Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KOMUNIKASI DAN KONSELING

KONSEP KOMUNIKASI PADA PASIEN


DENGAN PENYAKIT TERMINAL

DOSEN PEMBIMBING : Dian Sinta, S.Kep. Ns. M.Kep

DISUSUN OLEH :
1. DEWI FITRIANI (201601013)
2. FEBBY GALIH SAPUTRI (201601023)
3. MAHMUD ALWIE (201601035)
4. MELYNA SEPTIYANI (201601041)
5. MOCH REVIANSYAH (201601042)
6. RIYAN WIDIYANTI (201601054)
7. RIZKI FITRILIA (201601055)
8. VINA MERI (201601059)

KELOMPOK 8

TINGKAT 1.A

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB. PONOROGO
Jl. Dr. Ciptomangunkusumo No. 82 A Ponorogo
Tahun 2016/2017

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sebagaimana diketahui, manusia adalah makhluk sosial, yaitu


makhluk yang selalu membutuhkan sesamanya dalam kehidupan sehari-
hari. Oleh karena itu tidak dapat dihindari bahwa manusia harus selalu
berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan manusia dengan manusia
lainnya, atau hubungan manusia dengan kelompok, atau hubungan
kelompok dengan kelompok inilah yang disebut sebagai interàksi sosial.
Banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang
sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.
Komunikasi dan masyarakat adalah dua kata kembar yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya. Sebab tanpa komunikasi tidak mungkin
masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat maka manusia tidak
mungkin dapat mengembangkan komunikasi, (Riswandi, 2009).

Komunikasi kesehatan menjadi semakin populer dalam upaya


promosi kesehatan selama 20 tahun terakhir. Contoh, komunikasi
kesehatan memegang peranan utama dalam pemenuhan 219 dari 300
tujuan khusus. Apabila digunakan secara tepat komunikasi kesehatan dapat
mempengaruhi sikap, persepsi, kesadaran, pengetahuan, dan norma sosial,
yang kesemuanya berperan sebagai prekursor pada perubahan perilaku.
Komunikasi kesehatan sangat efektif dalam mempengaruhi perilaku
karena didasarkan pada psikologi sosial, pendidikan kesehatan,
komunikasi massa, dan pemasaran untuk mengembangkan dan
menyampaikan promosi kesehatan dan pesan pencegahan. (Riswandi,
2009) Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi
terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal. Suatu bentuk
pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan
spiritual yang didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia.

2
(Suparyanto, 2010) Dalam hal ini asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga
dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup
seluruh kehidupan manusia. Sedangkan asuhan yang diberikan berupa
bantuan-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan kemauan
dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
(Mungin, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi penyakit terminal?
2. Bagaimana faktor penyakit terminal?
3. Bagaimana sifat penyakit terminal?
4. Bagaimana penyebab penyakit terminal?
5. Bagaimana tingkatan penyakit terminal?
6. Apa saja kategori penyakit terminal?
7. Bagaimana teknik berkomunikasi kepada pasien terminal?
8. Bagaimana contoh naskah roll play kepada pasien terminal?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
1. Mengetahui definisi penyakit terminal
2. Mengetahui faktor penyakit terminal
3. Mengetahui sifat penyakit terminal
4. Mengetahui penyebab penyakit terminal
5. Mengetahui tingkatan dari penyakit terminal
6. Mengetahui kategori penyakit terminal
7. Mengetahui teknik komunikasi keada pasien terminal
8. Mengetahui contoh naskah roll play kepada pasien terminal.

3
1.4 Manfaat
Hasil pembelajaran ini diharapkan dapat mempumyai manfaat bagi penulis
dan pembaca.
1. Manfaat bagi penulis, pengkajian ini memberikan pengetahuan tentang
bagaimana konsep penyakit kronis.
2. Manfaat dari pembaca, pengkajian ini dapat digunakan sebagai bahan
kajian atau referensi tambahan bagi dunia ilmu kesehatan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit Terminal


Penyakit terminal atau kronik adalah suatu penyakit yang
perjalanan penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah
berat, menetap dan sering kambuh (Purwanto.2009).
Ketidak mampuan/ketidak berdayaan merupakan persepsi individu
bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu
keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu
atau kegiatan yang baru dirasakan.
Berdasarkan pengertian diatas kelompok menyimpulkan bahwa
penyakit kronik yang dialami oleh seorang pasien dengan jangka waktu
yang lama dapat menyebabkan seorang klien mengalami ketidakmampuan
contohnya saja kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan
yang baru dirasakan. Contoh: penyakit diabetes melitus, penyakit corde
pulmonal deases, penyakit arthritis.

