Anda di halaman 1dari 28

EDUWISATA PABELAN

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN

KEPADA MASYARAKAT (LP2M)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

TAHUN 2016

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi .......................................................................................... ii

Sentra Eduwisata Pabelan? ............................................................. 1

Kegiatan di Sentra Eduwisata .......................................................... 3

Yuk Main .......................................................................................... 5

 Egrang Bambu ...................................................................... 6


 Egrang Batok ........................................................................ 8
 Gatrik..................................................................................... 10
 Gasingan ............................................................................... 11
 Tulup atau Pletokan .............................................................. 13
 Orek-orek .............................................................................. 15
Warisan Pabelan.............................................................................. 16
 Sungai Pabelan ..................................................................... 17
 Pahat Batu ............................................................................ 18
 Pondok Pesantren Pabelan................................................... 19
Wisata Terdekat ............................................................................... 21
 Candi Borobudur ................................................................... 22
 Candi Mendut ........................................................................ 24

ii
1
Sentra Eduwisata Pabelan

Eduwisata adalah sebuah konsep pengembangan bersifat edukatif atau


pendidikan dengan adanya kehadiran sebuah objek wisata. Pengembangan sifat
edukatif tersebut dapat melalui banyak hal, diantaranya dapat dengan kegiatan-
kegiatan yang menunjang di wisata itu sendiri maupun cara pelestarian kearifan lokal.
Konsepan eduwisata tidak lagi menjadi hal yang tabu. Beberapa wilayah di Indonesia
telah mengembangkannya, salah satunya adalah di Kabupaten Magelang, tepatnya
di Desa Pabelan.

Desa Pabelan memiliki daya tarik tersendiri sebab lokasinya yang begitu dekat
dengan Candi Mendhut maupun Candi Borobudur. Sebagian besar masyarakatnya
bekerja dalam pembuatan cinderamata berupa dolanan tradisional. Pengembangan
eduwisata di Desa Pabelan lebih memfokuskan pada kegiatan-kegiatan
penunjangnya untuk mengenalkan kearifan lokal, seperti melalui pembuatan aneka
dolanan tradisional dari bambu maupun budaya jawanya.

Eduwisata di Pabelan mengajarkan pada pengunjung bahwa dolanan tradisional


dan budaya lokal harus dilestarikan. Dolanan tradisional pun mampu menjadi hal yang
menarik dan memiliki nilai edukasi tinggi, yakni dimulai dari filosofi dolanan itu sendiri,
cara pembuatannya bahkan cara memainkannya. Untuk mengenal lebih lanjut
bagaimana eduwisata di Pabelan, maka muncul inisiatif pembuatan buku ini. Penulis
berharap keberadaan buku ini menjadi awal untuk pengembangan eduwisata,
khususnya di Pabelan menjadi lebih baik.

Penulis

2
3
Kegiatan di Eduwisata

Sentra Eduwisata Pabelan menawarkan 2 (dua) kegiatan inti yang dapat diikuti oleh
para wisatawan. Kegiatan tersebut adalah Dolan dan Damel dengan rincian sebagai
berikut:

1. Dolan

Dolan merupakan kegiatan bermain mainan tradisional yang dipandu oleh pengelola
sentra eduwisata Pabelan. Dolan dibagi menjadi 3 (tiga) kegiatan antara lain:

a. Hongpimpah
Kegiatan ini merupakan kegiatan membagi wisatawan ke dalam beberapa
kelompok untuk menentukan pos-pos perlombaan yang mereka ikuti terlebih
dahulu. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk permainan sehingga wisatawan tetap
merasa senang.
b. Lomba
Kegiatan ini merupakan perlombaan permainan tradisional. Permainan yang
diperlombakan secara individu biasanya adalah egrang bambu dan egrang
batok,. Sedangkan untuk permainan berkelompok adalah gatrik. Namun tidak
menutup kemungkinan untuk permainan tradisional lainnya untuk diperlombakan
di sini. Dalam setiap permainan akan dipilih juaranya untuk diberikan hadiah oleh
pihak pengelola sentra eduwisata.
c. Gasingan
Kegiatan dolan terakhir adalah pemutaran gasingan bambu secara bersama-
sama oleh seluruh peserta eduwisata. Kegiatan ini ditujukan sebagai tanda
bahwa kegiatan eduwisata saat itu telah berakhir.

2. Damel

Damel merupakan kegiatan membuat permainan tradisional secara bersama-sama.


Pertama-tama, pengelola sentra eduwisata akan memberikan demo cara membuat
permainan tradisional. Kemudian, dilanjutkan oleh para peserta eduwisata untuk
mebuat permainan tradisional yang telah didemokan dengan alat dan bahan yang
telah disediakan.

