Tim Penyusun:
dr. Surya Akbar, M.Med.Ed
dr. Siska Anggreni, Sp.KK, M.Pd.Ked
dr. Rosyadi Aziz Rahmat M.Pd.Ked
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
ASSALAMU’ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH
Alhamdulillahi Robbalalamin, sebagai salah seorang pioner dalam bidang inovasi pendidikan
kedokteran, khususnya problem-based learning (PBL), saya sangat bersyukur atas terbitnya
Buku Panduan Tutor bagi para para pendidik di Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sumatera Utara. Rasa syukur ini makin bertambah dalam ketika saya mengetahui bahwa
para penulis Buku Panduan Tutor ini merupakan pendidik yang tergolong berusia muda, yang
menunjukkan tekad kuat, penuh dengan dedikasi dan komitmen tinggi untuk meningkatkan
mutu pendidikan di Fakultas Kedokteran UISU.
Panduan merupakan alat bagi seseorang untuk dapat menyelesaikan tugasnya secara benar
tanpa pernah kehilangan arah. Di lain pihak, panduan merupakan pegangan agar seseorang
yang sedang menerima amanah agar tidak merasa gamang ketika menunaikan tugasnya
untuk mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan oleh institusi.
PBL merupakan metode pembelajaran yang didasari oleh student-centered learning dengan
karakter yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. PBL memerlukan berbagai
perubahan yang mendasar, mulai dari mindset, organisasi pendidikan, kurikulum sampai
dengan penilaian hasil belajar (student assessment). Di dalam PBL terdapat perubahan yang
sangat berarti, menyangkut peran dan tugas para pendidik (dosen).
Di dalam PBL, dosen tidak lagi berperan sebagai sumber utama informasi ilmu dan
pengalaman. Perannya bergeser menjadi fasilitator yang di dalamnya terdapat fungsi sebagai
guide, evaluator, role model, mentor, motivator dan sekaligus sebagai participant. Di lain
pihak, para peserta didik bukan lagi sebagai pendengar yang patuh. Mereka menjadi
pembelajar yang aktif dan mandiri.
Buku Panduan Tutor ini hendaknya dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh para pendidik
yang bertugas sebagai tutor. Semoga Allah swt selalu melimpahkan taufik, rahmat, hidayah,
inayah, dan barokahNYA kepada seluruh sivitas akademika Fakultas Kedokteran UISU. Amin
ya Robbalalamin.
ii
PRAKATA
Penulis
iii
DAFTAR ISI
REFERENSI ................................................................................. 31
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Buku Panduan Tutor
BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN
2
Buku Panduan Tutor
BAGIAN KEDUA
PROBLEM-BASED LEARNING
Pengantar
Harden& Davis (1998) berpendapat bahwa PBL adalah suatu strategi
belajar yang menggunakan masalah untuk meningkatkan pengetahuan
pembelajar. Problem-Based Learning diartikan oleh Savin-Baden (2000)
sebagai proses belajar yang diinisiasi oleh pembelajar dan berfokus pada
penyelesaian suatu masalah dengan menggunakan pengetahuan yang
tepat. Wood (2003) mengemukakan bahwa PBL adalah metode
pembelajaran yang menggunakan masalah (problem) untuk menentukan
kebutuhan atau tujuan belajar. Mann, Dornan & Teunissen (2011)
berpendapat bahwa PBL adalah teknik belajar dalam kelompok kecil
pembelajar yang bekerja sama dengan fasilitator menggunakan suatu
skenario masalah untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar dan tujuan
belajar, menerapkan self-directed learning, menerima umpan balik, dan
merumuskan kesimpulan secara bersama. Dari berbagai definisi PBL, para
ahli menyimpulkan terdapat empat prinsip pembelajaran PBL yaitu:
kolaboratif, konstrutif, kontekstual, dan menerapkan self-directed learning
(Dolmans, Grave, Wolfhagen & van der Vlueten, 2005).
