PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah salah satu masalah kesehatan dengan insiden yang masih tinggi
di dunia, begitu juga di Indonesia. Selain insiden kasus yang tinggi, dampak yang
ditimbulkan juga sangat kompleks, tidak saja dampak fisik dan psikologis tetapi juga
sosial ekonomi. Secara fisik pasien akan mengalami perubahan terkait proses
diagnosis penyakitnya. Secara psikologis diagnosa kanker merupakan berita
menyedihkan bagi pasien dan keluarga.Munculnya masalah psikologi disebabkan
antara lain karena prosedur pengobatan yang menyakitkan dan harus dijalani dalam
waktu yang lama, juga prosedur pengobatan yang dianggap seringkali memberi
dampak fisik dan ketidakpastian terhadap hasil pengobatan. Selain itu prosedur
diagnosis dan pengobatan kanker juga membutuhkan biaya yang tinggi sehingga akan
menyebabkan perubahan tatanana sosial ekonomi dalam keluarga pasien.
Kompleksnya masalah dalam pengobatan penyakit kanker menyebabkan perlu
adanya suatu pedoman pengelolaan yang tepat, baik dalam segi fisik maupun
psikologis. Selain pengelolaan medis, pemberian asuhan keperawatan juga harus
dilakukan sejak awal pasien didiagnosis mengidap kanker.
Tim perawatan pasien kanker di RSUD Prof. dr. H.M. Anwar Makkatutu
Bantaeng terdiri dari para staf medis, paramedis, penunjang medis dan administrasi,
yang semuanya bekerjasama dalam satu bahasa dan satu tujuan sesuai dengan visi
misi RSUD Prof. dr. H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng. RSUD Prof. dr. H.M. Anwar
Makkatutu Bantaeng merawat pasien sebagai bagian dari tim, sehingga penentuan
tindakan baik untuk diagnosis maupun terapi dapat diterima oleh pasien dan
keluarganya sebagai keputusan terbaik yang telah di sepakati bersama.
B. Tujuan
Sebagai pedoman dan acuan dalam melaksanakan proses kemoterapi.
Sehingga tidak ada perbedaan antara petugas yang terkait dalam melaksanakan
proses kemoterapi.
Paliatif kemoterapi
Kemoterapi pada keganasan organ di luar payudara.
Keganasan organ diluar payudara meliputi: kanker paru, kanker colon
rectal, sarcoma, kasus keganasan pada kandungan seperti kanker rahim,
dan kanker servik.
Kemoterapi pada keganasan non organ (darah/ kelenjar getah bening).
Keganasan non organ meliputi keganasan kelenjar getah bening yang
disebut dengan lymphoma, dan keganasan sel darah putih atau merah.
b. Konsultasi via telepon
Pelayanan konsultasi via telepon adalah pelayanan dimana pasien dapat
berkonsultasi melalui telepon terkait persiapan kemoterapi, kondisi dan
keluhan akibat kemoterapi yang disampaikan kepada perawat yang
bertugas di pelayanan kemoterapi. Konsultasi via telepon dapat dilakukan
selama 24 jam.
c. Penjadwalan Kemoterapi
Penjadwalan kemoterapi dapat dilakukan secara langsung maupun via
telepon. Penjadwalan diterima oleh perawat yang bertugas di pelayanan
kemoterapi. Seluruh penjadwalan pasien yang akan dilakukan kemoterapi
dilakukan terpusat di unit pelayanan kemoterapi.
2. Tempat Pelayanan
Pelayanan kemoterapi yang diberikan di RSUD Prof. dr. H.M. Anwar
Makkatutu Bantaeng melalui dua cara yaitu oral dan intravena. Tempat
pemberian kemoterapi dilakukan di dua tempat yaitu Day Care dan Rawat
Inap. Kemoterapi daycare adalah kemoterapi yang diberikan tanpa perlu
menginap, dan pasien bisa langsung pulang. Kemoterapi Rawat Inap adalah
kemoterapi yang diberikan dimana pasien memerlukan waktu pelayanan
lebih dari 24 jam. Berikut ini adalah kriteria penempatan pasien kemoterapi:
a. Kemoterapi daycare
Kemoterapi yang memerlukan waktu pelaksanaan < 24 jam
b. Kemoterapi Rawat Inap
- Kemoterapi yang memerlukan waktu pelaksanaan > 24 jam
- Kemoterapi yang ditanggung oleh asuransi atau perusahaan yang mensyaratkan
pasien harus menginap di Rumah sakit.
c. Jadwal Pelayanan
Jadwal Pelayanan poli hematologi
Senin - Kamis : 08.00 – 13.30
Jumat : 08.00 – 11.30
Sabtu : 08.00 – 12.30
Jadwal Pelayanan Kemoterapi daycare
Pelayanan kemoterapi daycare dilaksanakan setiap hari senin – sabtu,
dengan jadwal sebagai berikut: Senin – Kamis : 08.00 – 13.30, Jumat :
08.00 – 11.30, Sabtu : 08.00 – 12.30
Jadwal pelayanan kemoterapi rawat inap
Pelayanan kemoterapi rawat inap dilaksanakan selama 24 jam dalam
satu minggu.
