KOMITE MUTU
Disusun oleh:
Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang
hospital@umm.ac.id
2022
BAB I
PENDAHULUAN
3
a leader and advocating for change; generating and sharing knowledge and expertise; supporting
Member States in their implementation of patient safety action. Pelayanan kesehatan pada
dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hiprocrates
kira-kira 2400 tahun yang lalu yaitu Primum, non nocere (First, do no harm). Dengan semakin
berkembangnya ilmu dan teknologi di pelayanan kesehatan risiko pasien cedera meningkat.
Di rumah sakit terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan
teknologinya, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan
pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Di Indonesia gerakan keselamatan pasien dimulai
ketika Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) mengambil inisiatif
membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit pada tahun 2005, kemudian berubah
menjadi Institut Keselamatan Pasien Rumah Sakit (IKPRS). Pada tahun 2012 untuk
melaksanakan ketentuan pasal 43 UU nomor 44/2009 tentang Rumah Sakit dan ketentuan
pasal 3 Permenkes 1691/Menkes/Per/VIII/2011 ttg Keselamatan Pasien Rumah Sakit,
Menteri Kesehatan membentuk Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS), dengan
SK Menteri Kesehatan RI No 251 tahun 2012. Untuk menjamin agar Komite Mutu berfungsi
dengan baik, organisasi dan tatalaksana dituangkan dalam pedoman dan regulasi lainnya.
1. Peningkatan Mutu
2. Keselamatan Pasien
3. Manajemen Risi
Komite Mutu di Rumah Sakit adalah salah satu komite di rumah sakit,
yang memiliki kewajiban melakukan monitoring evaluasi pelaksanaan kegiatan
sesuai pedoman dan regulasi yang berlaku agar tercapai Mutu dan keselamatan
bagi seluruh pasien.
4
3. Kebijakan direktur
Tentang Komite Mutu di Rumah Sakit termasuk hak dan kewajiban
karyawan dan peraturan-peraturan lainnya.
5. Dana
Sumber dana berasal dari dana operasional Rumah Sakit
6. Pasien/ klien
Dilihat dari status sosio-ekonomi dan budaya masyarakat pasien dapat
digolongkan pada pasien tingkat menengah ke atas dan tingkat menengah
kebawah. Pada perencanaan suatu rumah sakit perlu memperhitungkan
status pasien yang akan menjadi pangsa pasar rumah sakit sesuai dengan
visi dan misi rumah sakit. Hal tersebut termasuk tentang jumlah tempat
tidur di ruang perawatan. Namun demikian jumlah tempat tidur bukan
satu-satunya fungsi sosial rumah sakit swasta karena dapat berupa yang
lain misalnya penyuluhan, bakti sosial, pelatihan dan lain-lain. Dengan
demikian diharapkan kontribusi rumah sakit terhadap peningkatan derajat
kesehatan masyarakat khususnya masyarakat miskin melalui pelayanan
kesehatan di rumah sakit mempunyai daya ungkit yang cukup besar.
3. Penggerakan
Kondisi saat ini, kegiatan inilah yang paling sulit dilakukan karena
beberapa dilema. Perlu pemahaman dan sosialisasi berulang kali agar
masing-masing unit dapat mengumpulkan data Mutu dan laporan
insiden keselamatan pasien.
5
4. Pelaksanaan Komite Mutu
Ada beberapa hal penting yang mendasari agar dihasilkan suatu
pelayanan yang optimal yaitu :
6
dengan prinsip penelaahan bersama tentang suatu kejadian/kegiatan
pelayanan medis dan bukan mencari siapa yang salah, kemudian
mencari solusi tindak lanjut sehingga kejadian yang sama tidak
terulang kembali.
b. Output
Tentu saja output yang diharapkan adalah pelayanan yang berMutu,
terjangkau oleh masyarakat luas dengan berdasarkan etika profesi dan
etika rumah sakit. Dengan demikian beberapa tolak ukur keberhasilan
pelayanan dirumah sakit seperti angka kematian di rumah sakit,
kejadian infeksi nosokomial, kepuasan pasien, waktu tunggu dan lain-
lain akan berubahyaitu angka kematian rendah, kepuasan psaien
meningkat, waktu tunggu pendek. Keadaan ini akan meningkatkan
citra rumah sakit yang merupakan pemasaran rumah sakit.
3. Sosio-ekonomi-budaya masyarakat
7
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2019 Tentang Penerapan
Manajemen Risiko Terintegrasi di Lingkungan Kementerian Kesehatan.
12.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 80 Tahun 2020 Tentang Komite Mutu
Rumah Sakit.
8
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Pelatihan PPI
Pelatihan
Manajemen
Risiko
Pelatihan
Keselamatan
Pasien
2. Sekretaris Pendidikan minimal S1 Pelatihan Mutu 2
2. Sekretaris
4. Anggota
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
Ketua, sekretaris, dan anggota Komite Mutu dipilih dan diangkat oleh direktur
Rumah Sakit.
a. Tenaga medis
b. Tenaga keperawatan
c. Tenaga Kesehatan lain
Rumah Sakit Umum Universitas Muhammadiyah Malang | 12
d. Tenaga non Kesehatan
Jumlah personil keanggotaan Komite Mutu disesuaikan dengan kemampuan dan
ketersediaan sumber daya manusia Rumah Sakit.
Bagi rumah sakit yang memiliki tenaga cukup, proses pengukuran data
dilakukan oleh ketiga tenaga tersebut. Dalam hal keterbatasan tenaga, proses
validasi data dapat dilakukan oleh penanggung jawab PMKP di unit kerja. Komite
Mutu, penanggung jawab mutu dan keselamatan pasien di unit, staf pengumpul
data, validator perlu mendapat pelatihan peningkatan mutu dan keselamatan
pasien termasuk pengukuran data mencakup pengumpulan data, analisis data,
validasi data, serta perbaikan mutu. Komite Mutu akan melaporkan hasil
pelaksanaan program PMKP kepada Direktur setiap 3 (tiga) bulan. Kemudian
Direktur akan meneruskan laporan tersebut kepada Dewan Pengawas. Laporan
tersebut mencakup:
a) Hasil pengukuran data meliputi: Pencapaian semua indikator mutu,
analisis, validasi dan perbaikan yang telah dilakukan.
b) Laporan semua insiden keselamatan pasien meliputi jumlah, jenis (kejadian
sentinel, KTD, KNC, KTC, KPCS), tipe insiden dan tipe harm, tindak lanjut yang
dilakukan, serta tindakan perbaikan tersebut dapat dipertahankan.
Di samping laporan hasil pelaksanaan program PMKP, Komite/ Tim
Penyelenggara Mutu juga melaporkan hasil pelaksanaan program manajemen
risiko berupa pemantauan penanganan risiko yang telah dilaksanakan setiap 6
(enam) bulan kepada Direktur yang akan diteruskan kepada Dewan Pengawas.
Rumah sakit membuat program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yang
akan diterapkan pada semua unit setiap tahun. Program PMKP dievaluasi dalam
rapat koordinasi melibatkan komite-komite, pimpinan rumah sakit dan kepala
unit setiap triwulan untuk menjamin perbaikan mutu yang berkesinambungan.
Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit yang ditetapkan
oleh Direktur rumah sakit dan disahkan oleh representatif pemilik/dewan
pengawas. meliputi tapi tidak terbatas pada:
a) Pengukuran mutu indikator termasuk indikator nasional mutu (INM),
indikator mutu prioritas rumah sakit (IMP RS) dan indikator mutu prioritas unit
(IMP Unit).
b) Meningkatkan perbaikan mutu dan mempertahankan perbaikan
berkelanjutan.
c) Mengurangi varian dalam praktek klinis dengan menerapkan
PPK/Algoritme/Protokol dan melakukan pengukuran dengan clinical pathway.
d) Mengukur dampak efisiensi dan efektivitas prioritas perbaikan terhadap
keuangan dan sumber daya misalnya SDM.
e) Pelaporan dan analisis insiden keselamatan pasien.
f) Penerapan sasaran keselamatan pasien.
g) Evaluasi kontrak klinis dan kontrak manajemen.
h) Pelatihan semua staf sesuai perannya dalam program peningkatan mutu
dan keselamatan pasien.
i) Mengkomunikasikan hasil pengukuran mutu meliputi masalah mutu dan
capaian data kepada staf.
Hal-hal penting yang perlu dilakukan agar program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien dapat diterapkan secara menyeluruh di unit pelayanan,
meliputi:
a) Dukungan Direktur dan pimpinan di rumah sakit:
b) Upaya perubahan budaya menuju budaya keselamatan pasien;
c) Secara proaktif melakukan identifikasi dan menurunkan variasi dalam
pelayanan klinis;
d) Menggunakan hasil pengukuran data untuk fokus pada isu pelayanan
prioritas yang akan diperbaiki atau ditingkatkan; dan
e) Berupaya mencapai dan mempertahankan perbaikan yang berkelanjutan.
Pengumpulan data indikator mutu dilakukan oleh staf pengumpul data yang
sudah mendapatkan pelatihan tentang pengukuran data indikator mutu. Pengumpulan
data indikator mutu berdasarkan peraturan yang berlaku yaitu pengukuran indikator
nasional mutu (INM) dan prioritas perbaikan tingkat rumah sakit meliputi:
a) Indikator nasional mutu (INM) yaitu indikator mutu nasional yang wajib
dilakukan pengukuran dan digunakan sebagai informasi mutu secara nasional.
b) Setiap indikator mutu baik indikator mutu prioritas rumah sakit (IMP-RS)
maupun indikator mutu prioritas unit (IMP-Unit) agar dilengkapi dengan
profil indikator sebagai berikut:
a) Judul indikator.
b) Dasar pemikiran.
c) Dimensi mutu.
d) Tujuan.
e) Definisi operasional.
f) Jenis indikator.
g) Satuan pengukuran.
h) Numerator (pembilang).
i) Denominator (penyebut).
j) Target.
k) Kriteria inklusi dan eksklusi.
l) Formula.
m) Metode pengumpulan data.
n) Sumber data.
o) Instrumen pengambilan data.
p) Populasi/sampel (besar sampel dan cara pengambilan sampel).
q) Periode pengumpulan data.
r) Periode analisis dan pelaporan data.
s) Penyajian data.
t) Penanggung jawab.