PBL dilaksanakan dengan membentuk kelompok belajar kecil (small
group discussion) yang terdiri atas 8-10 orang mahasiswa dan satu orang
fasilitator (tutor) (Wood, 2003). Pelaksanaan PBL yang difasilitasi tutor
dikenal dengan istilah tutorial PBL. Mahasiswa menentukan kebutuhan
materi yang ingin dipelajarinya berdasar pada masalah (skenario) yang
diberikan. Skenario bukan menjadi fokus masalah yang harus dipecahkan,
namun mahasiswa memanfaatkannya sebagai pemicu pembelajaran
dengan cara berusaha mencari penjelasan bagaimana dan mengapa
masalah dalam skenario tersebut terjadi. Usaha menjelaskan bagaimana
dan mengapa masalah dalam skenario tersebut terjadi akan memberikan
pemahaman kepada pembelajar tentang materi yang dipelajarinya.
Kesuksesan proses PBL salah satunya dipengaruhi oleh kelancaran
peran sebagai fasilitator yang dijalankan tutor. Tutor berkewajiban
memastikan setiap mahasiswa dapat mengenali kebutuhan belajarnya.
Kebutuhan belajar muncul akibat kesadaran mahasiswa terhadap kurangnya
pengetahuan yang dimilikinya untuk menjelaskan terjadinya masalah
(skenario) yang diberikan.
1
•Mengindentifikasi kata-kata yang tidak dimengerti
2
•Merumuskan masalah
3
•Menganalisis masalah (menjelaskan masalah/Brainstorming)
4
•Menyimpulkan hasil penjelasan masalah
5
•Merumuskan tujuan belajar mandiri
6
•Mencari informasi secara mandiri
7
•Berkumpul kembali
4
Buku Panduan Tutor
7
Buku Panduan Tutor
menjelaskan skenario
dapat dikeluarkan.
Mahasiswa membuat
kesimpulan dalam
bentuk diagram
skematis atau list
berdasarkan masalah-
masalah yang telah
disampaikan untuk
menjelaskan skenario
tersebut.
Mahasiswa dapat
menambahkan hal-hal
yang belum dijelaskan
ke dalam diagram
tersebut untuk
kemudian dimasukkan
dalam tujuan belajar
mandiri.
Ketua memastikan
tahap IV dilakukan
dalam waktu 30 menit.
Tahap V Memastikan seluruh LO Mahasiswa menentukan
(20 menit) skenario telah tercakup tujuan belajar mandiri
dalam LO yang dibuat oleh berdasarkan diagram
mahasiswa. skema yang dibuat.
Memantau tahap V Ketua memastikan
dilakukan dalam waktu 15 tahap V dilakukan
menit. dalam waktu 15 menit.
Memberikan feed back 5
menit.
Tahap VI Memastikan masing- Mahasiswa mencari
masing mahasiswa informasi secara
menggunakan sumber mandiri dalam upaya
belajar yang valid (buku mencapai tujuan belajar
teks, jurnal kedokteran, mandiri yang telah
pendapat ahli). ditentukan.
Memastikan sumber belajar Mahasiswa
yang digunakan mahasiswa menggunakan sumber
bervariasi. belajar yang beragam.
Tahap VII Memastikan masing- Ketua membuka
(110 menit) masing mahasiswa pertemuan.
menggunakan sumber Ketua mempersilahkan
informasi yang valid. seluruh anggota (tidak
Memastikan masing- terkecuali dirinya)
9
Buku Panduan Tutor
Kesimpulan
Tutorial PBL merupakan metode pembelajaran dalam kelompok kecil
yang menggunakan skenario masalah sebagai pemicu pembelajaran dan
difasilitasi oleh seorang tutor. Tahapan dalam tutorial PBL menurut
Maastricht terdiri daritujuh tahapan yaitu: menemukan dan menjelaskan
kata-kata yang sulit, merumuskan masalah, menjelaskan masalah,
menganalisis masalah, menyimpulkan masalah, merumuskan tujuan belajar
mandiri, belajar mandiri, dan berkumpul kembali. Seorang tutor sebaiknya
mengetahui prinsip-prinsip dari masing-masing tahapan sehingga proses
diskusi tutorial dapat berlangsung dengan baik.
