Anda di halaman 1dari 9

TES POTENSI PETUGAS HAJI

1. Peraturan Dasar Penyelenggaraan Haji, adalah Undang-Undang Nomor 13 Tahun


2008 tentang penyelenggaraan haji

2. Tujuan Penyelenggaraan Ibadah haji adalah untuk memberikan pembinaan, pelayanan


dan perlindungan kepada jamaah haji

3. Kebijakan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Haji, adalah penyelenggaraan ibadah haji


berdasarkan azas keadilan(berpegang pada kebenaran, tidak berat sebelah atau tidak
berpihak dan tidak sewenang-wenang dalam penyelenggaraan haji), azas
profesionalitas (harus dilaksanakan dengan mempertimbangkan keahlian para
penyelenggaranya) dan berdasarkan azas akuntabilitas dengan prinsip
nilaba(penyelenggaraan harus dilakukan dengan terbuka/transparan dan dapat
dipertanggung-jawabkan secara etik dan hokum dengan prinsip tidak mencari keuntungan).

4. Standar Minimal Pelayanan, adalah seluruh jamaah haji diberangkatkan ketanah suci,
mendapatkan pemondokan, diwukufkan di arafah dan dikembalikan lagi ketanah air.

5. Ta’limulhajj, adalahperaturan tentang perhajian yang dikeluarkan oleh Kementerian Haji


Arab Saudi sebagai instansi pemerintah yang berwenang mengatur penyelenggaraan haji di
Arab Saudi.

6. Istithaah dan macamnya, istithaah adalah mampu melaksanakan ibadah haji, ditinjau
dari jasmani (tidak sulit melakukan ibadah, tidak lumpuh, tidak sakit yang lama
sembuh), rohani (memahami manasik haji, berakal sehat dan memiliki kesiapan mental
untuk ibadah dengan perjalanan jauh), Ekonomi (mampu membayar BPIH, memiliki biaya
hidup keluarga yang ditinggalkan/bagi petugas istithaah ekonominya adalah memenuhi
persyaratan dan aman pada waktu melaksanakan haji dan aman bagi keluarga dan harta
benda yang ditinggalkan selama laksanakan tugas), Keamanan ( aman dalam perjalanan dan
aman bagi keluarga dan harta benda yang ditinggalkan)

7. Kebijakan Pelayanan Haji, adalah jamaah haji mendapatkan manasik haji, diberangkatkan
ke tanah suci, mendapatkan pemondokan, diwukufkan di arafah dan dipulangkan ke tempat
asalnya.

8. Pembinaan Haji adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penyuluhan dan bimbingan bagi
jamaah haji, petugas haji, PIHK, PPIU dan lembaga atau ormas yang terkait dengan haji dan
umrah.

9. Pembinaan haji dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, baik dilakukan secara
perorangan ataupun dengan membentuk kelompok bimbingan.

10. Pembimbing ibadah haji adalah orang yang menguasai pengetahuan manasik
haji dan atau yang telah mengikuti orientasi pembimbing haji yang diselenggarakan oleh
Dirjen Penyelenggara haji dan umrah dan ditugaskan untuk membimbing jamaah.
11. Bimbingan haji oleh pemerintah, ditingkat KUA Kecamatan 7 kali dalam bentuk
bimbingan kelompok dan ditingkat Kabupaten 3 kali dalam bentuk bimbingan missal.

12. Ketua regu adalah petugas yang dipilih oleh jamaah untuk memimpin 10
jamaah. Ketua Rombongan adalah petugas yang dipilih oleh jamaah untuk memimpin 4
regu dan ditetapkan dengan surat keputusan oleh Kakanwil Kemenag atas rekomendari
Kakankemenag Kabupaten.

13. KBIH adalah lembaga sosial keagamaan yang mendapat ijin Kementerian Agama
untuk melaksanakan bimbingan terhadap jamaah haji. Tugasnya melaksanakan bimbingan
haji bukan sebagai penyelenggara haji. Fungsinya sebagai mitra pemerintah.