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula
Desain observasi
Pengumpulan
Data
Sumber Data Hasil Observasi
Instrumen Formulir Observasi Kepatuhan Identifikasi Pasien
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Kepala Bidang
Jawab Keperawatan
Kriteria Ekslusi
Ibu hamil yg memerlukan distabilisasi terlebih dahulu
Formula
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Data sekunder dari rekam medik, laporan operasi
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Run chart Control Chart
Penanggung Kepala Instalasi IGD dan Tim Ponek
Jawab
Formula Jumlah pasien rawat jalan dengan waktu tunggu <60 menit
X 100%
Jumlah pasien rawat jalan yang diobservasi
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Sumber data sekunder dari :
1. Catatan Pendaftaran Pasien Rawat jalan
2. Rekam medik Pasien Rawat jalan
3. Formulir waktu tunggu rawat jalan
Kriteria Eksklusi:
Penundaan operasi atas indikasi medis
Formula
Desain Data sekunder dari catatan pasien yang dijadwalkan operasi dan
Pengumpulan data pelaksanaan operasi.
Data
Instrumen Formulir Penundaan Operasi Elektif
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Kamar Operasi
Jawab
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber Data Data sekunder berupa laporan visite rawat inap dalam rekam medik
Instrumen Formulir visit DPJP
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan
Data
Periode Triwulan
Analisis
Data
Penyajian Tabel
Data Control chart Run chart
Kriteria Ekslusi :
Tidak ada
Formula
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Data sekunder dari :
1. Catatan data Laporan Hasil Tes kritis Laboratorium
2. Rekam medik
Instrumen Formulir hasil laboratorium
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Laboratorium
Jawab
Kriteria Ekslusi
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Lembar resep di Instalasi Farmasi
Kriteria Ekslusi :
Tidak ada
Formula
Desain observasi
Pengumpulan
Data
Sumber data Hasil observasi
Instrumen Formulir Kepatuhan Kebersihan Tangan
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Jumlah seluruh tenaga medis dan tenaga kesehatan yang
bertugas di ruang pelayanan/ perawatan pasien serta tenaga
penunjang yang bekerja sebagai cleaning service,
pemulasaran jenazah, sopir ambulan, dan tenaga penunjang
yang kontak erat dengan pasien/spesimen yang akan di
observasi yang dibagi dalam beberapa periode.
2. Minimal 200 peluang
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Triwulan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Komite PPI RS
Jawab
Kriteria Ekslusi :
1. Pasien yang pulang atas permintaan sendiri selama
perawatan.
2. Pasien yang meninggal
3. Variasi yang terjadi sesuai dengan indikasi klinis pasien
dalam perkembangan pelayanan
Formula
Desain Restrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Data sekunder dari rekam medis pasien
Instrumen Formulir kepatuhan Clinical Pathway
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Bidang Pelayanan Medik, Komite Medik, Komite
Jawab Keprawatan dan Komite Tenaga Kesehatan lain
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Data sekunder dari rekam medis pasien
Instrumen Formulir rekam medis pengkajian risiko jatuh
Pengambilan
Data
Besar Sampel Total sampling
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Bidang Keperawatan dan Komite Keselamatan pasien
Jawab
Kriteria Ekslusi :
Tidak ada
Formula
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Data sekunder dari catatan Komplain
Instrumen 1. Formulir Komplain
Pengambilan
Data
2. Laporan tindak lanjut Komplain
Besar Sampel Menggunakan populasi atau sampel minimal sesuai dengan
referensi.
Frekuensi Bulanan
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Bidang Humas / Unit Pengaduan / Bagian yang
Jawab menangani Komplain
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula
1. Pemasangan Gelang Rawat Inap Di IGD (Untuk Pasien Yang Masuk Lewat IGD)
Judul Indikator Pemasangan Gelang Rawat Inap Di IGD (Untuk Pasien Yang
Masuk Lewat IGD)
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap yang masuk dari IGD
(penyebut)
Target 100%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua pasien rawat inap yang masuk dari IGD
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah pasien tidak terpasang gelang
X 100%
Seluruh jumlah pasien rawat inap di IGD
Denominator Seluruh pasien rawat inap yang mendapatkan instruksi terapi dari
(penyebut) DPJP via telpon/pesan singkat
Target 100%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua pasien rawat inap yang konfirmasi ke DPJP
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah instruksi DPJP dalam rekam medis
yang diverifikasi olah DPJP saat visite X 100%
Seluruh pasien rawat inap yang mendapatkan
instruksi terapi dari DPJP via telpon/pesan singkat
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data sekunder yaitu melalui rekam medis
Instrumen Formulir CPPT
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Rawat Inap
Jawab
Dasar pemikiran Pengelolaan obat high alert dan LASA merupakan hal penting
untuk menghindari kesalahan sehingga meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien (Permenkes No 11 tahun 2017 Tentang
Keselamatan Pasien)
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Meningkatkan pengelolaan obat High Alert di ruangan secara benar
Definisi Kepatuhan pemberian label obat high alert oleh farmasi yang
Operasional dimaksud adalah ketepatan pemberian label obat high alert sesuai
dengan standar yang ditetapkan rumah sakit dengan
memperhatikan prinsip keselamatan pasien.
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula obat high alert untuk pasien ranap yg terpasang label X 100%
Seluruh pemberian obat high alert utk pasien ranap
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah pasien operasi elektif yang diberikan
penanda sejak di ruangan
X 100%
Jumlah pasien operasi elektif yang diberikan
penanda sejak di ruangan
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data primer yaitu melalui observasi
Instrumen Formulir observasi
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Kamar Operasi
Jawab
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Ketersediaan Handrub di bed pasien
X 100%
Jumlah seluruh bed di ruang rawat Inap
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data primer yaitu melalui observasi
Instrumen Formulir observasi
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Rawat Inap
Jawab
6. Pencegahan Resiko Jatuh Untuk Pasien Rajal: 100% Rawat Jalan Diberikan
Penanda Untuk Pasien Dengan Resiko Jatuh.
Judul Indikator Pencegahan resiko jatuh untuk pasien rajal: 100% rawat jalan
diberikan penanda untuk pasien dengan resiko jatuh.
Dasar pemikiran Banyaknya penyebab cidera di rumah sakit pada pasien adalah
jatuh , resiko jatuh berhubungan dengan pasien, situasi dan
lokasi. Usaha penurunan angka kejadian jatuh berupa pengkajian
resiko, pelaksanaan protokol jatuh sangat diperlukan untuk
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien (Permenkes No 11
tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien).
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Mencegah terjadinya pasien jatuh
Definisi Risiko jatuh pada pasien rawat jalan berhubungan dengan
Operasional kondisi pasien, situasi, dan/atau lokasi di rumah sakit. Di unit
rawat jalan, dilakukan skrining risiko jatuh pada pasien dengan
kondisi, diagnosis, situasi, dan/atau lokasi yang menyebabkan
risiko jatuh. Jika hasil skrining pasien berisiko jatuh, maka harus
dilakukan intervensi untuk mengurangi risiko jatuh pasien
tersebut
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Pasien rajal dengan resiko jatuh yang terpasang penanda
(pembilang) (memakai kursi roda/brancard)
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah pasien cathlab dengan pemeriksaan
penunjang lengkap sebelum tindakan
X 100%
Semua pasien rawat jalan dengan resiko jatuh
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data primer yaitu melalui observasi
Instrumen Formulir observasi
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Diagnostik Intervensi Kardiovaskuler
Jawab
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Efektifitas dan efisien
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan farmasi
Definisi Waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah tenggang waktu
Operasional mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat
racikan
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu pelayanan obat racikan pasien
(pembilang) farmasi rajal yang terlayani dalam waktu <60menit (obat racikan)
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
9. Kepatuhan Pelaporan Risk Register Dari Unit Ke Komite Mutu Setiap 3 Bulan
Judul Indikator Kepatuhan pelaporan risk register dari unit ke komite mutu setiap
3 bulan
Dasar pemikiran PMK No. 25 Tahun 2019 Tentang Penerapan Manajemen Risiko
Terintegrasi Di Lingkungan Kementrian Kesehatan
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Meningkatkan kepatuhan pelaporan risk register dari unit
kepada komite mutu. Meningkatkan kewaspadaan unit terhadap
resiko yang ada di masing-masing unit kerjanya.
Definisi Kepatuhan pelaporan risk register dari unit ke komite mutu yang
Operasional dimaksud adalah kepatuhan setiap unit dalam melaporkan daftar
risiko yang ada di unitnya masing-masing kepada komite mutu
sesuai dengan standar yang ditetapkan rumah sakit dengan
memperhatikan prinsip keselamatan pasien.