2.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi penyakit terminal


1.4.1 Presepsi klien terhadap situasi
1.4.2 Beratnya penyakit.
1.4.3 Tersediannya support sosial.
1.4.4 Temperamen dan kepribadian.
1.4.5 Sikap dan tindakan lingkungan.
1.4.6 Tersediannya fasilitas kesehatan.
1.4.7 Respon klien terhadap penyakit kronis.

2.3 Sifat penyakit terminal


Menurut (Nasir,abdul.dkk .2009). mengatakan bahwa penyakit
kronik mempunyai beberapa sifat diantaranya adalah:

5
a. Progresif
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh :
penyakit jantung
b. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan
menetap pada individu. Contoh: penyakit diabetes melitus
c. Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan
kondisi yang sama atau berbeda. Contohnya : penyakit arthritis.

2.4 Fase penyakit terminal


a. Fase kehilangan pada penyakit kronis dan teknik komunikasi.
Tiap fase yang dialami oleh pasien kritis mempunyai karakteristik yang
berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pula.
Dalam berkomunikasi perawat juga harus memperhatikan pasien tersebut
berada di fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan
fase kehilangan yang dialami pasien.

b. Fase denial ( pengikraran )


Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok.
Tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi
dengan mengatakan “tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi”. Bagi
individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus –
menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase
pengikraran adalah letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan,
detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa.
Reaksi tersebut diatas cepat berakhir dalam waktu sampai beberapa tahun.
teknik komunikasi yang digunakan :
 Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang kontruktif
dalam menghadapi kehilangan dan kematian.
 Selalu berada didekat klien.
 Pertahankan kontak mata.

6
C. Fase anger ( marah )
Fase ini dimulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang
terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat
yang sering di proyeksikan kepada orang yang ada disekitarnya, orang –
orang tertentu atau ditunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia
menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan
menuduh perawat ataupun dokter tidak becus. Respon fisik yang sering
terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, sulit
tidur, tangan menggenggam. Teknik komunikasi yang digunakan adalah
menberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasannya.

D. Fase gargening (tawar menawar)


Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara
intensif, maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon
kemurahan tuhan. Respon ini sering dinyatankan dengan kata-kata “ kalau
saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya akan selalu berdoa “. Apabila
proses berduka ini dialami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering
dijumpai: kalau saja yang sakit bukan anak saya teknik komunikasi yang
diginakan adalah member kesempatan kepada pasien untuk menawar dan
menanyakan kepada pasien yang diinginkan.

E. Fase depression
Individu fase ini sering menunjukan sikap antara lain menarik diri,
tidak mau berbicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat
baik dan menurut atau dengan ungkapan yang menyertakan keputus asaan,
perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah
menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun. Teknik
komunikasi yang dugunakan adalah jangan mencoba menenang klien dan
biarkan klien dan keluarganya mengekspresikan kesedihannya.

7
F. Fase acceptance (penerimaan)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilagan. Fase
menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata ini “ apa yang dapat
saya lakukan agar saya cepat sembuh? “ apabila individu dapat memulai
fase-fase tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia
akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan
kehilangannya secara tuntas tapi apabila individu tetap berada pada salah
satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami
kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan. Teknik
komunikasi yang digunakan adalah menluangkan waktu untuk klien dan
sediakan waktu unruk mendiskusikan perassan keluarga terhadap kematian
pasien.

2.5 Dampak penyakit terminal pada klien


Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien
diantaranya adalah:
a. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
 Klien menjadi pasif
 Tergantung
 Kekanak-kanakan
 Merasa tidak nyaman
 Bingung
 Merasa menderita

b. Dampak somatic
Dampak somtik adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena
keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan
penyakit. Contoh : DM dan Trias P.

8
c. Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ)
dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi
seksual)

d. Dampak gangguan aktivitas


Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan
sosial dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.

