pengupasan Kabel Fiber Optik

1.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
 Memgenal dasar komunikasi melalui Fiber Optik
 Melakukan pengupasan kabel fiber optik outdoor

1.3 Dasar Teori Serat Optik


Fiber Optik (Fiber Optic) adalah sebuah kabel terbuat dari kaca atau plastik yang
digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari sumber ke tempat tujuan.

Gambar 1.1 Bagian-bagian kabel fiber optik

- Core merupakan bagian inti dari fiber optik yang terbuat dari kaca/plastik berbentuk
silinder sangat panjang dengan penampang diameter sangat kecil berukuran mikron ,
sebagai tempat dimana cahaya merambat,
- Cladding adalah bagian kedua dari fiber optik yang melapisi core, bertugas
memantulkan atau menjerat cahaya yang berada didalam core, terbuat dari bahan sama
dengan core hanya mempunyai indeks bias lebih kecil dari core.
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

- Coating adalah plastic pelapis sebagai pelindung, yaitu melindungi cladding dan core
dari gangguan luar seperti lengkungan kabel dan kelembaban udara yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada lapisan dalam. Setiap coating memiliki warna yang
berbeda-beda, tujuannya agar dapat mempermudah penyusunan urutan core.
Penemuan fiber optik sebagai media transmisi pada suatu sistem komunikasi didasarkan pada
hukum Snellius untuk perambatan cahaya pada media transparan seperti pada kaca atau
plastik.
“Jika seberkas sinar masuk pada suatu ujung fiber optik (media yang transparan) dengan
sudut kritis dan sinar itu datang dari medium yang mempunyai indeks bias lebih kecil dari
udara menuju inti fiber optik (kuartz murni) yang mempunyai indeks bias yang lebih besar
maka seluruh sinar akan merambat sepanjang inti (core) fiber optik menuju ujung yang
satu (Hukum Snellius)”.

Transciever Fiber Optik :


Sistem komunikasi menggunakan fiber optik secara sederhana di iliustrasikan oleh gambar
1.2 berikut :

Transmitter

Message Carrier Channel


Modulator
Origin Source Coupler

Fiber
Information
Fiber Fiber Channel

Optical Repeater Optical


Amplifier Or Optical Amplifier
Amplifier Fiber

Message
Detector Amplifier Processing
Output

Receiver

Gambar 1.2 Ilustrasi komunikasi data menggunakan fiber optik.


Sistem kerja gambar 1.2 dapat dijelaskan seberti berikut:
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

 Modulator : memiliki 2 fungsi utama, pertama merubah message elektrik ke dalam


bentuk yang sesuai, kedua menumpangkan sinyal ini pada gelombang yang
dibangkitkan oleh carrier source. Format modulasi dapat dibedakan menjadi modulasi
analog dan digital.
 Carrier source membangkitkankan gelombang cahaya dimana padanya informasi
ditransmisikan, yang umum digunakan Laser Diode (LD) atau Light Emitting Diode
(LED).
 Channel Coupler
- Untuk menyalurkan power gelombang cahaya yang telah termodulasi dari carrier
source ke information channel (serat optik).
- Merupakan bagian penting dari desain sistem komunikasi serat optik sebab
kemungkinan loss yang tinggi.
 Information Channel (Serat Optik)
- Karakteristik yang diinginkan dari serat optik adalah atenuasi yang rendah dan
sudut light-acceptance-cone yang besar.
- Amplifier dibutuhkan pada sambungan yang sangat panjang (ratusan atau ribuan
kilometer) agar didapatkan power yang cukup pada receiver.
- Repeater hanya dapat digunakan untuk sistem digital, dimana berfungsi merubah
sinyal optik yang lemah ke bentuk listrik kemudian dikuatkan dan dikembalikan
ke bentuk sinyal optik untuk transmisi berikutnya.
- Waktu perambatan cahaya di dalam serat optik bergantung pada frekuensi cahaya
dan pada lintasan yang dilalui, sinyal cahaya yang merambat di dalam serat optik
memilki frekuensi berbeda-beda dalam rentang tertentu (lebar spektrum frekuensi)
dan powernya terbagi-bagi sepanjang lintasan yang berbeda-berbeda, hal ini
menyebabkan distorsi pada sinyal.
 Detector dan Amplifier
- Digunakan foto-detektor (photo-diode, photo transistor dsb) yang berfungsi
merubah sinyal optik yang diterima menjadi sinyal listrik.
 Signal Processor
- Untuk transmisi analog, sinyal prosesor terdiri dari penguatan dan filtering sinyal.
Filtering bertujuan untuk memaksimalkan rasio dari daya sinyal terhadap power
sinyal yang tidak diinginakan. Fluktuasi acak yang ada pada sinyal yang diterima
disebut sebagai noise. Bagaimana pengaruh noise ini terhadap sistem komunikasi
ditentukan oleh besaran SNR (Signal to Noise Ratio), yaitu perbandingan daya
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

sinyal dengan daya noise, biasanya dinyatakan dalam desi-Bell (dB), makin besar
SNR maka makin baik kualitas sistem komunikasi tersebut terhadap gangguan
noise.
- Untuk sistem digital, sinyal prosesor terdiri dari penguatan dan filtering sinyal
serta rangkaian pengambil keputusan .