4
5
Egrang Bambu

Egrang merupakan permainan tradisional yang belum diketahui dari mana


asalnya namun telah tersebar di berbagai daerah dengan nama yang berbeda-
beda. Ada yang menyebutnya tengkak-tengkak di Sumatera Barat, ingkau dalam
bahasa Bengkulu, maupun jangkungan di Jawa Tengah.

Permainan egrang ini mengajarkan untuk dapat berkonsentrasi agar tetap


seimbang dan tidak jatuh dari pijakan egrang. Selain itu, permainan ini
mengajarkan sportivitas dan kerja keras. Sportivitas tercermin dari sikap para
pemain untuk tidak bermain curang ketika berlangsungnya permainan. Kerja keras
tercermin dari semangat para pemain untuk mengalahkan lawannya.

Cara membuat egrang bambu sebagai berikut:

1. Pertama, bambu dipotong menjadi dua bagian yang panjangnya masing-


masing sekitar 2,5 – 3 meter.
2. Potong bambu lain menjadi dua bagian dengan ukuran masing-masing 20
– 30 cm untuk dijadikan pijakan kaki.
3. Lubangi salah satu ruas bambu yang berukuran panjang pada kurang lebih
50 cm dari bawah untuk memasukkan bambu yang berukuran pendek
(bambu pijakan).
4. Setelah bambu untuk pijakan kaki terpasang, maka bambu siap untuk
digunakan.

6
Cara memainkannya sangat mudah. Pemain hanya perlu berdiri di atas pijakan
dan jalan menggunakan egrang tersebut. Untuk perlombaan egrang dapat
dilakukan sebagai berikut:

1. Membuat garis batas tempat dimulainya bermain dan garis finish tempat
berakhirnya perlombaan.
2. Sebelum perlombaan dimulai, para pemain diharuskan berada dibelakang
garis start dengan memegang egrang.
3. Kemudian, Juri/Wasit memberikan aba-aba dimulainya perlombaan seperti
“Bersedia, Siap, dan Ya”. Pada aba-aba Bersedia, peserta memegang
egrang. Aba-aba Siap, peserta memijakkan satu kakinya pada pijakan
egrang. Setelah aba-aba Ya maka peserta berlari dengan egrang.
4. Peserta yang menginjak garis finish terlebih dahululah yang menang.

7
Egrang Batok

Egrang yang terbuat dari tempurung kelapa ini berasal dari Provinsi
Sulawesi Selatan ini, biasanya dimainkan oleh suku Bugis. Bagi suku Bugis
sendiri permainan ini dikenal dengan nama Majjeka, yang berasal dari
kata jeka yang artinya jalan.
Biasanya egrang batok digunakan untuk melatih motorik kasar pada
anak. Namun, Permainan egrang batok ini melatih pemainnya untuk
konsentrasi dan berpegang kuat pada tali untuk melangkah dengan yakin.
Cara membuat egrang batok:
1. Siapkan 2 batok kelapa yang
sudah dibersihkan. Pilih batok
kelapa yang tua agar kokoh dan
tidak mudah pecah. Kemudian
bentuk batok kelapa tersebut
menjadi setengah lingkaran.
2. Amplas batok kelapa tersebut
sampai halus dan bersih dari
serabut kelapa.
3. Lubangi batok kelapa tersebut
dengan paku atau pisau, tepat di
tengah-tengah.

8
4. Siapkan juga tali sebagai pengait antara 2 batok tersebut. Pilih tali yang
kuat dan tidak membuat sakit pemain Egrang Batok.
5. Kaitkan batok yang sudah dilubangi tersebut dengan tali. Ikatkan ujung tali
pada batok dan ikatkan ujung tali yang satunya pada batok yang kedua.
Sesuaikan panjang tali dengan penggunanya agar nyaman digunakan,
biasanya panjang tali 1,5 – 2 meter.
6. Egrang Batok jadi dan siap untuk digunakan.

Cara memainkan egrang batok:


1. Jepitkan jari kaki seperti menggunakan sandal jepit diantara tali.
2. Tarik tali kuat-kuat.
3. Kemudian, jalan layaknya orang biasa. dengan model perlombaan adu
cepat.

9
Gatrik

Gatrik atau Tak Kadal pada masanya pernah menjadi permainan yang populer
di Indonesia. Merupakan permainan kelompok, terdiri dari dua kelompok.
Permainan ini menggunakan alat dari dua potongan bambu yang satu menyerupai
tongkat berukuran kira kira 30 cm dan lainnya berukuran lebih kecil.