14. Tujuan pembinaan jemaah haji adalah mewujudkan jemaah haji yang
mandiri yaitu jamaah yang dapat melaksanakan seluruh rangkaian ibadah hajinya secara
mandiri tanpa ketergantungan kepada perorangan maupun kelompok, setelah mendapatkan
bimbingan paket kecamatan dan kabupaten dan atau KBIH.

15. Petugas Haji Indonesia adalah petugas yang diangkat oleh Menteri Agama yang
bertanggung-jawab melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan kepada jamaah haji baik
sebagai petugas yang menyertai jamaah (Petugas kloter) yaitu (TPHI, TPIHI, TKHI, TPHD dan
TKHD) atau Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yaitu (Pusat, Arab Saudi dan Embarkasi)

16. Petugas Haji meliputi TPHI adalah petugas yang menyertai jamaah dalam
bidang administrasi dan manajerial sebagai ketua kloter. Sedangkan TPIHI dalam bidang
bimbingan ibadah haji. TKHI dalam bidang pelayanan kesehatan baik dokter atau
perawat. PPIH adalah Panitia Penyelenggara Haji yang bertanggung-jawab dalam
memberikan pelayanan perhajian di Pusat, Arab Saudi dan Embarkasi.

17. Pelatihan Petugas Haji, dilaksanakan di Embarkasi bagi petugas kolter dan di
pusat Jakarta bagi PPIH Arab Saudi (non kloter).

18. Lama masa tugas, 41 hari untuk petugas kloter, 76 hari untuk PPIH Arab Saudi
Daker Jeddah dan Madinah, 66 hari untuk Daker Makkah. Di Embarkasi lama operasional
penerbagan adalah 30 hari pemberangkatan dan 30 hari pemulangan melalui 13 embarkasi.

19. Biaya Petugas Haji dianggarkan dari biaya dana APBN.

INFORMASI WAWASAN PENYELENGGARAAN HAJI DI TANAH SUCI

1. Wizarat al-Hajji, adalah Kementerian haji yaitu lembaga resmi Negara yang bertanggung-
jawab dalam bidang perhajian.
2. Muassasah, instansi swasta non pemerintah yang melayani jamaah haji. Muassasah
Thawwafah bi al-Makkah (penyedia akomodasi jamaah selama di Makkah), Muassasah Adilla
bi al-Madinah (layanan akomodasi jamaah selama di Madinah)

3. Naqabah, merupakan asosiasi yang mengawasi perusahaan resmi angkutan jamaah haji,
Naqabah adalah asosiasi transportasi haji yang bertanggung-jawab atas peningkatan
pelayanan angkutan jamaah haji dan para peziaraha masjid Nabawi.

4. Majmu’ah, adalah petugas yang berada di madinah yang melayani atau memberikan
pelayanan kepada jamaah haji saat berada di madinah. (Majmu’ah adalah badan/asosiasi
yang bertugas menyiapkan sarana akomodasi pemondokan jamaah haji selama di Madinah)

ISTILAH DALAM IBADAH HAJI

1. Baitullah, adalah bangunan Ka’bah yang disebut juga sebagai Baitullah atau rumah Allah.

2. Babus Salam, Nama salah satu pintu masuk ke Masjidil Haram.

3. Bier Ali, Merupakan tempat Miqat (mulai memakai ihram). Terletak sekitar 12 kilometer
dari kota Madinah.

4. Binatang Hadyu, Binatang ternak yang disenbelih untuk Dam dan untuk kurban saat hari
raya Idul Adha.

5. Dam, Denda bagi mereka yang melakukan pelanggaran ketentuan saat menunaikan Ibadah
Haji atau Umrah

6. Fidyah, Denda yang dikenakan pada umat Muslim yang melakukan pelanggaraan saat
ibadah. Dengan cara : Berpuasa, Memberi makan fakir miskin atau Menyembelih binatang
kurban
7. Green Dome, Merupakan Kubah Hijau yang terletak di area Masjid Nabawi. Di bawah
Kubah Hijau ini terletak makam Nabi SAW.
8. Gua Hira, Gua tempat Nabi Muhammad s.a.w menerima wahyu pertama (Surat Al-Alaq,
ayat 1-5). Gua ini terletak di Bukit/Jabal Nur.Sekitar 5 km di utara kota Mekah
.
9. Haji Ifrad, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dahulu kemudian Ibadah
Umroh, dan diselingi Tahallul.