2.6 Kategorikan sebagai penyakit terminal

Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal


menurut Stuart & Sundeen (2009)

 Kanker

Penyakit-penyakit kanker Kanker merupakan salah satu penyakit


berbahaya yang ada. Diantara beberapa jenis kanker, kanker payudara
adalah jenis kanker yang paling berbahaya dan paling sering terjadi.
Kanker payudara sangat berbahaya dikarenakan kanker jenis ini
menyerang organ reproduksi luar yaitu payudara dan dapat menyebar ke
bagian tubuh lain. Kanker payudara juga dapat menyebabkan kematian.
Kanker payudara yang dapat menyebabkan kematian adalah kanker
payudara stadium IV. Pada kanker payudara stadium IV seseorang sudah
menderita kanker payudara yang sangat parah atau bahkan tidak memiliki
harapan hidup (terminal). Kondisi terminal pada penderita kanker
payudara stadium IV tidak dapat dihindari dan ini pasti akan dialami oleh
setiap penderita yang akan menjelang ajal. Pada kondisi terminal
perubahan utama yang terjadi adalah perubahan psikologis yang menyertai
pasien. Perubahan psikologis tersebut biasanya mengarah ke arah yang
lebih buruk dan membuat pasien menjadi tidak koperatif. Disini peran
perawat sangat dibutuhkan dan menjadi hal yang penting, dan untuk

9
membuat klien merasa lebih nyaman dan mampu membuat klien menjadi
tenang pada saat menjelang ajal.

 Infeksi Miningitis

Penyakit-penyakit infeksi Meningitis merupakan infeksi pada selaput


otak yang di sertai radang membran pelindung yang menyelubungi otak
dan sumsum tulang belakang, yang mana keseluruhan tersebut di sebut
meningen. Bahayanya adalah Apabila Meningitis telah masuk stadium
terminal dan tidak ditangani segera, maka adanya resiko kematianlah yang
akan terjadi dalam waktu kurang lebih 3 pekan.

 Congestif Renal Falure (CRF) Chronic Renal Failure (CRF)


Penykit ini merupakan gangguan fungsi ginjal yang berlangsung
secara progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
menyebabkan uremia (retensi urin dan sampah nitrogen lain dalam tubuh).

 Stroke Multiple Sklerosis Multiple sclerosis (MS)


Penyakit ini adalah suatu penyakit dimana syaraf-syaraf dari sistem
syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang atau spinal cord)
memburuk atau degenerasi. Myelin, yang menyediakan suatu penutup atau
isolasi untuk syaraf-syaraf, memperbaiki pengantaran (konduksi) dari
impuls-impuls sepanjang syaraf-syaraf dan juga adalah penting untuk
memelihara kesehatan dari syaraf-syaraf.

 AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome)


Penyakit ini adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau : sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain. Virusnya sendiri bernama
Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang
memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus
ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah

10
terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat
laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa
disembuhkan.

2.7 Teknik berkomunikasi kepada pasien terminal


Langkah – langkahnya adalah :
1. Persiapan
Pahami anda sendiri sebagai perawat dan siapkan diri anda dengan
berbagai informasi. Yang paling baik dalam menyampaikan berita
buruk adalah dengan bertemu langsung dengan orang yang kita tuju.
Menyampaikan dengan jelas dan menakutkan hendaknya di hindari
seperti : “ ibu sri, datang lah segera, saya mempunyai sesuatu yang
harus saya katakana pada anda “. Selain itu alangkah lebih baiknya jika
perawat menyediakan tempat duduk bagi perawat, dokter, dan orang
yang akan di ajak bicara, duduk dan tampakkan bahwa anda
memberikan perhatian dan tidak dalam keadaan tergesa-gesa. Cegah
berbicara sambil berlari atau di tempat yang tidak semestinya, missal :
koridor rumah sakt yang banyak orang. Beritahukan rekan anada
bahwa anda tidak bisa di ganggu selagi anda menyampaikan berita
kepada pasien. Atur suara agar anda terlihat normal, tidak gerogi atau
bergetar.

