BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah salah satu masalah kesehatan dengan insiden yang masih
tinggi di dunia, begitu juga di Indonesia. Selain insiden kasus yang tinggi,
dampak yang ditimbulkan juga sangat kompleks, tidak saja dampak fisik dan
psikologis tetapi juga sosial ekonomi. Secara fisik pasien akan mengalami
perubahan terkait proses diagnosis penyakitnya. Secara psikologis diagnosa
kanker merupakan berita menyedihkan bagi pasien dan keluarga.Munculnya
masalah psikologi disebabkan antara lain karena prosedur pengobatan yang
menyakitkan dan harus dijalani dalam waktu yang lama, juga prosedur
pengobatan yang dianggap seringkali memberi dampak fisik dan
ketidakpastian terhadap hasil pengobatan. Selain itu prosedur diagnosis dan
pengobatan kanker juga membutuhkan biaya yang tinggi sehingga akan
menyebabkan perubahan tatanana sosial ekonomi dalam keluarga pasien.
Kompleksnya masalah dalam pengobatan penyakit kanker menyebabkan
perlu adanya suatu pedoman pengelolaan yang tepat, baik dalam segi fisik
maupun psikologis. Selain pengelolaan medis, pemberian asuhan
keperawatan juga harus dilakukan sejak awal pasien didiagnosis mengidap
kanker.
Dalam merawat pasien kanker tidak ada dokter terbaik yang ada adalah tim
terbaik. Tim perawatan pasien kanker di Rumah Sakit Onkologi Surabaya
terdiri dari para staf medis, paramedic, dan penunjang medis dan
administrasi, yang semuanya bekerjasama dalam satu bahasa dan satu tujuan
sesuai dengan visi misi Rumah Sakit Onkologi Surabaya. RS Onkologi
Surabaya merawat pasien sebagai bagian dari tim, sehingga penentuan
tindakan baik untuk diagnosis maupun terapi dapat diterima oleh pasien dan
keluarganya sebagai keputusan terbaik yang telah di sepakati bersama.
1
B. Tujuan
Sebagai pedoman dan acuan dalam melaksanakan proses kemoterapi.
Sehingga tidak ada perbedaan antara petugas yang terkait dalam
melaksanakan proses kemoterapi.
2
2. Tempat Pelayanan
Pelayanan kemoterapi yang diberikan di RS Onkologi Surabaya melalui
dua cara yaitu oral dan intravena. Tempat pemberian kemoterapi
dilakukan di dua tempat yaitu Day Care dan Rawat Inap. Kemoterapi
daycare adalah kemoterapi yang diberikan tanpa perlu menginap, dan
pasien bisa langsung pulang. Kemoterapi Rawat Inap adalah kemoterapi
yang diberikan dimana pasien memerlukan waktu pelayanan lebih dari
24 jam. Berikut ini adalah kriteria penempatan pasien kemoterapi:
1. Kemoterapi daycare
- Kemoterapi yang memerlukan waktu pelaksanaan < 24 jam
2. Kemoterapi Rawat Inap
- Kemoterapi yang memerlukan waktu pelaksanaan > 24 jam
- Kemoterapi yang ditanggung oleh asuransi atau perusahaan yang
mensyaratkan pasien harus menginap di Rumah sakit.
3. Jadwal Pelayanan
Jadwal Pelayanan klinik hematologi
Senin - Jumat : 15.30-20.00
Sabtu : 09.00-12.00
Jadwal Pelayanan Kemoterapi daycare
Pelayanan kemoterapi daycare dilaksanakan setiap hari senin – sabtu,
dengan jadwal sebagai berikut: Senin – jum’at : 08.00 – 21.00
Sabtu : 08.00 – 17.00
Jadwal pelayanan kemoterapi rawat inap
Pelayanan kemoterapi rawat inap dilaksanakan selama 24 jam dalam
satu minggu.
D. Batasan Operasional
Kemoterapi adalah pemberian obat obatan sitostatika dalam tubuh manusia
yang berguna untuk menghambat pertumbuhan sel kanker.
Adjuvant kemoterapi adalah kemoterapi yang diberikan pada pasien yang
sudah melakukan tindakan operasi.
3
Neoadjuvant kemoterapi adalah kemoterapi yang diberikan pada pasien
yang sudah dalam kondisi lanjut yang tidak memungkinkan untuk dilakukan
operasi.
Paliatif kemoterapi adalah kemoterapi yang diberikan pada pasien yang
sudah ada penjalaran atau komplikasi ke organ lain, baik pasien yang sudah
atau yang belum operasi. Yang mana tujuan kemoterapi ini hanya bersifat
meningkatkan kualitas hidup pasien.
