DWI WICAKSONO
4318130007
SIFAT MATERIAL PADA REL KERETA API
Rel adalah pijakan tempat menggelindingnya roda Kereta Api dan berfungsi untuk
meneruskan beban roda ke bantalan. Bahan yang dipakai dalam pembuatan Rel sendiri antara
lain : Carbon 0,4-0,82% ; Silicca 0,05-0,5% ; Mangan 0,6-1,7% ; Phosporus 0,05% max ;
Sulfur 0,05% max. Untuk saat ini standard internasional rel yang banyak digunakan di
Indonesia masih menoleh pada JIS (Japan Industrial Standard). Tergantung proyek jalan rel
yang terkait bekerja sama dengan negara mana.
Rel digunakan pada jalur kereta api. Rel mengarahkan/memandu kereta api tanpa
memerlukan pengendalian. Rel merupakan dua batang rel kaku yang sama panjang dipasang
pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada bantalan dengan
menggunakan paku rel, sekrup penambat, atau penambat e (seperti penambat Pandrol).
Jenis penambat yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan yang digunakan.
Puku ulir atau paku penambat digunakan pada bantalan kayu, sedangkan penambat e
digunakan untuk bantalan beton atau semen.
Rel biasanya dipasang di atas badan jalan yang dilapis dengan batu kericak atau
dikenal sebagai Balast. Balast berfungsi pada rel kereta api untuk meredam getaran dan
lenturan rel akibat beratnya kereta api. Untuk menyeberangi jembatan, digunakan bantalan
kayu yang lebih elastis ketimbang bantalan beton.
Bentuk rel didesain sedemikian rupa agar dapat menahan momen rel sehingga
dibentuk sebagai batang berbentuk profil I. Dibagi berdasarkan bentuknya, rel terdiri atas 3
macam, yaitu :
Kepala Rel (Head) yang dirancang sesuai dengan bentuk permukaan bandasi roda
untuk memperoleh kombinasi kualitas perjalanan yang baik dengan kontak minimum.
Badan Rel (Web) yang dirancang untuk menghasilkan kuat geser yang cukup untuk
melindungi kerusakan khususnya di sekitar lobang sambungan rel.
Kaki Rel (Foot) yang dirancang untuk memberi kestabilan akibat guling dan bidang
untuk penambat, dengan bidang dasar yang datar untuk distribusi beban yang merata
ke bantalan.
Rel yang digunakan di Indonesia menggunakan standar UIC dengan Standar: Rel 25 ,
Rel 33, Rel 44, Rel 52, dan Rel 60. Angka ini menunjukkan berat rel per 1 meter
panjang.
Wear Resistance
Heat Resistance
High Melting Point
Heavy and Strong Material
Mampu Menahan Gaya atau Beban
Material Rel Kereta (Komposisi dan Struktur) merupakan baja dengan kadar karbon
tinggi yaitu 0,60% yang biasa digunakan untuk rel kereta api, disebut R.42 karena
mempunyai profil berat spesifik 42,23 Kg/m (Sub Direktorat Jalan dan Bangunan Kantor
Pusat PJKA, 1989:192). Komposisi Bahan yang dipakai dalam pembuatan Rel sendiri antara
lain : Carbon 0,4-0,82% ; Silicca 0,05-0,5% ; Mangaan 0,6-1,7% ; Phosporus 0,05% max ;
Sulfur 0,05% max. Nilai kekerasan R.42 adalah kekerasan brinell sebesar 240 (Sub
Direktorat Jalan dan Bangunan Kantor Pusat PJKA, 1989:187). Kekuatan tarik material R.42
adalah sebesar 80 Kg/mm2 (Sub Direktorat Jalan dan bangunan Kantor Pusat PJKA,
1989:200). Karbon merupakan unsur yang dominan dalam baja, sedang unsur lain yang
mempengaruhi adalah :
Pada saat suhu benda To (suhu awal benda), maka panjang benda adalah Lo (panjang
awal benda). Setelah dipanaskan pada suhu T (suhu akhir benda), maka panjang benda juga
berubah menjadi L (panjang akhir benda) dengan perubahan suhu adalah ∆T dan selisih
pertambahan panjang benda adalah ∆L.
Treatment yang dilakukan untuk mendapatkan sifat sifat yang menunjang tersebut
yaitu heat treatment.
Untuk membangun konstruksi jalan rel kereta api dibutuhkan pengelasan termit, akan
tetapi sering mengalami kerusakan pada daerah HAZ setelah mengalami pembebanan. Usaha
yang dilakukan oleh PT. Kereta Api Indonesia dalam perawatan dan perbaikan konstruksi
jalan rel kereta api R. 42 yang rusak adalah dengan pengelasan listrik.
