Anda di halaman 1dari 39

BUKU PANDUAN TUTOR

Tim Penyusun:
dr. Surya Akbar, M.Med.Ed
dr. Siska Anggreni, Sp.KK, M.Pd.Ked
dr. Rosyadi Aziz Rahmat M.Pd.Ked

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA


FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
BUKU PANDUAN TUTOR

PANDUAN PRAKTIS TUTORIAL


PROBLEM-BASED LEARNING

dr. Surya Akbar, MMedEd


dr. Siska Anggreni Lubis, Sp. KK, M.Pd.Ked
dr. Rosyadi Aziz Rahmat, M.Pd.Ked
KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
ASSALAMU’ALAIKUM WAROHMATULLAHI WABAROKATUH

Alhamdulillahi Robbalalamin, sebagai salah seorang pioner dalam bidang inovasi pendidikan
kedokteran, khususnya problem-based learning (PBL), saya sangat bersyukur atas terbitnya
Buku Panduan Tutor bagi para para pendidik di Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sumatera Utara. Rasa syukur ini makin bertambah dalam ketika saya mengetahui bahwa
para penulis Buku Panduan Tutor ini merupakan pendidik yang tergolong berusia muda, yang
menunjukkan tekad kuat, penuh dengan dedikasi dan komitmen tinggi untuk meningkatkan
mutu pendidikan di Fakultas Kedokteran UISU.

Panduan merupakan alat bagi seseorang untuk dapat menyelesaikan tugasnya secara benar
tanpa pernah kehilangan arah. Di lain pihak, panduan merupakan pegangan agar seseorang
yang sedang menerima amanah agar tidak merasa gamang ketika menunaikan tugasnya
untuk mencapai tujuan sebagaimana ditetapkan oleh institusi.

PBL merupakan metode pembelajaran yang didasari oleh student-centered learning dengan
karakter yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. PBL memerlukan berbagai
perubahan yang mendasar, mulai dari mindset, organisasi pendidikan, kurikulum sampai
dengan penilaian hasil belajar (student assessment). Di dalam PBL terdapat perubahan yang
sangat berarti, menyangkut peran dan tugas para pendidik (dosen).

Di dalam PBL, dosen tidak lagi berperan sebagai sumber utama informasi ilmu dan
pengalaman. Perannya bergeser menjadi fasilitator yang di dalamnya terdapat fungsi sebagai
guide, evaluator, role model, mentor, motivator dan sekaligus sebagai participant. Di lain
pihak, para peserta didik bukan lagi sebagai pendengar yang patuh. Mereka menjadi
pembelajar yang aktif dan mandiri.

Buku Panduan Tutor ini hendaknya dipergunakan dengan sebaik-baiknya oleh para pendidik
yang bertugas sebagai tutor. Semoga Allah swt selalu melimpahkan taufik, rahmat, hidayah,
inayah, dan barokahNYA kepada seluruh sivitas akademika Fakultas Kedokteran UISU. Amin
ya Robbalalamin.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Prof.(Ret). Harsono, dr.,Sp.S(K)

ii
PRAKATA

Metode pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) merupakan


suatu bentuk metode pembelajaran yang tergolong baru diterapkan di
Indonesia. Metode pembelajaran PBL diyakini sebagai suatu metode
pembelajaran yang “canggih”, dimana agar dapat bekerja dengan baik
maka diperlukan suatu tindakan khusus. Bila diambil sebuah contoh,
PBL diibaratkan seperti sebuah ponsel “smartpohone” dimana ponsel
tersebut memiliki kelebihan dibandingkan dengan ponsel-ponsel biasa,
karena kecanggihannya tersebut maka seseorang perlu mempelajari
bagaimana dapat mengoperasikannya dengan maksimal sehingga fitur-
fitur dalam ponsel tersebut dapat berfungsi dengan baik. Demikian hal-
nya dengan PBL, agar dapat memperoleh hasil yang maksimal maka
pengguna dari metode pembelajaran tersebut perlu mengetahui cara
yang tepat dalam mengaplikasikan PBL tersebut.
Buku ini dibuat dengan tujuan untuk memberi pemahaman
kepada tutor tentang fungsi dan perannya dalam memfasilitasi proses
belajar dalam diskusi tutorial. Seorang tutor dituntut untuk memiliki
seperangkat keterampilan untuk menjalankan fungsi dan perannya
sebagai seorang fasilitator. Tutor dalam memfasilitasi proses belajar
dalam diskusi tutorial harus menjalankan perannya dalam 3 hal, yaitu
peran dalam proses belajar, peran dalam proses dinamika kelompok,
dan peran dalam menjamin self-directed learning mahasiswa. Ketiga
peran ini dilaksanakan dalam mencapai Learning Objective (LO) yang
telah ditentukan oleh pihak fakultas. Upaya tutor dalam menjalankan
peran tutor terhadap ketiga hal tersbut dapat dilakukan dengan
memberikan intervensi kepada mahasiswa. Intervensi yang diberikan
harus dilakukan dengan seimbang kepada ketiga hal tersebut, sehingga
diskusi tutorial dapat berjalan dengan efektif.
Buku ini merupakan hasil karya seorang manusia yang tidak
terlepas dari kekurangan dan kesalahan, maka dari penulis membuka
kesempatan sebesar-besarnya kepada pembaca untuk dapat memberi
saran dan masukan yang membangun sehingga buku ini dapat lebih baik
lagi. Penulis mengharapkan buku ini dapat berguna bagi staf pengajar
yang menjalankan fungsinya sebagai seorang tutor.

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... ii


PRAKATA ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ........................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... vi

BAGIAN PERTAMA PENDAHULUAN ....................................... 1


BAGIAN KEDUA PROBLEM-BASED LEARNING
Pengantar ....................................................................... 3
Tahapan dalam diskusi tutorial ....................................... 3
Kesimpulan ...................................................................... 10
BAGIAN KETIGA TUTOR SEBAGAI FASILITATOR
Pengantar ....................................................................... 11
Keterampilan yang harus dimiliki tutor ............................ 12
Kesimpulan ..................................................................... 15
BAGIAN KEEMPAT PERAN TUTOR DALAM PROSES
BELAJAR
Pengantar ........................................................................ 16
Peran tutor dalam proses belajar diskusi tutorial ........... 17
Kesimpulan ..................................................................... 19
BAGIAN KELIMA PERAN TUTOR DALAM PROSES
KELOMPOK
Pengantar ....................................................................... 20
Bentuk-bentuk peran mahasiswa dalam
diskusi tutorial ........................................................ 20
Tahapan pembentukan kelompok .................................. 21
Kesimpulan ..................................................................... 23
BAGIAN KEENAM PERAN TUTOR DALAM BELAJAR
MANDIRI (SELF-DIRECTED LEARNING)
Pengantar ...................................................................... 24
Tingkat kemampuan SDL mahasiswa ............................ 25
Gaya intervensi tutor dalam meningkatkan
kemampuan SDL mahasiswa ................................ 26
Kesimpulan .................................................................... 27
BAGIAN KETUJUH INTERVENSI TUTOR
Pengantar ..................................................................... 28
Prinsip-prinsip intervensi dalam diskusi tutorial ............. 28
Kesimpulan .................................................................... 30

REFERENSI ................................................................................. 31

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tugas tutor dan mahasiswa pada setiap


tahapan diskusi tutorial .............................................. 6
Tabel 2. Kecocokan gaya intervensi dengan tingkat
kemampuan self-directed learning mahasiswa .......... 25

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Urutan tahapan diskusi tutorial ............................... 4


Gambar 2. Peran tutor dalam proses belajar .......................... 16
Gambar 3. Karakteristik tingkat kemampuan
self-directed learning mahasiswa ............................. 25
Gambar 4. Model transisi bertahap intervensi tutor
terhadap kemampuan SDL mahasiswa .................. 26
Gambar 5. Prinsip intervensi tutor dalam diskusi tutorial ....... 29

vi
Buku Panduan Tutor

BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN

Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) telah mengeluarkan Standar


Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) sebagai acuan kompetensi yang harus
dimiliki oleh setiap lulusan dokter di Indonesia. Standar kompetensi
dirancang untuk menyamaratakan kualitas lulusan dari setiap institusi
pendidikan dokter di Indonesia, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan rakyat Indonesia. Untuk memenuhi standar
kompetensi lulusan, maka setiap institusi pendidikan dokter melakukan
proses pendidikan yang memenuhi standar pula.
Berdasarkan surat keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.
045/U/2002, kompetensi yang dimaksud dalam SKDI diartikan sebagai
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Penjelasan
tersebut menekankan bahwa pendidikan yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi sedapat mungkin menghasilkan lulusan yang mampu
memenuhi kebutuhan masyarakat yang selalu berubah mengikuti
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Kemampuan
lulusan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut menjadi standar
kompetensi yang dirumuskan sesuai dengan bidang masing-masing.
Dalam rangka pencapaian standar kompetensi lulusan dokter di
Indonesia, KKI juga turut mengeluarkan Standar Pendidikan Profesi Dokter
Indonesia (SPPDI). SPPDI menjadi acuan bagi tiap institusi untuk
mengubah kurikulum pendidikannya dari kurikulum yang berbasis
penguasaan materi (konten) atau sering disebut dengan kurikulum
konvensional/tradisional menjadi kurikulum berbasis penguasaan
kompetensi (Kurikulum Berbasis Kompetensi/KBK).
Perbedaan antara kurikulum berbasis penguasaan materi (konten)
dengan KBK terletak pada target pembelajaran yang harus dikuasai peserta
didik/pembelajar (mahasiswa). Proses belajar pada kurikulum berbasis
penguasaan materi menitikberatkan pada penguasaan ilmu pengetahuan
tertentu, sedangkan proses belajar pada KBK menitikberatkan pada
penguasaan kemampuan/keahlian tertentu yang dianggap mampu oleh
masyarakat (Sub Direktorat KPS, 2008). Kurikulum berbasis penguasaan
materi menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu pengetahuan tertentu
tanpa memperhatikan kemanfaatannya untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat, sedangkan KBK menghasilkan lulusan yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Perubahan dari kurikulum berbasis penguasaan materi menjadi KBK
juga diikuti dengan perubahan metode pembelajaran yang dilakukan.
Metode pembelajaran pada KBK sebaiknya menggunakan prinsip belajar
berpusat pada diri pembelajar (student centered learning). Peralihan dari
prinsip belajar berpusat pada guru (teacher centered learning) menjadi
prinsip belajar berpusat pada diri pembelajar bertujuan untuk membentuk
1
Buku Panduan Tutor