D. Batasan Operasional
1. Kemoterapi adalah pemberian obat obatan sitostatika dalam tubuh manusia
yang berguna untuk menghambat pertumbuhan sel kanker.
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
B. Distribusi Ketenagaan
No. Distribusi Tenaga Jumlah
1. Poli Hematologi 1
2. Ruang Kemoterapi 3
C. Pengaturan Jaga
No. Area Kerja Jam Kerja Jumlah petugas
1. Poli Hematologi 12.00 – 21.00 1
2. Ruang Kemoterapi 08.00 – 14.00 3
BAB II
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
2. Ruang Kemoterapi
No. Nama Alat/ Fasilitas Kebutuhan
Peralatan Medis
1 Tensimeter 2/ ruangan
2 Stetoskop 2/ ruangan
3 Bengkok 1/ pasien
4 Bak kassa sedang 2/ ruangan
5 Bak injeksi 1/ pasien
6 Korentang 2/ ruangan
7 Tempat korentang 2/ ruangan
8 Timbangan 1/ ruangan
9 Standart Infus 1/pasien
10 Cucing 2/ ruangan
11 Trolley mobile 2/ ruangan
12 Gunting AJ 4/ ruangan
13 4/ ruangan
pinset anatomis
14 Tongue spatel 2/ ruangan
15 Pinset chirurgie 2/ ruangan
16 Tromol kasa kecil 1/ ruangan
17 Termometer axilla 1/ pasien
18 Termometer anal 1/ pasien
19 Gunting verband 2/ ruangan
20 Set HB sahli 1/ ruangan
21 Alat cek gula darah digital 1/ ruangan
22 Kursi roda 1/ ruangan
23 Tabung oksigen kecil 2/ ruangan
24 Tabung oksigen besar 2/ ruangan
25 Pispot 2/ ruangan
26 Urinal 2/ ruangan
27 Ambu bag 1/ ruangan
28 Ice bag 1/ ruangan
29 Emergency kit 1/ ruangan
30 Lampu Emergency 2/ ruangan
31 Infuse pump 4/ ruangan
32 Viewer 1/ ruangan
Peralatan Non Medis
1 Senter 1/ ruangan
2 Nurse call 1/ pasien
3 Telepon wireless 1/ ruangan
7 Komputer 1/ ruangan
8 Printer 1/ ruangan
9 Jam weker 1/ ruangan
10 ID Band 1/ ruangan
11 Bedssite cabinet 1/ pasien
12 Kursi pasien 1/ pasien
13 Tempat ATK 1/ ruangan
14 Tempat sampah medis 1/ ruangan
15 Tempat sampah non medis 1/ ruangan
16 Tempat brosur 1/ ruangan
17 Tempat majalah RSOS 1/ ruangan
18 Kalender meja 1/ ruangan
19 Tempat linen kotor 1/ ruangan
21 Tabung pemadam api 1/ ruangan
22 Nampan besar 2/ ruangan
23 Rak sepatu 1/ ruangan
24 Gunting kertas 1/ ruangan
25 Almari linen 1/ ruangan
26 Almari BHP 1/ ruangan
27 Tempat DRM 1/ ruangan
28 Bed pasien 1/ pasien
29 Timbangan BB/Tinggi 1/ ruangan
30 Kursi mini counter 4/ ruangan
31 Telepon wireless emergency 1/ ruangan
32 Audio (headset) 1/ pasien
33 Almari es 1/ ruangan
34 Kamera 1/ ruangan
35 Kursi mobile 2/ ruangan
36 TV pasien 2/ ruangan
37 Ukuran tinggi badan 2/ ruangan
38 Sofa kemo daycare 1/ pasien
BAB IV
1. Pre Kemoterapi
Pada tahap pre kemoterapi atau dapat juga disebut pre klinis, dimana pasien yang
akan menjalani kemoterapi harus melakukan konsultasi dengan dokter
penanggungjawab kemoterapi. Konsultasi pre kemoterapi bertujuan untuk
mendapatkan informasi tentang manfaat dan proesdur kemoterapi. Selain itu juga
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang tepat terhadap kondisi pasien sebelum
menjalani kemoterapi. Berikut ini adalah tahap-tahap yang dilakukan pada pre
kemoterapi:
2. Pemeriksaan fisik
Sebelum dilakukan kemoterapi setiap pasien harus bertemu dengan DPJP yang akan
memberikan kemoterapi untuk dilakukan pemeriksaan fisik. Berikut ini adalah
pemeriksaan fisik yang dilakukan:
a. Cek tanda vital (Tensi, suhu, nadi)
Untuk melihat kondisi umum pasien baik secara fisik maupun psikis. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui apakah pasien siap untuk dilakukan kemoterapi.
