Anda di halaman 1dari 5

Nama : Alfiana Asti P.

Program Studi : Linguistik Terapan

NIM : 18706251040

Ulasan Buku Psikolinguistik


A. Informasi tentang buku

Judul : Psycholinguistics: Language, Mind and World

Penulis : Danny D. Steinberg ,Hiroshi Nagata dan David P. Aline

Penerbit : Routledge

Tahun terbit dan cetakan : 2013, edisi kedua

B. Bagian yang diulas


Bab 8 berjudul Bilingualism, Cognition, Transfer and Learning Strategies. Terdiri atas
tujuh sub bab, 22 halaman. Membahas tentang berbagai macam dwibahasa, apakah
dwibahasa menguntungkan atau merugikan, situasi pembelajaran sequential dan simultan,
dampak dari peralihan Bahasa pertana terhadap pembelajaran Bahasa kedua. Selain itu,
bab ini juga membahas tentang strategi memproduksi Bahasa ke dua, strategi menjadi
pembelajar Bahasa yang baik. Mengajar membaca dalam situasi dwibahasa, merupakan
sub topic terakhir yang dibahas dalam bab ini.
C. Rangkuman
Pengertian dwibahasa menurut (Steinberg, Nagata, & Aline, 2013) adalah
kemampuam memahami 2 bahasa dalam bentuk yang sama maupun berbeda, missal bahasa
lisan inggris dan bahasa lisan Jerman. Dalam bentuk berbeda yaitu Bahasa lisan jerman
dan Bahsa isyarat Amerika. Nagata menambahkan, tingkat kefasihan Bahasa kedua lebih
rendah dibandingkan Bahasa kedua. Dwibahasa menyebabkan dwidialek. Menurut Smith
Dwibahasa dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan Bahasa, Nagata mengacu
pada pendapat Smith ini. Mempelajari Bahasa kedua sejak dini juga tidak mempengaruhi
kecerdasan anak.
Sequential adalah perbedaan jarak Antara pembelajaran Bahasa pertama dan
Bahasa kedua. Dicontohkan Seorang anak berusia 4 tahun yang berbahasa China dalam
kesehariannya, kemudian harus pindah ke Amerika, dan orangtuanya menyekolahkannya
ke sekolah yang menggunakan Bahasa pengantar Bahasa inggris, pada usia 5 tahun anak
tersebut telah fasih berbahasa Inggris. Proses ini terjadi karena penguasaan Bahasa pertama
yang matang. Perkembangan Bahasa kedua terdiri dari empat tahap, yaitu diam, karena
tidak memahami Bahasa. Tahap kedua adalah komunikasi dengan Bahasa tubuh. Pada
tahap ketiga anak mulai menggunakan Bahasa kedua tanpa memperhatikan tata Bahasa.
Tahap terakhir, anak mulai mampu memproduksi ujaran sesuai dengan tata Bahasa dan
situasi pembicaran.
Simultaneous learning adalah keadaan dimana anak mampu mempelajari lebih dari
satu Bahasa dalam waktu bersamaan. Hal ini disebabkan karena setiap anggota keluarga
menggunakan Bahasa yang berbeda saat berkomunikasi dengan si anak, tipe ini dinilai
lebih baik karena anak dapat mnguasai masing – masing Bahas, dibandingkan tipe kedua
yaitu ketika seorang anggota keluarga menggunakan lebih dari satu Bahasa jika
berkomunikasi dengan si anak. Anak dengan dwi Bahasa lebih mrmahami konsep Bahasa
secara psikologis dibandngkan dengab anak yang menguasai satu Bahasa. Anak dapat
memilih kata yang tepat sesuai dengan topic pembicaraan.
Dalam proses pembelajaran bahasa kedua Bahasa pertama dapat berperan jika pola
tata bahassa abtara bahsa pertama dan Bahasa kedua hampir sama. Fasilitas pembelajaran
juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran Bahasa kedua. Ketika mempelajari lebih
dari dua Bahasa maka Bahasa yang telah dikuasai dapat mempengaruhi proses produksi
Bahasa yang sedang dipelajari, dan tidak ada Bahasa yang lebih sulit Antara satu dan yang
lain. Terdapat dua cara dalam nemproduksi Bahasa kedua, yaitu dengan menggunakan
pengetahuan bahas pertama, dan memperbanyak berkomunikasi dengan Bahasa target.
Enam cara untuk menjadi pembelajar Bahasa ke dua yang baik. Pertama dengan
cara ferivikasi, bertujuan untuk mengetahui ketepatan pemahaman siswa terhadap Bahasa
yang sedang dipelajari. Kedua dengan proses induktif, yaitu dengan menggunakan
pengetahuan yang diperoleh dari Bahasa yang telah dikuasai. Proses deduktif adalah
belajar Bahasa dengan metode problem solving. Mempraktikan Bahasa target adalah cara
keempat, sedangkan mememorikan adalah cara kelima. Langkah terakhir adalah
memonitor kesalahan yang dibuat dan apakah pesan dapat tersampaikan dengan baik.
Dalam mengajarkan membaca dengan dwibahasa orangtua dianjurkan menggunakan
metode sequential, dengan kata lain, Bahasa kedua diajarkan beberapa saat setelah Bahasa
kedya benar – benar dikuasai.