1.4 Alat dan Bahan


- Tool Set (gergaji, tang, cutter, .... )
- Kabel fiber optik outdoor
- Tissue
- Kain kering
- Alkohol dan bensin atau tinner
- Bedak

1.5 Proses Pengupasan Kabel


Kerjakan proses ini di luar Lab, untuk keamaanan dan menjaga kebersihan, adapun langkah2
pengupasan kabel sebagai berikut :
- Siapkan alat dan bahan poin 1.4
- Ambil gergaji
- Ambil kabel fiber optik
- Lakukan pengergajian pada bagian salah satu ujung dengan jarak kira-kira 50 cm. (pada
saat menggergaji perhatikan dengan seksama, jangan sampai bagian tube atau bahkan
corenya terpotong atau tergores) -> proses ini ikuti langkah yang ditunjukkan oleh
pengajar.
- Ulangi proses diatas untuk panjang yang sama, ulangi terus sampai tube bisa diambil
secara keseluruhan.
- Keluarkan core dari tube
- Bersihkan core dengan kain yang dibasahi bensin atau alkohol sampai bersih
- Bagian terakhir tuangkan bedak pada tissue atau kain kemudian laburkan pada semua
bagian core sampai merata, sehingga core benar-benar terbebas dari jel.
Perhatian :
Setiap kelompok mendapat 3 buah core dengan panjang sekitar 4 meter, yang nanti
akan digunakan untuk praktikum Penyambungan dengan konektor dan splicing.
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

1.6 Tugas Tambahan dan Observasi Khusus Untuk Penarikan Kabel


A. Petunjuk

1. Baca dan pelajari setiap langkah/instruksi dibawah ini dengan cermat sebelum melaksanakan
praktek
2. Laksanakan pekerjaan sesuai dengan urutan proses yang sudah ditetapkan
3. Seluruh proses kerja mengacu kepada sop/wi/ik yang dipersyaratkan
4. Waktu pengerjaan yang disediakan ........ menit

B. Instruksi kerja :
1. Identifikasi lokasi penarikan kabel fiber optik sesuai dengan instruksi kerja
2. Identifikasi kebutuhan peralatan, sarana dan material sesuai instruksi kerja
3. Siapkan kabel fiber optik sesuai dengan kebutuhan pemakaian
4. Siapkan peralatan pendukung sesuai ketentuan penarikan
5. Lakukan penarikan sesuai jalur (route) yang telah direncanakan
6. Jaga kelengkungan kabel fiber optik sesuai dengan persyaratan regulasi dan
manufaktur
7. Beri tambahan pengaman pada bagian – bagian kabel fiber optik yang melewati
jalur belokan dan yang keluar dari gedung untuk menghindari kerusakan
8. beri tambahan panjang yang cukup (spare loop) pada setiap ujung kabel fiber
optik
9. periksa kembali hasil penarikan kabel fiber optik
10. bersihkan sampah dan sisa kotoran sisa kerja dari tempat kerja
11. simpan kembali peralatan dan sisa kabel fiber optik sesuai dengan kebijakan
perusahaan
12. Siapkan bahan laporan
13. Buat laporan sesuai kebijakan perusahaan
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

PRAKTIKUM 2
PENYAMBUNGAN FO DENGAN KONEKTOR

2.1 Pokok Bahasan


 Menyambung Fiber Optik
 Terminasi Konektor FO
 Besar Redaman Sambungan Terminasi

2.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
 Mengetahui fungsi termination Tools.
 Dapat melakukan penyambungan dan pemasangan konektor FO dengan menggunakan
terminasi.
 Mengetahui kualitas hasil penyambungan dengan konektor termination.