lulusan yang mampu belajar mandiri (self-directed learning). Kemampuan


belajar mandiri yang baik dapatmembantu pembelajar mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guna memenuhi kebutuhan
masyarakat. Kemampuan belajar mandiri ini diharapkan dapat terbentuk dari
proses belajar yang menggunakan prinsip belajar berpusat pada diri
pembelajar.
Ada banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam KBK
dengan menerapkan prinsip belajar berpusat pada diri pembelajar, seperti
(Sub Direktorat KPS, 2008): small group discussion, simulasi/demonstrasi,
discovery learning, cooperative learning, self-directed learning, collaborative
learning, contextual learning, project-based learning, dan problem-based
learning. Namun, metode pembelajaran yang umumnya digunakan adalah
metode Problem-Based Learning (PBL). Metode PBL menggunakan
masalah sebagai pemicu pembelajaran dan dilakukan dalam kelompok kecil
serta difasilitasi oleh seorang tutor. Metode PBL dipilih sebagai metode
pembelajaran utama dalam pendidikan dokter karena PBL dapat membantu
pembelajar: 1) membentuk pengetahuan yang fleksibel; 2) membentuk
kemampuan memecahkan masalah yang efektif; 3) membentuk
keterampilan SDL; 4) membentuk keterampilan kolaboratif yang efektif; dan
5) membentuk motivasi intrinsik (Hmelo-Silver, 2004). Melalui metode ini
diharapkan institusi pendidikan dokter akan menghasilkan lulusan yang
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
Metode PBL dapat terlaksana dengan efektif salah satunya
dipengaruhi oleh peran tutor sebagai fasilitator diskusi tersebut. Ada tiga hal
yang perlu diperhatikan seorang tutor untuk menjamin terlaksananya proses
belajar ini dengan baik dan efektif, yaitu (Vermunt & Verloop, 1999): proses
belajar, proses kelompok, dan belajar mandiri. Tutor harus dapat
menjalankan perannya terhadap ketiga hal tersebut guna memastikan
bahwa pelaksanaan PBL berlangsung dengan baik.Peran tutor pada ketiga
hal tersebut akan dijelaskan pada bab-bab berikutnya secara terpisah.

2
Buku Panduan Tutor

BAGIAN KEDUA
PROBLEM-BASED LEARNING

Pengantar
Harden& Davis (1998) berpendapat bahwa PBL adalah suatu strategi
belajar yang menggunakan masalah untuk meningkatkan pengetahuan
pembelajar. Problem-Based Learning diartikan oleh Savin-Baden (2000)
sebagai proses belajar yang diinisiasi oleh pembelajar dan berfokus pada
penyelesaian suatu masalah dengan menggunakan pengetahuan yang
tepat. Wood (2003) mengemukakan bahwa PBL adalah metode
pembelajaran yang menggunakan masalah (problem) untuk menentukan
kebutuhan atau tujuan belajar. Mann, Dornan & Teunissen (2011)
berpendapat bahwa PBL adalah teknik belajar dalam kelompok kecil
pembelajar yang bekerja sama dengan fasilitator menggunakan suatu
skenario masalah untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar dan tujuan
belajar, menerapkan self-directed learning, menerima umpan balik, dan
merumuskan kesimpulan secara bersama. Dari berbagai definisi PBL, para
ahli menyimpulkan terdapat empat prinsip pembelajaran PBL yaitu:
kolaboratif, konstrutif, kontekstual, dan menerapkan self-directed learning
(Dolmans, Grave, Wolfhagen & van der Vlueten, 2005).
PBL dilaksanakan dengan membentuk kelompok belajar kecil (small
group discussion) yang terdiri atas 8-10 orang mahasiswa dan satu orang
fasilitator (tutor) (Wood, 2003). Pelaksanaan PBL yang difasilitasi tutor
dikenal dengan istilah tutorial PBL. Mahasiswa menentukan kebutuhan
materi yang ingin dipelajarinya berdasar pada masalah (skenario) yang
diberikan. Skenario bukan menjadi fokus masalah yang harus dipecahkan,
namun mahasiswa memanfaatkannya sebagai pemicu pembelajaran
dengan cara berusaha mencari penjelasan bagaimana dan mengapa
masalah dalam skenario tersebut terjadi. Usaha menjelaskan bagaimana
dan mengapa masalah dalam skenario tersebut terjadi akan memberikan
pemahaman kepada pembelajar tentang materi yang dipelajarinya.
Kesuksesan proses PBL salah satunya dipengaruhi oleh kelancaran
peran sebagai fasilitator yang dijalankan tutor. Tutor berkewajiban
memastikan setiap mahasiswa dapat mengenali kebutuhan belajarnya.
Kebutuhan belajar muncul akibat kesadaran mahasiswa terhadap kurangnya
pengetahuan yang dimilikinya untuk menjelaskan terjadinya masalah
(skenario) yang diberikan.

Tahapan dalam tutorial PBL


Tutorial PBL memiliki banyak variasi dalam tahapan
pelaksananannya, mulai dari yang 3 langkah, 6 langkah, 7 langkah sampai
12 langkah. Umumnya yang banyak digunakan di Indonesia adalah tutorial
PBL yang menggunakan 7 langkah yang lebih dikenal sebagai Maastricht’s
seven step atau seven jump. Tujuh langkah dalam pelaksanaan PBL
tersebut adalah (Davis & Harden, 1999; Wood, 2003) dapat digambarkan
seperti gambar berikut:
3
Buku Panduan Tutor

1
•Mengindentifikasi kata-kata yang tidak dimengerti

2
•Merumuskan masalah

3
•Menganalisis masalah (menjelaskan masalah/Brainstorming)

4
•Menyimpulkan hasil penjelasan masalah

5
•Merumuskan tujuan belajar mandiri

6
•Mencari informasi secara mandiri

7
•Berkumpul kembali

Gambar 1. Urutan Tahapan Diskusi Tutorial

Tahap I: Menemukan dan menjelaskan kata-kata yang tidak dimengerti


dalam skenario
Tahap I memegang peran penting bagi kelancaran tahap
selanjutnya.Tahap pertama ini bertujuan untuk menjamin mahasiswa
memahami skenario masalah yang diberikan. Bila mahasiswa memahami
setiap kata dalam skenario, maka mahasiswa akan mudah memahami
masalah dalam skenario tersebut. Usaha menjamin pemahaman mahasiswa
terhadap skenario dilakukan dengan mencari kata-kata yang tidak
dimengerti melalui kamus, bila seluruh mahasiswa tidak mengetahui kata-
kata sulit tersebut.
Selain itu, tahap I juga bertujuan untuk mengaktifkan pengetahuan
awal atau pengetahuan sebelumnya yang telah dimiliki oleh mahasiswa
tersebut terkait dengan materi yang dipelajari. Aktivasi pengetahuan
sebelumnya akan memudahkan pembelajar dalam membentuk
pengetahuan yang lebih baik dan lebih mendalam terhadap materi yang
dipelajari. Seseorang akan lebih baik dalam belajar bila materi yang
dipelajari berkaitan dengan pengalaman yang telah diperoleh orang tersebut
sebelumnya.

Tahap II: Merumuskan masalah (kalimat tanya & kalimat berita)


Tahap II bertujuan untuk merumuskan masalah yang dianggap
penting bagi mahasiswa untuk dijelaskan mengapa dan bagaimana masalah
skenario tersebut terjadi. Masalah disampaikan dalam bentuk kalimat

4
Buku Panduan Tutor

berita/pernyataan. Pernyataan yang diberikan adalah pernyataan yang


dapat menjelaskan masalah dalam skenario.
Pada tahap ini seluruh anggota kelompok ikut berpartisipasi
menyampaikan masalah yang menurutnya layak untuk dijelaskan. Seluruh
masalah yang disampaikan oleh anggota kelompok tidak boleh dibantah
oleh anggota lainnya, sehingga partisipasi aktif masing-masing anggota
kelompok dapat terlaksana dengan baik. Tidak ada masalah yang tidak
layak dimasukkan dalam pembahasan dalam tahap ini.

Tahap III: Menganalisis masalah (brainstorming)


Masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam tahap kedua
selanjutnya dijelaskan oleh masing-masing anggota kelompok
menggunakan pengetahuan awal yang mereka miliki. Pada tahap ini setiap
anggota kelompok memberikan pertanyaan terkait dengan kalimat
pernyataan yang telah terlebih dahulu disampaikan pada tahap II. Dari
pertanyaan tersebut, masing-masing anggota kelompok akan memberikan
penjelasan sesuai dengan apa yang mereka ketahui. Penjelasan yang
diberikan oleh mahasiswa tidak dituntut harus benar, namun untuk berbagi
pengetahuan yang dimilikinya berkaitan masalah tersebut. Oleh sebab itu
pada tahap ini penjelasan yang disampaikan mahasiswa tidak boleh
dibantah baik oleh mahasiswa lain maupun oleh tutor. Bila mahasiswa tidak
dapat menjelaskan masalah yang telah disampaikan, maka tutor dapat
memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk mengungkapkan
pendapatnya untuk menjelaskan masalah tersebut sesuai dengan apa yang
ia ketahui.