b. Riwayat penyakit pasien (Hipertensi, jantung, DM, Alergi dll) Informasi tentang
riwayat penyakit perlu di ketahui dan terkontrol. Hal ini dilakukan karena riwayat
penyakit yang tidak terkontrol dapat memperberat efeksamping yang akan dialami
oleh pasien.
c. Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk menghitung BSA (Body Surface
Area). BSA dilakukan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan dosis
regimen obat kemoterapi.
3. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mendukung informasi performa
pasien dalam rangka persiapan penentuan jenis regimen obat kemoterapi. Berikut ini
adalah hasil pemeriksaan penunjang yang diperlukan:
a. Hasil Patologi Anatomi
Informasi jenis sel dan stadium kanker diperlukan sebagai pertimbangan dalam
penentuan regimen obat kemoterapi yang akan diberikan kepada pasien.
b. Hasil Imunohistochemistry
Immunohisto chemistry diperlukan untuk menentukan obat immuno terapi dan
hormonal terapi.
c. Foto thorax
Foto thorax diperlukan untuk mengetahui kondisi kesehatan thorax dan paru.
Informasi tersebut diperlukan untuk menunjang penentuan pemberian obat
kemoterapi.
d. ECG
ECG diperlukan untuk mengetahui kesehatan jantung pasien, informasi tersebut
diperlukan untuk menunjang penentuan regimen obat kemoterapi.
e. Echocardiography
Pemeriksaan echocardiography diperlukan untuk pasien lanjut usia, pasien
dengan commorbid tertentu, dan pasien dengan regimen tertentu.
f. Hasil laboratorium darah
DL, RFT, LFT, dan tumor marker. Tumor marker biasanya dilakukan sebagai
evaluasi respon khususnya pada kasus neoadjuvant.
4. Pemberian informasi
Pemberian informasi meliputi penjelasan tujuan, cara pemberian obat kemoterapi,
lama dan siklus pemberian obat kemoterapi, biaya kemoterapi dan efek camping obat
kemoterapi.
a. Tujuan Pemberian kemoterapi
Pemberian kemoterapi pada umumnya merupakan salah satu pengobatan dalam
cáncer. Selain sebagai pengobatan, kemoterapi juga bertujuan untuk mengontrol
cell cáncer dan meringankan gejala yang muncul akibat cáncer. Pemberian
kemoterapi diharapkan dapat :
1. Mengecilkan tumor sebelum pembedahan atau terapi radiasi, disebut sebagai
neo adjuvant chemotherapy.
2. Merusak sel-sel cáncer setelah dilakukan pembedahan atau terapi radiasi,
disebut sebagai adjuvant chemotherapy.
3. Membantu terapi radiasi dan biological bekerja lebih baik.
4. Merusak sel-sel cáncer yang muncul kembali (reccurent cáncer) atau sel- sel
cáncer yang menyebar pada bagian tubuh yang lain yang disebut metastase
cáncer.
b. Cara pemberian obat kemoterapi.
Secara umum kemoterapi dapat diberikan melalui oral, intravena, subcutan,
topical, intra arterial, intracavity (intra peritonial dan ommaya) dan intra tekal. Akan
tetapi yang paling sering dilakukan di RS Onkologi adalah kemoterapi melalui oral
dan intravena.
► Pemberian kemoterapi secara oral
Pada pemberian kemoterapi oral yang harus diperhatikan adalah tepat pasien,
tepat obat, tepat dosis, tepat waktu dan tepat dokumentasi. Mengingat bahwa
proses kemoterapi oral dapat dilakukan di rumah, maka kepatuhan pasien dan
keluarga dalam menjalani proses kemoterapi menjadi kunci keberhasilan
pengobatan.
► Intravena
Pemberian kemoterapi intravena dapat dilakukan melalui pembuluh perifer
atau vena sentral. Vena sentral dilakukan dengan mempertimbangkan
pembuluh vena kecil, fragille, dan atau frekuensi pemberian kemoterapi.
Pemberian kemoterapi melalui vena sentral membutuhkan pemasangan AV
Port atau double lumen catheter. Pasien yang membutuhkan pemasangan
alat vena sentral akan dikirim pada dokter bedah untuk pemasangannya.
