Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker adalah salah satu masalah kesehatan dengan insiden yang masih tinggi
di dunia, begitu juga di Indonesia. Selain insiden kasus yang tinggi, dampak yang
ditimbulkan juga sangat kompleks, tidak saja dampak fisik dan psikologis tetapi juga
sosial ekonomi. Secara fisik pasien akan mengalami perubahan terkait proses
diagnosis penyakitnya. Secara psikologis diagnosa kanker merupakan berita
menyedihkan bagi pasien dan keluarga.Munculnya masalah psikologi disebabkan
antara lain karena prosedur pengobatan yang menyakitkan dan harus dijalani dalam
waktu yang lama, juga prosedur pengobatan yang dianggap seringkali memberi
dampak fisik dan ketidakpastian terhadap hasil pengobatan. Selain itu prosedur
diagnosis dan pengobatan kanker juga membutuhkan biaya yang tinggi sehingga akan
menyebabkan perubahan tatanana sosial ekonomi dalam keluarga pasien.
Kompleksnya masalah dalam pengobatan penyakit kanker menyebabkan perlu
adanya suatu pedoman pengelolaan yang tepat, baik dalam segi fisik maupun
psikologis. Selain pengelolaan medis, pemberian asuhan keperawatan juga harus
dilakukan sejak awal pasien didiagnosis mengidap kanker.
Tim perawatan pasien kanker di RSUD Prof. dr. H.M. Anwar Makkatutu
Bantaeng terdiri dari para staf medis, paramedis, penunjang medis dan administrasi,
yang semuanya bekerjasama dalam satu bahasa dan satu tujuan sesuai dengan visi
misi RSUD Prof. dr. H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng. RSUD Prof. dr. H.M. Anwar
Makkatutu Bantaeng merawat pasien sebagai bagian dari tim, sehingga penentuan
tindakan baik untuk diagnosis maupun terapi dapat diterima oleh pasien dan
keluarganya sebagai keputusan terbaik yang telah di sepakati bersama.

B. Tujuan
Sebagai pedoman dan acuan dalam melaksanakan proses kemoterapi.
Sehingga tidak ada perbedaan antara petugas yang terkait dalam melaksanakan
proses kemoterapi.

C. Ruang Lingkup Pelayanan


1. Jenis Pelayanan Kemoterapi
Pelayanan kemoterapi yang dilakukan di RSUD Prof. dr. H.M. Anwar Makkatutu
Bantaeng meliputi:
a. Pelayanan kemoterapi
 Kemoterapi pada keganasan payudara.
 Adjuvant kemoterapi

 Neo adjuvant kemoterapi

 Paliatif kemoterapi
 Kemoterapi pada keganasan organ di luar payudara.
Keganasan organ diluar payudara meliputi: kanker paru, kanker colon
rectal, sarcoma, kasus keganasan pada kandungan seperti kanker rahim,
dan kanker servik.
 Kemoterapi pada keganasan non organ (darah/ kelenjar getah bening).
Keganasan non organ meliputi keganasan kelenjar getah bening yang
disebut dengan lymphoma, dan keganasan sel darah putih atau merah.
b. Konsultasi via telepon
Pelayanan konsultasi via telepon adalah pelayanan dimana pasien dapat
berkonsultasi melalui telepon terkait persiapan kemoterapi, kondisi dan
keluhan akibat kemoterapi yang disampaikan kepada perawat yang
bertugas di pelayanan kemoterapi. Konsultasi via telepon dapat dilakukan
selama 24 jam.
c. Penjadwalan Kemoterapi
Penjadwalan kemoterapi dapat dilakukan secara langsung maupun via
telepon. Penjadwalan diterima oleh perawat yang bertugas di pelayanan
kemoterapi. Seluruh penjadwalan pasien yang akan dilakukan kemoterapi
dilakukan terpusat di unit pelayanan kemoterapi.
2. Tempat Pelayanan
Pelayanan kemoterapi yang diberikan di RSUD Prof. dr. H.M. Anwar
Makkatutu Bantaeng melalui dua cara yaitu oral dan intravena. Tempat
pemberian kemoterapi dilakukan di dua tempat yaitu Day Care dan Rawat
Inap. Kemoterapi daycare adalah kemoterapi yang diberikan tanpa perlu
menginap, dan pasien bisa langsung pulang. Kemoterapi Rawat Inap adalah
kemoterapi yang diberikan dimana pasien memerlukan waktu pelayanan
lebih dari 24 jam. Berikut ini adalah kriteria penempatan pasien kemoterapi:
a. Kemoterapi daycare
Kemoterapi yang memerlukan waktu pelaksanaan < 24 jam
b. Kemoterapi Rawat Inap
- Kemoterapi yang memerlukan waktu pelaksanaan > 24 jam
- Kemoterapi yang ditanggung oleh asuransi atau perusahaan yang mensyaratkan
pasien harus menginap di Rumah sakit.
c. Jadwal Pelayanan
 Jadwal Pelayanan poli hematologi
Senin - Kamis : 08.00 – 13.30
Jumat : 08.00 – 11.30
Sabtu : 08.00 – 12.30
 Jadwal Pelayanan Kemoterapi daycare
Pelayanan kemoterapi daycare dilaksanakan setiap hari senin – sabtu,
dengan jadwal sebagai berikut: Senin – Kamis : 08.00 – 13.30, Jumat :
08.00 – 11.30, Sabtu : 08.00 – 12.30
 Jadwal pelayanan kemoterapi rawat inap
Pelayanan kemoterapi rawat inap dilaksanakan selama 24 jam dalam
satu minggu.

D. Batasan Operasional
1. Kemoterapi adalah pemberian obat obatan sitostatika dalam tubuh manusia
yang berguna untuk menghambat pertumbuhan sel kanker.

2. Adjuvant kemoterapi adalah kemoterapi yang diberikan pada pasien yang


sudah melakukan tindakan operasi.

3. Neoadjuvant kemoterapi adalah kemoterapi yang diberikan pada pasien


yang sudah dalam kondisi lanjut yang tidak memungkinkan untuk dilakukan
operasi.

4. Paliatif kemoterapi adalah kemoterapi yang diberikan pada pasien yang


sudah ada penjalaran atau komplikasi ke organ lain, baik pasien yang sudah
atau yang belum operasi. Yang mana tujuan kemoterapi ini hanya bersifat
meningkatkan kualitas hidup pasien.

E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

2. Undang-Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

3. Keputusan Meteri Kesehatan No. 1165/MENKES/SK/2007 tentang Pola


Tarif Rumah Sakit Badan Layanan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Pola ketenagaan disusun berdasarkan rumus penghitungan kebutuhan tenaga


pelayanan keperawatan yang telah ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan. Berikut ini
adalah rumus perhitungan kebutuhan tenaga perawat:
A. Kualifikasi Tenaga
NO. Jabatan KUALIFIKASI
1 Kepala Unit Kemoterapi Pendidikan : D3 Keperawatan
Masa Kerja : Minimal 3 tahun
Sertifikasi : Pelatihan Kemoterapi
2 Pelaksana Kemoterapi Pendidikan : D3 Keperawatan
Sertifikasi : Pelatihan Kemoterapi
3. Pelaksana Asisten Pendidikan : D3 Keperawatan
Dokter Masa Kerja : 3-6 tahun
Sertifikasi : Pelatihan Kemoterapi
4. Pelaksana Minicounter Pendidikan : D3 Keperawatan
PHO Masa Kerja : 6-9 tahun
Sertifikasi : Pelatihan Kemoterapi

B. Distribusi Ketenagaan
No. Distribusi Tenaga Jumlah
1. Poli Hematologi 1
2. Ruang Kemoterapi 3

C. Pengaturan Jaga
No. Area Kerja Jam Kerja Jumlah petugas
1. Poli Hematologi 12.00 – 21.00 1
2. Ruang Kemoterapi 08.00 – 14.00 3
BAB II
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