Tahap IV: Menyimpulkan masalah


Pada tahap ini seluruh anggota kelompok menentukan masalah yang
memiliki kaitan dengan masalah lainnya, dan masalah yang tidak memiliki
kaitan dengan masalah skenario. Hasil dari kesimpulan ini akan memberikan
gambaran menyeluruh mengenai masalah skenario yang dibahas. Proses
menyimpulkan masalah-masalah yang telah dijelaskan tersebut dapat
dilakukan dengan menggambarkan secara skematis hubungan dari
masalah-masalah tersebut atau dapat dengan menggunakan list (urutan
daftar masalah). Tutor pada tahap ini memastikan skema yang dibuat
disusun berdasarkan masalah yang dibahas pada tahap II dan tahap III.

Tahap V: Merumuskan tujuan belajar mandiri


Masalah-masalah yang dirasa belum dapat dijelaskan dengan baik
atau belum dimasukkan dalam rumusan masalah dijadikan sebagai tujuan
belajar mandiri. Rumusan tujuan belajar tersebut diharapkan dapat menjadi
panduan bagi mahasiswa untuk memperdalam pengetahuannya dalam
menjelaskan masalah skenario.Tujuan belajar mandiri yang disusun oleh
mahasiswa boleh dan dapat lebih luas daripada Learning Objective (LO)
yang telah ditentukan. Tutor harus memastikan tujuan belajar mandiri yang
disampaikan mahasiswa telah memenuhi LO skenario.
5
Buku Panduan Tutor

Tahap VI: Mencari informasi secara mandiri


Pengetahuan yang menjelaskan tujuan belajar mandiri harus merujuk
pada sumber belajar yang valid, seperti: buku teks, artikel-artikel terpercaya
(contoh: artikel dari medscape dan EBSCO), atapun para ahli. Sumber
belajar dari internet yaitu berupa situs-situs yang tidak terjamin
kepercayaannya (misal: blog pribadi, wikipedia) sebaiknya dihindari. Tutor
memastikan setiap anggota kelompok menggunakan sumber belajar
berbeda. Bila sumber belajar yang digunakan oleh setiap mahasiswa adalah
sama, maka sebaiknya mahasiswa menambah dengan sumber lainnya.

Tahap VII: Berkumpul kembali


Hasil belajar mandiri tiap anggota kelompok disampaikan kepada
anggota lainnya. Tahap ini bertujuan agar masing-masing anggota kelompok
dapat mengevaluasi proses belajar mandiri yang dilakukannya. Melalui
penyampaian hasil proses belajar mandiri, masing-masing anggota
kelompok akan mendapatkan pemahaman yang lebih luas mengenai
masalah skenario yang dibahas. Tutor dalam tahap ini perlu memperhatikan
benar tidaknya pemahaman masing-masing mahasiswa terhadap hasil
proses belajar mandiri tersebut. Tutor perlu memberikan
pancingan/dorongan bila ada pemahaman mahasiswa yang keliru agar
mahasiswa dapat saling mengoreksi, sehingga keseragaman pengetahuan
yang dimiliki oleh masing-masing anggota kelompok dapat tercapai.

Tabel 1. Tugas tutor dan mahasiswa pada setiap tahapan


diskusi tutorial

Tahap Hal yang dilakukan


(Step) Tutor Mahasiswa
Permulaan  Membuka diskusi tutorial  Mahasiswa duduk
(10 menit)  Tutor menjelaskan sesuai dengan urutan
peraturan dalam daftar hadir mahasiswa.
menyampaikan pendapat,  Kelompok diskusi
memberi pertanyaan. memilih Ketua, Pencatat
I & Pencatat II
 Ketua memimpin doa
 Ketua memulai diskusi
tutorial
 Pencatat I membagi
papan tulis menjadi 3
bagian
Tahap I  Memastikan mahasiswa  Ketua mempersilahkan
(15 menit) menggunakan kamus atau salah satu anggota
internet hanya untuk untuk membacakan
mencari kata-kata yang skenario.
6
Buku Panduan Tutor

tidak dimengerti.  Masing-masing


 Memastikan mahasiswa mahasiswa
hanya memberikan mengidentifikasi kata-
penjelasan singkat kata yang tidak
terhadap kata-kata dimengerti.
tersebut.  Ketua menanyakan
 Tutor memantau bahwa kepada anggota lainnya
tahap I ini berlangsung apakah ada yang
dalam waktu 10 menit. mengetahui definisi dari
kata-kata tersebut.
 Bila tidak ada yang
tahu, mahasiswa
mencari arti kata-kata
yang tidak dimengerti
kedalam kamus (kamus
bahasa Inggris, kamus
bahasa Indonesia,
kamus Kedokteran, atau
internet)
 Ketua menjamin tahap I
ini dilakukan dalam
waktu 10 menit.
Tahap II  Memastikan masalah yang  Ketua mempersilahkan
(20 menit) disampaikan berkaitan seluruh anggota (tidak
dengan modul dari skenario terkecuali dirinya) untuk
tersebut (bukan masalah menyampaikan masalah
dari kata-kata dalam yang sebaiknya dibahas
skenario). (dalam bentuk
 Memastikan masalah yang pernyataan) untuk
disampaikan untuk menjelaskan skenario
dijelaskan,bukan untuk tersebut.
diselesaikan.  Pencatat I & II mencatat
 Tutor dapat memancing seluruh masalah yang
mahasiswa untuk disampaikan oleh setiap
menambah masalah yang anggota kelompok.
disampaikan bila masalah  Ketua menjamin tahap II
yang diberikan belum ini dilakukan dalam
mencakupi Learning waktu 20 menit.
Objective (LO) skenario
atau mungkin dianggap
perlu untuk dijelaskan.
 Tutor memantau tahap II
dilaksanakan dalam waktu
20 menit.

7
Buku Panduan Tutor

Tahap III  Memastikan seluruh  Ketua mempersilahkan


(20 menit) anggota kelompok aktif seluruh anggota
memberikan pertanyaan kelompok (tidak
dan penjelasan. terkecuali dirinya)
 Penjelasan yang diberikan memberi pertanyaan
bukan penjelasan yang untuk menjelaskan
sesuai dengan buku teks, masalah yang telah
tetapi berdasarkan terlebih dahulu
pengetahuan yang dimiliki disampaikan.
oleh mahasiswa.  Ketua mempersilahkan
 Memastikan semua seluruh anggota
pertanyaan dan penjelasan kelompok (termasuk
yang disampaikan oleh dirinya) untuk
mahasiswa tidak dibantah memberikan penjelasan
oleh mahasiswa lainnya singkat mengenai
termasuk tutor sendiri. pertanyaan yang telah
 Tutor sebaiknya tidak disampaikan.
menunjukkan sikap  Setiap anggota
menyalahkan penjelasan kelompok dapat
dari mahasiswa baik secara memberikan penjelasan
verbal maupun non verbal. terhadap pertanyaan
 Tutor memantau tahap III yang telah dijelaskan
dilakukan dalam waktu 20 oleh temannya.
menit.  Pencatat I & II mencatat
setiap penjelasan yang
disampaikan oleh
anggota kelompok.
 Ketua menjamin tahap
III dilakukan dalam
waktu 20 menit.
Tahap IV  Memastikan simpulan yang  Ketua mempersilahkan
(30 menit) dibuat berdasarkan masing-masing anggota
pembahasan terhadap (termasuk dirinya) untuk
masalah-masalah pada memberikan tanggapan
tahap II & III terhadap penjelasan
 Memastikan keseluruhan yang telah disampaikan
LO dari skenario telah oleh temannya.
tercakup dalam simpulan  Mahasiswa kemudian
yang dibuat mahasiswa menentukan kesesuaian
(dalam bentuk diagram). atau hubungan dari
 Tutor memantau masing-masing masalah
pelaksanaan tahap IV untuk menjelaskan
dilakukan dalam waktu 30 skenario.
menit.  Masalah-masalah yang
kurang sesuai untuk
8
Buku Panduan Tutor

menjelaskan skenario
dapat dikeluarkan.
 Mahasiswa membuat
kesimpulan dalam
bentuk diagram
skematis atau list
berdasarkan masalah-
masalah yang telah
disampaikan untuk
menjelaskan skenario
tersebut.
 Mahasiswa dapat
menambahkan hal-hal
yang belum dijelaskan
ke dalam diagram
tersebut untuk
kemudian dimasukkan
dalam tujuan belajar
mandiri.
 Ketua memastikan
tahap IV dilakukan
dalam waktu 30 menit.
Tahap V  Memastikan seluruh LO  Mahasiswa menentukan
(20 menit) skenario telah tercakup tujuan belajar mandiri
dalam LO yang dibuat oleh berdasarkan diagram
mahasiswa. skema yang dibuat.
 Memantau tahap V  Ketua memastikan
dilakukan dalam waktu 15 tahap V dilakukan
menit. dalam waktu 15 menit.
 Memberikan feed back 5
menit.
Tahap VI  Memastikan masing-  Mahasiswa mencari
masing mahasiswa informasi secara
menggunakan sumber mandiri dalam upaya
belajar yang valid (buku mencapai tujuan belajar
teks, jurnal kedokteran, mandiri yang telah
pendapat ahli). ditentukan.
 Memastikan sumber belajar  Mahasiswa
yang digunakan mahasiswa menggunakan sumber
bervariasi. belajar yang beragam.
Tahap VII  Memastikan masing-  Ketua membuka
(110 menit) masing mahasiswa pertemuan.
menggunakan sumber  Ketua mempersilahkan
informasi yang valid. seluruh anggota (tidak
 Memastikan masing- terkecuali dirinya)
9
Buku Panduan Tutor

masing mahasiswa memberitahu sumber


menjelaskan tanpa informasi yang
membaca tulisan atau digunakannya untuk
buku. menjelaskan tujuan
 Memastikan pemahaman belajar mandiri.
mahasiswa terhadap LO  Masing-masing
sudah dilakukan secara mahasiswa
mendalam. menjelaskan tujuan
 Memastikan tidak adanya belajar
miskonsepsi dalam mandirimenggunakan
pemahaman mahasiswa bahasa sendiri.
terhadap LO yang dibahas.  Mahasiswa dapat
 Memantau pelaksanaan melihat sesekali pada
tahap VII dalam waktu 100 buku atau tulisan dari
menit. sumber informasi yang
 Memberikan feed back digunakannya.
selama 10 menit.  Masing-masing
mahasiswa dapat
bertanya kepada
temannya mengenai
penjelasan yang
disampaikannya.
 Ketua memastikan
pelaksanaan tahap VII
dalam waktu 100 menit.
Catatan:
Waktu yang tercantum pada setiap tahapan merupakan waktu maksimal yang
sebaiknya digunakan untuk menyelesaikan setiap tahapan diskusi tutorial. Bila waktu
yang digunakan lebih sedikit dari waktu yang telah ditentukan, maka kelebihan waktu
bisa ditambahkan untuk menyelesaikan tahapan yang lain, begitu juga sebaliknya.
Bila waktu yang digunakan melewati waktu yang ditentukan, maka waktu yang
terlewati akan dikurangi waktu untuk menyelesaikan tahapan berikutnya.

