TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril.
Secara tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat
penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep ini
menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan
kemungkinan menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat
diduga atas dapat proyeksi kinetis angka kematian mikroba (Lachman, 1994).
Sediaan steril merupakan sediaan terapetik yang bebas dari mikroorganisme
baik itu vegetatif atau dalam bentuk spora yang patogen maupun nonpatogen.
Sediaan steril secara umum yaitu sediaan farmasi yang memiliki kekhususan
sterilitas dan bebas dari mikroorganisme. Sediaan parenteral ini disuntikkan melalui
kulit atau membran mukosa ke dalam tubuh. Sediaan ini harus memiliki tingkat
kemurnian yang tinggi dan terbebas dari kontaminasi mikroba dan dari komponen
toksik karena sediaan ini masuk ke dalam tubuh (Ansel, 2005).
Yang termasuk dalam sediaan steril antara lain : sediaan parenteral volume
besar, sediaan parenteral volume kecil, sediaan mata. Produk steril adalah sediaan
terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Pada
prinsip ini termasuk sediaan parenteral mata dan iritasi. Sediaan parenteral ini
merupakan sediaan yang unik diantara bentuk obat terbagi-bagi, karena sediaan ini
disuntikan melalui kulit atau membran mukosa kebagian dalam tubuh. karena
sediaan mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yakni
membran kulit dan mukosa, sediaan tersebut harus bebas dari kontaminasi mikroba
dan dari komponen toksis,dan harus mempunyai tingkat kemurnian tinggi. Semua
komponen dan proses yang terlibat dalam penyediaan dalam produk ini harus dipilih
dan dirancang untuk menghilangkan semua jenis kontaminasi fisik, kimia, dan
mikrobiologis (Lachman, 1994).
2.1.1 Injeksi
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
3
4
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir (Dirjen POM, 1979).
Persyaratan dalam larutan injeksi (Ansel, 1989) :
a. Bebas dari mikroorganisme, steril atau dibuat dari bahan-bahan steril di bawah
kondisi yang kurang akan adanya kombinasi mikroorganisme (proses aseptik).
b. Bahan-bahan bebas dari endotoksin bakteri dan bahan pirogenik lainnya.
c. Bahan-bahan yang bebas dari bahan asing dari luar yang tidak larut.
d. Sterilitas
e. Bebas dari bahan partikulat
f. Bebas dari Pirogen
g. Kestabilan
h. Injeksi sedapat mungkin isotonis dengan darah.
2.1.2 Kemasan Sediaan Injeksi
Ampul merupakan wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas yang
memiliki ujung runcing (leher) dan bidang dasar datar. Ukuran nominalnya adalah 1,
2, 5, 10, 20 kadang-kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal,
oleh karena total jumlah cairannya ditentukan pemakaian dalam satu kali
pemakaiannya untuk satu kali injeksi. Menurut peraturan ampul dibuat dari gelas
tidak berwarna, akan tetapi untuk bahan obat peka cahaya dapat dibuat dari bahan
gelas berwarna coklat tua. Ampul gelas berleher dua ini sangat berkembang pesat
sebagai ampul minum untuk pemakaian peroral (Voigt, 1995).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sediaan ampul (Voigt, 1995) :
a. Tidak perlu pengawet karena merupakan takaran tunggal
b. Tidak perlu isotonis
c. Diisi melalui buret yang ujungnya disterilkan terlebih dahulu dengan alkohol 70 %
d. Buret dibilas dengan larutan obat sebelum diisi
Sediaan suntik dibuat secara steril karena sediaan ini diberikan secara
parenteral. Istilah steril adalah keadaan bebas dari mikroorganisme baik bentuk
vegetatif, nonvegetatif, pathogen maupun nonpatogen. Sedangkan parenteral
menunjukkan pemberian dengan cara disuntikkan. Produk parenteral dibuat
mengikuti prosedur steril mulai dari pemilihan pelarut hingga pengemasan. Bahan
5
pengemas yang biasa digunakan sebagai sediaan steril yaitu gelas, plastik, elastik
(karet), metal. Pengemasan sediaan suntik harus mengikuti prosedur aseptis dan steril
karena pengemas ini langsung berinteraksi dengan sediaan yang dibuat, termasuk
dalam hal ini wadah. Wadah merupakan bagian yang menampung dan melindungi
bahan yang telah dibuat (Ansel,1989).
Wadah obat suntik (termasuk tutupnya) harus tidak berinteraksi dengan
sediaan, baik secara fisik maupun kimia karena akan mengubah kekuatan dan
efektifitasnya. Bila wadah dibuat dari gelas, maka gelas harus jernih dan tidak
berwarna atau berwarna kekuningan, untuk memungkinkan pemeriksaan isinya. Jenis
gelas yang sesuai dan dipilih untuk tiap sediaan parenteral biasanya dinyatakan
dalam masing-masing monograf. Obat suntik ditempatkan dalam wadah dosis
tunggal atau wadah dosis berganda (Ansel, 1989).