E. Landasan Hukum
1. Sk Direktur Jendral Pelayanan Medik No. Ym.00.03.2.6.7637 Tahun
1994 tentang Berlakunya Standar Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit
2. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Keputusan Meteri Kesehatan No. 1165/MENKES/SK/2007 tentang Pola
Tarif Rumah Sakit Badan Layanan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
No. Distribusi Tenaga Jumlah
1. Poli Hematologi Onkomedik 2
2. Ruang Kemoterapi 3
C. Pengaturan Jaga
No. Area Kerja Jam Kerja Jumlah petugas
1. Poli Hematologi 12.00 – 21.00 2
2. Ruang Kemoterapi 07.00 – 15.00 1
09.00 – 17.00 1
14.00 – 22.00 1
5
BAB II
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
1. Ruang Klinik Hematologi
No. Nama Alat/ Fasilitas Spesifikasi Kebutuhan
Peralatan Medis
1 Tensimeter One Med 2/ ruangan
2 Stetoskop One Med 2/ ruangan
3 Bengkok Stenlis 1/ pasien
4 Bak kassa sedang Stenlis 2/ ruangan
5 Bak injeksi Plastic 1/ pasien
6 Korentang Stenlis 2/ ruangan
7 Tempat korentang Stenlis 2/ ruangan
8 Timbangan SMIC 1/ ruangan
9 Standart Infus Stenlis 1/pasien
10 Cucing Stenlis 2/ ruangan
11 Trolley mobile Besi 1/ ruangan
12 Gunting AJ SMIC 4/ ruangan
13 SMIC(9) + 4/ ruangan
pinset anatomis
MEDICA (2)
14 Tongue spatel Kayu 2/ ruangan
6
15 Pinset chirurgie SMIC 2/ ruangan
16 Tromol kasa kecil Stenlis 1/ ruangan
17 Termometer axilla Safety 1/ pasien
18 Termometer anal Safety 1/ pasien
19 Gunting verband SMIC 2/ ruangan
20 Set HB sahli ASSISTANT 1/ ruangan
21 Alat cek gula darah digital Occucheck 1/ ruangan
22 Kursi roda One Med 1/ ruangan
23 Tabung oksigen kecil 2/ ruangan
24 Tabung oksigen besar 2/ ruangan
25 Pispot Stenlis 2/ ruangan
26 Urinal Plastic 2/ ruangan
27 Ambu bag 1/ ruangan
28 Ice bag 1/ ruangan
29 Emergency kit 1/ ruangan
30 Lampu Emergency Tecstar 1/ ruangan
31 Infuse pump B- Braun 4/ ruangan
32 Viewer 1/ ruangan
Peralatan Non Medis
1 Senter 1/ ruangan
2 Nurse call 1/ pasien
3 Telepon wireless Panasonic 1/ ruangan
7 Komputer LG 1/ ruangan
8 Printer Canon 1/ ruangan
9 Jam weker 1/ ruangan
10 ID Band Zebra Z-band 1/ ruangan
11 Bedssite cabinet 1/ pasien
12 Kursi pasien 1/ pasien
13 Tempat ATK 1/ ruangan
14 Tempat sampah medis Brabantia 1/ ruangan
15 Tempat sampah non medis Brabantia 1/ ruangan
16 Tempat brosur 1/ ruangan
17 Tempat majalah RSOS 1/ ruangan
Kalender meja 1/ ruangan
18 Tempat linen kotor 1/ ruangan
19 Tabung pemadam api 1/ ruangan
20 Nampan besar Plastic 2/ ruangan
21 Rak sepatu Plastic 1/ ruangan
22 Gunting kertas 1/ ruangan
23 Almari linen 1/ ruangan
24 Almari BHP 1/ ruangan
25 Tempat DRM Plastic 1/ ruangan
26 Bed pasien 1/ pasien
27 Timbangan BB/ Tinggi 1/ ruangan
28 Kursi petugas 4/ ruangan
29 Telepon wire less 1/ ruangan
30 Audio (headset) 1/ pasien
31 Almari es 1/ ruangan
7
32 Kamera 1/ ruangan
2. Ruang Kemoterapi
No. Nama Alat/ Spesifikasi Kebutuhan Ketersedian Kekurangan
Fasilitas
Peralatan Medis
1 Tensimeter One Med 2/ ruangan 1 1
2 Stetoskop One Med 2/ ruangan 1 1
3 Bengkok Stenlis 1/ pasien 4 6
4 Bak kassa sedang Stenlis 2/ ruangan 1 1
5 Bak injeksi Plastic 1/ pasien 4 6
6 Korentang Stenlis 2/ ruangan 1 1
7 Tempat 2/ ruangan 1 1
Stenlis
korentang
8 Timbangan SMIC 1/ ruangan 1 -
9 Standart Infus Stenlis 1/pasien 4 6
10 Cucing Stenlis 2/ ruangan - 2
11 Trolley mobile Besi 2/ ruangan 2 -
12 Gunting AJ SMIC 4/ ruangan 1 3
13 SMIC(9) + 4/ ruangan - 4
pinset anatomis
MEDICA (2)
14 Tongue spatel Stenlis 2/ ruangan - 2
15 Pinset chirurgie SMIC 2/ ruangan - 2
16 Tromol kasa 1/ ruangan 1 -
Stenlis
kecil
17 Termometer 1/ pasien - 1/ pasien
Safety
axilla
18 Termometer anal Safety 1/ pasien - 1/ pasien
19 Gunting verband SMIC 2/ ruangan 2 -
20 Set HB sahli ASSISTANT 1/ ruangan - 1
21 Alat cek gula 1/ ruangan - 1
Occucheck
darah digital
22 Kursi roda One Med 1/ ruangan - 1
23 Tabung oksigen 2/ ruangan 2 -
kecil
24 Tabung oksigen 2/ ruangan - 1
besar
25 Pispot Stenlis 2/ ruangan 1 1
26 Urinal Plastic 2/ ruangan 1 1
27 Ambu bag 1/ ruangan - 1
28 Ice bag 1/ ruangan - 1
29 Emergency kit 1/ ruangan 1 -
30 Lampu 2/ ruangan 1 -
Emergency Tecstar
31 Infuse pump B- Braun 4/ ruangan 2 2
32 Viewer 1/ ruangan - 1
Peralatan Non Medis
1 Senter 1/ ruangan - 1
8
2 Nurse call 1/ pasien - 1
3 Telepon wireless Panasonic 1/ ruangan 1 -
7 Komputer LG 1/ ruangan 1 -
8 Printer Canon 1/ ruangan 1 -
9 Jam weker 1/ ruangan 1 -
10 ID Band Zebra Z-band 1/ ruangan - 1
11 Bedssite cabinet 1/ pasien 4 6
12 Kursi pasien 1/ pasien - 6
13 Tempat ATK 1/ ruangan 1 -
14 Tempat sampah 1/ ruangan 1 -
Brabantia
medis
15 Tempat sampah 1/ ruangan 1 -
Brabantia
non medis
16 Tempat brosur 1/ ruangan 1 -
17 Tempat majalah 1/ ruangan 1 -
RSOS
18 Kalender meja 1/ ruangan 2 -
19 Tempat linen 1/ ruangan 1 -
kotor
21 Tabung 1/ ruangan 1 -
pemadam api
22 Nampan besar Plastic 2/ ruangan - 2
23 Rak sepatu Plastic 1/ ruangan 1 -
24 Gunting kertas 1/ ruangan 1 -
25 Almari linen 1/ ruangan 1 -
26 Almari BHP 1/ ruangan 1 -
27 Tempat DRM Plastic 1/ ruangan 1 -
28 Bed pasien 1/ pasien 4 2
29 Timbangan BB/ 1/ ruangan 1 -
Tinggi
30 Kursiminicounter 4/ ruangan 1 3
31 Telepon wire less 1/ ruangan 1 -
emergency
32 Audio (headset) 1/ pasien - 10
33 Almari es 1/ ruangan 1 -
34 Kamera 1/ ruangan - 1
35 Kursi mobile 2/ ruangan 1 1
36 TV pasien 2/ ruangan 1 1
37 Ukuran tinggi 2/ ruangan 1 1
badan
38 Sofa kemo 1/ pasien 4 4
daycare
9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
1. Pre Kemoterapi
Pada tahap pre kemoterapi atau dapat juga disebut pre klinis, dimana pasien
yang akan menjalani kemoterapi harus melakukan konsultasi dengan dokter
penanggungjawab kemoterapi. Konsultasi pre kemoterapi bertujuan untuk
mendapatkan informasi tentang manfaat dan proesdur kemoterapi. Selain itu
juga bertujuan untuk mendapatkan informasi yang tepat terhadap kondisi pasien
sebelum menjalani kemoterapi. Berikut ini adalah tahap-tahap yang dilakukan
pada pre kemoterapi:
2. Pemeriksaan fisik
Sebelum dilakukan kemoterapi setiap pasien harus bertemu dengan DPJP yang
akan memberikan kemoterapi untuk dilakukan pemeriksaan fisik. Berikut ini
adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan:
a. Cek tanda vital (Tensi, suhu, nadi)
Untuk melihat kondisi umum pasien baik secara fisik maupun psikis.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah pasien siap untuk
dilakukan kemoterapi.