Permainan gatrik melatih ketangkasan para pemainnya. Selain itu, para


pemain dapat belajar bekerja sama dalam tim, merencanakan strategi, terampil,
dan fokus. Permainan ini juga mengajarkan agar pemainnya dapat berjiwa besar
ketika menerima kekalahan, melatih kejujuran untuk mengikuti peraturan,
menghormati lawan main, dan melatih jiwa sportivitas.

Cara Bermain:

1. Pertama potongan bambu yang kecil ditaruh di antara dua batu


2. Pukul bambu kecil tersebut dengan tongkat bambu, diteruskan dengan
memukul bambu kecil tersebut sejauh mungkin,
3. pemukul akan terus memukul hingga beberapa kali sampai suatu kali
pukulannya tidak mengena/ luput/ meleset dari bambu kecil tersebut.
4. Setelah gagal maka orang berikutnya dari kelompok tersebut akan
meneruskan. Sampai giliran orang terakhir.
5. Setelah selesai maka kelompok lawan akan memberi hadiah berupa
gendongan dengan patokan jarak dari bambu kecil yang terakhir hingga ke batu
awal permainan dimulai tadi.

10
Gasingan

Gasing dikenal sebagai permainan tertua di Indonesia bahkan mungkin di Asia


Tenggara. Beragam jenis gasing dan namanya di Indonesia, untuk gasingan ini
merupakan sebutan untuk gasing yang terbuat dari bambu maupun bambu tutul.
Permainan gasingan memperlihatkan lamanya berputar dan kerasnya bunyi
‘ngung’ dari bambu. Permainan ini dilakukan di tanah yang keras, lantai, atau meja
yang agak lebar.

Permainan ini melatih konsentrasi pemainnya. Ketika bermain, anak – anak


mendapatkan seberapa panjang tali yang digunakan dan kuatnya pintalan tali
pada tangkai gasingan serta kekuatan yang dipakai ketika menarik tali tersebut
sehingga gasingan dapat berputar tegak dan menghasilkan bunyi yang keras. Hal
ini mampu membiasakan anak-anak untuk berpikir kritis dan fokus.

Cara membuat gasingan:

1. Potong bambu sekitar 12 cm dengan lubang di tengahnya


2. Tutup bagian atas dan bawah dengan kayu
3. Tancapkan tangkai dari tutup atas sampai menembus tutup bawah dengan
kira-kira panjang tangkai pada tutup bawah adalah 5 cm dan tangkai pada tutup
atas adalah 10 cm.
4. Untuk membuat wilahan, potong kayu dengan ukuran panjang seitar 10 cm dan
lebar 2 cm dengan lubang kecil di ujung kayu

11
5. Potong kayu kecil dengan panjang ± 3 cm untuk mengikatkan tali.

Cara memainkannya memerlukan tampar atau tali, yang terbuat dari serat nanas
dan wilahan atau kayu untuk menarik tampar. Rinciannya adalah sebagai berikut:

1. Pertama-tama masukkan
pada lubang wilahan
2. Pegang gasingan dengan
tangan kiri, kemudian lilitkan
tali pada tangkai atas
gasingan menggunakan
tangan kanan mulai atas ke
bawah secara kuat.
3. Putar gasing dengan menarik tali.

12
Tulup atau Pletokan

Pletokan dibuat dari bambu, panjang 30 cm dengan diameter 1-1/2 cm. Bambu
dipilih yang kuat dan tua supaya tidak cepat pecah. Bambu dibagi dua. Untuk
penyodok, bambu diraut bundar sesuai dengan lingkaran laras dan bagian pangkal
dibuat pegangan sekitar 10 cm.

Pletokan atau tulup biasanya digunakan untuk sarana perang-perangan.


Melalui permainan ini, anak akan belajar mengatur strategi dan sportivitasnya.
Anak juga belajar untuk mengontrol diri untuk tidak mengenai bagian-bagian vital
lawan seperti mata.

Cara membuat:

1. Potong bambu denga pajang 30 cm dengan lubang berdiameter 0,5 – 1 cm


sebagai laras bedil.
2. Potong bambu dengan panjang 10 cm dengan lubang berdiameter 0,5 – 1 cm
sebagai pegangan.
3. Potong bambu (belahan bambu) dengan panjang 38 cm dengan diameter 0,5
– 1 cm (disesuaikan dengan larasnya).
4. Tancapkan belahan bambu tersebut pada lubang pegangan.

13
5. Tulup siap digunakan denganpeluru dapat berupa bunga jambu air, kertas
basah, dan lainnya.