B. Standar Fasilitas

1. Ruang Klinik Hematologi


No. Nama Alat/ Fasilitas Jumlah Kebutuhan
Peralatan Medis
1 Tensimeter 1/ ruangan
2 Stetoskop 1/ ruangan
3 Bengkok 1/ pasien
4 Bak kassa sedang 2/ ruangan
5 Bak injeksi 1/ pasien
6 Korentang 2/ ruangan
7 Tempat korentang 2/ ruangan
8 Timbangan 1/ ruangan
9 Standart Infus 1/pasien
10 Cucing 2/ ruangan
11 Trolley mobile 1/ ruangan
12 Gunting AJ 4/ ruangan
13 4/ ruangan
Pinset anatomis
14 Tongue spatel 2/ ruangan
15 Pinset chirurgie 2/ ruangan
16 Tromol kasa kecil 1/ ruangan
17 Termometer axilla 1/ pasien
18 Termometer anal 1/ pasien
19 Gunting verband 2/ ruangan
20 Set HB sahli 1/ ruangan
21 Alat cek gula darah digital 1/ ruangan
22 Kursi roda 1/ ruangan
23 Tabung oksigen kecil 2/ ruangan
24 Tabung oksigen besar 2/ ruangan
25 Pispot 2/ ruangan
26 Urinal 2/ ruangan
27 Ambu bag 1/ ruangan
28 Ice bag 1/ ruangan
29 Emergency kit 1/ ruangan
30 Lampu Emergency 1/ ruangan
31 Infuse pump 4/ ruangan
32 Viewer 1/ ruangan
Peralatan Non Medis
1 Senter 1/ ruangan
2 Nurse call 1/ pasien
3 Telepon wireless 1/ ruangan
7 Komputer 1/ ruangan
8 Printer 1/ ruangan
9 Jam weker 1/ ruangan
10 ID Band 1/ ruangan
11 Bedssite cabinet 1/ pasien
12 Kursi pasien 1/ pasien
13 Tempat ATK 1/ ruangan
14 Tempat sampah medis 1/ ruangan
15 Tempat sampah non medis 1/ ruangan
16 Tempat brosur 1/ ruangan
17 Tempat majalah RSOS 1/ ruangan
18 Tempat linen kotor 1/ ruangan
19 Tabung pemadam api 1/ ruangan
20 Nampan besar 2/ ruangan
21 Rak sepatu 1/ ruangan
22 Gunting kertas 1/ ruangan
23 Almari linen 1/ ruangan
24 Almari BHP 1/ ruangan
25 Tempat DRM 1/ ruangan
26 Bed pasien 1/ pasien
27 Timbangan BB/ Tinggi 1/ ruangan
28 Kursi petugas 4/ ruangan
29 Telepon wire less 1/ ruangan
30 Audio (headset) 1/ pasien
31 Almari es 1/ ruangan
32 Kamera 1/ruangan

2. Ruang Kemoterapi
No. Nama Alat/ Fasilitas Kebutuhan
Peralatan Medis
1 Tensimeter 2/ ruangan
2 Stetoskop 2/ ruangan
3 Bengkok 1/ pasien
4 Bak kassa sedang 2/ ruangan
5 Bak injeksi 1/ pasien
6 Korentang 2/ ruangan
7 Tempat korentang 2/ ruangan
8 Timbangan 1/ ruangan
9 Standart Infus 1/pasien
10 Cucing 2/ ruangan
11 Trolley mobile 2/ ruangan
12 Gunting AJ 4/ ruangan
13 4/ ruangan
pinset anatomis
14 Tongue spatel 2/ ruangan
15 Pinset chirurgie 2/ ruangan
16 Tromol kasa kecil 1/ ruangan
17 Termometer axilla 1/ pasien
18 Termometer anal 1/ pasien
19 Gunting verband 2/ ruangan
20 Set HB sahli 1/ ruangan
21 Alat cek gula darah digital 1/ ruangan
22 Kursi roda 1/ ruangan
23 Tabung oksigen kecil 2/ ruangan
24 Tabung oksigen besar 2/ ruangan
25 Pispot 2/ ruangan
26 Urinal 2/ ruangan
27 Ambu bag 1/ ruangan
28 Ice bag 1/ ruangan
29 Emergency kit 1/ ruangan
30 Lampu Emergency 2/ ruangan
31 Infuse pump 4/ ruangan
32 Viewer 1/ ruangan
Peralatan Non Medis
1 Senter 1/ ruangan
2 Nurse call 1/ pasien
3 Telepon wireless 1/ ruangan
7 Komputer 1/ ruangan
8 Printer 1/ ruangan
9 Jam weker 1/ ruangan
10 ID Band 1/ ruangan
11 Bedssite cabinet 1/ pasien
12 Kursi pasien 1/ pasien
13 Tempat ATK 1/ ruangan
14 Tempat sampah medis 1/ ruangan
15 Tempat sampah non medis 1/ ruangan
16 Tempat brosur 1/ ruangan
17 Tempat majalah RSOS 1/ ruangan
18 Kalender meja 1/ ruangan
19 Tempat linen kotor 1/ ruangan
21 Tabung pemadam api 1/ ruangan
22 Nampan besar 2/ ruangan
23 Rak sepatu 1/ ruangan
24 Gunting kertas 1/ ruangan
25 Almari linen 1/ ruangan
26 Almari BHP 1/ ruangan
27 Tempat DRM 1/ ruangan
28 Bed pasien 1/ pasien
29 Timbangan BB/Tinggi 1/ ruangan
30 Kursi mini counter 4/ ruangan
31 Telepon wireless emergency 1/ ruangan
32 Audio (headset) 1/ pasien
33 Almari es 1/ ruangan
34 Kamera 1/ ruangan
35 Kursi mobile 2/ ruangan
36 TV pasien 2/ ruangan
37 Ukuran tinggi badan 2/ ruangan
38 Sofa kemo daycare 1/ pasien
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