Kesimpulan
Tutorial PBL merupakan metode pembelajaran dalam kelompok kecil
yang menggunakan skenario masalah sebagai pemicu pembelajaran dan
difasilitasi oleh seorang tutor. Tahapan dalam tutorial PBL menurut
Maastricht terdiri daritujuh tahapan yaitu: menemukan dan menjelaskan
kata-kata yang sulit, merumuskan masalah, menjelaskan masalah,
menganalisis masalah, menyimpulkan masalah, merumuskan tujuan belajar
mandiri, belajar mandiri, dan berkumpul kembali. Seorang tutor sebaiknya
mengetahui prinsip-prinsip dari masing-masing tahapan sehingga proses
diskusi tutorial dapat berlangsung dengan baik.

10
Buku Panduan Tutor

BAGIAN KETIGA
TUTOR SEBAGAI FASILITATOR

Pengantar
Metode PBL merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran
yang menggunakan prinsip belajar berpusat pada pembelajar (Student
Centered Learning/SCL). Metode ini menggunakan kelompok kecil
mahasiswa yang secara aktif akan berusaha menemukan kebutuhan
belajarnya dengan membentuk tujuan belajar mandiri. Metode ini akan dapat
berjalan dengan efektif bila difasilitasi oleh seorang fasilitator.
Fasilitator adalah seseorang yang menggunakan keterampilan
tertentu untuk membantu individu atau kelompok mencapai suatu tujuan
tertentu (Prendiville, 2008). Fasilitator bertugas memastikan diskusi
kelompok berjalan efektif, baik secara proses maupun secara struktur
(Schwarz, 2002). Efektif secara proses maksudnya kelompok dapat bekerja
sama dalam mencapai tujuan tertentu, sedangkan efektif secara struktur
maksudnya setiap anggota mampu menjalankan perannya masing-masing
sehingga menciptakan kondisi belajar yang stabil. Pada tutorial PBL, tutor
bertindak sebagai fasilitator.

Keterampilan yang harus dimiliki seorang tutor


Tutorial PBL dapat berlangsung dengan efektif bila tutor memiliki
keterampilan bertanya, mendengarkan, merespon, menjelaskan, membuka
dan menutup pertemuan, serta mempersiapkan diri sebelum mengikuti
diskusi tutorial.

Keterampilan bertanya
Pertanyaan yang diberikan oleh tutor
pada prinsipnya adalah untuk menentukan
efektif tidaknya proses belajar yang dilakukan
oleh mahasiswa selama mengikuti diskusi
tutorial.Tutor memberikan pertanyaan kepada
anggota kelompok diskusi tutorial bertujuan
untuk menimbulkan rasa ingin tahu atau
ketertarikan terhadap materi yang dibahas,
menilai kedalaman pengetahuan mahasiswa, merangsang mahasiswa
berpikir kritis, dan untuk mengevaluasi proses belajar mahasiswa (Edmunds
& Brown, 2010).
Pertanyaan tutor dapat berupa pertanyaan terbuka dan pertanyaan
tertutup (Dornan, Mann, Scherpbier & Spencer, 2011).Pertanyaan terbuka
ditujukan agar mahasiswa menjelaskan tentang suatu materi yang sedang
dibahas. Pertanyaan terbuka memerlukan jawaban yang luas sehingga tutor
dapat melihat kedalaman dan keluasan pengetahuan, serta kemampuan
memberi alasan atau argumen. Pertanyaan terbuka menggunakan kata
tanya mengapa dan bagaimana.

11
Buku Panduan Tutor

Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang memerlukan jawaban


yang dikotomi, iya atau tidak, setuju atau tidak, benar atau tidak. Pertanyaan
tertutup memerlukan jawaban yang spesifik sehingga pertanyaan ini
biasanya ditujukan untuk menggugah daya pikir mahasiswa atau untuk
meluruskan miskonsepsi pemikiran mahasiswa. Kemampuan seorang tutor
menggunakan keterampilan memberikan pertanyaan ini berguna untuk
memberikan intervensi dalam menjalankan perannya dalam proses belajar.

Keterampilan mendengarkan
Komunikasi yang baik adalah
komunikasi dua arah, yaitu salah satu pihak
berperan sebagai pemberi informasi dan
pihak lain berperan sebagai penerima
informasi. Dalam diskusi tutorial, tutor dan
mahasiswa harus memiliki keterampilan
mendengarkan yang baik agar proses
diskusi dapat berlangsung secara efektif.
Fasilitator dalam diskusi tutorial
harus mampu mendengarkan secara aktif. Keterampilan mendengarkan
secara aktif adalah mendengarkan seseorang berbicara sambil memberikan
kesan kepada pembicara bahwa ia sedang didengarkan (Prendiville, 2008).
Seorang pendengar aktif tidak hanya mampu menangkap makna dari
perkataan pembicara baik secara tersirat ataupun tersurat, namun juga
menunjukkan sikap seorang pendengar yang baik. Tutor dalam diskusi
tutorial harus memiliki kemampuan menangkap makna dari perkataan
mahasiswa yang ditunjukkan dengan kemampuan tutor untuk merangkum,
menjelaskan, dan menghubungkan pendapat dari masing-masing
mahasiswa.
Sikap seorang pendengar yang baik dapat dilihat dari kontak mata
dengan pembicara, bahasa tubuh yang menunjukkan ketertarikan terhadap
apa yang disampaikan, dan ekspresi wajah yang menunjukkan sikap
menerima.Posisi seorang fasilitator dalam diskusi tutorial juga membantu
dalam menjadi seorang pendengar yang aktif. Tutor sebaiknya duduk di
dalam kelompok dimana ia dapat melihat secara jelas kepada masing-
masing anggota kelompok.

Keterampilan merespon
Mahasiswa dalam diskusi tutorial memiliki kebebasan dalam
memberikan jawaban, tanggapan atau pendapat terhadap materi yang
dipelajari. Mahasiswa juga diperbolehkan untuk salah namun tetap
bertanggung jawab. Kadang ada jawaban, tanggapan atau pendapat yang
disampaikan oleh mahasiswa tersebut kurang tepat atau bahkan tidak
sesuai dengan materi yang dipelajari. Tutor harus dapat memberi respon
terhadap kondisi tersebut tanpa menimbulkan rasa disalahkan pada diri
mahasiswa.

12
Buku Panduan Tutor

Menciptakan rasa aman atau rasa tidak disalahkan penting dalam


berlangsungnya proses diskusi tutorial yang efektif. Rasa aman dan rasa
tidak disalahkan ini akan membuat mahasiswa tidak takut untuk
mengemukakan pendapatnya sehingga mahasiswa tetap aktif dalam diskusi
tutorial.
Tutor harus menghindari kata-kata
yang menyalahkan atau menyudutkan
pendapat, jawaban yang disampaikan
mahasiswa, seperti: “bukan begitu,
seharusnya seperti ini…”, “itu salah”, “iya,
tapi...”, “benar, namun...” atau kata-kata lain
yang semisal. Tutor dapat menggunakan
kata-kata yang lebih halus dalam merespon
mahasiswa, seperti “apakah yang kamu
maksud seperti ini?”, “kamu tadi
mengatakan…, apakah benar seperti itu?”. Perkataan yang dapat digunakan
tutor dalam merespon pendapat yang melenceng jauh dari pembahasan
adalah “yang kamu sampaikan benar, kira-kira yang sudah kamu sampaikan
tersebut apakah sesuai dengan topik kita?”, “pendapat kamu sudah baik,
apakah ada teman lain yang dapat membantu memberi pendapat dari sudut
pandang yang berbeda?”.

Keterampilan menjelaskan
Keterampilan tutor
dalammemberikan penjelasan diperlukan
pada saat mahasiswa menemui hambatan
dalam proses diskusi tutorial. Tutor perlu
menjelaskan secara singkat mengenai
materi yang kurang jelas pada pertemuan
tersebut. Penjelasan ini berguna untuk
mengarahkan diskusi tutorial, bukan
memberikan kuliah. Keterampilan
menjelaskan ini sebaiknya tidak digunakan
terlalu sering dan terlalu awal karena akan menghambat keaktifan
mahasiswa dalam diskusi tutorial. Tutor menggunakan keterampilan
menjelaskan ini bila menggunakan keterampilan bertanya dan keterampilan
merespon tidak berhasil mengarahkan mahasiswa. Penjelasan yang
diberikan sebaiknya tidak secara lengkap dan rinci, namun diberikan dengan
menyampaikan bagian-bagian penting yang dapat memberikan pemahaman
awal bagi mahasiswa untuk melakukan diskusi tutorial.