b. Riwayat penyakit pasien (Hipertensi, jantung, DM, Alergi dll)
Informasi tentang riwayat penyakit perlu di ketahui dan terkontrol. Hal
ini dilakukan karena riwayat penyakit yang tidak terkontrol dapat
memperberat efeksamping yang akan dialami oleh pasien.
c. Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk menghitung BSA (Body
Surface Area). BSA dilakukan sebagai salah satu pertimbangan dalam
menentukan dosis regimen obat kemoterapi.
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mendukung informasi performa
pasien dalam rangka persiapan penentuan jenis regimen obat kemoterapi.
Berikut ini adalah hasil pemeriksaan penunjang yang diperlukan:
a. Hasil Patologi Anatomi
Informasi jenis sel dan stadium kanker diperlukan sebagai
pertimbangan dalam penentuan regimen obat kemoterapi yang akan
diberikan kepada pasien.
10
b. Hasil Imunohistochemistry
Immunohisto chemistry diperlukan untuk menentukan obat immuno
terapi dan hormonal terapi.
c. Foto thorax
Foto thorax diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan thorax dan
paru. Informasi tersebut diperlukan untuk menunjang penentuan
pemberian obat kemoterapi.
d. ECG
ECG diperlukan untuk mengetahui kesehatan jantung pasien, informasi
tersebut diperlukan untuk menunjang penentuan regimen obat
kemoterapi.
e. Echocardiography
Pemeriksaan echocardiography diperlukan untuk pasien lanjut usia,
pasien dengan commorbid tertentu, dan pasien dengan regimen
tertentu.
f. Hasil laboratorium darah
DL, RFT, LFT, dan tumor marker. Tumor marker biasanya dilakukan
sebagai evaluasi respon khususnya pada kasus neoadjuvant.
4. Pemberian informasi
Pemberian informasi meliputi penjelasan tujuan, cara pemberian obat
kemoterapi, lama dan siklus pemberian obat kemoterapi, biaya kemoterapi dan
efek camping obat kemoterapi.
1. Tujuan Pemberian kemoterapi
Pemberian kemoterapi pada umumnya merupakan salah satu pengobatan
dalam cáncer. Selain sebagai pengobatan, kemoterapi juga bertujuan untuk
mengontrol cell cáncer dan meringankan gejala yang muncul akibat cáncer.
Pemberian kemoterapi diharapkan dapat :
1. Mengecilkan tumor sebelum pembedahan atau terapi radiasi, disebut
sebagai neo adjuvant chemotherapy.
2. Merusak sel-sel cáncer setelah dilakukan pembedahan atau terapi radiasi,
disebut sebagai adjuvant chemotherapy.
3. Membantu terapi radiasi dan biological bekerja lebih baik.
11
4. Merusak sel-sel cáncer yang muncul kembali (reccurent cáncer) atau sel-
sel cáncer yang menyebar pada bagian tubuh yang lain yang disebut
metastase cáncer.
12
mingguan dengan perhitungan siklus 1a - 1b atau dengan siklus 3 mingguan
atau tergantung advis dokter. Siklus pemberian kemoterapi sangat tergantung
pada:
1. Tipe dan stadium dari cancer
2. Tujuan pemberian kemoterapi, yaitu sebagai pengobatan,
mengontrol sel cancer atau untuk meringatkan gejala yang
muncul akibat cancer.
3. Tipe dari regimen obat kemoterapi yang adiberikan.
4. Reaksi tubuh dalam merespon obat kemoterapi.
4. Penjelasan biaya obat kemoterapi.
Biaya kemoterapi sangat bervariasi tergantung jenis regimen yang
akan diberikan. Mengingat bahwa biaya kemoterapi cukup mahal, maka
pasien harus mendapatkan informasi yang jelas tentang perkiraan rincian
biaya yang harus disediakan oleh pasien. Hal ini penting karena factor
biaya akan mempengaruhi kontinuitas pengobatan. Berikut ini adalah
tata cara penjelasan biaya kepada pasien:
1. Setelah pasien mendapatkan penjelasan dari dokter tentang
regimen kemoterapi, regimen dan dosis obat kemoterapi dicatat
di resep dan kartu kemoterapi.
2. Kartu yang telah diisi diparaf oleh DPJP, kemudian diserahkan
kepada petugas kasir.
3. Petugas kasir menuliskan estimasi biaya pada masing-masing
obat yang tercantum di kartu.
4. Kartu yang telah diisi oleh petugas kasir diserahkan kepada
perawat untuk dijelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai
estimasi biaya kemoterapi.
5. Setelah pasien dan keluarga memahami penjelasan biaya, resep
dan kartu kemoterapi disimpan dalam dokumen Rekam Medik
pasien.
5. Efek samping Kemoterapi
Pasien yang menjalani kemoterapi mungkin akan mengalami
beberapa jenis efek samping kemoterapi tergantung dari jenis dan dosis
regimen obat kemoterapi yang diberikan, juga reaksi tubuh terhadap obat
kemoterapi tersebut.
13
Beberapa efek samping kemoterapi muncul pada waktu yang
berbeda, berdasarkan waktu efek samping kemoterapi dibagi menjadi 4
kelompok yaitu sebagai berikut:
1. Immediate side effect terjadi 24 jam pertama post kemoterapi:
mual muntah.
2. Early side effect dapat terjadi pada hitungan hari atau minggu:
leucopenia, stomatitis, skin change, alopecia.
3. Delayed side effect dapat terjadi dalam minggu atau bulan:
neuropathy perifer, nefropathy.
4. Late side effect dapat terjadi dalam bulan sampai tahun :
keganasan sekunder.