Langkah pengelasan merupakan langkah yang efesien dan efektif terutama pada
keselamatan kerja dan tidak mengganggu proses produksi jasanya. Hasil las harus memenuhi
standar kekerasan tertentu yang telah ditetapkan yaitu dalam batas kekerasan brinell sebesar
280 sampai 334 ( Sub Direktorat Jalan dan Bangunan Kantor Pusat PJKA, 1989:363 ).
Pemberian proses Heat treatment (Stress reliefing anneling) setelah proses pengelasan yang
bertujuan mengurangi tegangan sisa akibat proses las, juga memperbaiki sifat-sifat mekanik,
karena faktor tersebut sangat mempengaruhi sifat dan kekuatan dari sambungan.
Seiring dengan berkembangnya desain dan teknologi pesawat terbang yang makin
canggih, kebutuhan akan material yang makin baik juga semakin meningkat. Dari awal
diciptakanya pesawat terbang berbahan kayu hingga aluminium, kemudian hingga
digunakanya titanium dan bahan dengan efisiensi tinggi memerlukan pengembangan yang
intensif dari berbagai disiplin ilmu.
Penggunaan material struktur pesawat terbang yang ringan sangatlah penting. Pada
pesawat terbang transport sub-sonic modern, payload hanya sekitar 20% dari berat total
sedangkan 80% adalah berat kosongnya dan separuhnya adalah bahan bakarnya. Dapat
dikatakan bahwa penambahan berat dapat meningkatkan penggunaan bahan bakar, yang
berhubungan secara langsung dengan meningkatnya biaya operasional. Adapun berikut ini
adalah kriteria pemilihan bahan untuk pesawat terbang :
Efisiensi kekuatan statis (perbandingan kekuatan terhadap berat)
Sifat fatigue (Kelelahan)
Ketangguhan dan perambatan retak
Sifat korosi dan penggetasan
Kestabilan terhadap lingkungan
Kemudian, diperlukan juga kriteria yang tidak kalah pentingnya terkait produksi dan biaya :
Berikut adalah material-material yang biasa digunakan untuk membangun konstruksi pesawat
terbang :
Aluminium 2024-T3,T42,T351, T81 : Untuk tegangan tarik yang tinggi, ketangguhan tinggi
serta karakteristik perambatan retak yang baik. T42 memiliki kekuatan yang lebih rendah dari
T3. Sedangkan T81 digunakan untuk temperatur tinggi
Aluminium 2224-T3, 2324-T3 : memiliki kekuatan 8% lebih dari 2024-T3, ketangguhan dan
ketahanan kelelahan lebih baik dari 2024-T3
Aluminium 7075-T6, T651, T7351 : Memiliki kekuatan lebih tinggi dari 2024, ketangguhan
lebih rendah, digunakan untuk tegangan tarik yang tidak memerlukan ketangguhan tinggi.
Memiliki karakteristik korosi yang baik
Aluminium 7079-T6 : Hampir sama dengan 7075, tetapi memiliki sifat potongan melintang
yang lebih baik (>3in)
Aluminium 7150-T6 : 11% lebih kuat dari 7075-T6, karakteristik kelelahan dan ketangguhan
lebih baik dari 7075-T6
Aluminium 7178-T6, T651 : Digunakan untuk beban tekan. Lebih kuat dari 7075, tapi tidak
lebih tangguh.
Aluminium-lithium : 10% lebih ringan dan kaku dari aluminium alloy konvensional
PM aluminium : Lebih kuat, tangguh, tahan suhu tinggi serta tahan korosi dari aluminium
alloy konvensional
2. Titanium
Untuk kebutuhan tegangan tarik yang tinggi, baja paduan masih dapat digunakan
dibandingkan dengan titanium dan tentunya memiliki biaya yang lebih rendah. Berikut adalah
baja paduan yang sering digunakan pada struktur pesawat terbang :
Mengandung 12-18% kromium serta tanpa nikel dan dilakukan perlakuan panas dengan
quenching dan temper. Memiliki ketahanan korosi yang relatif rendah. Biasa digunakan
untuk peralatan dapur, bilah turbin dll.
Mengandung 15-30% kromium, tanpa nikel dan tanpa perlakuan panas serta memiliki
kekuatan yang relatif rendah. Ketahanan korosi tinggi pada suhu tinggi. Biasa digunakan
untuk perpipaan, bejana serta pabrik kimia.