10
Buku Panduan Tutor
BAGIAN KETIGA
TUTOR SEBAGAI FASILITATOR
Pengantar
Metode PBL merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran
yang menggunakan prinsip belajar berpusat pada pembelajar (Student
Centered Learning/SCL). Metode ini menggunakan kelompok kecil
mahasiswa yang secara aktif akan berusaha menemukan kebutuhan
belajarnya dengan membentuk tujuan belajar mandiri. Metode ini akan dapat
berjalan dengan efektif bila difasilitasi oleh seorang fasilitator.
Fasilitator adalah seseorang yang menggunakan keterampilan
tertentu untuk membantu individu atau kelompok mencapai suatu tujuan
tertentu (Prendiville, 2008). Fasilitator bertugas memastikan diskusi
kelompok berjalan efektif, baik secara proses maupun secara struktur
(Schwarz, 2002). Efektif secara proses maksudnya kelompok dapat bekerja
sama dalam mencapai tujuan tertentu, sedangkan efektif secara struktur
maksudnya setiap anggota mampu menjalankan perannya masing-masing
sehingga menciptakan kondisi belajar yang stabil. Pada tutorial PBL, tutor
bertindak sebagai fasilitator.
Keterampilan bertanya
Pertanyaan yang diberikan oleh tutor
pada prinsipnya adalah untuk menentukan
efektif tidaknya proses belajar yang dilakukan
oleh mahasiswa selama mengikuti diskusi
tutorial.Tutor memberikan pertanyaan kepada
anggota kelompok diskusi tutorial bertujuan
untuk menimbulkan rasa ingin tahu atau
ketertarikan terhadap materi yang dibahas,
menilai kedalaman pengetahuan mahasiswa, merangsang mahasiswa
berpikir kritis, dan untuk mengevaluasi proses belajar mahasiswa (Edmunds
& Brown, 2010).
Pertanyaan tutor dapat berupa pertanyaan terbuka dan pertanyaan
tertutup (Dornan, Mann, Scherpbier & Spencer, 2011).Pertanyaan terbuka
ditujukan agar mahasiswa menjelaskan tentang suatu materi yang sedang
dibahas. Pertanyaan terbuka memerlukan jawaban yang luas sehingga tutor
dapat melihat kedalaman dan keluasan pengetahuan, serta kemampuan
memberi alasan atau argumen. Pertanyaan terbuka menggunakan kata
tanya mengapa dan bagaimana.
11
Buku Panduan Tutor
Keterampilan mendengarkan
Komunikasi yang baik adalah
komunikasi dua arah, yaitu salah satu pihak
berperan sebagai pemberi informasi dan
pihak lain berperan sebagai penerima
informasi. Dalam diskusi tutorial, tutor dan
mahasiswa harus memiliki keterampilan
mendengarkan yang baik agar proses
diskusi dapat berlangsung secara efektif.
Fasilitator dalam diskusi tutorial
harus mampu mendengarkan secara aktif. Keterampilan mendengarkan
secara aktif adalah mendengarkan seseorang berbicara sambil memberikan
kesan kepada pembicara bahwa ia sedang didengarkan (Prendiville, 2008).
Seorang pendengar aktif tidak hanya mampu menangkap makna dari
perkataan pembicara baik secara tersirat ataupun tersurat, namun juga
menunjukkan sikap seorang pendengar yang baik. Tutor dalam diskusi
tutorial harus memiliki kemampuan menangkap makna dari perkataan
mahasiswa yang ditunjukkan dengan kemampuan tutor untuk merangkum,
menjelaskan, dan menghubungkan pendapat dari masing-masing
mahasiswa.
Sikap seorang pendengar yang baik dapat dilihat dari kontak mata
dengan pembicara, bahasa tubuh yang menunjukkan ketertarikan terhadap
apa yang disampaikan, dan ekspresi wajah yang menunjukkan sikap
menerima.Posisi seorang fasilitator dalam diskusi tutorial juga membantu
dalam menjadi seorang pendengar yang aktif. Tutor sebaiknya duduk di
dalam kelompok dimana ia dapat melihat secara jelas kepada masing-
masing anggota kelompok.