Berikut ini adalah beberapa jenis efek samping kemoterapi yang
mungkin dapat terjadi:
1. Bone Marrow Suppression
Bone marrow suppression adalah efek samping kemoterapi yang
paling sering terjadi. seluruh sel hematopoietic membelah diri dengan
cepat dan rentan terhadap kemoterapi. Titik nadir dari blood count berkisar
pada 7 – 14 hari post kemoterapi, dan membutuhkan waktu 1-2 minggu
untuk recover. Sangat penting untuk melakukan tes laboratorium darah
sebelum kemoterapi untuk mengetahui sel darah telah recover sebelum
kemoterapi dilakukan. Risk factor pada bone marrow suppression antara
lain:
1. Sel tumor pada bone marrow
2. Sebelumnya mendapatkan treatment dengan kemoterapi atau radiasi.
3. Status nutrisi yang buruk.
Thrombocytopenia atau penurunan platelet akan berisiko terjadi
pendarahan, karena platelet berfungsi untuk mencegah terjadinya
perdarahan pada saat terjadi injury. Umur platelet adalah 7 – 10 hari.
Thrombocytopenia biasanya terjadi pada hari ke 8 sampai hari ke 14.
Manifestasi dari thrombocytopenia antara lain:
1. Mudah terjadi memar.
2. Perdarahan pada gusi, hidung atau dari lubang yang lain.
3. Adanya petechiae pada ekstrimitas atau bagian yang tertekan.
14
Anemia. Sel darah merah memiliki rentang hidup selama 120 hari.
Manifestasi dari anemia antara lain: hipotensi, nyeri kepala, irritability,
fatique, tachycardia, tachypnea. Indikasi tranfusi bila kadar hemoglobin
dibawah 8g/dl, pasien dengan bleeding atau adanya gejala sesak nafas
(short breath).
Neutropenia. Granulocytes memiliki rentang hidup 6 – 8 jam, dan akan
terbentuk kembali pada 8 – 12 hari setelah kemoterapi. Kemoterapi
seringkali tidak dilakukan bila leukosit dibawah 3000/mm³ atau Absolute
Neutrophil Count (ANC) dibawah 1500/mm³. Risiko infeksi meningkat
bila titik nadir lebih dari 7 – 10 hari.
2. Fatique
Fatique adalah efek samping yang umum dirasakan oleh pasien
kemoterapi. Fatique dirasakan sebagai kelelahan yang sangat, atau
kehilangan energy dan tidak hilang walaupun telah istirahat atau tidur.
Banyak factor yang mempengaruhi terjadinya factor. Beberapa factor yang
mungkin dikaitkan antara lain kemoterapi, pembedahan, radiasi, anemia,
nyeri, infeksi, pengaruh obat-obatan, kurang tidur atau kelebihan tidur,
perubahan aktivitas, emotional distress, dan asupan nutrisi.
Pada pasien kanker ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi
terjadinya fatique antara:
Disease related factors
Sebagian besar dilaporkan bahwa fatique merupakan
salah satu gejala yang dirasakan oleh pasien kanker. Fatique
seringkali menyertai sebagian besar penyakit keganasan
tergantung pada stadium dan lamanya penyakit. Fatique
seringkali dikaitkan dengan electrolyte imbalance, dehidrasi,
nyeri dan gejala yang lain.
Treatment related factors
a. Pasien dengan kemoterapi seringkali merasakan fatique
sebagai dampak efek smaping dari obat-obat kemoterapi.
Secara umum pasien yang menjalani kemoterapi akan
merasakan fatique selama 3 -4 hari, dan hal ini dapat terjadi
disetiap siklus.
15
b. Fatique merupakan gejala umum yang dirasakan oleh pasien
yang mendapatkan pengobatan immunotherapy seperti
interferon, interleukin-2, thalidomide, monoclonal antibodies
(Itano, Taoka, 2005).
c. Fatique terjadi pada hampir 100% pasien yang menjalani
terapi radiasi. Akumulasi selama pengobatan dengan onset
sekitar 2 minggu dan mencapai puncaknya 6 minggu.
d. Gangguan pada fungsi cardiovascular, status nutrisi dan
neuromuscular function berkontribusi terhadap terjadinya
fatique pada post operasi.
Lifestyle related factors
Psikososial problem merupakan salah satu hal yang
dirasakan sebagian besar pasien yang terdiagnosis kanker.
Keterbatasan aktivitas, financial problem seringkali
berdampak pada munculnya stress, anxiety, depresi,
insomnia, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap
terjadinya fatique (Redeker et al., 2000).
3. Gastrointestinal
a. Nausea/ vomiting
Nausea adalah perasaan tidak enak pada lambung yang mengarah
pada pengeluaran isi lambung melalui mulut. Sedangkan vomiting
adalah keluarnya isi lambung melalui mulut. Beberapa factor
seperti iritasi atau obstruksi gastrointestinal, sepsis, psikologi,
penggunaan obat-obat tertentu serta peningkatan tekanan
intracranial dapat menyebabkan nausea vomiting. Nausea terjadi
karena chemoreceptor trigger zone (CTZ) mendeteksi adanya obat
atau substansi lain dipembuluh darah dan susunan saraf pusat
perespon Vomiting Center (VC) sehingga muncul keluhan nausea.
Kerusakan pada GI mukosa akibat obat kemoterapi menyebabkan
enterochromaffin sel di dalam GI tract melepaskan serotonin yang
mengaktivasi 5HT3 reseptor pada vagus nerve yang mengimpuls
area medulla yang menyebabkan vomiting.
16
Vomiting dapat dibagi menjadi :
- Mild : 1-2 kali/ hari
- Moderate : 3-9 kali/ hari
- Severe : lebih dari 10 kali/ hari.
Nausea vomiting dapat terjadi secara acute yaitu terjadi 1-2 jam
setelah pengobatan, atau delayed yaitu terjadi 24 jam setelah
pengobatan. Delayed nausea dan vomiting dapat dikurangi melalui
manajemen acute emesis prevented.
Bila nausea vomiting tidak ditangani dengan baik akan
berpengaruh pada ketidak seimbangan elektrolit, anorexia,
aspirasu, menurunkan kepatuhan terhadap rencana pengobatan
serta penurunan quality of life (Hesketh, 2000).
b. Diarrhe
Diarrhe adalah peningkatan jumlah, frekuensi atau cairandari nilai
normal pada eliminasi bowel, seringkali disertai dorongan untuk
buang air besar secara tiba-tiba, rasa kembung , kram abdominal
dan nyeri.
Diarrhe dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain yang
berhubungan dengan penyakit adalah obstruksi system bowel,
adanya bakteri atau virus, adanya laregi terhadap makanan tertentu.