Cara memasukkan obat kemoterapi intravena sebelum obat kemoterapi
dimasukkan terlebih dahulu akan diberikan obat premedikasi yang terdiri dari:
obat anti alergi dan anti mual. Setelah premedikasi kemudian dimasukkan
obat kemoterapi satu persatu dan diberikan spool cairan Nacl 0,9.
c. Lama dan siklus pemberian obat kemoterapi
Lama pemberian obat kemoterapi tergantung jenis regimen yang diberikan. Untuk
pemberian obat kemoterapi infus 2 – 5 jam dapat dilakukan secara one daycare,
sedangkan jenis regimen yang diberikan lebih dari 24 jam dilakukan di Rawat Inap.
Secara umum pemberian dapat dilakukan mingguan dengan perhitungan siklus 1a
- 1b atau dengan siklus 3 mingguan atau tergantung advis dokter. Siklus
pemberian kemoterapi sangat tergantung pada :
1) Tipe dan stadium dari cancer
2) Tujuan pemberian kemoterapi, yaitu sebagai pengobatan, mengontrol sel
cancer atau untuk meringatkan gejala yang muncul akibat cancer.
3) Tipe dari regimen obat kemoterapi yang adiberikan.
4) Reaksi tubuh dalam merespon obat kemoterapi.
d. Penjelasan biaya obat kemoterapi.
Biaya kemoterapi sangat bervariasi tergantung jenis regimen yang akan diberikan.
Mengingat bahwa biaya kemoterapi cukup mahal, maka pasien harus
mendapatkan informasi yang jelas tentang perkiraan rincian biaya yang harus
disediakan oleh pasien. Hal ini penting karena factor biaya akan mempengaruhi
kontinuitas pengobatan. Berikut ini adalah tata cara penjelasan biaya kepada
pasien :
1) Setelah pasien mendapatkan penjelasan dari dokter tentang regimen
kemoterapi, regimen dan dosis obat kemoterapi dicatat di resep dan kartu
kemoterapi.
2) Kartu yang telah diisi diparaf oleh DPJP, kemudian diserahkan kepada
petugas kasir.
3) Petugas kasir menuliskan estimasi biaya pada masing-masing obat yang
tercantum di kartu.
4) Kartu yang telah diisi oleh petugas kasir diserahkan kepada perawat untuk
dijelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai estimasi biaya kemoterapi.
5) Setelah pasien dan keluarga memahami penjelasan biaya, resep dan kartu
kemoterapi disimpan dalam dokumen Rekam Medik pasien.
e. Efek samping Kemoterapi
Pasien yang menjalani kemoterapi mungkin akan mengalami beberapa jenis efek
samping kemoterapi tergantung dari jenis dan dosis regimen obat kemoterapi yang
diberikan, juga reaksi tubuh terhadap obat kemoterapi tersebut.
Beberapa efek samping kemoterapi muncul pada waktu yang berbeda,
berdasarkan waktu efek samping kemoterapi dibagi menjadi 4 kelompok yaitu
sebagai berikut:
1) Immediate side effect terjadi 24 jam pertama post kemoterapi: mual muntah.
2) Early side effect dapat terjadi pada hitungan hari atau minggu: leucopenia,
stomatitis, skin change, alopecia.
3) Delayed side effect dapat terjadi dalam minggu atau bulan: neuropathy
perifer, nefropathy.
4) Late side effect dapat terjadi dalam bulan sampai tahun : keganasan
sekunder.
Berikut ini adalah beberapa jenis efek samping kemoterapi yang mungkin dapat
terjadi:
1) Bone Marrow Suppression
Bone marrow suppression adalah efek samping kemoterapi yang paling sering
terjadi. seluruh sel hematopoietic membelah diri dengan cepat dan rentan
terhadap kemoterapi. Titik nadir dari blood count berkisar pada 7 – 14 hari
post kemoterapi, dan membutuhkan waktu 1-2 minggu untuk recover. Sangat
penting untuk melakukan tes laboratorium darah sebelum kemoterapi untuk
mengetahui sel darah telah recover sebelum kemoterapi dilakukan. Risk factor
pada bone marrow suppression antara lain :
1. Sel tumor pada bone marrow
2. Sebelumnya mendapatkan treatment dengan kemoterapi atau radiasi.
3. Status nutrisi yang buruk.
Thrombocytopenia atau penurunan platelet akan berisiko terjadi pendarahan,
karena platelet berfungsi untuk mencegah terjadinya perdarahan pada saat
terjadi injury. Umur platelet adalah 7 – 10 hari. Thrombocytopenia biasanya
terjadi pada hari ke 8 sampai hari ke 14. Manifestasi dari thrombocytopenia
antara lain:
1. Mudah terjadi memar.
2. Perdarahan pada gusi, hidung atau dari lubang yang lain.
3. Adanya petechiae pada ekstrimitas atau bagian yang tertekan.
Anemia. Sel darah merah memiliki rentang hidup selama 120 hari. Manifestasi
dari anemia antara lain: hipotensi, nyeri kepala, irritability, fatique, tachycardia,
tachypnea. Indikasi tranfusi bila kadar hemoglobin dibawah 8g/dl, pasien
dengan bleeding atau adanya gejala sesak nafas (short breath).