Keterampilan merespon
Mahasiswa dalam diskusi tutorial memiliki kebebasan dalam
memberikan jawaban, tanggapan atau pendapat terhadap materi yang
dipelajari. Mahasiswa juga diperbolehkan untuk salah namun tetap
bertanggung jawab. Kadang ada jawaban, tanggapan atau pendapat yang
disampaikan oleh mahasiswa tersebut kurang tepat atau bahkan tidak
sesuai dengan materi yang dipelajari. Tutor harus dapat memberi respon
terhadap kondisi tersebut tanpa menimbulkan rasa disalahkan pada diri
mahasiswa.
12
Buku Panduan Tutor
Keterampilan menjelaskan
Keterampilan tutor
dalammemberikan penjelasan diperlukan
pada saat mahasiswa menemui hambatan
dalam proses diskusi tutorial. Tutor perlu
menjelaskan secara singkat mengenai
materi yang kurang jelas pada pertemuan
tersebut. Penjelasan ini berguna untuk
mengarahkan diskusi tutorial, bukan
memberikan kuliah. Keterampilan
menjelaskan ini sebaiknya tidak digunakan
terlalu sering dan terlalu awal karena akan menghambat keaktifan
mahasiswa dalam diskusi tutorial. Tutor menggunakan keterampilan
menjelaskan ini bila menggunakan keterampilan bertanya dan keterampilan
merespon tidak berhasil mengarahkan mahasiswa. Penjelasan yang
diberikan sebaiknya tidak secara lengkap dan rinci, namun diberikan dengan
menyampaikan bagian-bagian penting yang dapat memberikan pemahaman
awal bagi mahasiswa untuk melakukan diskusi tutorial.
13
Buku Panduan Tutor
perkataan yang dapat digunakan dalam umpan balik yang konstruktif adalah
“kamu sudah baik dalam melakukan ..., saya berharap kamu bisa lebih
meningkatkannya lagi dengan ...”, “kamu sudah benar dalam ..., akan
menjadi lebih baik lagi bila kamu juga melakukan ...”.
Kesimpulan
15
Buku Panduan Tutor
BAGIAN KEEMPAT
PERAN TUTOR DALAM PROSES BELAJAR
Pengantar
Pembelajaran melalui diskusi kelompok kecil berbeda dengan
pembelajaran melalui perkuliahan. Proses belajar di dalam diskusi kelompok
kecil menggunakan prinsip student centered learning (SCL). Proses belajar
tersebut mengharuskan pembelajar berperan aktif dalam memperoleh ilmu
pengetahuan yang dibutuhkannya. Pertanyaan yang sering muncul dari
prinsip belajar SCL adalah bila mahasiswa diharuskan aktif dalam
memperoleh ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya, untuk apa dibutuhkan
seorang tutor? Bila memang tutor dibutuhkan dalam proses belajar, apa
peran tutor tersebut?
16
Buku Panduan Tutor
diharapkan tidak dapat dicapai. Oleh sebab itu tutor memegang peranan
penting dalam tutorial PBL.
17
Buku Panduan Tutor
18
Buku Panduan Tutor
Kesimpulan
Dalam proses belajar tutorial PBL, tutor berperan sebagai
pendiagnosis, pemberi tantangan, model, aktivator, monitor, dan sebagai
evaluator. Peran tutor tersebut dapat dilakukan dengan baik oleh seorang
tutor bila ia memiliki kemampuan mengamati, memberi pertanyaan, serta
memberikan pendapat yang tepat dari masing-masing perannya tersebut.
Pertanyaan atau pendapat ditujukan untuk meningkatkan proses belajar
mahasiswa. Pertanyaan yang diberikan sebaiknya pertanyaan yang
menggugah mahasiswa untuk berpikir, sehingga miskonsepsi dapat
diperbaiki dan penguasaan materi dapat dicapai. Kemampuan tutor dalam
memberikan pertanyaan atau pendapat yang merangsang mahasiswa untuk
berpikir hanya dapat dilakukan bila tutor tersebut menguasai materi.Oleh
sebab itu tutor berkewajiban mempersiapkan diri sebelum tutorial.
19
Buku Panduan Tutor
BAGIAN KELIMA
PERAN TUTOR DALAM PROSES KELOMPOK
Pengantar
Tutorial PBL dapat berlangsung dengan baik bila setiap anggota
kelompok berperan aktif selama diskusi. Anggota kelompok harus
menjalankan tugas sesuai dengan perannya masing-masing. Tutor harus
dapat mengetahui tugas dari masing-masing peran guna memastikan bahwa
tutorial berlangsung dengan baik.