1. Pre Kemoterapi
Pada tahap pre kemoterapi atau dapat juga disebut pre klinis, dimana pasien yang
akan menjalani kemoterapi harus melakukan konsultasi dengan dokter
penanggungjawab kemoterapi. Konsultasi pre kemoterapi bertujuan untuk
mendapatkan informasi tentang manfaat dan proesdur kemoterapi. Selain itu juga
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang tepat terhadap kondisi pasien sebelum
menjalani kemoterapi. Berikut ini adalah tahap-tahap yang dilakukan pada pre
kemoterapi:
2. Pemeriksaan fisik
Sebelum dilakukan kemoterapi setiap pasien harus bertemu dengan DPJP yang akan
memberikan kemoterapi untuk dilakukan pemeriksaan fisik. Berikut ini adalah
pemeriksaan fisik yang dilakukan:
a. Cek tanda vital (Tensi, suhu, nadi)
Untuk melihat kondisi umum pasien baik secara fisik maupun psikis. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah pasien siap untuk dilakukan kemoterapi.
b. Riwayat penyakit pasien (Hipertensi, jantung, DM, Alergi dll) Informasi tentang
riwayat penyakit perlu di ketahui dan terkontrol. Hal ini dilakukan karena riwayat
penyakit yang tidak terkontrol dapat memperberat efeksamping yang akan dialami
oleh pasien.
c. Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk menghitung BSA (Body Surface
Area). BSA dilakukan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan dosis
regimen obat kemoterapi.
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mendukung informasi performa
pasien dalam rangka persiapan penentuan jenis regimen obat kemoterapi. Berikut ini
adalah hasil pemeriksaan penunjang yang diperlukan:
a. Hasil Patologi Anatomi
Informasi jenis sel dan stadium kanker diperlukan sebagai pertimbangan dalam
penentuan regimen obat kemoterapi yang akan diberikan kepada pasien.
b. Hasil Imunohistochemistry
Immunohisto chemistry diperlukan untuk menentukan obat immuno terapi dan
hormonal terapi.
c. Foto thorax
Foto thorax diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan thorax dan paru.
Informasi tersebut diperlukan untuk menunjang penentuan pemberian obat
kemoterapi.
d. ECG
ECG diperlukan untuk mengetahui kesehatan jantung pasien, informasi tersebut
diperlukan untuk menunjang penentuan regimen obat kemoterapi.
e. Echocardiography
Pemeriksaan echocardiography diperlukan untuk pasien lanjut usia, pasien
dengan commorbid tertentu, dan pasien dengan regimen tertentu.
f. Hasil laboratorium darah
DL, RFT, LFT, dan tumor marker. Tumor marker biasanya dilakukan sebagai
evaluasi respon khususnya pada kasus neoadjuvant.
4. Pemberian informasi
Pemberian informasi meliputi penjelasan tujuan, cara pemberian obat kemoterapi,
lama dan siklus pemberian obat kemoterapi, biaya kemoterapi dan efek camping obat
kemoterapi.
a. Tujuan Pemberian kemoterapi
Pemberian kemoterapi pada umumnya merupakan salah satu pengobatan dalam
cáncer. Selain sebagai pengobatan, kemoterapi juga bertujuan untuk mengontrol
cell cáncer dan meringankan gejala yang muncul akibat cáncer. Pemberian
kemoterapi diharapkan dapat :
1. Mengecilkan tumor sebelum pembedahan atau terapi radiasi, disebut sebagai
neo adjuvant chemotherapy.
2. Merusak sel-sel cáncer setelah dilakukan pembedahan atau terapi radiasi,
disebut sebagai adjuvant chemotherapy.
3. Membantu terapi radiasi dan biological bekerja lebih baik.
4. Merusak sel-sel cáncer yang muncul kembali (reccurent cáncer) atau sel- sel
cáncer yang menyebar pada bagian tubuh yang lain yang disebut metastase
cáncer.
b. Cara pemberian obat kemoterapi.
Secara umum kemoterapi dapat diberikan melalui oral, intravena, subcutan,
topical, intra arterial, intracavity (intra peritonial dan ommaya) dan intra tekal. Akan
tetapi yang paling sering dilakukan di RS Onkologi adalah kemoterapi melalui oral
dan intravena.
► Pemberian kemoterapi secara oral
Pada pemberian kemoterapi oral yang harus diperhatikan adalah tepat pasien,
tepat obat, tepat dosis, tepat waktu dan tepat dokumentasi. Mengingat bahwa
proses kemoterapi oral dapat dilakukan di rumah, maka kepatuhan pasien dan
keluarga dalam menjalani proses kemoterapi menjadi kunci keberhasilan
pengobatan.
► Intravena
Pemberian kemoterapi intravena dapat dilakukan melalui pembuluh perifer
atau vena sentral. Vena sentral dilakukan dengan mempertimbangkan
pembuluh vena kecil, fragille, dan atau frekuensi pemberian kemoterapi.
Pemberian kemoterapi melalui vena sentral membutuhkan pemasangan AV
Port atau double lumen catheter. Pasien yang membutuhkan pemasangan
alat vena sentral akan dikirim pada dokter bedah untuk pemasangannya.
Cara memasukkan obat kemoterapi intravena sebelum obat kemoterapi
dimasukkan terlebih dahulu akan diberikan obat premedikasi yang terdiri dari:
obat anti alergi dan anti mual. Setelah premedikasi kemudian dimasukkan
obat kemoterapi satu persatu dan diberikan spool cairan Nacl 0,9.
c. Lama dan siklus pemberian obat kemoterapi
Lama pemberian obat kemoterapi tergantung jenis regimen yang diberikan. Untuk
pemberian obat kemoterapi infus 2 – 5 jam dapat dilakukan secara one daycare,
sedangkan jenis regimen yang diberikan lebih dari 24 jam dilakukan di Rawat Inap.
Secara umum pemberian dapat dilakukan mingguan dengan perhitungan siklus 1a
- 1b atau dengan siklus 3 mingguan atau tergantung advis dokter. Siklus
pemberian kemoterapi sangat tergantung pada :
1) Tipe dan stadium dari cancer
2) Tujuan pemberian kemoterapi, yaitu sebagai pengobatan, mengontrol sel
cancer atau untuk meringatkan gejala yang muncul akibat cancer.
3) Tipe dari regimen obat kemoterapi yang adiberikan.
4) Reaksi tubuh dalam merespon obat kemoterapi.
d. Penjelasan biaya obat kemoterapi.
Biaya kemoterapi sangat bervariasi tergantung jenis regimen yang akan diberikan.
Mengingat bahwa biaya kemoterapi cukup mahal, maka pasien harus
mendapatkan informasi yang jelas tentang perkiraan rincian biaya yang harus
disediakan oleh pasien. Hal ini penting karena factor biaya akan mempengaruhi
kontinuitas pengobatan. Berikut ini adalah tata cara penjelasan biaya kepada
pasien :
1) Setelah pasien mendapatkan penjelasan dari dokter tentang regimen
kemoterapi, regimen dan dosis obat kemoterapi dicatat di resep dan kartu
kemoterapi.
2) Kartu yang telah diisi diparaf oleh DPJP, kemudian diserahkan kepada
petugas kasir.
3) Petugas kasir menuliskan estimasi biaya pada masing-masing obat yang
tercantum di kartu.
4) Kartu yang telah diisi oleh petugas kasir diserahkan kepada perawat untuk
dijelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai estimasi biaya kemoterapi.
5) Setelah pasien dan keluarga memahami penjelasan biaya, resep dan kartu
kemoterapi disimpan dalam dokumen Rekam Medik pasien.
e. Efek samping Kemoterapi
Pasien yang menjalani kemoterapi mungkin akan mengalami beberapa jenis efek
samping kemoterapi tergantung dari jenis dan dosis regimen obat kemoterapi yang
diberikan, juga reaksi tubuh terhadap obat kemoterapi tersebut.
Beberapa efek samping kemoterapi muncul pada waktu yang berbeda,
berdasarkan waktu efek samping kemoterapi dibagi menjadi 4 kelompok yaitu
sebagai berikut:
1) Immediate side effect terjadi 24 jam pertama post kemoterapi: mual muntah.
2) Early side effect dapat terjadi pada hitungan hari atau minggu: leucopenia,
stomatitis, skin change, alopecia.
3) Delayed side effect dapat terjadi dalam minggu atau bulan: neuropathy
perifer, nefropathy.
4) Late side effect dapat terjadi dalam bulan sampai tahun : keganasan
sekunder.
Berikut ini adalah beberapa jenis efek samping kemoterapi yang mungkin dapat
terjadi:
1) Bone Marrow Suppression
Bone marrow suppression adalah efek samping kemoterapi yang paling sering
terjadi. seluruh sel hematopoietic membelah diri dengan cepat dan rentan
terhadap kemoterapi. Titik nadir dari blood count berkisar pada 7 – 14 hari
post kemoterapi, dan membutuhkan waktu 1-2 minggu untuk recover. Sangat
penting untuk melakukan tes laboratorium darah sebelum kemoterapi untuk
mengetahui sel darah telah recover sebelum kemoterapi dilakukan. Risk factor
pada bone marrow suppression antara lain :
1. Sel tumor pada bone marrow
2. Sebelumnya mendapatkan treatment dengan kemoterapi atau radiasi.
3. Status nutrisi yang buruk.
Thrombocytopenia atau penurunan platelet akan berisiko terjadi pendarahan,
karena platelet berfungsi untuk mencegah terjadinya perdarahan pada saat
terjadi injury. Umur platelet adalah 7 – 10 hari. Thrombocytopenia biasanya
terjadi pada hari ke 8 sampai hari ke 14. Manifestasi dari thrombocytopenia
antara lain:
1. Mudah terjadi memar.
2. Perdarahan pada gusi, hidung atau dari lubang yang lain.
3. Adanya petechiae pada ekstrimitas atau bagian yang tertekan.
Anemia. Sel darah merah memiliki rentang hidup selama 120 hari. Manifestasi
dari anemia antara lain: hipotensi, nyeri kepala, irritability, fatique, tachycardia,
tachypnea. Indikasi tranfusi bila kadar hemoglobin dibawah 8g/dl, pasien
dengan bleeding atau adanya gejala sesak nafas (short breath).
Neutropenia. Granulocytes memiliki rentang hidup 6 – 8 jam, dan akan
terbentuk kembali pada 8 – 12 hari setelah kemoterapi. Kemoterapi seringkali
tidak dilakukan bila leukosit dibawah 3000/mm³ atau Absolute Neutrophil