10. Haji Qiran, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dan Ibadah
Umroh pada waktu bersamaan, tanpa diselingi Tahallul.

11. Haji Tamattu, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Umroh dahulu
kemudian Ibadah Haji, dan diselingi Tahallul.

12. Niat Haji, adalah dengan mengucapkan Labbaikallahumma


hajjan atau Nawaitul-hajja wa ahramtu bihi lillahi ta’ala.

13. Hijir Ismail, Salah satu bagian dari Ka’bah. Hijir Ismail ini berbentuk setengah
lingkaran, merupakan makam Nabi Ismail AS. dan juga Siti Hajar (ibunda Nabi Ismail AS).

14. Ifrad, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dahulu kemudian
Ibadah Umroh, dan diselingi Tahallul.

15. Ihram, Ihram ialah berniat untuk memulai mengerjakan Ibadah Haji atau
Umroh, dengan mengucapkan lafazh niat (tidak hanya dalam hati)

16. Idh-thiba’ adalah sunah dalam mengenakan pakaian ihram saat thawaf dengan
membuka ihramnya dibagian bahu sebelah kanan saja dan menyelempangkan kain ihramnya
dibahu kiri.

17. Raml adalah lari-lari kecil saat sa’ diantara dua pilar hijau bagi laki-laki yang
mampu melaksanakannya.

18. Jumrah, jama’nya Jamarat yaitu tempat pelemparan, yang yang didirikan untuk
memperingati saat Nabi Ibrahim digoda oleh setan agar tidak melaksanakan perintah Allah
SWT.

19. Kiswah, Penutup Ka’bah. Pada Kiswah dihiasi tulisan ayat suci Al Qu’an yang
disulam.

20. Lafazh Niat Haji, Labbaik Allahumma Hajjan. Lafazh Niat Umrah, Labaik
Allahumma Umratan

21. Tabdilun-niyah (merubah niat), yaitu bagi jamaah yang haji tamattu’ (dalam
ihram umrah) bila tidak selesai umrahnya sebelum wukuf karena udzur syar’I maka
diperbolehkan berubah niat dari umrah menjadi haji.
22. Mabit, Bermalam beberapa hari atau berhenti sejenak untuk mempersiapkan
pelaksanaan melontar jumroh. Mabit dilakukan di Muzdalifah dan Mina.

23. Miqat, Miqat adalah tempat atau waktu untuk memulai berniat ihram. Miqat
Makani, Miqat berdasarkan peta atau batas geografis. Yaitu Bir Ali (bagi penduduk Madinah
dan yang melewatinya), Juhfah (penduduk Syam), Qarnul Manazil(penduduk
Najad), Yalamlam (penduduk Yaman) dan Zatu Irqin(penduduk Iraq).

24. Miqat Makani adalah ketentuan tempat bagi seseorang yang hendak
mengawali melaksanakan haji atau umrah dalam memulai niat haji atau umrah

25. Miqat Zamani adalah ketentuan waktu untuk melaksanakan ibadah haji.

26. Multazam, adalah dinding yang terletak diantara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah.
Merupakan tempat yang sanqat dianjurkan untuk berdoa (Insya Allah do’a yang diminta akan
dikabulkan oleh Allah SWT)

27. Waktu wykuf di Arafah, adalah mulai tergelincir matahari tanggal 9 dzulhijjah
hingga terbit fajar tanggal 10 dzulhijjah.