2.3 Dasar Teori Konektor

Terminasi Kabel Fiber Optic


Terminasi adalah sebuah teknik memasang konektor di ujung kabel FO. Istilah terminasi tidak
jauh berbeda dengan istilah crimping. Jika istilah crimping digunakan untuk kabel ethernet,
maka terminasi adalah istilah untuk kabel FO. Ada beberapa jenis konektor pada fiber optik,
diantaranya adalah :

a. SC (Subsciber Connector) : Konektor SC di gunakan untuk kabel fiber optic yang


single mode, konektor ini mudah untuk di dapat karena memang banyak tersedia di
pasaran dan harganya juga tidak begitu mahal, konektor dengan sistem cabut pasang
ini juga simple, akurasinya juga baik bila di pasang ke perangkat lain.(Jenis Jenis
Konektor Patch Cord Fiber Optic)
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

Gambar 2.1 Konektor tipe SC

b. FC (Fiber Connector) : Konektor jenis ini di gunakan untuk kebal fiber optik yang
singel mode, biasanya di gunakan untuk backbone pada sebuah jaringan, selain itu
kebel ini mempunya akurasi yang dangat tinggi jika di hubungkan dengan transmitter
maupun reciever. Konektor ini ada sistem drat ulirnya jadi posisi dapat di atur
sehingga jika di pasangkan kan dengan perangkat lain akurasi nya tidak akan mudah
berubah.(Jenis Jenis Konektor Patch Cord Fiber Optic)

Gambar 2.2 Konektor tipe FC

c. ST (Straight Tip) : Konektor ini mirip dengan konektornya BNC, dan pada umumnya
konektor ini digunakan untuk kabel fiber yang single atau pun multi mode. dalam
pemasangan nya juga sangat mudah.(Jenis Jenis Konektor Patch Cord Fiber Optic)

Gambar 2.3 Konektor tipe ST


LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

d. LC : adalah jenis konektor fiber optik yang saat ini paling sering digunakan untuk
menghubungkan antar switch menggunakan SFP, jenis konektor LC ini lebih dominan
dengan 2 cabang yang terpisah RX/TX, di gunakan juga untuk jenis kabel fiber optic
singel dan multi mode.(Jenis Jenis Konektor Patch Cord Fiber Optic)

Gamabr 2.4 Konektor tipe LC

e. Biconic : Jenis konektor ini adalah jenis konetor yang pertama kali muncl untuk
konektor fiber optic, dan untuk penggunaan nya sangat jarang sekali sekarang. tetapi
tetap masi ada yang masi menggunakan nya untuk menghubungkan perangkat yang
ada di server server dan data center dengan perangkat versi lama.(Jenis Jenis Konektor
Patch Cord Fiber Optic)

Gamabr 2.5 Konektor tipe Bionic

2.5 Eksperimen
2.5.1. Persiapan Penyambungan
Alat dan bahan :
 Kabel FO yang akan diterminasi
 Konektor (yang digunakan disini adalah konektor SC, dan ST)
 Tang Crimping khusus kabel FO
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

 Lem konektor
 Pengering lem
 Amplas
 Koin pengamplas
 Bolpen pemotong core
 Scope kit (mikroskop)
 Suntikan
 Alkohol dan tisu
 Lakban untuk menempelkan sisa potongan core

Gamabr 2.6 Tool Set

2.5.2. Proses Pemasangan Konektor


Ambil serat optik yang sudah dikupas pada Praktikum I dan sudah di splicing pada praktikum
IV, kemudian lakukan terminasi untuk beberapa jenis sebagai berikut:
- FC – FC
- SC – SC
- FC – SC
Adapun langkah-langkah terminasi adalah :
a. Kupas pelindung kabel bagian luar lalu bersihkan gel di dalamnya dengan alkohol
caranya oleskan alkohol di tisu lalu usap kabelnya dengan tisu tersebut
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

b. Kupas lagi kabel yang lebih kecil dan lap dengan tisu
c. Di dalam lapisan helai itu adalagi lapisan kaca tapi belum core/inti fiber nya. Untuk itu
diperlukan alat pengupas yang di persiapkan tadi. Kupas perlahan kulit pembungkus helai
itu dengan alat pengupas.
d. Suntikan lem di konektornya lalu masukan fibernya

e. Setelah itu potong sisa fiber dengan alat potong biasanya ada di dalam termination kit.
Kemudian siapkan alas dan alat penggosoknya lalu gosok
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

f. Lalu test dengan teropong atau mikroskop jika terdapat 1 lingkaran luar dan 1 lingkaran
dalam yang utuh bulat nya maka terminasi berhasil dan siap di tancapkan
g. Dengan menggunakan power meter dan light source ukur loss daya masing-masing hasil
penyambungan anda baik dengan splicer maupun dengan konektor, lakukan analisa