Count (ANC) dibawah 1500/mm³. Risiko infeksi meningkat bila titik nadir lebih
dari 7 – 10 hari.
2) Fatique
Fatique adalah efek samping yang umum dirasakan oleh pasien kemoterapi.
Fatique dirasakan sebagai kelelahan yang sangat, atau kehilangan energy
dan tidak hilang walaupun telah istirahat atau tidur. Banyak factor yang
mempengaruhi terjadinya factor. Beberapa factor yang mungkin dikaitkan
antara lain kemoterapi, pembedahan, radiasi, anemia, nyeri, infeksi, pengaruh
obat-obatan, kurang tidur atau kelebihan tidur, perubahan aktivitas, emotional
distress, dan asupan nutrisi.
Pada pasien kanker ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
fatique antara:
 Disease related factors
Sebagian besar dilaporkan bahwa fatique merupakan salah satu gejala
yang dirasakan oleh pasien kanker. Fatique seringkali menyertai
sebagian besar penyakit keganasan tergantung pada stadium dan
lamanya penyakit. Fatique seringkali dikaitkan dengan electrolyte
imbalance, dehidrasi, nyeri dan gejala yang lain.
 Treatment related factors
Pasien dengan kemoterapi seringkali merasakan fatique sebagai dampak
efek smaping dari obat-obat kemoterapi. Secara umum pasien yang
menjalani kemoterapi akan merasakan fatique selama 3 -4 hari, dan hal
ini dapat terjadi disetiap siklus.
Fatique merupakan gejala umum yang dirasakan oleh pasien yang
mendapatkan pengobatan immunotherapy seperti interferon, interleukin-
2, thalidomide, monoclonal antibodies (Itano, Taoka, 2005).
Fatique terjadi pada hampir 100% pasien yang menjalani terapi radiasi.
Akumulasi selama pengobatan dengan onset sekitar 2 minggu dan
mencapai puncaknya 6 minggu.
Gangguan pada fungsi cardiovascular, status nutrisi dan neuromuscular
function berkontribusi terhadap terjadinya fatique pada post operasi.
 Lifestyle related factors
Psikososial problem merupakan salah satu hal yang dirasakan sebagian
besar pasien yang terdiagnosis kanker. Keterbatasan aktivitas, financial
problem seringkali berdampak pada munculnya stress, anxiety, depresi,
insomnia, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap terjadinya fatique
(Redeker et al., 2000).
3) Gastrointestinal
a. Nausea/ vomiting
Nausea adalah perasaan tidak enak pada lambung yang mengarah pada
pengeluaran isi lambung melalui mulut. Sedangkan vomiting adalah
keluarnya isi lambung melalui mulut. Beberapa factor seperti iritasi atau
obstruksi gastrointestinal, sepsis, psikologi, penggunaan obat-obat tertentu
serta peningkatan tekanan intracranial dapat menyebabkan nausea
vomiting. Nausea terjadi karena chemoreceptor trigger zone (CTZ)
mendeteksi adanya obat atau substansi lain dipembuluh darah dan
susunan saraf pusat perespon Vomiting Center (VC) sehingga muncul
keluhan nausea. Kerusakan pada GI mukosa akibat obat kemoterapi
menyebabkan enterochromaffin sel di dalam GI tract melepaskan serotonin
yang mengaktivasi 5HT3 reseptor pada vagus nerve yang mengimpuls
area medulla yang menyebabkan vomiting.
Vomiting dapat dibagi menjadi :
- Mild : 1-2 kali/ hari
- Moderate : 3-9 kali/ hari
- Severe : lebih dari 10 kali/ hari.
Nausea vomiting dapat terjadi secara acute yaitu terjadi 1-2 jam setelah
pengobatan, atau delayed yaitu terjadi 24 jam setelah pengobatan.
Delayed nausea dan vomiting dapat dikurangi melalui manajemen acute
emesis prevented.
Bila nausea vomiting tidak ditangani dengan baik akan berpengaruh pada
ketidak seimbangan elektrolit, anorexia, aspirasu, menurunkan kepatuhan
terhadap rencana pengobatan serta penurunan quality of life (Hesketh,
2000).
b. Diarrhe
Diarrhe adalah peningkatan jumlah, frekuensi atau cairandari nilai normal
pada eliminasi bowel, seringkali disertai dorongan untuk buang air besar
secara tiba-tiba, rasa kembung , kram abdominal dan nyeri.
Diarrhe dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain yang berhubungan
dengan penyakit adalah obstruksi system bowel, adanya bakteri atau virus,
adanya laregi terhadap makanan tertentu. Stress dan kecemasan dapat
meningkatkan risiko diarrhea. Pada pengobatan kemoterapi memberikan
dampak pada meningkatnya kerusakan sel mukosa lumen usus dan
meningkatkan motilitas usus sehingga menyebabkan diarrhea.
Bila tidak ditangani dengan baik diarrhea dapat menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, gangguan integritas kulit, penurunan sosial
interaction dan fatique (yasko, 2002).
c. Constipation
Konstipasi adalah suatu kondisi pengosongan rectal yang frekuensinya
jarang, dengan konsistensi feces yang keras dan kering. Beberapa factor
penyebab konstipasi antara laian pemberaian narkotik analgesic,
penurunan aktifitas, low fiber diet, penurunan konsumsi cairan.
Beberapa jenis obat kemoterapi seperti vincristine atau vinblastine
menyebabkan penurunan funsgi saraf otonom bahkan mungkin saraf
peripherial yang menyebabkan motilitas menurun.
Penanganan konstipasi yang tidak adekuat dapat menyebabkan fecal
impaction, paralytic ileus, intestinal obstruction dan ketergantungan pada
laxative (yasko, 2002).
d. Stomatitis
Mukositis adalah suatu rekasi biologi sebagai respon dari gastrointestinal
mukosa terhadap serangan fisik maupun kimia yang dapat terjadai
diseluruh permukaan GI tract mulai dari mulut sampai rectum. Mucosal
tissue injury pada GI tract dapat berupa perubahan fungsi, menipis,
eritema, bleeding, eksudat, inflamasi, pengelupasan jaringan, nekrosis dan
ulserasi.
Stomatitis adalah inflamasi dan ulserasi pada mukosa mulut. Esophagitis
adalah mucositis pada esopaghus. Gastroenteritis adalah mukosistis pada
intestinal.
4) Taste
Pasien yang menjalani kemoterapi rentan terhadap gangguan rasa.
Gangguan tersebut dapat berwujud gangguan actual maupun gangguan
persepsi terhadap perubahan rasa. Beberapa obat kemoterapi dapat secara
langsung mempengaruhi sel-sel indera perasa. Perubahan tersebut sangat
luas dan sangat individual. Obat kemoterapi yang sering diasosiasikan
dengan gangguan indera perasa antara lain cyclophosphamid, dacarbazine,
doxorubicin, 5-FU, methrotrexate, nitrogen mustard, cisplatin dan vincristine.
Beberapa obat seperti doxorubicin dan metrotrexate dapat memberikan
gangguan secara akut. Bahkan pada pemberian cyclophosphamide dan
vincristine gangguan indera perasa dapat dirasakan pada saat obat
dimasukkan.
Gangguan indera perasa akibat kemoterapi dapat diperparah oleh oral
hygiene yang buruk, infeksi pada oral cavity, gigi atau bau mulut yang tidak
sedap.
Beberapa pasien seringkali tidak menyampaikan secara spontan terhadap
adanya gangguan indera perasa, beberapa pasien seringkali menyampaikan
adanya penurunan nafsu makan atau penurunan berat badan. Edukasi
kepada pasien untuk mengoptimalkan asupan nutrisi diperlukan sebagai
bagian dari asuhan keperawatan.
5) Dermatology
Beberapa jenis kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada fast growing
cells seperti pada kulit, kuku dan membrane mucosa. Sebagian besar dari
kerusakan tersebut akan membaik setelah kemoterapi selesai diberikan.
Beberapa gangguan kulit dan kuku antara lain hiperpigmentasi, hipersensistif,
erytema, dan pruritis.
Beberapa obat menstimulasi melanocyte untuk meningkatkan produksi
melanin sehingga menyebabkan hiperpigmentasi. Doxorubicin, busulfan,
cyclophosphamide, 5-FU, dan etoposide sering diasosiasikan dengan
munculnya hiperpigmentasi. Pruritis muncul sebagai bentuk gejala alergi
dermatitis sebagai akibat dari efeksamping obat kemoterapi. Sebagian besar
perubahan pada kulit dan kuku akan berhenti dan kembali normal setelah
kemoterapi selesai dengan diikuti pemberian antihistamin terapi. Asuhan
keperawatan yang focus pada perawatan kulit dan kenyamanan diharapkan
dapat membantu pasien mengatasi masalah efek samping kemoterapi pada
kulit dan kuku.
6) Alopecia
Beberapa jenis obat kemoterapi memberikan efek samping pada kerusakan
pada sel-sel pertumbuhan rambut sehingga menyebabkan kerontokan pada
rambut. Kerontokan rambut dapat terjadi pada rambut kepala, rambut pada
kulit atau rambut pada pubis. Kerontokan rambut biasanya terjadi antara 2
sampai 3 minggu setelah kemoterapi diberikan. Beberapa akan merasakan
sakit pada kulit kepala sebelum rambut kemudian rontok. Sebagian besar
rambut akan tumbuh kembali pada 2 – 3 bulan setelah kemoterapi selesai.
Dalam buku Chemotherapy and You, National Cancer Institute, 2007
menyebutkan bahwa rambut yang tumbuh setelah kemoterapi selesai, jenis
dan warna rambut akan terlihat dan terasa berbeda dengan rambut sebelum
kemoterapi
Berikut ini adalah panduan pengelolaan terhadap efek samping kemoterapi yang
mungkin timbul dan dirasakan oleh pasien:
1. Hematologi
Efek samping Tindakan
- Penurunan sel darah - Cek lab darah d-15
putih - Konsumsi protein tinggi
- Penurunan Hb - Cek temperature secara berkala
- Penurunan PLT - Hubungi dokter/ perawat bila temperature
≥ 38.
- Medika mentosa sesuai advice dokter.
Perdarahan - gunakan sikat gigi yang lembut
- hindari aktivitas yang beresiko trauma.
- Hubungi dokter/ perawat bila keluhan
tidak berhenti.
Infection/ fever - Hubungi dokter/ perawat
- Minum penurun panas sesuai advice
dokter
- Minum air putih yang cukup
- Jaga personal hygiene