13
Buku Panduan Tutor

Keterampilan membuka dan menutup pertemuan


Masing-masing mahasiswa pada
awal terbentuknya kelompok diskusi
tutorial biasanya memiliki rasa canggung,
kaku atau bahkan cemas. Tutor harus
berupaya menciptakan suasana nyaman
sehingga mahasiswa akan
mengemukakan pendapat secara aktif.
Suasana tersebut harus diciptakan sejak
awal diskusi tutorial. Oleh sebab itu tutor
harus memiliki keterampilan
dalammembuka pertemuan dengan baik.
Tutor dapat membuka pertemuan dengan mengikuti panduan membuka
pertemuan REST(Edmunds & Brown, 2010).
 R = Rapport (hubungan); tutor harus menciptakan hubungan dengan
anggota kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan
diri tutor kepada anggota kelompok, begitu juga sebaliknya masing-
masing mahasiswa memperkenalkan dirinya kepada tutor dan anggota
lainnya.
 E = Expectations (harapan); tutor membicarakan peran tutor dan peran
masing-masing anggota kelompok serta harapan dari masing-masing
mahasiswa dalam menjalankan perannya tersebut dalam diskusi
tutorial.
 S = Structure (susunan); tutor menyampaikan struktur atau langkah-
langkah dalam melaksanakan diskusi tutorial.
 T = Task (Tugas); tutor menyampaikan apa yang harus dicapai oleh
mahasiswa dalam proses diskusi tutorial. Tutor dapat memberikan
secara singkat bahwa mereka harus melakukan proses diskusi tutorial
secara aktif dan saling menghargai guna mencapai tujuan belajar yang
diharapkan.

Tutor menutup pertemuan dengan menyimpulkan hasil diskusi tutorial


(Edmunds & Brown, 2010). Tutor dapat menyampaikan poin penting diskusi,
apa yang telah dicapai dan apa yang belum dicapai, serta hubungan dari
beberapa fokus pembahasan yang telah dibahas. Pada akhir pertemuan
tutor dapat menekankan beberapa poin yang harus dipelajari secara lebih
mendalam.
Umpan balik dapat diberikan oleh tutor dengan menyampaikan apa
yang sudah baik dilakukan oleh mahasiswa serta apa yang perlu diperbaiki
atau perlu ditingkatkan lagi.Umpan balik tersebut harus bersifat konstruktif,
bukan bersifat destruktif. Umpan balik konstruktif adalah umpan balik yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pembelajar dengan tidak
memberikan kesan penghakiman atau menjatuhkan diri mahasiswa. Contoh
14
Buku Panduan Tutor

perkataan yang dapat digunakan dalam umpan balik yang konstruktif adalah
“kamu sudah baik dalam melakukan ..., saya berharap kamu bisa lebih
meningkatkannya lagi dengan ...”, “kamu sudah benar dalam ..., akan
menjadi lebih baik lagi bila kamu juga melakukan ...”.

Keterampilan mempersiapkan diri


Tutor bertanggung jawab dalam
menjamin berlangsungnya proses belajar yang
efektif pada diskusi tutorial, ditandai dengan
pemahaman mahasiswa terhadap materi yang
dipelajari dan pencapaian tujuan belajar yang
telah ditentukan. Tutor akan mampu
memastikan bahwa materi yang dipelajari telah
dikuasai oleh mahasiswa bila ia sendiri sudah
menguasai materi yang dipelajari tersebut.
Sebagai seorang ahli dalam profesinya, tutor harus dapat menggugah
pemikiran mahasiswa untuk memahami konsep-konsep dari materi yang
dipelajari. Walaupun sasaranpembelajaran (Learning Objective/LO) telah
ditetapkan oleh pihak fakultas, tutor juga perlu mempelajari kembali materi
yang akan dibahas dalam diskusi tutorial, sehingga tutor dapat menentukan
konsep-konsep penting apa yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Oleh
sebab itu tutor berkewajiban mempersiapkan diri sebelum memfasilitasi
diskusi tutorial.

Kesimpulan

Memfasilitasi dapat diartikan mendorong setiap anggota kelompok


untuk berperan aktif dalam mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan
fasilitator adalah orang yang memfasilitasi proses tersebut. Tutor sebagai
fasilitator bertugas memastikan diskusi kelompok berjalan dengan efektif,
baik efektif secara proses (belajar) maupun efektif secara struktur
(keharmonisan menjalankan perannya masing-masing). Tutor harus memiliki
keterampilan-keterampilan tertentu untuk menjalankan tugasnya sebagai
seorang fasilitator. Keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki oleh
seorang tutor adalah keterampilan bertanya, keterampilan mendengarkan,
keterampilan merespon, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka
dan menutup pertemuan, dan keterampilan mempersiapkan diri.

15
Buku Panduan Tutor

BAGIAN KEEMPAT
PERAN TUTOR DALAM PROSES BELAJAR

Pengantar
Pembelajaran melalui diskusi kelompok kecil berbeda dengan
pembelajaran melalui perkuliahan. Proses belajar di dalam diskusi kelompok
kecil menggunakan prinsip student centered learning (SCL). Proses belajar
tersebut mengharuskan pembelajar berperan aktif dalam memperoleh ilmu
pengetahuan yang dibutuhkannya. Pertanyaan yang sering muncul dari
prinsip belajar SCL adalah bila mahasiswa diharuskan aktif dalam
memperoleh ilmu pengetahuan yang dibutuhkannya, untuk apa dibutuhkan
seorang tutor? Bila memang tutor dibutuhkan dalam proses belajar, apa
peran tutor tersebut?

Gambar 2. Peran Tutor Dalam Proses Belajar

Seorang tutor diperlukan dalam proses belajar yang menerapkan


prinsip SCL untuk menjamin arah dan pencapaian tujuan belajar yang
diharapkan. Walaupun kebutuhan belajar atau tujuan belajar datang dari
mahasiswa, tutor harus dapat mengarahkan kebutuhan belajar tersebut
sesuai dengan apa yang seharusnya dicapai mahasiswa. Diskusi kelompok
yang tidak diarahkan akan cenderung melebar,sehingga tujuan belajar yang

16
Buku Panduan Tutor

diharapkan tidak dapat dicapai. Oleh sebab itu tutor memegang peranan
penting dalam tutorial PBL.

Peran tutor dalam pembelajaran tutorial


Fungsi tutor dalam memfasilitasi tutorial PBL akan berlangsung baik
bila tutor memiliki kemampuan sebagai pendiagnosis, pemberi tantangan,
model pembelajar, aktivator, monitor, dan evaluator (Vermunt & Verloop,
1999).

Peran tutor sebagai pendiagnosis


Pada tutorial PBL pertemuan pertama setiap mahasiswa akan
berusaha menjelaskan materi yang dipelajari menggunakan pengetahuan
yang dimilikinya (prior knowledge). Masing-masing mahasiswa akan
menjelaskan materi yang mereka ketahui menggunakan bahasa sendiri.
Sebagai pendiagnosis tutor harus dapat melihat miskonsepsi pengetahuan
tiap mahasiswa dan kedalaman pengetahuan megnenai materi yang
dipelajari. Kemampuan mengenali kemampuan mahasiswa penting untuk
mengetahui perkembangan pengetahuan mereka selamatutorial.
Pada pertemuan kedua tutor harus dapat mengetahui apa yang telah
dicapai dan yang belum dicapai dari hasil belajar mandiri. Tutor dapat
memberi intervensi baik berupa memberi pertanyaan ataupun tugas dengan
tujuan mengoptimalkan proses belajar mereka.

Peran tutor sebagai pemberi tantangan


Terkadang mahasiswa tidak selalu berdiskusi dengan sungguh-
sungguh. Pembahasan materi mungkin dilihat dari satu sudut pandang saja
dan tidak dilihat dari berbagai sudut pandang. Pada pertemuan kedua
mahasiswa cenderung memberi jawaban hanya untuk menjawab
pertanyaan yang ada tanpa memahami materi yang dipelajari. Akibatnya,
diskusi menjadi tidak mendalam, tidak menyeluruh, atau bahkan tidak
mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Tutor dapat memberikan
pertanyaan yang menantang mereka untuk dapat memikirkan sudut
pandang lain terhadap permasalahan (skenario) yang diberikan.

Peran tutor sebagai role model (panutan)


Tutor merupakan seorang guru, maka sudah seharusnya tutor dapat
memberikan contoh atau menjadi panutan dalam proses belajar. Tutor dapat
memberikan contoh kepada mahasiswa mengenai bagaimana seharusnya
mereka memberikan pertanyaan, bagaimana seharusnya mereka
mengutarakan pendapat, dan memberikan contoh bagaimana seharusnya
seorang dokter berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesinya. Bila
ingin mahasiswanya rajin belajar, maka tutor juga harus rajin belajar. Apa
yang telah dipelajari tutor akan tercermin dalam sikapnya ketika
memfasilitasi tutorial.

17
Buku Panduan Tutor

Peran tutor sebagai aktivator


Proses belajar dalam diskusi tutorial akan efektif bila mahasiswa
memahami konsep ataupun teori yang sedang mereka pelajari. Untuk itu
mahasiswa perlu menguasai materi dan membahasnya secara mendalam,
bukan hanya sekedar mengulang kata-kata yang menjelaskan materi
tersebut mereka peroleh dari sumber pembelajaran tertentu. Tutor perlu
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menjelaskan materi
yang dipelajari berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya, baik saat
pertemuan pertama maupun saat pertemuan kedua. Tutor dapat membantu
mahasiswa menguatkan pemahaman dengan mengaplikasikan
pengetahuan yang didapat ke dalam masalah atau konteks yang berbeda
dengan skenario.
Peran tutor sebagai aktivator berbeda dengan peran tutor sebagai
pemberi tantangan. de Grave, Moust & Hommes (2003) menjelaskan bahwa
peran tutor sebagai aktivator dilakukan pada mahasiswa yang sebenarnya
telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan, namuntidak
menggunakannya secara maksimal, sehingga tutor perlu memastikan
pemahaman materi dengan mengaplikasinya pada konteks lain.Sedangkan
peran tutor sebagai pemberi tantangan dilakukan dalam upaya memberikan
pandangan baru terhadap materi.