2.5.3 Tabel Eksperimen

Gambar 2.7 Pengukuran Loss kabel hasil splicing dan terminasi


Lakukan pengukuran untuk masing-masing sambungan konektor anda, tulis dalam tabel
eksperimen 2.1
Dalam Eksperimen serat optik ini data yang akan diambil adalah sebagai berikut:
Seting :
- Panjang Gelombang OPM : ......................
- Panjang Gelombang LS : ......................
Tabel Eksperimen 2.1 (menggunakan rangkaian Gambar 2.7)
Percobaan Konektor Pin (dbm) Pout (dbm) Loss Daya
ke- penghubung (db)
1 FC - FC
2 FC – SC – SC-FC
3 FC-FC-SC – SC-SC-
FC
- Pin adalah daya output yang ada pada light source, ditentukan dari pabrik
- Pout adalah daya yang ditunjukkan oleh power meter
- Bandingkan hasil pengukuran (Pout) pembacaan power meter dengan Pout hasil
perhitungan dari spesifikasi patch cord
- Tuliskan masing-masing redaman jenis konektor yang terpasang pada kabel yang telah
anda pasang konektor (ambil data dari sumber yang valid)
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

PRAKTIKUM 3
SPEKTRUM SUMBER CAHAYA

3.1 Pokok Bahasan


 Spektrum gelombang elektromegnetik
 Sumber-sumber cahaya
 Loss Daya

3.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
 Dapat melakukan karakterisasi spektrum, menentukan lebar spektral sumber cahaya
dan menghitung loss daya.

3.3 Dasar Teori


3.3.1 Spektrum Gelombang Elektromegnetik
Susunan rentang gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang gelombang dan
frekuensinya disebut dengan spektrum gelombang elektromagnetik. Spektrum gelombang
elektromagnetik dipancarkan oleh transisi elektron, yaitu ketika elektron berpindah dari orbit
satu ke orbit yang lain. Spektrum elektromagnetik dapat dibagi dalam beberapa daerah yang
terentang dari gelombang radio sampai dengan sinar gamma. Hal ini dapat dilihat pada
gambar spektrum gelombang elektromanetik di bawah ini.[1].

Gambar 3.1 Spektrum Gelombang Elektromagnetik


LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

Cahaya matahari yang tidak tampak berwarna ternyata dapat dipecahkan menjadi
susunan cahaya berwarna yang tampak sebagai cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,
dan ungu. Artinya, cahaya putih merupakan gabungan dari beberapa cahaya berwarna. Jika
spektrum cahaya tersebut dikumpulkan dan diloloskan kembali melalui sebuah prisma, cahaya
tersebut kembali menjadi cahaya putih. Berikut ini spektrum warna cahaya tampak.

Gambar 3.2 Spektrum Warna Cahaya Tampak

3.3.2 Sumber Cahaya


Setiap sumber cahaya memiliki karakteristrik spektrum yang berbeda-beda. Pada
dasarnya terdapat 2 jenis sumber cahaya, yaitu cahaya alami dan cahaya buatan. Cahaya alami
merupakan cahaya yang berasal dari matahari, sedangkan cahaya buatan berasal dari lilin,
lampu gas, lampu minyak, dan lain-lain. Kedua sumber cahaya ini mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Sumber cahaya alami memiliki sifat tidak menentu, tergantung pada iklim,
musim, dan cuaca. Sedangkan cahaya buatan membutuhkan biaya tertentu, namun peletakan
dan kestabilan cahaya dapat diatur. Berikut ini beberapa jenis sumber cahaya buatan.
A. Laser
LASER (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) merupakan
mekanisme suatu alat yang memancarkan radiasi elektromagnetik, biasanya dalam bentuk
cahaya yang tidak dapat dilihat maupun dapat lihat dengan mata normal, melalui proses
pancaran terstimulasi. Pancaran LASER biasanya tunggal, memancarkan foton dalam
pancaran koheren. Komponen yang diperlukan adalah resonator untuk proses penguatan
foton. Salah satu jenis laser yang sering digunakan adalah laser He-Ne. Laser ini merupakan
jenis laser gas gabungan antara Helium dan Neon dengan perbandingan 10:1.[2]
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

Gambar 3.3 Laser

B. Lampu Pijar
Lampu pijar adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui
penyaluran arus listrik melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan cahaya.
Saat bola lampu pijar dihidupkan, arus listrik akan mengalir dari electrical contact menuju
filamen dengan melewati kawat penghubung. Akibatnya akan terjadi pergerakan elektron
bebas dari kutub negatif ke kutub positif. Elektron di sepanjang filamen ini secara konstan
akan menabrak atom pada filamen. Energinya akan menggetarkan atom. Ikatan elektron
dalam atom-atom yang bergetar ini akan mendorong atom pada tingkatan tertinggi secara
berkala. Saat energinya kembali ke tingkat normal, elektron akan melepaskan energi ekstra
dalam bentuk foton. Atom-atom yang dilepaskan ini dalam bentuk foton-foton sinar infrared
yang tidak mungkin dilihat oleh mata manusia.