2. Gastrointestinal
Efek samping Tindakan
Mual/ muntah - Minum obat anti mual 30 menit sebelum
makan.
- Makan/ minum yang hangat porsi kecil
tapi sering.
- Konsumsi permen mint atau permen less
sugar.
- Hubungi dokter/ perawat bila keluhan
tidak berhenti.
Diarhee - Konsumsi air 8-12 gelas/ hari
- Hindari makan pedas.
- Konsumsi obat diarrhea sesuai advice
dokter.
- Konsumsi makanan berserat tinggi.
Konstipasi - Konsumsi air 8-12 gelas/ hari
- Konsumsi obat pencahar sesuai advice
dokter.
- Konsumsi buah-buahan.
Stomatitis - Jaga personal hygiene gigi dan mulut.
- Hindari makanan pedas
- Konsumsi vitamin C
- Hindari alkohol dan rokok
- Berikan obat topical sesuai advice dokter.
Change appetite - Konsumsi nutrisi seimbang.
- Konsumsi vitamin atau suplemen sesuai
advice dokter.

3. Dermatologi
Efek samping Tindakan
Skin & nail change - Jaga personal hygiene kulit
- Gunakan pelembab kulit
- Hindari aktivitas yang beresiko trauma
pada kulit.

4. Lain-lain:
Efek samping Tindakan
Alopecia - Potong rambut sebelum menjalani
program kemoterapi.
- Jaga kebersihan rambut dengan
menggunakan sampho bayi.
- Hindari manipulasi terhadap rambut dan
kulit kepala seperti mewarnai, creambath
atau penggunaan hair dryer.
Nyeri - Laporkan keluhan pada dokter/ perawat.
- Konsumsi anti nyeri sesuai advice
dokter.
- Kontrol aktivitas untuk mengurangi
nyeri.
Fatique - Konsumsi nutrisi seimbang.
- Istirahat 8 jam/ hari
- Kontrol aktivitas
- Bantu untuk melakukan aktivitas sehari-
hari
- Relaksasi dengan membaca,
mendengarkan music, atau yoga.