Stress dan kecemasan dapat meningkatkan risiko diarrhea. Pada
pengobatan kemoterapi memberikan dampak pada meningkatnya
kerusakan sel mukosa lumen usus dan meningkatkan motilitas usus
sehingga menyebabkan diarrhea.
Bila tidak ditangani dengan baik diarrhea dapat menyebabkan
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan integritas kulit,
penurunan sosial interaction dan fatique (yasko, 2002).
c. Constipation
Konstipasi adalah suatu kondisi pengosongan rectal yang
frekuensinya jarang, dengan konsistensi feces yang keras dan
kering. Beberapa factor penyebab konstipasi antara laian
pemberaian narkotik analgesic, penurunan aktifitas, low fiber diet,
penurunan konsumsi cairan.
17
Beberapa jenis obat kemoterapi seperti vincristine atau vinblastine
menyebabkan penurunan funsgi saraf otonom bahkan mungkin
saraf peripherial yang menyebabkan motilitas menurun.
Penanganan konstipasi yang tidak adekuat dapat menyebabkan
fecal impaction, paralytic ileus, intestinal obstruction dan
ketergantungan pada laxative (yasko, 2002).
4. Stomatitis
Mukositis adalah suatu rekasi biologi sebagai respon dari
gastrointestinal mukosa terhadap serangan fisik maupun kimia yang
dapat terjadai diseluruh permukaan GI tract mulai dari mulut sampai
rectum. Mucosal tissue injury pada GI tract dapat berupa perubahan
fungsi, menipis, eritema, bleeding, eksudat, inflamasi, pengelupasan
jaringan, nekrosis dan ulserasi.
Stomatitis adalah inflamasi dan ulserasi pada mukosa mulut.
Esophagitis adalah mucositis pada esopaghus. Gastroenteritis adalah
mukosistis pada intestinal.
5. Taste
Pasien yang menjalani kemoterapi rentan terhadap gangguan rasa.
Gangguan tersebut dapat berwujud gangguan actual maupun gangguan
persepsi terhadap perubahan rasa. Beberapa obat kemoterapi dapat
secara langsung mempengaruhi sel-sel indera perasa. Perubahan
tersebut sangat luas dan sangat individual. Obat kemoterapi yang
sering diasosiasikan dengan gangguan indera perasa antara lain
cyclophosphamid, dacarbazine, doxorubicin, 5-FU, methrotrexate,
nitrogen mustard, cisplatin dan vincristine. Beberapa obat seperti
doxorubicin dan metrotrexate dapat memberikan gangguan secara akut.
Bahkan pada pemberian cyclophosphamide dan vincristine gangguan
indera perasa dapat dirasakan pada saat obat dimasukkan.
Gangguan indera perasa akibat kemoterapi dapat diperparah oleh oral
hygiene yang buruk, infeksi pada oral cavity, gigi atau bau mulut yang
tidak sedap.
Beberapa pasien seringkali tidak menyampaikan secara spontan
terhadap adanya gangguan indera perasa, beberapa pasien seringkali
menyampaikan adanya penurunan nafsu makan atau penurunan berat
18
badan. Edukasi kepada pasien untuk mengoptimalkan asupan nutrisi
diperlukan sebagai bagian dari asuhan keperawatan.
6. Dermatology
Beberapa jenis kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada fast
growing cells seperti pada kulit, kuku dan membrane mucosa.
Sebagian besar dari kerusakan tersebut akan membaik setelah
kemoterapi selesai diberikan. Beberapa gangguan kulit dan kuku antara
lain hiperpigmentasi, hipersensistif, erytema, dan pruritis.
Beberapa obat menstimulasi melanocyte untuk meningkatkan produksi
melanin sehingga menyebabkan hiperpigmentasi. Doxorubicin,
busulfan, cyclophosphamide, 5-FU, dan etoposide sering diasosiasikan
dengan munculnya hiperpigmentasi. Pruritis muncul sebagai bentuk
gejala alergi dermatitis sebagai akibat dari efeksamping obat
kemoterapi. Sebagian besar perubahan pada kulit dan kuku akan
berhenti dan kembali normal setelah kemoterapi selesai dengan diikuti
pemberian antihistamin terapi. Asuhan keperawatan yang focus pada
perawatan kulit dan kenyamanan diharapkan dapat membantu pasien
mengatasi masalah efek samping kemoterapi pada kulit dan kuku.
7. Alopecia
Beberapa jenis obat kemoterapi memberikan efek samping pada
kerusakan pada sel-sel pertumbuhan rambut sehingga menyebabkan
kerontokan pada rambut. Kerontokan rambut dapat terjadi pada rambut
kepala, rambut pada kulit atau rambut pada pubis. Kerontokan rambut
biasanya terjadi antara 2 sampai 3 minggu setelah kemoterapi
diberikan. Beberapa akan merasakan sakit pada kulit kepala sebelum
rambut kemudian rontok. Sebagian besar rambut akan tumbuh kembali
pada 2 – 3 bulan setelah kemoterapi selesai. Dalam buku
Chemotherapy and You, National Cancer Institute, 2007 menyebutkan
bahwa rambut yang tumbuh setelah kemoterapi selesai, jenis dan
warna rambut akan terlihat dan terasa berbeda dengan rambut sebelum
kemoterapi
Berikut ini adalah panduan pengelolaan terhadap efek samping
kemoterapi yang mungkin timbul dan dirasakan oleh pasien:
19
1. Hematologi
Efek samping Tindakan
- Penurunan sel darah - Cek lab darah d-15
putih - Konsumsi protein tinggi
- Penurunan Hb - Cek temperature secara berkala
- Penurunan PLT - Hubungi dokter/ perawat bila temperature
≥ 38.
- Medika mentosa sesuai advice dokter.
Perdarahan - gunakan sikat gigi yang lembut
- hindari aktivitas yang beresiko trauma.
- Hubungi dokter/ perawat bila keluhan
tidak berhenti.
Infection/ fever - Hubungi dokter/ perawat
- Minum penurun panas sesuai advice
dokter
- Minum air putih yang cukup
- Jaga personal hygiene
2. Gastrointestinal
Efek samping Tindakan
Mual/ muntah - Minum obat anti mual 30 menit sebelum
makan.
- Makan/ minum yang hangat porsi kecil
tapi sering.
- Konsumsi permen mint atau permen less
sugar.
- Hubungi dokter/ perawat bila keluhan
tidak berhenti.
Diarhee - Konsumsi air 8-12 gelas/ hari
- Hindari makan pedas.
- Konsumsi obat diarrhea sesuai advice
dokter.
- Konsumsi makanan berserat tinggi.