D. Ulasan (Persamaan dan Perbedaan dengan Buku Sejenis)


Teori pemerolehan Bahasa yang dikemukakan oleh (Steinberg et al., 2013)
memiliki beberapa kesamaan dengan teori yang dikemukakan (Chaer, 2003). Dikisahkan
mahasiswa Tapanuli yang menempuh pendidikan di Malang, dalam waktu dua
tahun,mahasiswa tersebut telah menguasai Bahasa Jawa. Hal ini sama dengan kasus anak
immigrant dari China yang pindah ke Amerika dan telah fasih berbahsa Inggris dalam
waktu satu tahun.
(Chaer, 2003) dan (Steinberg et al., 2013) juga berpedoman pada hypothesis
kesamaan, yaitu pengetahuan Bahasa pertama mempengaruhi proses pemerolehan Bahasa
kedua jika memiliki struktur bahasa yang hampi sama pada modus interogsi, negasi, dan
morfem gramatikal. Hypothesis alamiah yaitu urutan penguasaan Bahasa akan terjadi
secara alami, seperti dalam (Steinberg et al., 2013) yang menyatakan bahwa tidak ada yang
lebih sulit antara Bahasa satu dan yang lain. Hypothesis alamiah juga terjadi pada kasus
dalam penelitian (Steinberg et al., 2013) yakni, ketika dalam keluarga menggunakan lebih
dari 1 bahasa, maka anak akan menguasai beberapa Bahasa dalam waktu yang hampir
bersamaan.
Teori mengenai cara menjadi peembelajar Bahasa kedua yang baik menurut
(Steinberg et al., 2013) yaitu dengan cara induktif, deduktif, verifikasi, mememorikan dan
monitoring tidak hampir serupa dengan teori yang dikemukakan oleh (Patsy
LightbownNina Spada, 2011) yaitu memastikan informasi tersampaikan dengan baik,
mengklarifikasi informsi, atau mengulang informasi dengan penekanan pada informasi
inti.
Menurut Smith dalam (Steinberg et al., 2013) Dwibahasa dapat menyebabkan
keterlambatan perkembangan Bahasa,. Mempelajari Bahasa kedua sejak dini juga tidak
mempengaruhi kecerdasan anak. Namun,(Patsy LightbownNina Spada, 2011)
mengemukakan bahwa dwibahasa berdampak positive bagi prestasi siswa, jika bahssa
krdua diajarkan pada saat yang tepat dan anak mempunyai kemampuan kognitif yang
memadai.
E. Kesimpulan
Buku Psycholinguistics: Language, Mind and World karya (Steinberg et al., 2013)
memiliki banyak persamaan dengan buku Psikolinguistik Kajian Teoritik, karya (Chaer,
2003) dalam hal pemerolehan bahasa yang berlangsung secara alamiah. Demikian pula
(Steinberg et al., 2013) menggunakan hypothesis kesamaan dan hypothesis urutan alamiah
dalam pemerolehan bahasa kedua. Dalam strategi belajar bahasa kedua(Steinberg et al.,
2013) mengacu pada teori (Patsy LightbownNina Spada, 2011) yang menggunakan metode
comprehension, clarification dan repetition. Namun dalam hal pembelajaran bahasa ke
dua diusia dini. (Steinberg et al., 2013) menganggap akan menghambat perkebangan
bahasa anak, sedangkan menurut (Patsy LightbownNina Spada, 2011) pembelajaran
bahasa diusia dini akan memingkatkan prestasi anak.
Daftar Pustaka

Chaer, A. (2003). PSIKOLINGUISTIK Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.

Patsy LightbownNina Spada. (2011). How Languages are Learned (3rd ed.). New York: Oxford
University Press.

Steinberg, D., Nagata, H., & Aline, D. . (2013). Psycholinguistics:Language, Mind and Worls.

Anda mungkin juga menyukai