2. Membuat hubungan
Buatlah percakapan awal, walaupun anda mengira bahwa orang
yang akan anda ajak bicara sudah memilik firasat apa yang akan anda
sampaikan. Beberapa tugas penting di awal :

a. Percakapan awal
Perkenalkan diri anda dan orang – orang yang bersama anda, jika
di sana terdapat orang yang belum di ketahui oleh perawat maka
cari tau siapa dia. Kaji status resi klien ( orang yang anda tuju
untuk di kabarkan dengan kabar buruk ) tanyakan kabar atau

11
kenyamanan dan kebutuhannya. Anda harus mengkaji pemahaman
resi klien terhadap situasi. Hal ini akan membantu perawat dalam
membuat transisi dalam menyampaikan kabar buruk dan akan
membantu perawat dalam mengkaji persepsi pasien terhadap
keadaan. Perawat dapat mengutarakan pertanyaan seperti “
mengapa tes itu dilakukan ?”

b. Bebagi cerita
Ada kiasan bahwa kabar buruk adalah seperti bom. Yang
radiasinya akan mengenai semua yang ada di lingkungannya.
 Bicara pelan
Berikan peringatan awal “ saya takut saya mempunyai kabar
buruk untuk anda…
Kalimat hendaknya singkat dan b eberapa kalimat pendek.
 Akibat dari berita
Tunggu reaksi dan tenang
Missal : menangis, pingsan dll
 lihat dan berikan respon sebagai tanda empati dan perawat
bisa menyapaikan” saya paham, hal ini sulit bagi anda. Apa
yang ada dalam pikiran anda saat ini ?”

c. ikuti dan perhatikan resi pien selanjutnya


anda dapat membantu resi pien agar dapat menguasai control
dengan menanyakan “ apakah anda membutuhkan informasi baru
atau kita bisa bicara di kemudian ?” “berikan perhatian dan hotmati
perasaan dan kebutuhan diri perawat. Seringkali perawat merasa
berat hati dan merasa setres ketika menyampaikan berita buruk.
Oleh karena itu berbagai pengalaman dan perasaan terhadap teman
sejawat sangat di perlukan dan bisa sebagai support system bagi
diri anda sendiri.

12
2.8 Naskah Roll Play
Komunikasi perawat dengan pasien terminal
Penokohan :

Vina Meri : Dokter


Melyna Septyani : Ibu (Pasien Jantung Koroner)
Dewi Fitriani : Kepala Ruang
Febbi Galih : Anak (Pasien Jantung Koroner)
Rizki Fitrilia : Suster 1
Moch.Reviansyah : Bapak (Pasien Jantung Koroner)
Riyan W : Suster 2
Alwie : Perawat IGD

13
Pada suatu hari, di RSUD Dr Harjono Ponorogo ruang dahlia terlihat
seseorang yang sedang berbaring terkulei lemah tak berdaya. Dia adalah seorang
pasien penderita jantung koroner yang sudah mendapat vonis dari dokter bahwa
umurnya sudah tinggal tujuh hari.

Suster Rizky : “Assalamuallaikum, selamat pagi bapak, bagaimana tidurnya


semalam,? Bisa tidur atau tidak,?”
Reviansyah : “Waalaikumsalam , pagi juga sus, semalam saya kurang tidur
sus, saya merasa cemas”
Suster Rizky: “Kalau begitu, sekarang saya akan membantu bapak untuk
melaksanakan personal hygine terlebih dahulu”.
Reviansyah : “Iya sus, terimakasih”
( Selesaikan melaksanakan tugasnya tiba-tiba bapak rev bertanya
kepada suster tentang penyakitnya.)
Reviansyah : “maaf sus, sebenernya saya ada kemungkinan untuk sembuh atau
tidak, soalnya satu pekan kemarin, saya merasa selalu dibuntuti oleh orang
berjubah hitam sus, itulah yang membuat saya susah tidur”.
Suster Rizky : “maaf bapak, untuk informasi lebih mendalam mengenai penyakit
bapak nanti akan disampaikan kepala ruang sekarang bapak rajin
berdo’a dan beribadah saja, serahkan semua pada Tuhan, baik dan
buruk hasil nanti sudah ada yang mengatur”.
Alwi : “Iya sus terimakasih”.
Suster Rizky : “Sama sama bapak, saya permisi dulu ,nanti saya akan kembali
lagi pak, untuk mengganti infuse bapak”.
( Disaat suster sedang mengganti infuse pasien tersebut, datanglah
dokter )
Vina : “Assalamuallaikum, selamat pagi bapak. Bagaimana
perkembangan kesehatan bapak hari ini? apakah merasa sudah
membaik?”.
Alwi : “Waalaikumsalam dok alhamdulilah sudah tidak terlalu lemas
seperti kemarin dok, cuma akhir-akhir ini saya selalu merasakan
kecemasan yang berlebih, apakah itu efek obat ya dok,?”