Target 100%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Seluruh pelaporan risk register unit
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
10. Penelitian Yg Sdh Dilakukan Di RSU UMM Telah Lulus Uji Kelayakan Etik
Judul Indikator Penelitian yg sdh dilakukan di RSU UMM telah lulus uji kelayakan
etik
Target 100%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Seluruh penelitian yang dilakukan di RSU UMM
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Sepsis <0,2%
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Keselamatan dan efektifitas
Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang cepat, responsif dan mampu
menyelamatkan pasien gawat darurat
Definisi Kecepatan pelayanan dokter di gawat darurat adalah Kecepatan
Operasional pasien dilayani sejak pasien datang sampai mendapat pelayanan
dokter (5 menit)
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah kumulatif waktu yang diperlukan sejak kedatanagan
(pembilang) semua pasien yang di sampling secara acak sampai dilayani
dokter
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Kriteria Eksklusi:
Ada penggantinya
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Akses
Tujuan Tergambarnya penilain pasien terhadap efektifitas pelayanan
rumah sakit
Definisi Pulang paksa adalah pulang atas permintaan pasien atau
Operasional keluarga pasien sebelum diputuskan boleh pulang oleh dokter
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator jumlah pasien pulang paksa dalam satu bulan
(pembilang)
Denominator jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu bulan
(penyebut)
Target < 5%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua pasien pulang paksa
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula jumlah pasien pulang paksa dalam satu bulan
X 100%
jumlah seluruh pasien yang dirawat dalam satu bulan
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data sekunder yaitu melalui rekam medis
Instrumen Rekam medis
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Rawat Inap
Jawab
5. Kejadian Infeksi Pasca Operasi
Judul Indikator Kejadian Infeksi Pasca Operasi
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Keselamatan, kenyamanan
Tujuan Tergambarnya pelaksanaan operasi dan perawatan pasca operasi
yang bersih sesuai standar
Definisi Infeksi pasca operasi adalah adanya infeksi nosokomial pada
Operasional semua kategori luka sayatan operasi bersih yang dilaksanakan di
rumah sakit yang ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan
(color), pengerasan (tumor) dan keluarnya nanah (pus) dalam
waktu lebih dari 3 x 24 jam
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah pasien yang mengalami infeksi pasca operasi dalam satu
(pembilang) bulan
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Akses, kesinambungan pasien
Tujuan Tergambarnya pengisian assessment awal pasien terhadap
ketepatan waktu pemberian pelayanan
Definisi Asesmen pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter dan
Operasional perawat mengevaluasi data pasien baik subyek maupun obyektif
untuk keputusan terkait status Kesehatan pasien
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator jumlah kepatuhan assessment medis awal pasien dalam 24 jam
(pembilang)
Denominator jumlah pasien baru
(penyebut)
Target 100 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Asesment medis awal diisi dalam waktu 24 jam
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula jumlah kepatuhan assessment
medis awal pasien dalam 24 jam
X 100%
Jumlah pasien baru
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data sekunder yaitu melalui rekam medis
Instrumen Formulir assessment di rekam medik
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Bulanan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Rawat Inap
Jawab
8. Pasien Rawat Inap Tuberculosis Yang Ditangani Dengan Strategi DOTS
Judul Indikator Pasien Rawat Inap Tuberculosis Yang Ditangani Dengan Strategi
DOTS
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Akses, efisiensi
Tujuan Terselenggaranya pelayanan rawat Inap bagi pasein tuberkulosis
dengan strategi DOTS
Definisi Pelayanan rawat inap tuberkulosis dengan strategi DOTS adalah
Operasional pelayanan tuberculosis dengan 5 strategi penanggulangan
tuberculosis nasional. Penegakan diagnosis dan follow up
pengobatan pasien tuberculosis harus melalui pemeriksaan
mikroskopis tuberculosis, pengobatan harus menggunakan
paduan obat anti tuberculosis yang sesuai dengan standar
penanggulanagn tuberculosis nasional, dan semua pasien yang
tuberculosis yang diobati dievaluasi secara kohort sesuai dengan
penanggulangan nasional
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah semua pasien rawat inap tuberculosis yang ditangani
(pembilang) dengan strategi DOTS
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Efektifitas dan Keselamatan
Tujuan Tergambarnya kemampuan rumah sakit dalam menangani BBLR
Definisi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan 1500 gr-2500 gr
Operasional
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah BBLR 1500 gr-2500 gr yang berhasil ditangani
(pembilang)
Denominator Jumlah seluruh BBLR 1500 gr-2500 gr yang berhasil ditangani
(penyebut)
Target 100 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
bayi yang lahir dengan berat badan 1500 gr-2500 gr
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah BBLR 1500 gr-2500 gr yang berhasil ditangani
X 100%
Jumlah seluruh BBLR 1500 gr-2500 gr yang berhasil ditangani
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data sekunder yaitu melalui rekam medis
Instrumen Formulir rekam medis
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Setiap bulan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Rawat Inap
Jawab
10. Pertolongan Persalinan Melalui Seksio Cesaria
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Efektif
Target 100 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
pasien persalinan dengan pendarahan, pre-eklampsia/eklampsia
dan sepsis.
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah persalinan dengan seksio cesaria
X 100%
Jumlah seluruh persalinan
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data sekunder dari rekam medis
Instrumen Rekam medis
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Setiap Bulan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Rawat Inap
Jawab Ketua Tim Ponek
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Terselenggaranya persepsi pelanggan terhadap mutu pelayanan
rawat inap
Definisi Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan
Operasional terhadap pelayanan rawat inap
Jenis Indikator Output
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan pasien yang disurvei
(pembilang)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei
(penyebut)
Target 90 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua Pasien Rawat Inap
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan
pasien yang disurvey
X 100%
Jumlah total pasien yang disurvei
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data
Sumber data Kuesioner survei kepuasan
Instrumen Kuesioner survei kepuasan pasien
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Setiap bulan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Rawat Inap
Jawab
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Tujuan Tergambarkannya kecermatan tindakan anastesi dan monitoring
pasien selama proses penundaan berlangsung
Definisi Komplikasi anastesi adalah kejadian yang tidak diharapkan
Operasional sebagai akibat komplikasi anastesi antara lain karena over dosis,
reaksi anantesi dan salah penempatan endotracheal tube
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah pasien yang mengalami komplikasi anastesi
(pembilang)
Denominator Jumlah pasien yang dioperasi
(penyebut)
Target <6%
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua Pasien operasi dengan pemberian anestesi
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula jumlah pasien yang mengalami komplikasi anastesi
X 100%
Jumlah pasien yang dioperasi
Desain Retospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data sekunder dari rekam medis
Instrumen Formulir rekam medis
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Setiap bulan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Kamar Operasi
Jawab
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Efektifitas
Tujuan Tergambarnya keberhasilan perawatan intensif
Definisi Pasien kembali keperawatan intensif dari ruang rawat inap
Operasional dengan kasus yang sama dalam waktu < 72 jam
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus
(pembilang) yang sama < 72 jam
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Tujuan Tergambarkannya kecermatan tindakan pasien di Instalasi
Diagnostik Intervensi kardiovaskuler
Definisi Komplikasi hematom dan pseudoneurism adalah akumulasi
Operasional darah ekstravaskuler dalam suatu rongga yang terhubung
dengan arteri, disertai disrupsi lapisan pembuluh darah
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator pasien yang mengalami hematoma atau pesudoaneurism
(pembilang)
Denominator total pasien tindakan kateterisasi
(penyebut)
Target < 100 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua Pasien tindakan kateterisasi jantung
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula pasien yang mengalami hematoma
atau pesudoaneurism X 100%
total pasien tindakan kateterisasi
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data primer yaitu melalui rekam medik
Instrumen Formulir observasi rekam medik
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Setiap bulan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Diagnostik Intervensi Kardiovaskuler
Jawab
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan radiologi
Definisi Waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto adalah tenggang
Operasional waktu mulai pasien di foto sampai dengan menerima hasil yang
sudah diekspertisi
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil pelayanan thorax foto
(pembilang)
Denominator Jumlah pasien yang difoto thorax
(penyebut)
Target < 3 jam
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua Pasien foto thorax
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah kumulatif waktu tunggu hasil
pelayanan thorax foto X 100%
Jumlah pasien yang difoto thorax
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data sekunder rekam medis
Instrumen Rekam medis
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Setiap bulan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Radiologi
Jawab
3. Kepuasan Pelanggan Di Instalasi Radiologi
Judul Indikator Kepuasan Pelanggan Di Instalasi Radiologi
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan radiologi
Definisi Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan
Operasional terhadap pelayanan radiologi
Jenis Indikator Output
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah pasien yang disurvei yang menyatakan puas
(pembilang)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minial 50)
(penyebut)
Target >80 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua Pasien yang di berikan pelayanan di instalasi Radiologi
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah pasien yang disurvey yang menyatakan puas
X 100%
Jumlah total pasien yang di survey
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data
Sumber data Kuesioner survei kepuasan
Instrumen Kuesioner survei kepuasan pasien
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Setiap bulan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Radiologi
Jawab
4. Waktu Tunggu Kimia Darah Dan DL Kurang Dari 140 Menit
Judul Indikator Waktu Tunggu Kimia Darah Dan DL Kurang Dari 140 Menit
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dasar pemikiran - PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
- PermenPAN RB No.14 tahun 2017
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan
laboratorium
Definisi Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh pelanggan
Operasional terhadap pelayanan laboratorium
Jenis Indikator output
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang
(pembilang) disurvei
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Kesinambungan pelayanan dan efektifitas
Tujuan Tergambarnya kesinambungan pelayanan rehabilitasi sesuai
yang direncanakan
Definisi Drop out pasien terhadap pelayanan rehabilitasi yang
Operasional direncanakan adalah pasien tidak bersedia meneruskan program
rehabilitasi yang direncanakan.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah seluruh pasien yang drop out dalam 3 bulan
(pembilang)
Denominator Jumlah seluruh pasien yang di program rehabilitasi medik dalam
(penyebut) 3 bulan
Target <50 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua Pasien yang di berikan pelayanan di rehabilitasi medik
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah seluruh pasien yang drop out dalam 3 bulan
X 100%
Jumlah seluruh pasien yang di program rehabilitasi
medik dalam 3 bulan
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data sekunder yaitu melalui pencatatan dan rekam
medis pasien
Instrumen Formulir rekam medis pasien
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Triwulan
Pengumpulan
Data
Periode Triwulan
Pelaporan Data
Periode Analisis 6 bulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Rawat Jalan
Jawab
7. Pelaporan Efek Samping Obat Pada Pasien Rawat Inap
Judul Indikator Pelaporan Efek Samping Obat Pada Pasien Rawat Inap
Dasar pemikiran - PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
- PMK No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Rumah Sakit
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Efektifitas dan efisien
Tujuan Tergambarnya efektifitas dan efisiensi pelayanan instalasi gizi
Definisi Sisa makanan adalah porsi makanan yang tersisa yang tidak
Operasional dimakan oleh pasien (sesuai dengan pedoman asuhan gizi rumah
sakit)
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah kumulatif porsi sisa makanan dari pasien yang disurvey
(pembilang)
Denominator Jumlah pasien yang disurvey dalam satu bulan
(penyebut)
Target >20 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua Pasien Rawat Inap yang di survey
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah kumulatif porsi sisa makanan dari pasien X 100%
Jumlah pasien yang disurvey dalam satu bulan
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data primer yaitu melalui observasi
Instrumen Formulir observasi
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Setiap bulan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Instalasi Gizi
Jawab
27. Waktu Penyediaan Dokumen Rawat Jalan <10 Menit
Denominator Total hasil keputusan yang harus ditindaklanjuti dalam satu bulan
(penyebut)
Target >100 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Hasil keputusan direksi
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Hasil keputusan pertemuan direksi
Yang ditindaklanjuti dalam satu bulan
X 100%
Total hasil keputusan yang harus
Ditindaklanjuti dalam satu bulan
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data sekunder yaitu melalui disposisi direktur
Instrumen Notulensi Rapat Direksi
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Setiap bulan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Direktur
Jawab Kepala Bidang Umum
Target >100 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Pegawai yang naik pangkat
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah pegawai yang diusulkan tepat waktu
sesuai periode kenaikan pangkat dalam satu tahun.