28. Nafar Awal, Disebut Nafar Awal, jika jama’ah meninggalkan Mina pada tgl 12
Zulhijah. Disebuat Nafar Awal krn jamaah lebih dulu meninggalkan Mina,utk kembali ke
Mekah dan hanya melontar jumroh 3 hari.Total kerikil yang dilontar jamaah Nafal Awal
adalah 49 butir. Nafar Tsani, Disebut Nafar Tsani atau Nafar Akhir jika jamaah melontar
jumroh selama 4 hari (tgl : 10,11,12 dan 13 Zulhijah).Sehingga jumlah batu yang dilontar 70
kerikil.Jamaah baru meninggalkan Mina tgl 13 Zulhijah.

29. Qiran, Ibadah Haji dengan cara melaksanakan Ibadah Haji dan Ibadah Umroh
pada waktu bersamaan, tanpa diselingi Tahallul.

30. Rukun Haji, Rukun Haji adalah kegiatan yang harus dilakukan dalam Ibadah
Haji.Jika tidak dikerjakan maka Hajinya tidak syah.

31. Rukun Haji ada 6 yaitu Ihram (niat), wukuf di arafah, Thawaf Ifadhah, Sa’I,
Tahallul (bercukur) dan Tertib sesuai tuntunan manasik.

32. Wajib Haji, ada 6 yaitu Ihram haji dari miqat, Mabit di Muzdalifah, Mabit di
Mina, Melontar Jumrah, Menghindari yang dilarang saat ihram dan Thawaf wada’ saat
hendak meninggalkan Makkah.

33. Sa’i. Berjalan kaki atau lari-lari kecil antara Bukit Safa dan Bukit Marwah.
Dengan total 7 kali.

34. Sunat Haji, Merupakan Sunat (tidak wajib) pada Ibadah Haji. Sunat Umrah,
Merupakan sunat (tidak wajib) pada Ibadah Umrah.
35. Tahallul, adalah mencukur seluruh rambut atau memotong sedikit rambut.
Dengan tahalul berarti sudah bebas dari larangan-larangan saat ihram ibadah Haji atau
Umroh.
36. Talang Emas, Merupakan Talang Emas (Mizhab) yang terdapat pada Ka’bah.
Posisi Talang Emas ini terletak di atas Hijir Ismail.

37. Talbiyah, Bacaan Talbiyah : Labbaik Allahumma labbaik, labbaik laa Syariika laka
labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk laa syariika lak.

38. Raudhah adalah suatu tempat didalam masjid Nabawi (letaknya ditandai
dengan tiang-tiang putih) yang letaknya berada diantara rumah A’isyah (sekarang makam
Nabi SAW)sampai mimbar. Rasul bersabda : antara rumahku dengan mimbarku adalah
raudhah taman diantara taman-taman surga.

39. Rukun Ka’bah, dari Hajar aswad yaitu rukun hajar aswad, rukun ‘Iraqi, rukun
Syami kemudian rukun Yamani
.
40. Doa antara pilar hijau yaitu rabbigh-fir warham wa’fu wa takarram wataja-waz
‘amma ta’lam innaka ta’lamu ma-laa na’lam innaka antallahul a’azzul-akram ya Allah
ampunilah, sayangilah, maafkanlah, bermurah hatilah dan hapuskanlah apa-apa yang
engkau ketahui dari dosa kami, sesungguhnya Engkau Maha mengetahui apa-apa yang
kami tidak mengetahuinya, sesungguhnya Engkau Ya Allah Maha Tinggi dan Maha Mulia.