Gambar 3.4 Lampu Pijar

C. Lampu TL
Lampu TL (Fluorescent Lamp) adalah lampu listrik yang memanfaatkan gas Neon dan
lapisan fluorescent sebagai pemendar cahaya pada saat dialiri arus listrik. Tabung lampu TL
ini diisi oleh gas yang pada saat elektrodanya mendapat tegangan tinggi gas ini akan
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

terionisasi sehingga menyebabkan elektron-elektron pada gas bergerak dan memendarkan


fluorescent pada tabung lampu TL.[3]

Gambar 3.5 Lampu TL

D. LED
Light Emitting Diode (LED) adalah suatu semikonduktor yang memancarkan cahaya
monokromatik yang bekerja pada kondisi tegangan maju (forward bias). Warna yang
dihasilkan tergantung pada bahan semikonduktor yang dipakai. Berikut ini spectrum dari LED
putih dan LED berwarna.

3.3.3 Monokromator
Untuk mengamati karakteristik spektrum dari tiap sumber cahaya, digunakan
monokromator. Monokromator merupakan perangkat optik yang dapat mengubah gelombang
polikromatik menjadi monokromatik. Dengan menggunakan monokromator, maka
karakteristik dari suatu material dapat diketahui hanya dengan melihat spektrum dari sumber
cahaya tersebut. Prinsip kerja monokromator menggunakan salah satu fenomena optik, yaitu
dispersi. Ketika cahaya polikromatis sudah terdispersi, cahaya-cahaya monokromatis yang
dihasilkan akan diarahkan. Sehingga hanya panjang gelombang tertentu yang dapat keluar
melalui exit slit.[4]

3.3.4 Lebar Spektral


Spektral adalah hasil interaksi antara energi elektromagnetik dengan suatu objek.
Objek yang ada di permukaan bumi mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan
lainnya. Terdapat objek yang mempunyai sifat daya serap yang tinggi dan pantulannya rendah
terhadap elektromagnetik, dan sebaliknya. Pola pantulan dan absorpsi ini berbeda untuk
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

panjang gelombang (wavelength) yang berbeda. Cahaya tampak baik monokromatik maupun
polikromatik memiliki lebar spektral yang berbeda-beda.[5]
Lebar spektral diketahui melalui perpotongan antara daya rata-rata dari sumber cahaya dengan
panjang gelombang atau dikenal dengan FWHM (Full Wave of Half Maximum). Berikut ini
persamaan yang digunakan. [5]

3.4 Eksperimen : Karakterisasi Spektrum Laser He-Ne dan Laser Argon


3.4.1 Peralatan Eksperimen
Peralatan yang dibutuhkan pada praktikum modul 1 karakterisasi spektrum sumber cahaya,
antara lain:
1. Sumber Cahaya

 Laser He-Ne 1 buah

 Lampu Pijar 1 buah

 LED (Warna Putih/ Warna lainnya) 1 buah

 Lampu TL 1 buah

2. Monokromator 1 buah

3. Adaptor DC 1 buah

4. Optical power meter 1 buah

Gambar 3.6 Set Up Eksperimen

3.4.2 Prosedur Percobaan


Prosedur percobaan yang harus dilakukan pada praktikum karakterisasi spektrum sumber
cahaya adalah sebagai berikut.
1. Peralatan disusun seperti Gambar 3.6. (atau sesuaikan dengan peralatan

2. Optical power meter di set dengan panjang gelombang sesuai dengan light source.
3. Sumber cahaya ditempatkan sesuai Gambar 3.6.
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

4. Sumber cahaya dinyalakan dengan jarak 3 cm dari detektor, jika tidak menggunakan
monokromator/detektor hubungkan langsung dengan FO

5. Panjang gelombang pada optical power meter diatur pada λ = 400 - 700 nm , atau
disesuaikan dengan panjang gelombang light source, dengan kenaikan tiap 10 – 100 nm.

6. Nilai daya optik yang terbaca diamati dan disimpan.

7. Ulangi langkah ke-5 untuk sumber cahaya lain.

8. Membuat grafik daya optik sebagai fungsi panjang gelombang untuk semua sumber
cahaya.

9. Menentukan lebar spektral untuk tiap sumber cahaya.


10. Menghitung loss daya pada kabel dan konektor.

3.4.3 Pengambilan Data


Sumber Cahaya : …………….
 Panjang Gelombang : …………….
 Daya : …………….
Kabel FO : ……………...
 Panjang : …………..
 Spesifikasi : …………..
Pengukuran :
No. Frekuensi Panjang Gelombang Daya Terukur
(nm) ( db/dbm/mW)
… …… …….. ……..