Cara Bermain:

1. Cara menembak adalah pertama peluru dimasukkan dengan batang penolak


sampai ke ujung laras.
2. Peluru kedua dimasukkan dan ditolak dengan batang penolak. Peluru kedua ini
mempunyai dobel fungsi. Fungsi pertama sebagai klep pompa untuk menekan
peluru pertama yang akan ditembakkan. Fungsi kedua menjadi peluru yang
disiapkan untuk ditembakkan berikutnya.
3. Tembakan ini akan menimbulkan bunyi pletok dan peluru terlontar ± 5 meter
dan relatif lurus.

14
Orek Orek

Orek-orek atau disebut juga kreketan awi ini terbuat dari bambu, apabila mainan
ini diputar akan menghasilkan suara kreket kreket sehingga disebut kreketan awi
atau kreketan bambu. Mainan ini banyak tersebar di wilayah agraris seperti jawa.
Ada macam macam kreketan, ada yang terbuat dari bambu ada juga yang terbuat
dari kayu. Kreketan ini selain sebagai mainan juga berfungsi sebagai pengusir
hama padi terutama burung-burung, burung akan terbang bila mendengar bunyi
bunyian.

Jenis lainnya bernama othok-othok. Disebut othok-othok dikarenakan ketika


digerakkan dengan cara diputar menghasilkan bunyi othok-othok. Selain sebagai
mainan, othok-othok ini berfungsi sama seperti kreketan awi.

(Othok-othok)

(Kreketan Awi)

15
16
Sungai Pabelan

Sungai pabelan dikabarkan sebagai sungai purba tua dari hulu gunng merapi
sampai hilir danau telaga purba penuh teratai candi Borobudur karena 22 ribu
tahun yang lalu candi Borobudur kurang lebih 200 hektar di bawah tanah dengan
kedalaman 30 meter adalah lumpur bekas telaga purba yang sangat indah.

Daerah aliran Sungai Pabelan merupakan sub-daerah aliran sungai progo


sebagian terletak pada gunung aktif, yaitu Gunung Merapi dan sebagian terletak
pada gunung api tidak aktif, yaitu Gunug Merbabu.

17
Pahat Batu

Desa Pabelan sebagai desa yang jaraknya cukup dekat dengan Gunung Merapi
yang merupakan salah satu gunung teraktif di Indonesia membuat desa ini cukup
kaya dengan potensi batunya. Salah satu pemanfaatan batu tersebut adalah
dengan membuat kerajinan dengan berbagai bentuk patung, batu nisan, maupun
benda artistik lainnya. Lebih dari 20 usaha patung batu ini terletak di Desa
Pabelan, yang terletak di tepi jalan raya Yogyakarta-Magelang. Banyak dari
wisatawan maupun orang yang melalui tempat ini sering berhenti untuk berbelanja
barang dari kerajinan batu. Proses pengerjaan kerajinan patung batu ini semuanya
masih dikerjakan dengan cara manual menggunakan pahat patung batu dan
gerinda untuk menghaluskan. Para wisatawan yang datang dapat melihat dan
belajar langsung bagaimana membuat kerajinan patung batu ini.

18
Pondok Pesantren Pabelan

Pondok pesantren Pabelan terletak di jalur lintas pariwisata Yogyakarta dan


Borobudur, tepatnya di Desa Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang,
Jawa Tengah. Jalur ini juga menghubungkan antara Yogyakarta dan Semarang, 35
kilometer dari arah Yogyakarta, 4 kilometer dari Muntilan dan 12 kilometer dari Kota
Magelang.

Pondok Pesantren Pabelan Berawal pada tahun 1800-an, Kiai Raden


Muhammad Ali merintis sebuah kegiatan mengaji yang diikuti oleh para pemuda
disekitarnya. Bagai titik air yang membawa kesejukan, pengajian itu menjadi besar
dan memberi harapan bagi masyarakat sekitarnya tentang pengetahuan agama.

Kini Balai Pendidikan Pondok Pesantren Pabelan berada di bawah naungan


Yayasan Wakaf Pondok Pabelan. Didirikan oleh K.H. Hamam Dja'far pada tanggal 28
Agustus 1965.

Kini Pondok pesantren Pabelan telah memiliki ribuan santri, mereka tinggal
dalam satu kompleks asrama (pondok) selama 24 jam, di bawah koordinasi
pengurus Organisasi Pelajar Pondok Pabelan (OPPP), yang berada di bawah
pengawasan dan bimbingan langsung para pimpinan (kiai). Para Pengurus
merupakan santri kelas 5 dan 6 yang bertugas selama 1 tahun untuk

19
melaksanakan kebijakan pimpinan pondok. Organisasi ini dimaksudkan untuk
melatih santri dalam rangka pemahaman diri terhadap tanggung jawab, kejujuran,
disiplin, cakap, dan kreatif sehingga membentuk jati diri yang kokoh.