1. Forming (Membentuk)
Tahap ini merupakan tahap awal
dalam pembentukan kelompok.
Masing - masing mahasiswa
merupakan individu-individu yang
memiliki identitas diri sendiri - sendiri.
Pada tahap ini masing-masing
anggota berusaha menempatkan
identitas dirinya kedalam kelompok.
Biasanya setiap mahasiswa belum
saling mengenal karakter dan identitas masing-masing anggota
kelompoknya. Rasa cemas, gugup, dan kaku mungkin muncul pada diri
mahasiswa. Tutor sebagai fasilitator harus dapat memberikan suasana
nyaman dengan cara memperkenalkan dirinya kepada kelompok serta
mempersilahkan masing-masing mahasiswa untuk memperkenalkan
dirinya (Dornan et all., 2011).
2. Storming (Keributan)
Tahap ini ditandai dengan konflik,
ketidakpuasan dan kompetisi. Dalam
tahap ini mungkin akan timbul
ketidakcocokan dari masing-masing
individu mahasiswa sebagai akibat dari
proses menunjukkan identitas dirinya.
Konflik, ketidakpuasan, dan kompetisi
dapatterjadi secara eksplisit maupun
implisit. Tutor sebaiknya dapat mengenali kondisi ini dan mengambil
tindakan untuk meredakannya. Tutor sebaiknya bersifat objektif dalam
21
Buku Panduan Tutor
3. Norming (Keteraturan)
Tahap ini ditandai dengan timbulnya
rasa percaya dan mengenali identitas
masing-masing anggota kelompok.
Masing-masing anggota kelompok
akan beradaptasi membentuk perilaku
serta identitas dirinya yang sesuai
dengan kelompok tersebut. Setiap
anggota dari kelompok akan mulai
menumbuhkan rasa menghargai
perbedaan masing-masing anggota kelompok lainnya. Kelompok akan
membuat peraturan dan norma tertentu yang mengatur bagaimana
mereka bersikap dalam diskusi. Peraturan dan norma ini biasanya
tidak disampaikan secara eksplisit.
4. Performing (Melaksanakan)
Tahap ke empat ini menandakan
telah terselesaikannya tiga tahap
awal diatas. Kelompok akan bekerja
menjalankan tugas dan perannya
masing-masing secara optimal.
Masing-masing anggota kelompok
akan fokus dalam menjalankan tugas
yang diberikan. Ketidaksetujuan dan
salah paham akan diselesaikan secara efektif di dalam kelompok
tersebut.
Kesimpulan
Pengetahuan mengenai peran mahasiswa dalam tutorial PBL dan tahapan
dalam pembentukan kelompok akan membantu tutor dalam menentukan
intervensi yang tepat sehingga diskusi kelompok dapat berlangsung dengan
baik. Tutor perlu mengenali karakter dari masing-masing anggota kelompok
tutorial sehingga dapat bersikap yang sesuai. Pada awal pertemuan
sebaiknya tutor memperkenalkan diri dan membangun hubungan
interpersonal dengan setiap anggota kelompok (Dornan et all., 2011). Pada
awal pembentukan kelompok tutorial setiap anggota kelompok perlu
memperkenalkan dirinya sehingga masing-masing anggota dapat saling
mengenal. Tutor dapat menyampaikan aturan-aturan dalam proses diskusi
tutorial secara langsung bila diperlukan.