5. Pelaksanaan kemoterapi
Apabila pasien dan keluarga sudah memahami dan menyetujui tindakan pengobatan
kemoterapi yang telah dijelaskan pada fase pre kemoterapi, maka ada beberapa
tahap yang harus dilakukan, yaitu:
a. Prosedur Penjadwalan Kemoterapi
Penjadwalan dilakukan apabila pasien dan keluarga sudah mengerti dan
memahami prosedur dan efek samping pengobatan. Waktu penjadwalan dilakukan
berdasarkan persyaratan rentang waktu yang diindikasikan untuk penyakit dan
pengobatannya. Untuk pasien yang belum dapat memutuskan kesiapan terhadap
kemoterapi, harus diberi kesempatan untuk mendiskusikan rencana program
pengobatan kemoterapi terlebih dahulu dengan pihak keluarga. Penentuan waktu
dapat dilakukan dengan kesepakatan antara pasien, keluarga dan petugas terkait.
Apabila pasien sudah siap untuk dilakukan kemoterapi maka pasien/ keluarga
dapat menghubungi petugas pendaftaran via telepon untuk menjadwalkan
kemoterapi.
Untuk pasien yang langsung menentukan kesiapan kemoterapi, maka berikut ini
adalah prosedur yang harus dilakukan :
1) Bila pasien berasal dari Pelayanan Poli Hematologi penjadwalan dilakukan
oleh petugas minicounter 3 ke petugas ruang kemoterapi daycare.
2) Bila pasien berasal dari Pelayanan Poli Hematologi Onkomedik penjadwalan
dilakukan oleh petugas minicounter 3 ke petugas ruang Rawat Inap
kemoterapi.
3) Petugas kemoterapi akan mencatat beberapa hal sebagai berikut :
a. Identitas pasien
b. Jenis kemoterapi (daycare/ rawat inap)
c. Jenis regimen
d. Dokter penanggung jawab kemoterapi.
4) Bila sudah dijadwalkan sudah ditentukan pasien diberi informasi tentang
tanggal, jam dan tempat pelaksanaan kemoterapi.
b. Persiapan obat kemoterapi
1) Petugas minicounter memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
bahwa persiapan obat kemoterapi akan dilakukan oleh RSUD Prof. dr. H.M.
Anwar Makkatutu Bantaeng.
2) Order obat dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan kemoterapi oleh petugas
kemoterapi.Order obat hanya dilakukan untuk pasien yang sudah terjadwal
kemoterapi.
3) Order obat kemoterapi dilakukan oleh petugas oplos ke logistik farmasi,
berdasarkan resep yang diberikan oleh dokter.
4) Pada 1 hari sebelum pelaksanaan kemoterapi petugas oplos harus
memastikan bahwa obat telah tersedia di ruang pengoplosan obat kemoterapi.
c. Persiapan 1 hari sebelum pelaksanaan kemoterapi
Pada 1 hari sebelum pelaksanaan kemoterapi petugas harus melakukan
pengecekan terhadap kelengkapan beberapa hal sebagai berikut:
1) Data Rekam Medik pasien
2) Hasil pemeriksaan penunjang, yaitu:
1. Hasil Laboratorium
 Hb minimal 10 g/dl

 Leukosit minimal 4000 mg/dl

 Trombosit minimal 100.000 mg/dl


2. Hasil Thorax foto
3. Hasil Electrokardiografi
4. Hasil Echocardiorafi untuk regimen Taxan
3) Rute pemberian obat kemoterapi
Rute kemoterapi di tulis oleh dokter penanggung jawab kemoterapi
pada 1-2 hari sebelum dilakukan kemoterapi. Apabila ada hasil
pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat untuk kemoterapi maka
dilaporkan pada DPJP (dokter penanggung jawab) untuk
mendapatkan advice rencana tindak lanjut. Setelah mendapat advice,
pasien/ keluarga dihubungi via telepon untuk menginformasikan
advice dari DPJP tersebut.
4) Premedikasi
Pada beberapa jenis kemoterapi yang memerlukan premedikasi
beberapa jam sebelumnya, pada H-1 petugas kemoterapi akan
menghubungi pasien mengingatkan agar tidak lupa mengkonsumsi
obat premedikasi yang telah disarankan.
d. Pelaksanaan kemoterapi
1. Persiapan Petugas
Dalam saat memberikan obat kemoterapi, petugas harus menggunakan alat
pelindung diri sesuai standar yang ditetapkan, yaitu sebagai berikut:
a. Menggunakan baju khusus rangkap 2
b. Penutup kepala
c. Masker
d. Kacamata goegle
e. Sarung tangan double.
f. Penutup kaki.
2. Persiapan administrasi
Pada hari H pelaksanaan pemberian kemoterapi, petugas melakukan cek
kembali kelengkapan persiapan administrasi yang telah dipersiapkan 1 hari
sebelumnya, yang meliputi :
a. Data Rekam Medik pasien
b. Hasil-hasil pemeriksaan penunjang
c. Rute pemberian obat kemoterapi dalam Rekam Medik yang telah ditulis
dan ditandatangani oleh DPJP
d. Inform consent dan persetujuan pemberian tindakan kemoterapi.
3. Persiapan Pasien
a. Perkenalan dan identifikasi.
Ketika pertama kali pasien datang, petugas harus memperkenalkan diri
dan melakukan identifikasi terhadap pasien meliputi nama lengkap dan
tanggal lahir. Kemudian ID Band dipasang pada tangan yang tidak
terpasang infuse.
b. Orientasi
Orientasi dilakukan pada pasien yang baru pertama kali dilakukan
kemoterapi diruangan tersebut. Orientasi meliputi tata tertib dan prosedur
penggunaan peralatan/ fasilitas yang tersedia diruangan.
4. Asesmen Keperawatan
Asesmen awal keperawatan dilakukan pada pertama kali pelaksanaan
kemoterapi. Asesmen ulang setiap kedatangan pada siklus berikutnya.
Asesmen awal meliputi:
a. Penerimaan pasien
b. Indikasi MRS
c. Keluhan utmana
d. Keadaan umum
e. Riwayat kesehatan
f. Pola fungsi kesehatan
g. Respon emosi
h. Spiritual
i. Nutrisi
j. Pemeriksaan Fisik
k. Pemeriksaan penunjang
l. Diagnosis keperawatan
Asesmen ulang meliputi:
a. Penerimaan pasien
b. Indikasi MRS
c. Keluhan saat ini (pasca kemoterapi sebelumnya)
d. Pemeriksaan fisik
e. Pemeriksaan penunjang
f. Diagnosis keperawatan
5. Inform consent & Persetujuan Tindakan
Setiap pasien yang telah mendapatkan informasi terkait kemoterapi harus
menandatangi formulir pemberian informasi. Bila pasien dan keluarga
menyetujui untuk dilakukan tindakan kemoterapi maka pasien dan keluarga
harus memberikan tanda tangan persetujuan pada formulir persetujuan
tindakan medis. Persetujuan tindakan medis dilakukan 1 kali pada siklus
pertama dan mencakup siklus selanjutnya. Bila terjadi perubahan regimen
maka persetujuan harus diulang.
6. Pemasangan infuse
Dalam pemasangan infus, berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan:
a. Pada pasien kanker payudara, pemasangan infus dilakukan di lengan
kontra lateral dari lokasi payudara yang skait.
b. Pembuluh darah vena yang dipilih adalah yang vena besar dan lurus.
c. Ambil pembuluh vena dari daerah distal terlebih dahulu.
d. Hindari pembuluh vena di area yg terdapat scar
e. Hindari vena fossa antecubital dan pergelangan tangan
f. Sesuaikan kateter vena dengan kebutuhan (besaran vena dan jenis obat).
7. Pemberian Obat Kemoterapi
Pemberian obat kemoterapi dilakukan sesuai rute yang telah ditulis oleh
dokter penanggungjawab kemoterapi. Rute kemoterapi meliputi :
a. Pemberian pre medikasi kemoterapi
Premedikasi adalah obat-obatan yang harus diberikan di awal sebelum
obat kemoterapi dimasukkan.
b. Pemberian obat kemoterapi
Obat kemoterapi adalah regimen utama obat sitostatika, baik yang
diberikan single atau kombinasi.
c. Pemberian post medikasi kemoterapi
Post medikasi adalah obat-obatan yang diberikan pasca obat sitostatika
dimasukkan.
8. Evaluasi dan monitoring
Evaluasi dilakukan selama dan sesudah pemberian obat kemoterapi. Adapun
hal-hal yang harus diperhatikan selama evaluasi dan monitorig adalah
sebagai berikut :
a. Tanda – tanda alergi
b. Tanda – tanda vital
c. Status lokalis pemasangan infuse untuk mewaspadai adanya extravasasi.
d. Blood flow return dan kelancaran tetesan cairan
e. Keluhan yang dirasakan oleh pasien selama proses pemberian
kemoterapi.
9. Post Kemoterapi
Beberapa hal yang harus dilakukan setelah pemberian kemoterapi adalah
sebagai berikut :
a. Perencanaan Pasien Keluar Rumah sakit
Setelah pemberian obat kemoterapi, perlu dilakukan perencanaan keluar
rumah sakit untuk pasien, antara lain:
1) Pengantar laboratorum hari ke -7hari, ke-13 atau hari ke-15 setelah
kemoterapi sesuai advis dokter.
2) Pengantar laboratorium 2 hari sebelum kemoterapi siklus
berikutnya.
3) Resep obat yang diperlukan setelah kemoterapi,
sekaligus persiapan premedikasi untuk kemoterapi berikutnya.
4) Penjadwalan kemoterapi selanjutnya sesuai dengan siklus regimen
yang diberikan.
5) Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga yang meliputi :
a) Makanan yang dianjurkan adalah makanan empat sehat lima
sempurna. Diutamakan makanan yang banyak mengandung protein
( Ikan, ayam, putih telur ). Kurangi makanan yang mengandung
kolesterol seperti Kepiting, udang, cumi, Jerohan dll.
b) Agar cairan tubuh terpenuhi, minum air putih ± 2 liter dan juice
buah.
c) Karena kulit akan lebih sensitif terhadap sinar matahari, gunakan
pelindung seperti topi atau sun cream.
d) Aktifitas yang dianjurkan adalah melakukan aktifitas sehari- hari.
Istirahat tidur harus cukup ± 8 jam/ hari.
e) Dukungan keluarga dan kerabat diperlukan untuk mendampingi
pasien agar dapat melewati masa pengobatan dengan lebih
positive.
f) Apabila saat di rumah, pasien ada keluhan setelah kemoterapi
sehingga pasien dan keluarga merasa tidak nyaman maka pasien
atau keluarga disarankan untuk menghubungi nomer telpon
emergensi yang telah di tetapkan
b. Perhatian Khusus
Mengingat obat kemoterapi adalah termasuk obat khusus dengan dampak
khusus, maka ada beberapa hal khusus yang harus diperhatian antara lain:
1) Pengelolaan Ekstravasasi
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam pengelolaan extravasasi:
a) Bila ditemukan tanda ekstravasasi segera stop infuse, dan segera
cabut jarum infuse.
b) Lakukan aspirasi darah 3 – 5 ml untuk menghisap sedapat
mungkin obat sitostatika yang tersisa di sekitar area jarum infuse.
c) Berikan antidotum sesuai dengan jenis sitostatika atau berikan
kortikosteroid untuk mengurangi reaksi inflamasi.
d) Isi antidotum kedalam spuit 1 cc menggunakan jarum no 25
sebanyak 2-4 cc tergantung lebarnya extravasasi
e) Suntikan secara subcutan searah jarum jam.
f) Lakukan pemotretan untuk dokumentasi.
g) Berikan kompres hangat untuk pemberian obat vincristin dan
kompres dingin untuk pemberian obat yang lain.
h) Balut kompres dengan menggunakan verband.
i) Istirahatkan extremitas dan tinggikan dengan bantal selama 48
jam setelah itu kembali aktivitas seperti biasa.
j) Laporkan kejadian ekstravasasi kepada DPJP.
k) Observasi tempat secara teratur terhadap nyeri, bengkak,
kemerahan, kekerasan atau nekrosis pada lokasi ekstravasasi.
l) Berikan anti nyeri sesuai advise DPJP.
m) Dokumentasikan kejadian pada DRM pasien serta laporan
indikator mutu kemoterapi.
2) Pengelolaan Tumpahan Obat kemoterapi
a) Tumpahan obat kemoterapi harus dilokalisir agar tidak menyebar
ketempat lain.
b) Petugas yang melakukan pembersihan harus menggunakan APD
lengkap.
c) Petugas pembersihan harus menggunakan kit pembersihan
tumpahan obat kemoterapi yang telah disiapkan.
d) Bahan kemoterapi yang dibenda keras dilap dengan kain atau
bahan yang menyerap dan dibuang ditempat sampah khusus
kemoterapi, kemudian di bersihkan dengan menggunakan cairan
detergen kemudian dikeringkan.
e) Bahan kemoterapi yang tumpah pada kain, linen harus dilepas
dan langsung dimasukkan pada tempat linen khusus kemoterapi.
3) Pembersihan lingkungan perawatan
a) Linen terkontaminasi di masukkan kantong khusus dan tertutup.
b) Bila terjadi tumpahan dilakukan pembersihan dengan penanganan
secara khusus dengan menggunakan spill kit kemoterapi sesuai
dengan prosedur
c) Alat medis habis pakai dibuang ditempat sampah khusus dan
langsung diikat
d) Peralatan bekas kemoterapi yang harus dibersihkan dengan
tangan harus direndam dulu dengan menggunakan air deterjen.
e) Petugas yang melakukan kemoterapi harus menggunakan APD
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
f) Petugas yang sedang hamil dan menyusui dilarang melakukan
kemoterapi
g) Petugas dilarang makan, minum dan berhias di ruang kemoterapi
4) Konsultasi via telepon
a) Bila ada konsultasi via telepon maka petugas harus melakukan
eksplorasi sebagai berikut:
- Nama dan nomor Rekam Medik pasien.
- Keluhan yang dirasakan, berapa lama keluhan
dirasakan, faktor pencetus serta upaya yang sudah
dilakukan dirumah.
b) Berikan saran dan masukan berdasarkan pedoman yang telah
ditetapkan. Bila jenis konsultasi tidak ada pada panduan maka
konsultasikan kepada DPJP dan janjikan pasien akan segera
dihubungi bila telah mendapat jawaban dari DPJP.
c) Catat hasil konsultasi pada rekam medis pasien.
BAB V
LOGISTIK