Neutropenia. Granulocytes memiliki rentang hidup 6 – 8 jam, dan akan
terbentuk kembali pada 8 – 12 hari setelah kemoterapi. Kemoterapi seringkali
tidak dilakukan bila leukosit dibawah 3000/mm³ atau Absolute Neutrophil
Count (ANC) dibawah 1500/mm³. Risiko infeksi meningkat bila titik nadir lebih
dari 7 – 10 hari.
2) Fatique
Fatique adalah efek samping yang umum dirasakan oleh pasien kemoterapi.
Fatique dirasakan sebagai kelelahan yang sangat, atau kehilangan energy
dan tidak hilang walaupun telah istirahat atau tidur. Banyak factor yang
mempengaruhi terjadinya factor. Beberapa factor yang mungkin dikaitkan
antara lain kemoterapi, pembedahan, radiasi, anemia, nyeri, infeksi, pengaruh
obat-obatan, kurang tidur atau kelebihan tidur, perubahan aktivitas, emotional
distress, dan asupan nutrisi.
Pada pasien kanker ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya
fatique antara:
Disease related factors
Sebagian besar dilaporkan bahwa fatique merupakan salah satu gejala
yang dirasakan oleh pasien kanker. Fatique seringkali menyertai
sebagian besar penyakit keganasan tergantung pada stadium dan
lamanya penyakit. Fatique seringkali dikaitkan dengan electrolyte
imbalance, dehidrasi, nyeri dan gejala yang lain.
Treatment related factors
Pasien dengan kemoterapi seringkali merasakan fatique sebagai dampak
efek smaping dari obat-obat kemoterapi. Secara umum pasien yang
menjalani kemoterapi akan merasakan fatique selama 3 -4 hari, dan hal
ini dapat terjadi disetiap siklus.
Fatique merupakan gejala umum yang dirasakan oleh pasien yang
mendapatkan pengobatan immunotherapy seperti interferon, interleukin-
2, thalidomide, monoclonal antibodies (Itano, Taoka, 2005).
Fatique terjadi pada hampir 100% pasien yang menjalani terapi radiasi.
Akumulasi selama pengobatan dengan onset sekitar 2 minggu dan
mencapai puncaknya 6 minggu.
Gangguan pada fungsi cardiovascular, status nutrisi dan neuromuscular
function berkontribusi terhadap terjadinya fatique pada post operasi.
Lifestyle related factors
Psikososial problem merupakan salah satu hal yang dirasakan sebagian
besar pasien yang terdiagnosis kanker. Keterbatasan aktivitas, financial
problem seringkali berdampak pada munculnya stress, anxiety, depresi,
insomnia, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap terjadinya fatique
(Redeker et al., 2000).
3) Gastrointestinal
a. Nausea/ vomiting
Nausea adalah perasaan tidak enak pada lambung yang mengarah pada
pengeluaran isi lambung melalui mulut. Sedangkan vomiting adalah
keluarnya isi lambung melalui mulut. Beberapa factor seperti iritasi atau
obstruksi gastrointestinal, sepsis, psikologi, penggunaan obat-obat tertentu
serta peningkatan tekanan intracranial dapat menyebabkan nausea
vomiting. Nausea terjadi karena chemoreceptor trigger zone (CTZ)
mendeteksi adanya obat atau substansi lain dipembuluh darah dan
susunan saraf pusat perespon Vomiting Center (VC) sehingga muncul
keluhan nausea. Kerusakan pada GI mukosa akibat obat kemoterapi
menyebabkan enterochromaffin sel di dalam GI tract melepaskan serotonin
yang mengaktivasi 5HT3 reseptor pada vagus nerve yang mengimpuls
area medulla yang menyebabkan vomiting.
Vomiting dapat dibagi menjadi :
- Mild : 1-2 kali/ hari
- Moderate : 3-9 kali/ hari
- Severe : lebih dari 10 kali/ hari.
Nausea vomiting dapat terjadi secara acute yaitu terjadi 1-2 jam setelah
pengobatan, atau delayed yaitu terjadi 24 jam setelah pengobatan.