Austenitic Stainless Steel
Mengandung 18% atau lebih kromium dan 3,5 hingga 22% nikel. stainless steel 321 dan 347
mengandung titanium dan columbium sebagai paduan penstabil terhadap korosi. Bahan ini
sangat tahan terhadap korosi bahkan pada air laut. Biasa digunakan pada industri dirgantara,
pabrik kimia, perpipaan serta penggunaan pada air laut.
Mengandung karbon yang sangat sedikit, 15-17% kromium, 4-7% nikel dan beberapa bagian
kecil logam paduan lain. Sangat tahan korosi, bahkan untuk kebutuhan pada air laut. Biasa
digunakan pada pesawat terbang dimana kekuatan, ketahanan terhadap korosi serta suhu
tinggi dibutuhkan.
Bahan dengan basis besi, yang dapat dikeraskan sampai kekuatan yang sangat tinggi. Bahan
yang biasa digunakan pada kategori ini adalah 4130 dan 4340 alloy. Biasa digunakan untuk
struktur kerangka serta komponen landing gear.
4. Komposit
Material komposit saat ini telah banyak digunakan dalam dunia dirgantara karena
kekuatan serta kekakuanya terhadap beratnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan baja
dan aluminium, serta arah serat nya dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan pembebanan
sehingga penggunaanya efisien. Selain itu, material komposit dapat dibentuk kontur yang
aerodinamis dengan lebih fleksibel dibandingkan bahan lainya karena dibentuk menggunakan
cetakan.
Material komposit yang sering digunakan pada industri dirgantara adalah carbon
fiber, boron, fiberglass serta kevlar. Tidak hanya bahan dasar tersebut pada struktur pesawat
terbang untuk memperoleh paduan karakteristik yang sempurna, dapat pula dipadukan bahan-
bahan fiber tersebut dengan aluminium baik dalam bentuk lembaran ataupun honey
comb yang biasa dikenal dengan istilah sandwitch.
1.Kapal Kayu
Kapal Kayu adalah kapal yang seluruh konstruksi badan kapal dibuat dari kayu, kapal
jenis ini biasanya terbatas pada kapal-kapal sedang dan kecil. Kapal kayu banyak dijumpai di
kawasan nelayan tradisional sebagai kapal penangkap ikan. Kayu yang dipakai harus
memenuhi standar kelas awet dan kekuatanya yang telah diatur oleh Biro Klasifikasi
Indonesia (BKI). Demikian juga proses pembuatan kapal kayu dan perawatan harus
memenuhi standar dari BKI. Syarat kayu untuk konstruksi sebuah kapal adalah :
Kualitas yang baik
Tidak ada celah, atau pecah-pecah
Tidak berlubang pada lingkaran tahun
Harus tahan terhadap air, cuaca, jamur, seranggga
Tidak mudah lengkung
Tidak mudah dimakan binatang laut
2. Kapal Baja
Kapal Baja adalah kapal yang seluruh konstruksi badan kapal dibuat dari baja, kapal
jenis ini paling banyak kita jumpai dilapangan, baik berukuran kecil sampai kapal-kapal
besar. Pada umumnya kapal baja selalu menggunakan sistem konstruksi las. Keuntungan
sistem las adalah bahwa pembuatan kapal menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan
konstruksi keeling. Material baja banyak dugunakan karena siafat baja yang bisa bertahan di
kondisi extrim jika dibandingkan dengan material lainnya. Material baja pada kapal lebih
mudah direparasi jika mengalami kerusakan. Misalnya kapal penumpang, kapal barang, dll.
3. Kapal Fiberglass
Kapal Fiberglass adalah kapal yang seluruh kontruksi badan kapal dibuat dari
fiberglass, kapal jenis ini juga masih tergolong pada kapal-kapal kecil, terutama pada kapal
penangkap ikan, keprluan olah raga dan lain-lain. Pembuatan kapal fiberglass lebih mudah,
konstruksi sederhana, kapal dapat dibuat secara seri dan lebih ringan dari kayu, kapal
fiberglass perawatan juga lebih lebih sederhana karena tahan terhadap korosi, tadak ada
sambungan, tidak ada penyusutan dan tida ada binatang laut yang menempel.
4. Kapal Ferrocement
Kapal Ferrocement adalah kapal yang dibuat dari bahan semen yang diperkuat dengan
besi beton / baja sebagai tulang-tulangnya. Karena membutuhkan teknologi yang tinggi kapal
jenis ini nasih sangat terbatas. Meski biaya pembangunannya murah dan mudah namun kapal
dengam material semen ini kurang banyak diminati, karena materialnya berat.