X 100%
Jumlah seluruh pegawai yang seharusnya
diusulkan kenaikan pangkat dalam satu tahun
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data sekunder yaitu melalui data kepegawaian
Instrumen Formulir kenaikan pangkat karyawan
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Tahun
Pengumpulan
Data
Periode Setiap tahun
Pelaporan Data
Periode Analisis Tahunan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Sub Bidang Kepegawaian
Jawab
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Efektivitas
Tujuan Tergambarnya disiplin pengelolaan keuangan rumah sakit
Definisi Laporan keuangan meliputi realisasi anggaran dan arus kas
Operasional Laporan keuangan harus diselesaikan sebelum tanggal 10 setiap
bulan berikutnya
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah laporan keuangan yang diselesaikan sebelum tanggal
(pembilang) setiap bulan berikutnya dalam tiga bulan
Target >100 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Laporan keuangan setiap bulan
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah laporan keuangan yang diselesaikan sebelum
tanggal setiap bulan berikutnya dalam tiga bulan
X 100%
Jumlah laporan keuangan yang harus diselesaikan
dalam tiga bulan
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data sekunder yaitu melalui laporan setiap bulan
Instrumen Formulir laporan keuangan
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Triwulan
Pengumpulan
Data
Periode Triwulan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Bidang Keuangan
Jawab
33. Kecepatan Waktu Pemberian Informasi Tagihan Pasien Ranap <2 Jam
Judul Indikator Kecepatan Waktu Pemberian Informasi Tagihan Pasien Ranap
<2 Jam
Dasar pemikiran PMK No. 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Efektivitas, kenyamanan
Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan informasi pembayaran
pasien rawat inap
Definisi Informasi tagihan pasien rawat inap meliputi semua tagihan
Operasional pelayanan yang telah diberikan.
Kecepatan waktu pemberian informasi tagihan pasien rawat inap
adalah waktu mulai pasien dinyatakan boleh pulang oleh dokter
sampai dengan informasi tagihan diterima oleh pasien.
Jenis Indikator Proses
Satuan Persentase
Pengukuran
Numerator Jumlah kumulatif waktu pemberian informasi tagihan pasien
(pembilang) rawat inap yang diamati dalam satu bulan
Denominator Jumlah total pasien rawat inap yang diamati dalam satu bulan
(penyebut)
Target >100 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Seluruh tagihan pasien rawat inap
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah kumulatif waktu pemberian informasi tagihan
pasien rawat inap yang diamati dalam satu bulan
X 100%
Jumlah total pasien rawat inap yang diamati dalam
satu bulan
Desain Concurrent (Survei harian)
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data primer yaitu melalui observasi
Instrumen Formulir observasi
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Setiap bulan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Sub Bidang Kasir
Jawab
Target >100 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Seluruh permintaan ambulance/kereta jenazah
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah penyediaan ambulance/
kereta jenazah yang tepat waktu dalam 1 bulan
X 100%
Jumlah seluruh permintaan ambulance/
kereta jenazah dalam satu bulan
Desain Retrospektif
Pengumpulan
Data
Sumber data Sumber data sekunder yaitu melalui catatan ambulance/kereta
jenazah
Instrumen Formulir catatan ambulance/kereta jenazah
Pengambilan
Data
Besar Sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi < 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi >30)
Frekuensi Harian
Pengumpulan
Data
Periode Setiap bulan
Pelaporan Data
Periode Analisis Triwulan
Data
Penyajian Data Tabel
Control chart Run chart
Penanggung Kepala Tim AGD
Jawab
Denominator Jumlah linen yang seharusnya ada pada hari sampling tersebut
(penyebut)
Target 100 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Inventaris linen yang ada di instalasi CSSD & laundry
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Target 100 %
Pencapaian
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Penanganan waktu henti sistem
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Rumah sakit mencapai perbaikan mutu dan dipertahankan. Hasil analisis data
digunakan untuk mengidentifkasi potensi perbaikan atau untuk mengurangi atau
mencegah kejadian yang merugikan. Khususnya, perbaikan yang direncanakan
untuk prioritas perbaikan tingkat rumah sakit yang sudah ditetapkan Direktur
rumah sakit. Rencana perbaikan perlu dilakukan uji coba dan selama masa uji dan
dilakukan evaluasi hasilnya untuk membuktikan bahwa perbaikan sudah sesuai
dengan yang diharapkan. Proses uji perbaikan ini dapat menggunakan metode-
metode perbaikan yang sudah teruji misalnya PDCA Plan-Do-Chek-Action (PDCA)
atau Plan-Do-Study-Action (PDSA) atau metode lain. Hal ini untuk memastikan
bahwa terdapat perbaikan berkelanjutan untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien. Perubahan yang efektif tersebut distandardisasi dengan cara
membuat regulasi di rumah sakit misalnya kebijakan, SPO, dan lain-lainnya, dan
harus di sosialisasikan kepada semua staf. Perbaikan-perbaikan yang dicapai dan
dipertahankan oleh rumah sakit didokumentasikan sebagai bagian dari pengelolaan
peningkatan mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit. Rumah sakit
berkewajiban membuat rencana perbaikan dan melakukan uji coba menggunakan
metode yang telah teruji dan menerapkannya untuk meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien. Perlu kesinambungan data mulai dari pengumpulan data
sampai perbaikan yang dilakukan dan dapat dipertahankan. Oleh karena itu rumah
sakit perlu memiliki bukti perubahan regulasi atau perubahan proses yang
diperlukan untuk mempertahankan perbaikan. Keberhasilan didokumentasikan
dan dijadikan laporan PMKP.
Dilakukan evaluasi proses pelaksanaan standar pelayanan kedokteran di rumah
sakit untuk menunjang pengukuran mutu pelayanan klinis prioritas. Penerapan
standar pelayanan kedokteran di rumah sakit berdasarkan panduan praktik klinis
(PPK) dievaluasi menggunakan alur klinis/clinical pathway (CP). Terkait dengan
pengukuran prioritas perbaikan pelayanan klinis yang ditetapkan Direktur, maka
Direktur bersamasama dengan pimpinan medis, ketua Komite Medik dan
Kelompok tenaga medis terkait menetapkan paling sedikit 5 (lima) evaluasi
pelayanan prioritas standar pelayanan kedokteran. Evaluasi pelayanan prioritas
standar pelayanan kedokteran dilakukan sampai terjadi pengurangan variasi dari
data awal ke target yang ditentukan ketentuan rumah sakit. Tujuan pemantauan
pelaksanaan evaluasi perbaikan pelayanan klinis berupa standar pelayanan
kedokteran sebagai berikut:
a) Mendorong tercapainya standardisasi proses asuhan klinik.
b) Mengurangi risiko dalam proses asuhan, terutama yang berkaitan asuhan kritis.
c) Memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan efisien dalam memberikan
asuhan klinik tepat waktu dan efektif.
d) Memanfaatkan indikator prioritas sebagai indikator dalam penilaian kepatuhan
penerapan alur klinis di area yang akan diperbaiki di tingkat rumah sakit.
e) Secara konsisten menggunakan praktik berbasis bukti (evidence based practices)
dalam memberikan asuhan bermutu tinggi. Evaluasi prioritas standar pelayanan
kedokteran tersebut dipergunakan untuk mengukur keberhasilan dan efisensi
peningkatan mutu pelayanan klinis prioritas rumah sakit. Evaluasi perbaikan
pelayanan klinis berupa standar pelayanan kedokteran dapat dilakukan melalui
audit medis dan atau audit klinis serta dapat menggunakan indikator mutu. Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai efektivitas penerapan standar pelayanan kedokteran
di rumah sakit sehingga standar pelayanan kedokteran di rumah sakit dapat
mengurangi a variasi dari proses dan hasil serta berdampak terhadap efisiensi
(kendali biaya). Hasil evaluasi dapat menunjukkan adanya perbaikan terhadap
kepatuhan dan mengurangi variasi dalam penerapan prioritas standar pelayanan
kedokteran di rumah sakit. Rumah sakit berkewajiban melaksanakan audit klinis
dan atau audit medis pada penerapan prioritas standar pelayanan kedokteran di
rumah sakit. Misalnya:
a) Dalam PPK disebutkan bahwa tata laksana stroke nonhemoragik harus
dilakukan secara multidisiplin dan dengan pemeriksaan serta intervensi dari hari
ke hari dengan urutan tertentu. Karakteristik penyakit stroke non-hemoragik sesuai
untuk dibuat alur klinis (clinical pathway/CP); sehingga perlu dibuat CP untuk
stroke non-hemoragik.
b) Dalam PPK disebutkan bahwa pada pasien gagal ginjal kronik perlu dilakukan
hemodialisis. Uraian rinci tentang hemodialisis dimuat dalam protokol hemodialisis
pada dokumen terpisah.
c) Dalam PPK disebutkan bahwa pada anak dengan kejang demam kompleks
perlu dilakukan pungsi lumbal. Uraian pelaksanaan pungsi lumbal tidak dimuat
dalam PPK melainkan dalam prosedur pungsi lumbal dalam dokumen terpisah.
d) Dalam tata laksana kejang demam diperlukan pemberian diazepam rektal
dengan dosis tertentu yang harus diberikan oleh perawat bila dokter tidak ada; ini
diatur dalam “standing order”.
PELAKSANAAN PROGRAM
Maturitas budaya patient safety dalam organisasi diklasifikasikan oleh Ashcroft et.al.