41. Hukum mabit di Mina, Iman Maliki, imam hambali dan imam Syafi’I
berpendapat bahwa mabit dimina hukumnya wajib.
42. Tempat mabit di Mina adalah seluruh wilayah Mina termasuk haratullisan dan
daerah yang termasuk dalam batas perluasan hukum mabit (Mina Jadid)Fatwa ulama
Muhammad bin Shalih al ‘Atsimin dan Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz

43. Hukum Shalat Arbain dan Pelaksanaannya, Selama di Madinah jamaah haji
melaksanakan shalat arbain yaitu 40 waktu shalat, hadits riwayat Ahmad dan Thabrani dari
shahabat Anas bin Malik mengenai shalat arbain sanadnya shahih : “Barang sipa shalat di
masjid ku 40 shalat tanpa terputus maka dia ditetapkan terbebas dari neraka dari adzab dan
dari sifat kemunafikan”. Maksud hadits ini sebagai Targhib dorongan untuk memperbanyak
ibadah di masjid Nabawi.

PERINTAH HAJI DAN UMRAH DALAM AL-QUR’AN

Allah SWT berfirman :


Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim, barangsiapa
memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia, mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah, barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imran ayat 97). Perintah untuk
melaksanakan ibadah haji, bagi yang mampu terdapat pada Surat Ali Imran ayat 97tersebut.
Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi
manusia dan tempat yang aman. dan Jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat
shalat. dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku
untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud”. (QS. Al Baqarah
ayat 125)

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, Jadikanlah negeri ini, negeri yang aman
sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman
diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang
kafirpun aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka dan
Itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. Al Baqarah ayat 126)

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama


Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami),
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al Baqarah
ayat 127)

Ya Tuhan Kami, Jadikanlah Kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan
(jadikanlah) diantara anak cucu Kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan
tunjukkanlah kepada Kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji Kami, dan terimalah
taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. (QS. Al Baqarah ayat 128)
(Sumber : https://muhamadfaqihhusni.wordpress.com/2014/02/05/kebijakan-pemerintah-
dan-wawasan-informasi-haji/ )

MATERI 2

Berdasarkan hadits-hadits serta data historis yang telah dibahas, kita dapat merumuskan
jawaban terhadap masalah pokok kita: di manakah miqat makani jemaah haji Indonesia?
Pertama, jika kita berkesempatan untuk mampu berada di Dzulhulaifah, Juhfah,
Qarnulmanazil atau Yalamlam, tempat-tempat itulah miqat makani kita sesuai dengan
hadits. Kedua, jika kita tidak mampu datang ke salah satu dari empat tempat tersebut (sebab
paspor coklat jemaah haji Indonesia hanya berlaku untuk Makkah-Madinah-Jeddah), tempat
mana saja boleh kita jadikan sebagai miqat makani, asalkan lokasinya di luar Tanah
Haram dan menyediakan fasilitas untuk persiapan berihram.

Bagi jemaah haji Gelombang Pertama yang ke Madinah dahulu sebelum ke Makkah, miqat
makani mereka sudah tentu Dzulhulaifah, tempat miqat Rasulullah s.a.w. ketika beliau
menunaikan haji. Nama Dzulhulaifah tidak dipakai lagi, sebab tempat itu kini
bernama Bi’r(Abyar) Ali, sebagaimana nama Sunda Kalapa dan Batavia (Betawi) sekarang
berubah menjadi Jakarta. Para jemaah haji mandi, memakai wangi-wangian, dan
mengenakan pakaian ihram pada pondokan masing-masing di Madinah. Kendaraan akan
mampir di Bi’r Ali (Dzulhulaifah) kira-kira setengah jam, agar jemaah haji menunaikan shalat
sunnah ihram. Di Bi’r Ali, ketika kendaraan mulai bergerak ke arah Makkah, jemaah haji
memulai umrah dengan mengucapkan “Labbaik Allahumma `Umrah.”