20
21
Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan candi Budha, terletak di desa Borobudur


kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dibangun oleh Raja Samaratungga, salah
satu raja kerajaan Mataram Kuno, keturunan Wangsa Syailendra. Dari Desa
Pabelan, candi ini hanya berjarak sekitar 7,8km yang dapat ditempuh dalam waktu
15 menit.

Keberadaan candi Borobudur ini diungkap oleh Sir Thomas Stamford Raffles
yang kemudian beliau mengutus Cornelius untuk membersihkannya yang
dilanjutkan olehHartmanpada tahun 1835. Candi borobudur terus mengalami
pemugaran , mulai pada tahun 1907 – 1911 oleh Theodore Van Erp dari
pemerintah Hindia Belanda pada bagian Arapadhatu (bagian atas candi) dan
dilanjutkan pada tahun 1973 – 1983 oleh pemerintah Indonesia bekerjasama
dengan UNESCO.

Borobudur tidak hanya sekedar tumpukan batu. Relief pada candi memiliki
cerita-cerita bermakna tentang Budha. Pada kaki candi, reliefnya menggambarkan
hukum karma (karmawibhangga). Karmawibhangga adalah naskah yang
menggambarkan ajaran mengenai karma, yakni sebab-akibat perbuatan baik dan
jahat. Deretan relief tersebut bukan merupakan cerita seri (serial), tetapi pada

22
setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai hubungan sebab
akibat.

Relief yang berderet dari tangga pada sisi sebelah selatan menggambarka
kesibukan, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut
hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku calon Buddha
(Lalitawistara). Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada
ini sebagai Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya
dari Negeri Kapilawastu.

Cerita lain tentang budha dikemas dalam Jataka. Jataka adalah berbagai
cerita tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta.
Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan-perbuatan baik, seperti sikap rela
berkorban dan suka menolong yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk
lain manapun juga.

Relief yang menghiasai lorong ke-2 adalah cerita Sudhana yang berkelana
tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencari Pengetahuan Tertinggi tentang
Kebenaran Sejati oleh Sudhana.

23
Candi Mendut

Candi Mendut adalah sebuah candi bercorak Buddha. Candi ini terletak di
Jalan Mayor Kusen Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Jaraka
candi ini dari Desa Pabelan hanyalah 3,7 km yang dapat ditempuh dalam 7 menit.

Candi Mendut didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti


Syailendra yang ditemukan kembali pada tahun 1836. Seluruh bangunan candi
Mendut ditemukan, kecuali bagian atapnya. Pada tahun 1897-1904, pemerintah
Hindia Belanda melakukan uapaya pemugaran yang pertama. Pada tahun 1908,
Van Erp memimpin rekonstruksi dan pemugaran kembali Candi Mendut dan
dilanjtkan padatahun 1925.

Candi mendut juga menggambarkan cerita-cerita jataka pada reliefnya yang


berisi ajaran hukum sebak dan akibat. Relief di sebelah kanan menggambarkan,
kura-kura yang dalam keadaan bahaya diselamatkan oleh dua ekor burung
bangau. Relief lainnya mengisahkan tentang seekor kera yang ditolong dan
diseberangkan seekor buaya. Si kera naik di punggung buaya. Di tengah sungai
buaya berhenti, dan ingin merobek perut kera dengan giginya yang tajam. Di relief
lain menggambarkan seekor gajah yang menjadi ganas ketika berada di tengah-
tengah mereka yang sedang dihukum karena kejahatan. Tetapi gajah itu menjadi
lembut dan jinak ketika berada di dekat para pertapa, para bhiku, yang suasananya

24
tenang dan teduh. Dan masih banyak lagi relief cerita fabel dari kisah Jataka yang
dipahatkan di candi ini.

Di sebelah kanan pintu masuk ke bilik candi Mendut (sisi utara) juga ada
sebuah relief Kuvera. Penggambarannya, ada seorang lelaki yang yang duduk
dikelilingi anak-anak. Di bawahnya ada kendi-kendi yang penuh dengan uang.
Tetapi setelah bertemu dengan sang Budha dan diberi ajaran moral dan budi
pekerti luhur, dia bertobat dan berubah perangai menjadi pelindung anak-anak.

25
26

Anda mungkin juga menyukai