Anda di halaman 1dari 22

KEPROFESIAN, ETIKA DAN

PERATURAN PER-UU-AN FARMASI


BAGIAN - 2
Kewenangan Apoteker
UU 36/2009 Pasal 108

(1) Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk


pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, penga-
daan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan praktik kefarmasian


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Kewenangan Apoteker
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
APOTEKER PABRIK OBAT QA, QC, Prod (GMP, PICs)
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
APOTEKER Distributor GDP
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------

APOTEKER SUB Distributor GDP

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rumah GPP & PP51
APOTEKER Sakit/BP Apotek
7 Stars
---------------------------------------------------------------------------
ASISTEN APOTEKER Dokter
Toko Obat
Atau TTK
---------------------------------------------------------------------------
PASIEN/
Konsumen

3
Sumber: Drs. Dorojatun (GP Farmasi)
Tata Nilai = Nilai + Norma

• Digunakan sebagai :
– Tuntunan;
– Bimbingan;
– Pegangan;
– Tolok ukur (tingkah laku)

• Terstruktur dalam kebudayaan  ”Pandangan Hidup”


TATA NILAI
• Etika dan Perundangan:
Etika profesi
Etika kelompok
Peraturan perundangan (negara)
Pandangan hidup bangsa
Dll.

• Rangkaian nilai, norma, dan moral yang sudah mapan dalam


pribadi seseorang, menjadi “kepribadian” orang tersebut;

• Tata hidup pribadi dpt menjelma menjadi tata hidup masya-


rakat, sepanjang pribadi yg bersangkutan terpandang oleh
kelompok atau masyarakat sebagai teladan (role model)
“7 Star +1” Pharmacist

• Care giver
• Decision maker
• Communicator
• Teacher
• Leader
• Life long learner
• Manager
• Researcher
“7 Star +1” Pharmacist

• 7 Star +1 merupakan pedoman “how to” dalam


menjalankan Peran Kefarmasian  guidance

• O.k.i. setiap Farmasis dalam melaksanakan perannya, hrs:


– Didasari oleh Tata Nilai Kefarmasian
– Kontekstual sesuai dengan Tantangan dan Tempatnya
bekerja
– Dipedomani oleh 7 Star +1
Konteks masyarakat

sumpah apoteker

Nilai luhur
kefarmasian

7 star +1

std komp
apotker komunitas
Tantangan Sehari-hari
• Dalam lingkungan dunia farmasi yang berubah cepat, maka
konteks dan tantangan cenderung berubah juga dari saat ke
saat dan dari tempat ke tempat.

• Maka menjadi suatu tantangan tersendiri untuk selalu


– Tetap berpegang pada Tata Nilai Kefarmasian
– Tetapi selalu kontekstual menyelesaikan masalah yang
aktual, dan berjalan dengan kaidah-kaidah (bisnis,
regulasi yang ada).

• Kecenderungan untuk membakukan semua menjadi aturan


dan standar tertulis, sebenarnya makin memperkecil
pentingnya judgment yang didasarkan pada Tata Nilai
Kefarmasian
KEWENANGAN APOTEKER
• Berwenang melakukan pekerjaan kefarmasian
PMK 72/2016 St YanFar di RS; PMK 73/2016 St YanFar di Apotek;
PMK 74/2016 St YanFar di Puskesmas; PP No.51/2009; PMK
34/2014 PBF; PP no.51/2009 Pek.Kefarmasian; UU No.36/2009
ps.108 Praktek Kefarmasian
• Berwenang menjalankan peracikan (Reg DVG No.228/1949 Ps 56;
UU Obat Keras/St No.419 tgl. 22/12/1949 Ps 1)
• Berwenang menjadi penanggungjawab Produksi, QA dan QC pd
Industri Farmasi Obat Jadi dan Bahan Baku Obat (SK Ka.BPOM /
PP51/2009)
• Berwenang menyalurkan dan menerima obat keras melalui PBF
atau Apotek (Permenkes No.918/1993 Ps 16)
• Berwenang menjadi penanggungjawan usaha Industri OT
(Permenkes No.246/1990 Ps 8)
KEWAJIBAN APOTEKER

• Wajib mengucapkan sumpah/janji (PP No.20/1963)


• Wajib mentaati peraturan per-UU-an dan kebijakan
pemerintah (PMK No.31/2016)
• Wajib meningkatkan pengetahuan profesionalnya (PMK
No.31/2016) juga:
• Wajib memiliki Sertifikat Kompetensi, STRA
• Wajib memiliki SIPA / SIK
LARANGAN BAGI APOTEKER

• Dilarang melakukan perbuatan bertentangan dg profesi


Apoteker
• Dilarang melakukan perbuatan yg bertentangan dg KEA
• Dilarang menjalankan profesinya diluar tempat yg tercantum
dlm visum atau SIA
• dilarang menjalankan profesinya dlm keadaan jasmani/rohani
yg terganggu
• dilarang melakukan perbuatan lain yg bertentangan dg profesi
apoteker
SANKSI BAGI APOTEKER

• Apoteker yg melanggar ketentuan per-UU-an bisa diberi sanksi


administratif berupa peringatan sampai dengan pencabutan
visum atau SIA, Serkom
• Pelanggaran per-UU-an bisa dituntut pidana/perdata
KODE ETIK APOTEKER
• Panduan sikap dan perilaku tenaga apoteker dlm menjalankan
profesinya
• Aturan norma yg menjadi ikatan moral profesi
• Salah satu pedoman untuk membatasi, mengatur, dan sbg
petunjuk secara baik dan benar dan tidak melakukan
perbuatan tercela
• PMK No.31/2016  Apoteker dilarang melakukan perbuatan
yg melanggar KEA
• KEA hasil Kongres Nasional ISFI XVIII 8 Desember 2009, dan
kalau ada perubahan ditetapkan pada Kongres berikutnya
• KEA dibagi 3: kewajiban thd masyarakat, rekan sejawat, rekan
profesi kesehatan lainnya.
Standar Kompetensi Apoteker

Standar Kompetensi:
1. Praktek kefarmasian secara profesional dan etik
2. Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
3. Dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
4. Pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
5. Formulasi dan produksi sediaan farmasi
6. Upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat
7. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
8. Komunikasi efektif
9. Ketrampilan organisasi dan hubungan interpersonal
10. Peningkatan kompetensi diri
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA

MUKADIMAH
Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas
kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya harus
senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang
Maha Esa.
Apoteker di dalam pengabdiannya serta dalam mengamalkan
keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji
Apoteker.
Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian
profesinya berpedoman pada satu ikatan moral yaitu :
KODE ETIK APOTEKER INDONESIA
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan Sumpah / Janji Apoteker.
Pasal 2
Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh
menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai
kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan
berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan
kewajibannya.
Pasal 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di
bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya.
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus
menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang
bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang
baik bagi orang lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan
profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di
bidang farmasi pada khususnya.

BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat. menghormati hak azasi
pasien dan melindungi makhluk hidup insani.
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling
menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.
Pasal 12
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di
dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta
mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan
tugasnya.
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN
LAIN
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling
mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat petugas
kesehatan lain.
Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau
perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau
hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas
kesehatan lain.
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan kode etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan
tugas kefarmasiannya sehari-hari.
Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja
melanggar atau tidak mematuhi kode etik Apoteker Indonesia,
maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah,
ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal: 08 Desember 2009

Anda mungkin juga menyukai