Delayed nausea dan vomiting dapat dikurangi melalui manajemen acute
emesis prevented.
Bila nausea vomiting tidak ditangani dengan baik akan berpengaruh pada
ketidak seimbangan elektrolit, anorexia, aspirasu, menurunkan kepatuhan
terhadap rencana pengobatan serta penurunan quality of life (Hesketh,
2000).
b. Diarrhe
Diarrhe adalah peningkatan jumlah, frekuensi atau cairandari nilai normal
pada eliminasi bowel, seringkali disertai dorongan untuk buang air besar
secara tiba-tiba, rasa kembung , kram abdominal dan nyeri.
Diarrhe dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain yang berhubungan
dengan penyakit adalah obstruksi system bowel, adanya bakteri atau virus,
adanya laregi terhadap makanan tertentu. Stress dan kecemasan dapat
meningkatkan risiko diarrhea. Pada pengobatan kemoterapi memberikan
dampak pada meningkatnya kerusakan sel mukosa lumen usus dan
meningkatkan motilitas usus sehingga menyebabkan diarrhea.
Bila tidak ditangani dengan baik diarrhea dapat menyebabkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, gangguan integritas kulit, penurunan sosial
interaction dan fatique (yasko, 2002).
c. Constipation
Konstipasi adalah suatu kondisi pengosongan rectal yang frekuensinya
jarang, dengan konsistensi feces yang keras dan kering. Beberapa factor
penyebab konstipasi antara laian pemberaian narkotik analgesic,
penurunan aktifitas, low fiber diet, penurunan konsumsi cairan.
Beberapa jenis obat kemoterapi seperti vincristine atau vinblastine
menyebabkan penurunan funsgi saraf otonom bahkan mungkin saraf
peripherial yang menyebabkan motilitas menurun.
Penanganan konstipasi yang tidak adekuat dapat menyebabkan fecal
impaction, paralytic ileus, intestinal obstruction dan ketergantungan pada
laxative (yasko, 2002).
d. Stomatitis
Mukositis adalah suatu rekasi biologi sebagai respon dari gastrointestinal
mukosa terhadap serangan fisik maupun kimia yang dapat terjadai
diseluruh permukaan GI tract mulai dari mulut sampai rectum. Mucosal
tissue injury pada GI tract dapat berupa perubahan fungsi, menipis,
eritema, bleeding, eksudat, inflamasi, pengelupasan jaringan, nekrosis dan
ulserasi.
Stomatitis adalah inflamasi dan ulserasi pada mukosa mulut. Esophagitis
adalah mucositis pada esopaghus. Gastroenteritis adalah mukosistis pada
intestinal.
4) Taste
Pasien yang menjalani kemoterapi rentan terhadap gangguan rasa.
Gangguan tersebut dapat berwujud gangguan actual maupun gangguan
persepsi terhadap perubahan rasa. Beberapa obat kemoterapi dapat secara
langsung mempengaruhi sel-sel indera perasa. Perubahan tersebut sangat
luas dan sangat individual. Obat kemoterapi yang sering diasosiasikan
dengan gangguan indera perasa antara lain cyclophosphamid, dacarbazine,
doxorubicin, 5-FU, methrotrexate, nitrogen mustard, cisplatin dan vincristine.
Beberapa obat seperti doxorubicin dan metrotrexate dapat memberikan
gangguan secara akut. Bahkan pada pemberian cyclophosphamide dan
vincristine gangguan indera perasa dapat dirasakan pada saat obat
dimasukkan.
Gangguan indera perasa akibat kemoterapi dapat diperparah oleh oral
hygiene yang buruk, infeksi pada oral cavity, gigi atau bau mulut yang tidak
sedap.
Beberapa pasien seringkali tidak menyampaikan secara spontan terhadap
adanya gangguan indera perasa, beberapa pasien seringkali menyampaikan
adanya penurunan nafsu makan atau penurunan berat badan. Edukasi
kepada pasien untuk mengoptimalkan asupan nutrisi diperlukan sebagai
bagian dari asuhan keperawatan.
5) Dermatology
Beberapa jenis kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada fast growing
cells seperti pada kulit, kuku dan membrane mucosa. Sebagian besar dari
kerusakan tersebut akan membaik setelah kemoterapi selesai diberikan.
Beberapa gangguan kulit dan kuku antara lain hiperpigmentasi, hipersensistif,
erytema, dan pruritis.