(2005) menjadi lima tingkat maturitas: patologis, reaktif, kalkulatif, proaktif dan generatif. Di
tingkat patologis, organisasi melihat keselamatan pasien sebagai masalah, akibatnya
informasi-iinformasi terkait patient safety akan ditekan dan lebih berfokus pada
menyalahkan individu demi menunjukkan kekuasaan pihak tertentu. Di tingkat reaktif,
organisasi sudah menyadari bahwa keselamatan pasien adalah hal penting, tetapi hanya
berespon ketika terjadi insiden yang signifikan. Di tingkat kalkulatif, organisasi cenderung
berpaku pada aturah-aturan dan jabatan dan kewenangan dalam organisasi. Setelah insiden
terjadi, informasi tidak diteruskan atau bahkan diabaikan, kesalahan segera dibenarkan
atau dijelaskan penyebabnya, tanpa analisis yang lebih mendalam lagi. Organisasi yang
proaktif berfokus pada upaya-upaya untuk mengantisipasi masalah-masalah patient safety
dengan melibatkan banyak stakeholders terkait patient safety. Sementara organisasi yang
generatif secara aktif mencari informasi untuk mengetahui apakah tindakan-tindakan yang
dilakukan dalam organisasi ini sudah aman atan belum.
ASESMEN BUDAYA PASIEN SAFETY
Saat ini, budaya patient safety biasanya dinilai dengan self-completion questionnaires.
Biasanya dilakukan dengan cara mengirimkan kuesioner kepada semua staff, untuk kemudian
dihitung nilai rata-rata respon terhadap masing- masing item atau faktor.
Langkah pertama dalam proses pengembangan budaya patient safety adalah dengan
menilai budaya yang ada. Tidak banyak alat yang tersedia untuk menilai budaya patient
safety, salah satunya adalah ‘Manchester Patient Safety Framework’ Biasanya ada jenis
pernyataan yang digunakan untuk menilai dimensi budaya patient safety, pertama adalah
pernyataan-pernyataan untuk mengukur nilai, pemahaman dan sikap dan kedua adalah
pernyataan-pernyataan untuk mengukur aktifitas atau perilaku yang bertujuan untuk
pengembangan budaya patient safety, seperti kepemimpinan, kebijakan dan prosedur
Pertanyaan kunci untuk penilaian budaya patient safety
- Apakah patient safety menjadi prioritas utama dari organisasi
pelayanan kesehatan, termasuk pemimpinnya?
- Apakah patient safety dipandang sebagai sesuatu yang positive dan
mendapatkan fokus perhatian pada semua aktivitas?
- Apakah ada sistem „blame free‟ untuk mengidentifikasi ancaman-
ancaman pada patient safety, berbagi informasi dan belajar dari pengalaman?
- Apakah ada penilaian resiko pada semua aktivitas yang terjadi di dalam
organisasi pelayanan kesehatan?
- Apakah ada lingkungan kerjasama yang baik sehingga semua anggota
11. Kerja sama tim antar Unit kerja di rumah sakit bekerja sama dan
unit berkoordinasi antara satu unit dengan unit yang lain
untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk
pasien
12. Kerja sama Staf saling mendukung satu sama lain, saling
dalam tim unit kerja menghormati, dan bekerja sama sebagai tim
Survey ini juga mengandung dua pertanyaan kepada responden mengenai tingkat budaya
keselamatan di unit kerja masing-masing dan banyaknya jumlah insiden yang telah mereka
laporkan selama satu tahun terakhir. Sebagai tambahan, responden juga ditanyai mengenai
latar belakang responden (unit kerja, jabatan staf, apakah mereka berinteraksi langsung
dengan pasien atau tidak.
PENGEMBANGAN BUDAYA PASIEN SAFETY
Salah satu tantangan dalam pengembangan patient safety adalah bagaimana mengubah
budaya yang ada menuju budaya patient safety. Langkah penting pertama adalah dengan
menempatkan patient safety sebagai salah satu prioritas utama dalam organisasi pelayanan
kesehatan, yang didukung oleh eksekutif, tim klinik, dan staf di semua level organisasi dengan
pertanggungjawaban yang jelas.
Perubahan budaya sangat terkait dengan pendapat dan perasaan individu- individu
dalam organisasi. Kesempatan untuk mengutarakan opini secara terbuka, dan keterbukaan
ini harus
diakomodasi oleh sistem sehingga memungkinkan semua individu untuk melaporkan dan
mendiskusikan terjadinya adverse events. Budaya tidak saling menyalahkan memungkin
individu untuk melaporkan dan mendiskusikan adverse events tanpa khawatir akan
dihukum. Aspek lain yang penting adalah memastikan bahwa masing-masing individu
bertanggung jawab secara personal dan kolektif terhadap patient safety dan bahwa
keselamatan adalah kepentingan semua pihak
Pengembangan Budaya safety pasien :
- Mendeklarasikan patient safety sebagai salah satu prioritas
- Menetapkan tanggung jawab eksekutif dalam program patient safety
- Memperbaharui ilmu dan keahlian medis
- Membudayakan sistem pelaporan tanpa menyalahkan pihak-pihak terkait
- Membangun akuntabilitas
- Reformasi pendidikan dan membangun organisasi pembelajaran
- Mempercepat perubahan untuk perbaikan
4. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
Banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko, salah satu caranya
adalah dengan mengembangkan sistem pelaporan dan sistem analisis. Dapat dipastikan
bahwa sistem pelaporan akan mengajak semua orang dalam organisasi untuk peduli akan
bahaya atau potensi bahaya yang dapat terjadi kepada pasien. Pelaporan juga penting
digunakan untuk memonitor upaya pencegahan terjadinya kesalahan (error) sehingga
diharapkan dapat mendorong dilakukannya investigasi selanjutnya.
1. Mengapa pelaporan insiden penting? Karena pelaporan akan menjadi awal proses
pembelajaran untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
2. Bagaimana memulainya ? Dibuat suatu sistem pelaporan insiden di rumah sakit meliputi
kebijakan, alur pelaporan, formulir pelaporan dan prosedur pelaporan yang harus
disosialisasikan pada seluruh karyawan.
3. Apa yang harus dilaporkan ? Insiden yang dilaporkan adalah kejadian yang sudah terjadi,
potensial terjadi ataupun yang nyaris terjadi.
4. Siapa yang membuat Laporan Insiden (Incident Report) ? Siapa saja atau semua staf RS
yang pertama menemukan kejadian/insiden. Siapa saja atau semua staf yang terlibat dalam
kejadian/insiden
5. Bagaimana cara membuat Laporan Insiden? Karyawan diberikan pelatihan mengenai
sistem pelaporan insiden mulai dari maksud, tujuan dan manfaat laporan, alur pelaporan,
bagaimana cara mengisi formulir laporan insiden, kapan harus melaporkan, pengertian-
pengertian yang digunakan dalam sistem pelaporan dan cara menganalisa laporan.
Masalah yang sering menghambat dalam Laporan Insiden adalah laporan
dipersepsikan sebagai pekerjaan perawat. Laporan sering disembunyikan / underreport,
karena takut disalahkan. Laporan sering terlambat. Bentuk laporan miskin data karena
adanya budaya menyalahkan (blame culture). Oleh karena itu, apabila terjadi Insiden
Keselamatan Pasien (IKP) tapi tidak membuat laporan IKP maka Tim KPRS berhak membuat
rekomendasi untuk memberikan Surat Peringatan kepada yang bersangkutan sebagai upaya
disiplin dalam pelaporan IKP.
Alur Pelaporan Insiden Kepada Tim Keselamatan Pasien di RS (Internal)
1. Apabila terjadi suatu insiden (KNC/KTD/KTC/KPC) di rumah sakit, wajib segera
ditindaklanjuti (dicegah / ditangani) untuk mengurangi dampak / akibat yang tidak
diharapkan.
2. Setelah ditindaklanjuti, segera membuat laporan insidennya dengan mengisi Formulir
Laporan Insiden pada akhir jam kerja/shift kepada Atasan langsung. (Paling lambat 2 x 24
jam ), diharapkan jangan menunda laporan.
3. Setelah selesai mengisi laporan, segera menyerahkan kepada atasan langsung pelapor.
(Atasan langsung disepakati sesuai keputusan Manajemen : Supervisor/Kepala Bagian/
Instalasi/ Departemen / Unit).
4. Atasan langsung akan memeriksa laporan dan melakukan grading risiko terhadap insiden
yang dilaporkan.
5. Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa yang akan dilakukan
sebagai berikut
Grade biru : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, Waktu maksimal 1 minggu.
Grade hijau : Investigasi sederhana oleh atasan langsung, waktu maksimal 2 minggu.
Grade kuning : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah/RCA oleh Tim KP di RS.
Waktu maksimal 45 hari.
Grade merah : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah / RCA oleh Tim KP di RS.
Waktu maksimal 45 hari.
6. Setelah selesai melakukan investigasi sederhana, laporan hasil investigasi dan laporan
insiden dilaporkan ke Tim KP di RS .
7. Tim KP di RS akan menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan insiden untuk
menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan
Regrading.
8. Untuk grade Kuning / Merah, Tim KP di RS akan melakukan analisis akar masalah / Root
Cause Analysis (RCA)
9. Setelah melakukan RCA, Tim KP di RS akan membuat laporan dan Rekomendasi untuk
perbaikan serta "Pembelajaran" berupa Petunjuk / "Safety alert" untuk mencegah kejadian
yang sama terulang kembali.
10. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada direksi
11. Rekomendasi untuk "Perbaikan dan Pembelajaran" diberin umpan balik kepada unit kerja
terkait serta sosialisasi kepada seluruh unit di Rumah Sakit
12. Unit Kerja membuat analisa kejadian di satuan kerjanya masing - masing
13. Monitoring dan Evaluasi Perbaikan oleh Tim KP di RS.
Alur Pelaporan Insiden Ke KKPRS - Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Eksternal)
Laporan hasil investigasi sederhana / analisis akar masalah / RCA yang terjadi pada
pasien dan telah mendapatkan rekomendasi dan solusi oleh Tim KP di RS (internal) /
Pimpinan RS dikirimkan ke KKPRS dengan melakukan entry data (e-reporting) melalui
website resmi KKPRS
b. BANDS RISIKO
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna yaitu : Biru, Hijau,
Kuning dan Merah. Warna "bands" akan menentukan investigasi yang akan dilakukan
Bands BIRU dan HIJAU : Investigasi sederhana
Bands KUNING dan MERAH : Investigasi Komprehensif / RCA
Warna Bands : hasil pertemuan antara nilai dampak yang diurut kebawah dan nilai probabilitas
yang diurut ke samping kanan
Contoh : Pasien jatuh dari tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini di RS X terjadi pada 2
tahun yang lalu
Nilai dampak : 5 (katastropik ) karena pasien meninggal
Nilai probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 thn lalu
Skoring risiko : 5 x 3 = 15
Warna Bands : Merah (ekstrim)
Tindakan : tindakan segera, perhatian sampai ke Direktur
Petunjuk Pengisian Laporan Insiden Keselamatan Pasien (Ikp) (Internal Dan Eksternal)
Formulir Laporan Insiden terdiri dari dua macam :
a. Formulir Laporan Internal Insiden Keselamatan pasien : adalah Formulir Laporan yang dilaporkan
ke Tim KP di RS dalam waktu maksimal 2 x 24 jam / akhir jam kerja / shift. Laporan berisi : data
pasien, rincian kejadian, tindakan yang dilakukan saat terjadi
insiden, akibat insiden, pelapor dan penilaian grading.
b. Formulir Laporan Eksternal insiden Keselamatan Pasien : adalah Formulir Laporan yang
dilaporkan ke KKPRS setelah dilakukan analisis dan investigasi.
Petunjuk Pengisian Formulir Laporan IKP Internal dan Eksternal
4.1 DATA PASIEN
Data Pasien : Nama, No Medical Record dan No Ruangan, hanya diisi di Formulir
Laporan Internal :
Nama Pasien : (bisa diisi initial mis : Tn AR, atau NY SY) No MR : (jelas)
Ruangan : diisi nama ruangan dan nomor kamar misal: Ruangan Melati kamar 301
Data Pasien : Umur, Jenis Kelamin, Penanggung biaya, Tgl masuk RS dan jam diisi di
Formulir Laporan Internal dan Eksternal (lihat = Lampiran Formulir Laporan
IKP)
Umur : bulan dan tahun (jelas)
Kelompok Umur : Pilih salah satu (jelas)
Jenis Kelamin : Pilih salah satu (jelas)
Penanggung biaya pasien : Pilih salah satu (jelas)
Tanggal masuk RS dan jam : (jelas)
Sistem pelaporan dan pembelajaran keselamatan pasien di rumah sakit (SP2KP-RS). tersebut
meliputi definisi kejadian sentinel, kejadian yang tidak diharapkan (KTD), kejadian tidak cedera
(KTC), dan kejadian nyaris cedera (KNC atau near-miss) dan Kondisi potensial cedera signifikan
(KPCS), mekanisme pelaporan insiden keselamatan pasien baik internal maupun eksternal, grading
matriks risiko serta investigasi dan analisis insiden berdasarkan hasil grading tersebut. Rumah sakit
berpartisipasi untuk melaporkan insiden keselamatan pasien yang telah dilakukan investigasi dan
analisis serta dilakukan pembelajaran ke KNKP sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Insiden keselamatan pasien merupakan suatu kejadian yang tidak disengaja ketika
memberikan asuhan kepada pasien (care management problem (CMP) atau kondisi yang berhubungan
dengan lingkungan di rumah sakit termasuk infrastruktur, sarana prasarana (service delivery problem
(SDP), yang dapat berpotensi atau telah menyebabkan bahaya bagi pasien. Kejadian keselamatan
pasien dapat namun tidak selalu merupakan hasil dari kecacatan pada sistem atau rancangan proses,
kerusakan sistem, kegagalan alat, atau kesalahan manusia.
Insiden Keselamatan Pasien (IKP) adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat
mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm/cedera yang tidak seharusnya terjadi.
Insiden keselamatan pasien meliputi :
a. Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah insiden keselamatan pasien yang
menyebabkan cedera pada pasien.
b. Kejadian tidak cedera (KTC) adalah insiden keselamatan pasien yang sudah terpapar
pada pasien namun tidak menyebabkan cedera.
c. Kejadian nyaris cedera (near-miss atau hampir cedera) atau KNC adanya insiden
keselamatan pasien yang belum terpapar pada pasien.
d. Suatu kondisi potensial cedera signifikan (KPCS) adalah suatu kondisi (selain dari
proses penyakit atau kondisi pasien itu sendiri) yang berpotensi menyebabkan
kejadian sentinel
e. Kejadian Sentinel adalah suatu kejadian yang tidak berhubungan dengan perjalanan
penyakit pasien atau penyakit yang mendasarinya yang terjadi pada pasien. Kejadian
sentinel merupakan salah satu jenis insiden keselamatan pasien yang harus
dilaporkan yang menyebabkan terjadinya hal-hal berikut ini:
a) Kematian.
b) Cedera permanen = Cedera permanen adalah dampak yang dialami pasien yang
bersifat ireversibel akibat insiden yang dialaminya misalnya kecacadan, kelumpuhan,
kebutaan, tuli, dan lain-lainnya.
c) Cedera berat yang bersifat sementara/reversible = Cedera berat yang bersifat
sementara adalah cedera yang bersifat kritis dan dapat mengancam nyawa yang
berlangsung dalam suatu kurun waktu tanpa terjadi cedera permanen/gejala sisa,
namun kondisi tersebut mengharuskan pemindahan pasien ke tingkat perawatan
yang lebih tinggi /pengawasan pasien untuk jangka waktu yang lama, pemindahan
pasien ke tingkat perawatan yang lebih tinggi karena adanya kondisi yang
mengancam nyawa, atau penambahan operasi besar, tindakan, atau tata laksana
untuk menanggulangi kondisi tersebut.
Kejadian juga dapat digolongkan sebagai kejadian sentinel jika terjadi salah satu dari
berikut ini:
a) Bunuh diri oleh pasien yang sedang dirawat, ditatalaksana, menerima pelayanan
di unit yang selalu memiliki staf sepanjang hari atau dalam waktu 72 jam setelah
pemulangan pasien, termasuk dari Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit;
b) Kematian bayi cukup bulan yang tidak diantisipasi;
c) Bayi dipulangkan kepada orang tua yang salah;
d) Penculikan pasien yang sedang menerima perawatan, tata laksana, dan pelayanan;
e) Kaburnya pasien (atau pulang tanpa izin) dari unit perawatan yang selalu dijaga
oleh staf sepanjang hari (termasuk UGD), yang menyebabkan kematian, cedera
permanen, atau cedera sementara derajat berat bagi pasien tersebut;
f) Reaksi transfusi hemolitik yang melibatkan pemberian darah atau produk darah
dengan inkompatibilitas golongan darah mayor (ABO, Rh, kelompok darah lainnya);
g) Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau
cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan pasien yang sedang menerima
perawatan, tata laksana, dan layanan ketika berada dalam lingkungan rumah sakit;
h) Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau
cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan anggota staf, praktisi mandiri
berizin, pengunjung, atau vendor ketika berada dalam lingkungan rumah sakit
i) Tindakan invasif, termasuk operasi yang dilakukan pada pasien yang salah, pada
sisi yang salah, atau menggunakan prosedur yang salah (secara tidak sengaja);
j) Tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasien secara tidak sengaja setelah suatu
tindakan invasif, termasuk operasi;
k) Hiperbilirubinemia neonatal berat (bilirubin >30 mg/dL);
l) Fluoroskopi berkepanjangan dengan dosis kumulatif >1.500 rad pada satu medan
tunggal atau pemberian radioterapi ke area tubuh yang salah atau pemberian
radioterapi >25% melebihi dosis radioterapi yang direncanakan;
m) Kebakaran, lidah api, atau asap, uap panas, atau pijaran yang tidak diantisipasi
selama satu episode perawatan pasien;
n) Semua kematian ibu intrapartum (terkait dengan proses persalinan); atau
o) Morbiditas ibu derajat berat (terutama tidak berhubungan dengan perjalanan
alamiah penyakit pasien atau kondisi lain yang mendasari) terjadi pada pasien dan
menyebabkan cedera permanen atau cedera sementara derajat berat.
Definisi kejadian sentinel meliputi poin a) hingga o) di atas dan dapat meliputi
kejadian-kejadian lainnya seperti yang disyaratkan dalam peraturan atau dianggap
sesuai oleh rumah sakit untuk ditambahkan ke dalam daftar kejadian sentinel.
Komite/ Tim Penyelenggara Mutu segera membentuk tim investigator segera setelah
menerima laporan kejadian sentinel. Semua kejadian yang memenuhi definisi
tersebut dianalisis akar masalahnya secara komprehensif (RCA) dengan waktu tidak
melebihi 45 (empat
puluh lima) hari. Tidak semua kesalahan menyebabkan kejadian sentinel, dan tidak
semua kejadian sentinel terjadi akibat adanya suatu kesalahan. Mengidentifikasi
suatu insiden sebagai kejadian sentinel tidak mengindikasikan adanya tanggungan
hukum.
Pimpinan rumah sakit melakukan tindakan perbaikan korektif dan memantau
efektivitasnya untuk mencegah atau mengurangi berulangnya kejadian sentinel
tersebut. Pimpinan rumah sakit menetapkan proses untuk menganalisis KTD, KNC,
KTC, KPCS dengan melakukan investigasi sederhana dengan kurun waktu yaitu
grading biru tidak melebihi 7 (tujuh) hari, grading hijau tidak melebihi 14 (empat
belas) hari. Pimpinan rumah sakit melakukan tindakan perbaikan korektif dan
memantau efektivitasnya untuk mencegah atau mengurangi berulangnya KTD, KNC,
KTC, KPCS tersebut.
Data laporan insiden keselamatan pasien selalu dianalisis setiap 3 (tiga) bulan
untuk memantau ketika muncul tren atau variasi yang tidak diinginkan. Komite
Mutu melakukan analisis dan memantau insiden keselamatan pasien yang
dilaporkan setiap triwulan untuk mendeteksi pola, tren serta mungkin variasi
berdasarkan frekuensi pelayanan dan/atau risiko terhadap pasien.