Peran tutor sebagai monitor


Proses tutorial harus dipantau secara keseluruhan agar proses
belajar yang efektif dapat berlangsung dengan baik. Tutor berfungsi sebagai
pengawas dalam berlangsungnya proses tersebut. Tutor mengawasi baik
dalam proses diskusi, penguasaan pengetahuan masing-masing
mahasiswa,dan pencapaian tujuan belajar. Hasil dari pengawasan tersebut
akan menentukan kapan tutor harus melakukan intervensi dan kapan tutor
memberikan kebebasan kepada mahasiswa. Kelompok mahasiswa yang
memiliki kemampuan untuk melakukan tutorial dengan baik dapat diberikan
kebebasan, sedangkan kelompok mahasiswa yang belum melaksanakan
tutorial dengan baik harus diberikan intervensi sehingga proses belajar
menjadi efektif.

Peran tutor sebagai evaluator


Peran sebagai evaluator dilakukan dengan menilai perkembangan
pengetahuan yang diperoleh oleh mahasiswa baik secara individu ataupun
secara kelompok. Tutor dapat menilai pencapaian proses pembelajaran
tutorial dengan mendengarkan penjelasan mahasiswa tersebut tentang
materi. Tutor dapat memberi umpan balik kepada mahasiswa berdasarkan
hasil belajar dari tutorial yang mereka lakukan. Umpan balik menjadi
masukan bagi mahasiswa terhadap apa yang telah baik dilakukan dan apa
yang masih perlu untuk ditingkatkan, baik pada proses tutorial ataupun
penguasaan materi.

18
Buku Panduan Tutor

Kesimpulan
Dalam proses belajar tutorial PBL, tutor berperan sebagai
pendiagnosis, pemberi tantangan, model, aktivator, monitor, dan sebagai
evaluator. Peran tutor tersebut dapat dilakukan dengan baik oleh seorang
tutor bila ia memiliki kemampuan mengamati, memberi pertanyaan, serta
memberikan pendapat yang tepat dari masing-masing perannya tersebut.
Pertanyaan atau pendapat ditujukan untuk meningkatkan proses belajar
mahasiswa. Pertanyaan yang diberikan sebaiknya pertanyaan yang
menggugah mahasiswa untuk berpikir, sehingga miskonsepsi dapat
diperbaiki dan penguasaan materi dapat dicapai. Kemampuan tutor dalam
memberikan pertanyaan atau pendapat yang merangsang mahasiswa untuk
berpikir hanya dapat dilakukan bila tutor tersebut menguasai materi.Oleh
sebab itu tutor berkewajiban mempersiapkan diri sebelum tutorial.

19
Buku Panduan Tutor

BAGIAN KELIMA
PERAN TUTOR DALAM PROSES KELOMPOK

Pengantar
Tutorial PBL dapat berlangsung dengan baik bila setiap anggota
kelompok berperan aktif selama diskusi. Anggota kelompok harus
menjalankan tugas sesuai dengan perannya masing-masing. Tutor harus
dapat mengetahui tugas dari masing-masing peran guna memastikan bahwa
tutorial berlangsung dengan baik.

Bentuk-bentuk peran mahasiswa dalam tutorial PBL


Peran mahasiswa di dalam tutorial ada empatdan memiliki tugas
yang berbeda-beda. Peran-peran tersebut adalah:
1. Ketua.
Ketua bertugas memimpin jalannya tutorial dan memastikan tutorial
berlangsung dengan baik dan terarah. Ketua juga memastikan setiap
anggota berperan aktif dalam diskusi termasuk dirinya sendiri. Ketua
merupakan perwakilan dari tutor dalam memimpin jalannya diskusi
tutorial. Ketua juga bertugas me-manajemen waktu dalam diskusi tutorial
2. Pencatat di papan tulis (scriber 1).
Pencatat di papan tulis bertugas mencatat setiap pertanyaan, jawaban,
dan pendapat dari anggota kelompok agar setiap anggota dapat melihat
arah diskusi. Pencatat di papan tulis juga harus ikut memberikan
pertanyaan, pendapat atau jawaban.
3. Pencatat di buku/kertas (scriber 2).
Tugas pencatat di buku/kertas ini sama dengan tugas pencatat di papan
tulis,namun berbeda pada fungsinya. Pencatatan di buku/kertas
bertujuan untuk menyediakan rekam tertulis dari proses tutorial,
sehingga setiap anggota kelompok dapat mengingat kembali apa yang
telah dibahas.
4. Anggota.
Anggota adalah seluruh mahasiswa dari kelompok tutorial selain dari
ketiga peran di atas. Tugas anggota adalah ikut terlibat secara aktif
dalam tutorial dengan cara memberi tanggapan atau memberi
pertanyaan.

Kesalahan yang sering dijumpai pada tutorial adalah kecenderungan


mahasiswa yang memiliki peran ketua, pencatat di papan tulis, dan pencatat
di buku/kertas tidak berperan aktif memberikan pendapat, pertanyaan,
jawaban dalam diskusi tersebut. Tutor perlu mengatasi kesalahan tersebut
dengan memberikan intervensi, misalnya menanyakan pendapat ketua,
pencatat di papan tulis, dan pencatat di buku/kertas mengenai jawaban atau
20
Buku Panduan Tutor

pertanyaan temannya. Tutor harus memperhatikan setiap anggota kelompok


dalam menjalankan setiap perannya.
Belajar dalam kelompok diskusi berbeda dengan belajar seorang diri.
Belajar dalam kelompok diskusi mengharuskan setiap anggota kelompok
mengenali karakter masing-masing teman. Bila hal ini tidak dilakukan maka
setiap anggota kelompok akan merasa canggung untuk mengemukakan
pendapat, jawaban, atau pertanyaan, sehingga menyebabkan setiap
anggota kelompok menjadi pasif.

Tahapan pembentukan kelompok


Ada lima tahapan proses terbentuknya kelompok tutorial yaitu
(Tuckman & Jensen,1977):

1. Forming (Membentuk)
Tahap ini merupakan tahap awal
dalam pembentukan kelompok.
Masing - masing mahasiswa
merupakan individu-individu yang
memiliki identitas diri sendiri - sendiri.
Pada tahap ini masing-masing
anggota berusaha menempatkan
identitas dirinya kedalam kelompok.
Biasanya setiap mahasiswa belum
saling mengenal karakter dan identitas masing-masing anggota
kelompoknya. Rasa cemas, gugup, dan kaku mungkin muncul pada diri
mahasiswa. Tutor sebagai fasilitator harus dapat memberikan suasana
nyaman dengan cara memperkenalkan dirinya kepada kelompok serta
mempersilahkan masing-masing mahasiswa untuk memperkenalkan
dirinya (Dornan et all., 2011).

2. Storming (Keributan)
Tahap ini ditandai dengan konflik,
ketidakpuasan dan kompetisi. Dalam
tahap ini mungkin akan timbul
ketidakcocokan dari masing-masing
individu mahasiswa sebagai akibat dari
proses menunjukkan identitas dirinya.
Konflik, ketidakpuasan, dan kompetisi
dapatterjadi secara eksplisit maupun
implisit. Tutor sebaiknya dapat mengenali kondisi ini dan mengambil
tindakan untuk meredakannya. Tutor sebaiknya bersifat objektif dalam

21
Buku Panduan Tutor

mengambil tindakan dan menghindari tindakan yang bersifat subjektif.


Tindakan ini perlu dilakukan untuk menjamin terlaksananya diskusi
kelompok. Tutor dapat memberikan aturan tertentu bila diperlukan. Pada
akhir tahap ini mulai terbentuk kepercayaan antar masing-masing
anggota kelompok.

3. Norming (Keteraturan)
Tahap ini ditandai dengan timbulnya
rasa percaya dan mengenali identitas
masing-masing anggota kelompok.
Masing-masing anggota kelompok
akan beradaptasi membentuk perilaku
serta identitas dirinya yang sesuai
dengan kelompok tersebut. Setiap
anggota dari kelompok akan mulai
menumbuhkan rasa menghargai
perbedaan masing-masing anggota kelompok lainnya. Kelompok akan
membuat peraturan dan norma tertentu yang mengatur bagaimana
mereka bersikap dalam diskusi. Peraturan dan norma ini biasanya
tidak disampaikan secara eksplisit.

4. Performing (Melaksanakan)
Tahap ke empat ini menandakan
telah terselesaikannya tiga tahap
awal diatas. Kelompok akan bekerja
menjalankan tugas dan perannya
masing-masing secara optimal.
Masing-masing anggota kelompok
akan fokus dalam menjalankan tugas
yang diberikan. Ketidaksetujuan dan
salah paham akan diselesaikan secara efektif di dalam kelompok
tersebut.

5. Adjourning (Menunda) atau Dis-


banding (Membubarkan) (Walton,
1997)
Tahap terakhir ialah tahap
penghentian. Kelompok mengetahui
bahwa waktu telah selesai, tinjauan
dan ringkasan telah diselesaikan,
22
Buku Panduan Tutor

anggota kelompok akan segera membubarkan kelompok tersebut.


Tahap menunda terjadi pada akhir setiap pertemuan tutorial dalam satu
blok (modul). Tahap membubarkanbiasanya terjadi di akhir blok (modul)
atau periode tertentu karena kelompok tersebut dipisah dan dibentuk
kembali menjadi kelompok yang baru.Pada tahap ini mahasiswa akan
mengetahui bagaimana ia bersikap saat berkolaborasi dengan orang lain
yang memiliki perilaku dan identitas yang berbeda-beda.

Kesimpulan
Pengetahuan mengenai peran mahasiswa dalam tutorial PBL dan tahapan
dalam pembentukan kelompok akan membantu tutor dalam menentukan
intervensi yang tepat sehingga diskusi kelompok dapat berlangsung dengan
baik. Tutor perlu mengenali karakter dari masing-masing anggota kelompok
tutorial sehingga dapat bersikap yang sesuai. Pada awal pertemuan
sebaiknya tutor memperkenalkan diri dan membangun hubungan
interpersonal dengan setiap anggota kelompok (Dornan et all., 2011). Pada
awal pembentukan kelompok tutorial setiap anggota kelompok perlu
memperkenalkan dirinya sehingga masing-masing anggota dapat saling
mengenal. Tutor dapat menyampaikan aturan-aturan dalam proses diskusi
tutorial secara langsung bila diperlukan.