Daftar Pustaka
[1] Léna, Pierre; François Lebrun, François Mignard (1998). Observational Astrophysics.
Springer-Verlag. ISBN 3-540-63482-7
[2] Conceptual physics, Paul Hewitt, 2002
[3] http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/karakteristik-dan-prinsip-kerja-lampu-tl-
fluorescent-lamp/
[4] http://chemtech.org/cn/cn212
[5] Evhy, Kumalasari. “Laporan Spektral”. 2013. Retrieved from
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

PRAKTIKUM 4
ANALSIS PENYAMBUNGAN KONEKTOR DENGAN
MIKROSKOP FIBER OPTIK

4.1 Pokok Bahasan


 Pengenalan Mikroskop Fiber Optik
 Penggunaan mikroskop fiber optik untuk inspeksi konektor

4.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
 Memgenal mikroskop Fiber Optik
 Dapat menggunakan mikroskop fiber optik
 Dapat menganalisa kualitas pemasangan konektor fiber optik menggunakan mikroskop

4.3 Dasar Teori Mikroskop Fiber Optik


Konektor kotor adalah salah satu masalah utama dalam serat optik, menyebabkan
kehilangan daya sangat tinggi, reflektansi tinggi dan transceiver yang terkontaminasi.
Operator jaringan mengklaim bahwa ada 15-50% dari semua masalah jaringan dapat
ditelusuri ke konektor kotor yang menyebabkan masalah koneksi.
Mikroskop fiber optik khusus digunakan untuk menganalisa kondisi dari apermukaan
ferule yang berisi ujung fiber optik, sehingga hasil analisis bisa di sesuaikan dengan hasil
analisis loss daya. Mikroskop FO biasanya dirancang khusus dengan menambahkan filter
untuk melindungi pengguna dari cahaya inframerah yang mungkin ada dalam sistem
komunikasi. Mikroskop ini juga dirancang dengan perbesaran yang lebih tinggi, yaitu 100X
hingga 400X. Terutama sekali kegunaan mikroskop FO untuk mengetahui hasil pemasangan
serat optik pada konektor, dimana finalisasinya dilakukan pemolesan pada permukaan ferule,
apakah permukaan ferule sudah rata dan bersih apa belum.
Catatan Tentang Keamanan Mata: Mikroskop visual harus memiliki filter infra merah
bawaan untuk menghilangkan sinyal yang dikirim dalam serat untuk melindungi mata
pengguna. Sebuah mikroskop optik dapat menangkap cahaya apa pun dalam serat dan
memfokuskan semuanya ke dalam mata, suatu potensi bahaya bagi pengguna. Karena cahaya
di sebagian besar sistem serat ada di inframerah (IR) dan tidak terlihat oleh manusia, itu tidak
akan terdeteksi secara visual, bahkan jika tingkat daya cukup tinggi untuk berbahaya.
Sebagian besar sistem serat optik memiliki tingkat daya terlalu rendah untuk berbahaya tetapi
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

beberapa mungkin - terutama sistem telekomunikasi dan CATV dengan penguat serat atau
WDM.
Seseorang harus selalu memeriksa level daya dengan OPM (Optical Power Meter)
sebelum memeriksa konektor dengan mikroskop. Jika memungkinkan, hanya gunakan
mikroskop dengan filter IR untuk mencegah cahaya IR masuk ke mata. Mikroskop video
lebih disukai karena tidak menawarkan bahaya bagi mata. Mikroskop video menggunakan
kamera video kecil dan lensa mikroskop untuk memberikan tampilan tampilan pada layar
video kecil atau tampilan PC atau tablet. Mereka menawarkan lebih banyak fleksibilitas
dalam pembesaran dan manipulasi gambar. Banyak dari ini juga menawarkan inspeksi
otomatis ke standar internasional untuk kebersihan dan menghasilkan hasil lulus / gagal.
Mikroskop video juga memungkinkan untuk menyimpan gambar konektor, berharga untuk
mendokumentasikan kondisi konektor saat pemasangan dan untuk referensi di masa
mendatang [1].
Biasanya ujung ferule tidak lepas dari kotoran lingkungan baik berupa debu atau
kotoran yang lainnya, yang mana dapat menutupi core sehingga perjalanan cahaya akan
sangat terganggu. Berikut gambar urutan kondisi permukaan ferule pada proses pembersihan
permukaan ferule :

Gambar 4.1 Visual Hasil Analisis Kondisi Urutan Pembersihan Permukaan Ferule

4.4 Eksperimen : Menggambar dan Menganalisa Permukaan Ferule


4.4.1 Peralatan Eksperimen
Peralatan yang dibutuhkan pada praktikum modul 1 karakterisasi spektrum sumber cahaya,
antara lain:
 Mikroskop Fiber Optik
 Kabel dan konektor hasil instalasi Percobaan II
 OPM
 Light Source
 Tissue
 Alkohol
4.5.2. Proses Percobaan
1. Ambil Mikroskop buka tutup port ferule nya
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