23
Buku Panduan Tutor
BAGIAN KEENAM
Peran tutor dalam pembelajaran mandiri
(self-directed learning)
Pengantar
Pembelajaran mandiri (self-directed learning/SDL) adalah
kemampuan inisiatif seseorang untuk memilih kebutuhan belajarnya baik
dengan atau tanpa bantuan orang lain, merumuskan tujuan belajar,
mengenali sumber belajar baik manusia ataupun materi, memilih dan
menerapkan strategi belajar yang tepat,serta menilai hasil belajar (Knowles,
1975 disitasi oleh Smith, 2002). Berdasarkan pendapat Knowles tersebut
kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran mandiri adalah
kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang ingin
dicapainya dimana proses belajar tersebut diatur oleh si pembelajar itu
sendiri. Kemampuan pembelajaran mandiri ini penting bagi profesi-profesi
yang menuntut untuk memperbaharui pengetahuan mereka sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Kemampuan ini dapat dibentuk melalui metode pembelajaran yang
menggunakan prinsip SCL. Salah satu metode pembelajaran yang
menerapkan prinsip SCL yang diyakini dapat membentuk kemampuan
pembelajaran mandiri adalah metode pembelajaran PBL (Loyens, Magda &
Rikers, 2008). Kemampuan pembelajaran mandiri akan menciptakan
pembelajar yang independent (bebas) yang dapat diartikan bahwa
pembelajar tersebut dapat melakukan proses belajar tanpa harus diarahkan
atau diajarkan oleh sesorang. Harapan dari pembentukan kemampuan ini
adalah untuk membentuk pembelajar sepanjang hayat, dimana pembelajar
tersebut akan terus menerus memperbaharui ilmu pengetahuan yang
dimilikinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Penerapan metode pembelajaran PBL diharapkan dapat membentuk
lulusan berupa dokter-dokter yang memiliki kemampuan SDL sehingga pada
akhirnya akan membentuk pembelajar sepanjang hayat (Davis dan Harden,
1999). Pembentukan kemampuan pembelajaran mandiri (SDL) pada metode
pembelajaran PBL dapat dilihat dari proses diskusi tutorial itu sendiri. Pada
pertemuan pertama diskusi tutorial mahasiswa diberi kebebasan untuk
menentukan apa yang menjadi kebutuhan belajarnya. Walaupun tutor
mengarahkan kebutuhan belajar tersebut sesuai dengan tujuan belajar yang
telah ditentukan, namun mahasiswa tetap berperan aktif dalam menemukan
tujuan belajarnya sendiri. Langkah ke 6 dari proses diskusi tutorial dalam
PBL, mahasiswa akan mencari sumber belajarnya sendiri yang menurutnya
dapat memberikannya referensi dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang
diharapkan. Langkah ke 7 diskusi tutorial, mahasiswa menyampaikan
pengetahuan yang dimilikinya terhadap materi yang dipelajari kepada
sesama anggota kelompoknya. Langkah ke 7 ini akan memperlihatkan
bagaimana mereka menilai atau mengevaluasi hasil pengetahuan yang
mereka peroleh tersebut dengan cara, melihat kesamaan atau perbedaan
24
Buku Panduan Tutor
25
Buku Panduan Tutor
26
Buku Panduan Tutor
Kesimpulan
Tutor sebaiknya mampu mengenali kemampuan SDL mahasiswa, dengan
mengenali kemampuan SDL mahasiswa tutor akan mampu me-lakukan cara
atau intervensi tertentu yang sesuai dengan kemampuan SDL mahasiswa.
Penggunaan cara/intervensi tersebut dilakukan se-mata-mata dilakukan
dengan tujuan untuk membantu mahasiswa mem-peroleh kemampuan SDL
yang optimal. Cara/intervensi yang tidak se-suai dengan kemampuan
mahasiswa akan menimbulkan kegagalan dalam membentuk kemampuan
SDL mahasiswa.
27
Buku Panduan Tutor
BAGIAN KETUJUH
INTERVENSI TUTOR
Pengantar
Pada bab-bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa seorang tutor
dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator harus dapat menjamin
berlangsungnya tiga hal yaitu proses belajar yang baik, proses kelompok
yang baik, dan kemampuan self-directed learning yang baik. Ketiga hal
tersebut harus berjalan dengan seimbang. Diskusi tutorial yang hanya
berfokus pada proses belajar yang baik tanpa menghiraukan kedua hal
lainya akan membuat diskusi tutorial menjadi sama seperti kuliah pakar atau
berjalan satu arah (teacher centered). Tutor yang hanya berfokus pada
membentuk proses kelompok yang baik akan menciptakan diskusi yang
tidak terarah, sedangkan tutor yang hanya berfokus pada ke-mampuan self-
directed learning yang baik akan membentuk mahasiswa yang tidak dapat
berkolaborasi serta berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya. Oleh
karenanya penting bagi tutor untuk menjamin berlang-sungnya ketiga hal
tersebut secara seimbang.