Bagi jemaah haji Gelombang Kedua yang langsung ke Makkah, miqat makani mereka yang
paling ideal sampai saat ini adalah Bandar Udara Raja Abdul Aziz, yang populer dengan
singkatan KAA Airport (King Abdul Aziz Airport)

MATERI 3

Jemaah haji berhak memperoleh pembinaan, pelayanan dan perlindungan dalam


menjalankan ibadah haji, yang meliputi :
a. Pembinaan manasik haji dan / atau materi lainnya, baik di tanah air, di perjalanan maupun
di Arab Saudi.
b. Pelayanan akomodasi, konsumsi, transportasi dan pelayanan kesehatan yang memadai,
baik di tanah air, selama di perjalanan maupun di Arab Saudi.
c. Perlindungan sebagai Warga Negara Indonesia.
d. Penggunaan paspor haji dan dokumen lainnya yang diperlukan untuk pelaksanaan ibadah
haji, dan
e. Pemberian kenyamanan transportasi dan pemondokan selama di tanah air, di Arab Saudi
dan saat kepulangan ke tanah air.

2. Kewajiban Pemerintah
Pemerintah berkewajiban melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan dengan
menyediakan layanan administrasi, bimbingan ibadah haji, akomodasi, transportasi,
pelayanan kesehatan, keamanan dan hal-hal lain yang diperlukan oleh jemaah haji.

C. Pengorganisasian
Penyelengaraan Ibadah Haji (PIH) meliputi unsur kebijakan, pelaksanaan dan pengawasan.
Kebijakan dan pelaksanaan dalam penyelenggaraan ibadah haji merupakan tugas nasional
dan menjadi tanggung jawab pemerintah. Dan dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab tersebut, menteri mengkoordinasikannya dan/atau bekerja sama dengan masyarakat,
departemen / instansi terkait, dan pemerintah kerajaan Arab Saudi. Setelah itu, yang
melaksanakan PIH ini adalah pemerintah dengan masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan PIH
ini pemerintah membentuk satuan kerja dibawah menteri yang kemudian akan diawasi oleh
KPIH.

Penyelenggaraan ibadah haji dikoordinasi oleh :


a. Menteri di tingkat pusat
b. Gubernur di tingkat provinsi
c. Bupati / wali kota di tingkat kabupaten / kota, dan
d. Kepala perwakilan Republik Indonesia untuk kerajaan Arab Saudi.

1. Panitia Penyelenggara Ibadah Haji


Menteri membentuk Panitia Penyelenggara Ibadah Haji di tingkat pusat, di daerah yang
memiliki embarkasi, dan di Arab Saudi. Dalam rangka penyelenggaraan Ibadah Haji, Menteri
menunjuk petugas yang menyertai Jemaah Haji, yang terdiri atas :
a) Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI)
b) Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TIPHI), dan
c) Tim Kesehatan Haji Indonesia.

Selain itu, Gubernur atau Bupati / Wali Kota juga berhak mengangkat petugas yang
menyertai jemaah haji, yang terdiri atas :
a) Tim Pemandu Haji Daerah (TPHD), dan
b) Tim Kesehatan Haji Daerah (TKHD).
Adapun biaya operasional Panitia Penyelenggara Ibadah Haji dan petugas operasional pusat
dan daerah dibebankan pada APBN dan APBD, bukan dari BPIH.

2. Komisi Pengawas Haji Indonesia


KPHI terdiri atas 9 (sembilan) orang anggota, yaitu unsur masyarakat 6 (enam) orang dan
unsur pemerintah 3 (tiga) orang. 6 unsur masyarakat ini terdiri atas unsur Majelis Ulama
Indonesia, organisasi masyarakat Islam, dan tokoh masyarakat Islam. Sedangkan unsur
Pemerintah dapat ditunjuk dari departemen / instansi yang berkaitan dengan
Penyelenggaraan Ibadah Haji.

(Sumber : http://dokumenku-coretanku.blogspot.com/2011/05/kebijakan-pemerintah-
tentang.html)

TARADUDI : ADALAH SISTEM ANGKUTAN BUS DI ARAFAH, MUZDALIFAH DAN MINA


ANGKUTAN BUS DENGAN SISTEM DI DROP, DITINGGAL, DIJEMPUT SECARA BERTAHAP

Anda mungkin juga menyukai