A. Permintaan Logistik
Unit Kemoterapi RSUD Prof. dr. H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng setiap bulan
mengadakan permintaan rutin logistik yang terbagi menjadi dua yaitu peralatan medis
disposable dan ATK (Alat Tulis Kantor). Jadwal permintaannya setiap awal bulan untuk
permintaan peralatan medis dan permintaan alat tulis kantor.
B. Pencatatan Logistik
Setiap hari dilakukan pencatatan tertulis pengeluaran kemoterapi dan alat habis pakai
dari poli kemoterapi, dilanjutkan menginput ke komputer untuk rekap sisa barang di
unit yang tersisa, sehingga stok akhir dapat diketahui.
Setiap bulan dilakukan perhitungan stok opname untuk menghitung jumlah persediaan
barang yang ada di ruangan praktek dan kemoterapi.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien merupakan focus utama dalam pemberian pelayanan


keperawatan. Berikut ini adalah program pengelolaan keselamatan pasien di pelayanan
keperawatan :
1. Ketepatan identifikasi pasien.
Identifikasi pasien menggunakan ID Band, yaitu warna pink untuk pasien wanita dan biru
untuk pasien pria. ID Band berisi minimal dua identitas yaitu nama lengkap pasien,
nomor Rekam Medik dan atau alamat pasien. ID Band diberikan kepada semua pasien
yang sedang dalam perawatan di Rawat Inap, semua pasien pro operasi dan semua
pasien pro kemoterapi. Perawat minimal menggunakan dua identifikasi pasien pada saat
melakukan tindakna keperawatan seperti: memberikan obat, darah atau produk darah,
mengambil smapel darah atau specimen yang lain yang perlu dilakukan pemeriksaan
klinis atau tindakan keperawatan yang lain.
2. Peningkatan Komunikasi yang efektif
Pelayanan keperawatan yang diberikan selama 24 jam dan terkait dengan unit kerja
lain, menuntuk penerapan pola komunikasi yang efektif antara satu petugas dengan
petigas lain. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya misskomunikasi antara
petugas yang dapat berdampak negative pada pasien dan keluarga. Berikut ini adalah
beberapa hal yang harus dilakukan dalma komunikasi yang efektif:
a. Dalam melakukan komunikasi pertelepon harus menggunakan tehnik SBAR
(Situation, Background, Assesment dan Recommendation).
b. Melakukan “read back “ terhadap instruksi yang diterima baik secara lesan maupun
pertelepon.
c. Singkatan dan symbol yang digunakan harus sesuai dnegan standar yang telah
ditetapkan oleh Unit Rekam medik.
d. Hand over dilakukan dengan 2 tehnik yaitu pada saat operan dengan petugas dan
dilakukan verifikasi kepada pasien saat tim perawat melakukan visitasi sebelum
pergantian perawat.
e. Hand over dilakukan berdasarkan dokumen rekam medic pasien, laporan harian dan
catatan visitasi dokter dan perawat.
3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai
a. Dalam pemberian obat kepada pasien harus mengacu pada prinsip tepat obat, tepat
dosis, tepat cara, tepat waktu dan tepat pasien.
b. Sebelum memberikan obat perawat mengecek apakah pasien ada riwayat alergi
obat atau tidak.
c. Perawat harus menjelaskan kepada pasien tentang tujuan dan kemungkinan efek
obat.
d. Setelah memberikan obat perawat harus mencatat atau mendokumentasikan sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan.
e. Setelah memberikan obat perawat harus melakukan pengecekan terhadap reaksi
obat, cek skin integrity terutama pada pemberian obat melalui innjeksi.
f. Untuk pengecekan pemberian obat parenteral dilakukan oleh 2 staf perawat.
g. Melakukan up date catatan atau dokumentasi keperawatan pemberian obat.
h. Perawat harus melakukan pendidikan kepada pasien dan keluarga untuk mengenali
setiap obat yang diberikan khususnya kegunaan, cara dan waktu yang tepat dalam
penggunaan obat.
i. Penyimpanan obat pasien harus dilakukan sesuai identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nama ruangan.
4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi
a. Setiap pasien yang melakukan tindakan operasi harus dilakukan cek list keselataman
pasien operasi (sign in, time out dan sign out).
b. Setiap pasien yang melakukan tindakan operasi harus dilakukan marking terlebih
dahulu pada lokasi yang akan dioperasi.
5. Pencegahan dan pengendalian infeksi
Untuk melakukan pencegahan dan pengendalian infeksi ada beberapa program yang
harus dilakukan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara lain:
a. Hand hygiene
Sesuai dengan program KKPRS, setiap perawat yang bekerja di lingkup pelayanan
keperawatan wajib melaksanakan 7 langkah cara cuci tangan yang benar. Dalam
melaksanakan cuci tangan mengacu pada “5 momment for hand hygiene” yang telah
ditetapkan oleh WHO.
b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan alat pelindung diri digunakan pada pelayanan yang berisiko terjadi
penulara penyakit. Setiap petugas yang melakukan tindakan invasive harus
menggunakan handscoen disposable. Pada kasus yang sudah diketahui infeksius
petugas wajib menggunakan double handscoen.
c. Penggunaan alat dan bahan habis pakai disposable.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, penggunaan obat dan bahan habis
pakai harus digunakan sekali pakai dan tidak dipergunakan pada pasien lain. Pasien
harus mendapat penjelasan bahwa prosedur tersebut berkaitan dengan keamanan
pasien.
d. Prinsip septik aseptik.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan perawat harus berpedoman terhadap
tehnik septik dan aseptik. Untuk tindakan yang memerlukan prosedur aseptik maka
seluruh peralatan, obat dan tehnik harus berpedoman pada sterilisasi. Perawat harus
benar-benar memastikan bahwa peralatan dan prosedur yang dilakukan telah
memenuhi persyaratan yang ditentukan.
e. Pengendalian lingkungan
Pengendalian lingkungan dilakukan dengan melakukan pembersihan secara berkala
lingkungan perawatan dengan menggunakan cairan desinfektan yang telah
ditetapkan. Perawatan isolasi dilakukan bilamana pasien telah diduga atau diketahui
terjangkit kasus infeksius. Perawatan isolasi dilakukan dengan cara memisahkan
ruang perawatan dan fasilitas yang digunakan oleh pasien infeksius.
f. Pengolaan sampah medis dan non medis
Pengelolaan sampah dibagi menjadi dua yaitu sampah medis dan non medis. Untuk
sampah medis dikelola sesuai pengelolaan sampah infeksius. Penanganan linen
yang telah digunakan oleh pasien dikelola sesuai prosedur pengelolaan linen
infeksius.
6. Pengurangan Resiko Pasien Jatuh.
Penilaian resiko pasien jatuh dilakukan pada:
a. Saat masuk rawat inap.
b. Saat terjadi perubahan kondisi pasien atau perubahan terapi.
c. Sesaat setelah terjadi kasus pasien jatuh.
Berikut ini adalah penilaian resiko pasien jatuh:
No Parameter Skala
1. Riwayat jatuh segera atau dalam waktu 3 bulan Tidak 0 Ya 25

2. Diagnosis sekunder (memiliki lebih dari satu Tidak 0 Ya 15


penyakit)
3. Peralatan Ambulansi
- Bed res/ bantuan perawat 0
- Kruk/ tongkat/ Walker 15
- Berpegangan pada benda-benda di sekitar 35
(kursi, lemari, meja):
4. Mendapat terapi intravena Tidak 0 Ya 20

5. Gaya berjalan/ cara berpindah :


- Normal/ bed rest/ immobile (tidak 0
dapat bergerak sendiri)
- Lemah(tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20
6. Status mental Orientasi Baik : 0
Keterbatasan daya ingat : 15
Dari skoring tersebut didapatkan level skor sebagai berikut :
 0 – 24 : Tidak ada resiko
 25 – 50 : Resiko jatuh rendah
 > 50 : Resiko jatuh tinggi.
Bila telah ditentukan skor penilaian maka harus dilakukan tindakan yang sesuai dengan
level skor penilaian risiko pasien jatuh sebagai berikut :
LEVEL RESIKO JATUH INTERVENSI
Tidak ada resiko jatuh Tidak ada tindakan khusus pencegahan pasien jatuh.
Resiko Jatuh Rendah Membebaskan Lingkungan dari hambatan.
Memastikan roda tempat tidur terkunci.
Mengorientasikan pasien & keluarga pada lingkungan
sekitar
Menyarankan pasien untuk menggunakan alat kaki yang
tidak
licin.

Resiko Jatuh Tinggi Memasang ID Band pasien resiko jatuh


Membebaskan Lingkungan dari hambatan.
Memastikan roda tempat tidur terkunci.
Menutup pagar tempat tidur.
Mengorientasikan pasien & keluarga pada lingkungan
sekitar dan penggunaan nurse call.

Mendampingi pasien saat di kamar mandi dan tidak


mengunci pintu kamar mandi.

Menempatkan pasien di dekat nurse station.


Melakukan penilaian ulang resiko jatuh setiap pergantian
shift.
Memasang fiksasi fisik atas persetujuan pasien.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam memberikan pelayanan keperawatan, setiap perawat harus memperhatikan


prosedur keselamatan kerja, antara lain:
1. Setiap perawat dalam melakukan tindakan keperawatan harus memahami dan bekerja
sesuai dengan standar prosedur operasional yang telah ditetapkan.
2. Setiap perawat yang bekerja di kemoterapi harus memakai alat pelindung diri yang
telah ditetapkan dalam standar operasional prosedur.
3. Dalam menangani kasus infeksius perawat harus menggunakan double handscoen.
4. Setiap peralatan benda tajam harus dibuang pada tempat sampah khusus benda tajam
yang memenuhi standar.
5. Setiap petugas yang terpapar bahan infeksius dan zat kimia berbahaya harus
melakukan general cek up minimal 1 tahun sekali.
6. Bila terjadi paparan resiko tindakan seperti, tertusuk benda tajam atau terkena
tumpahan zat kimia berbahaya harus dilaporkan dan dilakukan dokumentasi secara
tertulis oleh atasan langsung, kemudian dilaporkan kepada dokter untuk mendapat
perawatan secara efektif dan efisien.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Monitoring dan Evaluasi pencapaian indikator mutu di dokumentasikan dan


dilaporkan oleh kepala unit setiap 1 bulan sekali kepada ketua komite mutu pelayanan
rumah sakit. Dan setiap 3 bulan sekali akan dilakukan pembahasan terhadap data indikator
mutu oleh tim pengendali mutu untuk dilakukan analisis dan tindak lanjut untuk mencapai
indicator mutu yang lebih baik. Berikut ini adalah pedoman standar indikator mutu di setiap
unit kerja pelayanan keperawatan RSUD Prof. dr. H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng :
Indikator Mutu Unit Kemoterapi
No. Indikator Mutu Standar Pelayanan Minimal (SPM)
1. Kepuasan pasien ≥ 90%
2. Keterlambatan kedatangan dokter praktek 10 %
3. Kesalahan pemberian obat 0%
4. Extravasasi 5%
5. Kesalahan jadwal pasien 0%
6. Pemasangan infus >2x tusuk/ pasien 2%
7. Kejadian waktu tunggu pelayana > 1 jam ≤ 10%
8. Komplain internal dan external ≤5
9. Kejadian pasien jatuh 0
10 Ketepatan identifikasi pasien 100 %
11 Pemakaian alat pelindung diri 100 %
12. Jumlah kejadian tersusuk jarum 0
13. Keterampilan hand hyiene 100 %

Berikut profil indikator mutu unit kemoterapi :


1. Angka Kepuasan pasien
Judul Angka Kepuasan pasien
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Terselenggaranya pelayanan rawat jalan yang mampu memberikan
kepuasan pelanggan
Definisi Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap
Operasional pelayanan yang diberikan
Frekuensi 6 bulan
pengumpulan data
Periode analisa 6 bulan
Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien rawat jalan yang
disurvey
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang disurvey (minimal n = 50)
Sumber data Survey
Standar ≥ 90 %
Penanggung Kepala Unit Rawat Jalan /tim mutu /panitia mutu
jawab pengumpul
data

2. Angka Keterlambatan kedatangan dokter praktek


Judul Angka keterlambatan Kedatangan Dokter Praktek
Dimensi mutu Akses
Tujuan Tergambarnya ketepatan dokter mulai praktek
Definisi Kedatangan dokter dihitung setelah 15 menit dari jam praktek yang
Operasional telah ditentukan.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 1 bulan
Numerator Jumlah keterlambatan kedatangan dokter spesialis tertentu dalam 1
bulan
Denominator Jumlah seluruh hari pelayanan dokter spesialis tertentu dalam 1 bulan
Sumber data Laporan harian kunjungan pasien
Standar 10 %
Penanggung Kepala Unit Rawat Jalan
jawab
pengumpul
data