Tutor dalam menjamin keberlangsungan tiga hal tersebut dapat
memberikan intervensi-intervensi kepada mahasiswa. Intervensi-intervensi
tersebut harus diberikan secara tepat. Pemberian intervensi secara tepat
dimaksudkan bahwa tutor memberikan intervensi disaat kelompok diskusi
tutorial tersebut memang membutuhkan intervensi. Tutor dapat mengetahui
kapan suatu kelompok diskusi tutorial membutuhkan intervensi bila tutor
mengenali peran dirinya dalam diskusi tutorial (lihat bab II, III, & IV).
Intervensi yang diberikan harus sesuai dengan masalah yang terjadi dalam
diskusi tutorial. Masalah yang menghambat proses diskusi tutorial berkisar
pada ketiga hal seperti apa yang telah disebut di atas (proses belajar,
proses kelompok, dan self-directed learning), maka dari itu intervensi yang
diberikan harus sesuai dengan bagian mana dari ketiga hal tersebut yang
bermasalah.
berpikir mahasiswa itu sendiri. Intervensi tutor lebih kepada bagaimana tutor
membantu mahasiswa membentuk pemahaman terhadap konsep yang
dipelajari dan bukan mengajarkan mahasiswa tentang konsep tersebut.
Prinsip yang kedua adalah membentuk lingkungan belajar yang
kondusif. Prinsip ini harus digunakan oleh tutor untuk menjamin ke-
berlangsungan pembentukan proses kelompok yang baik. Lingkungan
belajar yang kondusif dapat diartikan sebagai lingkungan belajar yang
memberi mahasiswa kebebasan dalam mengungkapkan pendapat atau
memberi pertanyaan tanpa ada rasa takut atau canggung. Tutor juga
sebaiknya mampu memberikan intervensi sesuai dengan karakter dari
masing-masing peserta diskusi tutorial. Mahasiswa yang kurang aktif harus
dirangsang untuk ikut berperan aktif, sedangkan mahasiswa yang terlalu
aktif harus dibatasi agar setiap mahasiswa dapat memberikan peran aktif
yang seimbang dalam proses diskusi tutorial. Intervensi yang diberikan oleh
tutor tersebut harus selalu memegang teguh kebebasan mengungkapkan
pendapat sehingga proses diskusi tutorial dapat terlaksana dengan baik.
mandiri. Kemandirian dalam belajar dapat dilihat dari sejak awal dalam
tahap diskusi tutorial (tahap menemukan kata-kata yang sulit pada
skenario). Tutor harus dapat mengenali kemampuan belajar mandiri sejak
awal pertemuan. Intervensi dapat diberikan tergantung pada bagian mana
mahasiswa mengalami kesulitan dalam menjalankan proses belajarnya,
apakah pada bagian menentukan kebutuhan belajar, mencari sumber
belajar, atau bagian menilai hasil belajar. Intervensi tidak perlu diberikan bila
kelompok diskusi tutorial telah memiliki kemandirian dalam menjalankan
proses belajarnya sendiri.
Kesimpulan
Ketiga prinsip yang telah disampaikan di atas merupakan dasar yang
digunakan tutor dalam memberikan intervensi pada proses diskusi tutorial.
Variasi dalam pendekatan yang dilakukan oleh tutor diperbolehkan, namun
variasi pendekatan yang dilakukan harus tetap memperhatikan pelaksanaan
ketiga prinsip tersebut. Pendekatan yang dilakukan oleh tutor dapat
bervariasi tergantung kondisi kelompok mahasiswa serta gaya masing-
masing tutor dalam memfasilitasi diskusi tutorial.
30
Buku Panduan Tutor
REFERENSI
Edmunds S & Brown G.(2010) Effective small group learning: AMEE Guide
No.48. Medical Teacher, 32, pp. 715-26.
De Grave W, Moust J& Hommes J.(2003) The Role of the Tutor in a problem
based learning curriculum. Universitaire Pers Maastricht:
Netherlands.
31
Buku Panduan Tutor
32