Akar masalah (underlying cause/root cause) adalah satu dari banyak faktor (kejadian, kondisi)
yang mengkontribusi atau menciptakan proximate cause, dan jika dieliminasi atau dimodifikasi
dapat mencegah terjadinya insiden. Biasanya suatu insiden memiliki lebih dari satu akar masalah.
Langkah-langkah RCA :
1. Identifikasi insiden yang akan diinvestigasi
2. Tentukan Tim Investigator
3. Kumpulkan data (Observasi, dokumentasi, interview)
a. Observasi : kunjungan langsung untuk mengetahui keadaan, posisi,
hal-hal yang berhubungan dengan insiden
a. Kronologi cerita/narasi
Suatu penulisan cerita apa yang terjadi berdasarkan tanggal dan waktu, dibuat berdasarkan
kumpulan data saat investigasi
1. Kejadian sederana dan tidak kompleks, dimana masalah, praktek dan faktor
kontribusinya sederhana.
2. Dapat digunakan untuk mengetahui gambaran umum suatu kejadian yang lebih
kompleks.
3. Dapat digunakan sebagai bagian integral dari suatu laporan sebaagai ringkasan dimana
hal tersebut mudah dibaca.
Nilai positif dari kronologi cerita adalah format ini baik untuk presentasi informasi.
Nilai negatifnya antara lain :
1. Sulit untuk menentukan titik cerita dengan cepat.
2. Sulit untuk mengerti jalan cerita dengan cepat bila melibatkan banyak pihak.
b. Timeline
Metode untuk menelusuri rantai insiden secara kronologis. Memungkinkan
investigator untuk menemukan bagian dalam proses dimana masalah terjadi.
c. Tabular timeline
Merupakan pengembangan timeline yang berisi tiga data dasar : tanggal, waktu,
cerita kejadian asal, dan dilengkapi 3 data lain yaitu : informasi tambahan, praktek yang
baik (good practice), dan masalah/ CMP (care management problem).
Tabular timeline dapat digunakan pada setiap insiden, berguna pada kejadian yang
berlangsung lama.
Dapat dipetakan ke dalam garis waktu sehingga dapat dipakai untuk mengetahui
kerangka waktu spesifik yang lebih detil.
6. Analisis informasi
Tools untuk identifikasi proximate dan underlying cause
a. 5 why (why-why chart)
Secara konstan bertanya ‘mengapa’, melalui lapisan penyebab sehingga mengarah
pada akar permasalahan dari problem yang teridentifikasi.
d. Fish Bone
Tiap masalah dapat berkaitan dengan beberapa faktor yang dapat memberikan
dampak pada timbulnya insiden.
Proses manajemen resiko berawal di masing masing unit melalui identifikasi secara
rinci tiap jenis risiko di masing masing unit melalui identifikasi secara rinci tiap jenis risiko
yang melekat pada produk, transaksi maupun proses pada unit yang bersangkutan.
Menurut ISO 31000:2009 mensyaratkan bahwa penerapan manajemen risiko yang efektif
harus patuh pada 11 prinsip, sebagai berikut :
1. Identifikasi Resiko
Hal pertama yang perlu dilakukan untuk mengelola risiko adalah mengidentifikasinya.
Identifikasi resiko terbagi menjadi dua, yaitu identifikasi resiko proaktif dan
identifikasi resiko reaktif.
• Identifikasi resiko proaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan
dengancara proaktif mencari risiko yang berpotensi menghalangi rumah sakit
mencapai tujuannga. Disebut mencari karena risikonya belum muncul dan
bermanifestasi secara nyata. Metode yang digunakan berupa occurence
screening/medical record review, survey/self assesment, audit, inspeksi,
brainstorming, pendapat ahli, belajar dari pengalaman rumah sakit lain,
FMEA, analisa SWOT, dan lain lain.
Langkah-langkah dalam identifikasi resiko proaktif adalah sebagai berikut :
a. Understand risk. Establish Management Program : program manajemen
resiko terintegrasi dengan program peningkatan Mutu dan keselamatan
pasien
b. Identify High Risk Processes. Get Input from Stake holder : sumberinformasi
dapat berasal dari komplain pasien, laporan insiden, laporan
medication error, monitoring adverse event, assesmen lingkungan
c. Conduct a risk assesment
d. Conduct proactive risk analysis
e. Develop mitigating strategies
f. Develop contingency plans
g. Implement strategies and plans
h. Reasses risk
Identifikasi resiko reaktif adalah kegiatan identifikasi yang dilakukan setelah risiko muncul
dan bermanifestasi sebagai insiden/gangguan. Metode yang dipakai adalah pelaporan
insiden,case report, complaint, claim data, clinical care review, audit medis. Akan lebih baik
bila memaksimalkan identifikasi risiko proaktif karena belum muncul kerugian bagi
organisasi.
Rencana strategis
CBA
Kontrol,transfer
Identifikasi resiko merupakan proses dimana rumah sakit secara sistematis dan terus
menerus mengidentifikasi apa yang bisa terjadi, mengapa terjadi, dan bagaiman hal tersebut
bisa terjadi sebelum terjadi kerugian. Bagi rumah sakit cara paling mudah adalah dengan
lewattiap unit. Setiap unit diminta untuk mengidentidikasi risikonya masing masing. Setelah
terkumpu, seluruh data identifikasi dikumpulkan menjadi satu dan menjadi identifikasi
risiko rumah sakit.
Rumah sakit melakukan identifikasi dan klarifikasi kategori risiko, meliputi risiko
operasional, risiko SDM, risiko hukum dan regulasi, risiko strategi, risiko teknologi dan
risiko reputasi.
1. Risiko Operasional
a. Melakukan kajian berkala terhadap pedoman, praktek klinis, SOP, pelayanan
rumah sakit serta mengidentifikasi risiko yang mungkin timbul.
b. Melakukan penilaian atas risiko medis berdasarkan sistem manajemen risiko
yang ditetapkan rumah sakit.
c. Menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko medis
d. Mengefektifkan peran pengendalian intern yang independen melalui
peningkatan Mutu dan keselamatan pasien yang ada di setiap unit.
e. Melakukan penilaian tingkat kepatuhan terhadap peraturan rumah sakit dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
f. Menetapkan kebijakan dan prosedur risiko kepatuhan sebagai pedoman kerja
dalam manajemen risiko medis
2. Risiko Keuangan
a. Melakukan kajian berkala terhadap SOP di keuangan serta mengidentifikasi
risiko yang mungkin timbul
b. Melakukan penilaian atas risiko keuangan berdasarkan sistem manajemen
risiko yang ditetapkan rumah sakit
c. Menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko keuangan
d. Mengefektifkan peran pengendalian intern
e. Melakukan penilaian tingkat kepatuhan peraturan rumah sakit dan peraturan
perundang undangan yang berlaku
f. Menetapkan kebijakan dan prosedur risiko kepatuhan sebagai pedoman kerja
dalam manajemen risiko keuangan.
3. Risiko SDM
a. Melakukan kajian berkala tentang SOP SDM rumah sakit serta
mengidentifikasi risiko yang mungkin timbul
b. Melakukan penilaian atas risiko SDM berdasarkan sistem manajemen resiko
yang ditetapkan rumah sakit.
c. Menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko SDM
d. Mengefektifkan peran pengedalian intern
e. Melakukan penilaian tingkat kepatuhan terhadap peraturan rumah sakit dan
peraturan perundanga-undangan yang berlaku
f. Menetapkan kebijakan dan prosedur risiko kepatuhan sebagai pedoman kerja
dalam manajemen risiko keuangan.
4. Risiko Hukum dan Regulasi
a. Melakukan kajian berkala terhadap dokumen hukum, perjanjian dan
kontrakdengan pihak ketiga serta mengevaluasi kelemahan perjanjian yang
dapat
menimbulkan risiko hukum bagi rumah sakit
b. Melakukan penilaian atas risiko hukum bagi rumah sakit yang tercermin dari
besarnya gugatan perkara yang ditujukan kepada rumah sakit
c. Menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko hukum
5. Risiko Strategis
a. Melakukan pengukuran risiko strategis yang didefinisikan sebagai kegagalan
rumah sakit mencapai target akibat keputusan bisnis yang diambil.
b. Pembentukan tim hukum yang bertanggung jawab atas penunjukan pihal
ketiga
c. Menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko strategis.
6. Risiko Teknologi
a. Melakukan kajian berkala terhadap pemanfaatan teknologi di rumah sakit
b. Melakukan penilaian atas risiko teknologi berdasarkan sistem manajemen
risiko yang ditetapkan rumah sakit
c. Menetapkan kebijakan dan prosedur pengelolaan risiko teknologi
d. Mengefektifkan peran pengendalian intern
7. Risiko Reputasi
a. Menetapkan parameter risiko reputasi dan mitigasi dalam pengelolaan risiko
reputasi
b. Menetapkan kebijakan dan prosedur komunikasi untuk
memastikan penyampaian pesan yang konsisten dan liputan media serta
komunikasi massa yang positif
c. Memeliharan hubungan baik dengan berbagai media massa yang ada
d. Melaksanakan evaluasi berkala atas risiko reputasi yang dihadapi rumah sakit
sesuai laporan monitoring yang dihasilkan oleh tim Manajemen Risiko
e. Memantau penyelesaian komplain pasien/pengunjung
2. Assesmen Risiko
Metodologi assesmen manajemen risiko berbasis bahwa asesor akan melakukan penilaian
terhadap kerangka kerja implementasi pengelolaan risiko seperti yang telah dibedah di atas
dengan unsur unsur penilaian antara lain tanggung jawab, akuntabilitas, strategi dan praktik
manajemen risiko. Sistem manajemen risiko yang baik seharusnya dapat memberikan
keyakinan bahwa dengan penerapak manajemen resiko, organisasi dapat mengurangi
ketidak pastian yang membayangi dalam setiap pengambilan keputusan namun tetap dapat
berinovasisesuai dengan kapabilitas yang dimiliki.