23
Buku Panduan Tutor

BAGIAN KEENAM
Peran tutor dalam pembelajaran mandiri
(self-directed learning)

Pengantar
Pembelajaran mandiri (self-directed learning/SDL) adalah
kemampuan inisiatif seseorang untuk memilih kebutuhan belajarnya baik
dengan atau tanpa bantuan orang lain, merumuskan tujuan belajar,
mengenali sumber belajar baik manusia ataupun materi, memilih dan
menerapkan strategi belajar yang tepat,serta menilai hasil belajar (Knowles,
1975 disitasi oleh Smith, 2002). Berdasarkan pendapat Knowles tersebut
kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran mandiri adalah
kemampuan seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang ingin
dicapainya dimana proses belajar tersebut diatur oleh si pembelajar itu
sendiri. Kemampuan pembelajaran mandiri ini penting bagi profesi-profesi
yang menuntut untuk memperbaharui pengetahuan mereka sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Kemampuan ini dapat dibentuk melalui metode pembelajaran yang
menggunakan prinsip SCL. Salah satu metode pembelajaran yang
menerapkan prinsip SCL yang diyakini dapat membentuk kemampuan
pembelajaran mandiri adalah metode pembelajaran PBL (Loyens, Magda &
Rikers, 2008). Kemampuan pembelajaran mandiri akan menciptakan
pembelajar yang independent (bebas) yang dapat diartikan bahwa
pembelajar tersebut dapat melakukan proses belajar tanpa harus diarahkan
atau diajarkan oleh sesorang. Harapan dari pembentukan kemampuan ini
adalah untuk membentuk pembelajar sepanjang hayat, dimana pembelajar
tersebut akan terus menerus memperbaharui ilmu pengetahuan yang
dimilikinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Penerapan metode pembelajaran PBL diharapkan dapat membentuk
lulusan berupa dokter-dokter yang memiliki kemampuan SDL sehingga pada
akhirnya akan membentuk pembelajar sepanjang hayat (Davis dan Harden,
1999). Pembentukan kemampuan pembelajaran mandiri (SDL) pada metode
pembelajaran PBL dapat dilihat dari proses diskusi tutorial itu sendiri. Pada
pertemuan pertama diskusi tutorial mahasiswa diberi kebebasan untuk
menentukan apa yang menjadi kebutuhan belajarnya. Walaupun tutor
mengarahkan kebutuhan belajar tersebut sesuai dengan tujuan belajar yang
telah ditentukan, namun mahasiswa tetap berperan aktif dalam menemukan
tujuan belajarnya sendiri. Langkah ke 6 dari proses diskusi tutorial dalam
PBL, mahasiswa akan mencari sumber belajarnya sendiri yang menurutnya
dapat memberikannya referensi dalam memperoleh ilmu pengetahuan yang
diharapkan. Langkah ke 7 diskusi tutorial, mahasiswa menyampaikan
pengetahuan yang dimilikinya terhadap materi yang dipelajari kepada
sesama anggota kelompoknya. Langkah ke 7 ini akan memperlihatkan
bagaimana mereka menilai atau mengevaluasi hasil pengetahuan yang
mereka peroleh tersebut dengan cara, melihat kesamaan atau perbedaan

24
Buku Panduan Tutor

dalam pemahaman dirinya terhadap materi yang dipelajari dengan anggota


kelompoknya yang lain.

SDL Rendah SDL Sedang SDL Tinggi

•Tidak mampu •Mampu menentukan •Mampu menentukan


menentukan kebutuhan kebutuhan belajarnya kebutuhan belajarnya
belajarnya sendiri. sendiri, sendiri.
•memiliki motivasi •Memiliki motivasi untuk
memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan
belajarnya belajarnya.
•memiliki kemampuan •Mampu memenuhi
untuk memenuhi kebutuhan belajarnya
kebutuhan belajarnya. secara mandiri dan
•Tidak mampu mendalam.
mempelajari kebutuhan
belajarnya secara
mendalam

Gambar 3. Karakteristik Tingkat Kemampuan


Self-Directed Learning Pembelajar

TIngkat kemampuan SDL mahasiswa


Tutor sebagai fasilitator dalam proses diskusi tutorial, harus mampu
melihat kemampuan pembelajaran mandiri (SDL) mahasiswa atau
kelompoknya. Kemampuan SDL dapat dibagi menjadi 3 tingkat (Grow 1991)
yaitu: tingkat SDL rendah, tingkat SDL sedang, tingkat SDL tinggi. Tinggi
rendahnya kemampuan SDL mahasiswa menentukan sebatas mana tutor
harus memberi atau tidak memberi intervensi. Tutor dapat memberi
intervensi bila mahasiswa masih memiliki kemampuan SDL yang rendah,
sedangkan pada kelompok yang memiliki kemampuan SDL yang tinggi tutor
harus bisa menahan diri untuk sedikit mungkin memberi intervensi. Tingkat
pengaturan yang dilakukan oleh tutor sesuai dengan kemampuan SDL
mahasiswa dapat dilihat melalui model Vermunt’s (lihat gambar 1).

Tabel 2. Kecocokan Gaya Intervensi Dengan Tingkat Kemampuan Self-


Directed Learning Mahasiswa
Derajat intervensi dari tutor
Kemampuan SDL
dari anggota group Kuat Berbagi/Sedang Lemah
tutorial.
Tinggi Menghancurkan Menghancurkan Sesuai
Sedang Menghancurkan Sesuai Membangun
Rendah Sesuai Membangun Menghancurkan
Diadaptasi dari Model Vermunt’s (1992, disitasi oleh de Grave, Moust &
Hommes, 2003)

25
Buku Panduan Tutor

Gaya intervensi tutor dalam meningkatkan SDL mahasiswa


Berdasarkan tingkat kemampuan SDL yang dimiliki oleh kelompok
tutorial, tutor dapat menentukan perannya dalam proses belajar dalam
diskusi tutorial. Penjelasan dari ketiga tingkatan intervensi yang dilakukan
dapat dilihat dari cara seorang tutor melakukan intervensi tersebut. Menurut
Heron (1993 disitasi oleh Savin-Baden, 2003; Lewin, 1951 disitasi oleh
Dornan et all., 2011) gaya melakukan intervensi yang dilakukan dapat
digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu: gaya hirarki, gaya kooperatif, dan gaya
automomi.

Gaya hirarki (autocratic facilitators)


Derajat intervensi dari cara ini termasuk ke dalam derajat intervensi
kuat. Tutor pada gaya ini akan berperan sebagai orang yang membentuk
model perilaku mahasiswa (de Grave, Moust & Hommes, 2003). Tutor
mengontrol setiap kegiatan dan tujuan belajar mahasiswa. Gaya yang
dilakukan oleh tutor pada cara ini disebut juga dengan gaya autocratic. Gaya
ini dapat dilakukan oleh tutor kepada mahasiswa-mahasiswa yang memiliki
kemampuan SDL yang rendah atau pada mahasiswa-mahasiswa yang
memiliki tanggung jawab untuk menjalan-kan proses belajar yang rendah.

DERAJAT INTERVENSI TUTOR


KUAT BERBAGI/SEDANG RENDAH

CARA CARA CARA


HIRARK KOOPERATIF AUTONOMI
I

RENDAH SEDANG TINGGI


LEVEL KEMAMPUAN SDL MAHASISWA

Gambar 4. Model transisi bertahap intervensi tutor terhadap


kemampuan SDL mahasiswa (diadaptasi dari de Grave, Moust &
Hommes 2003)

26
Buku Panduan Tutor

Gaya kooperatif (democratic facilitators)


Gaya fasilitator pada cara ini dapat disebut juga gaya democratic.
Tutor berkolaborasi dengan mahasiswa dalam menentukan tujuan dan
aktivitas belajar. Tutor hanya akan melakukan intervensi bila mahasiswa
keluar dari arah yang telah ditentukan. Tutor disini berperan sebagai pelatih
(de Grave, Moust & Hommes, 2003), dimana ia akan memberikan
pandangan, arahan bagaimana seharusnya mahasiswa bertindak dalam
proses belajar dan mengawasi proses mereka melakukan tindakan tersebut.
Gaya ini dapat dilakukan oleh tutor pada mahasiswa-mahasiswa yang
memiliki kemampuan SDL yang sedang. Cara ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan SDL mahasiswa ke tingkat yang lebih tinggi lagi.

Cara autonomi (laissezfaire facilitators)


Tutor pada gaya ini akan memberikan pada cara autonomi
memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk melakukan proses
belajarnya sendiri. Mahasiswa akan diberikan kebebasan untuk menen-
tukan tujuan serta kegiatan belajarnya sendiri tanpa ada intervensi yang
dilakukan oleh tutor. Mahasiswa biasanya sudah memiliki kemampuan SDL
yang tinggi sehingga tutor dapat menggunakan cara ini. Proses belajar
biasanya sudah berlangsung dengan baik, sehingga tutor disini akan
berperan menjadi seorang konsultan (de Grave, Moust & Hommes, 2003).
Tutor tidak lagi menjadi seorang yang memastikan proses belajar di dalam
kelompok berjalan dengan baik, tetapi lebih kepada memberikan pendapat
atau pandangannya sebagai seorang profesional dibidangnya terhadap
materi yang dipelajari.

Kesimpulan
Tutor sebaiknya mampu mengenali kemampuan SDL mahasiswa, dengan
mengenali kemampuan SDL mahasiswa tutor akan mampu me-lakukan cara
atau intervensi tertentu yang sesuai dengan kemampuan SDL mahasiswa.
Penggunaan cara/intervensi tersebut dilakukan se-mata-mata dilakukan
dengan tujuan untuk membantu mahasiswa mem-peroleh kemampuan SDL
yang optimal. Cara/intervensi yang tidak se-suai dengan kemampuan
mahasiswa akan menimbulkan kegagalan dalam membentuk kemampuan
SDL mahasiswa.