Wadah dosis tunggal adalah suatu wadah yag kedap udara yang
mempertahankan jumlah obat steril yang dimaksudkan untuk pemberian parenteral
sebagai dosis tunggal, dan yang bila dibuka tidak dapat ditutup rapat kembali dengan
jaminan tetap steril. Wadah dosis berganda adalah wadah kedap udara yang
memungkinkan pengambilan isinya secara berulang tanpa terjadi perubahan
kekuatan, kualitas atau kemurnian pada bagian yang tertinggal (Ansel, 1989).
Wadah dosis tunggal biasanya disebut ampul, tertutup rapat dengan melebur
wadah gelas dalam kondisi aseptis. Wadah gelas dibuat mempunyai leher agar dapat
dengan mudah dipisahkan dari bagian badan wadah tanpa terjadi serpihan-serpihan
gelas. Sesudah dibuka, isi ampul dapat dihisap kedalam alat suntik dengan jarum
hipodermik. Sekali dibuka, ampul tidak dapat ditutup dan digunakan lagi untuk
waktu kemudian, karena sterilitas isinya tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi.
Beberapa produk yang dapat disuntikkan dikemas dalam alat suntik yang diisi
sebelumnya dengan atau tanpa cara pemberian khusus (Ansel, 1989).
Wadah untuk injeksi termasuk penutup tidak boleh berinteraksi melalui
berbagai cara baik secara fisik maupun kimiawi dengan sediaan, yang dapat
mengubah kekuatan, mutu atau kemurnian di luar persyaratan resmi dalam kondisi
biasa pada waktu penanganan, pengangkutan, penyimpanan, penjualan, dan
penggunaan. Wadah terbuat dari bahan yang dapat mempermudah pengamatan
6
terhadap isi. Tipe kaca yang dianjurkan untuk tiap sediaan umumnya tertera dalam
masing-masing monografi (Dirjen POM, 1995).
2.2 Studi Preformulasi Zat Aktif
Struktur Kimia
yang Digunakan
Bentuk Sediaan Injeksi intravena dan intramuscular
Menggunakan cara filtrasi karena ditinjau dari stabilitas
Cara sterilisasi
zat aktif yang tidak stabil pada proses pemanasan dan
sediaan
lembab
Kemasan Ampul kaca putih
9
IV.1 Formulasi
R/ Gentamisin Sulfat 40 mg/ml (zat aktif)
NaCl 0,9 % (pengisotonis)
Asam Sitrat 0,55 % (buffering agent)
Natrium Sitrat 1,5 % (buffering agent)
Air/A.P.I ad 100 % (pelarut)
4.2 Perhitungan
A. Perhitungan Dapar
pH zat aktif = 3-5,5 ditahan di 4
pH sitrat = 3-6,2
pka = 3,128. 4,76. 6,396 → digunakan 4,761
pka = -log ka
ka = antilog - pka
= antilog - 4,761
= 1,73 x 10-5
pH = -log [H+]
[H+] = antilog pH
= antilog -4
= 1 x 10-4
1,73 𝑥 10−9
0,01 = 2,303 x C x (1,73 𝑥 10−5 𝑥 1 𝑥 10−5 )2
1,73 𝑥 10−9
0,01 = 2,303 x C x 11,73 𝑥 10−10
17,3 𝑥 10−10
0,01 = 2,303 x C x 11,73 𝑥 10−10
0,01
C = 3,397
= 0,00294
C = [g] + [a]
0,00294 = 5,767 [a] + [a]
= 6,767 [a]
0,00294
[a] = 6,767
[a] = 0,000434
[g] = 5,768 [a]
[g] = 5,768 x 0,000434
[g] = 0,00251
0,000167
Masam= BM x Casam x volume Masam = x 100%
2
Egentamisin
𝐿𝑖𝑠𝑜
E = 17 𝐵𝑀
2
= 17
673,59
= 0,05
Sediaan isotonis jika
= 0,5% x 2 ml = 0,018 g
= 0,222% x 2 ml = 0,0044 g
Jumlah total
= 0,018 - 0,0044
= 0,00136 gram NaCl yang dibutuhkan
0,00136
= x 100%
2
= 0,68%
1 gram dibtuhkan = 0,68 NaCl
1 𝑥
= x 0,0136
0,18
0,18 x = 0,0136
0,0136
x = = 0,075 gram diketahui yang dibutuhkan
0,18
0,075
x 100% = 3,75%
2 𝑚𝑙
12
Daftar Pustaka
Ansel,H.C., 1989. Pengatar Bentuk sediaan Farmasi Edisi 4. UI Press : Jakarta.