Assesment risiko dapat dilakukan berdasarkan kategori risiko di rumah sakit. Topik
assesmenrisiko antara lain sebagai berikut :
a. Risiko Operasional
b. Risiko Keuangan
c. Risiko SDM
d. Risiko Hukum dan Regulasi
e. Risiko Strategi
a. Strategic Plan and Mission
b. Bussiness ventures : merger, joint ventures
c. Competition status
d. Advertising Liability
e. Contraction/ renovation
f. New project and services topics :
• Identification of insurence needs
• Staff requirements
• Contract needs
• Competitive impact
g. Reputational risks :
• Patient and community relations
• Media relations
• Marketing and sales
f. Risiko Teknologi
a. Information Systems
b. Telemedicine
c. Equipment
d. New Technologies
e. Inventory Control
g. Risiko Reputasi
a) Risk grading matrix : sering digunakan untuk memetakan risiko pada probabilitas dan
dampak. Sebaiknya digunakan bagian manajemen dan klinisi untuk menilai insiden
atau risiko. Kelebihan alat ini adalah mudah digunakan dan dimengerti, mempunyai
deskripsi detik dan definisi, menerangkan bagaimana risiko dapat dimitigasi pada
tingkat yang bisa ditolerir.
b) Root cause analysis
c) Failure mode and effect analysis
3. Penanganan Risiko
Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi risiko. Bentuk bentuk
penanganan risiko diantaranya :
a) Menghindari risiko dengan meMutus untuk tidak memulai atau melanjutkan
aktivitas yang menimbulkan risiko
b) Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapat peluang
c) Menghilangkan sumber risiko
d) Mengubah konsekuensi
e) Berbagi risiko dengan pihak lain
f) Mempertahankan risiko dengan informasi pilihan.
4. Analisa Risiko
Setelah diidentifikasi, dilakukan analisa risiko. Skor resiko adalah frekuensi
dikalikan dampak. Penilaian tingkat frekuensi/ probability/ likelihood adalah
seberapaseringnya insiden tersebut terjadi. Penilaian dampak adalah seberapa
berat akibat yang dialami pasien mulai dari tidak ada cedera hingga meninggal.
Analisa peluang dan dampak ini paling mudah jika dilakukan dengan kuantitatif.
Peringkat dilakukan untuk mendapat prioritas penanganan. Semakin tinggiangka,
makin tinggi peringkat dan prioritasnya.
Definisi
Kejadian Peluan Konsekuensi Nilairesiko
g
Terusmenerus =10 Sangatsering =1.00 Fatal = E = 20
Berkala =6 Sering =0.60 Besar = 10 20 > 11 = 20
Teratur =3 Sedang = 0.30 Sedang = 5 10>M>3
Tidakteratur =2 Jarang = 0.30 Rendah = 2 L<3
Jarang =1 Sangatjarang = 0.00 Tidaksignifikan = 1
Penilaian resiko
Nilairesiko Tingk
Identifikasi Kejadia Peluan konsekuen
=ExLxK at
bahaya n g si
Resik
(E) (L) (K)
o
Beberapa tools yang digunakan untuk analisa dalam proses manajemen risiko
antara lain : RCA, FMEA, Hazard Vulnerability Assesment (HVA), Infection Control
Risk Assesment (ICRA).
RISK MAPPING
IMPACT VS PROBABILITY
High
Medium High Risk
Risk
Low
PROBABILITY High
SKOR DAMPAK
1 2 3 4 5
INSIGNIF CATASTROPHI
MINOR MODERATE MAJOR
ICANT C
CIDER Tidakadaci Dapatdiatasi - -cederaluas Kematian
A dera d berkurangnyafun -
PASIEN enganpertolo g simotorik / kehuilanganfin
nganpertama sensori gsiutama
-setiapkasus permanent
yang
memperpanjang
perawatan
PELAYA Terhentile Terhentilebih Terhentilebihda Terhentilebihda Terhentiperman
NAN/ bihdari 1 dari 8 jam ri 1 hari ri 1 minggu en
OPERAS jam
IONAL
BIAYA / Kerugiank Kerugianlebi Kerugianlebihd Kerugianlebihd Kerugianlebih
KEUAN ecil hdari 0,1 % ari 0,25% ari 0,5% dari1%
GAN anggaran anggaran anggaran
PUBLIK Rumor -media lokal -media lokal Media Media
ASI - -waktu lama nasionalkurang nasionallebihda
waktusingkat d r
ari 3 hari i 3 hari
REPUT Rumor Dampakkecil Dampakbermak Dampakseriust Menjadimasala
ASI thdmorildan nathdmorilkary h hberatbagipr
k a dmorilkaryawa
epercayaan wandankeperca n
m y dankepercayaa
asyarakat aanmasyarakat n
Masyarakat
2. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko
dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko atau besarnya dapat diterima
atau ditoleransi. Sedangkan kriteria risiko adalah kerangka acuan untuk mendasari
pentingnya risiko dievaluasi. Ulasan evaluasi risiko di rumah sakit meliputi risk
ranking, prioritize the risk, cost benefit analysis dan determine the risk to be accepted
or not.
Tingkat resiko
KONSEKUENSI
PELUANG Tidaksigni Rendah Sedang Besar (4) Fatal (5)
fikan (1) (2) (3)
Sangatsering A1 =H A2 =H A3 =E A4 =E A5 =E
(A)
Sering B1 =M B2 =H B3 =H B4 =E B5 =E
(B)
Sedang C1 =L C2 =M C3 =H C4 =E C5 =E
(C)
Jarang D1 =L D2 =L D3 =M D4 =H D5 =E
(D)
Sangatjarang E1 =L E2 =L E3 =M E4 =H E5 =H
(E)
ada/none
Risiko medik tidak dapat dihindari namun dapat diminimalisasi. Dengan melakukan
manajemen resiko medik akan memicu para dokter untuk dapat bekerja sesuai dengan SPO
dan peraturan yang berlaku yang pada akhirnya akan semakin baik, pasien merasa aman,
nyaman dan tidak ada keraguan terhadap pelayanan di rumah sakit serta akan mengunjungi
rumah sakit apabila membutuhkan pengobatan.Rumah sakit akan menjadi tempat yang
aman,nyaman untuk pasien dan kepuasan pasien akan dapat dicapai. Sehingga jelas bahwa
dengan melakukan manajemen resiko medik maka perlindungan hukum pasien akan
terpenuhi
BAB VI
LOGISTIK
Penyediaan logistik sesuai dengan jenis barang yang dibutuhkan, yaitu sebagai berikut
:
7.1 Pengertian
Keselamatan pasien adalah Pasien bebas dari harm/ cedera yang tidak
seharusnya terjadi atau bebas dari cedera yang potensial akan terjadi (penyakit,
cedera fisik/ sosial/ psikologis/ cacat, kematian dll) terkait dengan pelayanan
kesehatan.
7.2 Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
tindakan pelayanan yang tidak seharusnya atau seharusnya dikerjakan tidak
dilaksanakan. Selain itu agar tercipta budaya keselamatan pasien
• Agar pegawai dan setiap orang yang berada ditempat kerja selalu
berada dalam keadaan sehat dan selamat.
• Agar faktor–faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efisien.
• Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan.
Kesehatan kerja bertujuan pada pemeliharaan dan pencegahan serta risiko
gangguan kesehatan fisik, mental dan sosial pada semua pekerja yang disebabkan
oleh kondisi dan lingkungan kerja sehingga diharapkan produktivitas pekerja dapat
dipertahankan dan apabila si pekerja telah memasuki usia pensiun maka yang
bersangkutan dapat menikmati hari tuanya tanpa mengalami gangguan penyakit
akibat hubungan kerja. Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara
pekerja dengan pekerjaan dan lingkungankerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal
cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :
Kesadaran dan kualitas kerja terwujud dari perilaku dan sikap para
pekerja. Apabila tidak sesuai dengan prinsip kesehatan dapat mempengaruhi
status kesehatan pekerja yang bersangkutan sehingga di dalam pelaksanaan
upaya kesehatan kerja diperlukan langkah-langkah mengubah prilaku
pekerja untuk keberhasilan program.
a. Infeksi nosokomial
b. Tuberkulosis
c. Hepatitis B
d. AIDS, dan lain-lain
2. Ancaman Bahaya Kimia
Adanya bahan-bahan kimia di rumah sakit dapat menimbulkan bahaya
bagi penderita maupun para pekerjanya. Kecelakaan akibat bahanbahan
kimia dapat menyebabkan keracunan kronik. Bahan-bahan kimia yang
mempunyai risiko mengakibatkan gangguan kesehatan antara lain adalah
gas anestetik (halotan, nitrooksida, etil eter), formaldehid, etilen oksida,
merkuri dan debu.
4. Ergonomi
Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitan dengan pekerjaan mereka. Tujuan ergonomi adalah menyesuaikan
pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia melalui upaya penyesuaian ukuran
tempat kerja dengandimensi tubuh, pengaturan suhu, cahaya dan
kelembaban yang sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Untuk dapat
mengidentifikasi masalah ergonomi di rumah sakit, perlu dipelajari dasar-
dasar ergonomi antara lain : antropometri, kerja otot, kelelahan, ketrampilan,
perencanaan ruang kerja, perancangan ruang kerja, pencahayaan dan warna,
kebosanan, kejenuhan, hubungan manusia dengan mesin, kemampuan mata
dan alat pendengaran dan lain-lain. Contoh : Pekerja yang sebagian besar
waktu kerjanya dalam posisi duduk, perlu disediakan kursi yang sesuai
dengan prinsip ergonomi supaya tidak menimbulkan kelelahan otot tertentu
a. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Barang/ Alat Habis Pakai atau Alat
Kesehatan
1. Bon pemesanan barang/ alat habis pakai
2. Pencatatan pemesanan barang/ alat habis pakai atau alat kesehatan
3. Pencatatan barang/ alat habis pakai atau alat kesehatan yang belum terealisasi
b. Pencatatan dan Pelaporan tentang Komite Mutu
1. Dokumen rekam medis pasien
2. Buku laporan kegiatan
3. Notulensi kegiatan Komite Mutu
c. Pencatatatan dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan di Komite Mutu
1. Membuat inventaris peralatan di Komite Mutu
2. Dilaporkan kepada direktur