27
Buku Panduan Tutor

BAGIAN KETUJUH
INTERVENSI TUTOR

Pengantar
Pada bab-bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa seorang tutor
dalam menjalankan perannya sebagai fasilitator harus dapat menjamin
berlangsungnya tiga hal yaitu proses belajar yang baik, proses kelompok
yang baik, dan kemampuan self-directed learning yang baik. Ketiga hal
tersebut harus berjalan dengan seimbang. Diskusi tutorial yang hanya
berfokus pada proses belajar yang baik tanpa menghiraukan kedua hal
lainya akan membuat diskusi tutorial menjadi sama seperti kuliah pakar atau
berjalan satu arah (teacher centered). Tutor yang hanya berfokus pada
membentuk proses kelompok yang baik akan menciptakan diskusi yang
tidak terarah, sedangkan tutor yang hanya berfokus pada ke-mampuan self-
directed learning yang baik akan membentuk mahasiswa yang tidak dapat
berkolaborasi serta berkomunikasi dengan mahasiswa lainnya. Oleh
karenanya penting bagi tutor untuk menjamin berlang-sungnya ketiga hal
tersebut secara seimbang.
Tutor dalam menjamin keberlangsungan tiga hal tersebut dapat
memberikan intervensi-intervensi kepada mahasiswa. Intervensi-intervensi
tersebut harus diberikan secara tepat. Pemberian intervensi secara tepat
dimaksudkan bahwa tutor memberikan intervensi disaat kelompok diskusi
tutorial tersebut memang membutuhkan intervensi. Tutor dapat mengetahui
kapan suatu kelompok diskusi tutorial membutuhkan intervensi bila tutor
mengenali peran dirinya dalam diskusi tutorial (lihat bab II, III, & IV).
Intervensi yang diberikan harus sesuai dengan masalah yang terjadi dalam
diskusi tutorial. Masalah yang menghambat proses diskusi tutorial berkisar
pada ketiga hal seperti apa yang telah disebut di atas (proses belajar,
proses kelompok, dan self-directed learning), maka dari itu intervensi yang
diberikan harus sesuai dengan bagian mana dari ketiga hal tersebut yang
bermasalah.

Prinsip-prinsip intervensi dalam diskusi tutorial


Tutor dapat menerapkan prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk
menjamin keberlangsungan ketiga hal tersebut. Prinsip-prinsip tersebut
adalah;1) prinsip belajar secara mendalam, 2) prinsip memben-tuk
lingkungan belajar yang kondusif, dan 3) prinsip kemandirian dalam belajar
(Habib, 2007). Prinsip belajar secara mendalam dapat dikatakan sebagai
prinsip yang harus dipegang oleh tutor dalam menjamin ber-langsungnya
proses belajar yang baik. Proses belajar dalam diskusi tutorial pada
hakikatnya berusaha untuk memperoleh konsep dari materi yang dipelajari
(Harden & Davis, 1998). Konsep dari materi yang dipelajari dapat diperoleh
bila mahasiswa dapat mengintegrasikan beberapa komponen yang dibahas
dalam proses diskusi menjadi satu pemahaman yang utuh. Akan tetapi perlu
diingat bahwa konsep yang diperoleh tersebut bukan berdasarkan
penjelasan yang diberikan oleh tutor tetapi diperoleh sebagai hasil proses
28
Buku Panduan Tutor

berpikir mahasiswa itu sendiri. Intervensi tutor lebih kepada bagaimana tutor
membantu mahasiswa membentuk pemahaman terhadap konsep yang
dipelajari dan bukan mengajarkan mahasiswa tentang konsep tersebut.
Prinsip yang kedua adalah membentuk lingkungan belajar yang
kondusif. Prinsip ini harus digunakan oleh tutor untuk menjamin ke-
berlangsungan pembentukan proses kelompok yang baik. Lingkungan
belajar yang kondusif dapat diartikan sebagai lingkungan belajar yang
memberi mahasiswa kebebasan dalam mengungkapkan pendapat atau
memberi pertanyaan tanpa ada rasa takut atau canggung. Tutor juga
sebaiknya mampu memberikan intervensi sesuai dengan karakter dari
masing-masing peserta diskusi tutorial. Mahasiswa yang kurang aktif harus
dirangsang untuk ikut berperan aktif, sedangkan mahasiswa yang terlalu
aktif harus dibatasi agar setiap mahasiswa dapat memberikan peran aktif
yang seimbang dalam proses diskusi tutorial. Intervensi yang diberikan oleh
tutor tersebut harus selalu memegang teguh kebebasan mengungkapkan
pendapat sehingga proses diskusi tutorial dapat terlaksana dengan baik.

Gambar 5. Prinsip Intervensi Tutor Dalam Diskusi Tutorial

Prinsip yang ketiga adalah prinsip kemandirian dalam belajar.


Kemandirian dalam belajar dapat diartikan sebagai kemampuan mahasiswa
dalam mengontrol proses belajarnya sendiri (Kaufman, 2003). Proses
belajar yang dimaksud adalah mahasiswa mampu menentukan kebutuhan
belajar, mencari sumber belajar, serta menilai hasil belajarnya secara
29
Buku Panduan Tutor

mandiri. Kemandirian dalam belajar dapat dilihat dari sejak awal dalam
tahap diskusi tutorial (tahap menemukan kata-kata yang sulit pada
skenario). Tutor harus dapat mengenali kemampuan belajar mandiri sejak
awal pertemuan. Intervensi dapat diberikan tergantung pada bagian mana
mahasiswa mengalami kesulitan dalam menjalankan proses belajarnya,
apakah pada bagian menentukan kebutuhan belajar, mencari sumber
belajar, atau bagian menilai hasil belajar. Intervensi tidak perlu diberikan bila
kelompok diskusi tutorial telah memiliki kemandirian dalam menjalankan
proses belajarnya sendiri.

Kesimpulan
Ketiga prinsip yang telah disampaikan di atas merupakan dasar yang
digunakan tutor dalam memberikan intervensi pada proses diskusi tutorial.
Variasi dalam pendekatan yang dilakukan oleh tutor diperbolehkan, namun
variasi pendekatan yang dilakukan harus tetap memperhatikan pelaksanaan
ketiga prinsip tersebut. Pendekatan yang dilakukan oleh tutor dapat
bervariasi tergantung kondisi kelompok mahasiswa serta gaya masing-
masing tutor dalam memfasilitasi diskusi tutorial.

30
Buku Panduan Tutor

REFERENSI

Davis MH& Harden RM.(1999) AMEE Medical Education Guide No.15,


Problem-based learning: a practical guide. Medical Teacher, 21(2),
pp. 130-40.

DornanT, Mann K, Scherpbier A& Spencer J. (2011)MEDICAL EDUCATION


Theory and Practice. Edinburgh: Churchill Livingstone Elsivier, pp.
139-40.

Edmunds S & Brown G.(2010) Effective small group learning: AMEE Guide
No.48. Medical Teacher, 32, pp. 715-26.

De Grave W, Moust J& Hommes J.(2003) The Role of the Tutor in a problem
based learning curriculum. Universitaire Pers Maastricht:
Netherlands.

Habib B. (2007) Breaking the ritual: Getting students to participate in


discussion-based tutorials in the social sciences. in Enhancing
Higher Education, Theory and Scholarship, Proceedings of the 30th
HERDSA Annual Conference,8-11 July, 2007, Adelaide, pp.205.

Harden RM & Davis MH. (1998) The continiuum of problem-based learning.


Medical Teacher, 20(4), pp.317-22.

Hmelo-Silver CE. (2004) Problem-based learning: what and how do students


learn?. Educational Psychology Review, 16 (3), pp. 235-66.

Kaufman DM. (2003) Applying educational theroy in practice. In: Cantillon P,


Hutchinson L & Wood D. ABC of Learning and Teaching in Medicine.
BMJ Publishing Group: London.

Konsil Kedokteran Indonesia. (2012) Standar Kompetensi Dokter


Indonesia.Konsil Kedokteran Indonesia: Jakarta.

Loyens SMM, Magda J& Rikers RMJP. (2008) Self-directed learning in


problem-based learning and its relationships with self-regulated
learning. Educ Psychol Rev, 20, pp. 411-27.

Mendiknas.(2002) Kepmendiknas No. 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti


Pendidikan Tinggi Menteri Pendidikan Nasional. Mendiknas: Jakarta.

31
Buku Panduan Tutor

Prendiville P.(2008) Developing Facilitation Skills A Handbook for Group


Facilitators. Combat Poverty Agency.

Savin-Baden M.(2003) Facilitating Problem-Based Learning Illuminating


Perspectives. Open University Press: Philadelphia.

Schwarz R.(2002) The Skilled Facilitator: A Comprehensive Resource for


Consultants, Facilitators, Managers, Trainers, and Coaches. Jossey-
Bass Publishers.

Sub Direktorat KPS. (2008) Buku Panduan Pengembangan Kurikulum


Berbasis Kompetensi Pendidikan Tinggi (sebuah alternatif
penyusunan kurikulum). Direktorat Akademik, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi: Jakarta.

Smith MK.(2002) Malcolm Knowles, informal adult education, self-direction


and andragogy, the encyclopedia of informal education. Tersedia
dalam: <www.infed.org/thinkers/et-know.htm> [diakses tanggal 9
Maret 2013].

Tuckman B& Jensen N.(1977) Stages of small group development revisited.


Group and Organizational Studies, 2,pp.419-27.

Walton H.(1997) Small group methods in medical teaching. Medical


Education, 31, pp.459-64.

Wood DF.(2003) Problem-based learning. In: Cantillon P, Hutchinson L &


Wood D. ABC of Learning and Teaching in Medicine. BMJ Publishing
Group: London.

Vermunt JD.& Verloop N.(1999) Congruence and friction between learning


and teaching. Learning and Instruction, 9,pp.257-80.

32

Anda mungkin juga menyukai