14
Vina : ”Bapak tidak perlu khawatir, kami akan merawat bapak
semaksimal mungkin untuk kesembuhan bapak”.
Disislain suster riyan masuk kedalam kamar bapak reviansyah
Sus : “sus, saya ingin berbicara dengan keluarga pasien”.
Suster Riyan : “baik dok, saya akan panggilkan”
( Susterpun segera memanggil salah satu keluarga pasien )
Suster Riyan : “keluarga dari bapak ………. “
Ibu Melyna : “iya sus, saya istrinya”
Suster Riyan : “ibu disuruh keruangan dokter, karena ada hal yang ingin dokter
sampaikan mengenai perkembangan kesehatan bapak reviansyah”.
Ibu Melyna : “Baik sus, Terimakasih informasinya”.
( Dengan muka harap-harap cemas, ibu ……pun segera menuju
ruangan dokter.)
Ibu Melyna : “assalamualaikum dokter"
Vina : “waalaikumsalam, silahkan duduk bu”
Ibu Melyna : ”dokter memanggil saya.?”
Dokter : “iya ibu, saya akan membacakan hasil diagnose penyakit suami
ibu. Penyakit suami ibu sekarang sudah terlalu kronis, kami sudah
melakukan semua dengan semaksimal mungkin, tapi semua itu
sudah menjadi kehendak yang Maha Kuasa. Harapan hidupnya
sudah sangat kecil. Tapi kami akan selalu memantau
perkembangan suami ibu, agar suami ibu tidak cemas menghadapi
ini semua”
Ibu Melyna : “astaghfirullah…tolong dok, lakukan yang terbaik untuk suami
saya, berapapun biayanya”. (sambil menarik-narik baju dokter)
Vina : “ saya tahu, ini memang berat untuk ibu dan keluarga, tapi ini
diluar kuasa kami. Saya harap ibu dan keluarga bisa menerima
kenyataan ini. Saya harap ibu bisa mendampingi suami ibu, agar di
hari-hari terakhirnya suami ibu tidak merasa kesepian”.
Ibu Melyna pun keluar sambil menangis sejadi-jadinya. Anaknya pun
segera menghampiri ibunya dan berteriak setelah mendengar kabar tersebut.

15
Febbi :” mah, gimana kata dokter ?”
Ibu Melyna : (hanya bisa menangis tersedu-sedu)
Febbi : (seolah bisa mengartikan tangisan ibunya anak pun ikut
menangis).
Ibu Melyna :” yang sabar yah nak, kita harus siap dengan kenyataan ini”.
Febbi : “maksud ibu apa?..aku makin gak ngerti”.
Ibu Melyna : “penyakit bapak kamu sudah tidak bisa disembuhkan lagi, dan
harapan hidupnya kecil”.
Febbi : (semakin histeris).
Suster dewi selaku kepala ruang pun tiba menghampiri keluraga pasien
Dewi : “ibu yang sabar ya, tenangkan diri ibu. Serahkan semua ini pada
Allah, karena kita semua pasti akan kembali pada-Nya”.
Ibu Melyna : “kenapa ini terjadi pada keluarga saya?”
Dewi : “Allah memberikan cobaan pada setiap makhluknya, dan setiap
manusia diberikan cobaan yang berbeda. Pasti dibalik ini semua
akan ada hikmah untuk keluarga ibu, ibu harus bisa mengikhlaskan
semua ini”.
Ibu Melyna : “baik sus, saya akan berusaha untuk menerima semua ini, dan
mengikhlaskan semuanya, bantu saya untuk menyampaikan berita
ini kepada suami saya yah sus”.
Dewi : “Iya bu,saya pasti membantu ibu dan tolong hubungi keluarga
jauh ibu, agar di hari terakhir semua keluarga bisa hadir”.
Ibu Melyna : “Baik sus, terima kasih atas sarannya”.
Dewi : “Iya sama-sama ibu, itu sudah menjadi tugas saya.”
Keadaan pasien mulai memburuk
Ibu Melyna : (melamun)
Reviansyah : “Bu?” (dengan nada yang halus)
bu? (nada agak tinggi) (ibu tetap melamun) Pasien pun mulai
bingung (sekali lagi) “bu?”.
Ibu Melyna : “Iya pak (terkaget)
Reviansyah : “Ibu kenapa, dari tadi melamun saja?