Konstipasi - Konsumsi air 8-12 gelas/ hari
- Konsumsi obat pencahar sesuai advice
dokter.
- Konsumsi buah-buahan.
Stomatitis - Jaga personal hygiene gigi dan mulut.
- Hindari makanan pedas
- Konsumsi vitamin C
- Hindari alkohol dan rokok
- Berikan obat topical sesuai advice dokter.
Change appetite - Konsumsi nutrisi seimbang.
- Konsumsi vitamin atau suplemen sesuai
20
advice dokter.
3. Dermatologi
Efek samping Tindakan
Skin & nail change - Jaga personal hygiene kulit
- Gunakan pelembab kulit
- Hindari aktivitas yang beresiko trauma
pada kulit.
4. Lain-lain:
Efek samping Tindakan
Alopecia - Potong rambut sebelum menjalani
program kemoterapi.
- Jaga kebersihan rambut dengan
menggunakan sampho bayi.
- Hindari manipulasi terhadap rambut dan
kulit kepala seperti mewarnai, creambath
atau penggunaan hair dryer.
Nyeri - Laporkan keluhan pada dokter/ perawat.
- Konsumsi anti nyeri sesuai advice
dokter.
- Kontrol aktivitas untuk mengurangi
nyeri.
Fatique - Konsumsi nutrisi seimbang.
- Istirahat 8 jam/ hari
- Kontrol aktivitas
- Bantu untuk melakukan aktivitas sehari-
hari
- Relaksasi dengan membaca,
mendengarkan music, atau yoga.
5. Pelaksanaan kemoterapi
21
untuk penyakit dan pengobatannya. Untuk pasien yang belum dapat
memutuskan kesiapan terhadap kemoterapi, harus diberi kesempatan untuk
mendiskusikan rencana program pengobatan kemoterapi terlebih dahulu
dengan pihak keluarga. Penentuan waktu dapat dilakukan dengan
kesepakatan antara pasien, keluarga dan petugas terkait. Apabila pasien
sudah siap untuk dilakukan kemoterapi maka pasien/ keluarga dapat
menghubungi petugas pendaftaran via telepon untuk menjadwalkan
kemoterapi.
Untuk pasien yang langsung menentukan kesiapan kemoterapi, maka
berikut ini adalah prosedur yang harus dilakukan:
1) Bila pasien berasal dari Pelayanan Poli Hematologi Onkomedik
penjadwalan dilakukan oleh petugas minicounter 3 ke petugas ruang
kemoterapi daycare.
2) Bila pasien berasal dari Pelayanan Poli Hematologi Onkomedik
penjadwalan dilakukan oleh petugas minicounter 3 ke petugas ruang
Rawat Inap kemoterapi.
3) Petugas kemoterapi akan mencatat beberapa hal sebagai berikut:
a. Identitas pasien
b. Jenis kemoterapi (daycare/ rawat inap)
c. Jenis regimen
d. Dokter penanggung jawab kemoterapi.
4) Bila sudah dijadwalkan sudah ditentukan pasien diberi informasi
tentang tanggal, jam dan tempat pelaksanaan kemoterapi.
22
4) Pada 1 hari sebelum pelaksanaan kemoterapi petugas oplos harus
memastikan bahwa obat telah tersedia di ruang pengoplosan obat
kemoterapi.
d. Pelaksanaan kemoterapi
1. Persiapan Petugas
23
Dalam saat memberikan obat kemoterapi, petugas harus menggunakan
alat pelindung diri sesuai standar yang ditetapkan, yaitu sebagai
berikut:
1. Menggunakan baju khusus rangkap 2
2. Penutup kepala
3. Masker
4. Kacamata goegle
5. Sarung tangan double.
6. Penutup kaki.
2. Persiapan administrasi
Pada hari H pelaksanaan pemberian kemoterapi, petugas melakukan
cek kembali kelengkapan persiapan administrasi yang telah
dipersiapkan 1 hari sebelumnya, yang meliputi :
1. Data Rekam Medik pasien
2. Hasil-hasil pemeriksaan penunjang
3. Rute pemberian obat kemoterapi dalam Rekam Medik yang
telah ditulis dan ditandatangani oleh DPJP
4. Inform consent dan persetujuan pemberian tindakan
kemoterapi.
3. Persiapan Pasien
a. Perkenalan dan identifikasi.
Ketika pertama kali pasien datang, petugas harus memperkenalkan
diri dan melakukan identifikasi terhadap pasien meliputi nama
lengkap dan tanggal lahir. Kemudian ID Band dipasang pada
tangan yang tidak terpasang infuse.
b. Orientasi
Orientasi dilakukan pada pasien yang baru pertama kali dilakukan
kemoterapi diruangan tersebut. Orientasi meliputi tata tertib dan
prosedur penggunaan peralatan/ fasilitas yang tersedia diruangan.
c. Asesmen keperawatan
24
Asesmen awal keperawatan dilakukan pada pertama kali
pelaksanaan kemoterapi. Asesmen ulang setiap kedatangan pada
siklus berikutnya.
Asesmen awal meliputi:
1) Penerimaan pasien
2) Indikasi MRS
3) Keluhan utmana
4) Keadaan umum
5) Riwayat kesehatan
6) Pola fungsi kesehatan
7) Respon emosi
8) Spiritual
9) Nutrisi
10) Pemeriksaan Fisik
11) Pemeriksaan penunjang
12) Diagnosis keperawatan
Asesmen ulang meliputi:
1) Penerimaan pasien
2) Indikasi MRS
3) Keluhan saat ini (pasca kemoterapi sebelumnya)
4) Pemeriksaan fisik
5) Pemreiksaan penunjang
6) Diagnosis keperawatan
25
e. Pemasangan infuse
Dalam pemasangan infus, berikut adalah beberapa hal yang harus
diperhatikan:
1) Pada pasien kanker payudara, pemasangan infus dilakukan di
lengan kontra lateral dari lokasi payudara yang skait.
2) Pembuluh darah vena yang dipilih adalah yang vena besar dan
lurus.
3) Ambil pembuluh vena dari daerah distal terlebih dahulu.
4) Hindari pembuluh vena di area yg terdapat scar
5) Hindari vena fossa antecubital dan pergelangan tangan
6) Sesuaikan kateter vena dengan kebutuhan (besaran vena dan
jenis obat).
7)
f. Pemberian obat kemoterapi
Pemberian obat kemoterapi dilakukan sesuai rute yang telah
ditulis oleh dokter penanggungjawab kemoterapi. Rute kemoterapi
meliputi:
1) Pemberian pre medikasi kemoterapi
Premedikasi adalah obat-obatan yang harus diberikan di awal
sebelum obat kemoterapi dimasukkan.