Beberapa obat menstimulasi melanocyte untuk meningkatkan produksi
melanin sehingga menyebabkan hiperpigmentasi. Doxorubicin, busulfan,
cyclophosphamide, 5-FU, dan etoposide sering diasosiasikan dengan
munculnya hiperpigmentasi. Pruritis muncul sebagai bentuk gejala alergi
dermatitis sebagai akibat dari efeksamping obat kemoterapi. Sebagian besar
perubahan pada kulit dan kuku akan berhenti dan kembali normal setelah
kemoterapi selesai dengan diikuti pemberian antihistamin terapi. Asuhan
keperawatan yang focus pada perawatan kulit dan kenyamanan diharapkan
dapat membantu pasien mengatasi masalah efek samping kemoterapi pada
kulit dan kuku.
6) Alopecia
Beberapa jenis obat kemoterapi memberikan efek samping pada kerusakan
pada sel-sel pertumbuhan rambut sehingga menyebabkan kerontokan pada
rambut. Kerontokan rambut dapat terjadi pada rambut kepala, rambut pada
kulit atau rambut pada pubis. Kerontokan rambut biasanya terjadi antara 2
sampai 3 minggu setelah kemoterapi diberikan. Beberapa akan merasakan
sakit pada kulit kepala sebelum rambut kemudian rontok. Sebagian besar
rambut akan tumbuh kembali pada 2 – 3 bulan setelah kemoterapi selesai.
Dalam buku Chemotherapy and You, National Cancer Institute, 2007
menyebutkan bahwa rambut yang tumbuh setelah kemoterapi selesai, jenis
dan warna rambut akan terlihat dan terasa berbeda dengan rambut sebelum
kemoterapi
Berikut ini adalah panduan pengelolaan terhadap efek samping kemoterapi yang
mungkin timbul dan dirasakan oleh pasien:
1. Hematologi
Efek samping Tindakan
- Penurunan sel darah - Cek lab darah d-15
putih - Konsumsi protein tinggi
- Penurunan Hb - Cek temperature secara berkala
- Penurunan PLT - Hubungi dokter/ perawat bila temperature
≥ 38.
- Medika mentosa sesuai advice dokter.
Perdarahan - gunakan sikat gigi yang lembut
- hindari aktivitas yang beresiko trauma.
- Hubungi dokter/ perawat bila keluhan
tidak berhenti.
Infection/ fever - Hubungi dokter/ perawat
- Minum penurun panas sesuai advice
dokter
- Minum air putih yang cukup
- Jaga personal hygiene
2. Gastrointestinal
Efek samping Tindakan
Mual/ muntah - Minum obat anti mual 30 menit sebelum
makan.
- Makan/ minum yang hangat porsi kecil
tapi sering.
- Konsumsi permen mint atau permen less
sugar.
- Hubungi dokter/ perawat bila keluhan
tidak berhenti.
Diarhee - Konsumsi air 8-12 gelas/ hari
- Hindari makan pedas.
- Konsumsi obat diarrhea sesuai advice
dokter.
- Konsumsi makanan berserat tinggi.
Konstipasi - Konsumsi air 8-12 gelas/ hari
- Konsumsi obat pencahar sesuai advice
dokter.
- Konsumsi buah-buahan.
Stomatitis - Jaga personal hygiene gigi dan mulut.
- Hindari makanan pedas
- Konsumsi vitamin C
- Hindari alkohol dan rokok
- Berikan obat topical sesuai advice dokter.
Change appetite - Konsumsi nutrisi seimbang.
- Konsumsi vitamin atau suplemen sesuai
advice dokter.
3. Dermatologi
Efek samping Tindakan
Skin & nail change - Jaga personal hygiene kulit
- Gunakan pelembab kulit
- Hindari aktivitas yang beresiko trauma
pada kulit.
4. Lain-lain:
Efek samping Tindakan
Alopecia - Potong rambut sebelum menjalani
program kemoterapi.
- Jaga kebersihan rambut dengan
menggunakan sampho bayi.
- Hindari manipulasi terhadap rambut dan
kulit kepala seperti mewarnai, creambath
atau penggunaan hair dryer.
Nyeri - Laporkan keluhan pada dokter/ perawat.
- Konsumsi anti nyeri sesuai advice
dokter.
- Kontrol aktivitas untuk mengurangi
nyeri.
Fatique - Konsumsi nutrisi seimbang.
- Istirahat 8 jam/ hari
- Kontrol aktivitas
- Bantu untuk melakukan aktivitas sehari-
hari
- Relaksasi dengan membaca,
mendengarkan music, atau yoga.