16
Ibu Melyna : “Tidak apa apa, ibu hanya sedikit lelah, gimana pak keadaannya?”
Reviansyah : “Bapak mulai merasa tidak enak bu, tolong jaga anak-anak ya bu,
bapak harap kalian anak-anak menjadi anak-anak yang baik dan
berguna, dan jangan selalu berharap sama bapak lagi ya..!!”.
Ibu Melyna : “iya pak, ibu akan jaga anak-anak, dan bapak juga harus tenang
dan ikhlas menghadapi semua ini ya”.
Tiba tiba ada suster masuk kedalam kamar pasien
Dewi : “Assalamuallaikum selamat sore bapak? Perkenalkan saya dewi
perawat kepala ruang ini”.
Reviansyah : “Waalaikumsalam sore juga suster”.
Dewi : “Bapak, saya akan menyampaikan hasil pemeriksaan penyakit
bapak yang telah diberikan Dokter kepada saya”.
Reviansyah :”Iya sus silahkan”.
Dewi : “Baik bapak.
Saya harap bapak bisa menerima dan mengikhlaskan semuanya”.
Reviansyah : “Memang apa yang terjadi dengan penyakit saya sus?”
Dewi : “Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilaksanakan oleh dokter
dengan hasil bahwa penyakit bapak sudah tidak bisa disembuhkan
lagi dan umur bapak sudah tidak lama lagi”.
Reviansyah : (pasien terkaget dan kemudian teriak)
“Tidak mungkin sus, saya masih ingin hidup, dan saya masih punya
keluarga yang membutuhkan saya.”
Dewi : “Bapak yang tenang dan yang sabar bapak, bapak pasti kuat dan
bapak harus bisa melewati semuanya, percayakan semuanya pada
yang maha kuasa”.
Reviansyah : “ Sus, apakah ada alternatif lain agar penyakit yang saya derita
sembuh?, saya mohon sus”.
Dewi : ( menghela nafas panjang, sambil menunduk )
“ tim kami dokter dan perawat akan melakukan yang terbaik untuk
kesembuhan bapak, baiklah pak, saya tinggal dulu karena ada
keperluan lain dengan dokter apabila bapak butuh bantuan, bapak
bisa langsung panggil suster Riyan atau suter Rizky”.

17
“ bapak istirahat ya “ ( sambil merapikan pasien )
Setelah itu pasien pun beristirahat dengan didampingi istri dan anaknya.
Keesokan harinya tepatnya pada Pukul 08.00 pagi timpun kembali memeriksa
kondisi pasien, dan membawakannya sarapan.
Suster Rizky : “ Assalamuallaikum selamat pagi bapak, bagaimana tidurnya
semalam ?”.
Reviansyah : “ Waalaikumsalam pagi juga sus, alhamdulillah nyenyak sus”.
Suster Rizky : “ Bagaimana keadaan bapak sekarang ?
Reviansyah : “ Alhamdulillah baik sus”.
Suster Rizky : “ Baiklah pak, sekarang saatnya sarapan, apakah bapak ingin
dibantu atau melakukannya sendiri ? “
Reviansyah : “ Biar keluarga saya saja sus yang membantu”.
Suster Rizky : “Oh yasudah pak.. kalau begitu saya tinggal dulu ya..” .
Pasien pun sarapan dengan dibantu keluarganya, Sesudah sarapan pasien
pun beristirahat kembali. Tidak lama kemudian tiba-tiba pasien mengalami sesak
nafas.
Ibu Melyna : “ Pak, bapak kenapa, ko tiba-tiba sesak nafas?”.
( ibu terlihat cemas )
Reviansyah : “ Bapak enggak tau bu, aduh bu.. tolong” ( kesakitan )
Ibu Melyna pun langsung pergi keluar menuju ruang IGD memanggil tim
kesehatan tergesa-gesa dan cemas.
Ibu Melyna : “ Pak mantri, dok tiba-tiba suami saya mengalami sesak nafas,
tolong dia sus” .
Alwi : “ Baik bu, kami akan segera kesana ibu yang tenang”
Alwi dan tim kesehatan lainnya pun tiba
Ibu Melyna : “cepat , tolong suami saya .”
Alwi : “Iya bu, ibu berdoa saja, semoga tidak terjadi apa-apa”
Ibu Melyna :”Iya pak terimakasih”
Dibawanya pak revian menuju ruang IGD bersama perawat yang lainnya.
Sesampainya di IGD
Alwi :”Ibu maaf anda untuk sekarang tidak dapat masuk kedalam ruang
IGD”.