2) Pemberian obat kemoterapi
Obat kemoterapi adalah regimen utama obat sitostatika, baik
yang diberikan single atau kombinasi.
3) Pemberian post medikasi kemoterapi
Post medikasi adalah obat-obatan yang diberikan pasca obat
sitostatika dimasukkan.
26
3) Status lokalis pemasangan infuse untuk mewaspadai adanya
extravasasi.
4) Blood flow return dan kelancaran tetesan cairan
5) Keluhan yang dirasakan oleh pasien selama proses pemberian
kemoterapi.
h. Post Kemoterapi
Beberapa hal yang harus dilakukan setelah pemberian kemoterapi
adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan Pasien Keluar Rumah sakit
Setelah pemberian obat kemoterapi, perlu dilakukan perencanaan
keluar rumah sakit untuk pasien, antara lain:
a. Pengantar laboratorum hari ke -7hari, ke-13 atau hari ke-15 setelah
kemoterapi sesuai advis dokter.
b. Pengantar laboratorium 2 hari sebelum kemoterapi siklus
berikutnya.
c. Resep obat yang diperlukan setelah kemoterapi, sekaligus
persiapan premedikasi untuk kemoterapi berikutnya.
d. Penjadwalan kemoterapi selanjutnya sesuai dengan siklus regimen
yang diberikan.
e. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga yang meliputi:
1) Makanan yang dianjurkan adalah makanan empat sehat lima
sempurna. Diutamakan makanan yang banyak mengandung
protein ( Ikan, ayam, putih telur ). Kurangi makanan yang
mengandung kolesterol seperti Kepiting, udang, cumi, Jerohan
dll.
2) Agar cairan tubuh terpenuhi, minum air putih ± 2 liter dan juice
buah.
3) Karena kulit akan lebih sensitif terhadap sinar matahari,
gunakan pelindung seperti topi atau sun cream.
27
4) Aktifitas yang dianjurkan adalah melakukan aktifitas sehari-
hari. Istirahat tidur harus cukup ± 8 jam/ hari.
5) Dukungan keluarga dan kerabat diperlukan untuk mendampingi
pasien agar dapat melewati masa pengobatan dengan lebih
positive.
6) Apabila saat di rumah, pasien ada keluhan setelah kemoterapi
sehingga pasien dan keluarga merasa tidak nyaman maka
pasien atau keluarga disarankan untuk menghubungi nomer
telpon emergensi yang telah di tetapkan
2. Perhatian Khusus
Mengingat obat kemoterapi adalah termasuk obat khusus dengan
dampak khusus, maka ada beberapa hal khusus yang harus diperhatian
antara lain:
A. Pengelolaan Ekstravasasi
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pengelolaan extravasasi:
1. Bila ditemukan tanda ekstravasasi segera stop infuse, dan
segera cabut jarum infuse.
2. Lakukan aspirasi darah 3 – 5 ml untuk menghisap sedapat
mungkin obat sitostatika yang tersisa di sekitar area jarum
infuse.
3. Berikan antidotum sesuai dengan jenis sitostatika atau
berikan kortikosteroid untuk mengurangi reaksi inflamasi.
4. Isi antidotum kedalam spuit 1 cc menggunakan jarum no 25
sebanyak 2-4 cc tergantung lebarnya extravasasi
5. Suntikan secara subcutan searah jarum jam.
6. Lakukan pemotretan untuk dokumentasi.
7. Berikan kompres hangat untuk pemberian obat vincristin dan
kompres dingin untuk pemberian obat yang lain.
8. Balut kompres dengan menggunakan verband.
9. Istirahatkan extremitas dan tinggikan dengan bantal selama
48 jam setelah itu kembali aktivitas seperti biasa.
10. Laporkan kejadian ekstravasasi kepada DPJP.
28
11. Observasi tempat secara teratur terhadap nyeri, bengkak,
kemerahan, kekerasan atau nekrosis pada lokasi ekstravasasi.
12. Berikan anti nyeri sesuai advise DPJP.
13. Dokumentasikan kejadian pada DRM pasien serta laporan
indikator mutu kemoterapi.
B. Pengelolaan Tumpahan Obat kemoterapi
1. Tumpahan obat kemoterapi harus dilokalisir agar tidak
menyebar ketempat lain.
2. Petugas yang melakukan pembersihan harus menggunakan
APD lengkap.
3. Petugas pembersihan harus menggunakan kit pembersihan
tumpahan obat kemoterapi yang telah disiapkan.
4. Bahan kemoterapi yang dibenda keras dilap dengan kain atau
bahan yang menyerap dan dibuang ditempat sampah khusus
kemoterapi, kemudian di bersihkan dengan menggunakan
cairan detergen kemudian dikeringkan.
5. Bahan kemoterapi yang tumpah pada kain, linen harus dilepas
dan langsung dimasukkan pada tempat linen khusus
kemoterapi.
29
7. Petugas dilarang makan, minum dan berhias di ruang
kemoterapi
30
BAB V
LOGISTIK
b. Permintaan Logistik
Unit Kemoterapi Rumah Sakit Onkologi Surabaya setiap minggu
mengadakan permintaan rutin logistik yang terbagi menjadi dua yaitu
peralatan medis disposable dan ATK (Alat Tulis Kantor). Jadwal
permintaannya setiap hari Senin dan Kamis untuk permintaan peralatan
medis disposable. Dan pada hari Rabu untuk permintaan alat tulis kantor.
c. Pencatatan Logistik
Setiap hari dilakukan pencatatan tertulis pengeluaran kemoterapi dan alat
habis pakai dari poli kemoterapi, dilanjutkan menginput ke komputer untuk
rekap sisa barang di unit yang tersisa, sehingga stok akhir dapat diketahui.
Setiap bulan dilakukan perhitungan stok opname untuk menghitung jumlah
persediaan barang yang ada di ruangan praktek dan kemoterapi.
31
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
32
antara petugas yang dapat berdampak negative pada pasien dan keluarga. Berikut
ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan dalma komunikasi yang efektif:
a. Dalam melakukan komunikasi pertelepon harus menggunakan tehnik SBAR
(Situation, Background, Assesment dan Recommendation).
b. Melakukan “read back “ terhadap instruksi yang diterima baik secara lesan
maupun pertelepon.
c. Singkatan dan symbol yang digunakan harus sesuai dnegan standar yang telah
ditetapkan oleh Unit Rekam medik.
d. Hand over dilakukan dengan 2 tehnik yaitu pada saat operan dengan petugas
dan dilakukan verifikasi kepada pasien saat tim perawat melakukan visitasi
sebelum pergantian perawat.
e. Hand over dilakukan berdasarkan dokumen rekam medic pasien, laporan
harian dan catatan visitasi dokter dan perawat.