5. Pelaksanaan kemoterapi
Apabila pasien dan keluarga sudah memahami dan menyetujui tindakan pengobatan
kemoterapi yang telah dijelaskan pada fase pre kemoterapi, maka ada beberapa
tahap yang harus dilakukan, yaitu:
a. Prosedur Penjadwalan Kemoterapi
Penjadwalan dilakukan apabila pasien dan keluarga sudah mengerti dan
memahami prosedur dan efek samping pengobatan. Waktu penjadwalan dilakukan
berdasarkan persyaratan rentang waktu yang diindikasikan untuk penyakit dan
pengobatannya. Untuk pasien yang belum dapat memutuskan kesiapan terhadap
kemoterapi, harus diberi kesempatan untuk mendiskusikan rencana program
pengobatan kemoterapi terlebih dahulu dengan pihak keluarga. Penentuan waktu
dapat dilakukan dengan kesepakatan antara pasien, keluarga dan petugas terkait.
Apabila pasien sudah siap untuk dilakukan kemoterapi maka pasien/ keluarga
dapat menghubungi petugas pendaftaran via telepon untuk menjadwalkan
kemoterapi.
Untuk pasien yang langsung menentukan kesiapan kemoterapi, maka berikut ini
adalah prosedur yang harus dilakukan :
1) Bila pasien berasal dari Pelayanan Poli Hematologi penjadwalan dilakukan
oleh petugas minicounter 3 ke petugas ruang kemoterapi daycare.
2) Bila pasien berasal dari Pelayanan Poli Hematologi Onkomedik penjadwalan
dilakukan oleh petugas minicounter 3 ke petugas ruang Rawat Inap
kemoterapi.
3) Petugas kemoterapi akan mencatat beberapa hal sebagai berikut :
a. Identitas pasien
b. Jenis kemoterapi (daycare/ rawat inap)
c. Jenis regimen
d. Dokter penanggung jawab kemoterapi.
4) Bila sudah dijadwalkan sudah ditentukan pasien diberi informasi tentang
tanggal, jam dan tempat pelaksanaan kemoterapi.
b. Persiapan obat kemoterapi
1) Petugas minicounter memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
bahwa persiapan obat kemoterapi akan dilakukan oleh RSUD Prof. dr. H.M.
Anwar Makkatutu Bantaeng.
2) Order obat dilakukan 2 hari sebelum pelaksanaan kemoterapi oleh petugas
kemoterapi.Order obat hanya dilakukan untuk pasien yang sudah terjadwal
kemoterapi.
3) Order obat kemoterapi dilakukan oleh petugas oplos ke logistik farmasi,
berdasarkan resep yang diberikan oleh dokter.
4) Pada 1 hari sebelum pelaksanaan kemoterapi petugas oplos harus
memastikan bahwa obat telah tersedia di ruang pengoplosan obat kemoterapi.
c. Persiapan 1 hari sebelum pelaksanaan kemoterapi
Pada 1 hari sebelum pelaksanaan kemoterapi petugas harus melakukan
pengecekan terhadap kelengkapan beberapa hal sebagai berikut:
1) Data Rekam Medik pasien
2) Hasil pemeriksaan penunjang, yaitu:
1. Hasil Laboratorium
Hb minimal 10 g/dl
A. Permintaan Logistik
Unit Kemoterapi RSUD Prof. dr. H.M. Anwar Makkatutu Bantaeng setiap bulan
mengadakan permintaan rutin logistik yang terbagi menjadi dua yaitu peralatan medis
disposable dan ATK (Alat Tulis Kantor). Jadwal permintaannya setiap awal bulan untuk
permintaan peralatan medis dan permintaan alat tulis kantor.
B. Pencatatan Logistik
Setiap hari dilakukan pencatatan tertulis pengeluaran kemoterapi dan alat habis pakai
dari poli kemoterapi, dilanjutkan menginput ke komputer untuk rekap sisa barang di
unit yang tersisa, sehingga stok akhir dapat diketahui.
Setiap bulan dilakukan perhitungan stok opname untuk menghitung jumlah persediaan
barang yang ada di ruangan praktek dan kemoterapi.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
BAB IX
PENUTUP
Dampak pemberian obat kemoterapi yang sangat kompleks membutuhkan
pengelolaan yang baik. Agar pelayanan kemoterapi dapat berjalan dengan baik diperlukan
kerjasama dan partisipasi aktif dari petugas, pasien dan keluarga. Selain itu juga diperlukan
petugas dengan spesifikasi khusus baik pengetahuan dan ketrampilan khusus dibidang
kemoterapi. Pelatihan yang berkelanjutan serta pengalaman dalam memberikan pelayanan
keperawatan akan memberikan kontribusi positif dalam peningkatan mutu pelayanan
keperawatan khususnya dibidang kemoterapi.
Semoga panduan ini dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan kemoterapi yang
optimal.
Ditetapkan di : Bantaeng
Pada tanggal : Februari 2021
DIREKTUR,
PEDOMAN
PELAYANAN KEMOTERAPI
RSUD PROF. Dr.H.M. ANWAR MAKKATUTU
KABUPATEN BANTAENG