18
Ibu Melyna : “Kenapa pak? Saya ingin masuk kedalam untuk menemaniya”.
Alwi : “Ibu yang tenang semua pasrahkan kepada kita selaku tim medis”.
Ibu Melyna :”Tapi pak…”
Alwi :”Maaf ibu sudah prosedurnya seperti ini tunggu kabar baiknya ibu
berdoa saja”.
Tim kesehatan pun berusaha untuk membantu pasien. Tidak lama
kemudian, kondisi pasien semakin kritis dan tim kesehatan pun tidak bisa
memberikan pertolongan kepada pasien dan akhirnya pasien pun meninggal.
Vina :”Alwi tolong sampaikan kepada keluarga pasien jika bapak revian
sudah tiada”.
Alwi : “Baik dok”.
Tibalah alwi di ruang tunggu keluarga
Ibu Melyna : “Bagaimana keadaa suami saya?”.
Febbi : “Pak gimana keadaan bapak saya?”.
Ibu Melyna : “Jawab Pak”
Alwi : “ Ibu adek yang tenag”
“Sabar dan tawakal. Iklas dan menerima rencana sang kuasa”
“Bapak reviansyah sudah tiada”

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan perawat dan klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar
bersama dan pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat
memakai dirinya secara terapeutik dengan menggunakan berbagai tekhnik
kmunikasi agar perilaku klien berubah kearahyang positif secara optimal.
Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus
menganalisa dirinya dari kesadaran diri, klasifikasi nilai, perasaan dan
mampu menjadi model yang bertanggung jawab. Seluruh perilaku dan pesan
yang disampaikan perawat (verbal atau non verbal) hendaknya bertujuan
terapeutik untuk evaluasi klien. Analisa hubungan intim yang terapeutik
perlu diakukan untuk evaluasi perkembangan hubungan dan menentukan
tekhnik dan keterampilan yang tepat dalam setiap tahap untuk mengatasi
masalah klien dengan prinsip disini dan saat ini (here and now). Rasa aman
merupakan hal utama yang harus diberikan pada anak agar anak bebas
mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan hukuman.

3.2 Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasan yang
sebenarnya secara spontan. Disamping itu perawat juga harus mampu
menghargai klien dengan menerima klien apa adanya. Menghargai dapat
dikomunikasikan melalui duduk bersam klien yang menangis, minta maaf
atas hal yang tidak disukai klien, dan menerima permintaan klien untuk
tidak menanyakan pengalaman tertentu.
Perawat perlu menganalisa tekhnik komunikasi yang cepat setiap kali ia
berhubungan dengan klien. Melalui komunikasi verbal dapat diungkapkan
informasi yang akurat tetapi aspek emosi dan perasaan tidak dapat
diungkapkan seluruhnya secara verbal. Dengan mengerti proses komunikasi
dan menguasai berbagai ketrampilan berkomunikasi, diharapkan perawat
dapat memakai dirinya secara utuh (verbal dan non verbal) untuk memberi
efek terapeutik kepada klien.

20
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/297592546
Nasir,abdul.dkk .2009. Komunikasi dalam keperawatan Teori dan aplikasi
.Jakarta: Salemba Medika
Purwanto.2007.Komunikasi Untuk perawat.Jakarta:EGC

21

Anda mungkin juga menyukai