2. Ambil salah satu konektor yang sudah dipasangi fiber optik


3. masukkan ujung ferule pada port mikroskop
4. Perhatikan dan lihat permukaan lensa bagian atas mikroskop sambil menekan
tombol lampu mikroskop
5. Apakah nampak gambar seperti dibawah ini :

6. Jika kurang fokus putarlah pengaturan fokus pelan2 sampai gambar kelihatan
fokus
7. Jika tidak ada gambar sama sekali, segera informasikan kepada dosen/instruksur
yang mengampu (jangan melakukan hal apapun).
8. Jika gambar sudah tampak jelas dan fokus upayakan mengambil gambar dengan
merekam menggunakan kamer hp.
9. Kemudian ukur daya input dan output menggunakan OPM dan light Source
10. Kemudian coba bersihkan permukaan ferule menggunakan tissue yg sedikit
dibasahi dg alkohol, kemudian laplah dengan tissue kering hingga permukaan
ferule benar2 kering
11. Kemudian masukkan lagi ujung ferule ke port mikroskop
12. Ulangi pengambilan gambar dengan kamera hp
13. Ulangi pengukuran daya menggunakan OPM dan light source
14. Ulangi langkah 3 hingga 13 untuk konektor2 yang lain.
15. Tuangkan data tersebut pada tabel 4.1 pada sub 4.5.3 berikut

4.5.3. Pengambilan Data


Proses yang dilakukan pada sub 4.5.2 dituangkan dalam tabel data 4.1 dengan rincian sebagai
berikut :
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

Tabel 4.1
Ferule Sebelum dibersihkan
No Sambungan P out Los Daya
Konektor Visual Mikroskop
(dBm) (dB)
FC1 Pout=-11.4dBm Ploss=PTx-Pout
1 FC - FC =-7-(-11.4)
= 4,4

FC2
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI
DIGITAL POLITEKNIK NEGERI MALANG

2 SC - SC SC1 Pout=-38,67-(-11,4)- Ploss=PTx-Ploss


(-14,74) =-7-(-12,53)
=-12.53dBm = 5,53

SC2
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI
DIGITAL POLITEKNIK NEGERI MALANG

Ferule Sebelum dibersihkan


No Sambungan P out Los Daya
Konektor Visual Mikroskop
(dBm) (dB)
FC3 Pout= -26,14-(-11,4) Ploss=PTx-Pout
3 FC - SC = -14,74 dBm = -7-(-14,47)
=7,74

SC3
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI
DIGITAL POLITEKNIK NEGERI MALANG

Ferule Setelah dibersihkan


No Sambungan P out Los Daya
Konektor Visual Mikroskop
(dBm) (dB)
FC1 Pout= -21,32dBm Ploss=PTx-Pout
1 FC - FC = -7-(-21,32)
=14,32

FC2
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI
DIGITAL POLITEKNIK NEGERI MALANG

Ferule Setelah dibersihkan


No Sambungan P out Los Daya
Konektor Visual Mikroskop
(dBm) (dB)
SC1 Pout= -28,01-(-21,32)- Ploss=PTx-Pout
2 SC - SC -(-7,08) = -7-(-0,39)
=-0,39dBm =6,61

SC2
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI
DIGITAL POLITEKNIK NEGERI MALANG

Ferule Setelah dibersihkan


No Sambungan P out Los Daya
Konektor Visual Mikroskop
(dBm) (dB)
FC3 Pout= -28,40-(-21,32) Ploss=PTx-Pout
3 FC - SC = -7,08 dBm = -7-(-7,08)
=-0,08

SC3
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

PRAKTIKUM 5
PENYAMBUNGAN FO DENGAN SPLICER

5.1 Pokok Bahasan


 Menyambung Fiber Optik
 Fungsi Fusion Splicer
 Besar Redaman Sambungan Splicing

5.2 Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan :
 Mengetahui fungsi dari Fusion Splicer.
 Dapat melakukan penyambungan FO dengan menggunakan splicer.
 Mengetahui kualitas hasil penyambungan dengan splicer.