33
a. Setiap pasien yang melakukan tindakan operasi harus dilakukan cek lis
keselataman pasien operasi (sign in, time out dan sign out).
b. Setiap pasien yang melakukan tindakan operasi harus dilakukan marking
terlebih dahulu pada lokasi yang akan dioperasi.
5. Pencegahan dan pengendalian infeksi
Untuk melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi ada beberapa program
yang harus dilakukan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara lain:
a. Hand hygiene
Sesuai dengan program KKPRS, setiap perawat yang bekerja di lingkup
pelayanan keperawatan wajib melaksanakan 7 langkah cara cuci tangan yang
benar. Dalam melaksanakan cuci tangan mengacu pada “5 momment for hand
hygiene” yang telah ditetapkan oleh WHO.
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan alat pelindung diri digunakan pada pelayanan yang berisiko
terjadi penulara penyakit. Setiap petugas yang melakukan tindakan invasive
harus menggunakan handscoen disposable. Pada kasus yang sudah diketahui
infeksius petugas wajib menggunakan double handscoen.
c. Penggunaan alat dan bahan habis pakai disposable.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, penggunaan obat dan bahan habis
pakai harus digunakan sekali pakai dan tidak dipergunakan pada pasien lain.
Pasien harus mendapat penjelasan bahwa prosedur tersebut berkaitan dengan
keamanan pasien.
d. Prinsip septik aseptik.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan perawat harus berpedoman
terhadap tehnik septik dan aseptik. Untuk tindakan yang memerlukan prosedur
aseptik maka seluruh peralatan, obat dan tehnik harus berpedoman pada
sterilisasi. Perawat harus benar-benar memastikan bahwa peralatan dan
prosedur yang dilakukan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
e. Pengendalian lingkungan
Pengendalian lingkungan dilakukan dengan melakukan pembersihan secara
berkala lingkungan perawatan dengan menggunakan cairan desinfektan yang
telah ditetapkan. Perawatan isolasi dilakukan bilamana pasien telah diduga
atau diketahui terjangkit kasus infeksius. Perawatan isolasi dilakukan dengan
34
cara memisahkan ruang perawatan dan fasilitas yang digunakan oleh pasien
infeksius.
f. Pengolaan sampah medis dan non medis
Pengelolaan sampah dibagi menjadi dua yaitu sampah medis dan non medis.
Untuk sampah medis dikelola sesuai pengelolaan sampah infeksius.
Penanganan linen yang telah digunakan oleh pasien dikelola sesuai prosedur
pengelolaan linen infeksius.
35
0 – 24 : Tidak ada resiko
25 – 50 : Resiko jatuh rendah
> 50 : Resiko jatuh tinggi.
Bila telah ditentukan skor penilaian maka harus dilakukan tindakan yang sesuai
dengan level skor penilaian risiko pasien jatuh sebagai berikut :
LEVEL RESIKO JATUH INTERVENSI
Tidak ada resiko jatuh Tidak ada tindakan khusus pencegahan pasien jatuh.
Resiko Jatuh Rendah Membebaskan Lingkungan dari hambatan.
Memastikan roda tempat tidur terkunci.
Mengorientasikan pasien & keluarga pada lingkungan sekitar
Menyarankan pasien untuk menggunakan alat kaki yang tidak
licin.
36
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
37
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
38
6. Pemasangan infus >2x tusuk/ pasien 2%
7. Kejadian waktu tunggu pelayana > 1 jam ≤10%
8. Komplain internal dan external ≤5
9. Kejadian pasien jatuh 0
10 Ketepatan identifikasi pasien 100%
11 Pemakaian alat pelindung diri 100%
12. Jumlah kejadian tersusuk jarum 0
13. Keterampilan hand hyiene 100%
39
Numerator Jumlah keterlambatan kedatangan dokter spesialis tertentu dalam 1
bulan
Denominator Jumlah seluruh hari pelayanan dokter spesialis tertentu dalam 1 bulan
Sumber data Laporan harian kunjungan pasien
Standar 10 %
Penanggung Kepala Unit Rawat Jalan
jawab pengumpul
data
40
data
41
Dimensi mutu Akses pelayanan
Tujuan Tersedianya pelayanan rawat jalan spesialistik pada hari kerja di
setiap rumah sakit yang mudah dan cepat diakses oleh pasien
Definisi Waktu tunggu pelayanan yang diperlukan mulai pasien mendaftar
Operasional sampai dilayani oleh dokter spesialis yang melebihi waktu standar
pelayanan yaitu > 1 jam
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu pasien rawat jalan yang menunggu
pelayanan >1 jam
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang disurvey
Sumber data Survey pasien rawat jalan
Standar ≤ 10%
Penanggung Kepala Unit Rawat Jalan
jawab
pengumpul data
42
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 3 bulan
Numerator Kejadian pasien jatuh selama proses pelayanan di RS Onkologi
Surabaya
Denominator -
Sumber data Laporan kejadian insiden keselamatan pasien (Kejadian Tidak
Diharapkan) pasien jatuh
Standar 0
Penanggung Kepala Unit
jawab
pengumpul data
43
di unit kerja kemoterapi.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 1 bulan
Numerator Jumlah petugas yang memakai alat pelindung diri lengkap
Denominator Jumlah seluruh petugas di unit kemoterapi
Sumber data Laporan harian unit kemoterapi
Standar 100%
Penanggung Kepala Unit Kemoterapi
jawab
pengumpul data
44
data
Periode analisa 1 bulan
Numerator Jumlah petugas yang dapat mempraktekkan hand hygiene dengan
benar
Denominator Jumlah seluruh petugas di unit kemoterapi
Sumber data laporan survey dna observasi
Standar 100%
Penanggung Kepala Unit Kemoterapi
jawab
pengumpul data
BAB IX
PENUTUP
Direktur Utama
45
Dr. Siti Sundari Manoppo
46
Pasien dari luar Pasien dari divisi lain
Kemoterapi
Poli Onkomedik
Mini counter onko medik
Lakukan
Pemeriksaan
TTV,persiapan Kasir Lakukan
administrasi,obar Pemeriksaan
dan HE fisik,konsultasi
dan tindakan
Back office medis
Beri penjelasan tentang
planning
selanjutnya,penjadwalan
ulang dan menerima kartu
Pulang
kontrol
47