3. Angka kesalahan pemberian obat


Judul Angka Kejadian Kesalahan Pemberian Obat
Dimensi mutu Keselamatan dan kenyamanan
Tujuan Tergambarnya kejadian kesalahan dalam pemberian obat
Definisi Kesalahan pemberian obat meliputi :
Operasiona 1. Salah dalam memberikan jenis obat
l 2. Salah dalam memberikan dosis
3. Salah orang
4. Salah jumlah
5. Salah dokumentasi
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 3 bulan
Numerator Jumlah seluruh pasien rawat jalan mendapatkan obat yang salah
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang mendapatkan obat
Sumber data Survey
Standar 0%
Penanggung Kepala Unit Rawat Jalan
jawab
pengumpul data

4. Angka kejadian extravasasi


Judul Angka kejadian ekstravasasi
Dimensi mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya angka kejadian ekstravasasi
Definisi Keluarnya obat obat kemoterapi yang vesikan dan iritan ke jaringan
Operasional
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 1 bulan
Numerator Jumlah pasien kemoterapi rawat jalan yang mengalami ekstravasasi
dalam 1 bulan
Denominator Jumlah pasien kemoterapi rawat jalan dalam 1 bulan
Sumber data Laporan harian kemoterapi rawat jalan
Standar 5%
PenanggungjawabKepala Unit Kemoterapi
pengumpul data
5. Angka kesalahan jadwal kemoterapi
Judul Angka kesalahan jadwal kemoterapi
Dimensi mutu Keselamatan pasien
Tujuan Tergambarnya angka kejadian kesalahan penjadwalan pasien yang
akan melakukan kemoterapi
Definisi Terjadinya kesalahan penjadwalan kemoterapi yang tidak sesuai
Operasional dengan jadwal siklus yang direncanakan
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 1 bulan
Numerator Jumlah seluruh pasien yang dijadwalkan kemoterapi daycare
Denominator Jumlah pasien yang mengalami salah penjadwalan kemoterapi
Sumber data Laporan harian kemoterapi
Standar 0%
Penanggung Kepala unit Kemoterapi
jawab
pengumpul data

6. Angka pemasangan infuse >2x tusuk/ pasien


Judul Angka kejadian pemasangan infus >2x tusuk/pasien

Dimensi mutu Kenyamanan


Tujuan Tergambarnya kejadian pemasangan infuse lebih dari 2 kali
Definisi Pemasangan infus dilakukan lebih dari 2 kali pada 1 pasien yang
Operasional akan menjalani kemoterapi daycare baik yang dilakukan oleh
perawat yang sama atau perawat yang berbeda. Beberapa
kemungkinan penyebab antara lain: vena kecil,pemberian
kemoterapi yang berulang sehingga tingkat kesulitan tinggi,atau skill
perawat yang
kurang.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 1 bulan
Numerator Jumlah pasien kemoterapi daycare yang dipasang infuse lebih dari 2
kali dalam 1 bulan
Denominator Jumlah pasien kemoterapi rawat jalan dalam 1 bulan
Sumber data Laporan harian kemoterapi rawat jalan
Standar 2%
Penanggung Kepala Unit Kemoterapi
jawab
pengumpul
data
7. Angka kejadian waktu tunggu pelayanan > 1 jam
Judul Angka kejadian waktu tunggu pelayanan > 1 jam
Dimensi mutu Akses pelayanan
Tujuan Tersedianya pelayanan rawat jalan spesialistik pada hari kerja di
setiap rumah sakit yang mudah dan cepat diakses oleh pasien
Definisi Waktu tunggu pelayanan yang diperlukan mulai pasien mendaftar
Operasional sampai dilayani oleh dokter spesialis yang melebihi waktu standar
pelayanan yaitu > 1 jam
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu pasien rawat jalan yang menunggu
pelayanan >1 jam
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang disurvey
Sumber data Survey pasien rawat jalan
Standar ≤ 10%
Penanggung Kepala Unit Rawat Jalan
jawab
pengumpul data

8. Angka kejadian komplain internal dan external


Judul Angka kejadian komplain internal dan external
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya aspirasi pelanggan berupa kritikan atau komplain
terhadap pelayanan Unit Kemoterapi
Definisi Komplain pelanggan yang disampaikan kepada petugas terhadap
Operasional pelayanan, fasilitas maupun petugas di Unit Kemoterapi
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 1 bulan
Numerator Jumlah komplain yang diterima baik secara lisan atau tertulis
Denominator -
Sumber data Laporan lisan atau tertulis (kotak saran)
Standar 5
Penanggung Kepala Unit Kemoterapi
jawab
pengumpul data

9. Angka kejadian pasien jatuh


Judul Angka kejadian pasien jatuh
Dimensi mutu Keselamatan pasien
Tujuan Tergambarnya jumlah pasien jatuh dalam proses pelayanan medis
maupun non
medis
Definisi Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
Operasional mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring/terduduk di lantai/tempat yang lebih rendah
dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 3 bulan
Numerator Kejadian pasien jatuh selama proses pelayanan di RS Onkologi
Surabaya
Denominator -
Sumber data Laporan kejadian insiden keselamatan pasien (Kejadian Tidak
Diharapkan) pasien jatuh
Standar 0
Penanggung Kepala Unit
jawab
pengumpul data

10. Angka kejadian identifikasi pasien yang tepat dan benar


Judul Identifikasi pasien yang tepat dan benar
Dimensi mutu Keselamatan pasien
Tujuan Tergambarnya ketepatan dan kebenaran proses identifikasi pasien
Definisi Identifikasi pasien adalah melakukan identifikasi jati diri pasien
Operasional secara tepat dan benar melalui dua penanda identitas (nama dan
tanggal lahir pasien) sebelum pasien masuk ruang konsultasi/kamar
periksa; pemberian obat, darah, atau produk darah; sebelum
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
laboratorium klinis; dan sebelum tindakan/prosedur
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 3 bulan
Numerator Jumlah kejadian kesalahan identifikasi pasien, n=30
Denominator Jumlah tindakan pelayanan medis pada unit tersebut
Sumber data Survey
Standar 100%
Penanggung Kepala Unit
jawab
pengumpul
data
11. Angka pemakaian alat pelindung diri
Judul Angka pemakaian alat pelindung diri
Dimensi mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya angka kejadian kepatuhan petugas dalam memakai
alat pelindung diri selama pemberian pelayanan kepada pasien
Definisi Angka kejadian petugas yang patuh dalam memakai alat pelindung
Operasional diri secara lengkap sesuai standar alat pelindung diri yang disarankan
di unit kerja kemoterapi
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 1 bulan
Numerator Jumlah petugas yang memakai alat pelindung diri lengkap
Denominator Jumlah seluruh petugas di unit kemoterapi
Sumber data Laporan harian unit kemoterapi
Standar 100%
Penanggun Kepala Unit Kemoterapi
g jawab
pengumpul data

12. Angka kejadian tertusuk jatum


Judul Angka kejadian tertusuk jatum
Dimensi mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya angka kejadian petugas tertusuk jarum
Definisi Kejadian tertusuk jarum pada petugas maupun pasien yang
Operasional bukan merupakan bagian dari pengobatan, baik oleh jarum baru
maupun
jarum bekas.
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 1 bulan
Numerator Jumlah petugas maupun pasien yang tertusuk jarum di area
pelayanan
unit kemoterapi.
Denominator -
Sumber data Laporan harian unit kemoterapi
Standar 0
Penanggung Kepala unit kemoterapi
jawab
pengumpul data

13. Angka ketrampilan hand hygiene


Judul Angka ketrampilan hand hygiene
Dimensi mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya ketrampilan petugas dalam melakukan hand hygiene
Definisi Kemampuan petugas dalam mempraktekkan tahap-tahap dalam
Operasional melakukan hand wash dan hand rub
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisa 1 bulan
Numerator Jumlah petugas yang dapat mempraktekkan hand hygiene dengan
benar
Denominator Jumlah seluruh petugas di unit kemoterapi
Sumber data laporan survey dna observasi
Standar 100%
Penanggung Kepala Unit Kemoterapi
jawab
pengumpul data

BAB IX
PENUTUP
Dampak pemberian obat kemoterapi yang sangat kompleks membutuhkan
pengelolaan yang baik. Agar pelayanan kemoterapi dapat berjalan dengan baik diperlukan
kerjasama dan partisipasi aktif dari petugas, pasien dan keluarga. Selain itu juga diperlukan
petugas dengan spesifikasi khusus baik pengetahuan dan ketrampilan khusus dibidang
kemoterapi. Pelatihan yang berkelanjutan serta pengalaman dalam memberikan pelayanan
keperawatan akan memberikan kontribusi positif dalam peningkatan mutu pelayanan
keperawatan khususnya dibidang kemoterapi.
Semoga panduan ini dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan kemoterapi yang
optimal.

Ditetapkan di : Bantaeng
Pada tanggal : Februari 2021

DIREKTUR,

Dr. H. Sultan, M.Kes


Pangkat : Pembina
NIP : 19710206 200312 1 011

PEDOMAN
PELAYANAN KEMOTERAPI
RSUD PROF. Dr.H.M. ANWAR MAKKATUTU
KABUPATEN BANTAENG

Anda mungkin juga menyukai