5.3 Dasar Teori Splicer


Splicer adalah alat yang digunakan untuk menyambung ujung kabel dengan Pig tail dan
penyambungan dua kabel di dalam Joint Closure. Alat ini adalah alat yang paling penting dan
sangat dibutuhkan dalam perawatan penyambungan yang baik. Kualitas splicer mulai
menurun ketika telah melakukan kira-kira 1.500 kali penyambungan. Biasanya penghitungan
loss db mulai tidak akurat ketika splicer sudah mencapai angka penyambungan ke 1.500.
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

5.4.1. Eksperimen
5.4.2. Persiapan Penyambungan
Alat dan bahan :

1. stripper
2. cleaver
3. splicer
4. Lap bersih atau tissue.
5. Alkohol 90%
6. Kabel fiber optik yang akan disambung
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

5.4.3 Proses Penyambungan

1. Ambil serat optic yang akan disambung, usahakan warna serat sama dengan serat lain
yang akan disambung dan juga berasal dari serat yang sama
2. Masukkan sleave protection pada salah satu serat sebelum proses penyambungan.
3. Kupas masing-masing coating dari masing-masing serat menggunakan fiber stripper.
4. Bersihkan bagian coating dari masing-masing serat menggunakan tissue yang dibasahi
dengan alkohol
5. Potong ujung serat yang telah dikupas menggunakan fiber cleaver, dan dibersihkan
dengan tissue yang sudah dibasahi dengan alkohol, kemudian lap dengan tissue
keringga semua permukaan serat kering. Usahakan hasil potongannya rata, karena hal
tersebut dapat mempengaruhi hasil penyambungan.
6. Masukkan kedua ujung serat yang telah dipotong ke dalam fussion splicer dan
usahakan kedua ujung serat tersebut saling bertemu.
7. Perhatikan tampilan kedua serat yang akan disambung pada layer fussion splicer.
Apabila tampilan pada layar tersebut belum tepat atau serat masih terlihat kotor coba
ulangi lagi untuk mendapatkan hasil yang baik.
8. Apabila posisi serat sudah tepat & sudah terlihat bersih pada Layar fusion splicer,
maka biarkan alat tersebut melakukan proses penyambungannya.
9. Tunggu sampai proses penyambungan selesai dan liat pada layar berapakah loss yang
timbul dari hasil penyambungan tersebut.Usahakan loss yang muncul sebesar 0,00dB.
10. Letakkan sleave protection tadi ditengah-tengah hasil penyambungan.
11. Panaskan sleave protection tadi agar dapat menyatu dengan hasil sambungan serat
optic.
12. Lakukan proses splicing untuk keempat serat optik yang sudah anda dapatkan pada
praktikum I.

- Catat masing-masing loss yang ditunjukkan oleh plicer, lakukan dokumentasi.


- Ukur hasil sambungan anda dengan power meter, bandingkan dengan loss yang
ditunjukkan oleh splicer nanti pada praktikum selanjutnya.
5.4.4. Tugas dan Observasi
A. Tes Tulis
1. Mengapa Fusion Splicer harus dilindungi dari debu dan pengotor lain ?
LABORATORIUM FIBER OPTIK
PS. JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG

2. Mengapa Perlengkapan keselamatan kerja harus digunakan ketika melakukan


pekerjaan menyambung kabel optik ?
3. Mengapa setiap bagian kabel fiber optik yang akan selalu diberi tambahan panjang
(spare loop) yang cukup ?
4. Mengapa kabel fiber optik harus dikupas terlebih dahulu ?
5. Bagaimana solusi anda jika alkohol yang akan digunakan untuk membersihkan
kabel fiber optik tidak tersedia ?
6. Mengapa selubung pelindung (protection sleeve) harus di beri terlebih dahulu pada
salah satu sisi kabel fiber optik sebelum proses penyambungan ?
7. Berdasarkan spesifikasi alat yang digunakan, apakah bisa diatur / setting operasi
fusion splicer dengan spesifikasi kabel fiber optik yang lain ?
8. Apa yang terjadi jika panjang bagian kabel fiber optik yang akan disambung
kurang dari 2 cm ?
9. Kenapa bagian-bagian fiber optik yang akan disambungkan harus dibersihkan?
10. Apa alasan anda melakukan pemotong bagian-bagian fiber optik yang telah
dibersihkan ?
11. Kenapa harus memberi selubung pelindung (protective sleeve) pada salah satu
bagian fiber optik yang akan disambungkan ?
12. Kenapa ketika meletakkan kabel fiber optik yang akan disambungkan pada fusion
splicer harus secara hati-hati ?
13. Apakah terdapat cara lain untuk melakukan penyambungan kabel fiber optik selain
secara otomatis ?
14. Apa artinya ketika nilai yang terukur pada fusion splicer lebih besar dari nilai yang
sudah ditentukan ?
16. Ketika nilai yang terukur lebih tinggi dari nilai yang sudah ditentukan, mengapa
harus di sambung ulang ?
17. Apa yang terjadi jika nilai yang terukur di OTDR lebih tinggi dibanding yang
terukur di fusion splicer ?
18. Apa alasannya kenapa harus memberi pelindung titik sambungan dan kemudian
memanaskannya?
19. Mengapa sampah sisa penyambungan harus di pilah-pilah?

Anda mungkin juga menyukai